MANFAAT/KEUNTUNGAN ARBITRASE
ALASAN MEMILIH ARBITRASE
POSEDUR PS ARBITRASE
PERANAN ARBITER / BANI
Pengertian Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata
di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa. (Psl.1 angka 1 UU No.30/1999
Arbitration is the reference of a dispute resolution or
difference between not less than persons for determination
after hearing both side in a judicial manner by another person
or persons other than a court of competent jurisdiction (Gill
William H, The Law of Arbitration, 2nd Edition 1978)
Arbitration is an alternative dispute resolution system that
agreed to by all parties to a dispute. This system private
resolution of disputes in a speedy fashion. (Altschul, Stanford M, The
Most Infortant Legal Term You ‘ll ever Neeed to Know 1994)
Arbitrase adalah penyelesaian sengketa suatu
persellisihan (perkara) oleh seorang atau beberapa
orang wasit (arbiter) yang bersama-sama ditujukaan
oleh para pihak yang berperkara dengan tidak
diselesaikan lewat pengadilan (Subekti, Arbitrase Indonesia)
Arbitrase adalah mekanisme alternatif penyelesaiann
sengketa (APS) sebagai bentuk tindakan hukum yang
diaakui oleh UU yang mana salah satu pihak atau lebih
menyerahkan kepada satu arbiter atau lebih (majelis)
yang bertindak sebaga hakim dalam menerapkaan tata
cara hukum perdamaian atas kesepakatan bersama,
dan putusannya final dan mengika (H. Priana Abdul
Abdurrasyid, Arbitrase dan Aternatif Penyelesaian Sengketa, 2002)
Landasan Hukum Arbitrase dan ADR /APS
Berbagai peraturan yang menjadi landasan hukum yaitu:
1.UU No. 48 / 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, (Psl. 58 – 61)
2.UU No. 30 Th. 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
3.UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Psl.45 (2-4) dan
Psl.47)
4.UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Psl. 84 – 86)
5.Putusan Mahkamah Agung: Perjanjian dengan (Klausula Arbitrase), maka PN
tidak berwenang memeriksanya, al:
1) PMA No.225 K/Sip/1976; 2) PMA No.2914 K/Si/1981; 3) PMA
No.445 K/Si/1982; 4) PMA No.794 K/Si/1982; 5) PMA No.117 K/Si/1983; 6)
PMA No.3179 K/Si/1984; 7) PMA No.197 K/Si/1991; 8) PMA No.3190
K/Si/1996; 9) PMA No.3145 K/Si/1999
TUJUAN DAN MANFAAT ARBITRASE
Latar belakang
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang disebut dengan
APS/ADR pertama kali diterapkan di Amerika Serikat sekiar
tahun 1970 yang kemudian menyebar ke berbagai negara dalam
bentuk mediasi dan arbitrase.
Penggunaan ADR tidak hanya ditujukan untuk mengatasi
hambatan finansial melainkan juga menyelesaikan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan faktor budaya, geografi,
dan psikilogi.
Perkembangan penyelesaian sengkata melalui Arbitrase dan
ADR sangat cepat baik di neg Anglo Saxon maupun Continental,
sebagai akibat menumpuknya perkaraa di pengadilan, dan para
pihak yang berperkara menghendaki model yang cepat, murah
dan dan mengutamakan hasil win-win solution
Menurut Prof. Frank Sander (Harvard
University)1976, timbulnya ADR adalah untuk
merespon semakin meningkatnya perkara di
Pengadilan, untuk itu perlu ada lembaga
lembaga lain selain pengadilan yaitu “Dispute
Resolution Center”, atau Arbitration Body.
Di Indonesia telah terbentuk Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI) tahun1977, Badan
ini telah menjalin berbagai kerja sama dengan
berbagai lembaga Arbitrase Internasional
seperti: ICSID, ICAO, IAF, IAA, sejak tahun
1990, hingga sekaraang ini.
International Chamber of Commerce (ICC)
Mengapa Penyelesaian Melalui Arbitrase
1. Menurut Stefen B.Golberg, adalah dilatarbelakangi oleh
kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan penyelesaian
masalah karena:*
a. Penyelesaiann kasus melalui pengadilan memerlu-kan
waktu yang lama dan biaya yang mahal
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menyelesaian sengketa melalui proses penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.
c. Memperluas dan memperlancar akses penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.
d. Memberikan kesempatan bagi tercapainya penyelesaian
sengketa yang menghasilkan keputusan damai yang
dapat diterima oleh para pihak dan memuaskan (win-win
solution)
* Stefen B.Golberg, dalam Suyud Margono, ADR dan Arbitrase, Proses Pelemba-gaan dan Aspek
Hukum, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 2000), hlm. 35
2. Jeck Etridge: Pertimbangan Penyelesaian
Perkara di Luar Pengadilan (ADR): *
a. Proses penyelesaian yang berlarut-larut, dan sulit
mendapatkan suatu putusan yang inkrah mulai
dari proses di PN, banding di PT, kasasi di MA ,
peninjauan kembali, bantahan dll. Waktu tidak
bisa dikontrol oleh para pihak.
b. Biaya sangat mahal: di berbagai negara biaya
perkara sangat mahal, terutama bagi masyarakat
pedalaman yang jauh dari kota, biaya transporasi,
biaya pengacara, biaya sidang, dsb
*Jeck Etridge dalam Nurnaningsih Amriatni , Mediasi Alternatif Penyelesaian
Sengketa Perkara Perdata, (Jakarta: Rajawali, 2011), hlm. 14-17
c. Kemampuan akademik dan moral etika hakim
dalam penyelesaian kasus masih dipertanyakan,
sehingga sulit dicapai penyelesaian yang
objektif dan adil.
d. Proses beracara melalui pengadilan adanya
kecenderungan para pihak untuk saling serang,
tanpa tenggang rasa dan tidak saling
menghargai satu sama lain.
e. Prosedur ketat: menghilangkan keleluasaan
para pihak utk menyampaikan pendapat guna
mencari inovasi alternatif penyelesaian,
sehingga kepentingan bereka tidak
terakomodasi.
6. Lawyer Oriented: karena kasus sdh
dikuasakan kepada pengacara, maka
peranan pengacara sangat dominan, bahkan
acapkali kurang/tidak memahami
kepentingan si kliennya
7. Hubungan para pihak menjadi putus karena
sistem pengadilan didasarkan atas Win-Lose
Decesion (Putusan Kalah – menang
9. Memicu konflik baru antara para pihak, demi
mempertahankan harga diri dan kepentingan
masing
MANFAAT ARBITRASE
Manfaat Penyelesaian Arbitrase
Para pihak yang bersengketa menghendaki agar
permasalahan mereka terselesaikan dengan baik tanpa
melalui pengadilan.
Agar tercapainya proses penyelesaian sengketa secara
efektif, para pihak harus saling menghargai dan
menghormati kepentingan, hak, dan status pihak lainnya.
Adanya keinginan bersama para pihak untuk
menyelesaikan permasalahan secara damai.
Manfaatnya secara Umum:
1. Proses penyelesaian cepat
2. Biaya penyelesaian murah
3. Hasil yang diperoleh adalah perdamaian atau Win-wing
Solution , bisa juga Win-Lose (Kalah Menang)
4. Hubungan para pihak tetap harmonis
Keuntungan penyelesaian sengketa mll ADR :*
1.Adanya sikap sukarelah dari para pihak untuk
menyelsakan sengketa dengan ADR
2.Prosedur cepat, para pihak dapat menegosiasikan
syarat-syarat penyelesain secara informal, sehingga
mempercepat proses penyelesaian.
3.Keputusan bersifat Nonjudicial, Para pihak berwenang
mempertahankan keputuasan yang dibuat bersama.
4.Keputusan ADR dapat dikuatkan pada hakim pengadilan,
atau pada hakim arbitor agar lebih megikat.
* Nurnaningsih Amriatni , Mediasi Alternatif Penyelesaian Seng-
keta Perkara Perdata, (Jakarta: Rajawali, 2011), hlm. 29-30
5. Prosedur penyelsaian sengketa ADR dijamin
kerahasiaan demi melindungi hak-hak para pihak
6. Proses penyelesaian bersifat fleksibel, tidak kaku, para
akan leluasa bernegosiasi sehingga pihak akan
terhindar jebakan permainan kasus yang merugikan
salah satu pihak.
