Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEMAHIRAN NON LITIGASI

JENIS JENIS APS (ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA) DI LUAR PENGADILAN

DAN PERBEDAAN ANTARA SATU DENGAN LAINNYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Kemahiran Non Litigasi

DOSEN PENGAMPU:

Bp. Rustam DKA., Hrp, M.Ag.

DISUSUN OLEH:

1. Muhammad Saifullah Yusuf (200206095)


2. Dian Putri anggraeni 2002026060
3. Farhan Rizaldy A Marasabessy 2002026064
4. Vadhea Cahyanda Sukma 2002026120

Jurusan S1 Hukum Pidana Islam

Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Walisongo
2020

HALAMAN MOTTO

YAKINLAH PADA DIRI SENDIRI BAHWA SAYA ITU BISA,

BISA MELAKUKAN APA YANG MEREKA LAKUKAN

(PENULIS)

HIDUP ADALAH PERMAINAN, MAKA MAINKANLAH SESUKA DIRIMU DAN JADILAH


PEMENANG TANPA MENJATUHKAN LAWAN

(PENULIS)
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Permasalahan atau sengketa sering terjadi di kehidupan bermasyarakat. Permasalahan atau


sengketa biasanya banyak terjadi pada berbagai lini kegiatan ekonomi dan bisnis. Perbedaan
pendapat, benturan kepentingan, hingga rasa takut dirugikan kerap menjadi sebab permasalahan
atau sengketa tersebut terjadi. Penyelesaian sengketa bisnis kebanyakan dilaksanakan menggunakan
cara litigasi atau penyelesaian sengketa melalui proses persidangan. Penyelesaian sengketa tersebut
diawali dengan pengajuan gugatan kepada pengadilan negeri dan diakhiri dengan putusan hakim.
Namun disamping penyelesaian sengketa melalui proses litigasi, terdapat pula penyelesaian
sengketa melalui non litigasi.

Sengketa dapat terjadi dalam setiap hubungan hukum, terutama disebabkan keadaan dimana pihak
yang satu dihadapkan pada kepentingan yang berbeda dengan pihak lainnya. Komar Kantaatmadja
mengemukakan bahwa sengketa terjadi jika salah satu pihak menghendaki pihak lain untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak untuk melakukan hal yang demikian. 1

Berdasar hal tersebut, tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut, adalah tindakan yang
harus diselesaikan. Sebab, jika tidak terselesaikan akibat hukum yang diterima tentu akan lebih
besar juga.Sengketa adalah suatu proses yang wajar dan alami dalam kehidupan manusia, serta
secara alami derajat eskalasi, kompleksitas, dan bobot risiko suatu sengketa sangat bervariasi,
sehingga sudah wajar apabila penanganan dan penyelesaiannya menuntut variasi pula. 2

Dalam praktiknya, penyelesaian tersebut dapat diselesaikan melalui mekanisme pengadilan ataupun
di luar pengadilan dengan mekanisme musyawarah atau kekeluargaan. Perlu diperhatikan juga,
apabila memaksakan penyelesaian melalui jalur pengadilan, untuk memenuhi kebutuhan bobot

1 Komar Kantaatmadja, Beberapa Hal Tentang Arbitrase, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 3

2 Emmy Yuhassarie, Proceding Arbitrase dan Mediasi, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 2003, hlm. 7
variasi tersebut, maka dapat menimbulkan disharmoni di tengah masyarakat. secara ringkas, dapat
dikatakan bahwa kebutuhan akan penggunaan mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan
adalah salah satu cerminan adanya respon akan pemenuhan penyelesaian dan penanganan terhadap
perselisihan yang bervariasi tersebut. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini biasanya disebut
dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) di Amerika, kemudian di Indonesia disebut dengan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS). APS sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 30
3

Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU APS). Menurut Pasal 1
Angka 10 UU APS, yang dimaksud dengan APS adalah Lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak dengan penyelesaian di luar pengadilan
melalui 5 (lima) cara di antaranya Konsultasi, Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, Penilaian Ahli dan
Arbitrase.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka muncul tugas penulis untuk menjelaskan lebih jauh
tentang;
a. apa saja alternatif penyelesaian sengketa ?
b. bagaimana perbedaan anatar APS satu dengan yang lainnya

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini agar para teman teman mahasiswa memahami lebih dalam
tentang alternati penyelesaian sengketa yang dimana kita sering hadapi ditengah-tengah masyarakat
dan menerapkan alternatif-alternatif sebagaimana yang akan kita bahas pada makalah ini pada
intinya tujuan penyusun dalam menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas hehe..

