Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TEKNOLOGI PERKAPALAN

Ship Owner Process and Shipyard specification

Disusun Oleh:
Nama Anggota: Trimas Manalu

(140120201017)

Jeremya Lukmanto Saputra (140120201030)


Hendra Hutagalung

(140120201014)

Irma Septiana.L

(140120201034)

Suhardi

(140120201028)

Konsentrasi Teknik Elektronika Perkapalan


TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar.
Tersusunnya makalah Ship Owner Process and Shipyard specification ini
tak terlepas dari dukungan semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan yang istimewa
ini penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Dalam menulis makalah ini penulis menyadari masih ada kekurangan yang
terdapat didalamnya. Maka dari itu kami berharap mendapat kritik dan saran dari
para pembaca.
Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga
penulis, sehinggga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Tanjungpinang, 8 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II ISI
2.1. Pengertian Prosedur dan Dokumen
2.2. Pengertian Penanganan Dokumen Kapal dan Bagaimana Prosedurnya
2.3. Spesifikasi Galangan Kapal
2.3.1. Jenis-Jenis Galangan Kapal (Shipyard).
2.3.2. Docking Kapal
2.3.3. Letak Ideal Galangan Kapal
2.3.4. Peralatan Penting yang Terdapat digalangan Kapal Beserta Fungsinya
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan galangan kapal di Indonesia saat ini disibukkan dengan melayani
docking dan repair. Di sisi lain, saat ini Jepang dan Korea menguasai lebih dari 80%
share market dunia. Industri galangan kapal Indonesia hanya menyerap 0,5% share
market galangan kapal dunia. Akibat dari kesulitan pergerakan aktifitas galangan
kapal Indonesia, industri pendukung seperti industri baja, industri permesinan,
industri kelistrikan, industri kimia mengalami kembang kempis dan banyak yang
gulung tikar.
Ada beberapa alasan mengapa industri galangan kapal harus dikembangkan, antara
lain: (i) nilai ekonomis industri galangan kapal, dimana secara global memiliki nilai
yang sangat besar; (ii) industri galangan kapal adalah industri induk dari industri
pendukung, dimana industri ini akan menarik industri lain untuk berkembang.
Perkiraan dalam pembangunan sebuah kapal, 50%-70% biaya yang dikeluarkan
adalah untuk membeli bahan baku dan peralatan, kondisi ini akan memberikan
multiplier-effect yang besar kepada proses industrialisasi dalam suatu negara; (iii)
industri galangan merupakan industri padat karya yang mampu menciptakan lapangan
kerja cukup besar dan dengan nilai tambah yang cukup tinggi; (iv) kemungkinan
pengembangan teknologi kelautan melalui industri dan kemandirian sektor
pertahanan dengan pembuatan alat pertahanan di dalam negeri.
Penerbitan Inpres No. 5 tahun 2005 diharapkan sebagai pendorong
bergairahnya industri perkapalan di Indonesia, dengan demikian akan semakin
tumbuh dan berkembangnya industri maritim di tanah air. Dalam rangka pelaksanaan
Inpres tersebut, sampai tahun 2010 akan terjadi peningkatan kebutuhan kapal seperti
kajian Stramindo dan kajian Perhubungan laut. Menurut kajian Stramindo kebutuhan
kapal berbagai tipe adalah 984 buah dengan perincian kapal baru 122 buah sedangkan

kapal bekas 862 buah (Suteja, 2006). Menurut kajian Perhubungan laut dibutuhkan
2142 buah kapal berbagai tipe, dengan rincian 432 kapal baru dan 1710 kapal bekas
(Anam dan Basuki, 2006).
Jawa Timur mempunyai prospek industri maritim yang cukup besar dan
didukung oleh panjangnya garis pantai, industri pendukung, tenaga kerja dan
infrastruktur yang lain. Di propinsi ini sudah berdiri industri galangan kapal yang
cukup besar, penghasil sumber daya manusia bidang industri maritim mulai tenaga
setingkat STM sampai perguruan tinggi, sehingga dari segi penyediaan SDM
pendukung industri maritim sudah cukup handal.
Daerah sekitar Gresik terdapat beberapa industri yang menggunakan bahan
bakar dari batubara dan industri kayu lapis yang pengangkutannya bahan bakunya
memerlukan barge. Di daerah Probolinggo ada PLTU dengan bahan bakar batubara
yang pengangkutannya menggunakan barge, sehingga memerlukan akan jasa
reparasinya.
Dari beberapa alternatif lokasi di Jawa Timur dan berdasarkan pada kedekatan
terhadap industri pendukung, fasilitas dan infrastruktur yang telah ada, jarak terhadap
pusat ekonomi dan bandara, luas lahan yang tersedia serta harga yang masih
terjangkau, maka dipilih Kabupaten Lamongan sebagai lokasi pengembangan industri
galangan kapal di Jawa Timur.
Dalam dunia industri letak ideal sangat pengaruh dalam berproduksinya
industri tersebut. Terutama dalam penentuan lokasi galangan kapal, dimana penilaian
tersebut sebagai pertimbangan dipilihnya lokasi pembangunan galangan kapal dan
perkembangan galangan itu kedepannya. Lokasi penting bagi industri atau
perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan
menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Letak ideal ini bertujuan membantu
perusahaan beroperasi atau berproduksi dengan lancar, efektif dan efisien. Dimana
berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi dan biaya distribusi dari barangbarang atau jasa-jasa yang dihasilkan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana Proses Pemilikan Kapal?
b. Bagaimana spesifikasi galangan kapal?
1.3. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui proses dari kepemilikan sebuah kapal, dokumen
kepemilikan kapal, dan proses balik nama kepemilikan sebuah kapal.
b. Mahasiswa dapat mengetahui spesifikasi galangan kapal dan tata letak
galangan
kapal yang ideal.

BAB II
ISI
2.1. Ship Owner Process
Yang dimaksud dengan kapal Indonesia adalah kapal yang telah diberikan
bukti kebangsaan Indonesia atau satu ijin sebagai penggantinya, kecuali jika ijin itu
sudah tidak berlaku. Menurut Beslit pasal 2 ayat (1) Kapal laut Indonesia adalah
kapal laut yang dimiliki oleh :

Seorang atau lebih Warga Negara Indonesia (WNI).


Sedikitnya dua pertiga bagian milik seorang atau lebih warga negara
Indonesia, sedangkan selebihnya dimiliki oleh seorang atau lebih penduduk
Indonesia, dengan syarat bahwa pemegang buku haruslah WNI yang
bertempat tinggal di Indonesia.

Sementara untuk bukti kebangsaan kapal laut Indonesia dapat dilihat dari 2 (dua)
peraturan yaitu :

Beslit Surat Laut dan Pas Kapal 1934, dan


Ordonansi Surat Laut dan Pas Kapal 1935.

Beslit Surat Laut dan Pas Kapal 1934 pasal 3 ayat (1) berbunyi : Kepada kapal laut
Indonesia dapat diberikan bukti kebangsaan dalam bentuk : Surat Laut, Pas Kapal,
Surat Laut Sementara, dan Surat Ijin Berlayar.
Bagi kapal yang sedang dibangun, maka KUHD pasal 312 menetapkan bahwa
kapal yang sedang dibangun di Indonesia dianggap sebagai kapal Indonesia hingga
saat diserahkannya kapal tersebut kepada pemiliknya, atau hingga pada saat kapal
tersebut digunakan sendiri oleh pembuatnya untuk suatu pelayaran. Namun demikian
kebangsaan kapal dapat diketahui setelah kapal selesai dibangun, apakah nantinya
didaftarkan sebagai kapal berkebangsaan Indonesia atau kapal milik rang asing
dengan kebangsaan kapal sesuai dengan kebangsaan pemiliknya.

2.1.1 Kepemilikan Kapal Indonesia dan Nama Kapal


Yang berhak memiliki kapal Indonesia ialah orang atau badan hukum yang
termasuk dalam kebangsaan Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan Beslit pasa 2. yang
dapat memilik kapal Indonesia ialah :
a. Warga Negara Indonesia (WNI) ;
b. Persekutuan firma atau persekutuan komanditer yang tempat pusat menjalankan
kegiatannya di dalam wilayah negara Republik Indonesia, dan semua sekutu yang
bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan adalah WNI ;
c. Perseroan Terbatas, yang pusat menjalankan segala kegiatannya di dalam wilayah
Republik Indonesia dan didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
Republik Indoesia. Terkait dengan saham kepemilikan perusahaan, maka agar
perseroan terbatas tersebut berkebangsaan Indonesia adalah :

Saham : sekurang-kurangnya 2/3 modal perseroan dimiliki oleh WNI ;


Pengurus : Direksi dan Dewan Komisaris harus WNI dan bertempat tinggal di
Indonesia. Atau semua Direksi harus WNI dan sekurang-ku rangnya - nya
tinggal di Indonesia

d. Perkumpulan yang berstatus Badan Hukum dan Yayasan, disirikan berdasarkan


peraturan yang brlaku di Indonesia, berkedudukan di Indonesia, semua direksi adalah
WNI, dan sekurang-kurangnya -nya harus bertempat tinggal di Indonesia.
Sedangkan untuk nama kapal, secara tegas tidak disebutkan dalam Undangundang. Namun keharusan memberi nama kapal tidak langsung tersirat sebagaimana
Beslit Pasal 9 ayat (1) sub c, yang menyatakan :
Bahwa suatu tanda bukti kebangsaan menjadi gugur dengan berubahnya nama kapal.
Nama dan tempat tinggal kapal adalah hal penting bagi pendaftaran kapal,
sebagaimana dalam akta pendaftaran kapal yang tercantum dan harus diisi. Tempat

tinggal kapal adalah tempat kapal itu didaftarkan, yaitu tempat pendaftaran kapal
yang pertama.
2.1.2 Pendaftaran Kapal
Secara umum terdapat 2 (dua) unsur yang mengharuskan kapal didaftrakan,
yaitu : kapal laut Indonesia dan berukuran (isi kotor) 20 m3 atau lebih. Kapal yang
telah didaftarkan dianggap sebagai benda tetap.
KUHD Pasal 314 alinea 1) berbunyi : Kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit
20 m3 isi kotor, dapat dibukukan dalam suatu register kapal menurut ketentuanketentuan yang ditetapkan dalam suatu ordonansi tersendiri . Ordonansi tersebut
adalah Ordonansi Pendaftaran Kapal (OPK).
Setelah kapal didaftarkan, maka agar kapal dapat melakukan pelayaran
dengan aman dan bebas di laut, perlu sekali kapal tersebut dapat mengibarkan
bendera kebangsaannya, supaya mendapatkan perlakuan yang baik dari kapal-kapal
pengawas pantai dari suatu negara maupun perlakuan yang baik dari para pelaut
asing. Karena biasanya, jika pengawas pantai melihat ada kapal tanpa bendera
kebangsaan, maka akan dianggap sebagai kapal liar/kapal musuh atau perompak. Jika
hal tersebut terjadi, maka akan segera diburu dan ditembak yang selanjutnya ditahan,
diperiksa dan diadili.
Kapal dapat mengibarkan bendera kebangsaan, apabila mempunyai surat bukti
kebangsaan, yaitu Surat Laut, dan sejenisnya. Bukti-bukti kebangsaan kapal tersebut
dapat diperoleh dengan mengajukan kepada Menetri Perhubungan dengan melampiri
beberapa surat, diantaranya gross pendaftaran kapal yang bersangkutan.
2.1.3 Balik Nama Kepemilikan Kapal
Satrio yang baru saja merintis usaha di bidang jasa pelayaran satu unit kapal.
Kapal tersebut biasanya dipergunakan untuk mengangkut batu bara. Saat ini bisnis
pengangkutan batu bara yang dijalaninya sedang mengalami kelesuan. Sebagai
pemilik Kapal yang hanya mengandalkan pada satu unit kapal, Satrio tidak sanggup

menanggung beban biaya operasional, untuk itu ia memutuskan untuk menjual


kapalnya tersebut kepada sahabatnya bernama Roni yang memang pengusaha di
bidang perkapalan dan usahanya justru sedang mengalami kemajuan. Sebagai pemain
kapal pemula, Satrio masih bingung mengenai proses jual beli kapal. Untuk itu dia
menanyakannya pada sahabatnya Roni, yang sudah terbiasa melaksanakan jual beli
kapal serta melakukan baliknamanya.
Dalam hal ini, proses jual beli kapal terhadap kapal-kapal yang sudah
berbendera Indonesia dan sudah terdaftar dalam Daftar Kapal di Indonesia disebut
sebagai salah satu peralihan hak milik atas kapal. Setiap peralihan hak milik atas
kapal yang telah didaftar, harus dilakukan dengan menggunakan akta JUAL BELI
KAPAL yang dibuat di hadapan Notaris. Hal ini sesuai dengan Pasal 18 ayat (3) huruf
a Permenhub Pendaftaran Kapal. Jadi semua prosesnya memang harus dilakukan di
hadapan notaris, sama halnya seperti jual beli tanah.
Setelah dibuat akta jual belinya di hadapan Notaris, Roni selaku pemegang
hak yang baru harus mengajukan permohonan pembuatan akte dan pencatatan balik
nama kepada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal di tempat kapal
didaftar, paling lama 3 (tiga) bulan semenjak peralihan. Hal ini sebagaimana diatur
dalam Pasal 30 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan (PP Perkapalan). Pelaksanaan baliknama atas kepemilikan kapal
tersebut bisa dikuasakan kepada Notaris yang bersangkutan seperti halnya dengan
pendaftaran baliknama atas jual beli tanah dan bangunan.
2.1.4 Dokumen Yang Dibutuhkan
Permohonan balik nama tersebut harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen
berupa: (lihat Pasal 30 ayat (2) PP Perkapalan)
a.

bukti kepemilikan;

b.

identitas pemilik;

c.

grosse akte pendaftaran atau balik nama;

d.

surat ukur, dalam hal kapal telah memperoleh surat ukur baru.

Pengaturan lebih lanjut lagi mengenai balik nama kapal ada dalam Peraturan
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM.13 Tahun 2012 tentang
Pendaftaran Dan Kebangsaan Kapal (Permenhub Pendaftaran Kapal). Dalam Pasal
18 ayat (1) Permenhub Pendaftaran Kapal, diatur bahwa pada setiap pengalihan hak
milik atas kapal yang telah didaftar, pemegang hak yang baru harus mengajukan
permohonan balik nama kepada Pejabat Pendaftar dan Pejabat Baliknama Kapal di
tempat kapal didaftar.
Permohonan balik nama tersebut wajib dilengkapi dengan: (Pasal 18 ayat (2)
Permenhub Pendaftaran Kapal)
a.
b.

bukti pengalihan hak milik atas kapal;


identitas pemilik berupa kartu tanda penduduk bagi perorangan dan anggaran

dasar pendirian perusahaan bagi Badan Hukum Indonesia;


c.

Nomor Pokok Wajib Pajak;

d.

surat ukur;

e.

grosse akta pendaftaran kapal atau grosse akta baliknama kapal; dan

f.

bukti pelunasan bea baliknama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.
Untuk hal jual beli kapal, bukti pengalihan hak milik atas kapal adalah berupa
akta jual beli yang dibuat di hadapan notaris (Pasal 18 ayat (3) huruf a Permenhub
Pendaftaran Kapal). Jadi semua prosesnya memang harus dilakukan di hadapan
notaris, sama halnya seperti jual beli tanah.
2.1.5 Pendaftaran Dan Pencatatan Baliknama Kapal
Balik nama kapal tersebut dilakukan oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat
Baliknama Kapal dengan membuat akta balik nama kapal dan dicatat dalam daftar
induk kapal yang bersangkutan (Pasal 18 ayat (4) Permenhub Pendaftaran Kapal).
Akta balik nama kapal hanya dapat dibuat apabila menurut catatan dalam
daftar induk, kapal dalam keadaan tidak sedang dibebani hipotek dan/atau jaminan
lainnya serta bebas dari segala bentuk sitaan (Pasal 18 ayat (5) Permenhub

Pendaftaran Kapal). Jadi, sebelum memastikan untuk menjual kapal sebaiknya barang
tidak sedang dalam keadaan dijaminkan untuk hutang. Karena jika sedang dibebani
hipotik maka akan menghampat proses balik nama yang akan dilakukan oleh
pemegang baru. Intinya sih kapal yang dapat dibaliknama harus dilakukan roya atas
hipotik kapalnya terlebih dahulu, baru dapat didaftarkan terhadap nama yang baru.
Dasar Hukum:
1.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan;

2.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM.13 Tahun 2012

tentang Pendaftaran Dan Kebangsaan Kapal.


2.1.6. Penanganan Dokumen Kapal
Penanganan dokumen kapal adalah seluruh rangkaian proses pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang dengan data dan petunjuk untuk
mengawasi dan melakukan pemeriksaan terhadap surat-surat kelengkapan kapal yang
datang di pelabuhan serta kapal yang akan berangkat dari pelabuhan atau melakukan
pelayaran. Dalam penanganan dokumen kapal yang terdiri dari beberapa dokumen
seperti:
a. Shipping Order
Adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh perusahaan atau agennya yang
ditujukan kepada nahkoda atau perwira kapal untuk memuat barang.
b. Cargo Manifest
Adalah daftar semua perincian barang yang berada di kapal karena setiap
barang mempunyai B/L.
c. Bill of lading (B/L)
Adalah bukti kepemilikan barang yang dikeluarkan oleh pengusaha kapal atau
agennya yang menyangkut barang bersangkutan di pelabuhan yang berfungsi sebagai:
1. Tanda terima sah barang di kapal pelabuhan pemuatan yang ditandatangani
oleh nahkoda atau agen pelayaran.
2. Perjanjian pengangkutan antara pengirim dan pengangkut

3. Sebagai bukti kepemilikan


4. Matereceip (Resimualim). Berdasarkan matereceipt inilah pengirim barang
menukarkan dengan tanda terima yang syah yaitu B/L
5.

Delivery order (D/O) Adalah surat perintah pengangkutan untuk

menyerahkan barang kepada si penerima (consigne)


6. Faktur penjualan barang. Dokumen ini membuktikan kebenaran bahwa
eksportir secara syah membeli barang yang dijual kepada si penjual atau
importer
7. Polis dan asuransi laut (marine insurance police) adalah surat bukti tentang
diasuransikannya barang yang dikirim dengan kapal laut dari pelabuhan
pemuatan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi
Prosedur penanganan dokumen kapal adalah suatu rangkaian kegiatan atau
suatu pekerjaan yang melibatkan orang lain, di mana terdapat mekanisme atau cara
yang teratur dan terarah. Dalam hal menangani dan melayani pengurusan dokumen
kapal serta surat-surat penting lainnya yang dibutuhkan untuk pelayaran satu kapal
dari awal hingga akhir seperti:
a. Memeriksa Shipping Order yang dibuat oleh perusahaan atau agennya yang
ditujukan kepada Nakhoda atau Perwira kapal untuk memuat barang
b. Memeriksa cargo manifest atau daftar muatan atau yang biasa juga disebut
sebagai kumpulan B/L
c. Memeriksa daftar pengapalan muatan atau Boat Note serta syarat-syarat penting
kapal lainnya
2.2. Spesifikasi Galangan Kapal
Galangan Kapal atau shipyard adalah sebuah tempat diperairan yang
fungsinya untuk melakukan proses pembangunan kapal (New Building) dan
perbaikan kapal (ship repair) juga melakukan pemeliharaan (maintainance). Proses
pembangunanya meliputi desain, pemasangan gading awal, pemasangan plat
lambung, instalasi peralatan, pengecekan, test kelayakan, hingga klasifikasai oleh

Class yang telah ditunjuk. Sedangkan untuk proses perbaikan atau pemeliharaan
biasanya meliputi perbaikan konstruksi lambung, perbaikan propeller sterntube,
perawatan main engine dan peralatan lainnya. Sebagai sektor yang terkait erat dengan
hajat hidup orang banyak, Industri galangan Indonesia dengan perputaran uang untuk
transportasi laut sebesar Rp. 50,7 triliun pertahunnya, seharusnya menjadi galangan
kapal yang tangguh, modern dan sumber devisa Indonesia.

Sesuai dengan geografisnya galangan kapal di Indonesia dipengaruhi oleh


beberapa faktor dimana letak galangan kapal itu dibangun. Dalam hubungan ini
dikenal 2 macam galangan yaitu;
1. Galangan kapal daerah terbuka yang merupakan suatu galangan kapal yang
dibangun menghadap langsung ke perairan terbuka.
2. Galangan kapal daerah tertutup yang merupakan suatu galangan kapal yang
dibangun ditepi sungai dan biasanya digunakan untuk membangun atau mereparasi
kapal-kapal yang berukuran kecil atau sedang.
Berikut merupakan tujuan organisasi produksi kapal:
a. Melakukan perencanaan penting dan penjadwalan untuk awal organisasi
industri.
b. Mengkoordinir penjadwalan yang mendesak,.

c. Merincikan rencana dengan kompleks dan penjadwalan yang membutuhkan


penanganan cepat pada proses pembangunan kapal.
d. Mengkoordinasi seluruh fungsi dan kontrol pada sistem

Didalam perencanaan galangan kapal, baik untuk galangan terbuka maupun


daerah tertutup faktor utama yang harus diperhatikan adalah keadaan dari lokasi yang
memungkinkan untuk dibangun, keadaan ini meliputi :

Luas areal daratan dan perairan


Elevasi tanah daratan dan tanah dasar perairan
Data dari pasang surut air masimum dan minimum

Hal ini sangat penting untuk mendukung kemajuan galangan kapal, karena
dengan
bertambahnya sarana galangan tanpa diimbangi oleh keadaan setempat dapat menjadi
hambatan untuk mencapai kemajuan selanjutnya.
Landasan tarik (slip way) adalah merupakan failitas utama dari galangan
kapal, berupa landasan miring yangdibuat dari konstruksi beton bertulang, sebagian
konstruksinya tercelup dibawah air dan lainnya terletak diatas air. Pada landasan
tersebut dipasang rel yang cukup kuat dan mampu menahan beban dari berat lori dan
berat kapal yang akan dinaikkan untuk diperbaiki. Diatas lori diletakkan keel block
dan side block untuk dudukan kapal. Dari darat sampai dalamnya perairan
mempunyai sudut kemiringan yang sudah tertentu sesuai dengan tipe dan besar
kecilnya slipway yang direncanakan. Menurut jenisnya slipway ada 2 macam:

Slipway sistem memanjang (End launching)


Slipway sistem melintang (Side launching)

Keduanya biasa dipakai untuk pekerjaan kapal berukuran kecil, bila kondisi
slipway masih memungkinkan dapat dipakai untuk pekerjaan kapalkapal yang
berukuran sedang.

Prinsip kerja dari landasan tarik baik sistem melintang maupun sistem membujur
mempunyai rencana kerja yang sama, juga peralatan yang dipakai tidak berbeda.
Tetapi perbedaan nya hanya pada posisi kapalnya. Bila pada landasan tarik membujur
posisi kapal yang duduk di landasan atau lori miring kearah memanjang sejajar
dengan kemiringan landasan. Sedangkan pada landasan tarik sistem melintang posisi
kapal mendatar sejajar dengan permukaan air sehingga lori nya dibuat sesuai dengan
posisi kapal yang mendatar. Galangan kapal dengan type slipway ini cocok bila
dibangun disepanjang pantura pulau jawa misalnya di Cirebon, Tegal, Pekalongan,
Batang, Kendal, Demak, Pati, Rembang sampai dengan pantai utara Jawa Timur,
karena daerah tersebut banyak terdapat dermaga bongkar muat kapal muatan kayu,
kapal penangkap ikan dan kapal lainnya yang mempunyai berat rata-rata kurang dari
150 LWT.
2.2.1. Tampak Pertama Pada Galangan Kapal
1. Dock Kolam (Graving Dock/Dry Dock).
Graving Dock yaitu suatu fasilitas docking kapal berupa kolam besar di
pinggir laut, dimana konstruksi sipilnya terdiri dari dinding beton dan lantai
beton dengan menumpu kepada tiang pancang dibawah lantai. Dan pintu/gate
pada umumnya terbuat dari elemen baja dan kontak langsung dengan
laut/samudera.

2. Dock Apung (Floating Dock)


Floating Dock adalah suatu bangunan konstruksi dilaut yang digunakan
untuk pengedokan kapal dengan cara menenggelamkan dan mengapungkan
dalam arah vertikal. Konstruksi floating dock ini umumnya terbuat dari baja
dan plat.
3. Dock Tarik (Slipway)
Slipway adalah suatu fasilitas pengedokan kapal dengan cara menarik kapal
dari permukaan air laut, kemudian mendudukkan kapal pada (gerobak atau
craddle). Dengan bantuan mesin derek atau tarik, wire rope atau tali baja dan
sebagai jalan dari kereta dengan sudut kemiringan tertentu yaitu 1:12 s/d 1:16.

4. Dock Angkat (Syncrholift).


Dock angkat adalah salah satu jenis pengedokan yang jarang dijumpai, pada
galangan harus ada dan memenuhi daya angkat yang telah ditentukan pada
kapal.
2.2.2. Tata Letak Galangan Kapal Ideal
Tata letak galangan kapal merupakan landasan utaman dalam dunia industri.
Tata letak galangan mencakup pengaturan fasilitas fisik suatu industri.

