Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mediasi merupakan alternatif penyelesaian sengketa yang dapat digunakan

oleh para pihak di luar Pengadilan. Mediasi telah tumbuh dan berkembang

sejalan tumbuhnya keinginan manusia menyelesaikan sengketa dengan cepat,

dan memuaskan kedua belah pihak. Prinsip mediasi adalah sama-sama menang

(win-win solution), sehingga para pihak yang terlibat sengketa merasakan tidak

adanya pihak menang dan pihak kalah. Mediasi bukan hanya mempercepat

proses penyelesaian sengketa, tetapi juga menghilangkan dendam dan

memperteguh hubungan silahturahmi. Mediasi tidak memberikan suatu model

yang dapat diuraikan secara terperinci dan dibedakan dari proses pengambilan

keputusan lainnya.1

Mediator sebagai pihak ketiga melakukan negosiasi, menjaga dan


mengontrol proses mediasi, menawarkan alternatif solusi secara bersamasama
para pihak merumuskan kesepakatan penyelesaian sengketa. Pengambilan
keputusan tidak berada di tangan mediator, tetapi di tangan para pihak yang
bersengketa. Keberadaan mediator sebagai pihak ketiga, sangat tergantung
pada kepercayaan (trust) yang diberikan para pihak untuk menyelesaikan
sengketa agar tidak ada perselisihan antara keduanya Terbitnya Peraturan
Mahkamah Agung RI (PERMA RI) No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan yang menggantikan PERMA RI No.1 Tahun 2008
tentang Mediasi. Menurut PERMA RI No.1 Tahun 2016 pasal (1) Mediasi
adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
Disebutkan juga dalam PERMA RI No.1 Tahun 2016 Pasal (2) Mediator
adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak
netral yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari
1
Gatot Sumartono, “Arbitrase dan Mediasi di Indonesia”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2006), 119.
2

berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara


memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Mediator sebagai pihak ketiga melakukan negosiasi, menjaga dan


mengontrol proses mediasi, menawarkan alternatif solusi secara bersamasama
para pihak merumuskan kesepakatan penyelesaian sengketa. Pengambilan
keputusan tidak berada di tangan mediator, tetapi di tangan para pihak yang
bersengketa. Keberadaan mediator sebagai pihak ketiga, sangat tergantung
pada kepercayaan (trust) yang diberikan para pihak untuk menyelesaikan
sengketa agar tidak ada perselisihan antara keduanya Terbitnya Peraturan
Mahkamah Agung RI (PERMA RI) No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan yang menggantikan PERMA RI No.1 Tahun 2008
tentang Mediasi. Menurut PERMA RI No.1 Tahun 2016 pasal (1) Mediasi
adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
Disebutkan juga dalam PERMA RI No.1 Tahun 2016 Pasal (2) Mediator
adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak
netral yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari
berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Mediator mampu mengarahkan pertemuan pemeriksaan kearah


pembicaraan kearah pokok penyelesaian. Oleh karena itu Mediator harus
memegang teguh kerahasiaan persengketaan maupun identitas pihak-pihak
yang bersengketa. Hasil kesepakatan dirumuskan dalam bentuk Kompromis
(compromise solution), kedua belah pihak Tidak ada yang kalah dan tidak ada
yang menang. tetapi sama-sama menang (win-win).2

Kinerja Mediator dalam melakukan proses mediasi ada beberapa


langkah. Langkah tersebut terdiri atas; pramediasi, sambutan mediator,
presentasi para pihak, identifikasi masalah, mendefinisikan dan mengurutkan
masalah, negosiasi dan pertemuan terpisah, perumusan kesepakatan,
pembuatan dan mencatat keputusan akhir, dan penutup mediasi. 3 Langkah ini

2
Gatot Supramono, “Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia”, (Jakarta: Rineka
Cipta,2008). 34.
3
Syahrizal Abbas, ““Tahapan Mediasi” dalam Mediasi dan Perdamaian”, (Jakarta: Mahkamah Agung
RI, 2004), 41-49.
3

harus diikuti mediator dalam penyelesaian sengketa para pihak tidak hanya
bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga bagi para pihak yang memilih mediasi
sebagai alternatif penyelesaian sengketa. Langkah kerja yang akan ditempuh
mediator dapat juga diberitahukan kepada para pihak, sehingga mereka dapat
mempersiapkan diri menghadapi proses mediasi. Dalam langkah tersebut
tergambar jelas langkah-langkah yang akan dilalui bersama antara para pihak
dengan mediator. Hal ini cukup berarti guna menepis kesan bahwa
penyelesaian sengketa melalui mediasi sangat berbelit dan sulit diwujudkan.

Mediasi dalam Hukum Syariah, pada prinsipnya manusia tidak dapat


mengelak atau menghindar perbedaan dan pertentangan yang terjadi dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Manusia harus menghadapi perbedaan dan
menyelesaikan konflik tersebut. Perbedaan dan pertentangan yang dialami
manusia merupakan hal alamiah (natural law), karena Allah Swt memang
menciptakan manusia dalam keragaman,bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.
Keragaman dan perbedaan manusia terlihat dari perbedaan warna kulit, ras,
bahasa, agama, budaya, pola pikir dan perbedaan kepentingan, Keragaman,
perbedaan pandangan dan kepentingan merupakan potensi konflik yang dapat
menjurus kepada kekerasan. Oleh karena itu, manusia harus menangani
konflik dan menyelesaikan sengketa yang terjadi antar manusia, sehingga
tidak membawa pada kekerasan atau pertumpahan darah. Al-Qur’an memuat
sejumlah prinsip resolusi konflik dan penyelesaian sengketa yang dapat
digunakan manusia dalam mewujudkan kehidupan harmoni,damai, adil, dan
sejahtera. Nabi Muhammad SAW pernah mewujudkan komunitas yang
harmoni, damai, adil, dan sejahtera melalui konsep “ummah”.4

Hal ini dapat dilakukan melalui pengamatan-pengamatan terhadap


sikap, persepsi masing-masing pihak, pola interaksi, dan komunikasi antara
para pihak dalam perundingan. Dalam praktiknya bagaimana upaya mediator
di Pengadilan Agama Kabupaten Malang dalam mendamaikan para pihak agar
mencapai suatu kesepakatan serta faktor yang mempengaruhi keberhasilan
4
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam .hlm 119 sebagaimana dikutip dalam “Ummah adalah konsep
komunitas muslim yang berusaha menerapkan nilai-nilai Islam yang equal, terbuka, damai, harmoni,
solidaritas kemanusiaan, dan global. Ummah sebagai moral collective terbangun dalam masyarakat
muslim walaupun mereka berbeda keluarga, suku, etnik, bahasa, dan juga ekonomi. Mereka tetapi
bersaudara dalam kesatuan ummah, Ralph H. Salmi, Cesar Adib Majul dan George K. Tanham, Islam
and Conflict Resolution; Theories and Practices, (New York: University Press of America,1998), 39.
4

mediator dalam mediasi tersebut hingga mencapai win-win solution antara


para pihak.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti mengenai


efektifitas mediator hakim dalam menangani mediasi perkara perceraian di
Pengadilan Agama Kabupaten Malang.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki titik fokus pada efektivitas mediasi yang dilakukan

oleh mediator Hakim dalam menyelesaikan mediasi perkara perceraian dengan

tujuan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan penghambat

mediasi perkara perceraian yang berada di Pengadilan Agama Kabupaten

Malang. Subjek dari penelitian yaaitu Mediator Hakim Pengadilan Agama

Kabupaten Malang.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektivitas Mediasi pada perkara Perceraian di Pengadilan

Agama Kabupaten Malang?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung keberhasilan mediasi perkara perceraian

di Pengadilan Agama Kabupaten Malang?

3. Apa saja faktor-faktor penghambat mediasi perkara perceraian di

Pengadilan Agama Kabupaten Malang?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keefektifan mediasi perkara perceraian di Pengadilan

Agama Kabupaten Malang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam

menyelesaikan perkara perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten

Malang.
5

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat mediasi perkara

perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Malang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Diharapkan dapat menambah wawasan kelimuan bagi para pembaca

khususnya dalam fakultas syariah yang dimana sesuai dengan

kaidah dan prosedur ilmiah.

b. Dapat digunakan bagi para peneliti yang lain sebagai pertimbangan

untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan

Hukum Islam yang berkaitan dengan efektivitas mediator Hakim

dalam menangani mediasi perkara perceraian di Pengadilan Agama

Kabupaten Malang..

c. Sebagai referensi untuk mahasiswa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Mediator, sebagai acuan tehnik mediasi yang efektif dan

menjadi tolak ukur antara keberhasilan dan penghambat yang selalu

terjadi saat mediasi.

b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dan referensi untuk mengembangkan penelitian

selanjutnya.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami maupun membaca istilah

yang dimaksud dalam judul efektifitas mediator hakim dalam menangani

mediasi perkara perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Malang. maka


6

perlu penjelasan istilah-istilah yang ada dalam pokok pembahasan sebagai

berikut ini:

1. Efektivitas

Menunjukan tepat sasaran.5 Dalam penelitian ini berkaitan dengan sesuatu

yang direncanakan dalam pelaksanaan mediasi supaya dapat tercapai, dan

pencapaian ini di ukur dari perkara perceraian yang berhasil damai di

Pengadilan Agama Kabupaten Malang.

2. Mediator Non Mediator

Mediator adalah hakim aau pihak lain yang memiliki sertifikat mediator

sebagai pihak netral yang membantu para pihak yang berperkara dalam

proses perundingan untuk mencari berbagai kemungkinan penyelesaian

sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah

penyelesaian.6 sedangkan, mediator non hakim berasal dari asosiasi

mediator yang bukan merupakan hakim dan sudah berlisensi.7

3. Mediasi

Mediasi berasal dari bahasa latin mediere, yang berarti berada di tengah.

Mediasi yang digunakan sekarang ini di ambil dari Bahasa Inggris

mediation. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata

mediasi diberi makna sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam

penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat.8 orang yang

melakukan mediasi dinamakan Mediator.

4. Perkara Perceraian

5
M. Sastra Raja, Kamus Isilah dan Umum. (Surabaya: Nasional, 1987), 457.
6
Pasal 1 ayat (2) Ketentuan Umum Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016
Tentang 2016 Tentang Mediasi di Pengadilan.
7
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi IV Cet. VII (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003), 345.
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
726.
7

Masih bingung

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini terdapat lima bab.

Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Pendahuluan adalah bab yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka menyajikan tentang tinjauan pustaka yang diawali dengan

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Bahasan erikutnya

yaitu tentang kerangka teori yang berisi tinjauan umum yang dibahas tentang

Efektivitas Mediator Non Hakim dalam menangani Mediasi Perkara

perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Malang.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang penjelasan metode penelitian yang digunakan

meliputi jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan

sumber data, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data.

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini merupakan inti dari penelitian, seperti hasil analisis data yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Tujuan utama dari pembahasan

analisis data dalam penelitian ini yaitu pemaparan Efektivitas Mediator Non

Hakim dalam menangani Mediasi Perkara perceraian di Pengadilan Agama

Kabupaten Malang.

Bab V Penutup
8

Bab ini berisi hasil dari penelitian yang disajikan didalam bentuk kesimpulan

dari pembahasan penelitian yang telah dilakukan serta saran yang berkaitan

dengan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai