Anda di halaman 1dari 13

MEDIASI

(Tugas Mata Kuliah Manajemen Perubahan dan Resolusi Konflik)

Oleh:

Kiki Ambarwati (1920021002)


Gietha Putri Aroem (1920021004)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PENYULUHAN


PEMBANGUNAN/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelesaian sengketa pada dasarnya sudah ada sejak zaman dahulu mengikuti
perkembangan peradaban manusia. Manusia diciptakan oleh Yang Kuasa
dengan berbagai karakter, ras suku yang berbeda-beda, dengan perbedaan
tersebut manusia tidak terlepas dari konflik, baik dengan manusia lainnya,
alam lingkungannya, bahkan dengan dirinya sendiri. Pada dasarnya
penyelesaian sengketa/konflik dapat dilakukan dengan dua cara, yang biasa
digunakan adalah penyelesaian sengketa melalui pengadilan, kemudian
dengan perkembangan peradaban manusia berkembang pula penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.

Proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan menghasilkan suatu


keputusan yang bersifat adversarial yang belum mampu merangkul
kepentingan bersama, karena menghasilkan suatu putusan win lose solution,
dengan adanya pihak yang menang dan kalah tersebut, di satu pihak akan
merasa puas tapi di pihak lain merasa tidak puas, sehingga dapat menimbulkan
suatu persoalan baru di antara para pihak yang bersengketa. Sedangkan proses
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, menghasilkan kesepakatan yang
“win-win solution” karena penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui
kesepakatan dan musyawarah di antara para pihak sehingga dapat
menghasilkan suatu keputusan bersama yang dapat diterima baik oleh kedua
belah pihak. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini umumnya
dinamakan Alternative Dispute Resolution (ADR) (Rachmadi, 2003).
2

Salah satu penyelesaian sengketa melalui ADR adalah mediasi. Mediasi


merupakan proses para pihak yang bersengketa menunjuk pihak ketiga yang
netral untuk membantu mereka dalam mendiskusikan penyelesaian dan
mencoba menggugah para pihak untuk menegosiasikan suatu penyelesaian
dan sengketa itu. Tujuan utama mediasi itu adalah kompromi dalam
menyelesaikan suatu persengketaan. Mediasi adalah suatu proses yang bersifat
pribadi, rahasia (tidak terekspos keluar) dan kooperatif dalam menyelesaikan
masalah. Karena mediator selaku pihak ketiga yang tidak memihak membantu
para pihak (perorangan atau lembaga) yang bersengketa dalam menyelesaikan
konflik dan menyelesaikan atau mendekatkan perbedaan-perbedaannya.

Dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur


Mediasi di Penagadilan dapat diketahui bahwa mediasi wajib dilakukan oleh
para pihak yang berperkara secara perdata di pengadilan yang dilakukan pada
hari sidang pertama. Mediasi dilakukan agar para pihak dapat menyelesaikan
sengketa diantara mereka dengan perdamaian. Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2016, ditegaskan, Pasal 1: Mediasi adalah cara penyelesaian
sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para
Pihak dengan dibantu oleh Mediator. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih
lanjut mengenai mediasi dan cara penyelesaian konflik melalui mediasi

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang mediasi sebagai
solusi dalam penyelesaian konflik.
II. ISI

A. Pengertian Mediasi

Dalam istilah mediasi secara etimologi berasal dari bahasa latin “mediare”
yang berarti berada di tengah. Hal ini menunjukkan bahwa peran yang
ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya
menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para pihak.
Menurut Prof. Takdir Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian
sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat
dengan bantuan pihak netral yang tidak memilih kewenangan memutus. Pihak
netral tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan bantuan prosedural
dan substansial.

Menurut Peraturan Mahkamah Agung, Mediasi adalah penyelesaian sengketa


melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1
ayat (6) PERMA No. 2 tahun 2003).

Menurut Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, mediasi merupakan salah satu


alternatif pengelesaian sengketa di luar pengadilan, dengan menggunakan jasa
seorang mediator atau penengah. Mediator, penengah: seseorang yang
menjalankan fungsi sebagai penengah terhadap pihak-pihak yang bersengketa
dalam menyelesaikan sengketanya.

Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar


pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap
netral (non-intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-pihak yang
bersengketa.
4

Berdasarkan litelatur diatas dapat disimpulkan bahwa mediasi adalah


penyelesaian sengketa/konflik yang dilakukan melalui perundingan atau
mufakat antara pihak-pihak yang bersengkata dengan bantuan pihak ketiga
(mediator) yang bersifat netral.

B. Kebaikan dan Kelemahan Mediasi

Keunggulan mediasi dibandingkan dengan metode penyelesaian sengketa


yang lain adalah:
a. proses mediasi relatif lebih mudah dibandingkan dengan alternatif
penyelesaian sengketa yang lain.
b. Para pihak yang bersengketa mempunyai kecenderungan untuk menerima
kesepakatan yang tercapai karena kesepakatan tersebut dibuat sendiri oleh
para pihak bersama-sama dengan mediator.
c. Para pihak yang bersengketa cenderung akan melaksanakan hasil
kesepakatan dengan baik.
d. Putusan mediasi juga dapat digunakan sebagai dasar bagi para pihak yang
bersengketa untuk melakukan perundingan-perundingan ataupun negosiasi
diantara mereka sendiri jika suatu saat dibutuhkan bila timbul sengketa
yang lain.
e. Terbukanya kesempatan untuk menelaah lebih dalam masalah-masalah
yang merupakan dasar dari suatu sengketa dengan informasi dan data-data
yang diberikan oleh kedua belah pihak yang bersengketa.

Sedangkan sisi negatif dari mediasi adalah:


a. Bisa saja mediator lebih memihak kepada salah satu pihak atau maksud
terselubung.
b. Proses mediasi membutuhkan waktu sangat lama karena harus
mempertemukan kedua pihak dan kepentingan-kepentingan yang saling
bertentangan dan dari pertentangan-pertentangan tersebut harus dirumuskan
sebuah kesepakatan.
c. Tercapai atau tidaknya kesepakatan sangat tergantung dari itikad baik para
pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam proses mediasi.
5

C. Prinsip-Prinsip Mediasi

Prinsip dasar (basic principle) adalah landasan filosofis dari


diselenggarakannya kegiatan mediasi. Prinsip atau filosofi ini merupakan
kerangka kerja yang harus diketahui oleh mediator, sehingga dalam
menjalankan mediasi tidak keluar dari arah filosofi yang melatar bekalangi
lahirnya institusi mediasi (Syahrizal, 2009). Prinsip-prinsip ini meliputi:
1. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan ini artinya adalah bahwa hanya para pihak dan mediator yang
menghadiri proses mediasi, sedangkan pihak lain tidak diperkenankan
untuk menghadiri sidang mediasi.
2. Sukarela (volunteer)
Masing-masing pihak yang bertikai datang ke mediasi atas keinginan dan
kemauan mereka sendiri secara sukarela dan tidak ada paksaan dan
tekanan dari pihak-pihak lain atau pihak luar.
3. Pemberdayaan (empowerment)
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang mau datang ke
mediasi sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan
masalah mereka sendiri dan dapat mencapai kesepakatan yang mereka
inginkan.
4. Netralitas (neutrality)
Di dalam mediasi, peran seorang mediator hanya menfasilitasi prosesnya
saja, dan isinya tetap menjadi milik para pihak yang bersengketa. Mediator
hanyalah berwenang mengontrol proses berjalan atau tidaknya mediasi.
Dalam mediasi, seorang mediator tidak bertindak. Layaknya seorang
hakim atau juri yang memutuskan salah atau benarnya salah satu pihak.
5. Solusi yang unik (a unique solution).
Bahwasanya solusi yang dihasilkan dari proses mediasi tidak harus sesuai
dengan standar legal, tetapi dapat dihasilkan dari proses kreativitas.
6

D. Tahapan Mediasi

1. Tahap Pendahuluan
a. Dibutuhkan suatu proses “pemahaman‟ yang cukup sebelum suatu
proses mediasi dimulai misalnya; apa yang menjadi sengketa?
b. konsultasi dengan para pihak tentang tempat dan waktu mediasi,
identitas pihak yang hadir, aturan tempat duduk, dan sebagainya.
2. Peran Mediator

a. Menerangkan urutan
b. Meyakinkan para pihak
c. Menerangkan peran mediator
d. Menegaskan bahwa para pihak yang bersengketalah yang berwenang
untuk mengambil keputusan
e. Menyusun aturan dasar dalam menjalankan mediasi
f. Memberi kesempatan mediator untuk membangun kepercayaan dan
menunjukkan kendali
g. Mengonfirmasi komitmen para pihak bersengketa
3. Presentasi Para Pihak Bersengketa
a. Setiap pihak diberi kesempatan untuk menjelaskan permasalahannya
kepada mediator
b. Tujuan dari presentasi ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada
para pihak untuk mendengar sejak dini, dan juga memberi kesempatan
setiap pihak mendengarkan permasalahan dari pihak lainnya
4. Identifikasi Hal-hal yang Sudah Disepakati
Salah satu peran penting bagi mediator adalah mengidentifikasi hal-hal
yang telah disepakati antara para pihak sebagai landasan untuk
melanjutkan proses negoisasi.
5. Mendefinisikan dan Mengurutkan Permasalahan
Mediator perlu membuat suatu “struktur” dalam pertemuan mediasi yang
meliputi masalah-masalah yang sedang diperselisihkan dan sedang
berkembang. Dikonsultasikan dengan para pihak, sehingga tersusun daftar
permasalahan menjadi suatu agenda.
7

6. Negosiasi dan pembuatan Keputusan


7. Pertemuan Terpisah
a. Untuk menggali permasalahan yang belum terungkap dan dianggap
penting guna tercapainya mediasi
b. Untuk mengingatkan kembali atas hal-hal yang telah dicapai dalam
proses ini dan mempertimbangkan akibat bila tidak tercapai
kesepakatan.
8. Pembuatan Keputusan Akhir
Para pihak dikumpulkan kembali guna mengadakan negosiasi akhir, dan
menyelesaikan beberapa hal dengan lebih rinci serta Mediator berperan
untuk memastikan bahwa seluruh permasalahan telah dibahas.
9. Mencatat Keputusan
a. Pada kebanyakan mediasi, perjanjian akan dituangkan ke dalam tulisan,
dan ini bahkan menjadi suatu persyaratan dalam kontrak mediasi.
b. Pada kasus lainnya yang tidak terlalu kompleks, perjanjian final dapat
langsung.
10. Penutup
Mediator mengakhiri dengan memberikan penjelasan kepada pihak atas
apa yang telah mereka capai, meyakinkan mereka bahwa hasil tersebut
merupakan keputusan mereka sendiri, serta mengingatkan tentang hal apa
yang perlu dilakukan di masa mendatang.

E. Efektivitas Mediasi

Beberapa hal yang perlu dihindari dalam mediasi agar mencapai efektivitas,
yaitu: ketidaksiapan mediator, kehilangan kendali oleh mediator, kehilangan
netralitas, dan mengabaikan emosi. Apabila hal tersebut dapat dihindari maka
proses mediasi kemungkinan besar akan mencapai efektivitas yang ditandai
dengan:
1. Fairness, yakni berhubungan dengan perhatian mediator terhadap
kesetaraan, pengendalian pihak-pihak yang bertikai, serta perlindungan
kepada hak-hak individu.
8

2. Kepuasan pihak-pihak yang bertikai, yaitu apakah intervensi mediator


membantu memenuhi tujuan pihak-pihak yang bertikai, memperkecil
kerusakan, meningkatkan peran serta, dan mendorong komitmen.
3. Efektivitas umum, contohnya kualitas intervensi, permanen tidaknya
intervensi, dapat tidaknya diterapkan.
4. Efisiensi dalam biaya, waktu, dan kegiatan.
5. Apakah kesepakatan tercapai atau tidak.

F. Jenis-Jenis Mediasi

Jenis-Jenis mediasi secara umum, mediasi terdiri atas dua jenis yakni mediasi
dalam sistem peradilan dan mediasi di luar pengadilan. Adapun jenis-jenis
mediasi lebih lengkapnya sbb :
1. Mediasi dalam Sistem Peradilan
Pasal 130 HIR menjelaskan bahwa mediasi dalam sistem peradilan itu
menghasilkan produk berupa akta persetujuan damai atau akta perdamaian
secara tertulis. Dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 disebutkan bahwa: jika
mediasi menghasilkan kesepakatan, para pihak dengan bantuan mediator
wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan
ditandatangani oleh para pihak. Kesepakatan tersebut wajib memuat
klausul-klausul pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai
(Pasal 17 ayat (1) dan (6)).
2. Mediasi di Luar Pengadilan
Mediasi ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mediasi ini
merupakan bagian dari adat istiadat atau budaya daerah tertentu dengan
penyebutan dan tata cara pelaksanaan yang berbeda sesuai budaya dan
perilaku masyarakat. Hingga saat ini cenderung masyarakat memilih
demikian
3. Mediasi-Arbitrase
Mediasi-arbitrase adalah bentuk alternatif penyelesaian sengketa sebagai
kombinasi mediasi dengan arbitrase. Pada jenis ini, mediator diberi
9

kewenangan untuk memutuskan setiap isu yang tidak dapat diselesaikan


oleh para pihak.
4. Mediasi Ad-Hoc dan Mediasi Kelembagaan
Pasal 6 ayat 4 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, mediasi ad-hoc yang adanya kesepakatan para
pihak menentukan mediator penyelesaian perselisihan, yang sifatnya
tidak permanen atau sementara. Sedangkan mediasi kelembagaan
merupakan mediasi yang memiliki sifat permanenen atau melembaga
yang dimana lembaga mediasi menyediakan jasa mediator untuk
membantu para pihak.

