Anda di halaman 1dari 9

UTS Matrans Kelompok Tol Laut

1.Tol Laut (definisi)


Tol Laut adalah pelayaran jenis liner multi port (trayek tetap, jadwal tetap, singgah di
beberapa pelabuhan) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia, melalui Kemenhub
dan Ditjen Perhubungan Laut (Hubla), dengan melibatkan semua unit pelaksana di daerah,
termasuk kerjasama dengan pemerintah daerah.

Memiliki 32 trayek yang melibatkan 106 pelabuhan, yang terdiri atas 9 pelabuhan pangkal,
dan 97 pelabuhan singgah. Pelabuhan pangkal (berawal dan berakhir) yang melayani trayek
terbanyak adalah Tanjung Perak dengan 15 trayek tol laut. Kemudian pelabuhan Tanjung
Priok (Jakarta), Soekarno Hatta (Makassar), dan Kelapa Lima (Merauke-Papua) masing-
masing 3 trayek. Bitung dan Timika 2 trayek. Sisanya Teluk Bayur, Kupang, Maumere, dan
Biak masing-masing 1 trayek.

Terdapat tiga BUMN Pelayaran menjadi operator di 21 trayek, yaitu PT Pelni 8 trayek; PT
ASDP 7 trayek; dan PT Djakarta Lloyd (DL) 5 trayek. Sisanya dipilih melalui mekanisme
pelelangan. Beberapa operator yang terpilih diantaranya adalah PT Tempuran Mas (Temas),
PT Luas Line, dan PT Pelayaran Pelangi Tunggal Ika. 32 kapal yang dioperasikan pada
program Tol Laut tahun 2021 ini. Darinya, 14 unit merupakan kapal milik negara

2.Tujuan
Tujuan penyelenggaraan Tol Laut adalah untuk menunjang distribusi barang dan
pengembangan ekonomi di daerah terpencil dan belum berkembang, serta sebagai upaya
menurunkan disparitas harga barang antara wilayah Indonesia bagian barat dan timur.

Dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat tercipta
kelancaran dan pemerataan distribusi barang hingga ke pelosok sebagai upaya menurunkan
disparitas harga antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur.
Untuk diketahui bahwa angka perbandingan PDB antara Kawasan Timur Indonesia dan
Kawasan Barat Indonesia, yaitu 18,6% berbanding 81,4% menunjukkan pemerataan ekonomi
yang masih timpang. Untuk mendukung pengoptimalan operasi Tol Laut, Badan Penelitian
dan Pengembangan Perhubungan melakukan suatu kajian dalam rangka penetapan desain
jaringan dan operasi Tol laut tahun 2021.
3.Bagaimana Pola Pelaksanaan(Iko, Yos)
3.1 Pola Operasional
Rute adalah sekumpulan node dan atau busur yang harus dilayani oleh suatu armada
kendaraan. Tidak ada batasan kapan dan bagaimana urutan pelayanan entiti entiti yang
bersangkutan. Permasalahannya adalah untuk membentuk suatu biaya yang rendah,
sekumpulan rute yang memungkinkan untuk masing-masing kendaraan. Sebuah rute adalah
urutan dari lokasi mana kendaraan harus mengunjunginya.

a. Port to Port
Pola port to port adalah pelayanan langsung yang menghubungkan 2 (dua)
pelabuhan. Kapal dari pelabuhan asal dengan membawa sejumlah penumpang
menuju ke pelabuhan tujuan. Setibanya di pelabuhan tujuan, kapal menurunkan
penumpang dan membawa penumpang kembali ke pelabuhan asal.

Gambar Pola Operasi Port to Port

b. Multiport
Multiport diartikan sebagai layanan kapal yang menghubungkan 3 (tiga) pelabuhan
atau lebih.
- Relay
Model multiport dengan tipe relay secara umum mirip dengan model port to
port namun jumlah pelabuhan yang dikunjungi lebih dari 2 (dua). Kapal dari
pelabuhan asal dengan membawa sejumlah penumpang menuju ke
pelabuhan 1 dan pelabuhan 2. Setibanya di pelabuhan 1, sejumlah
penumpang turun dan naik. Kapal kemudian menuju pelabuhan 2. Di sinipun
kapal menurunkan dan menaikkan sejumlah penumpang serta selanjutnya
kapal kembali menuju pelabuhan 1 dan pelabuhan asal dengan melalui
proses yang sama.
Gambar Pola Operasi Multiport Relay

- Circle
Seperti model relay, model multiport tipe circle juga mengunjungi sejumlah
pelabuhan. Kapal dari pelabuhan asal dengan membawa sejumlah
penumpang menuju ke pelabuhan 1 dan pelabuhan 2. Setibanya di
pelabuhan 1, sejumlah penumpang turun dan naik. Kapal kemudian menuju
pelabuhan 2. Setelah menaikan dan menurukan di pelabuhan 2 kapal
langsung menuju pelabuhan asal.

