Anda di halaman 1dari 7

Kepelautan dan Awak Kapal.

----------------------------------------

Operasional sebuah kapal dari pelabuhan tolak ke Pelabuhan tujuan, untuk hal hal yang terkait
kepada keselamatan,keamanan,efisiensi dan kenyamanan sampai saat ini masih sangat
bergantung kepada awak kapal yang mengoperasikan kapal tersebut.
Kondisi yang seperti ini diperkirakan masih terus akan berlanjut walaupun beberapa tahun
belakangan ini tugas tugas awak kapal ,beberapa sudah dialihkan ke sistem otomatisasi,sampai
nanti pada saatnya kapal yang dioperasikan sudah jenis Autonomous yaitu kapal yang sudah
diperlengkapi dengan sistem Full Automatic dan dapat dioperasikan dari jarak jauh sehingga dia
benar benar tidak membutuhkan kehadiran awak kapal lagi.Hanya pada saat ketibaan dan
keberangkatan saja,kapal masih membutuhkan pemanduan oleh manusia yang berjabatan
Pilot.

Untuk itu agar mendapatkan awak kapal yang sesuai dengan harapan yaitu seorang awak
kapal yang kompeten,dan terampil serta yang berdisiplin tinggi,dibuatlah beberapa aturan yang
penerapannya dimulai dari pendidikan awal kepelautan mencakup kepada lingkungan yang
membentuk para pelaut mirip kepada lingkungan tempat dia bekerja nantinya dan disertai
dengan pengenalan dan penerapan disiplin yang memang sangat dibutuhkan oleh awak kapal
dalam menjalankan tugasnya saat dia mulai bekerja di kapal.

Induk pengaturan awak kapal berbendera Indonesia termuat didalam Undang Undang
Pelayaran No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran ditambah dengan pengaturan perihal
Kompetensi dan Propesiensi melalui Konvensi Internasional yang relevan dan Peraturan
Pemerintah serta Peraturan Menteri terkait,seperti PP 7 Thn 2000 Tentang Kepelautan,
KM 70 Thn 1998 Tentang Tentang Pengawakan Kapal Niaga dan KM 65 Thn 2009,NCVS.
Bahkan untuk hal hal yang sangat spesifik,awak kapal tertentu akan ditambah keterampilannya
melalui asosiasi yang sesuai dengan jenis kapalnya seperti awak kapal yang bekerja di kapal
pengangkut minyak curah,kapal pengangkut Gas Curah ataupun kapal pengangkut Kimia
Curah
atau awak kapal yang bekerja di jenis kapal lainnya.

Mengacu kepada Undang Undang No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran pasal 1
Ayat 40,ditulis
Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau
operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum
dalam buku sijil.
Ayat 41,
ditulis Nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal
dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
Ayat 42,
ditulis Anak buah kapal adalah awak kapal selain Nakhoda.
Pasal 135 ditulis,
Setiap kapal wajib diawaki oleh awak kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi dan
kompetensi sesuai dengan ketentuan Nasional dan Internasional.
Pasal 136
Ayat 1 ,
ditulis Nakhoda dan Anak buah kapal untuk kapal berbendera Indonesia harus Warga Negara
Indonesia.
Ayat 2 ,
ditulis Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksut pada Ayat 1 dapat diberikan
ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pasal 137.
ditulis mengenai hak kewenangan dan kewajiban seorang Nakhoda Kapal berbendera
Indonesia

Selain dengan pengaturan yang bersumber dari Undang Undang No.17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran beserta turunannya,juga awak kapal khususnya yang terkait kepada Kompetensi dan
Propesiensi mengacu kepada Konvensi STCW atau International Convention On Standards Of
Training,Certification And Watchkeeping For Seafarers 1978 Amandment yang telah diratifikasi
dengan Kepres No.60 Tahun 1986,Yang susunannya terdiri dari Sbb,
Chapter I General Provision.
Chapter II/1 sd II/4,Persyaratan minimum wajib dipenuhi untuk memperoleh mulai dari sertifikat
Rating.Perwira Navigasi dan Nakhoda.
Chapter III/1 sd III/ Persyaratan minimum wajib dipenuhi untuk memperoleh sertipikat tingkat
KKM,Perwira Mesin dan Rating dinas jaga mesin.
Chapter IV/3 Mengatur persyaratan untuk memperoleh Sertipikat GMDSS.
Chapter V Mengatur tentang persyaratan pelatihan khusus.
Chapter VI tentang Emergency,Occupational Safety,Medical Care Survival Function
Chapter VII tentang Alternative Certificate
Chapter VIII tentang Watchkeeping.
Berikut ini adalah dituliskannya tanggung jawab baik secara Expliciet maupun Impliciet
Perusahaan Pelayaran terhadap kualitas awak kapal yang akan diterima dan dinaikkan ke
kapal
mereka yang akan mengoperasikan kapalnya.
Hal tersebut dianggap sedemikian pentingnya karena baik atau buruknya kondisi kapal sangat
tergantung dari manusia yang mereka terima yang akan menjadi awak kapalnya.
Tanggung Jawab Expliciet Perusahaan mengacu Regulasi I/14 SCTW 78 Amandment :
a).Memastikan bahwa semua pelaut(awak kapal) mempunyai sertipikat yang sesuai dengan
ketentuan.( make sure all seafarer hold appropriate Certificate ).
b).Melaksanakan familiarisasi kepada pelaut yang Sign On sebelum timbang terima.
( Familiarization period for newly joined of seafarer before they are taking over.)
Tanggung Jawab Empliciet Perusahaan juga mengacu kepada Regulasi I/14 STCW 78 Amand:
a).Semua kapal diawaki sesuai dengan persyaratan pengawakan.( All ship comply with safe
manning requirement ).
b).Buat prosedur perlengkapan khusus untuk prosedur darurat ( Set up procedure for specific
ship equipment for emergency procedures ).
@Menurut Solas 74 Amd,Reg V/13.b,Kapal harus diawaki dengan jumlah yang cukup untuk
memberikan kondisi yang selamat dan aman terhadap kapal.
Untuk itu pemerintah negara bendera akan menerbitkan dokumen yang diberi nama
Minimum Safe Manning Certificate yang diterbitkan dengan pertimbangan
a).Jumlah awak kapal yang cukup dan layak mengoperasikan kapal.
b).Perijazahan yang sesuai kompetensinya untuk melayarkan kapal secara aman dan selamat.

Awak kapal dilengkapi dengan Dokumen yang menyatakan tingkatan kompetensi dari pemilik
yang terdiri dari jenjang sebagai berikut:
Sertipikat Keahlian Nautika,
1.Sertipikat Ahli Nautika Tingkat ( ANT ) I.
2.Sertipikat Ahli Nautika Tingkat ( ANT ) II
3.Sertipikat Ahli Nautika Tingkat ( ANT ) III
4.Sertipikat Ahli Nautika Tingkat ( ANT ) IV
5.Sertipikat Ahli Nautika Tingkat ( ANT ) V.

Sertipikat Keahlian Pelaut Tehnika Permesinan


1.Sertipikat Ahli Tehnik Tingkat ( ATT ) I
2.Sertipikat Ahli Tehnik Tingkat ( ATT ) II
3.Sertipikat Ahli Tehnik Tingkat ( ATT ) III
4.Sertipikat Ahli Tehnik Tingkat ( ATT ) IV
5 Sertipikat Ahli Tehnik Tingkat ( ATT ) V

Sertipikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika


1.Sertipikat Radio Elektronika ( REK ) I
2.Sertipikat Radio Elektronika ( REK ) II
3.Sertipikat Operator Radio Umum ( ORU )
4.Sertipikat Operator Radio Terbatas ( ORT )

Tingkatan per ijazahan Dek dan Mesin tingkat I sd IV kurikulum sylabusnya dikutip dari STCW
78 Amandment. Sedangkan Tingkat V Dek maupun mesin adalah bersumber dari acuan
Pemerintah,bukan bersumber dari STCW.
Semua peringkatan per ijazahan Dek dan Mesin diatas mulai dari tingkat II kebawah ada
tambahan materi Manajemen untuk melengkapi ilmu yang dibutuhkan apabila akan menduduki
jabatan Nakhoda ataupun KKM dikapal.
Selain dari Sertipikat Kompetensi ,awak kapal juga disyaratkan memiliki Sertipikat Ketrampilan
yang terdiri dari,
1.Sertipikat Keterampilan Dasar Pelaut,yaitu sertipikat Basic Safety Training ( BST ).
2.Sertipikat Keterampilan Khusus,yaitu yang disyaratkan untuk awak,
a.Kapal Tangki yang terdidri dari
1).Familiarisasi kapal tanki
2) Advance Training Program On Oil Tanker Operation.
3) Advance Training Program On Chemical Tanker Operation
4) Advance Training Program On Liqufied Gas Tanker Operation
b.Kapal Penumpang RO RO,terdiri dari
1).Familiarisasi Kapal Penumpang RO RO.
2) Crowd Management Training.
3) Crisis Management and Human Behavior Training
4) Passanger Safety,Cargo Safety and Hull Integrity Training
5) Safety Training for Personal Providing Direct Service to Passenger in Passanger Space.
c.Survival Craft and Rescue Boat.
d.Fast Rescue Boat
e.Advance Fire Fighting
f. Medical First Aid
g.Medica Care on Board
h.Radar Obsevation and Automatic Radar Ploting Aid Simulator/ ARPA Simulator.
Dengan pemaparan bahwa setiap awak kapal harus memenuhi persyaratan Keahlian maupun
Keterampilan sebelum yang bersangkutan di ijinkan bekerja diatas kapal adalah merupakan
sebagai gambaran untuk menampakkan sedemikian khususnya jenis pekerjaan tersebut agar
para awak kapal dapat melaksanakan tugas dan pekejaannya dengan baik seperti pekerjaan
operasional,
pemeliharaan dan perbaikan mengingat kapal pada saat tertentu posisinya bisa berada sangat
jauh dari tempat yang mungkin bisa membantu ataupun juga untuk mengantisipasi apabila
kapal mengalami gangguan, tidak lazim kapal lain yang berdekatan dengannya untuk sewaktu
waktu bisa diminta bantuan seperti yang sering dilakukan dimoda transportasi darat.
Oleh karena itu ada ketentuan diaturan keselamatan kapal yang mewajibkan kepada awak
kapal harus mampu mengaktifkan dan memulihkan kemampuan kapal untuk kembali beroperasi
setelah mengalami gangguan ditengah laut tanpa bantuan dari pihak lain dari luar kapal.
Demikian sebagai gambaran begitu pentingnya untuk mendapatkan awak kapal yang
memenuhi standard dan yang mampu bekerja sebagaimana disebutkan terdahulu agar SMS
yang sudah tersusun dengan baik dapat diimplementasikan dengan benar sehingga tahapan
tahapan,Pe operasian,Maintenance dan Repair yang menjadi tugas dan tanggung jawab awak
kapal dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik dan benar.

Bagi awak kapal yang mengawaki kapal Niaga harus memenuhi persyaratan sbb:
1.Nakhoda,Mualim dan Masinis harus memiliki Sertipikat Keahlian Pelaut sesuai dengan
ketentuan yang mengaturnya,disamping mereka juga wajib memiliki Sertipikat Keterampilan
Pelaut yang disyaratkan menurut jenis kapal yang diawakinya.
2.Operator Radio harus memiliki Sertipikat Keahlian Pelaut bidang Radio yang jenis dan tingkat
Sertipikatnya sesuai dengan peralatan Radio yang ada dikapal dan juga harus memiliki
Sertipikat Keterampilan Pelaut yang disyarat.
3.Rating yang ikut berjaga,selain dari kewajiban memiliki Sertipikat Keterampilan Pelaut yang
sesuai dengan jenis kapal yang diawaki juga mempunyai kemampuan untuk ikut membantu
Perwira kapal dalam melaksanakan tugas jaganya.
Pemberian kewenangan kepada awak kapal yang memiliki Sertipikat Keahlian Pelaut dengan
jenjang tingkatan yang menggambarkan kemampuan kompetensi sangat berkaitan dengan
a).Ukuran Besaran Kapal
b).Ukuran Besaran Daya Mesin Penggerak
c).Jenis Kapal
d).Daerah Pelayaran Kapal.
Daerah pelayaran yang menjadi salah satu tolok ukur untuk penetapan Sertipikat Keahlian
Pelaut yang diwajibkan dimiliki oleh awak kapal untuk diijinkan mengawaki sebuah kapal ber
bendera Indonesia akan lebih di elaborasi lebih jauh pada Peraturan Pemerintah ( PP ) No.51
Tahun 2002 Tentang Perkapalan.
Daerah Pelayaran yang diatur pada Perundangan diatas dibagi atas ,
1.Daerah Pelayaran Semua Lautan
2.Daerah Pelayaran Kawasan Indonesia
3.Daerah Pelayaran Lokal
4.Daerah Pelayaran Terbatas
5.Daerah Pelayaran Kawasan Pelabuhan
6.Daerah Pelayaran Perairan Daratan.
Sifat dari luasan daerah pelayaran yang diijinkan dilayari oleh sebuah kapal yang sudah
ditetapkan daerah pelayarannya,untuk kapal yang diperlengkapi Sertipikat Keselamatan dengan
daerah pelayaran tertinggi,diijinkan untuk melayari daerah pelayaran yang ada dibawahnya.
Sebaliknya sebuah kapal yang mempunyai sertipikat Keselamatan dengan daerah pelayaran
tertentu tidak diijinkan untuk berlayar ke daerah pelayaran yang diatasnya.
Banyak hal yang dikutip dari berbagai aspek untuk menentukan pembagian Daerah Pelayaran
seperti yang dicantumkan pada PP 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan antara lain yaitu,
a).Kekuatan Konstruksi Kapal
b).Keadaan iklim dan cuaca di daerah pelayaran yang ditetapkan
c).Besaran Ukuran Kapal
d).Besaran Daya Penggerak Kapal
e).Kelengkapan Peralatan Navigasi Kapal
f).Kelengkapan Peralatan Alat Keselamatan dan Penolong
g).Tingkatan Sertipikat Keahlian Pelaut,Nautika,Tehnika dan Radio Kapal.
Pada KM 65 Tahun 2009 Tentang Standar Kapal Non Konvensi yang lebih dikenal dengan
Non Convention Vessel Standart ( NCVS ) ada tercantum perihal penetapan yang disebut
Daerah Operasi, disitu dibagi atas,
1.Daerah Operasi A
2.Daerah Operasi B
3.Daerah Operasi C
4.Daerah Operasi D
Daerah operasi ini dikaitkan kepada kekuatan konstruksi sebuah kapal berbanding dengan
kondisi cuaca dan iklim yang akan dilayari oleh sebuah kapal sesuai dengan daerah Operasi
yang sudah ditentukan.
Dengan demikian penetapan Daerah Pelayaran sebuah kapal akan sangat berhubungan erat
dengan penetapan Daerah Operasi yang sudah ditetapkan kepada sebuah kapal disamping hal
hal lain seperti yang sudah diuraikan diatas.
Hal yang mirip dengan ketentuan diatas juga diadopsi dan diterapkan oleh Asosiasi Biro
Klasifikasi Kapal di dunia pelayaran.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

Tugas Kelompok.

1.a.Sebutkan perundangan yang eksis sampai dengan sekarang bertujuan sebagai basis
pengaturan pengawakan kapal niaga berbendera Indonesia.
b.Jelaskan awak kapal yang seperti apa yang dibutuhkan untuk mengawaki sebuah kapal.

2.a.Jelaskan apa yang dimaksut dengan awak kapal itu,


b.Juga jelaskan apa yang dimaksut dengan anak buah kapal.

3.a.Jelaskan apakah boleh sebuah kapal Indonesia di Nakhodai oleh seorang Nakhoda yang
bukan Warga Negara Indonesia.
b.Jelaskan siapa yang disebut Rating,apa persyaratan agar seseorang dapat digolongkan
menjadi seorang Rating.

4.a.Nakhoda kapal Indonesia mulai dari ukuran tertentu diberi hak melalui undang undang
untuk
melakukan penegakan hukum dikapal khususnya terkait kepada menjaga ketertiban diatas
kapal.Sebutkan hak apa saja yang diberikan terkait dengan ketertipan itu.
b.Selain dari hak penegakan hukum untuk menjaga ketertipan dikapal Nakhoda juga diberi
kewenangan secara hukum untuk melakukan pencatatan beberapa hal yang terkait dengan
keperdataan yang terjadi diatas kapalnya,Sebutkan hal hal apa saja.

5.a.Pasal 131 ayat 1 Undang Undang No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran yang menulis
adanya Daerah Pelayaran,maksutnya adalah untuk membatasi daerah laut yang bisa
dilayari oleh sebuah kapal.Sebutkan nama/nomenklatur daerah pelayaran yang dimaksut.
b.Kapal yang melayari daerah pelayaran yang lebih rendah tidak diijinkan untuk melakukan
pelayaran ke daerah pelayaran yang lebih tinggi/luas.
Larangan itu dikaitkan kepada Keselamatan Kapal,jelaskan kenapa terkait kepada
Keselamatan kapal.

-------------------------------------------- Selamat Mengerjakan --------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai