Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN 14:

PENYELESAIAN SENKETA BISNIS

E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Arbitrase, model-
model alternatif penyelesaian sengketa, berbagai macam Arbitrase, kelebihan
dan kekurangan arbitrase, prosedur arbitrase, eksekusi putusan arbitrase,
kontrak arbitrase, arbitrase internasional. Anda harus mampu:
1.1 Mengidentifikasi konsep pengertian Arbitrase
1.2 Menjelaskan tentang model-model alternatif penyelesaian sengketa
1.3 Menjelaskan tentang Kontrak Arbitrase

F. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Pengertian Arbitrase

PENGERTIAN DAN URGENSI ALTERNATIF PENYELESAIAN


SENGKETA
Penyelesaian sengketa, khususnya sengketa bisnis, yang sangat populer
adalah penyelesaian sengketa lewat lembaga Arbitrase (nasional maupun
internasional). Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata yang bersifat
swasta di luar pengadilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa, dimana pihak penyelesai
sengketa (arbiter) tersebut dipilih oleh para pihak yang bersangkutan, yang terdiri
dari orang-orang yang tidak berkepentingan dengan perkara yang bersangkutan,
orang-orang mana akan memeriksa dan memberi putusan terhadap sengketa
tersebut.
Orang yang bertindak untuk menjadi penyelesai sengketa dalam arbitrase
disebut dengan “arbiter”. Arbiter ini, baik tunggal maupun majelis yang jika
majelis biasanya terdiri dari tiga orang. Di Indonesia syarat-syarat untuk menjadi
arbiter adalah sebagai berikut :
1. Cakap dalam melakukan tindakan hukum

145
146

2. Berumur minimal 35 tahun


3. Tidak mempunyai hubungan sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan salah satu pihak yang bersengketa.
4. Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas
putusan arbitrase.
5. Mempunyai pengalaman atau menguasai secara aktif dalam bidangnya
paling sedikit selama 15 tahun.
6. Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak boleh
menjadi arbiter.
Arbitrase (nasional maupun internasional) menggunakan prinsip-prinsip hukum
sebagai berikut :
1. Efisien
2. Accessibility (terjangkau dalam artian biaya, waktu an tempat)
3. Proteksi hak para pihak
4. Final and binding
5. Adil (fair and just)
6. Sesuai dengan sense of justice dalam masyarakat
7. Kredibilitas. Jika arbiter mempunyai kredibilitas,maka putusannya
akan dihormati
Tujuan Pembelajaran 1.2:
Model-model alternatif penyelesaian sengketa

MODEL-MODEL ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA


Alternatif penyelesaian sengketa bisnis selain pengadilan yang paling
populer adalah lembaga arbitrase. Selain arbitrase masih banyak alternatif lain
dari penyelesaian sengketa. Beberapa model penyelesaian sengketa selain
pengadilan, yaitu : Arbitrase, Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, Pencari fakta,
Minitrial, Ombudsman, Penilaian Ahli, Pengadilan Kasus Kecil (Small Claim
Court), Peradilan Adat. Penjelasannya adalah :
1. Arbitrase.
Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata swasta diluar
pengadilan umum yang diasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat
147

secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa, dimana pihak


penyelesai sengketa tersebut dipilih oleh para pihak yang
bersangkutan, yang terdiri dari orang-orang yang tidak berkepentingan
dengan perkara yang bersangkutan, orang-orang mana akan memeriksa
dan memberi putusan terhadap sengketa tersebut.
2. Negosiasi.
Negosiasi adalah suatu proses tawar-menawar atau pembicaraan untuk
mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi di
antara para pihak. Negosiasi dilakukan jika, Telah ada sengketa antara
para pihak dan Belum ada sengketa karena masalahnya belum pernah
dibicarakan. Negosiasi yang sederhana adalah negosiasi yang hanya
dilakukan oleh para pihak yang berkepentingan. Sedangkan negosiasi
yang kompleks akan melibatkan seorang negosiator khusus, misalnya
lawyer sebagai negosiator.
Ciri-ciri dari seorang negosiator adalah sebagai berikut :
a. Mampu berfikir secara cepat, tetapi mempunyai kesabaran yang
tidak terbatas
b. Dapat bersikap manis, tetapi meyakinkan
c. Dapat mempengaruhi orang tanpa harus menipu
d. Dapat menimbulkan kepercayaan tanpa harus mempercayai orang
lain
e. Dapat mempesona tanpa harus terpesona
3. Mediasi.
Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk
memecahkan masalah melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang
akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi
dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan kedua belah pihak.
Pihak ketiga yang netral di sebut mediator. Tugas pokok dari mediator aalah :
a. Menciptakan forum-forum, seperti mengundang rapat dan lain-lain
b. Mengumpulkan dan membag-bagi informasi
c. Memecahkan masalah
d. Mengusulkan keputusan/ solusi (jika belum ditemukan solusi)
148

4. Konsiliasi
Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah
melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja
dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi
dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan kedua
belah pihak. Pihak ketiga yang netral di sebut konsiliator.
Yang membedakan antara mediasi dengan konsiliasi adalah adanya
kewenangan dari mediasi untuk juga mengusulkan penyelesaian
sengketa, hal mana, paling tidak secara teoretis, tidak dimiliki oleh
seorang konsiliasi. Sama seperti mediasi, dalam proses konsiliasi juga
tidak dipunyai kewenangan memberikan putusan terhadap sengketa
tersebut. Hal inilah yang membedakannya dengan arbitrase, yang
memiliki kewenangan memberikan putusan terhadap sengketa tersebut,
putusan mana mengikat kedua belah pihak yang bersengketa.
Beberapa aturan main untuk seorang konsiliator (juga berlaku bagi
mediator) adalah seperti yang terdapat dalam Uncitral Conciliation
Rule, yaitu :
a. Konsiliator membantu para pihak untuk secara independen
b. Konsiliator selalu berpegang pada prinsip keadilan dan objektif,
dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
1). Hak dan kewajiban para pihak
2). Kebiasaan dalam perdagangan
3). Praktek bisnis yang telah terjadi, termasuk praktek bisnis di
antara para pihak sendiri.
c. Konsiliator dapat menentukan bagaimana proses konsiliasi yang
dianggapnya layak
d. Di setiap tingkat, konsiliator dapat mengajukan proposal
penyelesaian sengketa (meskipun ini lebih merupakan tugas
mediator)
5. Pencari Fakta
149

Pencari Fakta adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang atau
tim pencari fakta, baik merupakan pihak yang independen atau hanya
sepihak, untuk melakukan proses pencarian fakta terhadap sesuatu
masalah, yang akan menghasilkan suatu rekomendasi yang tidak
mengikat. Tugas dari pihak pencari fakta adalah : Mengumpulkan
fakta, Memverifikasi fakta, Mengintepretasi fakta, Melakukan
wawancara, Melakukan dengar pendapat (hearing), Menarik
kesimpulan tertentu, Memberikan rekomendasi, Mempublikasi (bila
diperlukan).
6. Minitrial
Minitrial atau pengadilan mini adalah sistem pengadilan swasta untuk
mnyelesaikan, memeriksa dan memutuskan terhadap kasus-kasus
perusahaan, yang dilakukan oleh orang yang di sebut dengan
“manager” yang diberi wewenang untuk menegosiasikan suatu
settlement diantara para pihak yang bersengketa. Pihak manager
tersebut biasanya merupakan pensiunan dari hakim atau pengacara
yang merupakan panutan dan pengayom, tetapi bukan merupakan
pengacara dari para pihak.
7. Ombudsman
Ombudsman merupakan suatu pejabat publik yang independen yang
diangkat (biasanya oleh parlemen) untuk melakukan kritik, investigasi
dan publikasi terhadap kegiatan administarsi pemerintah, tetapi bukan
untuk membatalkan atau menyatakan batal terhadap kegiatan tersebut.
8. Penilaian Ahli
Terhaap kasus-kasus yang rumit dan memerlukan tenaga ahli untuk
menelaahnya, maka dapat saja para pihak menunjuk seorang atau lebih
ahli yang ilmunya relevan dengan bidang yang di persengketakan, dan
kewenangan dari ahli tersebut hanya sampai batas memberikan
pendapat saja.
9. Pengadilan Kasus Kecil (Small Claim Court)
Pengadilan Kasus kecil merupakan model pengadilan dalam sistem
pembuktian yang sederhana, pengadilan mana hanya berwenang
150

mengadili kasus-kasus kecil dengan prosedur cepat dan tidak


dibenarkan memakai pengacara.
10. Peradilan Adat
Pengadilan adat adalah badan-badan pengadilan adat yang dewasa ini
hanya bertugas untuk menyelesaikan masalah-masalah adat saja.
Contoh dari pengadilan adat adalah seperti Kerapatan Adat Nagari di
Minangkabau atau Tuha Peut di Aceh.
BERBAGAI MACAM ARBITRASE
Arbitrase adalah penyelesaian sengketa alternatif yang sering digunakan,
akan tetapi dalam praktek terdapat berbagai macam arbitrase, yaitu sebagai
berikut :
1. Arbitrase Mengikat
Arbitrase Mengikat (binding arbitration) merupakan arbitrase yang
putusannya bersifat dan final. Jadi mirip dengan putusan pengadilan
yang sudah inkracht.
2. Arbitrase Tidak Mengikat
Arbitrase yang tidak mengikat (nonbinding arbitration, advisory
arbitration) merupakan arbitrase yang putusannya boleh diikuti dan
boleh tidak diikuti oleh para pihak. Jadi mirip dengan fact finding.
3. Arbitrase Kepentingan
Arbitrase Kepentingan (interest arbitration) merupakan arbitrase yang
tidak memutus untuk suatu sengketa, tetapi para pihak memakai jasa
mereka untuk menciptakan provisi-provisi dalam kontrak yang oleh
para pihak telah mengalami jalan buntu.
4. Arbitrase Hak
Berbeda dengan arbitrase kepentingan, maka arbitrase hak (rights
arbitration) memberi putusan terhadap sengketa di antara para pihak,
jadi bukan hanya sekadar membuat provisi dalam kontrak.
5. Arbitrase Sukarela
Arbitrase sukarela (voluntary arbitration) merupakan arbitrase yang
dimintakan sendiri oleh para pihak, baik ddimintakan dalam kontrak
yang bersangkutan ataupun dalam kontrak tersendiri.
151

6. Arbitrase Wajib
Arbitrase wajib (compulsory arbitration) adalah arbitrase yang oleh
undang-undang diwajibkan untuk dilakukan. Misalnya, P4P atau P4D
di bidang perburuhan wajib dilakukan untuk sengekta perburuhan.
7. Arbitrase Ad Hoc
Arbitrase Ad Hoc adalah arbitrase yang tidak ada badannya, tetapi
hanya penunjukan orang-orang secara bebas oleh para pihak sesuai
kesepakatan nantara para pihak, dengan memberlakukan aturan hukum
tertentu.
8. Arbitrase Lembaga
Arbitrase Lembaga adalah sebagai lawan dari arbitrase Ad Hoc, yakni
merupakan model arbitrase yang sudah ada lembaga/ badannya, serta
sudah ada juga aturan mainnya, sehingga para pihak tinggal memilih
mereka atau badan tersebut memilih arbiter untuk mereka. Contoh
arbitrase badan adalah Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI),
dan lainnya.
9. Arbitrase Nasional
Arbitrase Nasional adalah arbitrase dimana para pihak yang
bersengketa adalah para pihak dalam satu negara.
10. Arbitrase Internasional
Arbitrase Internasional adalah arbitrase dimana para pihak yang
bersengketa adalah berasal dari negara-negara yang berbeda.Para pihak
dapat membentuk arbitrase internasional (ad hoc) dengan mengacu
kepada peraturan arbitrase internasional tertentu, misalnya memilih
arbiter yang mereka kehendaki, tetapi dengan memilih peraturan
United Nation Commission on International Trade Law ( UNCITRAL)
misalnya.
11. Arbitrase Kualitas
Arbitrase Kualitas adalah arbitrase yang menyangkut dengan fakta-
fakta sehingga arbitrase harus jeli memilah-milah fakta tersebut serta
menginterpretasi dan menganalisisnya.
12. Arbitrase Teknis
152

Arbitrase Teknis adalah arbitrase yang menyangkut dengan hal-hal


yang timbul dari penyusunan dan penafsiran suatu kontrak.
13. Arbitrase Umum
Arbitrase Umum adalah suatu arbitrase yang berbetuk badan yang
mempunyai ruang lingkup ddi semua bidang hukum, misalnya Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
14. Arbitrase Bidang Khusus
Arbitrase Bidang Khusus adalah suatu arbitrase yang terbentuk badan
yang tidak mempunyai ruang lingkup di semua bidang hukum, tetapi
hanya mempunyai ruang lingkup di bidang hukum tertentu saja.
Misalnya di Indonesia ada arbitrase muamalat, yang khusus
menyelesaikan sengketa terhadap atau dengan bank yang berdasarkan
kepada syariat Islam.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARBITRASE
Penyelesaian sengketa dengan suatu arbitrase mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan-kelebihan dari suatu arbitrase adalah sebagai berikut :
1. Prosedur tidak berbelit sehingga putusan akan cepat didapat
2. Biaya yang lebih murah
3. Putusan tidak diekspos di depan umum
4. Hukum terhadap pembuktian dan prosedur lebih luwes
5. Para pihak dapat memilih hukum mana yang diberlakukan oleh
arbitrase
6. Para pihak dapat memilih sendiri para arbiter
7. Dapat dipilih arbiter dari kalangan ahli dalam bidangnya
8. Putusan dapat lebih terkait dengan situasi dan kondisi
9. Putusan umumnya inkracht (final dan binding)
10. Putusan Arbitrase juga dapat dieksekusi oleh pengadilan, tanpa atau
dengan sedikit review
11. Prosedur arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat banyak
12. Menutup kemungkinan forum shoping (mencoba-coba untuk memilih
atau menghindari pengadilan)
Adapun kelemahan-kelemahan arbitrase adalah sebagai berikut :
153

1. Tersedia dengan baik untuk perusahaan-perusahaan besar, tetapi tidak


untuk perusahaan kecil.
2. Due process kurang terpenuhi
3. Kurangnya unsur finality
4. Kurangnya power untuk menggiring para pihak ke settlement
5. Kurangnya power dalam hal law enforcement dan eksekusi
6. Kurangnya power untuk menghadirkan barang bukti atau saksi
7. Dapat menyembunyikan dispute dari public scrutiny
8. Tidak dapat menghasilkan solusi yang bersifat preventif
9. Putusan tidak dapat diprediksi dan ada kemungkinan timbulnya
putusan yang saling bertentangan.
10. Kualitas putusan sangat bergantung pada kualitas arbiter (an arbitration
is as good as arbitrators)
11. Berakibat kurangnya semangat dan upaya untuk memperbaiki
pengadilan konvensional.
12. Berakibat semakin tinggi rasa permusuhan dan hujatan terhadap
badan-badan pengadilan konvensional.
ARBITRASI
Suatu prinsip penting dalam prosedur beracara di arbitrase adalah bahwa
prosedur tersebut sederhana, cepat dan murah, yakni harus lebih sederhana, lebih
cepat dan lebih murah dari prosedur pengadilan biasa.
Pokok-pokok dari prosedur beracara di arbitrase adalah sebagai berikut :
1. Permohonan arbitrase oleh pemohon
2. Pengangkatan Arbiter
3. Pengajuan surat tuntutan oleh pemohon
4. Penyampaian satu salinan putusan kepada termohon
5. Jawaban tertulis dari termohon diserahkan kepada arbiter
6. Salinan jawaban diserahkan kepada termohon atas perintah arbiter
7. Perintah arbiter agar para pihak menghadap arbitrase
8. Para pihak menghadap arbitrase
9. Tuntutan balasan dari termohon
154

10. Pemanggilan lagi jika termohon tidak menghadap tanpa alasan yang
jelas.
11. Jika termohon tidak juga menghadap sidang, pemeriksaan diteruskan
tanpa kehadiran termohon (verstek) dan tuntutan dikabulkan jika
cukup alasan untuk itu.
12. Jika termohon hadir, diusahakan perdamaian oleh arbiter
13. Proses pembuktian
14. Pemeriksaan selesai dan ditutup maksimum 180 hari sejak arbitrase
terbentuk
15. Pengucapan putusan
16. Putusan diserahkan kepada para pihak
17. Putusan diterima oleh para pihak
18. Koreksi, tambahan, pengurangan terhadap putusan
19. Penyerahan dan pendaftaran putusan ke pengadilan negeri yang
berwenang
20. Permohonan eksekusi didaftarkan di panitera pengadilan negeri
21. Putusan pelaksanaan dijatuhkan
22. Perintah ketua pengadilan negeri jika putusan tidak dilaksanakan
EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE
Cara melakukan eksekusi terhadap suatu putusan arbitrase adalah sebagai berikut :
1. Eksekusi Secara Sukarela
Adalah eksekusi yang tidak memerlukan campur tangan dari pihak
ketua pengadilan negeri manapun, tetapi para pihak melaksanakan
sendiri secara sukarela terhadap apa-apa yang telah diputuskan oleh
arbitrase yang bersangkutan.
2. Eksekusi Secara Paksa
Adalah bilamana pihak yang harus melakukan eksekusi tetapi secara
sukarela tidak mau melaksanakan isi putusan tersebut. Untuk itu perlu
dilakukan upaya-upaya paksa. Dalam hal ini campur tangan pihak
pengadilan diperlukan, yaitu dengan memaksa para pihak yang kalah
untuk melaksankan putusan tersebut. Misalnya, dengan melakukan
penyitaan-penyitaan.
155

Prngadilan yang berwenang dapat menolak suatu permohonan pelaksanaan


putusan arbitrase jika ada alasan untuk itu. Terhadap penolakan tersebut, tersedia
upaya hukum kasasi. Sedangkan terhadap putusan ketua pengailan negeri yang
mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase tidak tersedia upaya hukum
apapun. Alasan-alasan yang dapat digunakan oleh pengadilan (ketua pengadilan)
untuk penolakan eksekusi putusan arbitrase adalah sebagai berikut :
1. Arbiter memutus melebihi kewenangan yang diberikan kepadanya
2. Putusan arbitrase bertentangan dengan kesusilaan
3. Putusan arbitrase bertentangan dengan ketertiban umum
4. Keputusan tidak memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sengketa tersebut mengenai perdagangan
b. Sengketa tersebut mengenai hak yang menurut hukum dikuasai
sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa
c. Sengketa tersebut mengenai hal-hal yang menurut hukum dapat
dilakukan perdamaian
Suatu sengketa dianggap masuk ke dalam bidang perdagangan sehingga
terhadapnya dapat diputuskan oleh arbitrase adalah manakala terjadi sengketa
dalam bidang-bidang yaitu : Perniagaan, Perbankan, Keuangan, Penanaman
Modal, Industri dan Hak atas Kekayaan Intelektual.
Tujuan Pembelajaran 1.3:
Kontrak Arbitrase

KONTRAK ARBITRASE
Kontrak arbitrase ini yang dimaksudkan adalah suatu kesepakatan
(sebelum atau sesudah terjadinya sengketa) di antara para pihak yang bersengketa
untuk membawa ke arbitrase setiap sengketa yang timbul dari suatu bisnis yang
terbit dari transaksi tertentu.
Contoh dari kontrak atau klausul arbitrase dalam kontrak yang paling sederhana
adalah :
Bahasa Inggris : Any dispute arising out of this agreement shall be settled by
arbitration ( Setiap sengketa yang terbit dari perjanjian ini harus diselesaikan oleh
arbitrase).
156

Prinsip yuridis yang berlaku terhadap kontrak arbitrase yaitu prinsip Seperabilitas.
Prinsip seperabilitas (separability principle) ini mengajarkan bahwa suatu kontrak
arbitrase atau klausula arbitrase secara hukum dianggap berdiri independen.
ARBITRASE INTERNASIONAL
Arbitrase Internasional adalah arbitrase lembaga maupun arbitrase a-hoc,
yang melibatkan pihak dari dua negara yang berbeda. Jika arbitrase internasional
tersebut merupakan suatu arbitrase lembaga, maka terapat banyak arbitrase
lembaga seperti itu di dunia ini, yakni arbitrase yang mengkhususkan diri untuk
masalah-masalah internasional, misalnya :
1. International Chamber of Commerce (ICC)
2. The International Centre for Settlement of Invesment Dispute (ICSID)
3. London Court of International Dispute ( LCID)
4. Singapore International Arbitration Centre (SIAC)
Istilah Arbitrase internasional disamakan dengan arbitrase asing. Putusan
arbitrase internasional/ asing dapat dieksekusi di Indonesia, karena Indonesia telah
mengakui dan tunduk kepada the New York Convention ( 10 Juni 1958), yang
memang mewajibkan negara anggotanya untuk memberlakukan ketentuan yang
mengakui putusan arbitrase asing/ internasional. Berlakunya New York
Convention tersebut di Indonesia disahkan oleh Keppres nomor 34 tahun 1981,
yang kemudian dikuatkan oleh Undang-Undang Arbitrase nomor 30 Tahun 1999.
Menurut pedoman yang diberikan oleh United Nation Commission on
International Trade Law ( UNCITRAL), baru termasuk ruang lingkup arbitrase
internasional manakala memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Jika pada saat menandatangani kontrak yang menjadi sengketa para
pihak mempunyai tempat bisnis di negara yang berbeda, atau
2. Jika tempat arbitrase sesuai dengan kontrak arbitrase berada di luar
tempat bisnis para pihak, atau
3. Jika pelaksanaan sebagian besar dari kewajiban dalam kontrak berada
di luar kontrak bisnis para pihak atau pokok sengketa sangat terkait
dengan tempat yang berada di luar tempat bisnisnya para pihak, atau
4. Para pihak dengan tegas telah menyetujui bahwa pokok persoalan
dalam kontrak arbitrase berhubungan dengan lebih dari satu negara.
157

Yang berwenang melakukan eksekusi putusan arbitrase internsioanl/


asing tersebut adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam hal ini
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akan memberikan suatu putusan ketua
Pengailan negeri dalam bentuk perintah pelaksanaan yang dalam
praktek dikenal dengan istilah “eksekuatur”
Agar eksekusi tersebut dapat dijalankan , haruslah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Berlaku asas resiprositas , artinya hukum di negara asal arbitrase
maupun hukum di negara asal pihak yang menang haruslah dapat
juga memberlakukan putusan arbitrase Indonesia.
b. Sengketa termasuk ke dalam ruang lingkup hukum dagang
c. Putusan tidak bertentangan dengan ketertiban umum
d. Mendapat eksekuatur dari ketua Pengadilan Negeri
e. Jika menyangkut dengan negara Republik Indonesia sebagai salah
satu pihak yang bersengketa, maka eksekuatur harus didapatkan
dari Mahkamah Agung.
Sedangkan tahap-tahap dari eksekusi putusan arbitrase internasional/ asing adalah
sebagai berikut :
1. Tahap penyerahan dan pendaftaran putusan
2. Tahap permohonan pelaksanaan putusan
3. Tahap perintah pelaksanaan oleh ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat (eksekuatur)
4. Tahap pelaksanaan putusan arbitrase.

C. SOAL LATIHAN/ TUGAS


1. Apa pengertian dari Arbitrase? Coba Saudara jelaskan
2. Coba Saudara jelaskan model penyelesaian sengketa selain pengadilan,
yaitu Arbitrase dan Mediasi
3. Untuk menyelesaikan berbagai sengketa bisnis, arbitrase adalah
penyelesaian sengketa alternatif yang sering dipergunakan. Dalam praktek
terdapat berbagai macam arbitrase, diantaranya adalah arbitrase mengikat
dan arbitrase tidak mengikat. Coba Saudara jelaskan
158

4. Coba Saudara sebutkan kelebihan dan kekurangan Arbitrase


5. Coba Saudara jelaskan tentang pokok-pokok dari prosedur beracara
diarbitrase.
D.DAFTAR PUSTAKA
Buku
Santiago,Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Fuady,Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono,Dhaniswara. 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Burton,Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Saliman,Abdul. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Sutiyoso,Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.
Najih,Mokhammad.2012. Pengantar Hukum Indonesia. Malang: Setara Press
Soekanto,Soerjono.1991. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).2013. Grahamedia
Press

GLOSARIUM

Public interest, yaitu kepentingan umum adalah kepentingan negara/bangsa dan


masyarakat luas. Jadi kepentingan umum di sini harus diartikan sebagai
kepentingan di semua aspek dalam bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat
dalam arti yang seluas-luasnya dan yang menyangkut kepentingan hajat hidup
masyarakat yang luas. Kalau demikian pengertiannya, akamn meliputi aspek-aspek
antara lain: ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan,
pendidikan, keadilan, HAM, agama, yang mempunyai cakupan yang luas. Jadi
demi kepentingan umum (publik) bukan kepentingan pribadi/kelompok (private).
Atau juga kepentingan umum adalah kepentingan negara sebagai badan
hukum dan kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.
Social Interest (kepentingan msyarakat) adalah Kepentingan akan kedamaian dan
ketertiban, perlindungan lembaga-lembaga sosial, pencegahan kemerosotan
akhlak, pencegahan pelanggaran hak dan kesejahteraan sosial.
Privaat Interest (kepentingan individual) adalah Kepentingan pribadi,
kepentingan keluarga dan kepentingan hak milik. Dan seterusnya
159

DAFTAR PUSTAKA

Santiago,Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana Media.


Fuady,Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono,Dhaniswara. 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Burton,Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Saliman,Abdul. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Sutiyoso,Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.
Najih,Mokhammad.2012. Pengantar Hukum Indonesia. Malang: Setara Press
Soekanto,Soerjono.1991. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Rita M, dkk.2009. Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha. Jakarta: Penebar
Swadaya
Widjaja,Gunawan. 2008. Hukum tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Sudarmanto.2012. KI dan HKI Serta Implementasinya bagi Indonesia. Jakarta:
Elex Media Komputindo
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).2013. Grahamedia
Kitab Undang-Undanh Hukum Dagang

Anda mungkin juga menyukai