3 Rachmadi Usmani. 2012. Mediasi di Pengadilan : Dalam Teori dan Praktik. Jakarta. Penerbit : Sinar Grafika. Hal. 8
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Alternatif Penyelesaian Sengketa


Dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS). APS diartikan sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
mediasi, konsolidasi, atau penilaian ahli.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ADR/APS adalah suatu cara dan proses penyelesaian
sengketa dimana para pihak yang bersengketa dapat membantu atau dilibatkan dalam meyelesaikan
persengketaan tersebut atau melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral.
Beberapa bentuk alternatif penyelesaian sengketa (APS) antara lain:
1. Negosiasi
Negosiasi adalah proses untuk mewujudkan kesepakatan dalam menyelesaikan persengketaan
antara para pihak melalui diskusi (musyawarah) secara langsung yang hasilnya diterima oleh para
pihak tersebut. Negosiasi dalam sektor hukum berbeda dengan jenis negosiasi lainnya karena
dalam negosiasi hukum melibatkan lawyer atau penasehat hukum sebagai wakil pihak yang
bersengketa. Dalam negosiasi para pihak yang bersengketa itu sendiri menetapkan konsensus
(kesepakatan) dalam penyelesaian sengketa antara mereka tersebut peranan Penasehat Hukum
adalah hanya untuk membantu pihak yang bersengketa menemukan bentuk-bentuk kesepakatan
yang menjadi tujuan pihak yang bersengketa tersebut.
Negosiasi dilakukan karena telah ada sengketa yang muncul diantara para pihak, maupun
hanya karena belum ada kata sepakat yang disebabkan karena belum belum pernah ada
pembicaraan tentang hal tersebut. Negosiasi mensyaratkan bahwa para pihak yang bersengketa
atau konsultan hukumnya mampu mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dan memberikan
jalan keluar pemecahannya. 4

2. Mediasi

4 Marwah M. Diah, “Prinsip dan Bentuk-Bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan”, Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol. 5
No. 2 (April, 2008), 117.
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan dibantu oleh pihak ketiga (mediator)
yang netral atau tidak memihak. Peranan mediator adalah sebagai penengah (yang pasif) yang
memberikan bantuan berupa alternatif-alternatif penyelesaian sengketa untuk selanjutnya
ditetapkan sendiri oleh pihak yang bersengketa.
Mediasi biasanya merupakan pilihan penyelesaian sengketa lanjutan oleh pihak yang
bersengketa setelah cara negosiasi tidak menemukan titik temu. Secara teoritis, bentuk mediasi
memerlukan beberapa persyaratan agar prosesnya dapat berhasil, seperti misalnya para pihak yang
bersengketa memiliki bargaining power yang seimbang dan para pihak masih mengharapkan
hubungan baik pada masa yang akan datang.
Mediasi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu mediasi di pengadilan (litigasi) dan mediasi
di luar pengadilan (non litigasi). Di banyak negara, mediasi merupakan bagian dari proses litigasi,
hakim meminta para pihak untuk mengusahakan penyelesaian sengketa mereka dengan
menggunakan proses mediasi sebelum proses pengadilan dilanjutkan. Dalam mediasi ini seorang
hakim atau seorang ahli yang ditunjuk oleh para pihak dalam proses pengadilan yang bertindak
sebagai mediator. 5

3. Konsiliasi
Hal yang menarik mengenai konsiliasi adalah konsiliasi pada dasarnya hampir sama dengan
mediasi, mengingat terdapat keterlibatan pihak ketiga yang netral (tidak memihak) yang
diharapkan dapat membantu para pihak dalam upaya peyelesaian sengketa mereka. Penyelesaian 6

melalui konsiliasi ini dilakukan melalui seseorang atau beberapa orang atau badan sebagai
penenngah yang disebut konsiliator dengan mempertemukan atau memberi fasilitas kepada pihak-
pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya secara damai.
Konsiliator sendiri merupakan pejabat Konsiliasi yang bukan dari pejabat pemerintah,
melainkan dari swasta yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Kerja berdasarkan saran
organisasi serikat pekerja atau serikat buruh. Dimana tugas terpenting dari konsiliator adalah
memanggil para pihak atau para saksi terkait. Pejabat konsiliator dapat memanggil para pihak
yang bersengketa dan membuat perjanjian bersama apabila kesepakatan telah tercapai. 7

5 Revy S.M. Korah, Mediasi Merupakan Salah Satu Alternatif Penyelesaian Masalah dalam Sengketa Perdagangan Internasional”, Vol. 21 No. 3 (April,
2013), 34.
6 FirdaAinun Fadillah dan Saskia Amalia Putri, “Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase (Literature Review Etika) ”, Jurnal Ilmu Manajemen
Terapan, Vol. 2 No. 6 (Juli, 2021), 751.
7 Tris Widodo, Penyelesaian Secara Konsiliasi dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Menurut UU No. 2 Tahun 2004, Jurnal Warta, Vol.
49 (Juli, 2016).
Pelaksanaan konsiliasi ini dapat dilaksanakan pada tiap tingkat peradilan yang sedang
berlangsung, baik di luar pengadilan maupun di dalam pengadilan asalkan sengketa tersebut belum
mendapat putusan hakim. Konsiliasi merupakan langkah awal perdamaian sebelum sidangn
pengadilan dilaksanakan. Dalam upaya menyelesaikan sengketa, konsiliasi tidak harus
mengadakan pertemuan dan pembicaraan dengan kedua belah pihak di suatu tempat, tetapi bisa
dihasilkan shuttle negotiation antara pihak. Putusan yang diambilnya menjadi resolusi yang dapat
dipaksakan kepada kedua belah pihak.
4. Arbitrase
Arbitrase adalah bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang dibuat berdasarkan perjanjian
antar para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui hakim arbiter. Arbiter yang harus selalu
dalam jumlah yang ganjil, merupakan pihak yang netral tidak memihak dan secara aktif serta
profesional memiliki kewenangan memutuskan dalam penyelesaian sengketa. Arbiter merupakan
hakim swasta yang independen bagi para pihak yang bersengketa. 8

Mengacu kepada ketentuan Pasal 1 butir 1 Jo. Pasal 5 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999,
sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase terbatas pada sengketa perdata, khususnya
mengenai perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Namun demikian tidak semua
perkara bisa diselesaikan melalui arbitrase. Tetapi untuk jenis perkara berupa sengketaa perdata
tentu dapat diselesaikan dengan cara arbitrase, dengan keunggulan dilakukan secara sederhana,
cepat, biaya ringan, informal, dan tertutup dari perhatian publik. 9

B. PERBEDAAN ANTARA APS SATU DENGAN YANG LAINNYA


Jadi secara singkatnya perbedaan antara Arbitrasi, mediasi dan konsiliasi, Arbitrasi adalah penyelesaian
dengan menggunakan bantuan pihak ketiga (arbiter), dimana para pihak menyatakan akan menaati putusan
yang diambil oleh arbiter. Sedangkan mediasi juga menggunakan bantuan dari pihak ketiga (mediator), namun
mediator hanya bertugas menjembatani para pihak tanpa memberikan pendapat-pendapat mengenai
penyelesaian sengketa. Meskipun sama-sama menggunakan bantuan dari pihak ketiga (konsiliator), namun
untuk konsiliasi bersifat lebih formal dari pada mediasi. Konsiliator dapat memberikan pendapat-pendapat
kepada para pihak terhadap masalah yang diperselisihkan, namun pendapat tersebut tidak mengikat para pihak

8 Marwah M. Diah, “Prinsip dan Bentuk-Bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan”, Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol. 5
No. 2 (April, 2008), 118.
9 Muhibathabary, “Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999”, Jurnal Asy-
Syari’ah, Vol. 16 No. 2 (Agustus 2014), 111.
Masing-masing penyelesaian sengketa non litigasi maupun litigasi memiliki ciri khas atau karakteristik yang
berbeda-beda. Setiap metode juga memiliki kekurangan serta kelebihan. Hal tersebut dapat disesuaikan oleh
para pihak dengan memilih lembaga penyelesaian sengketa yang paling efektif dalam menyelesaikan sengketa
dan menguntungkan bagi para pihak.10

Perbedaan APS (Alternatif Penyelesaian Sengketa) antara satu dengan yang lainnya

No Mediasi Konsiliasi Negosiasi Arbitrase

1 Mediator Konsiliator pada Penyelesaian masalah Arbiter dalam arbitrase


dalam mediasi umumnya memiliki melalui diskusi bertugas memberikan
bertugas kewenangan yang lebih (musyawarah) secara putusan atas sengketa para
sebagai besar daripada langsung antara pihak- pihak.
penengah dan mediator, mengingat ia pihak yang bersengketa
memberikan dapat mendorong atau yang hasilnya diterima
masukan “memaksa” para pihak oleh para pihak tersebut
penyelesaian untuk lebih kooperatif
sengketa. dalam penyelesaian
sengketa mereka.
2 Hasil mediasi Konsiliator pada umum Hasil negosiasi Hasil arbitrase
bersifat win- dapat menawarkan bersifat win-win bersifat win-lose
win solution. alternatif-alternatif solution. judgement.
penyelesaian yang
digunakan sebagai
bahan pertimbangan
oleh para pihak untuk
memutuskan.
3 Saran Hasil konsiliasi - Putusan arbitrase bersifat
mediator bersifat win-win final dan mempunyai
dalam mediasi solution. kekuatan hukum tetap dan
bersifat tidak mengikat para pihak.
mengikat.

10 ijaja, Gunawan. ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA, cet. 2. 2002. Jakarta: Raja Grafindo.


4 - Saran konsiliator dalam - -
konsiliasi bersifat tidak
mengikat.

BAB III
PENUTUP

Dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS). APS diartikan sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
mediasi, konsolidasi, atau penilaian ahli.
Jadi secara singkatnya perbedaan antara Arbitrasi, mediasi dan konsiliasi, Arbitrasi adalah
penyelesaian dengan menggunakan bantuan pihak ketiga (arbiter), dimana para pihak menyatakan
akan menaati putusan yang diambil oleh arbiter. Sedangkan mediasi juga menggunakan bantuan dari
pihak ketiga (mediator), namun mediator hanya bertugas menjembatani para pihak tanpa memberikan
pendapat-pendapat mengenai penyelesaian sengketa.
DAFTAR PUSTAKA

Emmy Yuhassarie, Proceding Arbitrase dan Mediasi, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 2003, hlm. 7
FirdaAinun Fadillah dan Saskia Amalia Putri, “Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase
(Literature Review Etika)”, Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, Vol. 2 No. 6 (Juli, 2021), 751.
ijaja, Gunawan. ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA, cet. 2. 2002. Jakarta: Raja Grafindo.
Marwah M. Diah, “Prinsip dan Bentuk-Bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan”,
Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol. 5 No. 2 (April, 2008), 117.
Marwah M. Diah, “Prinsip dan Bentuk-Bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan”,
Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol. 5 No. 2 (April, 2008), 118
Muhibathabary, “Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Menurut
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999”, Jurnal Asy-Syari’ah, Vol. 16 No. 2 (Agustus 2014), 111.
Rachmadi Usmani. 2012. Mediasi di Pengadilan : Dalam Teori dan Praktik. Jakarta. Penerbit : Sinar
Grafika. Hal. 8

Anda mungkin juga menyukai