2. Jika anda memiliki sengketa di bidang perdagangan, apa bentuk penyelesaian sengketa yang akan anda pilih, uraikan alasannya 3. Tulis nama, nim, ttd. Upload di Sikola
Jawab!
1. Karakteristik masing-masing APS
A. Mediasi 1) Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa antara para pihak yang dilakukan dengan bantuan pihak ketiga (mediator) yang netral dan tidak memihak sebagai fasilitator, dimana keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan tetap diambil oleh para pihak itu sendiri, tidak oleh mediator; 2) Mediasi merupakan kegiatan yang menjembatani antara dua pihak yang bersengketa guna menghasilkan kesepakatan (agreement) 3) Kewenangan pengambilan keputusan sepenuhnya adalah ditangan para pihak bersengketa 4) Pihak ketiga tidak mempunyai hak untuk memutus sengketa 5) Waktu yang ditempuh singkat otomatis akan menekan biaya operasional menjadi lebih murah 6) Penyelesaian yang dilakukan melakukan pendekatan win-win solution 7) Proses mediasi bersifat informal 8) Kesepakatan bersifat mengakhiri perkara 9) Proses mediasi dapat mengesampingkan pembuktian B. Konsiliasi 1) Konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan seorang pihak ketiga atau lebih, dimana pihak ketiga yang diikut sertakan untuk menyelesaikan sengketa seseorang secara profesional sudah dapat dibuktikan kehandalannya 2) Konsiliasi merupakan kombinasi antara penyelidikan (enquiry) dan mediasi (mediation) 3) Pada prakteknya, proses penyelesaian sengketa melalui konsiliasi mempunyai kemiripan dengan mediasi. Pembedaan yang dapat diketahui dari kedua cara ini adalah konsiliasi memiliki hukum acara yang lebih formal jika dibandingkan dengan mediasi. Karena dalam konsiliasi ada beberapa tahap yang biasanya harus dilalui, yaitu: a. penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi, b. komisi akan mendengarkan keterangan lisan para pihak, c. berdasarkan fakta-fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi akan menyerahkan laporan kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan penyelesaian sengketa
Perbedaan diantaranya yaitu konsiliator memiliki peran intervensi yang lebih
besar daripada mediator.
4) Pihak ketiga (konsiliator) secara aktif memberikan nasihat atau pendapatnya
untuk membantu para pihak menyelesaikan sengketa, sehingga para pihak memiliki kebebasan untuk memutuskan atau menolak syarat-syarat penyelesaian sengketa yang diusulkan. Sedangkan mediator hanya mempunyai kewenangan untuk mendengarkan, membujuk dan memberikan inspirasi bagi para pihak. Mediator tidak boleh memberikan opini atau nasihat atas suatu fakta atau masalah (kecuali diminta oleh para pihak). Jadi konsiliasi merupakan proses dari suatu penyelidikan tentang fakta-fakta dimana para pihak dapat menerima atau menolak usulan rekomendasi resmi yang telah dirumuskan oleh badan independen. 5) Pertemuan konsiliasi adalah pertemuan sukarela. Jika pihak yang bersangkutan mencapai perdamaian, perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan merupakan kontrak yang mengikat secara hukum 6) Perdamaian dalam pertemuan konsiliasi dapat berupa permintaan maaf, perubahan kebijaksanaan dan kebiasaan, memeriksa kembali prosedur kerja, memperkerjakan kembali, ganti rugi uang, dan sebagainya. C. Negosiasi 1) Negosiasi sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, sehingga tidak ada prosedur baku, akan tetapi prosedur dan mekanismenya diserahkan kepada kesepakatan para pihak yang bersengketa tersebut. 2) Penyelesaian sengketa sepenuhnya dikontrol oleh para pihak, sifatnya informal, yang dibahas adalah berbagai aspek, tidak hanya persoalan hukum saja. 3) Dalam praktik, negosiasi dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu: (1) untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli saling memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini tidak terjadi sengketa; dan (2) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di antara para pihak. 4) Karakter utama negosiasi, yaitu: a. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok. b. Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi. c. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter). d. Hampir selalu berbentuk tatap muka, yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah. e. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi. f. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat 5) Prinsip-prinsip negosiasi, yaitu: a. Trust (kepercayaan/amanah), verifikasi b. Memisahkan pribadi dan masalah c. Fokuskan pada substansi, common interest / compatible interest, bukan posisi d. Kreatif mencari option. e. Keterbukaan, kejujuran dan keadilan berdasar kriteria objektif f. Jauhi dari sikap manipulatif 6) Negoisasi biasanya digunakan dalam kasus yang tidak terlalu pelik, dimana para pihak beriktikad baik untuk secara bersama memecahkan persoalannya. Negoisasi dilakukan jika komunikasi antara pihak masih terjalin dengan baik, masih ada rasa saling percaya, dan ada keinginan baik untuk mencapai kesepakatan, serta menjalin hubungan baik 7) Negosiasi merupakan sarana yang paling banyak digunakan karena sarana ini dipandang sebagai sarana yang paling efektif 8) Kelebihan negosiasi, yaitu: a. Tidak melibatkan orang lain. b. Bebas dalam menentukan kesepakatan. c. Pihak dapat memantau sendiri proses penyelesaiannya. d. Menghindari perhatian publik. e. Win – Win solution. f. Dapat digunakan untuk setiap tahap penyelesaian sengketa. 9) Kekurangan negosiasi, yaitu: a. Tidak menjamin fakta-fakta ditetapkan dengan objektif b. Tidak dapat menyelesaikan sengketa tertentu. c. Dapat gagal ketika salah satu pihak dalam posisi yang lemah 10) Keuntungan negosiasi, yaitu: a. Mengetahui pandanga pihak lawan; b. Kesempatan mengutarakan isi hati untuk didengar pihak lawan; c. Memungkinkan sengketa secara bersama-sama; d. Mengupayakan solusi terbaik yang dapat diterima oleh kedua belah pihak; e. Tidak terikat kepada kebenaran fakta atau masalah hukum; f. Dapat diadakan dan diakhiri sewaktu-waktu 11) Kelemahan negosiasi, yaitu: a. Tidak dapat berjalan tanpa adanya kesepakatan dari kedua belah pihak; b. Tidak efektif jika dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang mengambil kesepakatan; c. Sulit berjalan apabila posisi para pihak tidak seimbang; d. Memungkinkan diadakan untuk menunda penyelesaian untuk mengetahui informasi yang dirahasiakan lawan; e. Dapat membuka kekuatan dan kelemahan salah satu pihak; f. Dapat membuat kesepakan yang kurang menguntungkan D. Penilaian Ahli 1) Penilaian ahli, merupakan bentuk pendapat ahli yang dapat dipahami dan diterima oleh para pihak yang bersengketa 2) Istilah “penilaian ahli” tidak dijelaskan dalam UU AAPS baik dalam tubuh Undang- undang maupun dalam penjelasannya 3) Pada konteks alternatif penyelesaian sengketa, penilaian ahli terjadi pada saat lahirnya sengketa dan terhadap sengketa yang terjadi di antara para pihak serta adanya kesepakatan dari para pihak untuk menyelesaikannya di luar jalur litigasi 4) Ahli dalam konteks penyelesaian sengketa perlu dipahami dan dibedakan dengan ahli dalam bentuk lainnya, antara lain saksi ahli. Ahli dalam hal 5) ini adalah seorang yang disetujui dan ditunjuk oleh para pihak di luar pengadilan atau yang ditunjuk oleh lembaga penyelesaian sengketa apabila para pihak tidak menemukan titik temu mengenai siapa yang akan menjadi ahli 6) Sengketa yang dapat diajukan dalam penilaian ahli sebaiknya dibatasi pada perkara-perkara perdata yang memang sepenuhnya dikuasai oleh para pihak yang bersengketa. Penguasaan para pihak bermakna, penilaian ahli dapat dilakukan sepanjang tidak ada kewenangan mutlak yang diberikan kepada lembaga peradilan untuk memutus sengketa tersebut 7) Pada penilaian ahli, kekuatan hukumnya cukup didasarkan atas kesepakatan bersama. 2. Apabila saya memiliki permasalahan sengketa di bidang perdagangan, maka langkah penyelesaian yang akan saya ambil adalah dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Adapun jika dirincikan, saya akan memilih penyelesaian secara konsiliasi. Alasan saya memilih penyelesaian secara konsiliasi (APS), yaitu: A. Penyelesaian yang dilakukan secara tertutup sehingga rahasia perdagangan saya tidak terekspos ke publik yang akan merugikan atau menurunkan kepercayaan konsumen kepada produk saya B. Peluang penyelesaian sengketa yang lebih besar kepada proses perdamaian dan kekeluargaan C. Dibandingkan mediasi, pihak ketiga konsiliasi (konsiliator) lebih berperan aktif dalam memberikan nasihat dan pendapat dalam membantu menyelesaikan sengketa sehingga saya dan pihak lain dapat secara bebas memutuskan syarat-syarat penyelesaian sengketa yang diusulkan oleh pihak ketiga. Karena saya lebih merasa aman apabila usulan-usulan penyelesaian diberikan oleh pihak yang lebih handal karena pihak ketiga yang ditunjuk pastinya memiliki usulan dalam memberikan win-win solution D. Pertemuan konsiliasi bersifat sukarela sehingga dapat memudahkan para pihak dalam bertemu dan mengatur jadwal E. Walaupun berada diluar pengadilan, tetapi perjanjian perdamaian yang ditandatangani merupakan kontrak yang mengikat secara hukum sehingga memiliki legalitas diatasnya