E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Arbitrase, model-
model alternatif penyelesaian sengketa, berbagai macam Arbitrase, kelebihan
dan kekurangan arbitrase, prosedur arbitrase, eksekusi putusan arbitrase,
kontrak arbitrase, arbitrase internasional. Anda harus mampu:
1.1 Mengidentifikasi konsep pengertian Arbitrase
1.2 Menjelaskan tentang model-model alternatif penyelesaian sengketa
1.3 Menjelaskan tentang Kontrak Arbitrase
F. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Pengertian Arbitrase
145
146
4. Konsiliasi
Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah
melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja
dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi
dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan kedua
belah pihak. Pihak ketiga yang netral di sebut konsiliator.
Yang membedakan antara mediasi dengan konsiliasi adalah adanya
kewenangan dari mediasi untuk juga mengusulkan penyelesaian
sengketa, hal mana, paling tidak secara teoretis, tidak dimiliki oleh
seorang konsiliasi. Sama seperti mediasi, dalam proses konsiliasi juga
tidak dipunyai kewenangan memberikan putusan terhadap sengketa
tersebut. Hal inilah yang membedakannya dengan arbitrase, yang
memiliki kewenangan memberikan putusan terhadap sengketa tersebut,
putusan mana mengikat kedua belah pihak yang bersengketa.
Beberapa aturan main untuk seorang konsiliator (juga berlaku bagi
mediator) adalah seperti yang terdapat dalam Uncitral Conciliation
Rule, yaitu :
a. Konsiliator membantu para pihak untuk secara independen
b. Konsiliator selalu berpegang pada prinsip keadilan dan objektif,
dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
1). Hak dan kewajiban para pihak
2). Kebiasaan dalam perdagangan
3). Praktek bisnis yang telah terjadi, termasuk praktek bisnis di
antara para pihak sendiri.
c. Konsiliator dapat menentukan bagaimana proses konsiliasi yang
dianggapnya layak
d. Di setiap tingkat, konsiliator dapat mengajukan proposal
penyelesaian sengketa (meskipun ini lebih merupakan tugas
mediator)
5. Pencari Fakta
149
Pencari Fakta adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang atau
tim pencari fakta, baik merupakan pihak yang independen atau hanya
sepihak, untuk melakukan proses pencarian fakta terhadap sesuatu
masalah, yang akan menghasilkan suatu rekomendasi yang tidak
mengikat. Tugas dari pihak pencari fakta adalah : Mengumpulkan
fakta, Memverifikasi fakta, Mengintepretasi fakta, Melakukan
wawancara, Melakukan dengar pendapat (hearing), Menarik
kesimpulan tertentu, Memberikan rekomendasi, Mempublikasi (bila
diperlukan).
6. Minitrial
Minitrial atau pengadilan mini adalah sistem pengadilan swasta untuk
mnyelesaikan, memeriksa dan memutuskan terhadap kasus-kasus
perusahaan, yang dilakukan oleh orang yang di sebut dengan
“manager” yang diberi wewenang untuk menegosiasikan suatu
settlement diantara para pihak yang bersengketa. Pihak manager
tersebut biasanya merupakan pensiunan dari hakim atau pengacara
yang merupakan panutan dan pengayom, tetapi bukan merupakan
pengacara dari para pihak.
7. Ombudsman
Ombudsman merupakan suatu pejabat publik yang independen yang
diangkat (biasanya oleh parlemen) untuk melakukan kritik, investigasi
dan publikasi terhadap kegiatan administarsi pemerintah, tetapi bukan
untuk membatalkan atau menyatakan batal terhadap kegiatan tersebut.
8. Penilaian Ahli
Terhaap kasus-kasus yang rumit dan memerlukan tenaga ahli untuk
menelaahnya, maka dapat saja para pihak menunjuk seorang atau lebih
ahli yang ilmunya relevan dengan bidang yang di persengketakan, dan
kewenangan dari ahli tersebut hanya sampai batas memberikan
pendapat saja.
9. Pengadilan Kasus Kecil (Small Claim Court)
Pengadilan Kasus kecil merupakan model pengadilan dalam sistem
pembuktian yang sederhana, pengadilan mana hanya berwenang
150
6. Arbitrase Wajib
Arbitrase wajib (compulsory arbitration) adalah arbitrase yang oleh
undang-undang diwajibkan untuk dilakukan. Misalnya, P4P atau P4D
di bidang perburuhan wajib dilakukan untuk sengekta perburuhan.
7. Arbitrase Ad Hoc
Arbitrase Ad Hoc adalah arbitrase yang tidak ada badannya, tetapi
hanya penunjukan orang-orang secara bebas oleh para pihak sesuai
kesepakatan nantara para pihak, dengan memberlakukan aturan hukum
tertentu.
8. Arbitrase Lembaga
Arbitrase Lembaga adalah sebagai lawan dari arbitrase Ad Hoc, yakni
merupakan model arbitrase yang sudah ada lembaga/ badannya, serta
sudah ada juga aturan mainnya, sehingga para pihak tinggal memilih
mereka atau badan tersebut memilih arbiter untuk mereka. Contoh
arbitrase badan adalah Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI),
dan lainnya.
9. Arbitrase Nasional
Arbitrase Nasional adalah arbitrase dimana para pihak yang
bersengketa adalah para pihak dalam satu negara.
