Anda di halaman 1dari 95

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

PASCA BANJIR DI PERUMAHAN PONDOK GEDE


PERMAI, KELURAHAN JATIRASA
KOTA BEKASI

NITA SRI AHALIATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai


Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai,
Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini
saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Nita Sri Ahaliati


NIM. H44090020
ABSTRAK
NITA SRI AHALIATI. Estimasi kerugian ekonomi masyarakat pasca banjir di
Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi. Dibimbing
oleh AHYAR ISMAIL.

Bekasi merupakan salah satu kota yang terkena dampak banjir luapan
sungai. Pada tahun 2013, ada 28 titik genangan yang tersebar di delapan
kecamatan salah satunya Kecamatan Jatirasa, tepatnya di Perumahan Pondok
Gede Permai yang dikenal sebagai daerah rawan banjir karena terletak di dekat
Kali Bekasi dan tempat bertemunya dua aliran sungai di Bekasi. Tujuan utama
dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi kerugian ekonomi masyarakat pasca
banjir luapan sungai. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka diperlukan untuk
mengetahui karakteristik sosial ekonomi masyarakat, kerugian ekonomi
masyarakat, dan upaya pemerintah untuk meminimalisir dampak banjir luapan
sungai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
metode valuasi ekonomi. Berdasarkan perhitungan, total kerugian ekonomi yang
dialami masyarakat akibat banjir sungai sebesar Rp 2 735 879 506. Oleh karena
itu, total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat menjadi dasar pertimbangan
pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk meminimalisir dampak banjir.

Kata Kunci: banjir luapan sungai, kerugian ekonomi, Perumahan Pondok Gede
Permai

ABSTRACT

NITA SRI AHALIATI. Estimated value of economic losses of the local society
postflood in Pondok Gede Permai Housing, Jatirasa sub-district, Bekasi city.
Supervised by AHYAR ISMAIL.

Bekasi is one of many cities that has experienced flood caused by


overflowing river. In 2013, there were 28 inundation spots which were scattered
in eight subdistricts. Subdistricts of Jatirasa, precisely Pondok Gede Permai
housing is well known as flood prone area because it is located near Kali Bekasi,
the estuary of two rivers in Bekasi. The main objective of this research was to
estimate the economic losses of the society due to river flooding. In line with these
objective, it is necessary to know the socio-economic characteristics of the society,
their physical and non-physical losses, and goverment efforts to minimize the
impact of river flooding. The methods used in this research were descriptive
analysis and economic valuation method. Based on the calculation, total
economic losses suffered by the society due to river flooding in 2013 is about
Rp 2 735 879 506. Therefore, considering the total economic losses suffered by
the society, the concrete action was to maintain the river should be concerned to
minimize the impacts of overflowing river.

Keywords: overflowing rivers flooded, economic losses, Pondok Gede Permai


Housing
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT
PASCA BANJIR DI PERUMAHAN PONDOK GEDE
PERMAI KELURAHAN JATIRASA,
KOTA BEKASI

NITA SRI AHALIATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di
Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota
Bekasi
Nama : Nita Sri Ahaliati
NIM : H44090020

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Kerugian
Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan
Jatirasa, Kota Bekasi. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengestimasi
nilai moneter kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir luapan sungai. Tujuan
lainnya adalah untuk menjadi referensi baik bagi semua pihak yang terkait.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
Pembimbing, Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah
memberi banyak arahan, saran, dan sabar membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan
Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan dalam skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah
(Sumarno), Ibu (Nur Aini), kakak tercinta Nani Suwarni dan Nina Zulaini,
Muhammad Arief Santoso, keluarga Apriliana yang telah membantu, Nadia
Wulandari yang sudah mengajari, sahabat tercinta Yuli Dwi Anggraeni, sahabat
ESL 46, Rizqiyyah Yasmin, Hastin, Rahayu Eka Putri, Renita, Dwi Susan,
Miranty, Charra Rosemarry, Febriana Aditya, Fernando Sinaga serta Novi Rizki
Ramadhani yang telah memberikan spirit dan motivasi. Peneliti mengetahui
bahwa karya ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan. Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menghasilkan
laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Desember 2013

Nita Sri Ahaliati


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6


2.1 Banjir Luapan Sungai ................................................................................ 6
2.2 Penyebab Banjir ........................................................................................ 6
2.3 Kerugian Ekonomi yang Timbul Akibat Banjir ........................................ 7
2.4 Sistem Pengendalian Banjir ....................................................................... 8
2.5 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 9

III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 12


3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................... 12
3.1.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya .................................... 12
3.1.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) ............. 13
3.1.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau
Pendapatan yang Hilang .............................................................. 13
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................ 14

1V METODE PENELITIAN ............................................................................... 17


4.1 Lokasi dan Waktu .................................................................................... 17
4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 17
4.3 Metode Pengambilan Sampel .................................................................. 17
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 18
4.4.1 Identifikasi Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat .......... 18
4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Pasca Banjir............................ 19
4.4.3 Identifikasi Upaya Program Pemerintah dalam Meminimalir
Dampak Banjir ............................................................................. 22

V GAMBARAN UMUM .................................................................................... 23


5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ..................................................... 23

VI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT ......................... 26


6.1 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ........................... 26
6.1.1 Jenis Kelamin ................................................................................ 26
6.1.2 Usia................................................................................................ 26
6.1.3 Pendidikan Formal ........................................................................ 27
6.1.4 Jumlah Tanggungan ...................................................................... 28
6.1.5 Pekerjaan ....................................................................................... 28
6.1.6 Pendapatan Rumah tangga ............................................................ 29
6.1.7 Status Pernikahan .......................................................................... 29
6.1.8 Alasan Tinggal .............................................................................. 30
6.1.9 Lama Tinggal ................................................................................ 30
6.1.10 Status Tempat Tinggal ................................................................ 31
6.1.11 Jumlah Lantai Rumah ................................................................ 31
6.1.12 Luas Rumah ................................................................................ 32
6.1.13 Karakteristik Ketinggian Air Banjir............................................ 32
6.1.14 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Fasilitas
Umum.......................................................................................... 33
6.1.15 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Lingkungan
Sekitar ......................................................................................... 34

VII ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT PASCA BANJIR . 35


7.1 Kerugian Langsung (Direct) ................................................................... 35
7.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah tangga ........................................... 35
7.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah tangga ............................................. 36
7.1.3 Perbaikan Bangunan ..................................................................... 37
7.1.4 Total Kerugian Langsung (direct) yang Dialami Masyarakat ...... 38
7.2 Kerugian Tidak Langsung (Indirect) ...................................................... 38
7.2.1 Biaya Pengobatan.......................................................................... 38
7.2.2 Pendapatan yang Hilang ............................................................... 39
7.2.3 Biaya Tambahan ........................................................................... 39
7.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung (indirect) yang Dialami
Masyarakat .................................................................................. 40
7.3 Total Kerugian Ekonomi yang dialami Masyarakat ............................... 40

VIII IDENTIFIKASI UPAYA PROGRAM PEMERINTAH DALAM


MEMINIMALISIR DAMPAK BANJIR .................................................... 41

IX SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 44


9.1 Simpulan ................................................................................................. 44
9.2 Saran ....................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46


LAMPIRAN .......................................................................................................... 48
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 81
xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Jumlah penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2009-2012 ........................ 1
2. Matriks Metode Analisis Data .................................................................. 18
3. Luas wilayah dan jumlah penduduk di Kelurahan Jatirasa pada Bulan
Februari 2013............................................................................................ 23
4. Debit air kiriman dari hulu Kali Bekasi.................................................... 25
5. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ................................. 26
6. Karakteristik responden berdasarkan usia ................................................ 27
7. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan formal ......................... 27
8. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan ........................ 28
9. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ....................................... 29
10. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga ............. 29
11. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan ........................... 30
12. Karakteristik responden berdasarkan alasan tinggal ................................ 30
13. Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ................................... 30
14. Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal ..................... 31
15. Karakteristik responden berdasarkan jumlah lantai rumah ...................... 32
16. Karakteristik responden berdasarkan luas rumah ..................................... 32
17. Karakteristik responden berdasarkan ketinggian air banjir didalam rumah
.................................................................................................................. 33
18. Total kehilangan perabotan rumah tangga ............................................... 36
19. Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga ....................................... 37
20. Tiaya biaya perbaikan bangunan rumah tangga ...................................... 37
21. Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat ..................... 38
22. Total biaya pengobatan ............................................................................. 38
23. Total pendapatan yang hilang ................................................................... 39
24. Total biaya tambahan................................................................................ 40
25. Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat ......... 40
26. Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat pasca banjir............... 40
27. Upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah ....................................... 42
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Diagram alur kerangka berfikir ............................................................... 16
2. Penilaian tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum ............................ 34
3. Penilaian tingkat kebersihan terhadap lingkungan sekitar ...................... 34

