STCW 95
Petunjuk untuk para Pelaut
BAGIAN 1
Umum
Kunci untuk memelihara pengoperasian kapal yang aman dan untuk pencegahan
pencemaran laut adalah dengan adanya kemampuan pelaut yang profesional dan
kompeten sesuai dengan tugasnya dikapal serta kontrol dari pemilik kapal dan
penerapan sistim pelatihan.
Konvensi IMO telah memberlakukan aturan dan syarat2 untuk STCW sejak 1978
yang diberlakukan 1984 terasa masih kurang dapat menunjukkan peningkatan
dalam standar profesional pelaut yang mendunia.....maka diputuskan bahwa
standar tersebut di tambah dan lahirlah STCW 95
Kalau STCW 78 lebih fokus pada pengetahuan maka pada STCW95 sudah
berubah lebih mengarah kepada keahlian praktek dilapangan sesuai pengetahuan
teori. Standar ini diterapkan pada pelaut diseluruh tingkatan yang mengawaki
“Kapal dagang” pelayaran besar dari kapal yang berbendera negara peserta
Konvensi.
Yang dimaksud “Kapal dagang” adalah seluruh kapal komersil yang berlayar
secara domistik ataupun International.
STCW 95 tidak diberlakukan untuk para pelaut dari kapal perang atau kapal kapal
milik pemerintah yang bukan komersil, kapal penangkap ikan dan kapal pesiar
pribadi ataupun kapal kayu tradisional.
Konvensi pada saat ini telah diikuti oleh 133 negara, termasuk oleh para penyedia
tenaga kerja pelaut......dan ini sudah mewakili hingga 98% dari armada kapal
didunia.
Pemberlakuan STCW’95 adalah pada 1 February 1997, namun demikian masih
memiliki periode masa transisi selama 5 (lima) tahun hingga 1 February 2002.
Hal ini untuk memberikan kesempatan pada para pelaut dalam
mengimplementasikan STCW’95 standar. Sehingga setelah February 2002
seluruh pelaut harus sudah memenuhi STCW’95
APLIKASI
1 February 1997 diberlakukan untuk seluruh negara bagian dari konvensi. Sejak
tanggal ini persyaratan Basic Safety Training, Training khusus untuk kapal tanker
dan ro-ro pax, familiarisasi terhadap pelaut yang baru mulai bergabung di kapal
khusus diberlakukan.
Untuk pelaut kapal penumpang selain ro-ro pax diberlakukan pada 1 February
1999.
Pada 1 Agustus 1998 apabila pelaut memulai karirnya atau pada tanggal
tersebut mengikuti pelatihan dan pendidikan, maka sejak 1 Agustus 1998
pelatihan ataupun pendidikan pelaut tersebut harus sudah mengacu pada
ketentuan STCW 1995.
Pelaut yang memulai karirnya sebelum 1 Agustus 1998 dan berlanjut
sampai February 2002 maka pada tanggal Februar 2002 harus sudah
memenuhi ketentuan STCW 1995.
Pada tanggal 1 February 2002 periode penerapan implementasi telah
berakhir, artinya sejak February 2002 seluruh pelaut yang aktif harus
sudah memenuhi peraturan STCW’95 dan harus sudah memiliki sertifiksi
STCW’95 yang berlaku sesuai tugas dan fungsi sebagai pelaut dikapal.
BAGIAN 2
Sertifikat Sesuai STCW 95
Setiap Perwira kapal dan kru kapal harus memiliki sertifikat ketrampilan yang didapat
dari hasil pelatihan, pelatihan harus sesuai standar IMO.
Persyaratan Umum sebagai Perwira
Sertifikat untuk Nahkoda, Perwira dan Radio operator harus selalu disyahkan oleh
Pemerintah yang mengeluarkan Sertifikat dengan Interval tidak lebih dari 5 tahun.
Sertifikat yang telah dikeluarkan berdasarkan aturan STCW 78 harus ditingkatkan
sesuai standar STCW 95 sebelum 1 February 2002
Apabila Pelaut akan berlayar atau mengawaki kapal dengan bendera asing maka
Sertifikat harus selalu disyahkan oleh Pemerintah bendera kapal tersbut
Apabila pemerintah suatu bendera mensyaratkan secara khusus untuk pengasahan
sesuai pelatihan yang dilakukan dinegara nya maka Perwira/pelaut harus segera
melaporkan ke pemerintah bendera.
BAGIAN 3
Dokumen yang selalu harus dimiliki dan dibawa oleh Perwira diatas kapal
Seluruh sertifikat pelaut dan dokumen lain sebagai bukti resmi pelaut sesuai
dengan kompetensinya harus dibawa diatas kapal.
Dokumen harus merupakan dokumen asli, photocopy dokumen tidak
berlaku.
Dokumen dan sertifikat diatas kapal akan selalu diperiksa oleh Port state
Cntrol Officer atau petugas lain saat kapal tiba dipelabuhan.
Sertifikat dan dokumen harus masih berlaku dan sesuai dengan tingkatan
tugas , apabila tidak maka pelaut dapat diturunkan
FAMILIARISASI
LARANGAN ALKOHOL
SANGSI
Sangsi yang akan diberikan adalah crew/pelaut tersebut akan diputus kontrak
berlayarnya, dan kapal dapat ditahan tidak boleh berlayar sampai ada pembetulan.
WAKTU JAGA
Sesuai ketentuan waktu jaga dan istirahat diatur beberapa kondisi setiap periode
24 jam, 14 jam jaga dan 10 jam istirahat.
Pengaturan dapat 8 jaga – 6 istirahat – 6 jaga – 4 istirahat, 14 jam jaga – 10 jam
istirahat, atau untuk maksimum 2 hari berturut2 18 jam tugas dan 6 jam istirahat
dengan tidak kurang 70 jam istirahat selama 7 hari.
*********