Gambar Pola Operasi Multiport Circle


3.2 Konsep Operasional
Pelaksanaanya Tol Laut menerapkan beberapa konsep dan juga ketentuan guna
mengahasilkan aktivitas yang dapat meningkatkan nilai ekonomi :
Konsep Wilayah Depan dalam Logistik Nasional

Pemerintah menetapkan 2 pelabuhan utama di wilayah depan yaitu Pelabuhan Kuata Tanjung
dan Pelabuhan Bitung yang disebut sebagai Hub International.

Konsep Wilayah Depan dalm Logistik Nasional


Sumber :Bappenas 2015

Pada konsep ini kapal asing yang melaukan ekspor/impor dengan Indonesia akan berlabuh di
wilayah depan.Selanjutnya distribusi barang akan menggunakan kapal lokal.Konsep ini dapat
meminimalisir pergerakan kapal dagang asing.

Konsep Pelabuhan Hub dan Pelabuhan Feeder

Distribusi logistik di wilayah depan (pelabuhan hub internasional) akan di hubungkan ke


wilayah dalam melalui pelabuhan-pelabuhan hub nasional (pelabuhan pengumpul) yang
kemudian diteruskan ke pelabuhan feeder (pelabuhan pengumpan) dan diteruskan ke sub-
feeder dan atau pelabuhan rakyat. Sesuai dengan konsep wilayah depan dan wilayah dalam
tersebut maka armada kapal yang melayani pergerakan kargo/logistik internasional akan
berbeda dengan armada kapal yang melayani pergerakan kargo domestik.
Prosedur penanganan muatan Tol Laut :

Pengiriman Barang Tol Laut


Sumber :PT Pelayaran Nasional Indonesia

1.Shipping Instruction diserahkan kepada PT PELNI Cabang pemuatan. Selanjutnya Shipper melakukan
pembayaran ke kasir PT PELNI Cabang pemuatan dan mendapatkan BPU, Kemudian Shipper menukarkan
BPU dengan D/O pengambilan container kosong di PT. PELNI Cabang pemuatan.

2. Shipper mengambil container kosong dengan membawa D/O tersebut. Batas waktu pengambilam container
di Depo Maksimal pukul 20.00 waktu setempat dan penyelesaian administrasi maksimal pukul 16.00 wakt
setempat.

3. Shipper melakukan stuffing barang barang kedalam container, dilakukan di luar container yard (Stuffing
Luar). Berat isi muatan beserta container maksimal 20 ton dan seluruh biaya ekspedisi dari Gudang shipper ke
pinggir dermaga atau sebaliknya menjadi tanggungan shipper/Consignee.
4. Batas Waktu penerimaan container di container yard yaitu selambat-lambatnya 2
(dua) hari sebelum keberangkatan kapal (Estimate Time Departute)
4.Pemangku Kepentingan (Gi2N)

Pelaksanaan tol laut sesuai dengan Perpres RI 106/2015 tentang penyelenggaraan kewajiban
pelayanan publik untuk angkutan barang di laut diselenggarakan oleh tiga instansi pemerintah
yaitu :

1. Kementerian Perhubungan
Bertindak sebagai pemberi tugas sesuai dengan Perpres no 106/2015 melalui Permenhub PM
4 tahun 2016 & Permenhub PM 161 Tahun 2015. Dan juga bertindak menyediakan sarana
prasarana pelabuhan & peralatan bongkar muat.

2. Kementerian Perdagangan
Bertindak sebagai pelaksana pemasaran dan verifikasi muatan. Menentukan jenis-jenis
muatan yang dapat diangkut oleh tol laut yaitu meliputi barang pokok dan barang penting.
Memberikan shipping instruction (surat perintah muat) dan pengontrol harga pasar di tempat
tujuan.

3. PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI)


Bertindak sebagai operator dengan tanggung jawab pengangkutan CY to CY (contaner yard
to container yard).

Ketiga instansi pemerintah tersebut secara bersama-sama bertanggung jawab untuk :

- Menyediakan transportasi untuk daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan sesuai
dengan trayek yang ditetapkan. Dengan tetap memperhatikan dan menjaga keselamatan serta
keamanan pelayaran.
- Menjamin ketersediaan barang dan menekan disparitas harga barang pokok dan barang
penting antara wilayah Jawa dan luar Jawa.
- Menyelenggarakan pelayaran terjadwal, tetap dan teratur (liner)
5.Penilaian terhadap pelaksanaanya sejauh ini
Salah satu cara untuk mengukur tingkat pelaksanaan kebijakan tol laut adalah dengan
membandingkannya dengan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Provinsi. Indeks
Kemahalan Konstruksi (IKK) digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitan
geografis suatu daerah, semakin sulit letak geografis suatu daerah maka semakin tinggi pula
tingkat harga di daerah tersebut. IKK dihitung dengan menggunakan data harga komoditas
konstruksi, sewa alat berat dan upah jasa konstruksi yang dikumpulkan dalam beberapa
periode pencacahan.

Berdasarkan data yang ada, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kebijakan Tol Laut belum
memberikan dampak yang signifikan bagi keseimbangan harga bahan konstruksi di daerah
tepi. Sebagai contoh, nilai IKK Provinsi Papua tetap berada di atas 200 poin, bandingkan
dengan nilai IKK Jawa Barat yang lebih rendah 50% yaitu di kisaran 100 poin. Hal ini
artinya, selama hampir 6 tahun program Tol Laut ini berjalan, biaya operasional konstruksi di
Papua lebih mahal 2 kali lipat dibandingkan dengan biaya operasional konstruksi di Jawa
Barat.

6.Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan
● Meningkatkan konektivitas antar daerah
● Mempercepat waktu pengiriman
● Menurunkan kesenjangan harga komoditas antar daerah
Kekurangan
● Pola pengiriman yang menggunakan sistem “looping” tidak mempertimbangkan masa
produksi komoditas suatu daerah, sehingga sering membuat kargo kapal kosong
karena barang belum ada.

7.Saran/usulan untuk lebih mengefektifkan

saran gigin:
Pemerintah sebagai inisiator dan PT PELNI sebagai pelaksana program tol laut perlu
mengkaji kembali seberapa efisien rute-rute yang sudah ada. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan frekuensi pelayaran dan volume muatan kapal tol laut untuk rute dari
Surabaya ke Indonesia Timur jauh lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi pelayaran dan
volume muatan kapal swasta dikarenakan panjangnya rute yang ada, untuk itu disarankan
bagi pemerintah agar hendaknya mengkaji kembali seberapa efisienkah rute-rute yang sudah
ada. Selain itu diperlukan juga evaluasi kota-kota tujuan yang dikunjungi dalam rute-rute tol
laut, khususnya yang memiliki garis trend negatif seperti kota Fak-Fak, Kalabahi, Merauke,
dan Lewoleba. Apa penyebab kecenderungan penurunan jumlah muatan tersebut dan apakah
kota-kota tersebut masih layak untuk disinggahi dalam trayek tol laut?
(https://media.neliti.com/media/publications/114037-ID-pelaksanaan-program-tol-laut-pt-
pelayara.pdf)

Dimulai dari dukungan infrastruktur yang memadai dari dermaga pelabuhan sehingga kapal
tol laut dapat sandar dengan baik di pelabuhan yang disinggahi.

ketersediaan alat bongkar muat dan lapangan penumpukan di wilayah pelabuhan yang
disinggahi. Hal tersebut juga perlu ditambah dengan dukungan Pemda untuk mengoptimalkan
muatan balik dan pemberlakuan jam operasional buruh sesuai kedatangan kapal.

Untuk mendukung kelancaran arus barang melalui tol laut diperlukan suatu penambahan
sarana bongkar muat pelabuhan khususnya pada wilayah 3TP dan KTI. Penambahan sarana
bongkar muat pelabuhan diantaranya seperti forklift, reach stacker dan rigid truck container,
serta minicon di pelabuhan wilayah 3TP. Hal ini dapat dilakukan melalui digitalisasi dengan
menetapkan pelabuhan Tol Laut dalam pengaturan pola jaringan pelabuhan hub and spoke
yang bersumber dan melihat beberapa daerah sebagai pelabuhan utama (Hub) dan ada daerah
sebagai pelabuhan pengumpan (Spoke).

Hal lain juga perlu diperhatikan untuk mendukung operasi tol laut dengan peningkatan
performa sistem manajemen logistik dalam mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi
yang memberikan kemudahan bagi regulator maupun pelaku usaha. Seperti halnya dalam
aplikasi layanan Sistem Informasi Tol Laut atau SITOLAUT berupa Logistic Communication
System (LCS) Versi 02 Berbasis Mobile Apps, Informasi Muatan dan Ruang Kapal (IMRK),
Delivery on Line, Inaportnet, Simlala dan layanan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai