Anda di halaman 1dari 11

TUGAS POWER POINT

PENYELESAIAN SENGKETA
INTERNASIONAL

DISUSUN KELOMPOK 10 :
ZULFIKRI
M. IKHSAN

HUKUM INTERNASIONAL
A.Pengertian Sengketa Internasional

Sengketa Internasional disebut dengan perselisihan yang terjadi


antara Negara dan Negara, Negara dengan individu atau Negara
dengan badan-badan / lembaga yang menjadi subjek internasional.
Menurut Huala Adolf,
yang dapat digunakan sebagai ukuran suatu sengketa dipandang
sebagai sengketa hukum, yaitu apabila sengketa tersebut dapat
diserahkan dan diselesaikan oleh pengadilan internasional. Akan
tetapi hal ini sulit dapat diterima, sebab pada dasarnya secara
teoritis sengketa-sengketa internasional dapat diselesaikan oleh
pengadilan internasional. Sesulit apapun suatu sengketa apabila
sudah diserahkan kepada mahkamah/pengadilan internasional,
maka makamah internasional harus memutuskan perkara senketa
itu berdasarkan pada prinsip kepatutan dan kelayakan (ex aequo et
bono)
Ada beberapa sebab terjadinya sengketa internasional, antara lain:
1. Politik luar negeri yang terlalu luwes atau sebaliknya terlalu kaku
Politik luar negeri suatu bangsa menjadi salah satu penyebab kemungkinan
timbulnya sengketa antarnegara. Sikap tersinggung atau salah paham merupakan
pemicu utama terjadinya konflik.
2. Unsur-unsur moralitas dan kesopanan antarbangsa
Dalam menjalin kerja sama atau berhubungan dengan bangsa lain, kesopanan
antarbangsa penting untuk diperhatikan dalam etika pergaulan. Sebab jika kita
menyalahi etika bisa saja timbul konflik atau ketegangan.
3. Masalah klaim batas negara atau wilayah kekuasaan
Negara-negara yang bertetangga secara geografis berpeluang
besar terjadi konflik atau sengketa memperebutkan batas negara.

4. Masalah hukum nasional (aspek yuridis) yang saling


bertentangan Hukum nasional setiap negara berbeda-beda
bergantung pada kebutuhan dan kondisi masyarakatnya. Jika
suatu negara saling bekerja sama tanpa mempertimbangkan
hukum nasional negara lain, bukan tidak mungkin konfrontasi bisa
terjadi.
C. Macam-Macam Sengketa Internasional

1. Sengketa justisiabel
Sengketa justisiabel adalah sengketa yang dapat diajukan ke
pengadilan atas dasar hukum internasional. Sengketa justisiabel
sering disebut sebagai sengketa hukum, karena sengketa
tersebut timbul dari hukum internasional dan diselesaikan dengan
menerapkan hukum internasional.
2. Sengketa non-justisiabel
Sengketa non-justisiabel adalah sengketa yang bukan merupakan
sasaran penyelesaian pengadilan. Sengketa non-justisiabel
sering dikenal sebagai sengketa politik karena hanya melibatkan
masalah kebijaksanaan atau urusan lain di luar hukum, sehingga
penyelesaian lebih banyak menggunakan pertimbangan politik.
Penyelesaian politik ini ditempuh dengan jalan diplomasi melalui
keahlian diplomasi dari para diplomatnya.
D. Cara Penyelesaian Sengketa Internasional

1. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai


Timbulnya sengketa internasional memerlukan cara penyelesaian. Penyelesaian
sengketa internasional dengan cara yang seadil-adilnya, bagi para pihak
merupakan dambaan masyarakat internasional.
Untuk itu, Konvensi The Hague 1899 dan 1907 tentang Penyelesaian secara
Damai Sengketa-sengketa Internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
memberikan acuan cara-cara penyelesaian sengketa internasional.
Secara umum, ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yakni
penyelesaian secara damai dan penyelesaian secara paksa atau kekerasan
apabila penyelesaian secara damai gagal terlaksana.
Penyelesaian sengketa internasional secara damai merupakan penyelesaian tanpa
paksaan atau kekerasaan. Cara-cara penyelesaian secara damai meliputi
arbitrase; penyelesaian yudisial; negosiasi, jasa-jasa baik, mediasi, konsiliasi,
penyelidikan; dan penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB.
Pembedaan cara-cara tersebut tidak berarti bahwa proses penyelesaian sengketa
internasional satu sama lain saling terpisah secara tegas, melainkan ada
kemungkinan antara cara yang satu dengan yang lain saling berhubungan
a. Arbitrase
Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa secara damai. Proses ini
dilakukan dengan cara menyerahkan penyelesaian sengketa kepada
orang-orang tertentu, yaitu arbitrator. Mereka dipilih secara bebas oleh
para pihak yang bersengketa. Mereka itulah yang memutuskan
penyelesaian sengketa, tanpa terlalu terikat pada pertimbangan-
pertimbangan hukum. Pengadilan-pengadilan arbitrase semestinya
berkewajiban untuk menerapkan hukum internasional. Namun,
pengalaman di lapangan hukum internasional menunjukkan adanya
kecenderungan yang berbeda. Beberapa sengketa yang menyangkut
masalah hukum seringkali diputuskan berdasarkan kepatutan dan
keadilan (ex aequo et bono).
b. Penyelesaian yudisial
Penyelesaian yudisial adalah suatu penyelesaian sengketa internasional
melalui suatu pengadilan internasional yang dibentuk sebagaimana
mestinya, dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum. Lembaga
pengadilan internasional yang berfungsi sebagai organ penyelesaian
yudisial dalam masyarakat internasional adalah International Court of
Justice.

c. Negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penyelidikan


Negosiasi, jasa-jasa baik, mediasi, konsiliasi, dan penyelidikan adalah
cara-cara penyelesaian yang kurang begitu formal dibandingkan dengan
penyelesaian yudisial ataupun arbritase.
Penyelesaian Sengketa Internasional secara Paksa atau Kekerasan
Adakalanya para pihak yang terlibat dalam sengketa internasional tidak dapat
mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa tersebut secara damai.
Apabila hal tersebut terjadi, maka cara penyelesaian yang mungkin adalah dengan
cara-cara kekerasan.
Cara-cara penyelesaian dengan kekerasan di antaranyaadalah perang dan tindakan
bersenjata nonperang; retorsi; tindakan-tindakan pembalasan; blokade secara
damai; intervensi.
a. Perang dan tindakan nonperang. Perang dan tindakan bersenjata nonperang
bertujuan untuk menaklukkan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat
penyelesaian suatu sengketa internasional. Melalui cara tersebut, negara yang
ditaklukkan itu tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya.
b. Retorsi. Retorsi adalah pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap
tindakan-tindakan tidak pantas yang dilakukan oleh negara lain. Balas dendam
dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat, yang
dilakukan oleh negara yang kehormatannya dihina. Misalnya, dengan cara
menurunkan status hubungan diplomatik, pencabutan privilege diplomatik, atau
penarikan diri dari kesepakatan-kesepakatan fiskal dan bea masuk.
c. Tindakan-tindakan pembalasan. Pembalasan adalah cara penyelesaian
sengketa internasional yang digunakan oleh suatu negara untuk mengupayakan
diperolehnya ganti rugi dari negara lain. Cara penyelesaian sengketa tersebut
adalah dengan melakukan tindakan pemaksaan kepada suatu negara untuk
menyelesaikan sengketa yang disebabkan oleh tindakan ilegal atau tidak sah yang
dilakukan oleh negara tersebut.
d. Blokade secara damai. Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang
dilakukan pada waktu damai. Kadang-kadang tindakan tersebut digolongkan
sebagai suatu pembalasan. Tindakan tersebut pada umumnya ditujukan untuk
memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti
rugi atas kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade.
Pengertian intervensi sebagai cara untuk menyelesaikan sengketa internasional
adalah tindakan campur tangan terhadap kemerdekaan politik negara tertentu
secara sah dan tidak melanggar hukum internasional. Ketentuan-ketentuan yang
termasuk dalam kategori intervensi sah adalah sebagai berikut:
1) Intervensi kolektif sesuai dengan Piagam PBB.
2) Intervensi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan warga negaranya.
3) Pertahanan diri.
4) Negara yang menjadi objek intervensi dipersalahkan melakukan pelanggaran
berat terhadap hukum internasional.
Contoh Sengketa Internasional
1) Batas Perairan Indonesia-Malaysia di Selat Malaka
Pada tahun 1969 Malaysia mengumumkan bahwa lebar wilayah perairannya
menjadi 12 mil laut diukur dari garis dasar seseuai ketetapan dalam Konvensi
Jenewa 1958. Namun sebelumnya Indonesia telah lebih dulu menetapkan batas-
batas wilayahnya sejauh 12 mil laut dari garis dasar termasuk Selat Malaka. Hal ini
menyebabkan perseteruan antara dua negara mengenai batas laut wilayah mereka
di Selat Malaka yang kurang dari 24 mil laut
Penyelesaian
Pada tahun 1970 tepatnya bulan Februari-Maret dilaksanakan perundingan
mengenai hal tersebut, sehingga menghasilkan perjanjian tentang batas-batas
Wilayah Perairan kedua negara di Selat Malaka. Penentuan titik kordinat
ditetapkan berdasarkan garis pangkal masing-masing negara. Dengan
diberlakukannya Konvensi Hukum Laut Internasional 1982, maka penentuan titik
dasar dan garis pangkal dari tiap-tiap negara perlu diratifikasi berdasarkan aturan
badan internasional yang baru. Namun belum ditetapkannya batas ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif) menyebabkan seringnya tangkap-menangkap nelayan di
wilayah perbatasan. Berdasarkan ketentuan UNCLOS-82, sebagai coastal state,
Malaysia tidak diperbolehkan menggunakan Pulau Jara dan Pulau Perak sebagai
base line yang31dua pulau tersebut lebih dari 100 mil laut.

Anda mungkin juga menyukai