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daerah aliran Kali ................................................................................... 49


2. Kehilangan perabotan rumah tangga....................................................... 50
3. Perbaikan perabotan rumah tangga ......................................................... 60
4. Biaya perbaikan bangunan ...................................................................... 63
5. Biaya tambahan ....................................................................................... 66
6. Biaya pengobatan .................................................................................... 72
7. Kehilangan pendapatan ........................................................................... 74
8. Kuesioner ................................................................................................ 75
9. Dokumentasi ............................................................................................ 80
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bekasi merupakan kota penyangga bagi Ibukota Jakarta di wilayah


bagian timur. Secara geografis, Kota Bekasi berada pada ketinggian 19 meter di
atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 21 049 Ha. Kota ini terletak di
sebelah timur Jakarta dan masuk dalam wilayah Jawa Barat. Menurut sejarahnya,
Kota ini sebelumnya merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi yang
kemudian berkembang dan ditingkatkan statusnya pada tahun 1996 dari
Kabupaten menjadi Kota yang terdiri dari kecamatan Bekasi Timur, Bekasi
Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara, serta meliputi 12 Kecamatan, 18
Kelurahan dan delapan desa. Saat ini Kota Bekasi menjadi sektor industri dan
sektor perumahan bagi kaum urban yang umumnya bekerja di Jakarta. Peralihan
status menjadi Kota Bekasi menjadi daya tarik kaum urban untuk menetap.
Tabel 1 Jumlah penduduk di Kota Bekasi pada tahun tahun 2009-2013
Tahun Jumlah Jiwa (Orang)
2009 1 882 869
2010 2 084 420
2011 2 447 930
2012 2 334 142
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kota Bekasi

Seiring berjalannya waktu, Kota Bekasi mengalami peningkatan penduduk


dan pembangunan yang pesat di Kota Bekasi. Berdasarkan tabel 1, terjadi
peningkatan penduduk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 dari 1 882 869
jiwa menjadi 2 334 142 jiwa. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka permintaan
akan lahan untuk tempat tinggal semakin meningkat. Faktor permintaan ini
memicu adanya konversi lahan yang seharusnya dijadikan ruang terbuka hijau
namun harus beralih fungsi menjadi perumahan dan sektor usaha. Hal ini
dibuktikan ruang terbuka hijau milik Pemerintah Kota Bekasi yang riil tersedia di
tahun 2013 hanya tersisa 3.8 persen dari total luas wilayah Kota Bekasi 21 049
Ha. 1 Minimnya ruang terbuka hijau di Kota Bekasi memicu terjadinya banjir.
Permasalahan banjir ini akan berlanjut dan tidak dapat dihindari jika tata kelola
lingkungan tidak diperhatikan.

1
http://www.antarajawabarat.com/lihat/cetak/36340 diakses pada tanggal 20 Maret 2013
2

Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah pemanasan global yang


mengakibatkan perubahan iklim yang ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan
intensitas hujan tinggi, suhu udara meningkat semakin panas dan naiknya
permukaan air laut. Intensitas hujan yang tinggi pada musim penghujan di
berbagai wilayah Indonesia berpotensi banjir. Hal ini dikarenakan tidak adanya
lahan resapan air, pendangkalan sungai-sungai disepanjang hulu sampai hilir dan
pembangunan pemukiman dibantaran sungai. Selain itu, banjir terjadi karena
perilaku masyarakat yang tidak peduli lingkungan seperti membuang sampah ke
sungai yang menghambat aliran air.
Suriya et al. (2011) menyatakan bahwa, dampak negatif dari banjir adalah
hilangnya nyawa dan harta benda, hilangnya mata pencaharian, gangguan
terhadap air bersih, transportasi, komunikasi dan kesehatan perawatan, migrasi
massal, efek psikologis dan implikasi politik. Dampak sosial dan ekonomi dari
banjir ini berpengaruh pada tingkat kesejahteraan manusia. Berbagai pengaruhnya
dapat dirasakan lebih parah oleh masyarakat yang paling miskin, mereka yang
hidup di wilayah paling pinggiran yang antara lain, rentan terhadap banjir dan
longsor (UNDP 2007).
Banjir yang terjadi di Kota Bekasi menjadi salah satu bukti lumpuhnya
perekonomian masyarakat setempat. Pada tahun 2013 terdapat 28 titik daerah
genangan banjir yang tersebar di delapan Kecamatan. 2 Mayoritas daerah rawan
tersebut berada di lintasan Kali Bekasi yang merupakan pertemuan Sungai Cikeas
dan Cileungsi di Kabupaten Bogor. 3 Salah satu wilayah yang terkena dampak
banjir terparah yaitu Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kecamatan Jatiasih.
Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar
kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir luapan sungai.

1.2 Perumusan Masalah

Kali Bekasi adalah sungai yang membelah Kota Bekasi menjadi dua bagian,
yang berasal dari aliran Sungai Cikeas dengan Sungai Cileungsi yang hulunya ada
di wilayah Kabupaten Bogor. Sungai Cikeas merupakan sungai yang menjadi

2
http://www.bekasikota.go.id/read/6741/28-daerah-genangan---titik-banjir-di-kotabekasi diakses
pada tanggal 26 Januari 2013
3
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/79291 diakses pada tanggal 26 Januari 2013
3

batas antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor yang memiliki panjang sungai
23.27 km sedangkan, Sungai Cileungsi yang memiliki panjang sungai 41.82 km.
Aliran Kali Bekasi di bagian hilir ini mengalir dan masuk ke sistem saluran sungai
Kabupaten Bekasi.
Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu pada bulan Januari sampai
Februari 2013, mengakibatkan debit air meningkat di Sungai Cileungsi dan
Sungai Cikeas. Menurut Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Pemerintah Kota Bekasi, banjir di Kali Bekasi pada tahun-tahun mendatang akan
bertambah parah.4 Hal tersebut disebabkan berbagai faktor, antara lain terjadinya
sedimentasi di Sungai Cikeas, Cileungsi, dan Kali Bekasi serta berkurangnya
jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Meningkatnya debit air di kedua sungai yang mengalir ke Kali Bekasi
mengakibatkan banjir di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Rawa Lumbu,
Jati Asih, Bekasi Timur, Bekasi, Pondok Gede, Bekasi Selatan, Pondok Melati
dan Medan Satria. Daerah yang mengalami kerusakan paling parah adalah
perumahan PGP di Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jati Asih. Pada tahun 2013
bulan Januari dan Februari, ketinggian air ± 3.5 meter dari permukaan tanah.
Ketinggian genangan tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 sebesar
2.5 sampai 3 meter.
Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di perumahan PGP mencapai 1
103 kepala keluarga. Lokasi ini menjadi salah satu lokasi terparah di Kota Bekasi,
dikarenakan dua titik tanggul penahan rusak dengan panjang kurang lebih 50
meter dan 10 meter. Bagian tanggul penahan yang rusak di perumahan PGP
berada di RW 08 dan RW 10. Meskipun banjir ini melanda selama dua hari,
namun pasca banjir ini mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit.
Banjir yang terjadi di Perumahan PGP ini turut menjadi perhatian
pemerintah Kota Bekasi dan pemerintah Jawa Barat. Setelah air surut berbagai
upaya pencegahan dilakukan pemerintah Kota Bekasi, seperti membuat tanggul
sementara dari karung pasir dan mengeruk endapan lumpur di saluran air serta
jalan-jalan utama. Kondisi tanggul penahan saat ini masih semi permanen yang
terbuat dari batu kali yang dililitkan kawat (bronjong). Ada enam program
4
http://www.shnews.co/detile-15043-tanggul-permanen-selamatkan-warga-bekasi.html diakses
pada tanggal 20 Mret 2013
4

prioritas pemerintah Kota Bekasi yaitu: 1) penyelesaian dan pemeliharaan tanggul


Kali Bekasi yang rusak akibat banjir; 2) mempersiapkan penambahan sarana dan
prasarana banjir guna antisipasi musibah susulan; 3) upaya kerja bakti dengan
melibatkan aparatur pemerintah setempat dari 44 Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD); 4) menginstruksikan Dinas Kebersihan agar lumpur-lumpur yang ada di
sejumlah saluran air segera dibersihkan; 5) menyiagakan tim medis di setiap
Puskesmas untuk memprioritaskan pasien korban banjir; 6) memaksimalkan
kinerja tim penanggulangan banjir agar seluruh bantuan banjir dalam bentuk
logistik makanan maupun pakaian untuk segera dituntaskan pendistribusiannya.5
Pemerintah Jawa Barat juga ikut berpartisipasi untuk mengatasi persoalan banjir
melalui pendekatan struktur dan non struktur. Pembangunan kirmir dan
normalisasi sungai sebagai upaya mengatasi banjir dengan pendekatan struktur.
Sementara untuk pendekatan non struktur, selain rencana pembangunan tanggul
pemerintah sudah mengupayakan hal lainnya seperti melakukan konservasi,
membuat danau buatan, kolam retensi.6 Berdasarkan masalah-masalah yang telah
diuraikan diatas maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat yang terkena
dampak banjir?
2. Berapa besar kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat
banjir?
3. Bagaimana upaya program pemerintah dalam meminimalir dampak banjir?

5
http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/41763/pemkot-bekasi-terapkan-enam-program-
prioritas-pascabanjir diakses pada tanggal 21 Maret 2013
6
http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/banjir-jakarta-jabar-minta-pusat-perhatikan-
penataan-di-hulu diakses pada tanggal 2013
5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk


mengestimasi nilai kerugian ekonomi pasca banjir di Kelurahan Jatirasa, Bekasi
tersebut dikaitkan dengan:
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat yang
terkena dampak banjir.
2. Mengestimasi seberapa besar biaya kerugian ekonomi masyarakat yang
ditimbulkan akibat banjir.
3. Mengidentifikasi upaya program pemerintah dalam meminimalir dampak
banjir.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya menghitung kerugian ekonomi masyarakat per periode


banjir pada 18 Januari, 4 Februari dan 12 Februari 2013. Penelitian ini dilakukan
di perumahan PGP, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi
mengingat wilayah ini merupakan wilayah yang rawan dan parah terkena banjir di
Kota Bekasi. Banjir di Perumahan PGP mencakup tiga RW yang terdiri dari 26
RT. Responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Kerugian ekonomi
dalam penelitian ini hanya menghitung kerugian langsung (direct). Nilai tangible
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua direct dan indirect. Kerugian langsung
(direct) dalam penelitian ini mencakup biaya kehilangan perabotan rumah tangga
dan perbaikan perabotan rumah tangga dan bangunan. Kerugian tidak langsung
(indirect) mencakup biaya pengobatan, kehilangan pendapatan dan biaya
tambahan. Perhitungan kerugian ekonomi ini berdasarkan pengeluaran aktual
yang dikeluarkan rumah tangga.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir Luapan Sungai

Ada dua peristiwa banjir, yaitu pertama peristiwa banjir atau genangan yang
terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir
terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit air tidak mampu
dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran
sungai yang ada (Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Banjir luapan sungai atau banjir
kiriman merupakan jenis banjir yang biasanya berlangsung dalam waktu lama dan
sama sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda
dataran dikarenakan peristiwa alam yang memicunya telah terjadi berminggu-
minggu sebelumnya. 7 Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.
Banjir luapan sungai ini kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan bisa
berlangsung selama berhari- hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Banjir
ini biasanya terjadi pada daerah-daerah lembah.
Banjir Sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah
aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama. Selanjutnya, air sungai
yang ada meluap dan menimbulkan banjir dan menggenangi daerah di sekitarnya.
Tidak seperti banjir bandang, banjir sungai biasanya akan menjadi besar secara
perlahan-lahan, dan sering kali merupakan banjir musiman dan bisa berlanjut
sampai berhari-hari atau berminggu-minggu (Yulaelawati dan Syihab 2008).

2.2 Penyebab Banjir

Banyak faktor penyebab terjadinya banjir. Namun, secara umum penyebab


terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir yang
disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan
manusia (Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Penyebab banjir alami diantaranya
adalah curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai,
dan kapasitas drainasi yang tidak memadai. Selain itu, adapun sebab-sebab banjir
karena tindakan manusia antara lain perubahan kondisi Daerah Pengaliran Sungai

7
http://balisafety.baliprov.go.id/Edukasi.aspx?ida=138&id=5 diunduh pada tanggal 8 Februari
2013.
7

(DPS), kawasan kumuh, sampah, drainasi lahan, bendung dan bangunan air,
kerusakan bangunan pengendali banjir, serta perencanaan sistim pengendalian
banjir tidak tepat.
Menurut Sebastian (2008) banjir dalam pengamatannya disebabkan oleh dua
katagori yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir
akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi,
kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Banjir akibat
aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-
perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS),
kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan
bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan
sistim pengendali banjir yang tidak tepat.

2.3 Kerugian Ekonomi yang Timbul Akibat Banjir

Kerusakan akibat banjir dapat bersifat tangibel dan intangibel (Suriya et al.
2011). Kerugian direct dapat dibagi menjadi kerugian langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect) (Suriya et al. 2011). Kerugian langsung (direct) terjadi akibat
dari kontak langsung air banjir dengan kerusakan properti dan tingkat kerusakan
diasumsikan sebagai biaya perbaikan properti. Kerugian tidak langsung (indirect)
adalah kerugian yang disebabkan oleh terganggunya hubungan fisik dan ekonomi
termasuk hilangnya produksi, hilangnya pendapatan, kerugian bisnis dan
keterlambatan dalam transportasi barang. Kerugian intangibel termasuk ketakutan,
kecemasan, gangguan, kesehatan yang buruk dan korban jiwa.
Kerugian banjir pada umumnya relatif dan sulit diidentifikasi secara jelas,
dimana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tak langsung
(Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Kerugian langsung akibat banjir merupakan
kerugian fisik akibat banjir yang terjadi, berupa robohnya gedung sekolah,
industri dan rusaknya sarana transportasi (Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Selain
itu, kerugian tak langsung akibat banjir berupa kerugian kesulitan yang timbul
secara tak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan,
kesehatan, kegiatan bisnis terganggu dan lainnya (Kodoatie dan Sugiyanto 2002).
8

Kerugian dihitung berdasarkan kerugian kerusakan perabotan rumah tangga,


pendapatan dan peningkatan biaya medis (Suriya et al. 2011). Adapun metode
penilaian terhadap dampak lingkungan telah dipraktikan dalam banyak proyek di
berbagai negara. Metode-metode tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam metode (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011) :
 Metode yang secara langsung didasarkan pada nilai pasar atau
produktivitas;
 Metode yang menggunakan nilai pasar barang pengganti atau barang
pelengkap;
 Metode dihasikan pada hasil survei.

2.4 Sistem Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir pada saranya dapat dilakukan dengan berbagai cara,


namun yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem
yang paling optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi atau daerah
pengendaliannya dapat dikelompokan menjadi dua (Kodoatie dan Sugiayanto
2002) :
1. Bagian atas, yaitu dengan membangun dam pengendalian banjir yang
dapat memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit
banjir, pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf
banjir dan penghijauan di Daerah Aliran Sungai.
2. Bagian hilir, yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan tanggul,
sudetan pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau
floodway, pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin.
Upaya mengurangi resiko (mitigasi) ada yang dapat dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah bersama masyarakat dan masyarakat atau individu. Dalam
upaya mengurangi resiko banjir ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat (Yulaelawati dan Syihab 2008):
1. Kegiatan fisik (struktur)
Upaya mengatasi masalah banjir sampai saat ini masih mengandalkan pada
kegiatan fisik (struktur) seperti membangun sarana dan prasana pengendali
banjir atau memodifikasi kondisi alamiah sungai sehingga membentuk suatu
9

