BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan individu, atau negara dengan organisasi internasional, tidak selamanya terjalin
dengan baik. Acap kali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara mereka.
Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa. Sumber potensi
sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan
lingkungan, perdagangan, dan lain-lain. Manakala hal demikian itu terjadi, hukum
yang cukup penting di masyarakat internasional sejak awal ke-20. Upaya-upaya ini
ditujukan untuk menciptakan hubungan antar negara yang lebih baik berdasarkan
cara penyelesaian : cara penyelesaian sengketa secara damai dan cara penyelesaian
1
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 1.
2
Ion Diaconu, Peaceful Settlement of Disputes between States : History and Prospects, dalam Huala
Adolf, Ibid.
16
Cara perang untuk meyelesaikan sengketa merupakan cara yang telah diakui
dan dipraktikkan sejak lama. Bahkan perang telah dijadikan sebagai alat atau
telah pula dijadikan sebagai salah satu wujud dari tindakan negara yang berdaulat.
Menteri luar negeri Amerika Serikat, Robert Lansing, pada tahun 19191 menyatakan
bahwa : “to declare war is one of the highest acts of sovereignty.” 4 Pada masa itu
perang merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan sengketa dan cara damai
belum dipandang sebagai aturan yang dipatuhi dalam kehidupan atau hubungan
negara. Sarjana terkemuka Rumania, Ion Diaconu, antara lain menyatakan :”… in
many cases recourse to violence has been used and continues to be used in
international relations, and the use of peaceful way and means is not yet the rule in
international life…”.5
3
Jose Cette-Camara, Methods of Obligatory Settlement of Diputes, dalam Huala Adolf, Ibid.
4
Lauterpacht, Recognation in International Law, dalam Huala Adolf, Op.Cit., hal. 2.
5
Ion Diaconu, dalam Huala Adolf., Op.Cit., hal. 2.
6
Huala Adolf, Ibid.
17
ICJ Rep.65) bahwa untuk menyatakan ada tidaknya suatu sengketa internasional
bahwa suatu sengketa bukanlah suatu sengketa menurut hukum internasional apabila
hukum para pihak yang bersengketa. Hal ini ditunjukan ketika mahkamah
mengenai penafsiran suatu perjanjian perwalian (trusteeship) PBB yang sudah tidak
berlaku. Dalam sengketa ini pemohon tidak menuntut apa-apa dari pihak lainnya.
Sengketa internasional yang dikenal dalam studi hukum internasional ada dua
Sengketa politik adalah sengketa ketika suatu negara mendasarkan tuntutan tidak atas
Sengketa yang tidak bersifat hukum ini penyelesaiannya dilakukan secara politik.
Keputusan yang diambil dalam penyelesaian politik hanya berbentuk usul-usul yang
7
Huala Adolf, Loc.Cit, hal. 4 – 6.
18
kedaulatan negara yang bersengketa dan tidak harus mendasarkan pada ketentuan
atau tuntutannya atas ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian atau
yang telah diakui oleh hukum internasional. Keputusan yang diambil dalam
penyelesaian sengketa secara hukum punya sifat yang memaksa terhadap kedaulatan
negara yang bersengketa. Hal ini disebabkan keputusan yang diambil hanya
Meskipun sulit untuk membuat perbedaan tegas antara istilah sengketa hukum
dan sengketa politik, namun para ahli memberikan penjelasan mengenai cara
berikut:
vital negara, seperti integritas wilayah, dan kehormatan atau kepentingan lainnya dari
suatu negara.
8
Ibid.
19
yang ada cukup untuk menghasilkan keputusan yang sesuai dengan keadilan antar
hak hukum yang dilakukan melalui tuntutan yang menghendaki suatu perubahan atas
sengketa hukum atau politik bergantung sepenuhnya kepada para pihak yang
maka sengketa tersebut adalah sengketa hukum. Sebaliknya, jika sengketa tersebut
menurut para pihak membutuhkan patokan tertentu yang tidak ada dalam hukum
sengketa politik.
serta tidak ada dasar kriteria objektif yang mendasari perbedaan antara sengketa
politik dan hukum. Menurut mereka, setiap sengketa memiliki aspek politis dan
”All disputes have their political aspect by the very fact that they concern relations
between sovereign states. Disputes which, according to the distinction, are said to of
the legal nature might involve highly important political interests of the states
character more often than not concern the application of a principle or a norm of
international law.”
jenis sengketa hukum dan politik internasional dapat dilakukan dengan melihat
sumber sengketa dan bagaimana cara sengketa tersebut diselesaikan, apabila sengketa
dapat terjadi akibat adanya benturan kepentingan yang melibatkan lebih dari satu
politik.9
Di samping istilah sengketa hukum dan sengketa politik, ada pula istilah lain
yang sama-sama tunduk pada penyelesaian sengketa secara damai. Istilah tersebut
adalah situation atau situasi. Istilah ini khususnya dapat ditemui dalam Piagam PBB,
situations which might lead to a breach of the peace.” Pasal lainnya adalah Pasal 34
Piagam PBB : “The security council may investigates any disputes, or any situation
Internasional
9
http://weinarifin.wordpress.com/2010/02/04/metode-analisa-politik/, diakses pada 11 Maret 2018.
21
sebagian merupakan kebiasaan praktek dan sebagian lagi berupa sejumlah konvensi
Konvensi The Hague 1899 dan 1907 untuk Penyelesaian secara Damai
dirumuskan di San Fransisco tahun 1945. Salah satu tujuan pokok Charter tersebut
negara.
digolongkan dalam dua (2) kategori, yaitu penyelesaian secara damai dan secara
1) Negosiasi
organisasi Internasional.11
2) Jasa-jasa baik
10
J.G. Starke, Pengantar Hukum Intenasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 646.
11
Huala Adolf, Op.Cit., hal. 19.
23
dengan bantuan pihak ketiga. Pihak ketiga disini berupaya agar para
3) Pencarian fakta
12
J.G. Starke, Op.Cit,hal. 671-672
24
4) Mediasi
mediasinya dengan membuat usulan usulan baru. Karena itu, salah satu
5) Konsiliasi
13
J.G. Starke, Op.Cit., hal. 671-673.
25
kekuatan hukum.
6) Arbitrase
organ umum untuk penyelesaian yudisial yang pada saat ini tersedia
14
Huala Adolf, Op.Cit., hal. 202.
26
berlaku dan syarat tersebut tidak untuk menenpatkan para pihak dalam
opinion)
maka salah satu cara yang dapat digunakan sebagai jalan keluar penyelesaian
dibagi menjadi:
1. Perang :16
15
J.G. Starke, Loc.Cit, hal. 655.
16
J.G. Starke, Loc.Cit., hal. 679.
27
Bahkan perang telah juga dijadikan sebagai alat atau instrumen dan
dalam Piagam tercantum dalam Pasal 2 ayat (4). Pasal ini menyatakan
their international relations from the threat or use of force gainst the
to the SecurityCouncil…”.
2. Retorsi
disebut dalam Pasal 42 Piagam PBB sebagai suatu tindakan yang boleh
dunia.
5. Intervensi18
17
J.G. Starke, Pengantar Hukum Intenasional, 682-685
18
J.G. Starke, Pengantar Hukum Intenasional,136.
31
suatu negara dilarang untuk turut campur dalam urusan negara lain. Hal
ini ditekankan dengan jelas dalam Pasal 2ayat (4) dan ayat (7) Piagam
PBB, yang mana melarang negara anggota untuk ikut campur dalam
terhadap hal ini diberikan kepada Dewan Keamanan PBB yang mana
dengan hak dan kewajiban individu sebagai para pihak dan lembaga Internasional non
privat yakni terletak dalam kontrak kesepakatan yang telah dibuat sebelum
19
Muhammad Sood,Hukum Perdagangan Internasional (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2011), 18.
20
Muhammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional,22.
33
Kebebasan para pihak untuk menetukan hukum ini termasuk kebebasan untuk
memilih kepatutan dan kelayakan (ex aequo et bono). Prinsip ini adalah sumber di
kepatutan atau kelayakan suatu penyelesaian sengketa. Kebebasan memilih ini harus
dihormati oleh badan peradilan sebagai contoh yakni, Pasal 28 ayat (1) UNCITRAL
Peran choice of law di sini adalah menentukan hukum yang akan digunakan
dapat memilih pengadilan mana seandainya timbul sengketa terhadap kontrak yang
bersangkutan yang dapat dilakukan melalui pilihan forum pengadilan dan di luar
pengadilan. Forum penyelesaian sengketa dalam hal ini pada prinsipnya juga sama
dengan forum yang dikenal dalam hukum penyelesaian sengketa Internasional pada
21
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, 198
34
internasional keduanya senantiasa berjalan bersama tanpa terpisah satu sama lain.
antara negara-negara pantai, yang berusaha untuk memperluas kontrol mereka atas
wilayah laut yang berdekatan dengan garis pantai mereka. Pada akhir abad ke-18,
diketahui bahwa negara memiliki kedaulatan atas laut teritorial mereka. Setelah
Komisi mulai bekerja ke arah ini pada tahun 1949 dan menyiapkan empat rancangan
konvensi, yang diadopsi pada Konferensi PBB pertama tentang Hukum Laut.
konferensi PBB pertama tentang hukum laut ternyata tidak mampu menghimpun
territorial. Hal yang sama juga terjadi pada konferensi PBB kedua tentang hukum laut
tahun 1960. Akhirnya pada UNCLOS III, yang berlangsung dari Desember 1973
Tinggi.
hasil-hasil yang telah dicapai UNCLOS I, konvensi ini digelar dari tanggal 17 sampai
Konferensi ini sekali lagi gagal memperbaiki luasnya seragam untuk wilayah atau
umumnya karena sikap arogan negara-negara maritim yang besar dan maju dalam
bidang teknologi.
Sementara itu UNCLOS III dimulai dari tahun 1973 ke 1982. UNCLOS III
berpartisipasi dalam konvensi 9 tahun, yang akhirnya mulai berlaku pada tanggal 14
November 1994, 21 tahun setelah pertemuan pertama UNCLOS III dan satu tahun
setelah ratifikasi oleh negara keenam puluh. Pertama enam puluh ratifikasi hampir
Hal utama dari konvensi ini adalah permasalahan maritim zones- laut teritorial, zona
tambahan, zona ekonomi eksklusif, landas kontinen, laut tinggi, wilayah laut-tidur
36
sebagai Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (United Nations Convention on
the Law of the Sea) yang ditandatangani oleh 119 Negara di Teluk Montego Jamaika
tanggal 10 Desember 1982. Bagi sebuah Negara UNCLOS 1982 membagi laut
1. Laut yang merupakan bagian dari wilayah kedaulatan yaitu ( di laut teritorial, laut
pedalaman)
3. Laut yang berada di luar dua di atas ( artinya bukan termasuk wilayah
mengatur hak-hak dan kewajiban negara pantai yang harus dipatuhi oleh negara-
undangan. UNCLOS 1982 juga mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
menjadi negara ke-60 untuk menandatangani perjanjian itu. Hingga saat ini 160
negara dan Uni Eropa telah bergabung dalam konvensi tersebut. Sementara Sekretaris
PBB tidak memiliki peran operasional langsung dalam pelaksanaan Konvensi. Peran
Internasional, Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional, dan Otoritas Dasar Laut
Kepulauan Senkaku atau Diaoyu (nama pemberian Cina) semula adalah pulau
tak bertuan sampai dengan akhir tahun 1894, tak ada penghuninya dan semua orang
tak ada yang melirik pulau, tak ada yang tertarik kepada pulau tersebut. Lalu Jepang
menganggap sebagai pulau miliknya. Pada jaman restorasi Meiji tahun 1885,
pemerintah Jepang melakukan survei yang hasilnya, pulau tersebut tidak ada
pemiliknya.22
permintaan resmi agar pulau dimasukkan ke Jepang. Tanggal 14 Januari 1895, Jepang
mengumumkan secara resmi memiliki pulau tersebut. pada saat perang Cina-Jepang
22
http://gapurasejarah.blogspot.co.id/2016/11/persengketaan-Jepang-dan-Cina.html
38
Hal itu terjadi tiga bulan sebelum penandatanganan Pakta Shimonoseki, pakta
perdamaian penghentian perang dan pengakuan Cina kalah terhadap Jepang. Lalu
Jepang membuat tanda di Kubajima (pulau Kuba) dan Uotsurijima (pulau Uotsuri)
sebagai tanda pulau tersebut milik Jepang. Keputusan politik itu baru terungkap tahun
1950. Kepulauan Senkaku terdiri dari lima pulau dengan luas keseluruhan tujuh
kilometer persegi terdiri dari pulau Uotsuri (Diaoyu Dao), pulau Taisho (Chiwei Yu),
Kubajima (Huangwei Yu), pulau Kita Kojima (Bei Xiaodao) dan pulai Minami
swasta, keluarga Jepang bernama Tatsuhiro Koga, membeli dan mengelola pulau
Saat ini uang pajak dari pulau itu sekitar 24 juta yen setahun. Koga membuat
sekitar 200 orang. Setelah perang dunia kedua berakhir, pulau itu yang menjadi
bagian dari Okinawa, diambil pihak Amerika Serikat. Lalu tahun 1971 Okinawa
dari keluarga Koga tahun 1970-an dibeli keluarga Kurihara hingga kini. Perserikatan
banyak sumber alam mineral dengan nilai sekitar satu triliun dolar AS kalau dikelola
dengan baik. Karena pengumuman PBB tersebutlah, pulau yang tak menarik ini,
akhirnya jadi perhatian dunia terutama Cina yang langsung ingin merebut balik
kepada Jepang. Sejak lepas dari Amerika, hingga saat ini banyak kasus terjadi akibat
persengketaan antara Cina dan Jepang atas kepemilikan kepulauan tersebut. Cina tak
Diaoyu sebagai wilayahnya sejak masa purbakala, yang berada di bawah pengaturan
Deklarasi Kairo yang dideklarasikan oleh Cina, Amerika Serikat, dan Inggris.
Deklarasi ini menjadi dasar zona laut Cina yang baru dan klaim atas Kepulauan
Senkaku. Deklarasi Kairo dengan jelas menetapkan status wilayah di kawasan Asia
Timur serta orde baru pasca perang dan merupakan dokumen resmi yang membatasi
wilayah Jepang pasca Perang Dunia II. Deklarasi Kairo mengecam agresi Jepang
penyelesaian atau resolusi banyak hal hal yang harus di analisa lebih jauh untuk
memastikan Negara mana yang lebih berhak untuk mengklaim kepemilikan atas
Kepulauan Senkaku/Diaoyu.
23
Indrajuara.wordpress.com paradigma-pendekatan-realisme-dan-liberalisme-terhadap-sengketa-
pulau-senkaku-Jepang-dan-cina(14 Maret 2018)
40
wilayahnya. Dilihat dari praktik negara ada beberapa cara bagi suatu negara untuk
1. Akresi (accretion)
wilayah dalam bentuk pulau baru dapat juga disebabkan oleh letusan
gunung api di laut. Dalam hal ini apabila pulau baru tersebut bereda di
perairan wilayah suatu negara maka otomatis akan menjadi bagian dari
2. Cessi (cession)
wilayah atau bagian wilayah adalah hak yang melekat pada kedaulatan
mengakhiri perang.
tidak lebih dari itu. Dengan demikian, apabila negara pemberi pernah
memberikan hak kepada negara ketiga. Maka, hak negara ketiga tersebut
oleh Amerika Serikat dari Rusia, atau ketika Denmark menjuan beberapa
3. Okupasi (occupation)
dilakukan oleh negara dan bukan oleh perorangan, secara efektif dan
sebagai bagian dari kedaulatan suatu negara. Hal itu harus ditunjukan
bendera atau melalui suatu proklamasi. Penemuan saja tidak cukup kuat
4. Preskripsi (prescription)
suatu negara secara de facto dan damai untuk kurun waktu tertentu, bukan
adalah bahwa tidak banyak praktik negara untuk itu. Dengan demikian,
tidak jelas preseden mana yang menunjukan berapa lama waktu yang
terputus. Hal ini penting untuk menunjukan bahwa munculnya protes dari
kalim preskripsi.
suatu konvevsi.
43
dimaksud.
5. Aneksasi (annexation)
Anaksasi adalah salah satu cara bagi suatu negara untuk memperoleh
PBB