10. Arbitrase Internasional
Arbitrase Internasional adalah arbitrase dimana para pihak yang
bersengketa adalah berasal dari negara-negara yang berbeda.Para pihak
dapat membentuk arbitrase internasional (ad hoc) dengan mengacu
kepada peraturan arbitrase internasional tertentu, misalnya memilih
arbiter yang mereka kehendaki, tetapi dengan memilih peraturan
United Nation Commission on International Trade Law ( UNCITRAL)
misalnya.
11. Arbitrase Kualitas
Arbitrase Kualitas adalah arbitrase yang menyangkut dengan fakta-
fakta sehingga arbitrase harus jeli memilah-milah fakta tersebut serta
menginterpretasi dan menganalisisnya.
12. Arbitrase Teknis
152
10. Pemanggilan lagi jika termohon tidak menghadap tanpa alasan yang
jelas.
11. Jika termohon tidak juga menghadap sidang, pemeriksaan diteruskan
tanpa kehadiran termohon (verstek) dan tuntutan dikabulkan jika
cukup alasan untuk itu.
12. Jika termohon hadir, diusahakan perdamaian oleh arbiter
13. Proses pembuktian
14. Pemeriksaan selesai dan ditutup maksimum 180 hari sejak arbitrase
terbentuk
15. Pengucapan putusan
16. Putusan diserahkan kepada para pihak
17. Putusan diterima oleh para pihak
18. Koreksi, tambahan, pengurangan terhadap putusan
19. Penyerahan dan pendaftaran putusan ke pengadilan negeri yang
berwenang
20. Permohonan eksekusi didaftarkan di panitera pengadilan negeri
21. Putusan pelaksanaan dijatuhkan
22. Perintah ketua pengadilan negeri jika putusan tidak dilaksanakan
EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE
Cara melakukan eksekusi terhadap suatu putusan arbitrase adalah sebagai berikut :
1. Eksekusi Secara Sukarela
Adalah eksekusi yang tidak memerlukan campur tangan dari pihak
ketua pengadilan negeri manapun, tetapi para pihak melaksanakan
sendiri secara sukarela terhadap apa-apa yang telah diputuskan oleh
arbitrase yang bersangkutan.
2. Eksekusi Secara Paksa
Adalah bilamana pihak yang harus melakukan eksekusi tetapi secara
sukarela tidak mau melaksanakan isi putusan tersebut. Untuk itu perlu
dilakukan upaya-upaya paksa. Dalam hal ini campur tangan pihak
pengadilan diperlukan, yaitu dengan memaksa para pihak yang kalah
untuk melaksankan putusan tersebut. Misalnya, dengan melakukan
penyitaan-penyitaan.
155
KONTRAK ARBITRASE
Kontrak arbitrase ini yang dimaksudkan adalah suatu kesepakatan
(sebelum atau sesudah terjadinya sengketa) di antara para pihak yang bersengketa
untuk membawa ke arbitrase setiap sengketa yang timbul dari suatu bisnis yang
terbit dari transaksi tertentu.
Contoh dari kontrak atau klausul arbitrase dalam kontrak yang paling sederhana
adalah :
Bahasa Inggris : Any dispute arising out of this agreement shall be settled by
arbitration ( Setiap sengketa yang terbit dari perjanjian ini harus diselesaikan oleh
arbitrase).
156
Prinsip yuridis yang berlaku terhadap kontrak arbitrase yaitu prinsip Seperabilitas.
Prinsip seperabilitas (separability principle) ini mengajarkan bahwa suatu kontrak
arbitrase atau klausula arbitrase secara hukum dianggap berdiri independen.
ARBITRASE INTERNASIONAL
Arbitrase Internasional adalah arbitrase lembaga maupun arbitrase a-hoc,
yang melibatkan pihak dari dua negara yang berbeda. Jika arbitrase internasional
tersebut merupakan suatu arbitrase lembaga, maka terapat banyak arbitrase
lembaga seperti itu di dunia ini, yakni arbitrase yang mengkhususkan diri untuk
masalah-masalah internasional, misalnya :
1. International Chamber of Commerce (ICC)
2. The International Centre for Settlement of Invesment Dispute (ICSID)
3. London Court of International Dispute ( LCID)
4. Singapore International Arbitration Centre (SIAC)
Istilah Arbitrase internasional disamakan dengan arbitrase asing. Putusan
arbitrase internasional/ asing dapat dieksekusi di Indonesia, karena Indonesia telah
mengakui dan tunduk kepada the New York Convention ( 10 Juni 1958), yang
memang mewajibkan negara anggotanya untuk memberlakukan ketentuan yang
mengakui putusan arbitrase asing/ internasional. Berlakunya New York
Convention tersebut di Indonesia disahkan oleh Keppres nomor 34 tahun 1981,
yang kemudian dikuatkan oleh Undang-Undang Arbitrase nomor 30 Tahun 1999.
Menurut pedoman yang diberikan oleh United Nation Commission on
International Trade Law ( UNCITRAL), baru termasuk ruang lingkup arbitrase
internasional manakala memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Jika pada saat menandatangani kontrak yang menjadi sengketa para
pihak mempunyai tempat bisnis di negara yang berbeda, atau
2. Jika tempat arbitrase sesuai dengan kontrak arbitrase berada di luar
tempat bisnis para pihak, atau
3. Jika pelaksanaan sebagian besar dari kewajiban dalam kontrak berada
di luar kontrak bisnis para pihak atau pokok sengketa sangat terkait
dengan tempat yang berada di luar tempat bisnisnya para pihak, atau
4. Para pihak dengan tegas telah menyetujui bahwa pokok persoalan
dalam kontrak arbitrase berhubungan dengan lebih dari satu negara.
157
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA