Anda di halaman 1dari 12

Nama Taruna Remaja : Azman

Kelas : TD 2.18
Notar : 2201059
No Absen : 03
Mata Kuliah : Perundang-Undangan Transdar II
Dosen Pengampu : Bapak Sahar Andika, MH

LATIHAN UAS

Soal :
1. Bagaimana pengaturan angkutan laut dan pelayaran rakyat ?
2. Bagaimana pengaturan angkutan penyeberangan termasuk penyeberangan
jarak jauh ( LDF ), angkutan sungai dan danau ?
3. Bagaimana diatur penyidikan, dan investigasi jika terjadi kecelakaan
transportasi jalan, kereta api dan pelayaran ?
4. Bagaimana pengaturan angkutan multimoda dan logistic ?

Jawaban:
1. Pengaturan angkutan laut dan pelayaran rakyat diatur dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2021 tentang Pemberdayaan
Angkutan laut Pelayaran-Rakyat. Pada Pasal 1 dinyatakan bahwa Angkutan
Laut Pelayaran-Rakyat merupakan usaha rakyat yang bersifat tradisional dan
mempunyai karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan
dengan menggunakan kapal layar, kapal layar bermotor, dan atau kapal motor
sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu.
Pada Pasal 2 dinyatakan bahwa Pemberdayaan Angkutan Laut pelayaran-
Rakyat bertujuan untuk
a. memberdayakan ekonomi rakyat dalam usaha ,skala kecil dan menengah;
b. meningkatkan ketahanan konektivitas dan pelayanan ke daerah pedalaman
dan/atau perairan;
c. memelihara warisan budaya bangsa; dan
d. mendukung program penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik
angkutan Barang dan penumpang di laut dengan mempertimbangkan prinsip
keekonomian, keselamatan dan keamanan, serta kemampuan dan kapasitas
Kapal Pelayaran-Rakyat.

Pada Pasal 3 dinyatakan bahwa Angkutan Laut Pelayaran-Rakyat dilakukan


menggunakan kapal pelayaran rakyat. Kapal Pelayaran-Rakyat merupakan
kapal yang telah memenuhi standar dan kualifikasi sesuai dengan yang diatur
dalam Perpres ini. Kapal Pelayaran-rakyat terdiri sebagai berikut
- kapal layar yang digerakkan sepenuhnya oleh tenaga angin;
- kapal iayar bermotor berukuran tertentu dengan tenaga mesin dan luas
layar sesuai ketentuan;
- kapal motor sederhana dengan ukuran tertentu.

Pada Pasal 20 dinyatakan bahwa Pemberdayaan Angkutan Laut Pelayaran-


Rakyat yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) didanai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi, atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Selanjutnya, pada Pasal 22 dinyatakan bahwa Kementerian/lembaga, Tentara
Nasional Indonesia,' dan Kepolisian Negara Republik Indonesia bersinergi
dalam penegakan hukum untuk mendukung pemberdayaan Angkutan Laut
Pelayaran-Rakyat.

Peraturan perundang-undangan lain yang mengatur angkutan laut dan


pelayaran rakyat sebagai berikut
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Pada pasal Pasal 15 dinyatakan bahwa kegiatan angkutan laut pelayaran-
rakyat sebagai usaha masyarakat yang bersifat tradisional dan merupakan
bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai peranan yang penting
dan karakteristik tersendiri. Dilakukan oleh orang perseorangan warga
negara Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan kapal
berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal
serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.
- Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
- Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan

2. Pengaturan angkutan penyeberangan termasuk penyeberangan jarak jauh


( LDF ), angkutan sungai dan danau diatur dalam peraturan sebagai berikut
Angkutan penyeberangan jarak jauh (LDF)

- Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 104 Tahun 2017 tentang


Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan
- Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 107 Tahun 2017 tentang
Kewajiban Pelayanan Angkutan Penyeberangan Jarak Jauh
- Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 34 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 107 Tahun
2017

Angkutan sungai dan danau


- UU Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
- PP Nomor 31 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaran Bidang Pelayaran
- Permenhub Nomor 61 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
Sungai dan Danau.

Berdasarkan Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2008 bahwa Penyelenggaraan


Angkutan Penyeberangan bahwa Angkutan Penyeberangan adalah angkutan
yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan
dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk
mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Pada Pasal 21 dinyatakan bahwa
(1) Kegiatan angkutan penyeberangan di dalam negeri dilakukan oleh badan
usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi
persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh Awak Kapal
berkewarganegaraan Indonesia.
(2) Kegiatan angkutan penyeberangan antara Negara Republik Indonesia dan
negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah
Republik Indonesia dan pemerintah negara yang bersangkutan.
(3) Angkutan penyeberangan yang dilakukan antara dua negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera
Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.

Berdasarkan Permenhub RI Nomor PM 104 Tahun 2017 pada Pasal 1


dinyatakan bahwa Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan Jarak Jauh
adalah pelayanan angkutan penyeberangan pada lintaslintas jarak jauh yang
ditetapkan Pemerintah untuk melayani lintasan yang secara komersial belum
menguntungkan. Pada Pasal 59 dinyatakan sebagai berikut
- Pengalihan angkutan logistic dari angkutan jalan ke angkutan
penyeberangan jarak jauh dilakukan dalam rangka mengurangi beban jalan,
angka kecelakaan, polusi, kemacetan serta menunjang kelancaran lalu
lintas
- Pelayanan angkutan penyeberangan jarak jauh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selain memenuhi ketentuan penyelenggaraan angkutan
penyeberangan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini, wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. memiliki Surat Izin Usaha Angkutan Penyeberangan (SIUAP);
b. memiliki Persetujuan Pengoperasian Kapal Angkutan Penyeberangan
dari Direktur Jenderal;
c. menggunakan Kapal Ro-Ro Penumpang, kapal Ro-Ro barang atau kapal
barang yang memiliki pintu rampa untuk keluar masuk barang; dan
d. memiliki atau menguasai kapal.

Berdasarkan Permenhub Nomor 61 Tahun 2021 pada Pasal 1 dinyatakan


bahwa Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan
menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir
kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang dan/atau barang yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau.
Berdasarkan Pasal 3 dinyatakan bahwa angkutan sungai dan danau meliputi
- Angkutan Sungai dan Danau di dalam negeri;
- Angkutan Sungai dan Danau antara negara Republik Indonesia dengan
negara tetangga;
- Angkutan Sungai dan Danau untuk Kepentingan Sendiri;
- Angkutan Sungai dan Danau untuk daerah masih tertinggal dan/ atau
wilayah terpencil; dan
- Angkutan Sungai dan Danau Tujuan Tertentu.

Pada Pasal 4 dinyatakan bahwa


- Kegiatan Angkutan Sungai dan Danau dilakukan oleh orang perseorangan
warga negara Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan kapal
berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang
diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.
- Kegiatan Angkutan Sungai dan Danau merupakan kegiatan keberangkatan
dan kedatangan kapal yang dilakukan di pelabuhan sungai atau danau.
- Kegiatan Angkutan Sungai dan Danau dilarang dilakukan di laut, kecuali
mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal.

3. Pengaturan penyidikan, dan investigasi jika terjadi kecelakaan transportasi


jalan, kereta api dan pelayaran diatur dalam peraturan perundang-undangan
sebagai berikut
- UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
- UU Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
- Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 6 Tahun
2020 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kecelakaan Kapal
- Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pemeriksaan
Kecelakaan Kapal
- Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2013 tentang Investigasi
Kecelakaan Transportasi

Berdasarkan PP Nomor 62 Tahun 2013 pada Pasal 1 dinyatakan bahwa


kecelakaan transportasi merupakan peristiwa atau kejadian pengoperasian
sarana transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana transportasi,
korban jiwa, dan/atau kerugian harta benda. . Investigasi Kecelakaan
Transportasi adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab kecelakaan
transportasi dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian
data secara sistematis dan objektif agar tidak terjadi kecelakaan transportasi
dengan penyebab yang sama.
Pada Pasal 2 dinyatakan bahwa investigasi kecelakaan transportasi
diselenggarakan berdasarkan prinsip sebagai berikut
- tidak untuk mencari kesalahan (no blame);
- tidak untuk memberikan sanksi/hukuman (no judicial);
- tidak untuk mencari siapa yang bertanggung jawab menanggung kerugian
(no liability)
Pada Pasal 3 dinyatakan bahwa Investigasi Kecelakaan Transportasi
diselenggarakan untuk mengungkap suatu peristiwa kecelakaan transportasi
secara profesional dan independen guna memperoleh data dan fakta
penyebab terjadinya kecelakaan transportasi.
Pada Pasal 4 dinyatakan bahwa Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan
dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
Pada Pasal 6 dinyatakan bahwa investigasi kecelakaan transportasi dilakukan
terhadap
- Kecelakaan kereta api
- Kecelakaan kapal
- Kecelakaan pesawat udara
- Kecelakaan tertentu kendaraan bermotor umum

A. Kecelakaan Jalan

Pada Pasal 10 dinyatakan bahwa kecelakaan kendaraan bermotor umum


terdiri atas
- tabrakan antar kendaraan bermotor umum, antara kendaraan bermotor
umum dengan Kereta Api, atau antara kendaraan bermotor umum
dengan fasilitas atau dengan benda-benda lainnya;
- kendaraan bermotor umum terguling;
- kendaraan bermotor umum jatuh ke jurang atau sungai; dan/atau
- kendaraan bermotor umum terbakar.
Pada Pasal 19 dinyatakan bahwa kecelakaan tertentu kendaraan bermotor
yang dimaksud meliputi
a. terdapat korban jiwa paling sedikit 8 (delapan) orang;
b. mengundang perhatian publik secara luas;
c. menimbulkan polemik/kontroversi;
d. menimbulkan prasarana rusak berat;
e. berulang-ulang pada merek dan/atau tipe kendaraan yang sama dalam
satu tahun;
f. berulang-ulang pada lokasi yang sama dalam satu tahun; dan/atau
g. mengakibatkan pencemaran lingkungan akibat limbah atau Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang diangkut.

B. Kecelakaan Kereta Api

Pada Pasal 7 dinyatakan bahwa kecelakaan kereta api yang dimaksud


terdiri atas tabrakan antar kereta api, kereta api terguling, kereta api anjlok,
dan/atau kereta api terbakar.
Pada Pasal 12 dinyatakan bahwa kecelakaan kereta api yang dilakukan
investigasi merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa
dan/atau kerusakan atau tidak dapat beroperasinya Kereta Api yang
mengakibatkan rintang jalan selama lebih dari 6 (enam) jam untuk 2 (dua)
arah.

C. Kecelakaan Pelayaran
Pada Pasal 8 dinyatakan bahwa kecelakaan kapal yang dimaksud meliputi
kapal tenggelam, kapal terbakar, kapal tubrukan, danatau kapal kandas.
Pada Pasal 13 kecelakaan kapal yang wajib dilakukan investigasi
kecelakaan transportasi meliputi
- kecelakaan Kapal dengan bobot lebih dari GT 100 (seratus Gross
Tonage) untuk Kapal penumpang, Kapal penyeberangan, dan Kapal
ikan;
- kecelakaan Kapal dengan bobot lebih dari GT 500 (lima ratus Gross
Tonage) untuk Kapal barang dan Kapal tangka
Kecelakaan kapal tersebut mengakibatkan
- korban jiwa;
- kerusakan atau tidak dapat beroperasinya Kapal dan/atau fasilitas di
perairan;
- pencemaran laut.

Penyidik merupakan pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia atau


Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan merupakan serangkaian
tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.

4. Pengaturan angkutan multimoda dan logistic diatur dalam peraturan


perundang-undangan sebagai berikut
- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda
- Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 8 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Multimoda
- Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional

Berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 2011 pada Pasal 1 bahwa Angkutan


Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2
(dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai
dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh
badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk
penyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda.

Pada Bab II mengenai kegiatan angkutan multimoda dinyatakan bahwa


Pada Pasal 2 sebagai berikut
(1) Angkutan multimoda hanya dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan
multimoda.
(2) Angkutan multimoda diselenggarakan oleh badan usaha angkutan
multimoda nasional dan badan usaha angkutan multimoda asing.
(3) Kegiatan angkutan multimoda meliputi kegiatan yang dimulai sejak
diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda dari pengguna
jasa angkutan multimoda sampai dengan diserahkannya barang kepada
penerima barang dari badan usaha angkutan multimoda sesuai dengan
yang diperjanjikan dalam dokumen angkutan multimoda.
(4) Dalam menyelenggarakan kegiatan angkutan multimoda, badan usaha
angkutan multimoda bertanggung jawab terhadap kegiatan penunjang
angkutan multimoda yang meliputi pengurusan:
a. transportasi;
b. pergudangan;
c. konsolidasi muatan;
d. penyediaan ruang muatan; dan/atau
e. kepabeanan untuk angkutan multimoda ke luar negeri dan ke dalam
negeri.

Pada Pasal 3 sebagai berikut


(1) Kegiatan angkutan dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut
moda transportasi darat, perkeretaapian, laut, dan/atau udara.
(2) Alat angkut moda transportasi terdiri atas kendaraan bermotor, kereta
api, kapal, dan pesawat udara.
(3) Pengusahaan masing-masing alat angkut moda transportasi dapat
dilakukan oleh badan usaha angkutan moda transportasi.

Angkutan multimoda diatur dalam United Nations Convention on


International Multimodal Transport of Goods, dan dalam ASEAN Framework
Agreement on Multimodal Transport (AFAMT). Peran angkutan multimoda
semakin penting dengan adanya agenda integrasi sistem logistik ASEAN
menuju kepada perwujudan pasar tunggal ASEAN.
Logistik merupakan perencanaan, implementasi, dan montrol atas aliran
fisik dari material dan barang jadi. Angkutan multimoda merupakan
komponen penting dari system logistic dikarenakan angkutan barang dalam
aktivitas logistic pada umumnya menggunkan lebih dari satu moda
transportasi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang
Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional bahwa cetak biru
pengemangan system logistic nasional merupakan panduan dalam
pengembangan logistik bagi para pemangku kepentingan terkait serta
koordinasi kebijakan dan pengembangan Sistem Logistik Nasional.

Anda mungkin juga menyukai