Anda di halaman 1dari 6

Resume Kelompok 1-6

Disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester


Advokasi, Mediasi, dan ADR yang diampu
oleh Bapak Ladin, S.H.I, M.H. NIDN

Disusun oleh:

Riza Nurazizah (126102202116)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
OKTOBER 2022
Kelompok 1
Pengertian sengketa
Sengketa atau dalam bahasa inggris disebut dispute adalah konflik yang terjadi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang
sama atas objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.
Sengkata bisa terjadi oleh siapa saja dan dimana saja.
Sengketa merupakan suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak
lain, yang kemudian pihak tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak kedua. Jika
situasi menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadi lah apa yang dinamakan dengan sengketa.
Dalam konteks hukum khususnya hukum kontrak, yang dimaksud dengan sengketa merupakan
perselisihan yang terjadi antara para pihak karena adanya pelanggaran terhadap kesepakatan
yang telah dituangkan dalam suatu kontrak, baik sebagian maupun keseluruhan.
Sebab-sebab timbulnya sengketa
Sebab timbulnya sengketa antara lain :
a. Teori hubungan masyarakat menitikberatkan adanya ketidakpercayaan dan rivalisasi
kelompok dalam masyarakat.
b. Teori negosiasi prinsip menjelaskan bahwa konflik terjadi karena adanya perbedaan-
perbedaan diantara pihak.
c. Teori identitas teori ini menjelaskan bahwa konflik terjadi karena sekelompok orang merasa
identitasnya terancam oleh pihak lain.
d. Teori kesalapahaman antara budaya menjelaskan bahwa konflik terjadi karena
ketidakcocokan dalam komunikasi diantara orang-orang dari latar belakang budaya yang
berbeda.
e. Teori transformasi teori ini menjelaskan bahwa konflik dapat terjadi karena adanya
masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan serta kesenjangan yang terwujud dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat baik sosial, ekonimi, maupun polotik.
f. Teori kebutuhan atau kepentingan manusia pada intinya, teori ini mengungkapkan bahwa
konflik dapat terjadi karena kebutuhan atau kepentinagna manusia tidak dapat terpenuhi
atau terhalang atau merasa dihalangi oleh orang atau pihak lain
Langkah-langkah dalam penyelesaian sengketa
Ada dua acara penyelesaian sengketa yaitu sebagai berikut :
a. Penyelesaian sengketa secara litigasi
Dapat dilihat di dalam Pasal 6 ayat 1 UU 30/1999 tentang Arbitrase mengatakan bahwa
sengketa dalam bidang perdata dapat diselesaikan para pihak melalui alternatif penyelesaian
sengketa yang dilandasi itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di
Pengadilan Negeri. Litigasi merupakan proses menyelesaikan perselisihan hukum di
pengadilan yang mana setiap pihak bersengketa memiliki hak dan kewajiban yang sama baik
untuk mengajukan gugatan maupun membantah gugatan melalui jawaban. Penyelesaian
sengketa secara litigasi merupakan upaya penyelesaian sengketa melalui Lembaga
pengadilan.
b. Penyelesaian sengketa secara Non-Litigasi

Rachmadi Usman, S.H., M.H. mengatakan bahwa selain melalui litigasi (pengadilan),
penyelesaian sengketa juga dapat diselesaikan melalui jalur non-litigasi (di luar pengadilan),
yang biasanya disebut dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) di Amerika, di
Indonesia biasanya disebut dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut
APS). Terhadap penyelesaian sengketa di luar pengadilan (di Indonesia dikenal dengan nama
APS) telah memiliki landasan hukum yang diatur dalam UU 30/1999 tentang Arbitrase. Cara
penyelesaian tersebut adalah dengan musyawarah dan mufakat untuk mengambil keputusan.
Pada Pasal 1 Angka (10) UU 30/1999 tentang Arbitrase merumuskan bahwa APS sendiri
merupakan Lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati para pihak yakni penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli.

Kelompok 2

Sejarah perkembangan pranata arbitrase

Arbitrase mempunyai sejarah yang panjang. Berawal mula dari sistem dalam kebiasaan
perdagangan di Mesir Kuno dan Babilonia, yang kemudian diadopsi di negara Yunani dan
dimasukkan ke dalam Roman Ius Gentium (yang merupakan hukum nasional, kemudian
dikodifikasi dalam Corpus Juris Civils). Pada awal penggunaan sistem ini, para pedagang yang
dihadapkan dengan berbagai sengketa dagang mereka diberikan kesempatan bebas untuk
menyelesaikannya, tanpa dipantau langsung oleh pemerintah. Pada awalnya, arbitrase hanya
dikenal dalam lingkup domestik saja, dan selanjutnya berkembang dalam menyelesaikan
sengketa-sengkata perdata yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya dalam batasan
sengketa dalam keluarga, hubungan industrial atau sengketa antara dua perusahaan dagang. Pada
awal tahun 1920an, negara-negara di Eropa sudah memperkenalkan arbitrase ke dalam dunia
internasional. Pada tahun 1923, The Geneva Protocol on Arbitration Clauses diambil alih oleh
Liga BangsaBangsa yang dengan efektif dapat menyelesaikan sengketa di luar lingkup domestik.
Dengan terdapat ketentuan dalam perjanjian arbitrase yang ditetapkan. Kemudian Konvensi New
York 1958 merupakan Konvensi tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing
yang dibentuk di New York, Amerika Serikat. Konvensi New York 1958 ini merupakan dasar
pelaksanaan arbitrase internasional. Di mana hingga saat ini terdapat 149 negara yang telah
menjadi anggota peserta konvensi tersebut. Selanjutnya BANI adalah suatu badan yang dibentuk
oleh pemerintah Indonesia guna penegakan hukum di Indonesia dalam penyelesaian sengketa
atau beda pendapat yang terjadi di berbagai sektor perdagangan, industri, dan keuangan, melalui
arbitrase dan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya, antara lain di bidang
korporasi, asuransi, lembaga keuangan, pabrikasi, hak kekayaan intelektual, lisensi, waralaba,
konstruksi, pelayaran/maritim, lingkungan hidup, pengindraan jarak jauh, dan lain-lain dalam
peraturan perundang-undangan dan kebiasaan internasional. Badan ini bertindak secara otonom
dan independen dalam penegakan hukum dan keadilan.

Macam-macam dan penyebab sengketa

Secara rinci dapat disebutkan beberapa macam sengketa yang berpotensi untuk diselesaikan
melalui ADR sebagai berikut :

a. Sengketa internasional, termasuk masalah-masalah dalam lapangan hukum internasional


publik.

b. Sengketa konstitusi, administratif dan fiskal, yang mencakup isu-isu yang berkaitan dengan
kewarganegaraan dan status personal.

c. Sengketa yang berkaitan dengan organisasi yang timbul didalam organisasi yang meliputi
manajemen, struktur dan prosedur dan sengketa antar organisasi.

d. Sengketa perburuhan yang m eliputi tuntutan-tuntutan pembayaran dan sengketa-sengketa


hubungan industrial.

e. Sengketa perusahaaan yang meliputi sengketa-sengketa antar pemegang saham dan masalah-
masalah yang timbul pada likuidasi dan penerimaan.

f. Sengketa komersial yang merupakan bidang yang sangat luas meliputi sengketa-sengketa
kontraktual, sengketa-sengketa yang timbul dalam hubungan komersial seperti persekutuan,
perusahaan patungan dan lain-lain.

g. Sengketa-sengketa konsumen, antara produsen atau pemasok dan konsumen.

h. Sengketa-sengketa perumahan, meliputi sengketa-sengketa antara pemilik dan penyewa, atau


antar penyewa, peninjauan ongkos sewa, sengketa lingkungan dan sebagainya.

i. Sengketa-sengketa yang berkaitan dengan perbuatan melawan hukum (tort), meliputi


kelalaian dan kegagalan melaksanakan kewajiban dan termasuk juga klaim-klaim asuransi
yang terkait dengannya.
j. Sengketa-sengketa yang timbul dari perceraian, termasuk yang berkaitan dengan anak, harta
kekayaan dan masalah-masalah keuangan.

k. Sengketa-sengketa keluarga lain, seperti klaim-klaim warisan, bisnis keluarga dan sengketa-
sengketa lain didalam lingkungan keluarga.

l. Sengkata-sengketa trust, yang meliputi sengketa antara trustees dan beneficiaries. m.


Sengketa-sengketa yang m enim bulkan konsekuensikonsekuensi hukum pidana.

Sebab timbulnya sengketa antara lain :

a. Teori hubungan masyarakat, menitikberatkan adanya ketidakpercayaan dan rivalisasi


kelompok dalam masyarakat.

b. Teori negosiasi prinsip menjelaskan bahwa konflik terjadi karena adanya perbedaan-
perbedaan diantara para pihak.

c. Teori identitas Teori ini menjelaskan bahwa konflik terjadi karena sekelompok orang merasa
identitasnya terancam oleh pihak lain

d. Teori kesalahpahaman antar budaya Teori kesalahpahaman antar budaya menjelaskan bahwa
konflik terjadi karena ketidakcocokan dalam berkomunikasi diantara orang-orang dari latar
belakang budaya yang berbeda

e. Teori transformasi Teori ini menjelaskan bahwa konflik dapat terjadi karena adanya
masalahmasalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan serta kesenjangan yang terwujud dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat baik sosial, ekonomi maupun politik.

f. Teori kebutuhan atau kepentingan manusia Pada intinya, teori ini mengungkapkan bahwa
konflik dapat terjadi karena kebutuhan atau kepentingan manusia tidak dapat terpenuhi/
terhalangi atau merasa dihalangi oleh orang/ pihak lain. Kebutuhan dan kepentingan manusia
dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu substantif, prosedural, dan psikologis.

Sengketa dalam peresfektif hukum islam

Bahwa dalam menyelesaikan permasalah Sengketa Ekonomi Syari’ah Berdasarkan Tradisi Islam
Klasik dapat ditempuh dengan cara yaitu Al Sulh (Perdamaian),Tahkim (artbitrase) dan Wilayat
al Qadha (Kekuasaan Kehakiman) Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Berdasarkan Tradisi
Hukum Positif Indonesia dapat di tempuh dengan cara: Perdamaian dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (ADR) dan Arbitrase (Tahkim).
Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai