Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESEJAHTERAAN AWAK KAPAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Undang-Undang


Pelayaran

Nama Dosen : Yudia Pratiwi, SH.KN

Disusun oleh :

Nama : Silvia Rachmawati

NRP : 203020

PRODI STUDI NAUTIKA

SEKOLAH TINGGI MARITIM YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan


rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Undang-Undang Pelayaran ini dapat
terselesaikan sebagaimana mestinya. Salam serta shalawat senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Rasulullah SAW.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas untuk bidang studi
Nautika. Adapun judul makalah ini adalah “ Kesejahteraan awak kapal”.

Penulis menyadari di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan konstribusi positif bagi kita
semua.

Probolinggo, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….…. iii

A. Latar Belakang ………………………………………………….... 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 2
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hak-hak Awak Kapal ………………………………………...….. 11


B. Upaya Perlindungan Awak Kapal ……………………………....... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………...…….….. 14
B. Saran ……………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA ……...………………………………………… 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki wilayah perairan laut


yang luas. Indonesia adalah Negara kepulauan yang dipersatukan oleh
wilayah laut dengan luas seluruh wilayah teritorial adalah 8 juta Km2,
mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 Km, hampir 40 juta
orang penduduk tinggal di kawasan pesisir. Wilayah laut yang luas tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai usaha, baik usaha jasa maupun lainnya.

Usaha jasa yang bertujuan untuk memperlancar proses kegiatan di


bidang pelayaran menggunakan angkutan laut. Angkutan laut tersebut
merupakan kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang
dan/atau barang dengan menggunakan kapal yang telah terjamin
kelaiklautan kapal.

Kelaiklautan kapal ialah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan


keselamatan kapal, pencegahan pencemaran di kapal, pengawakan, garis
muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status
hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.

Salah satu faktor yang harus dipenuhi dalam persyaratan kelaiklautan


kapal ialah ketersediaan awak kapal. Tersedianya awak kapal ini tentu yang
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Awak kapal yang berkualitas
tentu akan sangat mempengaruhi kinerja operasional sebuah kapal ketika
sedang berlayar. Bekerja sebagai awak kapal juga memiliki resiko tersendiri
yang bahkan dapat membahayakan nyawanya. Oleh karena tantangan dan
faktor lainnya yang dapat membahayakan awak kapal maka, awak kapal
juga mendapat hak-hak yang menjamin kesejahteraannya. Kesejahteraan
awak kapal meliputi banyak aspek mulai dari kondisi tempat kerja,
hubungan diantara para awak kapal, jaminan kesehatan, kompensasi dan
promosi. bagi kesejahteraan awak kapal dalam melakukan pekerjaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja kesejahteraan yang berhak didapatkan setiap awak kapal?
2. Bagaimana upaya melindungi awak kapal?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan
penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui kesejahteraan yang berhak didapat setiap awak
kapal.
2. Untuk mengetahui upaya melindungi awak kapal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak-hak Awak Kapal


Pada setiap kapal dibutuhkannya para awak kapal yang berkeahlian,
berkemampuan dan terampil, agar dapat terjaminnya keamanan dan
keselamatan kapal serta penumpangnya. Dengan demikian setiap kapal yang
berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan cakap dalam
menjalankan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya. Dalam
menjalankan tugasnya tak sedikit juga tantangan yang di dapat ketika di atas
kapal, tantangan perubahan cuaca saat berlayar dan berbagai faktor lainnya.
Dalam menjalankan tugasnya awak kapal juga mendapat beberapa hak yang
menjamin kesejahteraannya.
UU No. 17 tahun 2008 (Pasal 151) tentang pelayaran, mengenai
kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang menjelaskan :
1. Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang
meliputi :
• Gaji;
• Jam kerja dan jam istirahat;
• Jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan
pemulangan ke tempat asal;
• Kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena
mengalami kecelakaan;
• Pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian
asuransi kecelakaan kerja
2. Kesejahteraan kerja dinyatakan dalam perjanjian kerja antara Awak
Kapal dengan pemilik atau operator kapal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan Pasal 152 UU No.17 tahun 2008
menerangkan bahwa :
• Setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib
menyediakan fasilitas kesehatan bagi penumpang
• Fasilitas kesehatan meliputi ruang pengobatan atau
perawatan, peralatan medis dan obat-obatan serta tenaga
medis
1) Hak atas Upah
Besarnya upah yang diperoleh anak buah kapal didasarkan atas
perjanjian kerja laut, sepanjang isinya tidak bertentangan dengan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000
tentang kepelautan, dan tidak bertentangan dengan peraturan gaji
pelaut Berdasarkan Pasal 21 ayat (1), (2), PP No. 7 tahun 2000, Upah
tersebut didasarkan atas :
• 8 Jam Setiap hari
• 44 Jam Perminggu
• Istirahat sedikitnya 10 jam dalam jangka waktu 24 jam
• Libur sehari setiap minggu
• Ditambah hari-hari libur resmi

Ketentuan di atas tidak berlaku bagi pelaut muda, artinya


mereka berumur antara 16 sampai 18 tahun tidak boleh bekerja selama
melebihi 8 jam sehari dan 40 jam seminggu serta tidak boleh
dipekerjakan pada waktu istirahat, kecuali dalam pelaksanaan tugas
darurat demi keselamatan berlayar. Dalam perjanjian kerja laut upah
yang dimaksud tidak termasuk tunjangan atas upah lembur atau premi
sebagaimana diatur dalam pasal : 402,409, dan 415 Kitab Undang-
Undang hukum dagang (KUHD).

2) Hak atas tempat tinggal dan makan


Peraturan mengenai hak tempat tinggal dan makan bagi anak
buah kapal diatur pada pasal 436-438 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang dan Pasal 13 Schepelingen Ongevalin (S.O) 1935.
Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut Anak buah kapal berhak atas
tempat tinggal yang baik dan layak serta berhak atas makan yang
pantas yaitu cukup untuk dan dihidangkan dengan baik dan menu
yang cukup bervariasi setiap hari. Ketentuan ini dipertegas dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang Kepelautan Pasal
25 yaitu :
a) Pengusaha atau perusahaan angkutan di perairan wajib
menyediakan makanan, alat-alat pelayanan dalam jumlah yang
cukup dan layak untuk setiap pelayaran bagi setiap awak kapal
di atas kapal.
b) Makanan harus memenuhi jumlah, serta nilai gizi dengan jumlah
minimum 3.600 kalori perhari yang diperlukan anak buah kapal
agar sehat dalam melaksanakan tugas-tugasnya di kapal.
c) Air tawar harus tetap tersedia di kapal dengan cukup dan
memenuhi kesehatan. Apabila ketentuan diatas dilanggar, maka
dapat dikatakan sebagai pelanggaran hukum, dimana anak buah
kapal dapat melakukan pemaksaan terhadap pelayaran untuk
membayar ganti rugi terhadap kerugian yang diderita.
3) Hak cuti

Ketentuan yang mengatur hak cuti anak buah kapal terdapat


dalam Pasal-pasal 409 dan 415 KUHDagang, yang prinsipnya sama
dengan cuti yang diberikan kepada tenaga kerja di perusahaan pada
umumnya.

Pasal 409 KUH Dagang menyebutkan: “Bilamana nahkoda


atau perwira kapal telah bekerja selama setahun berturut-turut atau
terus menerus, maka berhak atas cuti selama 14 hari atau bila
dikehendaki pengusaha pelayaran bisa dilakukan dua kali, masing-
masing delapan hari.

“Bilamana anak buah kapal telah bekerja selama setahun


terus menerus sedangkan perjanjian kerja lautnya bukan perjanjian
kerja laut pelayaran, maka berhak atas cuti selama 7 hari kerja atau
dua kali lima hari kerja dengan upah penuh“.

4) Hak waktu sakit atau kecelakaan


Pengertian sakit dalam perjanjian kerja laut dilihat dari sebab-
sebabnya antara lain meliputi :
a) Sakit biasa
Seorang anak buah kapal apabila sewaktu bertugas
menderita sakit maka berhak atas :
1. Pengobatan sampai sembuh, atas tetapi paling lam
52 minggu bilamana diturunkan dalam kapal,
demikian juga bila dia tetap berada dikapal berhak
mendapatkan pengobatan sampai sembuh (Pasal 416
KUH Dagang).
2. Pengangkutan cuma-cuma ke rumah sakit atau kapal
lain dimana ia akan dirawat dan ke tempat
ditandatanganinya perjanjian kerja laut (Pasal 416
KUH Dagang).

Selama anak buah kapal sakit atau kecelakaan ia


berhak atas upah sebesar 80 % dengan syarat tidak
lebih dari 28 minggu (Pasal 416a KUH Dagang) dan
jaminan diperoleh disamping biaya perawatan
sampai sembuh. Demikian juga sebaliknya, Pasal
416b Kitab Undang-undang hukum dagang
menentukan bahwa jika anak buah kapal
mengadakan perjanjian kerja laut kurang dari satu
tahun, maka ia hanya mendapat perawatan sampai
sembuh, dan upah yang diterima diperhitungkan
dengan interval waktu tidak kurang dari 4 (empat)
minggu tapi tidak lebih dari 26 (dua puluh enam)
minggu. Jaminan-jaminan dalam hal perawatan
dapat ditolak oleh perusahaan pelayaran, apabila :

1. Anak buah kapal menolak menghindari


pengobatan dokter atau lalai mengobatkan diri
ke dokter.
2. Anak buah kapal tidak menggunakan
kesempatan pengobatan menurut ketentuan
Pasal 416f Kitab UndangUndang Hukum
Dagang, tunjangan atau upah dapat tidak
dibayarkan oleh perusahaan pelayaran atau
dikurangi jumlahnya bila sakitnya atau
kecelakaan yang terjadi karena adanya faktor
kesengajaan atau akibat kerja yang kasar atau
tidak hati-hmati dari anak buah kapal.
b) Sakit karena kecelakaan Berdasarkan Pasal 1602
KUHPerdata, anak buah kapal yang mengalami sakit
karena kecelakaan maka berhak atas :
1. Tuntunan ganti rugi bila terbukti kecelakaan tersebut
disebabkanoleh kelalaian pihak perusahaan
pelayaran
2. Jika kecelakaan menimpa anak buah kapal dan
mengkibatkan meninggal, maka ganti ruginya
diberikan kepada ahli warisnya
3. Penggantian akibat kecelakaan ditambah dengan
hak-hak atas perawatan.

Berdasarkan Pasal 30 PPP. RI.No. 7 tahun 200 tentang


kepelautan menyebutkan :
1) Jika awak kapal setelah dirawat akibat kecelakaan
kerja menderita cacat teteap yang mempengaruhi
kemampuan kerja besarnya santunan ditentukan :

Cacat tetap yang mengakibatkan kemampuan


kerja hilang 100% besarnya santunan minimal
Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);
Cacat tetap yang mengakibatkan kemampuan kerja
berkurang besarnya santunan ditetapkan persentase
dari jumlah sebagaimana ditetapkan dalam huruf a
sebagai berikut :

Kehilangan satu lengan : 40%;

Kehilangan dua lengan : 100%;

Kehilangan satu telapak tangan : 30%;

Kehilangan kedua telapak tangan : 80%;

Kehilangaan satu kaki dari paha : 40%;

Kehilangan dua kaki dari paha : 100%;

Kehilangan satu telapak kaki : 30%;

Kehilangan dua telapak kaki : 80%;

Kehilangan satu mata : 30%

Kehilangan dua mata : 100%;

Kehilangan pendengaran satu telinga : 15%;

Kehilangan pendengaran dua telinga : 40%;

Kehilangan satu jari tangan : 10%;

Kehilangan satu jari kaki : 5%;


2) Jika awak kapal kehilangan beberapa anggota badan
sekaligus besarnya santunan ditentukan dengan
menjumlahkan persentase dengan ketentuan tidak
melebihi jumlah sebagaimana ditetapkan dalam ayat
(1) huruf a.
Berdasarkan Pasal 31 (PP. No. 7 Tahun 2000
tentang Kepelautan).
1. Jika awak kapal meninggal dunia di atas kapal,
pengusaha angkutan di perairan wajib
menanggung biaya pemulangan dan penguburan
jenazahnya ke tempat yang dikehendaki oleh
keluarga yang bersangkutan sepanjang keadaan
memungkinkan.
2. Jika awak kapal meninggal dunia, penguasaha
angkutan di perairan wajib membayar santunan :
a. Untuk meninggal karena sakit besarnya santunan
minimal Rp. 100.000.000,00 (serauts juta rupiah);
b. Untuk meninggal dunia akibat kecelakaan kerja besarnya
santunan minimal Rp. 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah).
3) Santunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diberikan kepada ahli warisnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
4) Berdasarkan Pasal 440 Kitab Undang Undang
Hukum Dagang
• Perusahaan pelayaran berkewajiban
menanggung biaya penguburan atau
pembuangan jenazah ke laut Jika awak kapal
meninggal dunia, di atas kapal.
5) Hak menggugat dan menuntut
Anak buah kapal juga mempunyai hak-hak yang bersifat azazi
dan kebebasan serta hak-hak untuk menuntut jika diperlakukan tidak
adil.
1. Awak kapal berhak atas perlakuan yang patut. Hal ini
tercermin dari beberapa alasan mendesak untuk kapal
yang dapat membatalkan perjanjian kerja laut. Jika
diperlakukan seperti itu merupakan penghinaan atau
merusak nama baik awak kapal maka awak kapal yang
bersangkutan mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi
tas penghinaan tersebut.
2. Awak kapal berhak meminta izin mempelajari Perjanjian
Kerja Laut dan melihat sijil anak buah kapal.
3. Anak buah kapal berhak mengadukan nakhoda kepada
syahbandar atau konsul (diluar negeri) jika ternyata
mereka diberi perintah oleh nakhoda yang bertentangan
dengan hukum.
4. Anak buah kapal berhak mengetahui tujuan kapalnya.
5. Bilamana 1/3 atau lebih anak buah kapal meminta untuk
diadakan penyelidikan terhadap makanan tersebut harus
diselidiki apakah pantas dan memenuhi syarat gizi atau
sesuai dengan perjanjian.
6. Jika makanan tidak diberikan, maka awak kapal berhak
menuntut ganti rugi sesuai dengan nilai makanan yang
tidak diberikan.
7. Anak buah kapal berhak naik banding ke pengadilan
Negeri atas hukuman yang dijatuhkan oleh nakhoda jika
hukuman tersebut dianggap tidak sepatutnya.
6) Hak Pengangkutan
a) Setelah berakhirnya PKL atau kapalnya musnah atau
dimutasikan ke kapal (Lain) berhak atas angkutan cuma-cuma
ke tempat dimana perjanjian kerja laut ditandatangani atau ke
tempat tinggal awak kapal atau ke tempat lain yang
dicantumkan dalam perjanjian.
b) Pelaut Indonesia yang terlantar di luar negeri, berhak untuk
mendapat pengangkutan pulang ke Indonesia, atas permintaan
konsul Indonesia atau pejabat setempat.
Berdasarkan PP No. 7 Tahun 2000 tentang kepelautan Pasal 26
menerangkan bahwa :
1. Awak kapal yang habis masa kontrak kerjanya harus
dikembalikan ke tempat domisilnya atau ke pelabuhan
ditempat perjanjian kerja laut ditandatangani.
2. Jika awak kapal memutuskan hubungan kerja atas
kehendak sendiri, penguasaha angkutan dibebaskan dari
kewajiban pembiayaan untuk pemulangan yang
bersangkutan.
3. Apabila masa kontrak dari awak kapal habis masa
berlakunya pada saat kapal dalam pelayaran, awak kapal
yang bersangkutan diwajibkan meneruskan pelayaran
sampai di pelabuhan pertama yang disinggahi dengan
mendapat imbalan upah dan kesejahteraan sejumlah hari
kelebihan dari masa kontrak.
4. Biaya-biaya sebagaimana dimaksud Ayat (1) dan Ayat (3),
merupakan tanggungan pengusaha angkutan diperairan
yang meliputi biaya-biaya pemulangan, penginapan dan
makanan sejak diturunkan dari kapal sampai tiba ditempat
domisilnya.

Dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan tugasnya awak kapal


juga memperoleh hak-hak yang telah disebutkan diantaranya hak atas upah,
tempat tinggal dan makan, cuti, sewaktu sakit dan kecelakaan, menggugat
dan menuntut dan pengangkutan.
B. Upaya Perlindungan Awak Kapal

Perlindungan hukum terhadap Awak Kapal Perikanan (AKP) adalah


tanggung jawab negara. Tanggung jawab berikut dituangkan didalam suatu
perjanjian kerja pada awak kapal dengan perusahaan. Perjanjian kerja ini
dibikin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
negara asal awak kapal dan negara bendera kapal. Namun, terhadap
kenyataannya, banyak di antara mereka tidak memperoleh dukungan yang
selayaknya didapatkan baik berasal dari negara asal maupun negara di mana
mereka bekerja.

Perlindungan kapal awak kapal menjadi hal penting yang harus


diprioritaskan bersama dengan menjamin hak-hak yang dimilikinya, antara
lain upah, syarat kerja termasuk waktu kerja dan waktu istirahat, perawatan
medik, jaminan kesehatan, perkrutan dan penempatan, dengan senantiasa
memperhatikan perkembangan industri pelayaran nasional dan
internasional.
Pemerintah telah meratifikasi Konvensi Ketenagakerjaan Maritim atau
Maritime Labour Convention (MLC) 2006 melalui Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 perihal Pengesahan Maritime
Labour Convention 2006 untuk memberi tambahan pertolongan atau
kesejahteraan awak kapal Indonesia, baik yang bekerja didalam dan luar
negeri. Ada juga Perjanjian Kerja Laut (PKL), yaitu kesepakatan antara
awak kapal perikanan dengan pemilik kapal perikanan yang memuat
persyaratan kerja, jaminan kelayakan kerja, jaminan upah, jaminan
kesehatan, jaminan asuransi kecelakaan dan musibah, jaminan keamanan,
serta jaminan hukum yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan dengan tujuan adalah untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
kerja, kondisi kerja, upah, jaminan kesehatan, jaminan asuransi kecelakaan,
musibah, kematian, jaminan hukum, serta jaminan keamanan bagi awak
kapal perikanan serta untuk menjamin :
a. Perlindungan dan kesejahteraan bagi awak kapal perikanan
b. Awak kapal perikanan yang dipekerjakan memiliki
kompetensi, dokumen awak kapal perikanan, dan bersedia
bekerja.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesejahteraan awak kapal terjamin dengan adanya Peraturan dan


Undang-Undang hak mengenai awak kapal diantaranya; UU Nomor 7
Tahun 2008 Pasal 151, UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003, Pasal
436-438 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Pasal 13 Schepelingen
Ongevalin (S.O) 1935, Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang
Kepelautan Pasal 25, Pasal-pasal 409 dan 415 KUHDagang dan PP No. 7
Tahun 2000 tentang kepelautan Pasal 26.

Awak kapal akan mendapat hak atas upah, tempat tinggal dan makan, cuti,
sewaktu sakit dan kecelakaan, menggugat dan menuntut dan pengangkutan
serta jaminan dari Perjanjian Kerja Kapal (PKL) yang telah disepakati
antara awak kapal dan pemilik kapal.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Gultom, Aroya. 2020. “Selain UU Ketenagakerjaan, Ini Aturan untuk


Pelaut”. https://newhukumonline.com/ selain-uu-ketenagakerjaan-ini-
aturan-untuk-pelaut/diakses pada 8 September 2020
Yaharmas. 2017. “Awak Kapal (Hak & Kewajiban Awak Kapal)”.
https://japragroup.wordpress.com/ awak-kapal-hak-&-kewajiban-
awak-kapal/diakses pada 11 September 2017
Hidayat, Wildan.2021.”Upaya Lindungi Awak Kapal Perikanan Dengan
Upah Minimum”. https://upaya-melindungi-awak –kapal-perikanan-
dengan-upah-minimum/diakses pada 17 Februari 2021
Heny, Khimatul . 2017. Pelaksanaan perlindungan hukum bagi awak kapal.
Makalah
Ubaidillah, Abu. 2020. “Ini Cara Kemenhub Lindungi Awak Kapal Mulai
Gaji sampai Kesehatan”. https:// ini-cara-kemenhub-lindungi-awak-
kapal-mulai-gaji-sampai-kesehatan/diakses pada 18 Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai