Anda di halaman 1dari 18

Pekan-3

PERUSAHAAN PENUNJANG PENGANGKUTAN

A. PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN

1. Konsep dan Pengaturan Ekspedisi Muatan

Perusahaan ekspedisi muatan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena


mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengiriman atau pengangkut atau penerima
barang. Perusahaan ekspedisi muatan berfungsi sebagai agen (wakil dalam perjanjian
pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim atau penerima. Perusahaan ekspedisi
muatan diatur dalam buku 1 Bab V bagian 2 Pasal 86-90 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) Indonesia untuk pengangkutan kereta api dan perairan.

Setelah pengiriman barang dilakukan, perusahaan ekspedisi muatan juga harus menanggung
kerusakan atau hilangnya barang yang disebabkan oleh kesalahan atau kurang hati-hatinya
(Pasal 88 KUHD) . Perusahaan ekspedisi muatan juga menanggung perusahaan ekspedisi
muatan antara yang digunakannya (Pasal 89 KUHD) . Dokumen pengangkutan merupakan
perjanjiaan antara pengirim atau perusahaan ekspedisi muatan dengan penggangkut atau
nahkoda, yang memuat isi yang diperjanjikan antara pihak-pihak tentang berakhirnya
penggangkutan, penggantian kerugian karena terjadi kelambatan , dan lain-lain yang perlu
(Pasal 90 KUHD)

Dilihat dari perjanjianya dengan pengirim, perusahaan ekspedisi muatan adalah pihak dalam
perjanjian pemberian kuasa (keagenan) yang mengikatkan diri untuk mencari pengangkut
bagi kepentingan pengirim, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar provisi
(imbalan jasa) kepada perusahaan ekspedisi muatan sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang jasa ekspedisi antara pengirim dan perusahaan ekspedisi muatan.

Selain dalam KUHD Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran
mengatur juga usaha terkait dengan pengangkutan di perairan dalam Pasal 31-Pasal 34.
Untuk kelancaran kegiatan pengangkutan di perairan. Usaha jasa terkait yang dimaksud dapat
berupa :

a. Usaha jasa muat bongkar barang


b. Usaha jasa pengurusan transportasi

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 1


c. Usaha jasa pengangkutan di perairan
d. Usaha jasa penyewaan peralatan pengangkutan di perairan atau peralatan jasa terkait
dengan pengangkutan diperairan
e. Usaha jasa tally mandiri
f. Usaha jasa depo peti kemas
g. Usaha jasa penggelolaan kapal (ship management)
h. Usaha jasa perantara jual beli dan/atau sewa kapal (ship broker)
i. Usaha jasa keagenan awal kapal (ship manning agency)
j. Usaha jasa kegenan kapal dan
k. Usaha jasa perawatan dan perbaikann kapal (ship reparing and maintenance) (Pasal 31
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008)

Usaha jasa terkait sebagaimana dimaksud di atas dilakukan oleh badan usaha yang didirikan
khusus untuk itu. Selain itu, kegiatan muat bongkar dapat dilakukan oleh perusahaan
pengangutan laut nasional hanya untuk kegiatan muat bongkar barang tertentu untuk kapal
yang dioperasikannya. Selain badan usaha yang didirikan khusus untuk itu, kegiatan
pengangkutan perairan pelabuhan dapat dilakukan oleh perusahaan pengangkutan laut
nasional. Kegiatan tally yang bukan tally mandiri dapat dilakukan oleh perusahaan
pengangkutan laut nasional, perusahaan muat bongkar, atau perusahaan jasa pengurusan
transportasi terbatas hanya untuk kegiatan cargodoring, reciving (Pasal 32 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008).

Setiap badan usaha yang didirikan khusus untuk usaha jasa terkait wajib memiliki izin (Pasal
33 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008). Ketentuaan lebih lanjut mengenai tata cara dan
persyaratan perizinan usaha yang terkait dengan pengangkutan di perairan diatur dengan
Peraturan Pemerintah (Pasal 34 Undang-Undantg Nomor 17 Tahun 2008).
Untuk menunjang kegiatan pengangkutan udara niaga dapat dilaksanakan kegiatan usaha
penunjang pengangkutan udara, kegiatan usaha penunjang pengangkutan udara niaga
sebagaimana dimaksud harus mendapat izin dari Menteri Perhubungan ( pasal 131 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2009)

Untuk mendapatkan izin usaha penunjang pengangkutan udara niaga yang dimaksud wajib
memenuhi persyaratan memiliki :

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 2


a. Akta pendirian badan usaha yang telah disahkan oleh menteri yang berwenang dan salah
satu usahanya bergerak di bidang penunjang pengangkutaan udara.
b. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
c. Surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
d. Surat persetujuan dari Badan Kordinasi Penanaman Modal Daerah apabila menggunakan
fasilitas penanaman modal
e. Tanda bukti modal yang disetor
f. Garansi/Jaminan bank, serta
g. Kelayakan teknis dan operasi ( Pasal 132 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Ketentuaan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata, cara, dan Prosedur pemberiaan izin
kegiatan usaha penunjang pengangkutan udara diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri
yang membidangi urusan penerbangan (Pasal 133 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009).

2. Bentuk dan Kegiatan Usaha

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkatan Perairan menentukan


bahwa salah satu perusahaan penunjang pengangkutan di perairan adalah perusahaan
ekspedisi mutan kapal laut ( Perusahaan EMKL).

Perusahaan EMKL adalah perusahaan yang kegiatannya :

a. Mengurus dokumen muatan yang diangkut melalui laut


b. Mengurus penerimaan muatan yang diangkut melalui laut, dan
c. Mengurus penyerahan muatan yang diangkut melalui laut (Pasal 1 Angka 18 Peraturan
Nomor 82 Tahun 1999.

Kegiatan Perusahaan ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) dilakukan oleh Badan Hukum
Indonesia berbentuk perseroaan terbatas, badan usaha milik daerah, atau koperasi yang
didirikan khusus untuk perusahaan itu, agar dapat melakukan kegiatan EMKL perusahaan
yang bersangkutan wajib memiliki izin usaha dari pemerintah yang diberikan selama
perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya (Pasal 48 Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditentukan kriteria perusahaan ekspedisi mutan menurut
ketentuaan Undang-Undang, yaitu:

a. Perusahaan ekspedisi pencari pengangkut barang;

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 3


b. Bertindak untuk dan atas nama pengirim atau penerima
c. Menerima provisi (imbalan jasa) dari pengirim atau penerima
d. Menjamin pengirim barang dan tiba dengan baik di tempat tujuan dan
e. Didukung oleh dokumen pengirim atau penerima barang

3. Status dan Fungsi Ekspedisi Muatan

Apabila Perusahaan ekspedisi muatan mengadakan perjanjiaan pengangkutan dengan


pengangkut, dia bertindak atas nama pengirim.Yang menjadi pihak adalah pengirim, bukan
perusahaan ekspedisi muatan. Perusahaan ekspedisi muatan adalah pengusaha yang
menjalankan perusahaan di bidang usaha jasa pengurusan (ekspedisi) muatan barang, seperti
ekspedisi muatan kereta api (EMKA), ekspedisi muatan kapal laut (EMKL), dan ekspedisi
muatan pesawat udara (EMPU) . Sebagai Wakil pengirim (dapat juga wakil penerima)
perusahaan ekspedisi muatan mengurus berbagai macam dokumen dan formalitas yang
berlaku guna memasukan barang ke dalam dan atau mengeluarkan barang dari alat
pengangkut atau gudang stasiun /perlabuhan/bandara.

Kegiatan usaha perusahaan ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) dilakukan oleh badan
Hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Daerah, atau koperasi
yang didirikan khusus untuk perusahaan EMKL untuk dapat melakukan kegiatan perusahaan
EMKL. Badan Hukum yang bersangkutan wajib memiliki izin usaha yang diberikan selama
perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya (Pasal 48 Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999).

4. Izin Usaha dan Pencabutan Izin Usaha.

Untuk memperoleh izin usaha perusahaan EMKL wajib dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki modal yang cukup;


b. Memiliki tenaga ahli yang sesuai;
c. Memiliki akta pendirian perusahaan;
d. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; dan
e. Memiliki nomor pokok wajib pajak (Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
1999)

Permohonan izin usaha perusahaan EMKL diajukan kepada menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang pelayaran. Menteri bersangkutan menerbitkan izin usaha apabila semua

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 4


persyaratan telah dipenuhi oleh permohon. Perusahaan EMKL yang telah memperoleh izin
usaha diwajibkan:

a. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha;


b. Melakukan kegiatan operasional secara nyata dan terus menerus selambat-lambatnya
enam bulan setelah izin usaha diterbitkan;
c. Mematuhi ketentuaan peraturan perundang-an dibidang pelayaran dan peraturan
perundang-undangan lainya;
d. Melaporkan kegiatan usahanya sretiap tahun kepada pemberi izin; dan
e. Melaporkan apabila terjadi perubahan penanggung jawab atau pemilik perusahaan dan
domisili perusahaan (Pasal 58 dan 59 peraturan pemerintah nomor 82 tahun 1999.

Apabila perusahaan EMKL melanggar kewajiban yang telah diuraikan di atas izin usaha
dapat dicabut oleh pemberi izin. Pencabutan usaha dilakukan melalui proses peringatan
tertulis 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 bulan. Apabila dalam
waktu 1 bulan setelah peringatan ketiga tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin
usaha tidak ada upaya untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan persyaratan, izin usaha
dicabut (Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999). Izin usaha perusahaan
EMKL dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan izin dalam hal perusahaan
yang bersangkutan:

a. Melakukan kegiatan yang mebahayakan keamanan Negara. Antara lain melakukan


kegiatan mata-mata untuk kepentingan Negara ,antara lain ,melakukan menyelundupkan
senjata api atau bahan peledak, pencabutan izin, usaha secara langsung dilakukan setelah
terbukti melakukan perbuatan berbahaya.
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan jiwa manusia dan lingkungan hidup. Antar
lain, terlibat dalam pelanggaran yang dapat membahayakan jiwa manusia dan lingkungan
hidup, pencabutan izin usaha secara langsung dilakukan setelah terbukti melakukan
pelanggaran.
c. Memperoleh izin usaha dengan cara tidak sah, antara lain: memberikan keterangan tidak
benar pada waktu mengajukan permohonan izin usaha secara langsung dilakukan setelah
diketahui adanya fakta pelanggaran tersebut, atau
d. Atas permintaan sendiri (Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 5


5. Praktik Ekspedisi Muatan Kapal Laut

Sudjatmiko menyatakan bahwa dalam praktik pengangkutan laut, tugas dan kewajiban
Perusahaan EMKL adalah mengekspedisikan muatan ke luar/ekspor sudah selesai ketika
barang sudah dimuat di atas kapal dan konosemen sudah diterimanya dari pengangkut untuk
diserahkan kepada pengirim. Mengenai pengurusan muatan ke dalam/impor, pekerjaan
Perusahaan EMKL mulai dari pengurusan dan pembuatan dokumen impor sampai
pembayaran dan biaya-biaya yang berkenaan dengan pengeluaran barang dari gudang fabean
untuk selanjutnya diserahkan kepada prinsipalnya di daerah bebas. Untuk melaksanakan
pekerjaannya, perusahaan EMKL biasanya mempunyai truk-truk sendiri agar urusan
pengangkutan barang dari dan ke gudang pemilik barang lebih mudah dan efisien.

Berdasarkan praktik pengurusan muatan kapal laut, R.P Suyono menjelaskan bahwa
Perusahaan EMKL bergerak sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM
82/AL 305/PHB 85. Perusahaan EMKL adalah perusahaan yang mengurus dokumen dan
barang yang berasal dari kapal. Untuk mengirim atau menerima untuk mengurus barang di
pelabuhan pemuatan, perusahaan EMKL mewakili pengirim (pemilik barang):

a. Membukukan muatan pada agen perusahaan pelayaran (pengangkut);


b. Mengurus dokumen pada bea cukai dan instansi terkaid lainya; dan
c. Membawa barang dari gudang pengirim (pemilik barang) ke gudang dalan pelabuhan.

Di pelabuhan pembongkaran, perusahan EMKL mewakili penerima:

a. Mengurus pemasukan barang pada bea cukai;


b. Menerima muatan dari perusahan pelayaran;
c. Membawa barang dari pelabuhan ke gudang penerima.

Atas jasanya perusahan EMKL menerima imbalan berupa sejumlah uang dari pengirim atau
penerima.

B. AGEN PERJALANAN

1. Konsep dan Pengaturan Agen Perjalanan

Agen perjalanan dikenal dalam perjanjian pengangkutan penumpang. Agen perjalan


digolongkan sebagai subyek hukum pengakutan karena mempunyai hubungan yang sangat

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 6


erat dengan pengangkut, yaitu perusahan pengangkutan penumpang. Agen perjalan berfungsi
sebagai agen dalam perjanjian keagenan yang bertindak untuk dan atas nama pengangkut.
Agen perjalanan tidak diatur, baik KUHD Inodnesia maupun dalam undang-undang
pengangkutan Indonesia.Walaupun undang-undang tidak mengaturnya secara tegas,
kenyataan dalam masyarakat bahwa dimana-mana ada agen perjalanan yang dibutuhkan dan
dibentuk berdasarkan undang-undang pengangkutan Indonesia yang berlaku.

Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan usahanya mencarikan penumpang bagi
perusahaan pengangkutan kereta api, kendaraan umum, kapal, atau pesawat udara niaga.
Agen perjalanan wajib mencatat dalam buku catatan hariannya dan karcit/tiket penumpang
yang diterbitkan: nama, alamat, tempat keberangkatan, tempat tujuan, jumlah biaya
pengangkutan, dan tanggal keberangkatan penumpang yang wajib diangkut. Agen perjalanan
menjamin pengangkutan penumpang yang diterimanya tiba dengan selamat dan secepat
mungkin di tempat tujuan.

Setelah pengangkutan penumpangan dilaksanakan, agen perjalanan wajib menanggung


sakit/cacat penumpang, kerusakan/hilangnya barang bawaan ang disebabkan oleh
kesalahan/kurang kehati-hatian, juga menanggung alat pengangkut pengganti dalam hal
kerusakan alat pengangkut yang digunakannya. Karena bertindak atas nama pengangkut,
agen melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengangkut tentang kerugian yang
dialaminya, dan pengangkut wajib mengganti kerugian tersebut. Dokumen pengangkutan
penumpang merupakan perjanjian antar penumpang dan ageninya, yang memuat isi yang
diperjanjikan antara pihak-pihak yang memulai dan berakhirnya pengangkutan penggantian
kerugian karena tidak terjadi kelambatan, kehambatan, dan lain-lain hal yang merugikan
penumpang.

Dilihat dari perjanjiannya dengan pengangkut, agen perjalanan adalah pihak dalam perjanjian
pemberian kuasa yang mengikatkan diri untuk mencari penumpang bagi kepentingan
pengangkut, sedangkan pengangkut mengingatkan diri untuk membayar imbalan jasa kepada
agen perjalanan atas jasanya itu. Agen perjalanan bertindak untuk dan atas nama pengangkut.
Atas nama pengangkut, agen perjalanan menyediakan fasilitas jasa pengangkutan penumpang
dengan cara menjual tiket atau karcis kepada penumpang dan penumpang membayar biaya
pengangkutan, yang kemudian oleh agen perjalanan disetrokan kepada pengangkut.

Agen perjalan tidak diatur dengan udang-udang, tetapi didasarkan pada perjanjian keagenan
sebagai kebiasaan yang hidup dan berkembang serta dipatuhi dalam amsayarakat. Sejauh

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 7


mengatur kewajiban dan hak pihak-pihak yang tidak dilarang UU, serta tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan ksesusilaan masyarakat, pengangkut dan agen perjalanan bebas
membuat perjanjian keagenan dan menentukan kewajiban dan hak secara bebas pula. Jika
pihak-pihak tidak memperjanjikan, ketentuan kewajiban dan hak diatur dalam UU
Pengangkutan dapat dipedomani dan diberlakukan sebagai kesepakatan antara pihak-pihak.
Agen perjalan adalah yang perusahan yang kegiatannya:

a. Mencari penumpang bagi pengangkut yang diageninya


b. Menerbitkan atau karcis/tiket penunmpang untuk dan atas nama pengankut yang
diageninya
c. Menyetorkan biaya pengangkutan yang ditariknya dari penumpang kepada pengankutan
yang diageninya.

Berdasarkan uraian divatas dapat ditentukan kriteria agen perjalanan menurut UU yaitu:

a. Pihak dalam perjanjian keagenan perjalanan;


b. Bertindak untuk dan atas nama pengangkut;
c. Menerima profisi imbalan jasa dari pengangkut;
d. Menjamin penumpang tiba di tempat tujuan dengan selamat.

2. Status dan Fungsi Agen Perjalanan

Agen perjalanan menjlankan perusahan di bidang jasa pengangkutan penumpang dengan


mendapat imbalan jasa dari perusahaan pengangkutan penumpang yang diageninya.
Hubungan hukumnnya ialah pemberian kuasa keagenan. Agen perjalann dapat mengageni
beberapa perusahan pengangkutan penumpang, misalnya, PT Domestik Transport Agency
mengageni pengangkutan penumpang kereta api, bus, kapal, ataupun pesawat udara.
Berdasarkan praktik pengurusan penumpang, agen perjalanan mencatat identitas lengkap
penumpang dalam cacatan hariannya guna menerbitkan karcis/tiket penunpamg untuk
diserahkan kapada asing-masing penumpang dan salinannya dan disimpan oleh kantor agen
perjalanann yang selanjutnya diserahkan ke kantor pengangkut bersama-sama dengan biaya
penumpang yang terkumpul pada agen perjalanan. Untuk melayani penumpang baik di kantor
maupun pendaftaran pesanan lewat telepon perlu dicermati secara akurat karena sering pula
terjadi bahwa pesenan alat telepon dilakukan karena iseng, ketika dijemput di tempat alamat
rumahnya, ternyata tidak ada alias palsu.

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 8


3. Bentuk Hukum dan Izin Usaha

Kegiatan usaha agen perjalanan dilakukan oleh badan hukum Indoensia berbentuk perseroan
terbatas, badan usaha milik daerah atau korporasi yang didirikan khusus untuk perusahaan
agen perjalanan. Untuk dapat melakukan kegiatan agen perjalanan, badan hukum yang
bersangkutan wajib memiliki badan usaha. Ijin usaha tersebut diberikan selama perusahaan
yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya. Untuk memperoleh ijin usaha
agen perjalanan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki modal yang cukup;


b. Memiliki tenaga ahli yang sesuai;
c. Memiliki akta pendirian perusahaan;
d. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; dan
e. Memiliki nomor pokok wajib pajak.

Permohonan ijin perusahaan diajukan kepada Menteri Perhubungan dan Menteri


Perhubungan menertbitkan izin usaha apabila segala persyaratan telah dipenuhi oleh
pemohon. Agen perjalanan yang telah memperoleh izin usaha diwajibkan :

a. Memenuhi kewajiban yag telah ditetepkan dalam ijin usahanya;


b. Melakukan kegiatan operasional secara nyata, terus menerus: selambat-lambatnya bulan
setelah ijin usaha diterbitkan.
c. Mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang pelayaran dan peraturan perundangan
lainnya;
d. Melaporkan kegiatan usahanya kepada pemberi ijin,
e. Melaporkan apabila terjadi perubahan tanggung jawab/memiliki perusahaan dan domisili
perusahaan (Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999).

4. Pencabutan Izin Usaha

Apabila agen perjalanan melanggar kewajiban yang telah diuraikan di atas, izin usaha dapat
dicabut oleh pemberi izin. Pencabutan izin usaha dilakukan melalui proses peringatan tertulis
3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masih 1 bulan. Apabila dalam waktu 1
bulan setelah peringatan ketiga tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin usaha.
Jika dalam waktu 1 bulan setelah pembekuan izin usaha tidak ada upaya untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan persyaratan, izin usaha dicabut (Pasal 60 Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 1999).

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 9


Izin usaha agen perjalanan dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan izin,
dalam hal perusahaan yang bersangkutan :

a. Melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan Negara, antara lain, melakukan


kegiatan mata-mata untuk kepentingan Negara lain atau menyelundupkan senjata api atau
bahan peledak-pencabutan izin usaha secara langsung dilakukan setelah terbukti
melakukan perbuatan berbahaya;
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan jiwa manusia dan lingkungan hidup, antara lain,
terlibat dalam pelanggaran yang dapat membahayakan jiwa manusia dan lingkungan
hidup-pencabutan izin usaha secara langsung dilakukan setelah terbukti melakukan
pelanggaran;
c. Memperoleh izin usaha dengan cara tidak sah, antara lain, memberikan keterangan tidak
benar pada waktu mengajukan permohonan izin usaha atau memperoleh izin usaha melalui
prosedur yang ditetapkan-pencabutan izin usaha secara langsung dilakukan setelah
diketahui adanya fakta pelanggaran tersebut;
d. Atas permintaan sendiri (Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999).

Tugas dan kewajiban agen perjalanan melayani penumpang sudah selesai ketika menumpang
sudah dimuat ke dalam alat pengangkut. Karcis atau tiket penumpang sudah diterimanya dari
agen perjalanan atas nama pengangkut dan menyerahkan biaya pengangkutan yang ditagih
dari penumpang kepada pengangkut. Untuk melaksanakan pekerjaannya, agen perjalanan
biasanya mempunyai karyawan sendiri agar urusan adminisrasi dan manajemen
pengangkutan penumpang dapat dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan pergi pulang
lebih mudah dan efisien.

C. AGEN PELAYARAN

1. Konsep dan Pengaturan Agen Pelayaran

Untuk menunujang usaha atau kegiatan pengangkutan di perairan dapat diselenggarakan


perusahaan penunjang pengangkutan di perairan. Antara lain, yang dikenal dalam praktik
pengangkutan di perairan adalah agen pelayaran. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
1999 menyebutkan perusahaan jasa pengurusan transportasi agen pelayaran (shipping
agency) dikenal dalam perjanjian pengangkutan barang di perairan. Agen pelayaran
digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 10


erat dengan pengangkut sebagai perusahaan pelayaran, yaitu perusahaan pengangkutan
barang melalui perairan.

Agen pelayaran bertindak sebagai wakil dalam perjanjian keagenan (agency agreement) yang
bertindak untuk dan atas nama perusahaan pelayaran sebagai pemilik kapal. Agen pelayaran
tidak diatur, baik dalam KUHD Indonesia maupun dalam undang-undang pengangkutan
Indonesia. Walaupun undang-undang tidak mengaturnya secara tegas, kenyataan dalam
kegiatan pelayaran di mana-mana ada agen pelayaran yang dibutuhkan dan dibentuk
berdasarkan perjanjian-perjanjian keagenan (agency agreement) mengenai pelayaran.

Perjanjian keagenan mengenai pelayaran adalah persetujuan dimana agen pelayaran (agen)
mengikat diri untuk mewakili perusahaan pelayaran (principal) dalam mengurus segala
kepentingan principal yang berkaitan dengan pelayanan berbagai keperluan kapal milik
principal selama berlayar dan singgah di pelabuhan di tempat kedudukan agen dengan syarat
bahwa principal sebagai pemilik kapal tetap berhak mengawasi agennya mengenai
kewenangan yang dipercayakan kepadanya dan agen memperoleh uang imbalan (agency
free). Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diperinci unsur-unsur konsep keagenan mengenai
pelayarann sebagai berikut:

a. Perjanjian keagenan antara agen dan principal;


b. Mengurus segala kepentingan principal;
c. Mengenai pelayaran berbagai keperluan kapal milik principal;
d. Selama berlayar dan singgah di pelabuhan di tempat kedudukan agen;
e. Principal berhak mengawasi agen mengenai kewenangan yang dipercayakan kepadanya;
dan
f. Agen memperoleh imbalan sejumlah uang (agency free)

2. Klasifikasi Agen Pelayaran

Setiap kapal yang berlabuh sudah pasti membutuhkan pelayanan dan memiliki berbagai
keperluan yang harus dipenuhi. Untuk melayani berbagai keperluan tersebut, perusahaan
pelayaran akan menunjuk agen pelayaran. Secara garis besar, dikenal tiga jenis agen
pelayaran, yaitu agen umum (general agent), sub-agen dan cabang agen.

a. Agen Umum
Agen umum adalah perusahaan pelayaran nasional Indonesia yang ditunjuk oleh perusahaan
pelayaran asing untuk melayani kapal-kapal milik perusahaan pelayaran asing tersebut

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 11


selama berlayar dan singgah dibpelabuhan Indonesia. Sebagai contoh, Maersk Line,
perusahaan pelayaran Denmark menunjuk Djakarta Lloyd sebagai agen umum. Atas dasar
penunjukan tersebut, Djakarta Lloyd memiliki tugas melayani kapal milik Maersk Line
selama berlayar dan singgah di pelabuhan Indonesia.
Pesyaratan untuk ditunjuk menjadi agen umum adalah perusahaan pelayaran nasional
Indonesia yang memiliki kapal berbendera Indonesia berukuran sekurang-kurangnya 5.000
BRT dan atau kapal berbendera Indonesia berukuran sekurang-kurangnya 5.000 BRT secara
kumulatif dan memiliki bukti perjanjian keagenan umum ( letter of appointment). Perusahaan
pelayaran yang ditunjuk sebagai agen umum dilarang menggunakan ruang kapal yang
diageninya, baik sebagian maupun keseluruhan untuk mengangkut muatan kapal dalam
negeri ( Pasal 45 Kepmen Perhubungan Nomor 33 Tahun 2001 Tentang Agen Pelayaran
Asing).

b. Sub-agen
Sub-agen adalah perusahaan pelayaran yang ditunjuk oleh agen umum untuk melayani
kebutuhan tertentu kapal di pelabuhan tertentu. Subagen ini berfungsi sebagai wakil atau
agen dari agen umum. Sebagai contoh, Djakarta Lloyd yang telah ditunjuk menjadi agen
umum oleh Maersk Line menunjuk perusahaan pelayaran nasional lain, misalnya, Tridharma
Wahana sebagai subagen untuk melayani kapal milik Maersk Line yang singgah di pelabuhan
Balikpapan karena Djakarta Lloyd tidak memiliki cabang di sana (Pasal 27 Kepmen
Perhubungan Nomor 33 Tahun 2001 Tentang Agen Pelayaran Asing .

c. Cabang agen
Cabang agen adalah cabang dari agen umum di pelabuhan tertentu. Sebagai contoh, Djakarta
llyod yang telah ditunjuk menjadi agen umum Maersk Line memerintahkan cabangnya yang
ada di Surabaya untuk melayani keperluan kapal Maersk Line yang singgah di pelabuhan
Tanjung Perak. Djakarta Lloyd cabang Surabaya dapat menunjuk PT Pelni sebagai subagen
di Probolinggo (Pasal 28 Kepmen Perhubungan Nomor 33 Tahun 2001 Tentang Agen
Pelayaran Asing).
Boarding agent adalah petugas dari keagenan yang selalu berhubungan dengan pihak kapal.
Biasanya boarding agent yang pertama naik ke atas kapal waktu kapal tiba dan terakhir
meninggalkan kapal ketika kapal akan berangkat.

3. Tugas Agen Pelayaran.

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 12


Tugas agen umum secara garis besar meliputi dua hal, yaitu tugas mengurus perizinan dan
tugas koordinasi. Tugas koordinasi meliputi koordinasi operasi dari pemasaran; koordinasi
keuangan; penunjukan subagen atau agen; mengumpulkan pengeluaran kapal, yaitu tagihan
selama kapal di pelabuhan dan setelah pemberangkatannya;dan koordinasi yang berkaitan
dengan muatan dan dokumentasi.

Tugas subagen atau agen secara garis besar meliputi dua hal, yaitu pelayanan kapal dan
operasi keagenan ( cargo operation). Tugas-tugas yang termasuk pelayanan kapal adalah
pelayanan anak buah kapal (ABK), perbaikan dan pemeliharaan kapal, penyediaan suku
cadang kapal, dan sebagainya.Tugas operasi keagenan adalah pengurusan muat bongkar,
pergudangan (penyimpanan), dan dokumentasi muatan.

Tugas pokok cabang, yaitu mewakili dan melindungi perusahaan pelayaran dalam daerah
masing-masing, mewakili dan membantu kantor pusat dalam melayani kapal dan bertindak
sebagai agen dalam melayani kapal-kapal keagenan. Selain itu, tugas bidang pemasaran
meliputi pengisian dan penyewaan ruangan kapal serta memberi pelayanan sebaik-baiknya
kepada pemilik muatan. Tugas bidang muatan meliputi penerimaan untuk dikapalkan,
booking muatan dan laporan pembukuan muatan ke kantor pusat, menyiapkan daftar muatan
dan menyampaikan nya kepada kapal dan usaha muat bongkar, menyiapkan dokumen
muatan, mengawasi perlaksanaan muat bongkar, menyiapkan dokumen muatan di kapal ke
bea cukai, penyerahan barang kepada penerima, dan seterusnya.

4. Hubungan Agen Pelayaran dengan Bea Cukai

Salah satu agen pelayaran adalah menyelesaikan urusan yang berkaitan dengan kepabeanan.
Pada bagian ini akan dibahas peraturan kepabeanan yang harus diikuti oleh agen pelayaran.
Dasar hukum dan aturan bea cukai pada waktu kedatangan dan pemberangkatan kapal dan
terhadap barang impor atau ekspor umumnya hampir sama di setiap Negara yang dikunjungi
kapal. Kalaupun terdapat perbedaan, mungkin hanya berkaitan dengan prosedur dan
penyelesaiann dokumen. Akan tetapi, di banyak Negara telah ditetapkan hukum dan
peraturan mengenai pelaksanaan impor dan ekspor yang harus dituruti dalam penyelesaian
dokumen bea cukai ( costum clearance)

a. Formalitas kedatangan
Kapal yang tiba di suatu negara dari tiap tempat di luar Negara harsus singgah dulu di
pelabuhan yang telah ditentukan oleh Negara itu sebagai pelabuhan bea cukai. Kapal hanya

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 13


dapat dibongkar barangnya setelah petugas bea cukai memberikan izin penyelesaian
formalitas impor (inklaring, entry inwards) kepada kapal atas permintaan nakhoda atau agen
perusahaan pelayaran berdasarkan import manifest yang diajukan kepada bea cukai di
pelabuhan atau Negara itu. Juga, harus disertai pemberitahuan umum (PU) yang berisi daftar
muatan yang ada di kapal. Impor manifest juga harus disertai dokumen-dokumen lain tentang
jati diri kapal, seperti load line certificate, safety radio telegraphy dan safety equipment
certificate , certificate or registry, port clearance dari pelabuhan terakhir , crew list , store
list, serta daftar personal effect dari perwira kapal dan ABK. Di beberapa Negara petugas bea
cukai dapat menerima manifest muatan sebelum kedatangan kapal sesuai dengan prosedur
pre-entry dan entry inwards baru diberikan setelah kedatangan kapal.

Rumusan masalah pasal ini perlu dikritisi tentang pengunaan kata bongkar muat. Mungkin
kata bongkar muat itu pengaruh dari kekeliruan terjemahan dari bahasa Inggris loading and
unloading activities of the corporating di terjemahkan singkat menjadi “perusahaan bongkar
muat”

Seharusnya kata-kata tersebut diterjemahkan menjadi “perusahaan muat bongkar” (cargo


handling corporation), artinya memuat barang ke atas pengangkut di tempat pemberangkatan
dan membongkar barang muatan dari alat pengangkut ditempat tujuan. Logika bahasa yang
benar adalah barang dimat dulu ke dalam alat pengakut ditempat pemberangkatan kemudian
baru dibongakr di alat pengangkut ditempat tujuann sebab yang menjadi patokan awal adalah
tempat pemberangkatan, alat pengakut masih kosong perlu di muati barang (cargo)

Apabila rumusan tersebut ditulis ulang dengan bahasa yang logis, rumusannya adalah:

“perusahaan muat bongkar adalah perusahaan yang kegiatannya bergerak di bidang jasa
memuat barang dan/atau hewan ke kapal di pelabuhan pemberangkatan dan membongkar
barang dan/atau hewan dari kapal di pelabuhan tujuan.

2. Status dan Fungsi Muat Bongkar

Perusahaan muat bongkar merupakan perusahaan yang berdiri sendiri atau dapat juga
merupakan bagian dari perusahaan pelayaran ( pengangkutan). Perusahaan ini sering juga
bergabung dengan perusahaan pengangkutan di pelabuhan yang menyelenggarakan
pengangkutan dengan tongkang dan kapal tunda. Muatan kapal yang dimuat ke dalam

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 14


dibongkar dari kapal yang terlambat atau berlabuh diluar dermaga. Berlabuhnya kapal di luar
dermaga tidak selalu karena menunggu giliran bertambat, tetapi karena biaya yang sangat
mahal jika bertambah di dermaga dan melakukan kegiatan maut bongkar di situ.

Apabila perusahaan bongkar muat merupakan bagian dari perusahaan pelayaran


(pengangkut), dari segi huum pengangkutan, perbuatan muat bongkar adalah perbuatan
pengangkut dalam menyelenggarakan pengangkutan. Menurut ketentuan KUHD Indonesia,
segala perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa muat bongkar dan
pekerjaannya menjadi tanggung jawab pengangkut (Pasal 321 ayat (2) KUHD ), akan tetapi
apabila dia merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, perbuatan itu dapat sebagai
pelaksanaan pemberian kuasa dari pengirim dalam hal permuatan atau pelaksanaan
pemberian kuasa dari penerima dalam hal pembongkaran. Namun, serta perbuatan yang
dilakukan di atas kapal oleh perusahaan muat bongkar tunduk pada peraturan yang berlaku di
atas kapal yang bersangkutan.

3. Bentuk Hukum dan Izin Usaha

Perusahaan muat bongkar berstatus badan hukum Indonesia yang berbentuk perseroan
terbatas, badan usaha milik Negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD) , atau
koperasi yang didirikan khusus untuk menjalankan usaha muat bongkar sebagai penunjang
pengangkutan perairan. Setiap perusahaan badan hukum yang melakukan kegiatan muat
bongkar di pelabuhan perairan harus memiliki izin usaha dari pemerintah.Izin usaha muat
bongkar diberikan selama perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan
usahanya (Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999).

Walaupun kegiatan muat bongkar di pelabuhan hanya dikerjakan oleh badan hukum
Indonesia yang didirikan khusus untuk muat bongkar, dalam praktik dilapangan PT
pelabuhan Indonesia sebagai fasilisator juga melakukan kegiatan muat bongkar untuk
untinya, yang dulu disebut unit usaha terminal, sekarang bernama multiterminal Indonesia. Di
pelabuhan Tanjung Priok kegiatan muat bongkar ke dan dari kapal dilakukan di tiga jenis
terminal, yaitu:

a. Terminal konvensional
Untuk melayani kegiatan muat bongkar umum, barang curah kering, dan barang curah cair.
Di terminal ini juga dilakukan muat bongkar peti kemas terutama muatan antarpulau dengan

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 15


menggunakan peralatan muat bongkar dari kapal atau pihak ketiga. Kegiatan muat bongkar
sebagian besar dilakukan oleh perusahaan muat bongkar pihak swasta.
b. Terminal Peti Kemas
Terminal peti kemas yang dilengkapi dengan peralatan peri kemas modern, peralatan untuk
menangani pengangkutan peti kemas, seperti container craine, transtainer, sideloader,
forkflit, crane toploader, dan lain-lain. Di terminal peti kemas juga terdapat gudang container
freight station dan tempat untuk melaksanakan reparasi peti kemas. Kegiatan dan penyediaan
peralatan di sini dikelola oleh PT Pelayanan Indonesia (Pelindo). Akan tetapi, head truck dan
chatsla yang digunakan untuk mengangkut peti kemas keluar masuk terminal juga disediakan
oleh perusahaan swasta. Terminal peti kemas membutuhkan banyak modal (intensive capital)
untuk pembuatan dan pengelolaannya sehingga sangat sulit bagi perusahaan muat bongkar
pihak swasta untuk mengadakannya.

c. Terminal penumpang
Di sini hanya melayani embarkasi dan debarkasi penumpang, baik dari dalam maupun dari
luar negeri. Pengelolaan pelayanan ini dilakukan oleh PT Pelayaran Indonesia (Pelindo).

Untuk memperoleh izin usaha muat bongkar, perusahaan muat bongkar harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan teknologi;
b. Memiliki tenaga ahli yang sesuai dengan usaha muat bongkar;
c. Memiliki akta pendirian perusahaan badan hokum;
d. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan badan hokum; dan
e. Memiliki nomor pokok wajib pajak/NPWP (Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 1999)

Izin usaha muat bongkar ada dua jenis, yaitu izin usaha tetap dan izin usaha sementara. Izin
usaha tetap diberikan sesuai dengan jangka waktu pendirian perusahaan, sedangkan izin
usaha sementara diberikan untuk jangka waktu satu tahun. Izin usaha diberikan oleh gubernur
provinsi setempat atas nama Menteri Perhubungan sebagai pelaksana tugas dekonsentrasi
dengan pertimbangan:

a. Rekomendasi diberikan oleh asosiasi muat bongkar dan administrator pelabuhan/kepala


kantor pelabuhan setempat.

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 16


b. Keseimbangan volume kegiatan muat bongkar dengan jumlah perusahaan muat bongkar
yang beroperasi di pelabuhan;
c. Kesempatan, kemampuan, dan perkembangan perusahaan muat bongkar yang
mengajukan permohonan.

Pemegang izin usaha muat bongkar yang sesuai dengan persyaratan dapat melakukan
kegiatan muat bongkar disemua pelabuhan dalam provinsi yang bersangkutan.

Perusahaan muat bongkar yang telah mendapat izin usaha diwajibkan:

a. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usahanya;


b. Melakukan kegiatan operasional secara nyata dan terus-menerus selambat-lambatnya
enam bulan setelah izin usaha diterbitkan;
c. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pelayaran dan peraturan
perundang-undangan lainnya;
d. Melaporkan apabila terjadi perubahan penanggung jawab atau pemilik perusahaan dan
domisili perusahaan (Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 1999)

4. Pencabutan Izin Usaha

Apabila perusahaan muat bongkar melanggar kewajiban yang telah diuraikan di atas, izin
usaha dapat dicabut oleh pemberi izin. Pencabutan izin usaha dilakukan mulai proses
peringatan tertulis 3x berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 bulan. Apabila
dalam waktu 1 bulan setelah peringatan ke 3 tidak diindahkan, dilanjutkan dengan
pemberlakuan izin usaha. Jika dalam waktu 1 bulan setelah pembekuan izin usaha tidak ada
upaya untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan persyaratan, izin usaha dicabut.

Izin usaha perusahaan muat bongkar dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan
izin, dalam hal perusahaan yang bersangkutan:

a. Melaukan kegiatan yang membahayakan keamanan Negara lain, antara lain, melakukan
kegiatan mata-mata untuk kepentingan Negara lain atau menyelundupkan senjata api
atau bahan peledak – pencabutan izin usaha secara langsung dilakukan setelah terbuti
melakukan perbuatan berbahaya;
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan jiwa manusia dan lingkungan hidup, antara
lain, terlibat dalam pelanggaran yang dapat membahayakan jiwa manusia dan lingkungan

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 17


hidup – pencautan izin usaha secara langsung dilakukan setelah terbukti melakukan
pelanggaran;
c. Memperoleh izin usaha dengan cara tidak sah, antara lain, memberikan keterangan tidak
benar paada waktu mengajukan permohonan izin usaha atau memperoleh izin usaha
tanpa melalu prosedur yang ditetapkan pencabutan izin usaha dilakukan setelah diketahui
adanya fakta pelanggaran tersebut, atau
d. Atas permintaan sendiri.

5. Dokumen muat bongkar

Pada dasarnya dokumen muat bongkar menjadi 2, yaitu dokumen pemuatan dan dokumen
pembongkaran. Dokumen pemuatan meliputi konosemen, daftar muatan, catatan, tanda
terima barang, serta gamvbar tata letak dan susunan barang. Dokumen pembongkaran
meliputi pemberitahuan kepada bea cukai, landing order, tally bongkar, outurn report, sort
and overlanded list, damage cargo list, cargo tracker, cargo manifest, special cargo list,
dangerous cargo list, hatch list dan parcel list.

Sumber Bacaan:
1. Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2008;
2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
4. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
5. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
6. Kitab Undang Undang Hukum Dagang.
7. Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 1999.

HUKUM PENGANGKUTAN – UNIVERSITAS NASIONAL – 2021 – Surajiman.dok.2021 Page 18

Anda mungkin juga menyukai