Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah Negara maritim yang memiliki luas wilayah perairan


lebih besar daripada daratan. Memiliki 17.499 pulau yang mendiami 3,25 juta
KM2 luas perairan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sebagai suatu
Negara Kepulauan dengan luas wilayah Indonesia di dominasi oleh kepulauan
dan dihubungkan dengan perairan yang sangat luas sehingga untuk
mengembangkan dan menggerakkan Pembangunan Nasional sektor
perhubungan laut memegang peranan yang sangat penting dalam mendekatkan
suatu wilayah dengan wilayah lainnya, suatu daerah dengan pulau terluar serta
wilayah perbatasan dalam rangka perwujudan wawasan nusantara, sehingga
dapat mengarahkan tumbuhnya perdagangan dan kegiatan pembangunan
umumnya.
Sistem transportasi sangat penting dalam pengembangan wilayah
terutama bagi provinsi yang terdiri dari banyak pulau meliputi transportasi laut
melalui pelabuhan. Dalam proses pengembangan wilayah, transportasi
merupakan elemen penting dan strategi dalam memperlancar kegiatan
perekonomian, karena transportasi merupakan salah satu unsure pembentuk
struktur ruang wilayah untuk mendukung secara langsung hubungan
fungsional dan orientasi jasa distribusi antara simpul konektifitas dalam
mewujudkan aksesibilitas kegiatan sosial ekonomi masyarakat baik dalam
wilayah maupun keluar wilayah.
Yang menjadi kendala saat ini adalah biaya pengiriman barang per
kontainer dengan menggunakan jasa transportasi laut antar wilayah di
Indonesia yang tinggi menyebabkan harga barang di daerah tujuan seperti di
luar Pulau Jawa menjadi tinggi. Disparitas harga terjadi karena adanya
perbedaan harga yang sangat signifikan atas suatu harga komoditas bahan
pokok tertentu antar daerah. Disparitas harga akan memberikan efek
ketidakadilan dalam kemakmuran antar daerah.
Tol Laut adalah solusi yang ditawarkan untuk mengurangi disparitas
harga yang timbul antara Indonesia Kawasan Barat dengan Indonesia Kawasan

2
Timur. Tol Laut sendiri adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya
kapal yang melayani secara rutin dan terjadwal dari Kawasan Barat Indonesia
ke Kawasan Timur Indonesia. Dengan tujuan untuk menjangkau dan
mendistribusikan logistik ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, perbatasan
dan untuk menjamin ketersediaan barang dan mengurangi disparitas harga
guna meningkatka n kesejahteraan masyarakat. Diwujudkan dengan cara
mengadakan layanan pelayaran yang murah, rutin dan terjadwal. Sehingga
disparitas yang tinggi antar wilayah Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan
Timur Indonesia Turun.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah:


1. Bagaimana Pelaksanaan Tol Laut di Indonesia?
2. Bagaimana Evaluasi dan Apa Kendala dan Hambatan dalam
Pelaksanaan Tol Laut?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayaran
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2008, Pelayaran adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. Maka, tidak heran jika
undang- undang tersebut secara pokok-pokok memuat ketentuan-ketentuan
mengenai berbagai aspek pelayaran, yaitu kenavigasian, kepelabuhanan,
perkapalan, angkutan, kecelakaan kapal, pencarian dan pertolongan (search and
secure), pencegahan dan pencemaran oleh kapal, disamping dimuatnya
ketentuan-ketentuan megenai pembinaan, sumber daya manusia, penyidikan dan
ketentuan pidana.
Asas-asas mengenai pelayaran dinyatakan didalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 bahwa pelayaran diselenggarakan berdasarkan :
a. Asas manfaat;
b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan;
c. Asas persaingan sehat;
d. Asas adil dan merata tanpa diskriminasi;
e. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;
f. Asas kepentingan umum;
g. Asas keterpaduan;
h. Asas tegaknya hukum;
i. Asas kemandirian;
j. Asas berwawasan lingkungan hidup;
k. Asas kedaulatan negara; dan
l. Asas kebangsaan.
Pelayaran sebagai sektor di lingkungan maritim Indonesia tentu memiliki tujuan
dalam melaksanakan kegiatannya. Hal ini disebutkan didalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyatakan bahwa
pelayaran diselenggarakan dengan tujuan :
a. Memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan
dengan mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka
memperlancar kegiatan perekonomian nasional;

4
b. Membina jiwa kebaharian;
c. Menjunjung kedaulatan negara;
d. Menciptakan daya saing dengan mengembangkan industry angkutan
perairan nasional;
e. Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan
pembangunan nasional;
f. Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan
wawasan nusantara; dan
g. Meningkatkan ketahanan nasional.

Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969, jenis-jenis


pelayaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yakni “pelayaran dalam
negeri”, “pelayaran luar negeri” dan “pelayaran khusus” yang dapat diperinci
sebagai berikut :7
a. Pelayaran Dalam Negeri
1) Pelayaran Nusantara, yaitu pelayaran untuk melakukan usaha
pengangkutan antar pelabuhan Indonesia tanpa memandang jurusan
yang ditempuh, satu dan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Pelayaran Lokal, yaitu pelayaran untuk melakukan usaha pengangkutan
antar pelabuhan Indonesia, yang ditujukan untuk menunjang kegiatan
pelayaran nusantara dan pelayaran luar negeri dengan mempergunakan
kapal-kapal yang berukuran dibawah 500m3.
b. Pelayaran Luar Negeri
1) PelayaranSamuderaDekat,yaitupelayarankepelabuhan-pelabuhan
negara tetangga yang tidak melebihi jarak 3000 mil laut dari pelabuhan
terluar di Indonesia, tanpa memandang jurusan.
2) Pelayaran Samudera, yaitu pelayaran ke dan dari luar negeri yang
bukan merupakan pelayaran samudera dekat.
c. Pelayaran Khusus, yaitu pelayaran dalam dan luar negeri dengan
menggunakan kapal-kapal pengangkut khusus untuk pengangkutan hasil
industri, pertambangan dan hasil-hasil usaha lainnya yang bersifat khusus.

5
Dalam pengoperasian kapal ada beberapa pola shipment yang biasa digunakan
dalam perjalanannya, yaitu:
1. Liner
Merupakan pola perjalanan kapal yang melalui rute yang tetap dengan
waktu yang terjadwal.
Beberapa karakteristik Liner:
• Kargo yang kecil untuk dimuat pada kapal dan butuh dikelompokkan
• Layanan reguler untuk banyak pengiriman muatan kecil : butuh banyak
dokumen
• Charge individual consignment on a fixed tariff : menentukan profit
secara keseluruhan lebih sulit
• Pemuatan cargo (stowage plan) lebih sulit
• Jadwal dan rute fixed
• Perencanaan tonase armada lebih rumit
2. Tramper
Merupakan pola perjalanan kapal yang melalui rute yang cenderung tidak
tetap atau berdasarkan spot tertentu menuju spot lain yang memiliki prospek
barang atau kargo untuk diangkut.
Beberapa karakteristik Tramper:
• Memiliki prinsip utamaa: “one ship, one cargo”. Biasanya hal ini berlaku
untuk muatan curah / bulk.
• Tidak ada jadwal tetap, jadwal tergantung oleh ketersediaan cargo
• Tidak ada rute tetap, rute tergantung ketersediaan cargo
• Tarif tidak tetap: penentuan tarif tergantung pasar dan negosiasi
3. Semi Liner
merupakan pola perjalanan kapal gabungan antara liner dan tramper yang
memiliki rute yang tetap sama seperti liner tetapi pada pelaksanaanya
dimungkinkan untuk melakukan pola tramping yang tidak tetap bila
menguntungkan dan bila perjalanan tersebut sudah selesai akan kembali lagi
ke pola liner yang semula.