G. Contoh Kasus dengan Penyelesaian Mediasi

a. Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Mediasi


(Studi Kasus di Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo

Tanah sebagai sumber daya alam yang sangat berguna bagi kelangsungan
hidup manusia jumlahnya tidak bertambah atau tetap namun
penggunaannya yang bertambah dan membuat nilai harga tanah juga ikut
naik sehingga seringkali menimbulkan konflik. Oleh karena itu
diperlukan penyelesaian secara tuntas salah satunya melalui mediasi yang
putusannya tidak ada pihak yang kalah ataupun menang atau biasa
disebut penyelesaian secara win – win solution sehingga tercipta keadilan
diantara para pihak. Kasus yang terjadi, yaitu jual beli tanah melalui
perantara notaris. Tanah yang sudah dilakukan jual beli yang difasilitatori
oleh notaris dibalik nama di Kantor Pertanahan. Data perubahan balik
nama tersebut ternyata tidak dialporkan ke Desa sehingga Desa tidak
mengetahui tentang adanya perubahan data, sehingga menimbulkan
masalah didalam Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dimana pemilik tanah
yang lama masih dikenai PBB
Penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
Sukoharjo adalah penyelesaian sengketa secara non litigasi. Penyelesaian
sengketa secara non litigasi adalah penyelesaian sengketa diluar
10

pengadilan yang didasarkan kepada hukum, dan penyelesaian tersebut


dapat digolongkan kepada penyelesaian yang berkualitas tinggi. Karena
sengketa yang diselesaikan secara demikian akan dapat selesai tuntas
tanpa meninggalkan sisa kebencian dan dendam,

Mediasi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo


menggunakan pendekatan secara persuasif dengan menitikberatkan pada
win-win solution untuk kedua pihak dengan mengedepankan prinsip asas
keadilan. Pendekatan secara persuasif dibuktikan dengan Kantor
Pertanahan Kabupaten Sukoharjo melakukan pendekatan dengan
pemanggilan para pihak secara terpisah, tujuannya adalah untuk
mengetahui kemauan masing-masing pihak yang bersengketa, para pihak
diberikan kesempatan secara transparan untuk mengajukan pendapatnya
mengenai permasalahan tersebut. Kemudian Kantor Pertanahan
melakukan penelitian lapangan untuk membuktikan kebenaran data yang
diberikan para pihak. Setelah diperoleh kebenaran data para pihak
dipertemukan dan mencari jalan keluar. Output dari mediasi ini adalah
para pihak tidak ada yang dirugikan dari putusan mediasi tersebut, dan
adil bagi para pihak sehingga asas keadilan bisa tercipta. Adil bukan
berarti sama tetapi adil disini maksudnya adalah para pihak bisa
menerima putusan mediasi yang dibuat bersama secara sukarela, tidak
ada pihak yang kalah ataupun menang.
III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan makalah ini bahwa, mediasi adalah
penyelesaian sengketa/konflik yang dilakukan melalui perundingan atau mufakat
antara pihak-pihak yang bersengkata dengan bantuan pihak ketiga (mediator)
yang bersifat netral. Pemilihan mediasi sebagai solusi penyelesaian konflik dilatar
belakangi pertimbangan adanya berbagai macam keuntungan yaitu proses mediasi
relatif lebih mudah, para pihak yang bersengketa mempunyai kecenderungan
untuk menerima kesepakatan, para pihak yang bersengketa cenderung akan
melaksanakan hasil kesepakatan dengan baik, putusan mediasi juga dapat
digunakan sebagai dasar perundingan-perundingan ataupun negosiasi jika suatu
saat dibutuhkan bila timbul sengketa yang lain, dan terbukanya kesempatan untuk
menelaah lebih dalam masalah-masalah yang merupakan dasar dari suatu sengketa
dengan informasi dan data-data. Prinsip mediasi meliputi kerahasiaan
(confidentiality), sukarela (volunteer), pemberdayaan (empowerment), netralitas
(neutrality), solusi yang unik (a unique solution). Tahapan mediasi, diantaranya:
tahap pendahuluan , peran mediator, identifikasi hal-hal yang sudah disepakati,
mendefinisikan dan mengurutkan permasalahan, negosiasi dan pembuatan
keputusan, pertemuan terpisah, pembuatan keputusan akhir, mencatat keputusan,
dan penutup.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Tm dan B. Rini Heryanti. 2011. Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian


Sengketa Non Litigasi di Bidang Perdagangan. Dinamika Sosbud. 13:1(1-18).
Meidiasari, Amalia NH . 2018 . Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Mediasi.
Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta (1-22).
PERMA No. 2 tahun 2003 Pasal 1 ayat (6)
Rachmadi, Usman. 2003. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. PT.
Citra Aditya Bakti. Bandung.
2004. Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas.
PT. Alumni. Bandung.
Syahrizal, Abbas. 2009. Mediasi dalam persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat,
dan Hukum Nasional. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Takdir, Rahmadi. 2010. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan
Mufakat. PT. Radja Grafindo Persada. Jakarta.
Tim Penyunting Kamus Hukum Ekonomi ELIPS. 1997. Kamus Hukum Ekonomi.
PT. Global Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai