Penyelesaian Sengketa
Oleh Mohamad Sondan Arfando
2. Arbiter
Arbiter adalah seseorang atau lebih yang ditunjuk oleh Pengadilan atau lembaga
Arbitrase untuk menyelesaikan sengketa di luar pengadilan yang dilaksanakan
dengan bantuan suatu lembaga arbitrase dengan menggunakan aturan dari lembaga
arbitrase tersebut, seperti misalnya International Court of Arbitration dari International
Chamber Of Commerce (ICC), Singapore International Arbitration Centre (SIAC),
Kuala Lumpur Regional Arbitration Centre (KLRAC), dan Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI).
Dalam sistem hukum Indonesia, kekuatan hukum putusan arbitrase lebih jelas dan
kuat dibandingkan kekuatan hukum kesepakatan mediasi. Putusan arbitrase memiliki
kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan. Namun karena itu pula,
lembaga arbitrase masih memiliki ketergantungan pada pengadilan, misalnya dalam
hal pelaksanaan putusan arbitrase, ada keharusan untuk mendaftarkan putusan
arbitrase di pengadilan negeri. Proses arbitrase tidak akan dapat berjalan dengan
sempurna jika tidak didukung atau dibantu oleh Badan Peradilan.
3. Konsiliator
Konsiliator adalah pihak ketiga yang bersifat netral yang ditunjuk pihak – pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan suatu sengketa di luar pengadilan dengan cara
Konsiliasi atau mempertemukan keinginan pihak-pihak yang bersengketa agar
mencapai kesepakatan dengan cara kekeluargaan. Kekeluargaan disini artinya tidak
ada keputusan hukum yang kuat dan harus memenangkan semua pihak. Konsiliator
bersifat lebih aktif dibandingkan dengan mediator. Konsiliator bertugas tidak hanya
sebagai fasilitator, seperti mediator, namun juga bertugas untuk menyampaikan
pendapat tentang duduk persoalan, memberikan saran-saran yang meliputi
keuntungan dan kerugian dan mengupayakan tercapainya suatu kesepakatan
kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa. Sehingga
keputusan penyelesaian sengketa disini hanya berbentuk kesepakatan bersama yang
tercatat dan ditandatangani bersama.
4. Mediator
Hampir sama dengan Konsiliator, Mediator juga adalah pihak ketiga yang bersifat
netral yang ditunjuk pihak – pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan suatu
sengketa melalui proses Mediasi. Bedanya, Mediasi dapat dilakukan baik di dalam
pengadilan maupun di luar pengadilan karena sifatnya hanya memfasilitasi. Peran
mediator lebih condong kepada membantu merumuskan kesepakatan damai antara
para pihak yang bersengketa dengan posisi netral dan tidak mengambil keputusan
tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Peran
mediator lebih seperti penasehat untuk kedua belah pihak. Artinya, seorang mediator
tidak memiliki kekuatan pengambilan keputusan, melainkan membantu para pihak
untuk mencapai penyelesaian, dengan mendengarkan masalah, menyarankan solusi,
berkomunikasi dengan dan membujuk para pihak. Oleh karena itu, solusi apa pun
yang diajukan oleh mediator dalam proses ini tidak mengikat pihak-pihak yang
bersangkutan, semua tergantung pada pihak yang bersengketa mau menerima saran
mediator tersebut ataukah tidak.
Sama dengan Konsiliasi, keputusan penyelesaian sengketa di proses Medasi ini juga
hanya berbentuk kesepakatan bersama yang disebut Kesepakatan Perdamaian,
namun bedanya setelah dikeluarkannya kesepakatan perdamaian, mediator dapat
memfasilitasi untuk mengajukan agar dikuatkan dalam Akta Perdamaian kepada
hakim pemeriksa perkara di Pengadilan.
5. Negosiator
Negosiator adalah seseorang yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam
melakukan negosiasi, yaitu proses tawar menawar dalam rangka mencapai
kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang memiliki kepentingan yang berbeda.
Bedanya dengan alternatif penyelesaian sengketa yang lain yaitu seorang negosiator
tidak dalam posisi netral atau bertugas untuk mewakili pihaknya dan berupaya
mencapai hasil yang menguntungkan melalui dialog, kompromi, dan penyelesaian
masalah dengan pihak lain.
Demikian penjelasan atas perbedaan dari kelima profesi penyelesai sengketa tersebut,
semoga dapat menambah wawasan kita mengenai alternatif penyelesaian sengketa di
Indonesia.