1 Latar Belakang
Indonesia Poros Maritim Dunia merupakan salah satu visi yang disampaikan oleh
Presiden Indonesia saat ini yaitu Joko Widodo. Dengan dicanangkannya visi tersebut
seakan-akan meberi angin segar untuk kebangkitan kemaritiman di Indonesia. Hal yang
sangat menarik memang jika berbicara tentang kemaritiman di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan history atau sejarah pada zaman dahulu, dimana dahulu seitkali tepatnya
ketika zaman kerajaan, dimana 2 kerajaan besar di Nusantara yaitu Sriwijaya dan
Majapahit berhasil menjadi kerajaan di Nusantara yang mampu menguasai kemaritiman
dunia. Hal tersebut pun terus berlanjut ke kerajaan-kerajaan lain, dimana dahulu banyak
sekali kerajaan-kerajaan di Nusantara yang mampu menguasai perdagangan dunia,
melalui kemaritiman. Namun, sejarah tersebut secara perlahan terlupakan, dimana pola
pikir Indonesia Negara Maritim, secara cepat berubah menjadi Indonesia Negara Agraris.
Dan sejak saat itu pun kemaritiman di Indonesia pun seakan dilupakan, dan segala
macam pembangunan semua terfokus ke daratan. Namun, ketika Presiden Joko Widodo
mencoba mencanangkan kembali Indonesia Poros Maritim Dunia, dunia kemaritiman
Indonesia pun seakan-akan kembali dari tidurnya. Sekarang pembangunan di sektor
maritim menjadi tidak dilupakan lagi.
Tol laut lah salah satu program andalan dari Indonesia Poros Maritim Dunia
tersebut. Dimana tol laut ini memiliki konsep pendistribusian logistik secara merata ke
seluruh negeri tanpa henti melalui jalur laut. Latar belakang dari tol laut ini adalah
adanya disparitas harga kebutuhan di Indonesia. Dimana harga kebutuhan untuk wilayah
Indonesia Timur jauh lebih tinggi dibanding harga kebutuhan di wilayah Indonesia Barat.
Berangkat dari permasalahan tersebut maka diusung lah tol laut tersebut dengan tujuan
semua pembangunan merata ke seluruh negeri. Dan jika kita menghitung hari kira-kira
kurang lebih sudah hampir 2 tahun Presiden Joko Widodo memimpin negeri, dan hampir
2 tahun pula tol laut ini dijalankan. Apakah efek dari tol laut yang dicanangkan sudah
terlihat? Apakah tujuan dari adanya tol laut itu sudah mulai tercapai? Dan sudh sejauh
mana progres dari tol laut itu sendiri. Berkaca dari hal tersebut maka kami pun mencoba
melakukan kajian perihal tol laut tersebut. Dimana kajian ini terfokus pada sudah sejauh
mana progress dari tol laut sejak dicanangkan 2 tahun lalu.
2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan
adalah:
1. Apa Pengertian Tol Laut
2. Progres Tol Laut selama 2 tahun kepengurusan Presiden Jokowi?
3. Bagaimana Kondisi dan perkembangan industri perkapalan saat ini sebagai salah
penunjang tol laut?
4. Bagaimana Kesiapan Industri perkapalan di Indonesia untuk mensukseskan program
tol laut?
3 Pembahasan
3.1 Pengertian Tol Laut
3.1.1 Pengertian Secara Umum
Tol laut adalah membangun transportasi laut dengan kapal atau
sistem logistik kelautan, yang melayani tanpa henti dari Sabang hingga
Merauke. Tujuannya menggerakkan roda perekonomian secara efisien dan
merata.
Trayek Keempat, Tanjung Priok – Biak– Serui – Nabire – Wasior–
Manokwari kembali ke – Wasior – Nabire – Serui – Biak – Tanjung
Priok.
Trayek keenam, Tanjung Priok – Kijang– Natuna – Kijang – Tanjung
Priok.
3.3 Progress dan Kondisi Kekinian Industri Perkapalan Sebagai Salah Satu Pendukung
Tol Laut
2010-2025
Adanya galangan kapal nasional yang memiliki fasilitas produksi
berupa building berth/graving dock yang mampu membangun kapal
dan mereparasi kapal/docking repair sampai dengan kapasitas 300.000
DWT untuk memenuhi kebutuhan di dalam maupun luar negeri (world
class industry).
Meningkatnya kemampuan industri perkapalan/galangan kapal nasional
dalam membangun kapal untuk berbagai jenis dan ukuran seperti
Korvet, Frigate, Cruise Ship, LPG Carrier dan kapal khusus lainnya.
Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan industri komponen
kapal nasional untuk mampu men-supply kebutuhan komponen kapal
dalam negeri.
Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN)/National Ship
Design and Engineering Centre (NaSDEC) semakin berkembang dan
semakin kuat dalam mendukung industri perkapalan/galangan kapal
nasional.
Dari semua rencana tersebut pihak Kementrian Perindustrian
(Kemenperin) menargetkan industri galangan kapal nasional bisa tumbuh
15% tahun ini. Artinya, akhir tahun ini, galangan kapal nasional sanggup
memproduksi kapal hingga total 750.000 dead weigt tonnage (dwt). Namun,
bisnis industri galangan kapal tak cuma membuat kapal baru saja tapi juga
menyediakan komponen kapal. Sejauh ini, di bidang industri komponen
kapal di Indonesia baru ada sekitar 100 perusahaan yang terdiri dari
berbagai jenis. Padahal angka yang ideal adalah sekitar 200 unit
(perusahaan) industri komponen kapal. Untuk mencapai jumlah tersebut,
diperlukan total investasi senilai Rp 10 triliun hingga dua tahun mendatang.
Investasi komponen ini penting dan mendesak, karena sekitar 70%
komponen kapal masih impor.
Lalu untuk pengembangan industri di kawasan timur dalam
pelaksanaannya pelabuhan Makassar masih menjadi pintu gerbang
(tumpuan) untuk konektivitas Indonesia bagian timur yaitu kepulauan
Maluku dan Papua. Pemerintah nampaknya terlihat lambat dalam
mengembangkan kawasan industri yang akan menjadi pintu masuk dan
keluarnya arus logistik di Indonesia bagian timur. Bitung sebagai pelabuhan
utama masih belum terlihat mampu untuk melayani daerah belakangnya,
yaitu kepulauan Maluku dan Papua, ini dapat terlihat nyata karena di Bitung
belum dikembangkan kawasan Industri yang terintegrasi layaknya dikota
Makassar.
Pengembangan kawasan industri di Bitung diyakini akan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat kepulauan Maluku dan Papua tanpa
berharap pasokan dari Jawa dan Makassar. Oleh karena itu konsep kawasan
industri yang terintegrasi merupakan jawaban atas terkendalanya Bitung
sebagai tumpuan (pelabuhan Utama) di Indonesia timur.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa ongkos kirim barang dari
Jakarta menuju Hamburg yang berjarak 11.000 km ternyata lebih murah
daripada menuju Padang yang berjarak hanya 1.000 km. Dari beberapa
kondisi maritim Indonesia tersebut, maka konsep Tol Laut sangat
dibutuhkan untuk segera diimplementasikan, khususnya pengembangan
infrastruktur pelabuhan.
3.7.2 Pengembangan Pelabuhan dalam Kerangka Tol Laut
Tol laut merupakan layanan angkutan laut dengan jumlah dan tipe
kapal besar sesuai demand, melalui jalur utama koridor tengah perairan
Indonesia yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama (hub), disertai
dengan jalur penerus (feeder) yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan
pengumpan (spoke). Pelabuhan yang akan menjadi international hub-port
adalah Pelabuhaan Bitung dan Pelabuhan Kuala Tanjung. Perkiraan
investasi yang dibutuhkan untuk membangun konsep Tol Laut sebesar IDR
699,9 triliun. Adapunn investasi tersebut digunakan untuk membangun dan
mengembangkan 24 pelabuhan utama beserta infrastruktur penunjangnya,
pengembangan pelabuhan kecil dan pengadaan kapal, pengadaan fasilitas
kargo, pembangunan 1.481 pelabuhan rakyat, pembangunan 80 pelabuhan
khusus (seperti batubara dan CPO), pengembangan akses kawasan, industri
galangan kapal, membeli kapal barang perintis, tanker, cargo, kapal rakyat
dan pengamanan laut.
24 pelabuhan utama itu adalah Pelabuhan Banda Aceh, Pelabuhan
Belawan, Pelabuhan Pangkal Pinang, Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan
Dumai, Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Batam, dan Pelabuhan Padang.
Kemudian Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Cilacap, Pelabuhan
Tanjung Perak, Pelabuhan Lombok, Pelabuhan Kupang, Pelabuhan
Banjarmasin, Pelabuhan Pontianak, Pelabuhan Palangka Raya, Pelabuhan
Maloy, dan Pelabuhan Bitung. Selanjutnya adalah Pelabuhan Makassar,
Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Halmahera, Pelabuhan Sorong, Pelabuhan
Jayapura dan Pelabuhan Merauke.
3.8 Tol Laut dan Dampaknya untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia
3.8.1 Kegiatan Strategis Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Isu utama pembangunan wilayah nasional saat ini adalah masih
besarnya kesenjangan antar wilayah, khususnya kesenjangan pembangunan
antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia
(KTI). Hal ini tercermin salah satunya dari kontribusi PDRB terhadap PDB,
yang mana selama 30 tahun (1983-2013), kontribusi PDRB KBI sangat
dominan dan tidak pernah berkurang dari 80 persen terhadap PDB.
Gambar 4. Peran Tiap Pulau dalam PDB Nasional 1983-2013
http://indonesianindustry.com/negara-poros-maritim-butuh-dukungan-industri-perkapalan
http://www.pal.co.id/v5/news/index.php?id=nws2014092616475693
http://www.kompasiana.com/yayanindrapurwanto/dampak-tol-laut-jokowi-bagi-industri-kapal-
indonesia_55b8841a397b61052093ab2c
http://www.bkpm.go.id/id/peluang-investasi/peluang-berdasarkan-sektor/kelautan
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2908/Galangan-Kapal-Tumbuh-
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5328/Indonesia-Kembangkan-Industri-Perkapalan
http://www.kemenperin.go.id/artikel/4614/Industri-Galangan-Kapal-Tumbuh
http://lautindo.com/rute-kapal-baru-tol-laut/
https://beritagar.id/artikel/berita/tol-laut-trayek-lima-beroperasi-ekonomi-indonesia-timur-
terdongkrak
http://demo.idxcode.com/geraimaritim/index.php
http://budisansblog.blogspot.co.id/2015/06/dwelling-time_91.html
http://satyanusa.blogspot.co.id/2015/08/dwelling-time-dan-permasalahannya.html