Anda di halaman 1dari 14

MEDIASI, NEGOSIASI DAN KONSILIASI

DALAM HUKUM ARBITRASE DAN ALTERNATIVE


PENYELESAIAN SENGKETA

Disusun oleh:

Afiq Fauzan Wahyu Kartika - 193300416038


TBA
TBA

Halaman 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal dari pihak
yang telah bersedia berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik anggapan
maupun materi yang telah mereka kontribusikan.

Kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan yang luas dan
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Juli 2022

Penyusun

Halaman 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................................................5
BAB............................................................................................................................................6
II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Pengertian Alternatif Penyelesaian Sengketa..................................................................6
2.2 Pengertian Mediasi, Negosiasi dan Konsiliasi................................................................6
2.2.1 Mediasi.....................................................................................................................6
2.2.2 Negosiasi..................................................................................................................9
2.2.3 Konsiliasi...............................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

Halaman 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alternative Dispute Resolution (ADR) atau alternatif penyelesaian sengketa


(APS) merupakan upaya penyelesaian sengketa di luar litigasi (non-litigasi).
Penyelesaian Sengketa Alternatif (ADR) merupakan mekanisme penyelesaian sengketa
diluar pengadilan dengan mempertimbangkan segala bentuk efisiensiya dan untuk
tujuan yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) pertama


kali muncul di Inggris Alternative Dispute Resolution (ADR) yang merupakan istilah
yang pertama kali muncul di Amerika Serikat. ADR merupakan jawaban atas
ketidakpuasan masyarakat Amerika Serikat terhadap sistem pengadilan yang berlaku di
negaranya. Permasalahan yang muncul ketika itu penyelesaian sengketa melalui
pengadilan memakan waktu yang lama, biaya yang mahal dan diragukan
penyelesaiannya yang dapat memuaskan kepada para pihak. ADR dikembangkan oleh
praktisi hukum maupun kalangan akademi sebagai proses penyelesaian sengketa yang
lebih memberikan rasa keadilan.

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 menyatakan:


“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak yakni penyelesaian diluar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli.”

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999


disimpulkan bahwa Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah penyelesaian
sengketa atau beda pendapat diselesaikan diluar pengadilan (non litigasi) dilakukan
dengan cara negosiasi mendiasi, konsiliasi atau penilaian ahli dengan mengutamakan
musyawarah, didasarkan itikad baik para pihak untuk mencapai kesepakatan.

Halaman 4
Lembaga alternatif penyelesaian sengketa dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Mediasi;
2. Negosiasi; dan
3. Konsilliasi

Masing-masing penyelesaian sengketa non litigasi maupun litigasi memiliki ciri


khas atau karakteristik yang berbeda-beda. Setiap metode juga memiliki kekurangan
serta kelebihan. Hal tersebut dapat disesuaikan oleh para pihak dengan memilih
lembaga penyelesaian sengketa yang paling efektif dalam menyelesaikan sengketa dan
menguntungkan bagi para pihak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Mediasi, Negosiasi dan Konsiliasi?


2. Apa yang menjadi perbedaan antara Mediasi, Negosiasi dan Konsiliasi?
3. XXXX

1.3 Tujuan Pembahasan

XXXX

Halaman 5
BAB

II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alternatif Penyelesaian Sengketa

[To be defined later]

2.2 Pengertian Mediasi, Negosiasi dan Konsiliasi

Sebagaimana telah dijabarkan di atas, dalam Alternative Dispute Resolution


(ADR) atau alternatif penyelesaian sengketa (APS), diantaranya adalah Mediasi,
Negosiasi dan Konsiliasi. Pengertian dari Mediasi, Negosiasi dan Konsiliasi adalah
sebagai berikut:

2.2.1 Mediasi

a. Pengertian Mediasi

Mediasi berasal dari bahasa latin, mediere, yang berarti berada ditengah.
Mediasi yang dipakai sekarang ini diserap dari Bahasa Inggris, mediation. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata mediasi diberi makna sebagai proses
pengikutsertaaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai
penasihat.1 Orang yang melakukan mediasi dinamakan mediator.

Secara harifah, Mediasi (mediation) adalah suatu pengendalian konflik yang


dilakukan dengan cara membuat konsensus di antara dua pihak yang bertikai untuk
mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik. Pengendalian ini sangat berjalan efektif dan mampu menjadi
pengendalian konflik yang selalu digunakan oleh masyarakat.

Dalam Kamus Hukum Indonesia pengertian mediasi adalah proses


penyelesaian sengketa secara damai yang melibatkan bantuan pihak ketiga untuk
memberikan solusi yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa.

Halaman 6
Dalam kaitannya dengan alternatif penyelesaian sengketa, Mediasi adalah
cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.

Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator
sebagai pihak netral yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Selanjutnya para ahli memberikan pendapatnya mengenai pengertian mediasi di


bawah ini:

1) Pengertian Mediasi menurut Laurence Bolle, Mediasi adalah proses


pengambilankeputusan di mana pihak dibantu oleh mediator, dalam hal ini
upaya mediator untukmeningkatkan proses pengambilan keputusan dan untuk
membantu para pihak mencapaihasil yang mereka inginkan bersama.

2) enurut J. Folberg dan A. Taylor, Pengertian Mediasi adalah proses dimana para
peserta, bersama-sama dengan bantuan dari orang yang netral, sistematis
mengisolasi sengketa dalam rangka untuk mengembangkan pilihan,
mempertimbangkan alternatif danmencapai penyelesaian sengketa yang akan
mengakomodasi kebutuhan mereka.

3) Garry Goopaster mengemukakan pengertian mediasi, Mediasi ialah suatu


prosesnegosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak
(imparsial) bekerjasama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu
mereka memperolehkesepakatan perjanjian yang memuaskan.

Sedangkan menurut PERMA Nomor 1 Tahun 2016, mediasi adalah cara


penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan
para pihak dengan dibantu mediator.

Halaman 7
b. Jenis dan Bentuk Mediasi

Mediasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1) Mediasi di dalam Pengadilan

Para pihak yang mengajukan perkaranya ke pengadilan, diwajibkan untuk


menempuh prosedur mediasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan
pokok perkara.

2) Mediasi di luar Pengadilan

Pasal 36 ayat (1), (2), dan (3) PERMA No.1 Tahun 2016 mengatur sebuah
prosedur hukum untuk akta perdamaian dari pengadilan tingkat pertama atas
kesepakatan perdamaian di luar pengadilan. Prosedurnya adalah dengan cara
mengajukan gugatan yang dilampiri oleh naskah atau dokumen kesepakatan
perdamaian para pihak dengan mediasi atau dibantu oleh mediator bersertifikat.

c. Tahapan dalam Mediasi

Mengacu pada PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Mediasi, dijelaskan perihal
tahapan-tahapan dalam melakukan Mediasi, yaitu:

1) Tahapan Pra-Mediasi

 Para pihak dalam hal ini penggugat mengajukan gugatan dan mendaftarkan
perkara
 Ketua Pengadilan Negeri menunjuk majelis hakim
 Pada hari pertama sidang majelis hakim wajib mengupayakan perdamaian
kepada para pihak melalui proses mediasi.
 Para pihak dapat memilih mediator hakim atau non hakim yang telah
memiliki sertifikat sebagai mediator dalam waktu 1 (satu) hari.

Halaman 8
 Apabila dalam waktu 1 (satu) hari belum ditentukan maka majelis
menetapkan mediator dari para hakim.
2) Proses Mediasi

 Setelah penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan fotokopi


dokumen yang memuat duduk perkara, fotokopi surat-surat yang diperlukan
dan hal-hal lain yang terkait dengan sengketa kepada mediator dan para
pihak
 Mediator wajib menentukan jadwal pertemuan untuk penyelesaian proses
mediasi
 Pemanggilan saksi ahli dimungkinkan atas persetujuan para pihak, dimana
semua biaya jasa ahli itu ditanggung oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan

3) Proses Akhir Mediasi

 Jangka waktu proses mediasi di dalam pengadilan paling lama adalah 40


hari kerja, dan dapat diperpanjang lagi paling lama 14 hari kerja.
 Jika mediasi menghasilkan kesepakatan, para pihak wajib merumuskan
secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani kedua pihak,
dimana hakim dapat mengukuhkannya sebagai sebuah akta perdamaian
 Apabila tidak tercapai suatu kesepakatan, hakim melanjutkan pemeriksaan
perkara sesuai dengan ketentuan Hukum Acara yang berlaku

2.2.2 Negosiasi

a. Pengertian Negosiasi

Negosiasi adalah sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk


mendiksusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), negosiasi diartikan sebagai penyelesaian sengketa
secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang bersengketa.

Halaman 9
Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa dapat melakukan suatu
proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa
dengan suatu situasi yang sama-sama menguntungkan, dengan melepaskan atau
memberikan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas timbal
balik. Kesepakatan yang telah dicapai kemudian dituangkan secara tertulis untuk
ditandatangani dan dilaksanakan oleh para pihak.

Negosiasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang


disebutkan pada pasal 1 angka 10 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Kegiatan
negosiasi tersendiri tidak dijelaskan lebih merinci di dalam peraturan perundang-
undangan. Melainkan definisi alternatif penyelesaian sengketa yang dijelaskan:

“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa


atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.”

Negosiasi dikaitkan dengan Bab II UU Nomor 30 Tahun 1999 mengenai


Alternatif Penyelesaian Sengketa, pasal 6 ayat (2):

“2) Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian


sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan dalam
pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.”

Pengertian Negoasiasi menurut para ahli:

1) Jackman (2005)
Negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang
pada mulanya memiliki pemikiran berbeda, hingga akhirnya mencapai
kesepakatan.

Halaman 10
2) Oliver (dalam Purwanto, 2006)
Negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak mempunyai hak
atas hasil akhir. Untuk itu diperlukan persetujuan dari kedua belah pihak
sehingga terjadi proses yang saling memberi dan menerima sesuatu untuk
mencapai suatu kesepakatan bersama.

b. Jenis dan Bentuk Negosiasi

Terdapat beberapa jenis negosiasi yang dibedakan berdasarkan situasi, jumlah


negosiator serta berdasarkan untung dan ruginya, yaitu:

Ada beberapa jenis negosiasi yang dibedakan berdasarkan situasi, jumlah


negosiator serta berdasarkan untung dan ruginya, diantaranya adalah:

1) Negosiasi formal
Merupakan kegiatan negosiasi yang dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan
dengan menempuh jalur hukum.

2) Negosiasi informal
Merupakan negosiasi yang bisa dilakukan dimana saja tanpa memerlukan jalur
hukum.

3) Negosiasi dengan pihak penengah


Merupakan negosiasi yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak negosiator
sehingga setiap keputusan dan proses negosiasi akan memerlukan pihak
penengah yang sifatnya netral.

4) Negosiasi tanpa pihak penengah


adalah negosiasi yang dilakukan tanpa membutuhkan bantuan pihak penengah
dan umumnya hanya terjalin antar dua pihak saja.

5) Negosiasi kolaborasi

Halaman 11
Merupakan jenis negosiasi dimana seluruh pihak yang terlibat menyuarakan
pendapat dan keinginannya, sehingga terjalin kolaborasi kepentingan dan
keinginan untuk bisa mendapatkan solusi terbaik.

c. Proses dalam Negosiasi

 Pihak yang memiliki program (pihak pertama) menyampaikan maksud dengan


kalimat santun, jelas dan terinci.
 Pihak mitra bicara menyanggah mitra lainnya dengan santun dan tetap
menghargai maksud pihak pertama
 Pemilik program mengemukakan argumentasi dengan kalimat santun dan
meyakinkan mitra bicara disertai dengan alasan yang logis.
 Terjadi pembahasan dan kesepakatan terlaksananya program/maksud negosiasi

2.2.3 Konsiliasi

Pengertian Konsiliasi

Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan


pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator
yang netral. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 13 UU PPHI, konsiliasi hanya berwenang
menangani perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar
serikat pekerja.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan


Hubungan Industrial (“UU PHI”), mengatur mengenai penyelesaian perselisihan
hubungan industrial melalui konsiliasi.

Berdasarkan Pasal 1 angka 13 UU PHI, konsiliasi adalah penyelesaian


perselisihan kepentingan, perselisishan pemutusan hubungan kerja atau
perselisishan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.

Halaman 12
Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 14 UU PHI, pengertian konsiliator adalah
seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh
Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi oleh Menteri, yang bertugas
melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak
yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

XXXX

Halaman 13
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Peraturan

XXXX

Sumber Internet

XXXX

Halaman 14

Anda mungkin juga menyukai