2.2 Pola Operasional Kapal


Rute adalah sekumpulan node dan atau busur yang harus dilayani oleh suatu
armada kendaraan. Tidak ada batasan kapan dan bagaimana urutan pelayanan

6
entiti entiti yang bersangkutan. Permasalahannya adalah untuk membentuk suatu
biaya yang rendah, sekumpulan rute yang memungkinkan untuk masing- masing
kendaraan. Sebuah rute adalah urutan dari lokasi mana kendaraan harus
mengunjunginya.
2.2.1 Port To Port
Pola port to port adalah pelayanan langsung yang menghubungkan 2
(dua) pelabuhan. Kapal dari pelabuhan asal dengan membawa sejumlah
penumpang menuju ke pelabuhan tujuan. Setibanya di pelabuhan
tujuan, kapal menurunkan penumpang dan membawa penumpang
kembali ke pelabuhan asal.

Pelabuhan Asal Pelabuhan Tujuan

PELAYAR
AN

2.2.2 Multiport
Multiport diartikan sebagai layanan kapal yang menghubungkan 3
(tiga) pelabuhan atau lebih.
a. Relay
Model multiport dengan tipe relay secara umum mirip dengan
model port to port namun jumlah pelabuhan yang dikunjungi lebih
dari 2 (dua). Kapal dari pelabuhan asal dengan membawa sejumlah
penumpang menuju ke pelabuhan 1 dan pelabuhan 2. Setibanya di
pelabuhan 1, sejumlah penumpang turun dan naik. Kapal kemudian
menuju pelabuhan 2. Di sinipun kapal menurunkan dan menaikkan

7
sejumlah penumpang serta selanjutnya kapal kembali menuju
pelabuhan 1 dan pelabuhan asal dengan melalui proses yang sama.

b. Circle
Seperti model relay, model multiport tipe circle juga mengunjungi
sejumlah pelabuhan. Kapal dari pelabuhan asal dengan membawa
sejumlah penumpang menuju ke pelabuhan 1 dan pelabuhan 2.
Setibanya di pelabuhan 1, sejumlah penumpang turun dan naik.
Kapal kemudian menuju pelabuhan 2. Setelah menaikan dan
menurukan di pelabuhan 2 kapal langsung menuju pelabuhan asal.

8
2.3 Tol Laut
Tol laut adalah konsep pengangkutan logistik kelautan yang bertujuan untuk
mengubungkan pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Nusantara. Terciptanya
hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut di Indonesia menciptakan kelancaran
distribusi barang sampai wilayah-wilayah yang belum atau tidak terjangkau .
Menurut Perpres Nomor 70 Tahun 2017, tol laut adalah konektivitas laut yang
efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari Barat
sampai ke Timur Indonesia. Tol laut memiliki maksud dan tujuan untuk
menjangkau dan mendistrbusikan logistik ke daerah tertinggal, terpencil, terluar,
dan perbatasan serta menjamin ketersedian barang dan disparitas harga guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tol laut merupakan konsep pengangkutan laut untuk memperbaiki proses
pengangkutan logistik kelautan agar dapat berdampak pada proses distribusi
yang semakin mudah juga pada harga bahan pokok yang semakin merata di
seluruh wilayah Indonesia. Tol laut ini bukan serta merta jalan tol diatas laut
tetapi merupakan jalur pelayaran bebas hambatan yang menghubungkan antar
wilayah melalui pelabuhan-pelabuhan di Indonesia

2.3 Manajemen Logistik


Gattorna dan Walters menyatakan dalam buku Managing Supply Chain: A
Strategic Perpective, logistik adalah aspek manajemen strategis yang
bertanggung jawab mengelola akuisisi, pergerakan dan penyimpanan barang
mentah, bahan setengah jadi dan informasi-informasi yang menyertainya dalam
suatu organisasi dan saluran pemasaran untuk memenuhi harapan pelanggan
sehingga dapat mencapai aspek keuntungan perusahaan.
Yolanda M. Siagian (2005), logistik didefinisikan sebagai bagian dari proses
rantai suplai (supply chain) yang berfungsi merencanakan, melaksanakan,
mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan, pengelolaan, penyimpanan
barang, pelayanan dan informasi mulai dari titik awal (point of origin) hingga
titik konsumsi (point of consumption) dengan tujuan memenuhi kebutuhan
konsumen.
Menurut Ballou (1992) dalam organisasi Council of Logistic Management.
Logistik didefinisikan sebagai proses perencanaan, implementasi, dan
pengendalian efisiensi, aliran biaya yang efektif dan penyimpanan bahan

9
mentah, bahan setengah jadi, barang jadi dan informasi-informasi yang
berhubungan dari asal titik konsumsi dengan tujuan memenuhi kebutuhan.
Dapat dimaknai bahwa manajemen logistik merupakan ilmu yang mempelajari
rangkaian kegiatan berupa pengambilan, penempatan, penyimpanan,
penghapusan, dan pengontrolan alat atau barang tertentu dari waktu yang telah
diren canakan. Selanjutnya tujuan dari ilmu logistik adalah :
- Tujuan Operasional
Tujuan operasional merupakan tujuan pertama dari diberlakukannya
logistik, dimana persediaan barang harus mencukupi untuk kebututuhan
beberapa hari ke depan. Maksudnya setiap logistik memiliki stock yang
disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga barang tidak mengalami
kekurangan atau kelebihan saat berada di pasar. Oleh karena itu banyak
sekali distributor produk yang melakukan logistik, terutama untuk daerah-
daerah dengan jangkauan yang sangat jauh. Hal ini untuk menghindari tidak
tersedianya barang di lokasi yang diinginkan.
- Tujuan Keuangan
Selain itu ada juga tujuan keuangan, setiap produsen ingin mencapai
keuntungan yang maksimal dan kerugian seminimal mungkin. Logistik
umumnya menyediakan pengiriman yang lebih terjangkau dari pada jenis
lainnya, apalagi ia juga memiliki sistem perawatan sehingga barang bisa
sampai dengan tingkat kerusakan yang sangat rendah.
- Tujuan Pengamanan
Keamanan barang menjadi prioritas setiap pengiriman produk ataupun
barang, pada dasarnya di era modern ini logistik telah memiliki standar
keamanannya masing-masing. Baik dari pengemasan, penyimpanan, hingga
pengiriman sangat diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan pada barang
tersebut. Terlebih lagi logistik mempunyai tempat penyimpanan yang aman
dan tertata secara rapi, hal ini bisa membuat barang terhindar dari hal yang
tidak diinginkan. Alat transportasi juga tidak luput dari perhatian,
setidaknya alat transportasi yang digunakan wajib memenuhi standar dari
perusahaan logistik yang ada tersebut
Selayaknya sebuah paham keilmuan , Ilmu Logistik juga tidak hanya memuat
tujuan tetapi juga memiliki manfaat yang dapat memberikan fungsi guna dan
keuntungan, yang diantaranya adalah :

10
- Perencanaan dan Pemenuhan Kebutuhan
Logistik memang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sistem
pengiriman barang, dimana ia memiliki jadwal serta pengaturan yang sangat
tepat. Hal inilah yang membuatnya sangat bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan yang ada, bahkan setiap harinya sudah terdapat jadwal
pengiriman untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
- Sebagai Tempat Simpan
Salah satu sistem yang ada di dalam logistik ialah sebagai tempat
penyimpanan, hal ini sangat wajar mengingat logistik memiliki gudang di
setiap daerah. Umumnya setiap barang yang masuk dan keluar diberi jadwal
masing-masing, tentu saja selama barang tersebut belum dikirim maka ia
akan tetap disimpan dengan baik di gudang penyimpanan.
- Memelihara Kualitas Barang
Setiap aktivitas logistik selalu terdapat pemeriksaan kualitas, mulai dari
penerimaan, penyimpanan, hingga pengiriman. Setiap saat kondisi barang
akan selalu dicek dan diperiksa sesuai dengan prosedur yang berlaku, hal
tersebut dilakukan agar barang tidak mengalami rusak atau cacat sebelum
diterima oleh pelanggan.
- Efektivitas dan Efisiensi Distribusi
Sebelum adanya logistik pengiriman barang di zaman dahulu menggunakan
cara one time, disini barang akan dikirim hanya sekali waktu saja dari
tempat asal ke tempat tujuan dengan menggunakan satu transportasi saja.
Sehingga sangat tidak efektif ataupun efisien untuk dilakukan, apalagi cara
ini juga menelan biaya yang cukup besar.
- Manajemen Anggaran
Aktivitas logistik yang baik sangatlah memerhatikan manajemen anggaran,
tentunya anggaran yang dikeluarkan untuk pengiriman barang menggunakan
cara ini sangatlah maksimal. Hal ini dikarenakan pengiriman bisa berfokus
untuk satu area saja, sehingga pengiriman menjadi lebih cepat dan sangat
terjangkau

11
2.4 Pengertian Wilayah Tertinggal, Terpencil, Terluar, dan Perbatasan
Wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan adalah wilayah-wilayah di
Indonesia yang dikelompokan karena kondisi daerah yang jauh ataupun terasing
dan tidak mudah didatangi.
Menurut Perpres Nomor 12 Tahun 2015 Wilayah tertinggal, terluar, terpencil,
dan perbatasan di Indonesia adalah suatu wilayah yang memiliki kriteria daerah
berupa :
- Perekonomian masyarakat yang rendah.
- Sumber daya manusia yang kurang berkualitas.
- Kemampuan keuangan daerah yang berkapita rendah.
- Sarana dan prasarana yang belum memadai
- Aksesibilitas wilayah yang sulit dijangkau.
- Serta karakteristik lain berupa faktor kedekatan geografis dengan perbatasan
Indonesia dan negara lain.
- Serta faktor geografis lain yang menghambat pengembangan wilayah

2.5 Permasalahan logistik di wilayah tertinggal di Indonesia

Secara umum kemajuan perputaran logistik di Indonesia hanya terjadi di


Wilayah Barat Indonesia seperti Jawa dan Sumatera. Kemajuan perputaran
logistik nasional yang hanya berpusat di wilayah barat sangat berbanding
terbalik dengan keadaan logsitik di pulau-pulau di Timur Indonesia dan daerah-
daerah terpencil, keteresediaan akan suplai logitik tidak menentu tidak mampu
mendukung peningkatan daya suplai bisnis dan peningkatan kesejahteraan
rakyat di wilayah terkait, bahkan pembinaan dan pengembangan terkait kegiatan
logistik relatif masih bersifat parsial dan sektoral di masing-masing daerah-
daerah tersebut , sementara koordinasi yang ada belum memadai.

2.6 Tol laut untuk mewujudkan konektivitas nasional

Tol laut adalah penyediaan sistem distribusi logistik menggunakan kapal besar
yang menghubungkan pelabuhan di jalur utama ke pelabuhan kecil di antar
pulau yang digadang-gadang dapat menjembatani penyaluran logistik
kepelosok-pelosok negeri dan menciptakan rute-rute pelayaran praktis dan

12
efisien dalam transportasi manusia,barang, dan hewan antar pulau serta diyakini
dapat menyelesaikan permasalahan terhadap ketersediaan logistik yang ada di
wilayah-wilayah pelosok

13
BAB II
PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PROGRAM TOL LAUT


1. Awal Pelaksanaan Tol Laut
Mengutip website kementerian perhubungan 04 Nopember 2015 tentang
peluncuran Tol Laut, Bertempat di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, pada
hari ini tanggal 4 November 2015 dilaksanakan acara Peluncuran Perdana
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang
Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut Tahun Anggaran 2015 oleh Menteri
Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Menteri Perhubungan dan
Menteri Perdagangan
Tol laut merupakan program nasional Presiden Republik Indonesia, Bapak
Joko Widodo yang dilatarbelakangi karena adanya disparitas harga yang
cukup tinggi antara wilayah barat dan timur. Pertumbuhan ekonomi yang
terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan transportasi laut di Indonesia tidak
efisien dan mahal karena tidak adanya muatan balik dari wilayah-wilayah
yang pertumbuhan ekonominya rendah, khususnya di Kawasan Timur
Indonesia.Pada prinsipnya tol laut merupakan penyelenggaraan angkutan
laut secara tetap dan teratur yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan
hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan menggunakan
kapal-kapal berukuran besar sehingga diperoleh manfaat ekonomisnya.
Dalam rangka pelaksanaan program tol laut ini, maka pemerintah dalam hal
ini Kementerian Perhubungan memberikan penugasan kepada PT.
Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). Penugasan tersebut tertuang dalam
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang Dalam Rangka
Pelaksanaan Tol Laut yang diikuti dengan terbitnya Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. 161 Tahun 2015 tanggal 16 Oktober 2015 tentang
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang di
Laut dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 168 Tahun 2015 tentang
Tarif Angkutan Barang Dalam Negeri dan Bongkar Muat Dalam Rangka
Pelaksanaan Tol Laut.

14
Pada tahun 2015 ini telah ditetapkan 6 (enam) trayek yang diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL.108/6/2/DJPL-
15 tentang Jaringan Trayek Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik
untuk Angkutan Barang Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut Tahun
Anggaran 2015. Besaran Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan
Barang Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Lauttersebut sebesar Rp.
257,907,959,000,- (Dua ratus lima puluh tujuh milyar Sembilan ratus tujuh
juta Sembilan ratus lima puluh Sembilan ribu rupiah) dengan 6 unit kapal.
Namun sehubungan dengan keterbatasan waktu yang tinggal 2 (dua) bulan
dan ketersediaan armada PT. Pelni, maka untuk hal ini baru dioperasikan 3
(tiga) unit kapal untuk 3 (tiga) ruas trayek dengan nilai subsidi sebesar 30
Milyar. Ketiga susunan jaringan trayek tersebut, adalah:
1. Kode Trayek T–1 :
Tg. Perak – Tual – Fak fak – Kaimana – Timika – Kaimana – Fak fak –
Tual –Tg Perak. (Dioperasikan oleh KM. Caraka Jaya Niaga III - 32);
2. Kode Trayek T–4 :
Tg. Priok – Biak – Serui – Nabire –Wasior – Manokwari – Wasior-
Nabire – Serui – Biak – Tg Priok. (Dioperasikan oleh KM. Caraka Jaya
Niaga III – 22);
3. Kode Trayek T–6 :
Tg. Priok – Kijang – Natuna – Kijang – Tg Priok. (Dioperasikan oleh
KM. Caraka Jaya Niaga III - 4).

2. Pelaksanaan Tol Laut Tahun 2023


Pada dasarnya penyelenggaraan angkutan barang di laut atau lebih dikenal
dengan Tol Laut adalah upaya pemerintah untuk mendistribusikan barang
pokok dan barang penting, serta barang-barang lainnya sesuai dengan
ketentuan, ke wilayah-wilayah 3TP (Tertinggal, Terpencil,Terluar, dan
Perbatasan).

15
Oleh karena itu, prinsip penyelenggaraan Tol Laut adalah memberikan
pelayanan yang seoptimal mungkin, agar distribusi barang ke wilayah-
wilayah tersebut dapat berjalan lancar, sehingga persediaan barang dapat
lebih terjamin, dan disparitas harga semakin mengecil. Untuk mencapai hal
tersebut, maka kesinambungan pelayanan menjadi hal yang benar-benar
harus diperhatikan, tanpa terkendala oleh aspek-aspek yang bersifat
administratif.

Trayek Tol Laut Tahun 2023


H-1 Tanjung Perak – 438 – Makassar – 766 - Tahuna – 648 – Nunukan – 959 -
Tanjung Perak PT. PELNI (PERSERO) 2811
H-2 Tanjung Perak – 438 – Makassar (Soekarno Hatta) – 484 –Luwuk – 120 -
Bobong (Taliabu) – 860 – Tanjung Perak PT. PELNI (PERSERO) 1902
H-3 Tanjung priok – 562 – Teluk bayur – 562-Tanjung priok PT. MERATUS
LINE 1124
H-4 Tanjung perak – 1359 – Sorong – 1359 - Tanjung perak PT.
TEMPURAN MAS LINE 2718
H-5 Tanjung Perak – 1700 – Merauke – 372 – Agats –114 – Timika (Pomako)
– 1598 – Tanjung Perak PT. TEMPURAN MAS LINE 3784
T-1 Tanjung Priok – 86 – Patimban – 1006 – Lhoksumawe – 114 – Malahayati
– 1250 – Patimban – 86 – Tanjung Priok PT. CITRABARU
ADINUSANTARA 2542
T-2 Teluk Bayur- 219 - Gn Sitoli – 109 - Sinabang – 414 - Mentawai – 144 -
Pulau Baai – 221 - Teluk Bayur PT. SUBSEA LINTAS GLOBALINDO
1107

16
T-3 Tanjung Priok – 86 - Patimban - 502 – Kijang – 144 – Letung - 36 -
Tarempa – 149 – Pulau Laut - 76 - Selat Lampa – 61 – Subi – 47 –
Serasan – 85 – Midai – 241 – Kijang - 502 – Patimban – 86 – Tanjung
Priok PT. PELNI (PERSERO) 2015
T-4 Makassar (Soekarno Hatta)- 580 – Anggrek – 431 – Nunukan – 77 –
Tarakan – 570 – Makassar PT. CITRABARU ADINUSANTARA
1658
T-5 Bitung - 89–ulu Siau/Tagulandang – 64- Tahuna – 100 - Lirung /
Melangoane – 204 - Bitung PT. PELNI (PERSERO) 457
T-6 Bitung - 226–luwuk– 138- Pagimana – 35 – Bunta – 28 – Mantangisi – 21
– Ampana– 107 – Parigi – 132 – Tilamuta – 212 – Bitung PT.
DJAKARTA LLOYD 899
T-7 Makassar (Soekarno Hatta) – 358 – Ereke – 89 – Raha – 111 – Sikeli –
185 - Makassar (Soekarno Hatta) PT. DJAKARTA LLOYD 743
T-8 Makassar (Soekarno Hatta) – 501- Bungku – 61 – Kolonodale – 563 –
Makasar (Soekarno Hatta) PT. DJAKARTA LLOYD 1125
T-9 Tanjung Perak – 1540 - Wasior – 126 – Nabire – 95 – Serui – 1878 -
Tanjung Perak PT. TEMPURAN MAS LINE 3639
T-10 Tanjung Perak – 1216 – Tidore (Soasio) – 156 – Morotai – 72 – Galela –
144 – Maba/Buli – 139 – Weda – 1213 – Tanjung Perak PT. PELNI
(PERSERO) 2940
T-11 Tanjung Perak – 1240 – Fak-Fak – 154 – Kaimana – 299 – Elat – 104 –
Dobo – 1313 - Tanjung Perak PT. PELNI (PERSERO) 3110
T-12 Tanjung Perak – 905 - Kisar – 33 – Letti – 11 – Moa – 70 – Mahaletta –
985 - Tanjung Perak PT. PELAYARAN PELANI TUNGGAL IKA
2004
T-13 Tanjung Perak –632 – Sabu –63-Rote-145-Wini-28- Atapupu- 456-
Calabai- 339 – Tanjung Perak PT. PELNI (PERSERO) 1663
T-14 Tanjung Perak – 669 – Larantuka – 32 – Lembata – 91 – Kalabahi – 745 –
Tanjung Perak PT. PELNI (PERSERO) 1537
T-15 Tanjung Perak – 437 – Makassar (Soekarno Hatta) – 775 – Jailolo – 139 –
Morotai (Daruba) – 30 - Galela 1225 – Tanjung Perak PT. PELNI
(PERSERO) 2606

17
T-16 Tanjung Perak – 710 – Wanci – 216 – Namrole (Leksula) – 895 – Tanjung
Perak PT. SUBSEA LINTAS GLOBALINDO 1821
T-17 Tanjung Perak – 1133 – Saumlaki – 231 – Dobo – 1313 – Tanjung Perak
PT. TEMPURAN MAS LINE 2677
T-18 TanjungPerak–334–Badas–118– Bima–415– Tanjung Perak PT.
TEMPURAN MAS LINE 867
T-19 Sorong – 237 – Oransbari – 145 – Waren – 164 – Sarmi – 112/131 –
Depapre/Jayapura – 345/320 – Biak/Korido – 320/282 – Sorong -491 –
Pomako - 410 – Merauke – 410 –Pomako – 406 – Kokas – 166 – Sorong
PT. PELNI (PERSERO) 3207
T-20 Tanjung Perak – 854 – Tarakan – 854 – Tanjung Perak PT. MERATUS
LINE 1708
T-21 Tanjung perak – 992 – Namlea – 992 – Tanjung Perak PT.
TEMPURAN MAS LINE 1984
T-22 Biak–120–Teba–45–Bagusa–25– Trimuris–21 –Kasonaweja–91– Teba–
120–Biak–35–Brumsi – 35 – Biak PT. ASDP 492
T-23 Merauke (Kelapa Lima) – 194 – Kimaam – 180 – Moor – 40 – Bade
(mapi) – 105 – Gantentiri (Bovendigul) – 519 – Merauke (Kelapa Lima)
PT. ASDP 1038
T-24 Merauke (Kelapa Lima) - 360 – Atsy – 86 - Agats -86 - Atsy–96–Senggo–
96-Atsy–360-Merauke (Kelapa Lima) PT. ASDP 1084
T-25 Timika(Pomako)–212–Atsy–110– Eci–110– Atsy–82–Ewer–
8– Agats–66–Sawaerma–22-Mamugu-610-Timika (Pomako) PT.
ASDP 1220
T-26 Timika (Pomako) - 126 – Agats – 24 – Warse – 40 – Yosakor–64–Agats–
33–Ayam–20–Katew–53– Agats –23-Yurfi–41–Komor–64–Agats–126–
Timika (Pomako) PT. ASDP 614
T-27 Merauke (Kelapa Lima) – 497 – Dobo – 104 – Elat – 26 – Tual -136
Kaimana – 618 – Biak -108 – Serui – 114 – Nabire – 687 – Elat – 529 -
Merauke PT. PELNI (PERSERO) 2819
T-28 Kupang -201- Waingapu -138- Labuan Bajo -1319 - Merauke -992/1018-
Atapupu/Wini -121/101 – Kupang PT. PELNI (PERSERO) 2771

18
T-29 Tanjung Perak - 1008 - Wayaloar – 109 – Malbufa – 183 – Babang – 22 –
Saketa – 148- Gimea/ Tapeleo – 1222 – Tanjung Perak PT. LUAS LINE
2692
T-30 Tanjung Perak – 1093 – Pulau Obi – 210 – Piru – 274 – Bula – 277 –
Larat -152 – Tepa – 1056 – Tanjung Perak PT. LUAS LINE
3062
T-31 Tanjung Perak – 507 – Reo – 507 – Tanjung Perak PT.
TEMPURAN MAS LINE 1014
T-32 Tanjung Priok – 342- Pulau Baii – 342 – Tanjung Priok PT.
TEMPURAN MAS LINE 684
T-33 Tanjung Perak – 922 – Anggrek – 922 – Tanjung Perak PT. MERATUS
LINE 1844
T-34 Tanjung Perak – 903 – Nunukan – 903 – Tanjung Perak - 1806
(http://geraimaritim.kemendag.go.id/trayek)

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memberikan penjelasan terhadap


program Tol Laut yang telah berjalan selama 7 tahun. Kemenhub menerangkan
program Tol Laut sudah memberikan kontribusi terhadap perekonomian.
Menurut data Kemenhub, hasil produksi program Tol Laut di tahun 2022
terhitung Januari hingga 31 Desember 2022 kemarin tercapai 14.508 TEUs atau
115,86 persen di atas target 12.521 TEUs.
Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Stastik (BPS), Program Tol laut telah
berkontribusi dalam perekonomian Indonesia. Secara umum, sektor transportasi
mampu tumbuh 21,27% di semester I-2022 dan memberikan kontribusi positif
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,44%.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha dalam acara Rakornas Tol Laut
2022 menjelaskan bahwa penyelenggaraan program Tol Laut memberikan
manfaat dalam konektivitas transportasi laut di wilayah Tertinggal, Terpencil,
Terluar, dan Perbatasan (T3P) sebagai pelayanan distribusi barang,
membangkitkan perekonomian, menjaga ketersediaan barang serta turut
menggali potensi unggulan daerah.
Penyelenggaraan Tol Laut tentunya tidak terlepas dari keterbatasan yang
menjadi hambatan.

19
"Oleh karena itu, kita berharap Pemerintah Pusat dan Daerah untuk bersama-
sama menyiapkan langkah-langkah perbaikan dalam pemanfaatan kapal Tol
Laut sehingga pelaksanaannya di tahun 2023 lebih optimal," kata Arif dikutip,
Jumat (6/1/2023).
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Hendri Ginting
menyampaikan, bahwa Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk
Angkutan Barang di Laut pada tahun 2022 mengalami perkembangan, dengan
adanya penambahan trayek di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Saat ini,
menurut Capt. Ginting, program tol laut melayani 33 trayek yang dilayani
dengan mengoperasikan 32 kapal yang menyinggahi 130 pelabuhan. Adapun
muatan berangkat terbanyak yang diangkut oleh Kapal Tol Laut di antaranya
semen, beras, air mineral, dan minuman ringan. Sedangkan komoditi muatan
balik terbanyak di antaranya adalah kayu, kopra, rumput laut, batang pohon
kelapa, dan arang. Capt. Ginting berharap, Program Tol Laut dapat
meningkatkan distribusi dan menjaga ketersediaan barang kebutuhan pokok,
barang penting dan barang lainnya dengan biaya pengiriman logistik yang lebih
murah dari pelabuhan pangkal sampai daerah T3P.
Upaya ini diharapkan dapat mengurangi disparitas harga hingga menjaga
stabilitas harga jual barang yang diangkut oleh kapal Tol Laut di daerah T3P.
“Kita akan terus mengupayakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan
daya beli masyarakat dan pembangunan infrastruktur guna mendorong geliat
pertumbuhan perekonomian, meningkatkan investasi dan memperkuat
kedaulatan di wilayah perbatasan Indonesia,” tegasnya. Sebagai informasi,
Kegiatan Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Angkutan Tol Laut
Tahun Anggaran 2023 sebanyak 39 Trayek dengan rincian Penugasan = 20
trayek (PT. PELNI = 11 trayek, PT. ASDP = 5 trayek dan PT. Djakarta Lloyd =
4 trayek) dan Pelelangan umum kepada operator swasta = 19 trayek.
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang di Laut
(Tol Laut) diawali dengan pelepasan perdana kapal tol laut yaitu KM. Kendhaga
Nusantara 7 yang pada tahun 2023 melayani trayek T-14 dengan rute pelayaran
Tanjung Perak – Larantuka (Tabilota) – Lembata (Lewoleba) – Kalabahi –
Tanjung Perak.
"Dengan adanya pelepasan perdana kapal Tol Laut pada awal tahun ini,
diharapkan dapat menjadi semangat baru bagi kita semua dalam menyukseskan

20
program tol laut untuk memenuhi kebutuhan barang pokok dan penting
(Bakpokting) ke daerah terdepan, terpencil, tertinggal dan perbatasan (T3P)
sesuai dengan amanat perpres nomor 27 tahun 2021," ujar Direktur Lalu Lintas
dan Angkutan Laut Capt Hendri Ginting dalam keterangan tertulis, Kamis
(5/1/2023)

B. PELAKSANAAN TOL LAUT DI SULAWESI TENGGARA


Trayek penghubung (feeder) tol laut dengan pangkalan di Kendari, Sulawesi
Tenggara, mulai beroperasi dengan mengangkut bahan pokok ke pelosok-
pelosok di tiga provinsi sekitarnya. Feeder dengan rute Kendari-Lameruru-
Bungku-Kolondale-Taliabo-Kendari (T-18) itu beroperasi mulai 5 Oktober
setelah KM Kendhaga Nusantara 15 tiba di Pelabuhan Kendari dari galangan
kapal PT Dumas Tanjung Perak Shipyard di Surabaya. Kapal berkapasitas muat
kontainer 100 TEUs dengan operator PT Djakarta Lloyd (Persero) itu
diharapkan dapat menjadi hub bagi trayek T-6 (Tanjung Perak-Tidore-Morotai-
Tanjung Perak) yang dioperasikan PT Pelni (Persero). T-18 merupakan satu di
antara tiga trayek feeder yang dibuka Kemenhub di koridor Sulawesi menjelang
pengujung tahun 2018. Dua trayek lainnya, yakni T-16 (Makassar-Selayar-
Jampea-Sikeli-Raha-Ereke-Pasarwajo-Makassar) dan T-17 (Bitung-Tilamuta-
Parigi-Poso-Ampana-Bunta-Pagimana-Bitung) belum beroperasi.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, bahwa data trayek Tol Laut di
Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
2018 :
T-7 Tg Perak – Wanci – Namlea – Wanci – Tg Perak - 1974
T-16 Makassar – Selayar – Jampea – Sikeli – Raha – Ereke – Pasarwajo
–Makassar - 1001
T-18 Kendari – Lameruru – Bungku – Kolondale – Taliabo – Kendari -
666
2019 :
H-2 2019 Tg Perak – Wanci – Namrole – Namlea – Obi – Tg Perak -
1981
T-7 2019 Makassar – Selayar – Jampea – Sikeli – Raha – Ereke – Pasarwajo
– Makassar - 1001
T-8 2019 Kendari – Bungku – Kolonodale – Luwuk – Kendari - 508

21
2020 :
T-7 Makasar (Soekarno Hatta) – 127-Selayar –82- Jampea –147- Sikeli
-105- Raha -106- Ereke (Sakkar Ereke) -316- Makassar (Soekarno
Hatta) PT. DJAKARTA LLOYD 883
T-16 Tanjung Perak-710-Wanci-216-Namrole (Leksula)-66- Namlea-
133-P.Obi-1093-Tanjung Perak PT. DJAKARTA LLOYD -
2218

2021 :
T-7 Makassar (Soekarno Hatta) - 358 - Ereke - 89 - Raha - 111 - Sikeli
- 116 - Selayar - 106 - Makassar (Soekarno Hatta) PT.
DJAKARTA LLOYD 780
T-16 Tanjung Perak - 710 - Wanci - 216 - Namrole (Leksula) - 133 - P.
Obi - 1093 - Tanjung Perak PT. DJAKARTA LLOYD -
2152

2022 :
T-7 Makassar (Soekarno Hatta) - 358 - Ereke - 89 - Raha - 111 - Sikeli
- 116 - Selayar - 106 - Makassar (Soekarno Hatta) PT.
DJAKARTA LLOYD 780
T-16 Tanjung Perak - 710 - Wanci - 216 - Namrole (Leksula) - 133 - P.
Obi - 1093 - Tanjung Perak PT. DJAKARTA LLOYD -
2152
2023 :
T-7 Makassar (Soekarno Hatta) – 358 – Ereke – 89 – Raha – 111 –
Sikeli – 185 - Makassar (Soekarno Hatta) PT. DJAKARTA
LLOYD 743
T-16 Tanjung Perak – 710 – Wanci – 216 – Namrole (Leksula) – 895 –
Tanjung Perak PT. SUBSEA LINTAS GLOBALINDO - 1821

22
Dari perkembangan trayek tol laut pada Sulawesi tenggara tentunya membawa
dampak besar bagi pengembangan wilayah, penigkatan perekonomian, hingga
peningkatan kesejahtraan taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan data BPS pada tabel sebagai berikut :

September

November

Desember
Februari

Oktober
Agustus
Januari
Tahun

Maret

April

Juni
Mei

Juli
201
7 10.28 12.40 12.96 18.35 23.90 19.83 43.04 31.36 37.67 76.06 35.47 61.63
201 124.7 103.5 119.2
8 67.23 71.84 96.35 63.21 93.53 69.35 4 96.56 82.21 0 9 93.44
201 108.7 142.4 181.3 132.2 119.9 150.1 111.9 231.7 281.8 121.7
9 1 87.64 5 2 5 9 1 9 1 4 8 189.98
202 168.5 100.6 147.4 118.1 179.5 142.9 178.0 120.7 298.9 294.5 409.9
0 0 5 7 6 6 2 3 3 4 9 7 237.99
202 206.8 139.9 469.1 432.8 210.1 481.5 382.7 307.2 347.4 590.6 135.2
1 5 3 1 9 1 1 3 7 1 8 7 555.10
202 400.1 314.1 411.5 563.5 678.1 485.7 353.2 752.9 553.0 569.8 497.6
2 9 5 4 1 7 0 4 4 2 4 7 503.42
202 369.3 340.3 431.7
3 7 6 6                  
Tabel Data Ekspor Sulawe Tenggara 2017-2023 (Juta US$)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai Ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara


dari tahun 2017 hingga saat ini terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan hingga tahun 2023. Hal ini tentunya menjadi dampak positif dari
Program Tol Laut bagi kemajuan perekonomian di Sulawesi Tenggara.

Menurut Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Laut Nomor : KP.912/


DJP /2019 implementasi pelaksanaan program tol laut melibatkan Kementrian
perhubungan untuk melakukan koordinasi untuk menyediakan sarana dan
prasrana kelancaran penyelenggaraan angkutan barang di laut sekaligus sebagai
pemberi tugas, Kementrian Perdagangan sebagai pelasana pemasaran dan
menentukan jenis muatan serta mengendalikan ketersediaan harga barang
komoditas, dan PT Pelayaran Nasional Indonesia sebagai operator kapal perintis
KM Gandha Nustantara 19 sedangkan PT Djakarta Lloyd sebagai operator kapal
kontainer KM Kendhaga Nusantara 4.

23
Berdasarkan kondisi yang ada, kendala dalam implementasi pelaksanaan
program tol laut kurang terkoordinasi sebagaimana dengan konsistensi kebijakan
pemerintah dalam penentuan rute dan pelabuhan singgah kapal tol laut di
provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun secara fungsional Otoritas Pelabuahan
utama, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan dan Kepala
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan melakukan pengawasan dan evaluasi di
pelabuhan pangkal terhadap pelaksana dan penyelenggaraan angkutan barang di
laut serta menyediakan fasilitas kegiatan penyelenggaraan angkutan barang di
pelabuhan singgah.
Hasil observasi menunjukkan bahwa PT Pelabuhan Indonesia IV cabang
Kendari dilibatkan, disebabkan karena PT Pelindo memiliki fasilitas pelabuhan
untuk mendukung penyelenggaraan program tol laut dalam kegiatan bongkar
muat barang, bentuk penyediaan dari PT Pelindo adalah fasilitas tambatan,
dengan luas kolam pelabuhan 150 : 150 Ha, kedalaman dermaga 20 mLWS,
tinggi gelombang 0,3 meter, kecepatan arus 2.5 knot, kecepatan angin 7 Knot,
fasilitas lapangan, dan fasilitas alat forklift 32 ton 1 unit dan forklift 7 ton 3 ton
dan truk tronton 4 unit serta crane untuk bongkar muat. Sedangkan realisasi
program tol laut saat ini di provinsi Sulawesi Tenggara pada rute T-7 pelabuhan
Nusantara Raha sebagai pelabuhan singgah kapal tol laut yang dikelolah oleh
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Raha atau Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan. Pelabuhan Raha sebagai dalam menunjang kapal tol laut memiliki
dermaga dengan kedalaman -7 sampai -8 mLWS sedangkan HWS bisa
mencapai 10 m dengan fasilitas alat bongkar muat berupa mobile crane dan
forlift
Berdasarkan wawancara pendahuluan tarif muatan tol laut kapal perintis KM
Gandha Nusantara 19 dengan rute Pelabuhan Nusantara Raha – Pelabuhan
Maligano merupakan subsidi pemerintah berupa muatan penumpang dan barang.
Kapal perintis KM Gandha Nusantara 19 tidak dikenakan tarif biaya atau Gratis
sehingga sangat diandalkan masyarakat untuk melancarkan distribusi logistik
khususnya kebutuhan pokok ke daerah berkategori tertinggal, tepencil dan
terluar (3T). Sedangkan untuk tarif muatan logistik tol laut kapal KM Kendhaga
Nusantara 4 yaitu dihitung per unit dengan volume D20’ sebesar Rp.
20.000/KGS.

24
Budi Karya (2017) yang dikutip (Verdifauzi, 2018), menjelaskan bahwa tarif
dasar angkutan tol laut berdasarkan Permenhub No.7 Tahun 2017 sebesar Rp.
4,543.88 per mil Teus untuk kontainer dan Rp. 206.87 per mil per ton untuk
angkutan kargo. Sedangkan tarif untuk reefer kontainer sebesar 1,5 kali lipat
tarif kontainer. Pemerintah akan membayar selisih antara tarif angkut dan tarif
dasar tol laut. Berapapun muatan yang tersangkut dalam kapal, pemerintah akan
bayar. Berdasarkan wawancara pendahuluan diperoleh informasi dengan adanya
tarif subsidi program tol laut dapat menambah output bongkar muat melalui peti
kemas.

Kapal Tol Laut KM Kendhaga Nusantara 4 merupakan kapal yang melayani rute
T-7 yang di operasikan oleh PT Djakarta Lloyd di Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan spesifikasi menggunakan mesin utama 2xYanmar,12 YM-WET, 1140
KW 1840 rpm dengan kapasitas kontainer 100 Teus, kecepatan 12 Knots,
Panjang 74.05 m, luas 17.20 m. Pelaksanaan program tol laut KM Kendhaga
Nusantara 4 pada rute T-7 yang dioperasikan oleh PT Djakarta Lloyd
menggunakan pola Operasi Multi Port Circle. Rute pada trayek T-7 memiliki
Homebase di Makassar dengan tujuan ke Selayar ke Jampea ke Sikeli ke Raha
dan ke Ereke dengan total jarak pelayaran 883 Nautical Mil dengan perjalanan
pulang pergi selama 12 hari. Dalam pelaksanaannya mendistribusikan
kebutuhan barang pokok dan barang penting serta komoditi daerah atau hasil
bumi dan kelautan provinsi Sulawesi Tenggara. Realisasi muatan tol laut
berdasarkan laporan bulanan bongkar wilayah kerja pelabuhan Sikeli, dalam
realisasinya menunjukan ketidak seimbangan pergerakan barang.
Program Tol laut sejak pelaksanaannya di Provinsi Sulawesi Tenggara selalu
mengalami perubahan jumlah pelabuhan yang akan disinggahi kapal tol laut.
Pada tahun 2018 rute yang melayani tol laut berjumlah 1 pelabuhan yaitu
pelabuhan wanci dengan Rute Trayek T-7, kemudian tahun 2019 yang melayani
tol laut di Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 6 pelabuhan yaitu pelabuhan
wanci dengan Rute Trayek T-7, pelabuhan Sikeli, pelabuhan Raha, pelabuhan
Ereke, pelabuhan pasarwajo dengan rute trayek T-16, pelabuhan Kendari dengan
rute trayek T-18 dan pada tahun 2020 yang melayani tol laut di Provinsi
Sulawesi Tenggara berjumlah 3 pelabuhan yaitu pelabuhan Sikeli, pelabuhan
Raha dan pelabuhan Ereke. Menurut Aditya Verdifauzi (2018) Biaya

25
diklasifikasikan yang meliputi biaya modal, biaya operasional, biaya pelayaran
dan biaya bongkar muat. Biaya yang terlalu besar dengan tidak memadainya
infrastruktur pelabuhan seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, dan
fasilitas infrstruktur lainnya menyebabkan pertimbangan pelayaran singgah di
suatu daerah. Manfaat program tol dapat menurunkan harga dengan suatu
subsidi pengangkutan logistik yang murah, sekaligus meningkatkan daya saing
produk daerah. Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan dan kendala
dalam penyelenggaraan program tol laut, diharapkan pemerintah daerah bersama
masyrakat dapat bekerja sama dalam memanfaatkan dan mendukung program
tol laut.

C. EVALUASI PELAKSANAAN TOL LAUT


Mengutip Studi Evaluasi dan Optimalisasi Rute Tol laut ( Kebijakan dan Model
Pengelolaan) Puslitbang Transportasi LSDP, 2021 menerangkan bahwa
perkembangan jumlah trayek tol laut dari tahun 2016 hingga tahun 2021
bergerak ke arah yang positif, dimana terjadi kenaikan jumlah trayek dari 6
trayek di tahun 2016 hingga 30 di tahun 2021. Selanjutnya, dari aspek jumlah
armada terdapat peningkatan dari tahun 2016 hingga tahun 2021. Terjadi
kenaikan jumlah armada atau kapal yang awalnya 6 di tahun 2016, naik menjadi
30 di tahun 2021 menunjukkan bahwa program tol laut memiliki jangkauan
layanan yang semakin besar.
Adapun untuk jangkauan wilayah, pada Tahun 2021 program tol laut mencakup
80 kabupaten di Indonesia, yang terdiri atas 14 kabupaten di Sumatera, 3
kabupaten di Kalimantan, 12 kabupaten di Sulawesi, 7 kabupaten di Nusa
Tenggara, 15 kabupaten di Kepulauan Maluku dan 20 kabupaten di Papua.
Jangkauan tersebut di luar 2 kota di Jawa sebagai pelabuhan pangkal (Jakarta
dan Surabaya).
Program tol laut memiliki sasaran melayani wilayah tertinggal, terluar, terdepan
dan perbatasan (3TP). Wilayah 3TP berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63
Tahun 2020 Tentang Penetapan. Daerah Tertinggal Tahun 2020 - 2024
mencakup 62 kabupaten, yang terdiri dari 7 kabupaten di Sumatera, 14 di Nusa
Tenggara, 3 di Sulawesi, 8 di Maluku serta 30 di Papua dimana tol laut telah
menjangkau sekitar 45% dari seluruh wilayah 3TP. Apabila diperhatikan
karakteristik wilayahnya, belum semua wilayah 3TP dapat terlayani tol laut

26
karena merupakan daerah pedalaman/daratan, misalnya Kabupaten Musi Rawas
Utara di Sumatera Selatan dan sebagian besar wilayah di Papua. Hal ini
menunjukkan bahwa tol laut sesungguhnya sudah melayani sebagian besar
wilayah 3TP yang memiliki Pelabuhan.
Optimalisasi Pengembangan Rute Tol Laut dengan Skema Hub And Spoke
Pada penyelenggaraan tol laut tahun 2022 telah terdapat beberapa skema trayek
hub and spoke yang ideal. Beberapa trayek tersebut adalah:
1. Pelabuhan hub Teluk Bayur dan pelabuhan spoke Mentawai – Pulau Baai –
Gunung Sitoli – Sinabang.
2. Pelabuhan hub Merauke dan pelabuhan spoke 1) Atsy – Agats – Senggo dan
2) Kimaam – Moor – Bade Gantentiri.
3. Pelabuhan hub Timika dan pelabuhan spoke 1) Atsy – Pomako dan 2) Agats
– Sawaerma – Mamugu.
Apabila trayek tol laut menggunakan hub and spoke, perlu diperhatikan
beberapa hal, antara lain:
1. Menggunakan pelabuhan hub yang berada di sistem utama Tol Laut
(Medan, Jakarta, Surabaya, Makasar dan Bitung), dengan demikian sistem
pergerakan barang dari barat ke timur wilayah Indonesia atau sebaliknya
menjadi lancar dan pengembangan di 5 pelabuhan tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik
2. Menambah subsidi (diambil dari penghematan subsidi dengan sistem Hub
and Spoke) angkutan barang tersebut karena adanya double handling di
pelabuhan hub.
Beberapa trayek yang dapat diterapkan hub and spoke adalah Trayek T – 1,
Trayek H-2 dengan Trayek T-6 dan T-5, Trayek H-2, Trayek T-9.
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai program yang dijalankan pada
jangka pendek, menengah maupun panjang dalam pengoptimalan rute dan
pengembangan tol laut adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan prasarana
- Perbaikan dermaga yang belum memenuhi persyaratan
- Perbaikan fasilitas pendukung pelabuhan yang belum layak, misalnya
penerangan, fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan, jalan akses
2. Perbaikan skema operasi
- Pemilihan jenis sarana yang tepat sesuai karakteristik wilayah

27
- Pemilihan trayek yang paling efisien dengan memperhatikan jarak dan
pelabuhan singgah yang akan dilayani, serta jenis komoditas,
- Pemilihan pola trayek hub and spoke pada rute yang relatif panjang dan
sudah memiliki jalur komersial
- Penyediaan reefer container pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi
komoditas yang mudah rusak (perishable goods)
- Peningkatan keterpaduan dengan moda lain, baik darat maupun udara
dalam sistem multimoda
- Penerapan sistem window kapal, sehingga jadwal lebih teratur, efektif
dan efisien
3. Perbaikan model dan skala Bisnis
- Evaluasi pola subsidi eksisting dan melanjutkan pola subsidi yang sudah
efektif dan efisien
- Penerapan pola subsidi baru misalnya subsidi untuk mengurangi double
handling pada sistem hub and spoke
- Mendorong peran Pelayaran Rakyat untuk mendukung peran distribusi
ke hinterland
- Pelibatan pelaku usaha nasional baik sebagai operator pelabuhan maupun
operator kapal dalam perencanaan dan operasional tol laut
- Mendorong pengembangan industri di daerah untuk meningkatkan
muatan balik

28
BAB III
KESIMPULAN

Tol laut, juga dikenal sebagai jalur tol laut, adalah sistem transportasi laut yang
digunakan untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Konsep tol
laut dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di jalan raya dan memanfaatkan
potensi transportasi maritim yang lebih efisien. Ini juga bertujuan untuk
meningkatkan konektivitas antara pulau-pulau di Indonesia.
Pelaksanaan tol laut di Indonesia dimulai pada tahun 2015 sebagai bagian dari
program pemerintah untuk mempercepat pengembangan konektivitas maritim.
Program ini melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan perusahaan
pelayaran. Beberapa jalur tol laut telah dikembangkan dan dioperasikan di berbagai
wilayah di Indonesia.
Salah satu jalur tol laut yang paling terkenal adalah jalur tol laut Sumatra. Jalur ini
menghubungkan pelabuhan di Sumatra dengan pelabuhan di Jawa dan Bali. Proyek
ini bertujuan untuk mengurangi lalu lintas kendaraan di jalan raya antar-pulau dan
mempercepat distribusi barang antara pulau-pulau tersebut.
Selain jalur tol laut Sumatra, ada juga jalur tol laut lainnya yang sedang dalam tahap
pengembangan. Misalnya, jalur tol laut Kalimantan yang menghubungkan pelabuhan
di Kalimantan dengan pelabuhan di Sumatra dan Jawa. Jalur tol laut ini diharapkan
dapat meningkatkan konektivitas ekonomi antara pulau-pulau tersebut dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah timur Indonesia.
Untuk melaksanakan tol laut, pemerintah Indonesia telah menggandeng perusahaan
pelayaran dan mengadakan kerjasama dengan pihak swasta. Selain itu, pemerintah
juga melakukan investasi dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan dan fasilitas
pendukung lainnya.

29
Meskipun pelaksanaan tol laut di Indonesia masih dalam tahap pengembangan,
program ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengurangi kemacetan
lalu lintas darat, mengurangi biaya logistik, dan meningkatkan konektivitas antar-
pulau di Indonesia.
Pelaksanaan tol laut di Indonesia menghadapi beberapa kendala dan hambatan yang
perlu diatasi. Berikut ini adalah beberapa contoh kendala yang mungkin muncul:
1. Infrastruktur yang terbatas:
Salah satu kendala utama adalah keterbatasan infrastruktur pelabuhan di beberapa
wilayah. Beberapa pelabuhan belum memadai dalam hal kapasitas penanganan
kargo dan fasilitas pendukung lainnya. Untuk menerapkan tol laut secara efektif,
diperlukan investasi dalam pembangunan dan peningkatan infrastruktur
pelabuhan.
2. Keberagaman regulasi dan perizinan:
Tol laut melibatkan banyak pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah,
otoritas pelabuhan, dan perusahaan pelayaran. Keberagaman regulasi dan
perizinan antara berbagai instansi dan daerah bisa menjadi hambatan dalam
pelaksanaan yang efisien dan lancar. Koordinasi yang baik dan penyederhanaan
prosedur administratif akan menjadi kunci untuk mengatasi kendala ini.
3. Keterbatasan konektivitas jaringan transportasi darat:
Meskipun tol laut dirancang untuk mengurangi lalu lintas darat, konektivitas
jaringan transportasi darat yang memadai masih penting. Keterbatasan
aksesibilitas jalan dari dan ke pelabuhan dapat mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas tol laut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan infrastruktur
jalan dan jaringan transportasi darat yang baik untuk mendukung implementasi tol
laut.
4. Pengelolaan logistik yang kompleks:
Mengelola logistik dan distribusi barang melalui tol laut membutuhkan koordinasi
yang baik antara pihak-pihak terkait, termasuk perusahaan pelayaran, pengusaha
logistik, dan pemilik barang. Menyinkronkan waktu kedatangan kapal,
pemindahan kargo di pelabuhan, dan distribusi di darat dapat menjadi tugas yang
rumit. Dibutuhkan sistem manajemen logistik yang efisien dan terintegrasi untuk
mengatasi kendala ini.
5. Keamanan dan keselamatan:

30
Keamanan dan keselamatan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan tol laut.
Pelabuhan dan kapal harus mematuhi standar keselamatan internasional untuk
mencegah kecelakaan dan insiden yang dapat membahayakan kargo, kapal, dan
kru. Pengawasan dan penegakan hukum yang efektif juga diperlukan untuk
melindungi tol laut dari ancaman keamanan, seperti pencurian dan
penyelundupan.
Pemerintah dan para pemangku kepentingan terus bekerja sama untuk mengatasi
kendala-kendala ini dan memperbaiki pelaksanaan tol laut di Indonesia. Upaya ini
melibatkan investasi dalam infrastruktur, penyederhanaan regulasi, peningkatan
koordinasi, dan pengembangan kapasitas dalam manajemen logistik dan keamanan
maritim.
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Indonesia. Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2008 Tentang


Pelayaran. Jakarta
Pemerintah Indonesia. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 70 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang dari
dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, dan Perbatasan. Jakarta

http://geraimaritim.kemendag.go.id/trayek

https://baketrans.dephub.go.id/berita/studi-evaluasi-dan-optimasi-rute-tol-laut

https://sultra.bps.go.id/indicator/8/306/1/ekspor-sulawesi-tenggara.html

Aditya Ferdiafauzi. Analisis Dampak Implementasi Program Tol Laut Terhadap


Disparitas Harga. Departemen Teknik Transportasi Laut Fakultas Teknologi
Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Surabaya.

Ari Manatuto. Analisa Program Tol Laut Terhadap Ketersediaan Logistik Diwilayah
Tertinggal,Terpencil,Terluar Dan Perbatasan (3TP) Di Indonesia. Program
Studi Diploma IV Ketatalaksanaan Angkutan Laut Dan Kepelabuhanan
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang. Semarang

31

Anda mungkin juga menyukai