NOTAR : 2101379
KELAS : TD 2.10
MATKUL : PERATURAN UNDANG-UNDANG TRANSDAR II
DOSEN : JOHNY NELSON PANGARIBUAN S.H.,M.H
Angkutan laut
Angkutan penyeberangan
1) Angkutan Laut
Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan
angkutan laut. Angkutan laut terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Angkutan sungai dan danau menggunakan trayek tetap dan teratur atau trayek tidak
tetap dan tidak teratur. Serta dilarang dilakukan di laut kecuali mendapat izin dari Syahbandar
dengan tetap memenuhi persyaratan kelayakan kapal.
3) Angkutan Penyeberangan
Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan
untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Kegiatan ini dilakukan oleh badan usaha dengan menggunakan kapal berbendera
Indonesia yang telah memenuhi persyaratan kelayaklautan kapal serta diawaki oleh awak
kapal berkewarganegaraan Indonesia.
Persyaratan :
Mengajukan permohonan kepada Pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
pengoperasian kapal angkutan penyeberangan dengan memuat :
Surat Izin Usaha Angkutan Penyeberangan;
Bukti kesiapan kapal untuk dioperasikan, antara lain memiliki sertfikat
kesempurnaan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan dikelaskan oleh
Biro Klasifikasi Indonesia, serta kapal sesuai dengan spesifikasi teknis lintas dan
pelabuhan penyeberangan yang akan dilayani;
Lintas yang akan dilayani;
Nama dan spesifikasi kapal;
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Pengajuan Permohonan :
Permohonan persetujuan pengoprasian kapal angkutan penyeberangan diajukan kepada :
Menteri Perhubungan, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar propinsi
dan/ atau negara;
Gubernur, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar Kabupaten/ Kota
dalam provinsi;
Bupati/ Walikota, untuk kapal yang melayani penyeberangan dalam Kabupaten/
Kota provinsi.
Persyaratan Kapal Angkutan Penyeberangan:
Memenuhi persyaratan teknis laik laut dan standar pelayanan minimal kapal
penyeberangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan pada lintas
yang dilayani;
Memiliki dan mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi
yang diperlukan untuk kapal penyeberangan, dan dapat berbahasa Indonesia serta
mengetahui kondisi wilayah operasi yang dilayani;
Memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan kendaraan
beserta muatannya sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku;
Mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan pada
bagian sebelah samping kiridan kanan kapal;
Mencantumkan informasi/ petunjuk yang diperlukan menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
Persyaratan :
Mengajukan permohonan kepada Pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
pengoperasian kapal angkutan penyeberangan dengan memuat :
Surat Izin Usaha Angkutan Penyeberangan;
Bukti kesiapan kapal untuk dioperasikan, antara lain memiliki sertfikat
kesempurnaan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan dikelaskan oleh
Biro Klasifikasi Indonesia, serta kapal sesuai dengan spesifikasi teknis lintas dan
pelabuhan penyeberangan yang akan dilayani;
Lintas yang akan dilayani;
Nama dan spesifikasi kapal;
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Pengajuan Permohonan :
Permohonan persetujuan pengoprasian kapal angkutan penyeberangan diajukan kepada :
Menteri Perhubungan, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar propinsi
dan/ atau negara;
Gubernur, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar Kabupaten/ Kota
dalam provinsi;
Bupati/ Walikota, untuk kapal yang melayani penyeberangan dalam Kabupaten/
Kota provinsi.
4. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
5. I. Golongan I : Sepeda;
III. Golongan III : Sepeda motor besar (≥ 500 cc) dan kendaraan roda 3 (tiga);
IV. Golongan IV : Kendaraan bermotor berupa mobil Jeep, Sedan, Minicab, Minibus, Mikrolet, Pick
up, Station Wagon dengan ukuran panjang sampai dengan 5 (lima) meter, dan sejenisnya;
V. Golongan V : Kendaraan bermotor berupa Mobil bus, Mobil barang (truk)/ tangki dengan ukuran
panjang sampai dengan 7 (tujuh) meter dan sejenisnya;
VI. Golongan VI : Kendaraan bermotor berupa Mobil bus, Mobil barang (truk)/ tangki dengan ukuran
panjang lebih dari 7 (tujuh) meter sampai dengan 10 (sepuluh) meter dan sejenisnya, dan kereta
penarik tanpa gandengan;
VII. Golongan VII : Kendaraan bermotor berupa Mobil barang (truk tronton) / tangki, kereta penarik
beriku t gandengan / ternpelan serta kendaraan pengangkut alat berat dengan ukuran panjang lebih
dari 10 (sepuluh) meter sampai dengan 12 (dua belas) meter dan sejenisnya;
VIII. Golongan VIII : Kendaraan bermotor berupa Mobil barang (truk tronton)/tangki, kendaraan alat
berat dan kereta penarik beriku t gandengan / ternpelan dengan ukuran panjang lebih dari 12 (dua
belas) meter sampai dengan 16 (enam belas) meter dan sejenisnya;
IX. Golongan IX : Kendaraan bermotor berupa Mobil barang (truk tron ton)/ tangki, kendaraan
pengangkut alat berat dan kereta penarik beriku t gandengan/ tempelan dengan ukuran panjang lebih
dari 16 (enam belas) meter dan sejerusnya.
6. Menurut UU No 17 Tahun 2008 Kelaiklautan Kapal adalah keadaan Kapal yang memenuhi
persyaratan keselamatan Kapal, pencegahan pencemaran perairan dari Kapal, pengawakan, garis
muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan Penumpang, status hukum Kapal,
manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari Kapal, dan manajemen keamanan Kapal
untuk berlayar di perairan tertentu.
a. menghubungkan daerah yang masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil yang belum berkembang
dengan daerah yang sudah berkembang atau maju;
c. menghubungkan daerah yang secara komersial belum menguntungkan untuk dilayani oleh
pelaksana angkutan penyeberangan.
B. Transportasi laut memiliki peran yang strategis dalam mendukung pembangunan nasional di segala
bidang, termasuk untuk mempersatukan Indonesia yang penuh dengan keberagaman, baik
keberagaman agama, suku, budaya, ras maupun bahasa. Selain itu transportasi laut juga menjadi
infrastruktur penting dalam rangka menggerakkan roda perekonomian Indonesia, khususnya di daerah
3T (terdepan, terluar dan tertinggal).
8. A. Persetujuan pengoperasian kapal angkutan penyeberangan berlaku selama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang.
B. . Transportasi laut memiliki peran yang strategis dalam mendukung pembangunan nasional di
segala bidang, termasuk untuk mempersatukan Indonesia yang penuh dengan keberagaman, baik
keberagaman agama, suku, budaya, ras maupun bahasa. Selain itu transportasi laut juga menjadi
infrastruktur penting dalam rangka menggerakkan roda perekonomian Indonesia, khususnya di daerah
3T (terdepan, terluar dan tertinggal).
Berikut keunggulan lain menggunakan transportasi laut:
9. A. Dalam hal terjadi keterlambatan perjalanan Kereta Apiantarkota, penyelenggara sarana harus
mengumumkan alasan keterlambatan kepada calon penumpang secara langsung atau melalui media
pengumuman paling lambat 45 (empat puluh lima) menit sebelum jadwal keberangkatan atau sejak
pertama kali diketahui adanya keterlambatan.
B. Jika keterlambatan tersebut lebih dari 1 jam, penumpang dapat membatalkan tiket dan mendapat
kompensasi pengembalian seluruh biaya karcis.
Dalam hal penumpang tidak membatalkan tiket, perhitungan kompensasi dilakukan sebagai berikut:
Jika terdapat hambatan atau gangguan dalam perjalanan kereta api yang mengakibatkan
keterlambatan datang di stasiun kereta api tujuan pada perjalanan kereta api antarkota, setiap
penumpang mendapatkan kompensasi berikut:
wajib diberikan minuman dan makanan ringan pada jam ketiga keterlambatan;
wajib diberikan minuman dan makanan berat pada jam kelima keterlambatan; atau
penumpang dapat memilih melanjutkan perjalanan atau beralih ke moda lain dan penumpang
mendapat penggantian uang karcis.
Jika terdapat hambatan atau gangguan dalam perjalanan kereta api antarkota mengakibatkan kereta
api tidak dapat melanjutkan perjalanan sampai stasiun kereta api tujuan, penyelenggara sarana
perkeretaapian wajib:
menyediakan angkutan dengan kereta api lain atau moda transportasi lain sampai stasiun
kereta api tujuan; atau
memberi ganti kerugian senilai harga karcis yang dibeli.
10. Dalam keadaan tertentu penyelenggara sarana perkeretaapian dapat melakukan pengangkutan
orang dengan menggunakan gerbong dan/atau kereta bagasi yang bersifat sementara dengan
ketentuan:
a. kereta pada jalur yang bersangkutan tidak tersedia atau tidak mencukupi;
Gerbong dan/atau kereta bagasi sebagaimana dimaksud diatas harus tertutup dan memenuhi
persyaratan keselamatan dan keamanan penumpang serta paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas
berupa:
a. pintu masuk/keluar;
b. ventilasi udara;
d. penerangan.