Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah : Hukum dan Peraturan Kemaritiman

Tanggal/Jam : Nop 2021/ 08.00 – 10.00


Pengajar : Ir. Mukti Wibowo
Referensi : - STCW ‘95

STCW 95
Petunjuk untuk para Pelaut

BAGIAN 1
Umum

STCW ‘95 merupakan amandemen terhadap STCW’78 secara besar-besaran untuk


pelatihan dan sertifikasi para pelaut yang akan berlayar di kapal – kapal modern yang
berlayar
di pelayaran besar saat ini
Sehingga STCW’95 ini mutlak harus diketahui oleh para pelaut untuk
mempertahankan kemampuan dan kualifikasinya secara profesional..........
Sehingga para pelaut perlu menambah pelatihan sesuai STCW’95 ataupun
pengesahan terhadap sertifikasi yang sudah dimiliki.

 Kunci untuk memelihara pengoperasian kapal yang aman dan untuk pencegahan
pencemaran laut adalah dengan adanya kemampuan pelaut yang profesional dan
kompeten sesuai dengan tugasnya dikapal serta kontrol dari pemilik kapal dan
penerapan sistim pelatihan.
 Konvensi IMO telah memberlakukan aturan dan syarat2 untuk STCW sejak 1978
yang diberlakukan 1984 terasa masih kurang dapat menunjukkan peningkatan
dalam standar profesional pelaut yang mendunia.....maka diputuskan bahwa
standar tersebut di tambah dan lahirlah STCW 95
 Kalau STCW 78 lebih fokus pada pengetahuan maka pada STCW95 sudah
berubah lebih mengarah kepada keahlian praktek dilapangan sesuai pengetahuan
teori. Standar ini diterapkan pada pelaut diseluruh tingkatan yang mengawaki
“Kapal dagang” pelayaran besar dari kapal yang berbendera negara peserta
Konvensi.
 Yang dimaksud “Kapal dagang” adalah seluruh kapal komersil yang berlayar
secara domistik ataupun International.
 STCW 95 tidak diberlakukan untuk para pelaut dari kapal perang atau kapal kapal
milik pemerintah yang bukan komersil, kapal penangkap ikan dan kapal pesiar
pribadi ataupun kapal kayu tradisional.
 Konvensi pada saat ini telah diikuti oleh 133 negara, termasuk oleh para penyedia
tenaga kerja pelaut......dan ini sudah mewakili hingga 98% dari armada kapal
didunia.
 Pemberlakuan STCW’95 adalah pada 1 February 1997, namun demikian masih
memiliki periode masa transisi selama 5 (lima) tahun hingga 1 February 2002.
Hal ini untuk memberikan kesempatan pada para pelaut dalam
mengimplementasikan STCW’95 standar. Sehingga setelah February 2002
seluruh pelaut harus sudah memenuhi STCW’95

APLIKASI

 1 February 1997 diberlakukan untuk seluruh negara bagian dari konvensi. Sejak
tanggal ini persyaratan Basic Safety Training, Training khusus untuk kapal tanker
dan ro-ro pax, familiarisasi terhadap pelaut yang baru mulai bergabung di kapal
khusus diberlakukan.
 Untuk pelaut kapal penumpang selain ro-ro pax diberlakukan pada 1 February
1999.

Pada 1 Agustus 1998 apabila pelaut memulai karirnya atau pada tanggal
tersebut mengikuti pelatihan dan pendidikan, maka sejak 1 Agustus 1998
pelatihan ataupun pendidikan pelaut tersebut harus sudah mengacu pada
ketentuan STCW 1995.
Pelaut yang memulai karirnya sebelum 1 Agustus 1998 dan berlanjut
sampai February 2002 maka pada tanggal Februar 2002 harus sudah
memenuhi ketentuan STCW 1995.
Pada tanggal 1 February 2002 periode penerapan implementasi telah
berakhir, artinya sejak February 2002 seluruh pelaut yang aktif harus
sudah memenuhi peraturan STCW’95 dan harus sudah memiliki sertifiksi
STCW’95 yang berlaku sesuai tugas dan fungsi sebagai pelaut dikapal.

Istilah-istilah penting Pemberlakuan STCW’95

Administration adalah pemerintah bendera yang merupakan bendera dari


suatu kapal, dan merupakan pemerintah bendera yang akan mengatur
pelatihan , pendidikan dan sertifikasi dari para pelaut sesuai ketentuan
konvensi.
Approved adalah merupakan lembaga pendidikan, pelatihan yang telah
mendapat approval dari pemerintah sesuai persyaratan STCW’95
Function adalah merupakan jalan untuk pengklasifikasian diatas kapal
berdasakan fungsi/tugas dan tingkatan tanggung jawab para pelaut. Terdiri
dari 7 daerah penugasan dengan tiga perbedaan tingkatan tanggung jawab.
Tingkatan tanggung jawab terbagi pada manajemen level, operational
level dan support level.

BAGIAN 2
Sertifikat Sesuai STCW 95

 Sertifikat merupakan dokumen resmi sesuai persyaratan STCW’95 yang termasuk


didalamnya adalah sertifikat Kompetensi, sertifikat profisiensi, sertifikat2 khusus
dan dokumen lain yang dipersyaratkan sesuai Konvensi.
 Sertifikat kompetensi, dikeluarkan dan diberikan kepada Master/Nahkoda,
perwira, radio operator dan crew yang akan bertugas sesuai dengan standar
keahlian berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dikapal.

Contoh Sertifikat yang diperlukan :

Setiap Perwira kapal dan kru kapal harus memiliki sertifikat ketrampilan yang didapat
dari hasil pelatihan, pelatihan harus sesuai standar IMO.
Persyaratan Umum sebagai Perwira

 Sebagai Perwira harus memenuhi persyaratan minimum sesuai dengan standar


kompetensi, pengalaman berlayar, kesehatan dan usia.
 Perwira harus memiliki Sertifikat kompetensi yangberlaku sesuai tingkatan dan
tugas diatas kapal.
 Sertifikat harus selalu disyahkan oleh Pemerintah bendera.
 Perwira harus pula memiliki sertifikat tambahan sesuai dengan tugas dikapal
seperti ARPA, GMDSS dan serifikat lain khusus berkaitan dengan tugas diatas
kapal yang specific.
 Untuk mengetahui kepastian jenis sertifikat yang harus dimiliki oleh Perwira,
hendaknya melihat STCW code.
Persyaratan Pengesahan dan pemberlakuan Sertifikat perwira

 Sertifikat untuk Nahkoda, Perwira dan Radio operator harus selalu disyahkan oleh
Pemerintah yang mengeluarkan Sertifikat dengan Interval tidak lebih dari 5 tahun.
 Sertifikat yang telah dikeluarkan berdasarkan aturan STCW 78 harus ditingkatkan
sesuai standar STCW 95 sebelum 1 February 2002
 Apabila Pelaut akan berlayar atau mengawaki kapal dengan bendera asing maka
Sertifikat harus selalu disyahkan oleh Pemerintah bendera kapal tersbut
 Apabila pemerintah suatu bendera mensyaratkan secara khusus untuk pengasahan
sesuai pelatihan yang dilakukan dinegara nya maka Perwira/pelaut harus segera
melaporkan ke pemerintah bendera.

 Apabila Perwira akan meningkatkan sertifikat maka harus memenuhi


beberapa persyaratan termasuk mengikuti pendidikan dan pelatihan,
minimum usia dan lulus tes kesehatan.

 Apabila Perwira akan berlayar/naik ke Kapal maka familiarisasi khusus


dari Kapal tersebut sesuai dengan tugas barunya harusa dilaksanakan.
Familiarisasi tidak ada sertifikat namun kegiatan familiarisasi perlu dicatat
dalam log book.

Contoh Pelatihan untuk Perwira :


Basic Safety Training :

 Setiap Perwira diatas kapal yang bertugas berkaitan dengan tanggungjawab


Keselamatan dan pencegahan pencemaran laut, harus mengikuti Basic Safety
Training.
 Pelatihan harus meliputi Teknik survival, basic fire prevention dan fire fighting,
pengetahuan dasar first aid dan tanggung jawab sebagai pelaut secara pribadi
ataupun kebersamaan.
 Basic safety training harus didokumentasikan setiap periode 5 tahun.
 Perwira harus mengikuti ujian basic safety training walaupun telah memiliki
Basic safety training sesuai STCW 78. Atau harus mengikuti training course
resmi.

BAGIAN 3

Dokumen yang selalu harus dimiliki dan dibawa oleh Perwira diatas kapal

 Seluruh sertifikat pelaut dan dokumen lain sebagai bukti resmi pelaut sesuai
dengan kompetensinya harus dibawa diatas kapal.
 Dokumen harus merupakan dokumen asli, photocopy dokumen tidak
berlaku.
 Dokumen dan sertifikat diatas kapal akan selalu diperiksa oleh Port state
Cntrol Officer atau petugas lain saat kapal tiba dipelabuhan.
 Sertifikat dan dokumen harus masih berlaku dan sesuai dengan tingkatan
tugas , apabila tidak maka pelaut dapat diturunkan

 Sertifikat dan dokumen :


National Certificates of Competence and endorsement, lembar
endorsemen dapat terpisah atau menyatu dengan sertificate
Sertifikat atau Dokumen yang berkaitan dengan tugas khusus untuk
Keselamatan dilaut dan Pencegahan Pencemaran dilaut sesuai dengan type
Kapal.
Pengesahan dari pemerintah Bendera, disyaratkan sejak 1 February 2002
Medical Certificate, termasuk catatan vaksinasi

FAMILIARISASI

 Setiap pelaut bergabung /naik kekapal maka diperlukan Basic Safety


Familiarisation :
Basic Safety Familiarisation, yang memberikan informasi dan instruksi
apabila terjadi keadaan darurat dikapal, meliputi komunikasi antar crew,
pengenalan symbol2 dan alarm keselamatan/darurat, muster dan
embarkasi, pengenalan jalan keluar, penggunaan life jacket, penggunaan
fire extinguishers, tindakan darurat untuk pertolongan kecelakaan dan cara
pengoperasian pintu2 khusus seperti fire door/watertight door dan
weathertight door.
Familiarisasi kkhusus, yang berkaitan dengan tugas khusus untuk
Keselamatan dilaut dan Pencegahan Pencemaran dilaut sesuai dengan type
Kapal.

LARANGAN ALKOHOL

 Diatas Kapal dilarang mengkonsumsi minuman Alkohol dan obat2an terlarang


karena akan mempengaruhi konsentrasi saat tugas dan kesehatan parapelaut.
 Beberapa negara sangat melarang minuman Beralkohol dan penggunaan obat2an
terlarang.
 Banyak perusahaan pelayaran yang selalu melaksanakan pengetesan terhadap para
pelaut mengenai hal ini sebelum berlayar.

SANGSI

 Apabila pelaut tidak memenuhi ketentuan STCW95 maka akan diberlakukan


beberapa sangsi :

Untuk Perusahaan dan Nahkoda : apabila diketemukan bahwaawak


kapalnya tidak memiliki sertifikat sesuai persyaratan konvensi.
Kepada Master akan diberikan sangsi apabila crew nya tidak memiliki
sertifikat atau menjalankan tugas tidak sesuai dengan keahliannya.
Kepada setiap crew, apabila melanggar dan melakukan kesalahan sesuai
dengan tugasnya

 Sangsi yang akan diberikan adalah crew/pelaut tersebut akan diputus kontrak
berlayarnya, dan kapal dapat ditahan tidak boleh berlayar sampai ada pembetulan.

WAKTU JAGA

 Sesuai ketentuan waktu jaga dan istirahat diatur beberapa kondisi setiap periode
24 jam, 14 jam jaga dan 10 jam istirahat.
 Pengaturan dapat 8 jaga – 6 istirahat – 6 jaga – 4 istirahat, 14 jam jaga – 10 jam
istirahat, atau untuk maksimum 2 hari berturut2 18 jam tugas dan 6 jam istirahat
dengan tidak kurang 70 jam istirahat selama 7 hari.

*********

Anda mungkin juga menyukai