Anda di halaman 1dari 13

KONFLIK NEGARA INDONESIA DAN MALAYSIA

TERHADAP PULAU SIPADAN-LIGITAN

UJIAN AKHIR SEMESTER


KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
DOSEN PENGAMPU : Ir. Tjut Syiariah, MM.

oleh.:
Eggi sahputra
28.0341

Program.Studi : Politik Pemerintahan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


JATINANGOR, 2021
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era modern ini banyak sekali negara yang melakukan hubungan


dengan negara lain untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Hubungan yang dijalin
tersebut terikat dengan hukum internasional. Tentu kita mengetahui dengan
adanya hukum internasional sangat berdampak positif dalam menjaga ketertiban
hubungan internasional. Namun, belum tentu suatu hubungan hukum yang terjadi
antara para pihak tidak selalu berjalan lancar. Adakalanya timbul ketidakserasian
yang kemudian menimbulkan sengketa diantara kedua belah pihak. Wilayah
merupakan hal yang sering disangkut pautkan dengan kedaulatan. Saat wilayah
suatu negara dilanggar oleh negara lain, sama dengan mengganggu kedaulatan
suatu negara.

Konflik internasional atau persengketaan internasional merupakan suatu


hal yang berpotensi terjadi di setiap negara tidak terkecuali Indonesia. Ketika
membahas mengenai konflik internasional yang dialami Indonesia dengan negara
lain maka salah satunya yang mungkin kita ketahui semuanya adalah konflik
Indonesia dengan Malaysia yang berakibat lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dari
Indonesia sesuai hasil keputusan Mahkamah Internasional. Pada pembnahasan
berikut kita akan melihat lebih lanjut mengenai konflik internasional dan contoh
konflik internasional yang terjadi antara Indonesia dengan beberapa negara lain.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Eksistensi Mahkamah Internasional dalam Penyelesain


Sengketa Internasional ?
2. Mengapa Indonesia kalah dalam konflik Sipadan-Ligitan ?

3. Bagaimana upaya pemeriontah dalam mengatasi Pulau-Pulau di


Indonesia agar tidak hilang
4. Apa pentingnya penetapan batas laut bagi suatu negara ?
2

3.1 Tujuan Makalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata


kuliah konflik dan integrasi sosial sebagai bagian dari ujian akhir semester.

4.1. Manfaat Makalah

Makalah ini bermanfaat menambah pemahaman serta pengetahuan


pembaca termasuk juga penulis mengenai konflik internasional terutama yang
terjadi antara Indonesia dengan negara lain.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional merupakan


suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan
mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam
perjanjian. Sengketa internasional terjadi apabila perselisihan tersebut melibatkan
pemerintah, lembaga juristic person (badan hukum) atau individu dalam bagian
dunia yang berlainan terjadi karena kesalahpahaman tentang suatu hal, salah satu
pihak sengaja melanggar hak atau kepentingan negara lain, dua negara berselisih
pendirian tentang suatu hal, dan pelanggaran hukum atau perjanjian internasional.

Sengketa internasional yang dikenal dalam studi hukum internasional ada


dua macam, yaitu:

1. Sengketa politik
Sengketa politik adalah sengketa ketika suatu negara mendasarkan tuntutan
tidak atas pertimbangan yurisdiksi melainkan atas dasar politik atau
kepentingan lainnya. Sengketa yang tidak bersifat hukum ini penyelesaiannya
dilakukan secara politik. Keputusan yang diambil dalam penyelesaian politik
hanya berbentuk usul-usul yang tidak mengikat negara yang bersengketa. Usul
tersebut tetap mengutamakan kedaulatan negara yang bersengketa dan tidak
harus mendasarkan pada ketentuan hukum yang diambil.

2. Sengketa hukum
Sengketa hukum yaitu sengketa dimana suatu negara mendasarkan sengketa
atau tuntutannya atas ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian
atau yang telah diakui oleh hukum internasional. Keputusan yang diambil
dalam penyelesaian sengketa secara hukum punya sifat yang memaksa
terhadap kedaulatan negara yang bersengketa. Hal ini disebabkan keputusan
yang diambil hanya berdasarkan atas prinsip-prinsip hukum internasional.
Menurut Sir Humprey Waldock, penentuan suatu sengketa sebagai suatu
sengketa hukum atau politik bergantung sepenuhnya kepada para pihak yang
bersangkutan. Jika para pihak menentukan sengketanya sebagai sengketa hukum
4

maka sengketa tersebut adalah sengketa hukum. Sebaliknya, jika sengketa tersebut
menurut para pihak membutuhkan patokan tertentu yang tidak ada dalam hukum
internasional, misalnya soal pelucutan senjata maka sengketa tersebut adalah
sengketa politik.

Sedangkan Menurut Oppenheim dan Kelsen, tidak ada pembenaran


ilmiah serta tidak ada dasar kriteria objektif yang mendasari perbedaan antara
sengketa politik dan hukum. Menurut mereka, setiap sengketa memiliki aspek
politis dan hukumnya. Sengketa tersebut biasanya terkait antar negara yang
berdaulat. Oppenheim dan Hans Kelsen menguraikan pendapatnya tersebut
sebagai berikut:
“All disputes have their political aspect by the very fact that they concern
relations between sovereign states. Disputes which, according to the
distinction, are said to of the legal nature might involve highly important
political interests of the states concerned; conversely, disputes reputed
according to that distinction to be a political character more often than
not concern the application of a principle or a norm of international law.”

Dari pendapat pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa


pembedaan jenis sengketa hukum dan politik internasional dapat dilakukan
dengan melihat sumber sengketa dan bagaimana cara sengketa tersebut
diselesaikan, apabila sengketa terjadi karena pelanggaran terhadap hukum
internasional maka sengketa tersebut menjadi sengketa hukum, selain pelanggaran
terhadap hukum internasional sengketa dapat terjadi akibat adanya benturan
kepentingan yang melibatkan lebih dari satu negara, sengketa yang melibatkan
kepentingan inilah yang dimaksud sengketa politik.
5

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi mengenai bahan yang termuat dalam karya
ilmiah baik itu dalam bentuk artikel, jurnal, maupun dalam bentuk laporan
lainnya. Karena yang diteliti adalah teks tertulis maka pendekatan yang digunakan
berdasarkan kepustakaan (library research). Studi kepustakaan (library research)
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitiannya. Penelitian ini
memanfaatkan sumber perpustakan dan internet untuk memperoleh data
penelitian.

3.2 Sumber Data

Pada dasarnya, sumber data penelitian adalah bahan-bahan tulisan dan


non-tulisan. Dalam hal ini, sumber data tertulis cukup signifikan dijadikan
rujukan dalam penelitian ini, misalnya artikel, jurnal dan bentuk laporan lainnya,
terutama materi dan pembahasan yang berkaitan dengan konflik di Tanah Papua
dalam perspektif politik.
6

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Eksistensi Mahkamah Internasional dalam Penyelesain Sengketa


Internasional

Sengketa Internasional tidak hanya melibatkan hubungan antara negara


sebagai subyek hukum internasional, tetapi sekarang juga hubungan tersebut
melibatkan banyak aktor negara. Friedmann berpendapat bahwa ciri-ciri yang
dimiliki oleh sengketa hukum adalah sebagai berikut:

 Capable of being settled by the application of certain principles and


rules of international law
 Influence vital interest of state such as territorial integrity

 Implementation of the existing international law enough to raise a justice


decision and support to progressive international relation
 The dispute related with legal rights by claims to change the existing rule.

Pengadilan adalah tempat untuk memutuskan sebuah perkara atau


sengketa supaya perkara atau sengketa tersebut dapat selesai dengan jalan dan
cara yang damai. Dalam piagam PBB tepatnya pada pasal 2 ayat (3) yang
berbunyi setiap anggota PBB bersama-sama menyelesaikan sengketa Internasional
secara damai sehingga kedamaian dan keamanan dunia tetap terjaga agar tidak ada
negara yang keluar dari anggota PBB. Penyelesaian sengketa internasional dapat
melalui dua cara yaitu:

1. Melalui perjanjian yang telah disepakati oleh negara yang bersengketa

2. Keputusan badan peradilan

Dalam menyelesaikan sengketa hukum dalam hukum internasional dapat


melalui berbagai cara atau lembaga internasional seperti mahkamah internasional.
Sengketa internasional yang diperiksa oleh Mahkamah Internasional dapat
berakhir karena beberapa faktor, yaitu:
1. Kesepakatan antara kedua belah pihak
7

2. Keluarnya keputusan

3. Pemberhentian persidangan karena hal-hal tertentu

Sebelum dikeluarkannya keputusan ada beberapa hal menyangkut


keluarnya keputusan dari Mahkamah Internasional yaitu:
1. Putusan tersebut diterbitkan oleh masyarakat luas

2. Pendapat para hakim

Dalam memutuskan sebuah perkara pendapat para hakim sangat penting


di perlukan, selain itu pendapat para hakim dalam suatu sengketa termuat secara
lengkap dalam laporan putusan (report of judgment). Pendapat para hakim dapat
berbentuk:
1. Dissenting opinion, adalah suatu putusan hakim khususnya dasar hukum
atau pendapat dari hakim yang tidak disetujui yang kemudian
mengakibatnya dikeluarkannya putusan atau pendapat yang mengekang
putusan hakim tersebut.
2. Separate opinion, adalah suatu pendapat yang menyatakan setuju dengan
pendapat hakim tersebut mengenai beberapa aspek yang menurutnya
penting walaupun dia tidak paham tentang dokumentasi mahkamah
sehingga akhirnya isi putusan tersebut sama dengan mahkamah.
3. Putusan yang mengikat antar negara yang bersengketa

4. Penafsiran dan perubahan keputusan

Apabila dalam suatu perkara atau putusan hakim tidak menemukan


putusan dalam Undang-undang yang ada maka hakim tersebut berhak
menafsirkan sendiri dan membuat keputusan yang tepat, dan hakim juga
berhak merubah keputusan yang telah dia buat. Mahkamah Internasional
ssebagai salah satu dari lembaga peradilan internasional banyak yang
mempercayakan penyelesaian sengketa antar negara kepada Mahkamah
Internasional baik sengketa antara perbatasan antara dua negara, maupun
sengketa mengenai klaim kedaulatan negara atas suatu wilayah. Proses
persidangan di dalam Mahkamah Internasional prinsipnya harus dihadiri
oleh 15 anggota tetapi quorum anggota hanya cukup untuk mengadili
suatu perkara. Biasanya persidangan tersebut dilakukan oleh 11 anggota,
8

11 anggota tersebut bukan termasuk hakim-hakim ad hoc. Mahkamah


Internasional dalam memilih ketua dan wakil ketuanya dalam masa
jabatannya selama tiga tahun dan setelah itu mereka bisa dipilih kembali.
Selain itu mahkamah juga berhak mengangkat paniteranya dan pegawai-
pegawai lain yang dianggap perlu. Bahasa-bahasa resmi yang digunakan
menurut pasal 39 statua adalah Perancis dan Inggris. Namun jika ada
salah satu pihak yang meminta menggunakan bahasa lain maka
mahkamah internasional mengizinkan menggunakan bahasa lain yang
diinginkan oleh salah satu negara tersebut.

4.2. Indonesia tidak bisa menang dalam sengketa kasus Pulau Sipadan-
Ligitan

Indonesia kalah dari Malaysia karena faktor pengendalian efektif yang


dijalankan oleh Malaysia, dan putusan mahkamah internasional yang membuat
Indonesia kalah dari Malaysia. Mahkamah internasional pernah memberikan
kesempatan bagi kedua negara untuk menjaga kedua pulau tersebut. Malaysia
merawat baik kedua pulau tersebut berbeda dengan Indonesia, Sebaliknya
Indonesia malah tidak ada tindakan untuk menjaga dan merawat pulau tersebut.
Akhirnya mahkamah internasional pun mengeluarkan putusan yang membuat
kaget seluruh masyarakat Indonesia, mahkamah internasional memutuskan bahwa
Malaysia berhak atas pulau Sipadan-Ligitan. Padahal Indonesia telah berjuang
agar pulau Sipadan-Ligatan agar tidak lepas tapi apa boleh buat keputusan
mahkamah internasional tidak bisa diganggu gugat.

4.3. Upaya Mengatasi Pulau-Pulau di Indonesia agar tidak hilang

Untuk mengatasi permasalahan yang ada di pulau-pulau terluar,


pemerintah membuat kebijakan mengenai permasalahan tersebut yang fungsinya
untuk memaksimalkan potensi sekaligus melindungi daerah tersebut sebagai
inventarisasi suatu wilayah. Pertama, kebijakan pemerintah yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Peraturan tersebut bertujuan untuk menanagani kawasann-
kawasan perbatasan dan memperhatikan aspek- aspek melalui pendekatan
9

pertahanan dan kemananan, sinergitas pengembangan wilayah lautan dan daratan


serta pengembangan wilayah pulau-pulau kecil. Kedua, melalui peraturan
presiden nomor 78 tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau terluar. Peraturan
tersebut memiliki tujuan diantaranya sebagai berikut:
1. Menjaga keutuhan, wilayah negara kesatuan republik indonesia,
keamanan nasional, pertahanan dan ketahanan bangsa serta
menciptakan suatu stabilitas kawasan.
2. Memanfaatkan sumber daya alam dalam rangka pembangunan yang
berkelanjutan.

3. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka upaya peningkatan


kesejahteraan.

4. pemerintah membuat peraturan terkait pengelolaan wilayah pesisir dan


pulau-pulau kecil yang diatur dalam UU PWP dan PPK. 34 Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang menjadi pelaksanaan kebijakan dari
pemerintah. Hal-hal yang diatur dalam undang-undang tersebut meliputi:
perencanaan pengelolaan pemanfaatan berdasarkan ekosistem,
pemanfaatan pulau-pulau kecil, hak pengusaha perairan pesisir,
konservasi dan hak pengendalian mitigasi bencana. Kelima, dibentuknya
Badan Nasional Pengelolaan Petbatasan (BNPP) yang diamanatkan
dalam undang-undang nomor 43 tahun 2008 tentang wilayah negara
terutama di sebutkan dalam Bab IV Kelembagaan Pasal 14 ayat (1) yang
isinya tentang pengelolaan batas wilayah negara dan pengelolaan
kawasan perbatasan pada tingkat pusat dan daerah, pemerintah pusat dan
daerah, pembentukan Badan Pengelola Nasional dan Badan Pengelola
Daerah.

4.4. Pentingnya Penetepan Batas Laut Bagi Suatu Negara

Konsep tetang batas suatu negara selalu fokus pada batas-batas daratan.
Namun sekarang terjadi perubahan pergeseran keadaan, perkembangan tentang
wilayah laut territorial yang tidak tetap menyebabkan negara yang berada
diseluruh belahan dunia sekarang lebih mementingkan posisi lautan daripada
daratan, karena jika batas daratan masih bisa dilihat sedangkan batas laut susah
10

jika dideteksi.

Dalam konsepsi hukum internasional yang mengatur perihal ruang


lingkung cakupan wilayah yaitu berhubungan dengan cara bagaimana negara
tersebut memiliki atau kehilangan wilayahnya. Mengenai cakupan wilayah
Republik Indonesia, terdapat berbagai macam peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang hal tersebut. Rujukan yang tertinggi ada dalam pasal 25 A
UUD 1945 yang berbunyi: “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
negara kepulauan yang memiliki ciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas
dan hak-haknya ditetapkan oleh Undang- Undang.

Berkaitan dengan ditetapkannya batas diwilayah darat, negara berhak


bernegosiasi dengan negara yang berbatasan. Peraturan perundang-undangan
yang membahas tentang hal ini terdapat dalam UU. No. 17 tahun 1985 mengenai
ratifikasi ratifiksi UNCLOS 1982, UU. No. 6 tahun 1996 tentang perairan
Indonesia dan yang terkhusus adalah UU No. 43 tahun 2008 tentang wilayah
negara.
Dengan adanya penetapan batas laut bagi suatu negara itu sama saja
negara memperoleh kepastian hukum, sehingga jelas bagian mana yang menjadi
batas wilayah negara A dengan batas wilayah B.
11

BAB V
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik
internasional merupakan hal yang berpotensi terjadi disetiap negara terutama jika
sistem ketahanan di negara tersebut tidak kuat. Konflik internasional yang terjadi
antara Indonesia dengan Malaysia mengenai Pulau Sipadan-Ligitan menjadi
pembelajaran penting bagi bangs ini agar kedepannya lebih berhati-hati dan
memperhatikan batas-batas wilayah negara. Jangan sampai ada pulau atau wilayah
Indonesia yang lepas lagi.

4.2. saran
Adanya kasus Sipadan-Ligitan hendaknya membuat pemerintah
Indonesia lebih sadar akan pentingnya ketegasan dan pengawasan mengenai batas
wilayah negara sehingga tiap-tiap wilayah dapat terjaga kedaulatannya dan tidak
menjadi pemicu terjadinya konflik internasional lainnya yang lebih luas.
12

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unissula.ac.id/15245/6/Bab%20I.pdf (diakses pada tanggal 31 Maret


2021)

https://yoursay.suara.com/news/2020/12/14/174918/sengketa-internasional-batas-
wilayah-ambalat-indonesia-dan-malaysia?page=all (diakses pada tanggal 31 Maret
2021 )

https://mediaindonesia.com/opini/282633/indonesia-dan-konflik-internasional (diakses
pada tanggal 31 Maret 2021)

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8799/f.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y (diakses pada tanggal 31 Maret 2021)

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jph/article/view/2870/2359 (diakses pada


tanggal 31 Maret 2021 )

Anda mungkin juga menyukai