A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Pengertian ADR,
Pendorong ADR, Perkembangan ADR di Indonesia, Bentuk-bentuk ADR. Anda harus
mampu :
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan tentang Pengertian Alternatif Dispute Resolution (ADR)
Menurut Huala Adolf bahwa: “Dalam suatu hubungan hukum atau perikatan
selalu dimungkinkan terjadi perselisihan di antara para pihak yang pada akhirnya
menimbulkan sengketa. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa.
Sumber potensi sengketa dapat berupa masalah perbatasan, sumber daya alam, kerusakan
lingkungan, perdagangan, dan lain-lain”.1
1
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal, 1.
360
perdagangan dapat dikatakan sebagai sektor yang sangat rawan bagi timbulnya sengketa
di antara para pihak. Sengketa dapat terjadi setiap saat disebabkan oleh keadaan yang
sekilas tampak tidak berarti dan kecil sehingga terabaikan atau tanpa diperhitungkan
sebelumnya. Sengketa secara umum dapat berkenaan dengan hak-hak, status, gaya hidup,
reputasi, atau aspek lain dalam kegiatan perdagangan atau tingkah laku pribadi antara
lain:
1. Kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para pihak itu sendiri, atau
dari data yang diberikan oleh pihak ketiga termasuk penjelasan-penjelasan tentang
kenyataan-kenyataan data tersebut;
2. Masalah hukum yang pada umumnya akibat dari pendapat atau tafsiran
penyelesaian sengketa yang diberikan oleh para ahli hukum yang terkait;
3. Akibat perbedaan teknis termasuk perbedaan pendapat dari para ahli teknik dan
profesionalisme dari para pihak;
4. Perbedaan pemahaman tentang sesuatu hal yang muncul, misalnya dalam
penggunaan kata-kata yang membingungkan atau adanya perbedaan asumsi; dan
5. Perbedaan persepsi mengenai keadilan, konsep keadilan dan moralitas, budaya,
nilai-nilai dan sikap”.2
2
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar, PT. Fikahati
Aneska, Jakarta, 2002, hal. iii.
361
dilakukan masyarakat, yang intinya menekankan upaya musyawarah mufakat,
kekeluargaan, perdamaian dan sebagainya. ADR mempunyai daya tarik khusus karena
keserasiannya dengan sistem sosial budaya tradisional berdasarkan musyawarah mufakat.
George Applebey dalam An Overview of Alternative Dispute Resolution berpendapat
bahwa ADR pertama-tama adalah merupakan suatu eksperimen untuk mencari model-
model:
3
Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hal. 23.
4
Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif di Indonesia, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
2009, hal. 1.
362
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli
(Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa). Pengertian lain dari Alternatif penyelesaian sengketa
adalah penyelesaian sengketa melalui jalur non pengadilan yang pada umumnya
ditempuh melalui cara-cara perundingan yang dipimpin atau diprakarsai oleh pihak ketiga
yang netral atau tidak memihak
5
Erman Rajagukguk, Arbitrase dalam Putusan Pengadilan, Chandra Pratam, Jakarta, 2000, hal. 103.
6
Stephen B. Goldberg (selanjutnya disebut Stephen B. Goldberg I), Dispute Resolution Negasiation,
Mediation and Other Processes, Little Brown and Company, Boston-Toronto-London, 1992, hal. 3-4.
363
mediator untuk membantu menyelesaikan sengketa hak-hak sipil yang berskala luas di
dalam masyarakat.
7
M. Yahya Harahap, Perlawanan Terhadap Eksekusi Grose Akta Serta Putusan Pengadilan dan Arbitrase
dan Standar Hukum Eksekusi, Citra Bhakti, Jakarta, 1993, hal. 193.
364
Pengertian alternatif disini maksudnya bahwa pranata hukum dalam ADR
memberikan alternatif atau menawarkan pilihan-pilihan bagi para pihak untuk memilih
bagaimana bentuk (pranata hukum) yang cocok untuk menyelesaikan sengketa yang
sedang mereka hadapi. Pranata hukum yang ada dalam ADR tidak berarti cocok untuk
semua jenis dan sifat sengketa. Beberapa pakar, diantaranya Prof Priyatna Abdurrasyid
menyatakan bahwa: “Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) dapat mencapai hasil yang
lebih baik daripada sistem pengadilan. Ada dua alasan, Pertama, jenis perselisihan
membutuhkan cara pendekatan yang berlainan dan para pihak yang bersengketa
merancang tatacara/prosedur khusus untuk penyelesaian berdasarkan musyawarah.
Kedua, mediasi dan bentuk APS lainnya melibatkan partisipasi yang lebih intensif dan
langsung dalam usaha penyelesaian dari semua pihak dan akibatnya dikatakan bahwa
APS merupakan suatu cara penyelesaian perselisihan yang bukan lagi alternative”. 8
8
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa, Suatu pengantar , Fikahati Anesk
bekerjasama dengan BANI, Jakarta, 2002, hal. 19.
365
12. Kesepakatan-kesepakatan yang lebih baik daripada sekedar kompromi atau hasil
yang diperoleh dari cara penyelesaian kalah/ menang.
13. Keputusan yang bertahan sepanjang waktu
Belajar dari praktik APS di Indonesia, Singapura dan Ameriksa sebagai contoh,
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong perkembangan APS meliputi
lingkungan, kondisi dan insentif yang diberikan oleh negara, dukungan lembaga yudikatif
dan parlemen, dunia usaha, perbaikan kelembagaan APS, dan penyadaran masyarakat.
1. Lingkungan, kondisi dan insentif yang berikan oleh Negara/pemerintah, antara lain:
9
M. Yahya Harahap, Alternative Dispute Resolution (ADR) Merupakan Jawaban Penyelesaian Sengketa
Perdagangan Internasional masa Depan, (Salatiga : makalah, Seminar Nasional Hukum Bisnis, FH. UKSW,
Salatiga, , 1996), hal. 9.
366
d. mengeluarkan lebih banyak peraturan/petunjuk yang mewajibkan atau
mendorong APS dalam persengketaan tertentu, misalnya Bapepam
menerbitkan peraturan atau edaran seperti yang dilakukan oleh Bank
Indonesia (PBI No. 8/5/PBI/2006, 20 Januari 2006);
e. memberikan insentif, sweetener, untuk mendorong perkembangan APS di
Indonesia, semacam insentif yang diberikan dalam proses Mediasi JITF.
367
5. Penyadaran masyarakat:
a. sosialisasi dan promosi oleh pemerintah, dunia usaha, lembaga APS dan advokat,
baik sendiri maupun bersama-sama, secara terus menerus kepada masyarakat
mengenai manfaat APS;
b. penyadaran masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan mengenai manfaat APS
ke pada masyarakat dan melalui lembaga pendidikan;
c. penyadaran pelaku pasar mengenai manfaat APS melalui lembaga pendidikan
profesi.
Konflik, sengketa, pelanggaran atau pertikaian antara atau terkait dua individu
atau lebih dewasa ini telah dan akan terus menjadi fenomena biasa dalam masyarakat.
Situasi itu akan semakin merepotkan dunia hukum dan peradilan apabila semua konflik,
sengketa atau pertikaian itu diproses secara hukum oleh peradilan. Dalam kaitan itu
diperlukan mekanisme Alternaltif Penyelesaian Sengketa atau alternative dispute
resolution yang tidak membuat masyarakat tergantung pada dunia hukum yang terbatas
kapasitasnya, namun tetap dapat menghadirkan rasa keadilan dan penyelesaian masalah.
Mekanisme tersebut sebenarnya telah memiliki dasar hukum dan telah memiliki preseden
serta pernah dipraktikkan di Indonesia walau jarang disadari. Mekanisme tersebut juga
memiliki potensi untuk semakin dikembangkan di Indonesia.
368
penilaian ahli. Sayang, Undang-Undang ini hanya menekankan pembahasan mengenai
arbitrase. Sementara ADR lain tak banyak ditafsirkan dan dijabarkan lebih jauh.
369
lembagalembaga penyelesaian sengketa tersebut meningkatkan citra dan
kepercayaan masyarakat;
5. Sebagai langkah antisipatif membendung derasnya arus perkara mengalir ke
pengadilan”.10
diperkirakan akan lebih tepat apabila dalam kondisi, alasan dan atau perbuatan tertentu,
10
Santoso, Mas Achmad. Perkembangan ADRD Indonesia, Makalah Disampaikan dalam Lokakarya Hasil
Penelitian Teknik Mediasi Tradisional, Diselenggarakan The Asia Fondation Indonesia Centre for Environmental
Law, kerjasama dengan Pusat Kajian Pihak Penyelesaian Sengketa Universitas Andalas. Di Sedona Bumi Minang,
27 November, 1999
11
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003, hal. 12.
370
Pendapat Munir Fuady yang menyebutkan arbitrase sebagai pengadilan swasta,
dan berfungsinya arbiter layaknya sebagai seorang wasit dalam pertandingan
sepak bola di atas, sekilas tampak benar, tetapi tidak tepat. Benar, oleh karena
Peradilan yang dikenal dalam sistem peradilan di Indonesia dikategorikan sebagai
Peradilan Negara. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, menentukan bahwa „Peradilan negara menerapkan dana menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila” (Pasal 2 ayat (2). Kemudian
ditentukan bahwa “Semua peradilan di seluruh wilayah negara Republik
Indonesia adalah peradilan negara yang diatur dengan Undang-Undang” (Pasal 2
ayat (3). Hal itu berarti, kedudukan arbitrase sebagai peradilan swasta benar, oleh
karena tidak termasuk sebagai bagian dari peradilan Negara”.12
2) Konsultasi
3) Negosiasi
12
Ibid
13
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co., St. Paul, 1989, p.286.
14
Marwan, M , dan Jimmy P, Kamus Hukum , Reality Publisher, Surabaya, 2009, hal. 378.
371
Menurut Henry Campbell Black bahwa : “Istilah “Negosiasi” dalam
terminologi bahasa Inggris disebut dengan “Negotiate” dan “Negotiation”. Henry
Campbell Black, mengartikan “Negotiation” sebagai “is process of submission
and consideration of offers until acceptable offer is made and accepted”.15 Istilah
“Negotiation” diartikan oleh
4) Mediasi
Istilah “Mediasi” dalam bahasa Inggris dinamakan “Mediation” yang
diartikan oleh M. Marwan dan Jimmy P. sebagai berikut : “Negosiasi adalah suatu
proses penyelesaian sengketa secara damai yang melibatkan bantuan pihak ketiga
untuk memberikan solusi yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa;
pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa antara dua pihak”.16
5) Konsiliasi
15
Henry Campbell Black, Black’s, Op.Cit, hal. p.394.
16
Marwan, M , dan Jimmy P, Op.Cit, hal. 426.
17
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2013, hal. 314.
18
Marwan, M , dan Jimmy P, Op. Cit
372
Munir Fuady menjelaskan bahwa: “Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni
merupakan suatu proses penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk
memecahkan masalah melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang
akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi
dalam menyelesaikan sengketa tersebut”.19
6 ) Penilaian Ahli
Penilaian ahli, merupakan bentuk pendapat ahli yang dapat dipahami dan
diterima oleh para pihak yang bersengketa. Dalam Hukum Acara, dikenal sebagai
saksi ahli, yakni suatu kesaksian berdasarkan keahlian dari seseorang atau lebih
untuk menemukan solusi pada pokok persengketaan. Penilaian ahli juga
dinamakan sebagai keterangan ahli, yang dalam Undang-Undang No. 8 tahun
1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP) dirumuskan bahwa
“Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan” (Pasal 1 Angka 28).
Penilaian ahli sebagai bagian dari cara atau proses penyelesaian sengketa
berbeda secara prinsipil dengan keterangan ahli, oleh karena keterangan ahli
diberikan atau disampaikan pada suatu sidang pengadilan, sedangkan penilaian
ahli dikemukakan atau disampaikan di luar forum pengadilan. Bentuk
penyelesaian sengketa baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan
tersebut di atas dikelompokkan sebagai penyelesaian sengketa secara hukum.
Terlepas dari penyelesaian sengketa melalui pengadilan, maka penyelesaian
sengketa di luar pengadilan baik melalui arbitrase, konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli merupakan upaya-upaya yang ditempuh berdasarkan
19
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2005, hal. 315.
373
perdamaian. Bukan menggunakan kekerasan, dan perdamaian ditempuh secara
musyawarah untuk mufakat.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian Alernatif Dispute Resolution (ADR)
D. GLOSARIUM
referee = wasit
Arbitration = Arbitrase
peer pressive = Persaingan sehat
conflicting opinion = Perbedaam Pendapat
374
E. DAFTAR PUSTAKA
Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co., St. Paul, 198
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
hal, 1.
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2003
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2013
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2005
M. Yahya Harahap, Perlawanan Terhadap Eksekusi Grose Akta Serta Putusan
Pengadilan dan Arbitrase dan Standar Hukum Eksekusi, Citra Bhakti, Jakarta, 1993
M. Yahya Harahap, Alternative Dispute Resolution (ADR) Merupakan Jawaban
Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional masa Depan, (Salatiga : makalah,
Seminar Nasional Hukum Bisnis, FH. UKSW, Salatiga, , 1996)
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar,
PT. Fikahati Aneska, Jakarta, 2002
Santoso, Mas Achmad. Perkembangan ADRD Indonesia, Makalah Disampaikan dalam
Lokakarya Hasil Penelitian Teknik Mediasi Tradisional, Diselenggarakan The Asia
Fondation Indonesia Centre for Environmental Law, kerjasama dengan Pusat Kajian
Pihak Penyelesaian Sengketa Universitas Andalas. Di Sedona Bumi Minang, 27
November, 1999
375
Stephen B. Goldberg (selanjutnya disebut Stephen B. Goldberg I), Dispute Resolution
Negasiation, Mediation and Other Processes, Little Brown and Company, Boston-
Toronto-London, 1992
376