Anda di halaman 1dari 12

RESUME TENTANG HUKUM TRANSPORTASI LAUT,

DARAT, DAN UDARA

Oleh

Ferry Chandra Kusuma


D1A020184

Mata Kuliah Hukum Transportasi A2


Fakultas Hukum
Universitas Mataram
PEMBAHASAN

Pengertian Transportasi

Tansportasi merupakan unsur terpenting dalam perkembangan suatu


negara, dimana transportasi menjadi salah satu dasar pembangunan ekonomi dan
perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Di mana
perkembangan transportasi akan mendorong kegiatan perekonomian dan
pembangunan di suatu daerah maupun negara.

Transportasi merupakan sarana yang berperan dalam kehidupan manusia,


baik untuk keberlangsungan interaksi antara manusia, maupun sebagai alat untuk
memudahkan manusia dalam memindahkan barang dari satu tempat ke tempat
yang lain. Aktivitas kehidupan sosial merupakan ciri keberadaan manusia sebagai
masyarakat yang berkelompok, adanya kegiatan masyarakat tersebut
memerlukan alat atau sarana penunjang yang memadai. Sarana penunjang
tersebut Antara lain layanan transportasi atau jaringan transportasi.

Berikut penjelasan jenis jenis transportasi di Indonesia!!

A. HUKUM TRANSPORTASI LAUT

Dasar hukum transportasi laut di Indonesia didasarkan pada sejumlah


undang-undang, peraturan, dan kebijakan yang mengatur berbagai aspek
transportasi laut di negara ini. Berikut adalah beberapa dasar hukum yang penting
dalam konteks transportasi laut di Indonesia:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-Undang


ini merupakan dasar hukum utama yang mengatur transportasi laut di
Indonesia. Ini mencakup aspek-aspek seperti perizinan kapal, keselamatan
pelayaran, pengaturan operasi kapal, dan tanggung jawab pihak-pihak
terlibat dalam pelayaran.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2012 tentang


Keselamatan Pelayaran, Peraturan ini mengatur berbagai aspek keselamatan
dalam transportasi laut, termasuk standar keselamatan kapal, pelatihan awak
kapal, dan prosedur darurat.

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pemberian Izin Usaha di


Bidang Pelayaran, Undang-Undang ini mengatur persyaratan izin usaha dan
regulasi terkait bagi perusahaan pelayaran yang beroperasi di Indonesia.

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pelayaran, Undang-undang


ini merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran dan mencakup perubahan serta penambahan dalam pengaturan
transportasi laut.

5. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Menteri Perhubungan


Indonesia memiliki wewenang untuk mengeluarkan berbagai peraturan dan
kebijakan yang mengatur aspek-aspek spesifik transportasi laut, termasuk
perizinan kapal, tarif, dan operasi pelabuhan.

6. Peraturan mengenai Keamanan Maritim, Indonesia memiliki berbagai


peraturan dan kebijakan yang mengatur keamanan maritim, termasuk
pengendalian pelabuhan dan pencegahan ancaman terorisme di perairan
Indonesia.

7. Perjanjian dan Konvensi Internasional, Sebagai anggota Perserikatan Bangsa-


Bangsa (PBB) dan negara maritim, Indonesia juga mengikuti konvensi
internasional yang mengatur transportasi laut, seperti Konvensi Hukum Laut
PBB (UNCLOS) dan berbagai perjanjian internasional lainnya.

Dasar hukum ini menciptakan kerangka kerja yang komprehensif untuk


mengatur transportasi laut di Indonesia, meliputi aspek perizinan, keselamatan,
perlindungan lingkungan, dan lainnya. Pengawasan dan penegakan regulasi ini
dilakukan oleh berbagai badan pemerintah, termasuk Kementerian Perhubungan
dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

1. Sejarah perundang-undangan laut

Dasar hukum transportasi darat di Indonesia mencakup berbagai undang-


undang, peraturan, dan kebijakan yang mengatur aspek-aspek operasi kendaraan
darat, infrastruktur jalan raya, serta hak dan kewajiban pengguna jalan. Berikut ini
adalah beberapa dasar hukum utama yang terkait dengan transportasi darat di
Indonesia:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan, Undang-Undang ini adalah dasar hukum utama yang mengatur
transportasi darat di Indonesia. Ini mencakup berbagai aspek, seperti
peraturan lalu lintas, persyaratan teknis kendaraan, izin mengemudi, dan
pengelolaan transportasi darat.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Angkutan Jalan, Peraturan ini merupakan implementasi dari
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan memberikan rincian lebih lanjut
mengenai izin operasi angkutan jalan, persyaratan teknis kendaraan, serta
tata cara pemberian izin usaha angkutan jalan.

3. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Menteri Perhubungan


memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peraturan yang lebih rinci terkait
dengan transportasi darat. Ini mencakup peraturan tentang izin angkutan,
standar keselamatan, dan pengelolaan jalan raya.

4. Peraturan Keselamatan Lalu Lintas, Keselamatan lalu lintas diatur melalui


berbagai peraturan, termasuk aturan tentang penggunaan helm, sabuk
pengaman, serta peraturan mengenai larangan penggunaan ponsel selama
mengemudi.

5. Badan Pengelola Transportasi Darat, Di Indonesia, Badan Pengelola


Transportasi Darat (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek/BPTJ) dan
berbagai otoritas daerah bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pengawasan infrastruktur jalan raya serta transportasi darat di wilayah
mereka.

6. Pajak dan Retribusi, Aspek-aspek pajak dan retribusi terkait dengan


kendaraan bermotor dan penggunaan jalan raya juga diatur dalam dasar
hukum, termasuk undang-undang dan peraturan terkait.

7. Kebijakan Nasional, Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan nasional untuk


pengembangan infrastruktur jalan raya dan transportasi darat yang
terdokumentasikan dalam rencana-rencana seperti Rencana Induk
Transportasi Darat Nasional (RITD).

Dasar hukum ini menciptakan kerangka kerja yang ketat untuk mengatur
transportasi darat di Indonesia, mencakup aspek perizinan, keselamatan, dan
pengelolaan jalan raya. Kepatuhan terhadap regulasi ini menjadi penting untuk
memastikan keselamatan, keamanan, dan efisiensi dalam transportasi darat di
Indonesia.

perundang-undangan laut dan peraian darat, sebagai yang telah di


atur dalam buku kedua KUHD, di mulai sebelum berlakunya S. 1933-47 jis
38- dan 2 yang mulai berlaku pada 1 april 1938. Sebelum berlakunya
undang-undang tersebut, perkembangan perundang-undangan pelayaran laut
dan perairian mengikuti jalannya sejarah perundang-undangan tentang
pelayaran laut dan darat di negeri belanda. Sebab menurut pasal 131
I.S.perundang-undangan hukum dagang itu selalu konkordansi dengan
perundang-undangan di negeri belanda, sejarah perundang-undangan
tersebut berhenti pada saat di undangkannya 1848-23, tgl 30 april 1847 yang
mulai belaku pada 1 mei 1848. Staatbla tersebut berlaku di Indonesia, yaitu
kitab undang-undang hukum dagang (KUHD ).

2. Jenis- jenis Pengangkutan Laut

Ada empat macam pelayelenggaraan pengangkutan laut, baik


menurut PP 17 tahun 1988 tentang penyelenggaraan Pengangkutan Laut
maupun menurut UU No. 21 tahun 1992 tentang pelayaran.

a. Pelayaran Dalam Negeri

Menurut PP No. 17 tahun 1988, pelayaran dalam negeri merupakan


kegitan angkutan laut antar pelabuhan di indonesia yang di lakukan
secara tetap dan teratur dan/ atau dengan pelayaran yang tidak tetap
dan tidak teratur dengan menggunakan jenis kapal.

Selanjutnya, pasal 73 UU no. 21 tahun 1992 menyatakan bahwa


penyelenggaraan pelayaran laut dalam negeri ini di lakukan dengan
menggunakan kapal berbendera inonesia dan kapal berbendera asing
yang di oprasikan oleh badan hukum indonesia slama keadaan
tertentu dalam memenuhi persyaratkan yang di tetapkan oleh
pemerintah.

b. Pelayaran Rakyat
Menurut PP No. 17 tahun 1988, pelayaran rakyat merupakan
kegiatan angkutan laut khusus untuk barang atau hewan antar
pelabuhan di indonesia dengan menggunakan kapal layar motor
sesuai dengan persyaratan di antaranya :
1) Dilakukan oleh perusahaan dalam salah satu badan usaha,
termasuk koprasi.
2) Memiliki unit usaha perahu layar atau kapal motor dengan
ukuran sampai dengan 850 m3 isi kotor atau kapal motor
dengan ukuran sampai 100m3.

Sementara itu, pasal 77 UU No. 21 tahun 1992 mengatakan bahwa


pelayaran rakyat sebagai usaha rakyat yang bersifat tradisional
merupakan bagian dari usaha angkutan peraiaran, mempunyai
peranan yang penting dan karakteristik sendiri.

c. Pelayaran Perintis

Menurut pasal 84 UU No. 21 1992 pelayaran perintis ini berupa


angkutan perairan yang menghubungkan daerah –daerah terpencil
dan belum berkembang. Adapun sebagai penyelenggara adalah
pemerintah. Mengenai pelayaran perintis ini, PP No. 17 tahun 1988
menyatakan bahwa perlayaran perintis merupakan kegiatan angkutan
laut yang dilakukan secara tetap dan teratur.

d. Pelayaran Luar Negeri

Pelayaran luar negeri merupakan pelayaran samudra sebagai


kegiatan angkutan laut ke atau dari negeri yang di lakukan secara
tetap dan teratur atau dengan pelayaran tidak tetap dan tidak
menggunakan semua jenis kapal (pasal 9 ayat (5) PP No. 17 tahun
1988). Pelayaran luar negeri ini, menurut UU No. 21 tahun 1992,
dilakukan oleh badan hukum Indonesia yang menurut UU No. 1
tahun 1985 berbentuk perseroan terbatas dan/atau perusahaan asing .

B. HUKUM TRANSPORTASI DARAT

Dasar hukum transportasi darat di Indonesia mencakup berbagai undang-


undang, peraturan, dan kebijakan yang mengatur aspek-aspek operasi kendaraan
darat, infrastruktur jalan raya, serta hak dan kewajiban pengguna jalan. Berikut ini
adalah beberapa dasar hukum utama yang terkait dengan transportasi darat di
Indonesia:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan, Undang-Undang ini adalah dasar hukum utama yang mengatur
transportasi darat di Indonesia. Ini mencakup berbagai aspek, seperti
peraturan lalu lintas, persyaratan teknis kendaraan, izin mengemudi, dan
pengelolaan transportasi darat.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Angkutan Jalan, Peraturan ini merupakan implementasi dari
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan memberikan rincian lebih lanjut
mengenai izin operasi angkutan jalan, persyaratan teknis kendaraan, serta
tata cara pemberian izin usaha angkutan jalan.

3. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Menteri Perhubungan


memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peraturan yang lebih rinci terkait
dengan transportasi darat. Ini mencakup peraturan tentang izin angkutan,
standar keselamatan, dan pengelolaan jalan raya.

4. Peraturan Keselamatan Lalu Lintas, Keselamatan lalu lintas diatur melalui


berbagai peraturan, termasuk aturan tentang penggunaan helm, sabuk
pengaman, serta peraturan mengenai larangan penggunaan ponsel selama
mengemudi.
5. Badan Pengelola Transportasi Darat, Di Indonesia, Badan Pengelola
Transportasi Darat (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek/BPTJ) dan
berbagai otoritas daerah bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pengawasan infrastruktur jalan raya serta transportasi darat di wilayah
mereka.

6. Pajak dan Retribusi, Aspek-aspek pajak dan retribusi terkait dengan


kendaraan bermotor dan penggunaan jalan raya juga diatur dalam dasar
hukum, termasuk undang-undang dan peraturan terkait.

7. Kebijakan Nasional, Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan nasional untuk


pengembangan infrastruktur jalan raya dan transportasi darat yang
terdokumentasikan dalam rencana-rencana seperti Rencana Induk
Transportasi Darat Nasional (RITD).

Dasar hukum ini menciptakan kerangka kerja yang ketat untuk mengatur
transportasi darat di Indonesia, mencakup aspek perizinan, keselamatan, dan
pengelolaan jalan raya. Kepatuhan terhadap regulasi ini menjadi penting untuk
memastikan keselamatan, keamanan, dan efisiensi dalam transportasi darat di
Indonesia.

C. HUKUM TRANSPORTASI UDARA

Aturan internasional yang mengaur mengenai pengangkutan melalui udara


adalah:

1. Warsaw convetion (original) 1929

Dalam Warsaw convention, dokumen angkutannya disebut air


consignment note (ACN) yang bukan merupakan document of title . ACN
ditandatangani carrier setelah barang diterima. ACN tediri dari tiga bagian
yaitu:

a. first part, untuk carrier.


b. Seccond part, untuk consignee (penerima barang)
c. Third part, untuk consignor (pengirim)

2. Warsaw convention yang diamandemen tahun 1955

Dalam Warsaw convention yang diamandemen, dokumen angkutannya


disebut air way bill (AWB). Air way bill ini cukup memuat point
keberangkatan dan destinasi. Kontrak angkutan udara dapat dilakukan
meelalui Warsaw convention yang pertama atau yang telah diamandemen.

Dasar hukum transportasi udara di Indonesia mencakup sejumlah


undang-undang, peraturan, dan kebijakan yang mengatur berbagai aspek
operasi penerbangan di negara ini. Berikut ini adalah beberapa dasar hukum
utama yang terkait dengan transportasi udara di Indonesia:

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan:


Undang-Undang ini adalah landasan hukum utama yang mengatur
transportasi udara di Indonesia. Ini mencakup berbagai aspek, seperti
izin maskapai penerbangan, sertifikasi pilot, keselamatan
penerbangan, serta hak dan kewajiban penumpang.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2011
tentang Penerbangan: Peraturan ini merupakan implementasi dari
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 dan memberikan detail lebih
lanjut mengenai izin operasi maskapai, perizinan, sertifikasi pesawat,
dan berbagai aspek lainnya dalam industri penerbangan.
3) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia: Menteri
Perhubungan memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peraturan
yang lebih rinci terkait dengan transportasi udara. Ini termasuk
peraturan tentang izin maskapai penerbangan, persyaratan fasilitas
bandara, dan prosedur keselamatan penerbang.
4) Peraturan Keselamatan Penerbangan: Keselamatan penerbangan di
Indonesia diatur melalui peraturan yang ketat, termasuk standar
internasional yang diterapkan oleh Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional (ICAO). Ini mencakup aspek seperti pemeliharaan
pesawat, pelatihan awak pesawat, dan inspeksi keselamatan.
5) Badan Pengawas Penerbangan Sipil: Di Indonesia, Badan Pengawas
Penerbangan Sipil (Civil Aviation Authority of Indonesia/CAA)
bertanggung jawab atas pengawasan dan pelaksanaan regulasi dalam
industri penerbangan.
6) Konvensi Internasional: Indonesia adalah anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan terikat pada berbagai konvensi
internasional yang mengatur transportasi udara, termasuk Konvensi
Chicago 1944 yang membentuk Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional (ICAO).
7) Perjanjian Bilateral dan Multilateral: Indonesia memiliki perjanjian
bilateral dan multilateral dengan negara-negara lain yang mengatur
rute penerbangan, akses pasar penerbangan, dan kerja sama
internasional dalam bidang transportasi udara.

Dasar hukum ini menciptakan kerangka kerja yang ketat untuk


mengatur operasi penerbangan, melindungi hak-hak penumpang, menjaga
keselamatan penerbangan, dan mengawasi aspek-aspek lainnya dalam
industri penerbangan di Indonesia. Kepatuhan terhadap regulasi ini penting
untuk memastikan keselamatan dan efisiensi transportasi udara di Indonesia.

D. HUKUM TRANSPORTASI KERETA API

Transportasi kereta api adalah sistem transportasi yang


menggunakan rel kereta api untuk menggerakkan penumpang atau barang
dari satu tempat ke tempat lain. Ini melibatkan penggunaan kereta api atau
lokomotif yang ditarik oleh lokomotif untuk menggerakkan gerbong
penumpang atau gerbong kargo di atas rel.

Dasar hukum transportasi kereta api bervariasi dari negara ke negara,


khususnya di negara Indonesia Dasar hukum transportasi kereta api terdiri
dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan perusahaan kereta api,
dan kebijakan transportasi.
Berikut beberapa hukum dan regulasi penting yang mengatur
transportasi kereta api di Indonesia:

a. Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian: Ini


adalah undang-undang dasar yang mengatur sebagian besar aspek
transportasi kereta api di Indonesia. Undang-undang ini mencakup
pembentukan Badan Pengatur Perkeretaapian (BPP), perizinan,
infrastruktur, dan operasi kereta api.
b. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Angkutan Kereta
Api: Peraturan ini memuat ketentuan lebih lanjut tentang perizinan,
pengelolaan infrastruktur, keselamatan operasi, dan aspek teknis
lainnya dalam transportasi kereta api.
c. Peraturan Menteri Perhubungan No. 66 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pengawasan Keselamatan Operasional Perkeretaapian:
Regulasi ini mengatur standar dan prosedur pengawasan keselamatan
operasional kereta api.
d. Peraturan Menteri Perhubungan No. 80 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Pemberian Izin Operasi Angkutan Kereta Api Penumpang,
Kereta Api Barang, dan Kereta Api Khusus: Regulasi ini mengatur
prosedur perizinan dan persyaratan untuk operator kereta api.
e. Peraturan-peraturan BUMN Kereta Api: Operator kereta api di
Indonesia, seperti PT Kereta Api Indonesia (Persero), juga memiliki
peraturan-peraturan internal yang mengatur operasi dan layanan
kereta api mereka.

Kebijakan Pemerintah: Selain undang-undang dan peraturan,


kebijakan pemerintah seperti Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
(RIPN) juga memainkan peran penting dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem perkeretaapian Indonesia.

Kerjasama Internasional: Indonesia juga terlibat dalam perjanjian


kerjasama perkeretaapian internasional, yang dapat memengaruhi regulasi
transportasi kereta api dalam konteks hubungan kereta api lintas negara.
Seluruh rangkaian hukum dan regulasi ini berperan penting dalam
mengatur transportasi kereta api di Indonesia, termasuk aspek keselamatan,
perizinan, infrastruktur, dan operasional. Pengawasan dan penegakan
regulasi ini dilakukan oleh berbagai badan pemerintah yang terkait,
termasuk Kementerian Perhubungan dan Badan Pengatur Perkeretaapian
(BPP).

Anda mungkin juga menyukai