7. Hemat waktu, penyelesaian sengketa tidak
membutuhkan waktu bertahun-tahun
8. Hemat biaya, penyelesaian melalui ADR tidak
memerlukan biaya yang mahal seperti Litigasi.
9. Keputusan penyelesaian sengketa cenderung
dipertahankan secara konsekuen oleh para pihak.
10. Hubungan para pihak akan tetap damai dan harmonis
(win-win solution) atau Win-Lose
PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA
Ketentuan Umum
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata
di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa
klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian
tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa,
atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para
pihak setelah timbul sengketa.
Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan
penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
Termohon adalah pihak lawan dari Pemohon dalam
penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para
pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan
Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan
putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitrase.
Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para
pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan
mengenai sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu
hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.
Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang
dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter
perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau
putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan
yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia
dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasional.
Kesepakatan Para Pihak Melalui Arbitrase
Penyelesaian sengketa di Arbitrase dapat
dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak
berperkara. Kesepakatan terssebut dapat
dibuat sebelum timbul sengketa (Pactum De
Compromittendo) atau disepakati para pihak
saat akan menyelesaikan sengketa melalui
arbitrase (akta van compromis).
Sebelum mendaftarkan permohonan ke BANI,
Pemohon terlebih dahulu memberitahukan
kepada Termohon sehubungan dengan adanya
sengketa antara Pemohon dan Termohon, hal
ini merupakan kesepakatan para pihak.
Para pihak dapat menyetujui agar sengketa mereka untuk
diselesaikan melalui arbitrase
Perjanjian bersifat tertulis, harus memuat : (Psl. 9)
a. masalah yang dipersengketakan;
b. nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
c. nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase;
d. tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan;
e. nama lengkap sekretaris;
f. jangka waktu penyelesaian sengketa;
g. pernyataan kesediaan dari arbiter; dan
h. pernyataan kesediaan para pihak menanggung segala biaya
penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
i. Jumlah arbiter (ganjil)
Suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal disebabkan
oleh keadaan tersebut di bawah ini (Psl. 10)
a. meninggalnya salah satu pihak;
b. bangkrutnya salah satu pihak;
c. Novasi (Pembaharuan utang)
d. insolvensi (keadaan tidak mampu membayar) salah satu
pihak;
e. pewarisan;
f. berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok;
g. bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan
pada pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan
perjanjian arbitrase tersebut; atau
h. berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.
Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak campur tangan
dalam penyelesaian sengketa melalui arbitase, kecuali dalam
hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.
Pemberitahuan dari Pemohon ke Termohon
Menutut Pasal 8, UU No. 30/1999, Dalam hal timbul
sengketa, pemohon harus memberitahukan dengan surat
tercatat, telegram, teleks, faksimili, e-mail atau dengan buku
ekspedisi kepada termohon bahwa syarat arbitrase yang
diadakan oleh pemohon atau termohon berlaku, Surat
pemberitahuan tersebut memuat:
1.Nama dan Alamat para pihak
2.Penunjukan klausula atau perjanjian arbitrase;
3.Permasalahan yang menjadi sengketa;
4.Dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, apabila ada;
5.Cara penyelesaian yang dikehendaki;dan
6.Perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah
arbiter, atau apabila tidak diperjanjipkan, maka pemohon dapat
mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki
dalam jumlah ganjil .teremuat dengan jelas:
Persyaratan Arbiter
Syarat Pengangkatan seorang Arbiter (Psl. 12)
1. Cakap melakukan tindakan hukum;
2. berumur minimal 35 tahun;
3. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pihak
bersengketa;
4. Tidak mempunyai kepentingan finansial atau
kepentingan lain atas putusan arbitrase; dan
5. Memiliki pengalaman di bidangnya paling sedikit 15
tahun.
Arbiter dapat ditunjuk oleh para pihak atau diangkat oleh
Pengadilan
Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya
tidak dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter.
TAHAPAN PENYELESAIAN - ARBITRASE
PROSEDUR PENYELESAIAN
Putusan Final SENGKETA MELALUI
dan Binding ARBITRASE (BADAN
ADBITRASE NASIOAL/BANI
Pemeriksaan
- Para pihak ARBITER
Putusan
- Obyek Skt (BANI)
Arbitrase - Saksi-Saksi
PERANAN BANI
BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) adalah suatu
badan yang dibentuk oleh pemerintah guna penegakan
hukum di Indonesia dalam penyelesaian yang terjadi
diberbagai sektor perdagangan, industri dan keuangan,
korporasi, asuransi, lembaga keuangan, pabrikasi, hak
kekayaan intelektual, lisensi, waralaba, konstruksi,
pelayaran / maritim, lingkungan hidup, dsb.
BANI didirikan tahun 1977 atas prakarsa tiga pakar hukum
yaitu almarhum Prof Soebekti S.H. dan Haryono
Tjitrosoebono S.H. dan Prof Dr. Priyatna Abdurrasyid, dan
dikelola dan diawasi oleh Dewan Pengurus dan Dewan
Penasehat yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan
sektor bisnis
Badan ini bertindak secara otonom dan
independen dalam penegakan hukum dan
keadilan.
Badan ini telah bekerjasama dgn berbagai pihak:
1. The Japan Commercial Arbitration Association (JCAA)[;
2. The Netherlands Arbitration Institute ( NAI);
3. The Korean Commercial Arbitration Board (KCAB)
4. Australian Centre for International Commercial Arbitration
(ACICA)
5. The Philippines Dispute Resolution Centre Inc (PDRCI
6. Hong Kong International Arbitration Centre (HKIAC);
7. The Foundation for International Commercial Arbitra-tion
dan Alternative Dispute Resolution (SICA-FICA).
8. ICSID (International Center for the Settlment of
Investment Disputers.
Lembaga BANI berkedudukan di Jakarta dan memiliki
kantor perwakilan di beberapa kota besar antara lain:
di Surabaya, Denpasar, Bandung, Medan, Pontianak,
Palembang, dan Batam.
Sruktur meliputi: a. Rapat Umum Anggota; b. Dewan
Pengawas; c. Dewan Pengurus; d. Sekretariat; e.
Arbiter
BANI menyediakan layanan APS di luar pengadilan
yang terdiri dari Arbitrase, Mediasi, dan pemberian
Pendapat Yang Mengikat bidang bisnis, antara:
a. Para Pihak sesama Warga Negara Indonesia/ badan
hukum Indonesia; atau
b. Pihak Indonesia dengan Pihak asing; atau
c. Para Pihak sesama Warga Negara Asing/ badan
hukum asing.
Dewan Pengawas adalah organ dalam struktur organisasi BANI
yang berfungsi mengawasi pelaksanaan tugas Dewan Pengurus dan
memberikan nasehat kepada Dewan Pengurus.
Tugas dan kewenangan Dewan Pengawas sebagai berikut:
a. mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Pengurus;
b. mengangkat dan memberhentikan Arbiter/ Mediator BANI;
c. membentuk Majelis Etik;
d. membuat peraturan mengenai syarat-syarat menjadi Arbiter/
Mediator BANI;
e. membuat peraturan mengenai Kode Etik Arbiter/ Mediator BANI;
f. membuat peraturan mengenai biaya-biaya penyelesaian sengketa di
BANI;
g. memberikan persetujuan/ penolakan terhadap Rencana Kerja &
Anggaran Tahunan sebelum diajukan oleh Dewan Pengurus kepada
RUA; dan
h. melakukan audit investigasi, berupa audit keuangan dan atau audit
hukum, jika diduga ada misconduct/ mismanagement dalam
pengelolaan BANI.
ARBITRASE BANK DUNIA (WB)
(PERSELISIHAN INVESTASI ASING)
ICSID (International Center for the Settlement of Investment
Disputers) adalah badan yang dilahirkan oleh Bank Dunia. Melalui
Konvensi Washington (Konvensi Bank Dunia), ditandatangani di
Washington DC 18 Maret 1965. Konvensi mulai berlaku pada 14
Oktober 1966, dan telah diratifikasi oleh lebih dari 20 negara.
Tujuan utama dibentuknya Konvensi ini:
a. Menjembatani jurang atau mengisi kekosongan upaya hukum di
dalam menyelesaikan kasus-kasus penanaman modal yakni
dengan memberikan suatu mekanisme khusus berupa fasilitas
arbitrase dan konsilidasi
b. Mendorong dan melindungi arus modal dari negara maju kepada
negara ketiga
Badan ini mepunyai Dewan Administrasi
(Administrative Council), Secretariat Jenderal, dan Para
conciliator (Panel Conciliator), Para Arbiter (Panel of
Arbitrator).
Syarat-syarat para arbiter: (Psl. 14 ayat 1)
1. Mempunyai watak dan moral yang baik,
2. Berpengalaman dan kompeten di bidang hukum
3. Berkompeten di bidang perdagangan, industri, dan
keuangan
4. Mampu bersikap adil dan tidak memihak dalam
memberikan keputusan
Prosedur yang berlaku di ICSID tidak jauh berbeda dengan
prosedur arbitrase pada umumnya. Para pihak yang
bersengketa memiliki hak istimewa (privelege) untuk memilih
arbiter. Setelah itu, proses persidangan dimulai hingga
muncul putusan
Perbedaannya terletak pada mekanisme pembatalan
putusan. Tidak seperti lazimnya arbitrase, putusan ICSID
tidak dibatalkan melalui pengadilan, tetapi dengan
mengajukan permohonan pembatalan ke Sekretaris
Jenderal ICSID. Pasal 52 Konvensi : memaparkan alasan-
alasan pembatalan, antara lain proses berjalan tidak
semestinya, terjadi korupsi, atau majelis melebihi
kewenangannya.
Dalam pembatalan, ada majelis arbiter adhoc yang dipilih
para pihak, di luar arbiter yang memutus perkara tersebut
sebelumnya. Jika perkara tersebut dibatalkan maka mereka
harus mengulang kembali proses arbitrase di ICSID.
KASUS INVESTASI ASING ANTARA: AMCO VS
PEMERINTAH INDONESIA YG DIAJUKAN KE ICSID
(PERKARA HOTEL KARTIKA PLAZA)
Duduk Perkara
Pada tahun 1968, Kartika Plasa Hotel bintang 4 dengan kamar 370 buah,
milik Pt.Wisma Kartika, anak perusahaan induk koperasi angkatan darat
(inkopad), Wisma Kartika mendatanggani kerja sama dengan Amco Asia
yang melahirkan Amco Indonesia.
Amco Asia setuju membangun Kartika Plasa dengan modal sebesar US
$ 4 000.000. Kedua pihak membuat perjanjian pembagian keuntungan
dan kontrak manajemen Kartika Plasa. Amco Indonesia akan mengelola
hotel itu dan menyetorkan separuh keuntungan kepada Wisma Kartika.
Kerja sama itu semestinya berkahir tahun 1999, retak di tengah jalan,
kedua pihak bertikai keuntungan dan modal yang harus di setor, dan
berakhir Maret 1980, kemudian Wisma Kartika mengambil alih
pengelolaan Amco Indonesia. Pimpinan Wisma Kartika dinilai oleh pihak
Amco melakukan kecurangan dalam pengurusan Kartika Plaza.
Para pihak telah sepakat untuk mengajukan sengketanya pada ICSID,
hal ini tercantum pada salah satu klausul dalam perjanjian antara
indonesia dan Amco Indonesia.
Perusahaan tersebut mengaku sudah menanam dana
untuk Kartika Plasa hampir US $ 5.000.000. Selain itu,
Amco Indonesia juga menyatakan bahwa mereka sejak
1969, telah menyetorkan keuntungan kepada Wisma
Kartika sebanyak 400 juta. Begitu pula pembagian
keuntungan untuk Wisma Kartika pada 1979, sebesar 35
juta, sudah dibayarkan.
Pada bulan Juli 1980 BKPM mencabut izin usaha Amco
Indonesia karena mereka dinilai tidak memenuhi kewaji-
ban pemodalan, yang seharusnya menanam modal 4
juta us dollar, kenyataanya cuma menyetor sekitar 1,4
juta us dollar
PROSES PENYELESAIAN PERKARA MELALUI ICSID