Pengaturan tersebut dimulai dari pengaturan ruang yang dibutuhkan untuk


aliran material, penyimpanan, perawatan operasional, kegiatan pegawai
pabrik, maupun kegiatan pendukung.
Menurut James M. Apple, tata letak pabrik mempunyai defenisi yaitu :
Penggambaran hasil rancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan yang
berhubungan erat dengan industri manufaktur.
Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik adalah mengatur area
kerja dan segala fasilitas produksi yang paling efesien untuk operasi produksi
yang bisa menghasilkan output yang diinginkan. Perancangan tata letak
galangan kapal mempunyai tujuan antara lain :
a. Memudahkan proses manufaktur,
b. Meminimumkan perpindahan barang,
c. Menjaga keluwesan susunan dan operasi,
d. Meminimkan biaya,
e. Menghemat pemakaian ruang dan waktu,
f. Meningkatkan performa tenaga kerja,
g. Memberi kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan bagi pegawai dalam
melakukan pekerjaannya.
Perancangan tata letak galangan kapal tidak hanya dilakukan untuk
fasilitas

baru

sering

kali

permasalahan

yang

dihadapi

melibatkan

penataletakan ulang dari suatu proses yang telah ada atau perubahan beberapa
bagian dari susunan peralatan tertentu. Pada dasarnya ada tiga hal yang dasar
yang perlu diperhatikan dalam perancangan tata letak galangan, yaitu :
1 Hubungan ( relationship)

Berbagai jenis kegiatan, daerah fungsional, maupun koordinasi antar


kelompok-kelompok operasional yang berhubungan digunakan untuk
mendesain hubungan keterkaitan antar kegiatan.
2. Ruang ( Space)
Luas lantai atau ruang yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan ditentukan
berdasarkan mesin dan peralatan digunakan, tempat kerja serta peralatan
pemindahan material.
3. Penyesuaian (adjustment)
Hubungan keterkaitan dan ruang yang telah ditentukan kemudian diteruskan
menjadi sebuah rencana tata letak yang diinginkan sekaligus dilakukan
penyesuaian penempatan unit kegiatan atas dasar pertimbangan tertentu serta
ruang yang tersedia.
Agar dapat menghasilkan suatu rancangan tata letak galangan yang
ideal maka kita perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut ini :
a. Integrasi : Integrasi dari seluruh faktor yang mempengaruhi tata letak.
b. Utilisasi : Utilisasi yang efektif dari mesin dan manusia serta ruang pabrik.
c. Ekspansi : Mudah untuk diekspansi.
d. Fleksibilitas : Mudah untuk disusun ulang.
e. Versatality : Siap untuk beradaptasi terhadap perubahan produk, desain,
permintaan dan peningkatan proses.
f. Keteraturan : Daerah yang teratur atau pembagian wilayah yang jelas
terutama bila terpisahkan oleh dinding, lantai gang utama, dan lainnya.
g. Kedekatan : Jarak minimum bagi pergerakan material, fasilitas pendukung
dan orang.

h. Keberurutan : Urutan aliran kerja yang logis dan daerah kerja yang bersih
dengan peralatan yang tepat untuk sampah dan limbah.
i. Kenyamanan : Untuk semua pegawai dalam bekerja baik sehari-hari
maupun periodik.
j. Kepuasan dan Keselamatan semua pegawai.
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam penilaian lokasi;
1. Kemampuan melayani konsumen dengan memuaskan.
2. Mendapatkan bahan-bahan mentah yang cukup dan kontinyu dengan
harga yang layak atau memuaskan.
3. Mendapatkan tenaga kerja yang cukup.
4. Memungkinkan diadakannya perluasan

pabrik

dikemudian

hari

Perubahan karena berubahnya adat kebiasaan masyarakat.


5. Dengan berpindahnya pusat-pusat penduduk dan perdagangan.
6. Adanya jaringan komunikasi dan pengangkutan yang lebih baik.
7. Fasilitas-fasilitas produksi mudah dirasakan jauh ketinggalan (mesinmesin sudah dirasakan kuno.
8. Kebutuhan pasar (market demand) tumbuh dan berkembang diluar
jangkauan kapasitas produksi yang ada (kebutuhan pasar meningkat).
9. Terdapatnya fasilitas pengangkutan,
10. Supply buruh atau tenaga kerja.
11. Terdapatnya pembangkit tenaga listrik (sumber energi).
12. Biaya dari tanah dan gedung,
13. Kemungkinan perluasan atau ekspansi.
14. Terdapat fasilitas service dan fasilitas untuk dinikmati masyarakat.
15. Persediaan air dan limbah industri
16. Tinggi rendahnya tingkat pajak dan undang-undang perburuhan.
17. Masyarakat di daerah itu (sikap, besarnya dan keamanan).
18. Iklim atau cuaca.
19. Keadaan tanah.
20. Perumahan dan fasilitas lainnya

Berikut metode pemilihan lokasi kawasan industri kapal;

Gambar metode penentuan lokasi menggunakan metode pembobotan dengan


menggunakan expert judgement
2.2.3. Peralatan dan Perlengkapan di Galangan Kapal
Secara umum galangan berisi beberapa fasilitas yang digunakan untuk
mengfasilitasi

aliran

meterial

dan

perakitan.

Kebanyakan

galangan

memerlukan ketersediaan daratan ( Land ) dan perairan ( Waterfront ) sebagai

kebutuhan produksi. Menurut Storch, dkk ( 1995 ), fitur - fitur penting yang
harus dimiliki galangan antara lain :
1. Lokasi Daratan dan Perairan
Lokasi daratan digunakan untuk penegakan blok kapal dan untuk
persiapan peluncuran kapal ke air. Lokasi perairan sebagai tempat penambatan
kapal baik dalam pengerjaan maupun yang siap untuk diserahkan ke pemiliki.
Proses pemindahan kapal dari daratan ke air atau peluncuran kapal dapat
dilakukan dengan menggunakan dok kolam ( Graving Dock ), landasan
peluncuran ( Slip - ways ), bantalan udara ( Air bags ) dan atau dok apung
( Floating dock ). Masing - masing peluncuran tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah.

Contoh gambar Dok kolam ( Graving docks )

Contoh gambar Dok apung ( Floating docks )

Contoh gambar Dok luncur dengan kereta luncur

Contoh gambar Dok luncur dengan sepatu luncur

Contoh gambar Dok luncur secara melintang


2. Dermaga
Dermaga untuk penambatan kapal dan sebagai tempat untuk melanjutkan
pekerjaan instalasi setelah kapal diluncurkan.
3. Bengkel atau Stasiun Kerja
Bengkel atau stasiun kerja adalah tempat untuk mengerjakan berbagai macam
pekerjaan seperti :

Bengkel penandaan ( Marking ), pemotongan ( Cutting ) dan


pembentukan ( Forming ) pelat.
Bengkel perakitan pelat.
Bengkel perbaikan permukaan dan pelapisan
Bengkel pipa
Bengkel mesin
Bengkel listrik
Bengkel kayu atau perabot

Fasilitas produksi yang umumnya terdapat dibengkel - bengkel dapat dilihat


pada gambar dibawah ini.

Contoh gambar Pemotongan pelat mengganakan NC-plasma

Contoh gambar Pembengkokan pelat menggunakan mesin bending

Contoh gambar Peng-roll-an pelat


4. Peralatan Penanganan Bahan ( Material Handling Equipment )
Umumnya peralatan penanganan bahan di kategorikan dalam empat grup,
yaitu ban berjalan (Conveyors), alat angkar ( Crane and Hoists ), kendaraan
industri dan kontainer, seperti gambar dibawah.

Contoh gambar Peralatan ban berjalan ( Conveyors )

Contoh gambar Peralatan kendaraan industri jenis transpotter


5. Gudang, pemanduan dan area kerja luar gudang ( Blue Sky )
6. Kantor, kantin dan klinik
Setiap fasilitas secara umum digunakan sesuai dengan pekerjaan pekerjaan dilokasi galangan, dengan mempertimbangkan volume pekerjaan
dan aliran material. Fasilitas dan area kerja pelru di tata letak sedemikian rupa
untuk memastikan dan menjaga agar aliran produksi dapat berjalan sesuai
dengan
direncanakan.
Menurut (Alam Ikan 1), untuk menunjang aktifitasnya, maka galangan
kapal dilengkapi dengan Sarana Pokok dan Sarana Penunjang.
a. Sarana Pokok
Untuk membangun kapal baru, galangan kapal harus memiliki salah
satu dari sarana pokok berikut building berth, buliding dock, lift dock.

Building berth merupakan tempat perakitan kapal dan sekaligus tempat


peluncuran kapal bila sudah selesai dikerjakan. Buliding dock, digunakan
untuk membangun kapal-kapal baru.
b. Sarana Penunjang
Menurut (Alam Ikan 1), sarana penunjang yang dapat membantu
seperti gudang, bengkel persiapan, bengkel pabrikasi. Menurut (Alam Ikan 2)
menambahkan, galangan Kapal adalah suatu tempat atau fasilitas yang
diutamakan untuk membangun kapal, tetapi kita tahu bahwa dimanapun tidak
ada tempat produksi yang tidak dilengkapi juga fasilitas untuk reparasi atau
perbaikan kapal.
Suatu Galangan Kapal, minimal mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai
berikut: Perletakan kantor, bengkel dan fasilitas-fasilitas yang lain sangat
tergantung kepada bentuk tanah dimana galangan kapal tersebut berada. Yang
harus diperhatikan dalam penyusunan letak bengkel ialah berusaha
memudahkan urutan rangkaian pekerjaan dan aliran material. Untuk jelasnya
perhatikanlah bagan aliran kegiatan berikut ini.
a. Kantor.
Bagian kantor biasanya mengurusi atministrasi kebutuhan galangan,
mengatur keuangan dan segala kegiatan yang berhubungan dengan sistem
perjalanan perusahaan.
b. Fasilitas Perancangan
Bagian perancangan bertugas untuk melakukan segala kegiatan yang
berkaitan dengan order yang diterima, maksudnya segala perhitungan dan
gambar dilakukan di bagian ini, termasuk perhitungan harga, kebutuhan
material, sampai dengan gambar kerja untuk dilaksanakan di bengkel.
c. Gudang material.

Tempat yang memiliki fungsi sebagai penyimpanan bahan baku pembuatan


kapal atau peralatan yang digunakan untuk penggunaan pembangunan
kapal
d. Bengkel Pelat dan Pipa
Bagian pelat bertugas untuk mengerjakan penggambaran dengan skala 1 : 1
sebagai dasar membuat rambu untuk pemotongan dan pembentukan pelat,
pemotongan dan pembentukan profil untuk gading gading dan segala
pekerjaan pelat yang lain. Di bengkel pelat juga merupakan tempat untuk
merangkai pelat dan profil yang sudah terpotong berdasarkan gambar kerja,
menjadi seksi-seksi konstruksi badak kapal ( untuk bangunan baru ), serta
menyiapkan potongan pelat yang sudah terbentuk sesuai kebutuhan
reparasi. Bagian pipa bertugas untuk memotong dan membentuk pipa
sesuai gambar kerja, baik untuk kebutuhan bangunan baru maupun untuk
kebutuhan reparasi. Mengingat tugas yang dikerjakannya, bengkel pipa
sangat erat hubungannya dengan bengkel mesin, maka biasanya di
galangan kapal yang besar bagian pipa ini di pisah dari bengkel pelat.
Sesuai dengan pekerjaan pelat dan pipa, maka didalam pekerjaan di
bengkel pelat dan pipa selalu disertai pekerjaan memotong (dengan
brander) serta mengelas untuk merangkai bagian-bagian konstruksi pipa.
e. Bengkel Mesin dan Listrik
Bagian mesin bertugas untuk penyelesaikan pekerjaan yang berkaitan
dengan mesin perkakas, seperti: membubut, frais, skrap, bor, koter dan
sebagainya, serta pekerjaan permesinan kapal. Bagian listrik bertugas untuk
memasang instalasi listrik dan membuat serta memasang panel-panel listrik
di kapal. Bagian ini juga bertugas untuk pebaikan dan atau pemasangan
motor-motor listrik generator. Seperti halnya pada bengkel pipa, biasanya
di galangan kapal yang besar bagian listrik ini di pisahkan dari bengkel
mesin.

f. Tempat pembangunan kapal


Di tempat pembangunan kapal, selalu dilengkapi dengan alat angkat berat
(kran), untuk mengangkat seksi-seksi konstruksi yang telah di selesaikan di
bengkel pelat. Tempat pembangunan kapal, mempunyai paling tidak 1
(satu) lajur balok konstruksi beton, yang merupakan sebagai tempat untuk
meletakkan lunas kapal pada saat pembangunan kapal (baru).
g. Tempat untuk mereparasi kapal.
Tempat yang digunakan untuk melakukan perbaikan kapal, seperti
perbaikan rudder ( kemudi ), propeller ( baling-baling ), sterntube, main
engine, dll.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kapal Indonesia adalah kapal yang telah diberikan bukti
kebangsaan Indonesia atau satu ijin sebagai penggantinya, kecuali jika ijin itu sudah

tidak berlaku. Menurut Beslit pasal 2 ayat (1) Kapal laut Indonesia adalah kapal
laut yang dimiliki oleh :

Seorang atau lebih Warga Negara Indonesia (WNI).


Sedikitnya dua pertiga bagian milik seorang atau lebih warga negara Indonesia,
sedangkan selebihnya dimiliki oleh seorang atau lebih penduduk Indonesia,
dengan syarat bahwa pemegang buku haruslah WNI yang bertempat tinggal di
Indonesia.

Sementara untuk bukti kebangsaan kapal laut Indonesia dapat dilihat dari 2 (dua)
peraturan yaitu :

Beslit Surat Laut dan Pas Kapal 1934, dan


Ordonansi Surat Laut dan Pas Kapal 1935.

Beslit Surat Laut dan Pas Kapal 1934 pasal 3 ayat (1) berbunyi : Kepada kapal laut
Indonesia dapat diberikan bukti kebangsaan dalam bentuk : Surat Laut, Pas Kapal,
Surat Laut Sementara, dan Surat Ijin Berlayar.
Dalam dunia industri, terutama industri galangan kapal, letak ideal galangan kapal
sangat penting untuk kita perhatikan karena ini sangat mendukung dalam produksinya
sebuah industri juga membutuhkan lokasi yang cukup luas.
Galangan berfungsi sebagai tempat pembuatan kapal dan tentunya setiap galangan
harus memiliki fasilitas kurang lebih seperti yang saya jelaskan di atas, yakni harus
memiliki :

Lokasinya harus strategis, harus dekat dengan daratan dan perairan.


Dermaga harus dirancang sebaik mungkin.
Dan setaip galangan harus memiliki bengkel, karena bengkel sangat berperan
dalam pengerjaan sebuah kapal. Karena di bengkel barang pendukung
disimpan.

DAFTAR PUSTAKA
Capt. HR Soebekti. Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut (Untuk Mualim dan
Ahli Mesin Kapal Pelayaran Niaga).

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) 1935.


Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Kiat Cerdas Mudah dan Bijak Dalam Memahami HUKUM JAMINAN
PERBANKAN, Irma Devita Purnamasari, SH, MKn. (Kaifa, 2013).
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53057df5441e5/balik-nama-dalamrangka-jual-beli-kapal
Azhar, A. 2001. Optimasi Perencanaan Investasi Galangan Kapal, Laporan Penelitian,
Fakultas Teknologi Kelautan, P3M, ITATS
Biro Klasifikasi Indonesia. 2006. Register Kapal Tahun 2006. Jakarta: BKI Pusat
Deprin. 2006. Kesiapan Galangan Kapal Dalam Rangka Implementasi Inpres No. 5
Tahun 2005, Makalah dalam Konsinyering Penyusunan Juknis Pemeliharaan
dan Pembangunan Kapal Baru Sesuai Inpres No. 5 Tahun 2005.
Suryohadiprojo, A. 2004. Prospek Pengembangan Industri Galangan Kapal, Majalah
BKI

Anda mungkin juga menyukai