sistem pengendali banjir. Jenis kegiatan fisik seperti pembangunan waduk-


waduk, tanggul dipinggiran sungai terutama di daerah rawan banjir,
pembangunan interkoneksi antar sungai, pembangunan polder dan pelurusan
sungai
2. Kegiatan non-struktur
Kegiatan non-struktur bertujuan untuk menghindari dan juga menekan
besarnya masalah yang ditimbulkan oleh banjir, antara lain dengan cara
mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir dan di DAS. Upaya non-
struktur dapat berupa, konservasi tanah air di hulu sungai, pengelolaan
dataran banjir berupa penataan ruang, penanggulangan banjir untuk menekan
besarnya bencana dan megatasi secara darurat, penerapan sistem perkiraan
dan peringatan dini untuk menekan besarnya bencana, pengamanan terhadap
banjir, pemetaan dataran banjir, pengawasan penegak hukum, penetapan
sempadan sungai yang didukung dengan penegakan hukum, penyuluhan dan
pendidikan masyarakat serta penanggulangan kemiskinan.
3. Kombinasi Upaya Struktur dan Non-Struktur
Masing-masing jenis upaya struktur berupa prasarana fisik dapat berdiri
sendiri ataupun dikombinasikan dengan upaya non struktur sehingga membentuk
satu kesatuan sistem pengendali banjir yang menyeluruh dan terpadu. Kombinasi
kedua jenis upaya tersebut berfungsi untuk memperkecil besarnya masalah banjir.
Kondisi dan permasalahan pada setiap sungai selalu berbeda-beda, sehingga
penetapan sistem pengendali banjir yang optimal pada setiap sungai harus
melewati suatu kajian yang menyeluruh dengan membandingkan beberapa
alternatif kemungkinan.
2.5 Penelitian Terdahulu

Srihuzaimah (2011) membahas nilai kerugian fisik dan non-fisik rumah


tangga pesisir akibat banjir pasang di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan,
Jakarta Utara. Metode kerugian fisik dan non-fisik menggunakan analisis
deskriptif dengan tabulasi. Penentuan nilai kerugian fisik dilakukan dengan cara
menghitung biaya perbaikan dan biaya kehilangan yang dikeluarkan oleh rumah
tangga dalam kurun waktu tiga tahun (2007-2009). Nilai kerugian non-fisik
berkaitan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh anggota rumah tangga dalam
10

menghadapi dampak anjir pasang terhadap kesehatan, aktifitas dan transportasi.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerugian fisik yang timbul akibat banjir
pasang pada tahun 2007-2009 adalah biaya perbaikan dan biaya kehilangan yang
ditanggung oleh rumah tangga. Rata-rata biaya perbaikan akibat banjir selama
tahun 2007-2009 sebesar Rp 3 994 125 per rumah tangga sedangkan rata-rata
biaya kehilangan akibat banjir selama tahun 2007-2009 sebesar Rp 526 304 per
rumah tangga. Rumah tangga yang tidak melakukan tindakan pencegahan selama
kurun waktu 2007-2009, rata-rata biaya perbaikannya sebesar Rp 1 818 563.
Rumah tangga yang melakukan tindakan pencegahan dengan biaya lebih dari
Rp 0 s.d Rp 5 000 000, rata-rata biaya perbaikannya sebesar Rp 10 264 342.
Rumah tangga yang melakukan tindakan pencegahan dengan biaya lebih dari
Rp 5 000 000, rata-rata biaya perbaikannya sebesar Rp 1 820 331. Kerugian non-
fisik terhadap pengeluaran berobat rata-rata sebesar Rp 10 000 s.d. Rp 70 000.
Kerugian non-fisik seperti terganggunya aktivitas akibat banjir pasang sebanyak
92 persen merasa ternganggu dan 80 persen rumah tangga mengatakan bahwa
tidak terjadi kenaikan biaya transportasi ketika banjir terjadi. Selain itu, kerugian
non-fisik lainnya akibat banjir pasang seperti padamnya listrik dan adanya
aktifitas tambahan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan alternatif
penerangan ini sebesar Rp 5 275 per rumah tangga.
Setyaningrum (2012) membahas nilai kerugian ekonomi akibat banjir
pasang yang bertempat di Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta
Utara. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
dilihat dari biaya pencegahan, biaya pengobatan, dan kehilangan pendapatan
harian rumah tangga, sedangkan kerugian pelaku usaha dilihat dari kehilangan
pendapatan selama banjir pasang. Metode yang digunakan berupa Averting
Behavior Method untuk biaya pencegahan, biaya pengobatan diperoleh melalui
pendekatan Cost of Illness dan pendapatan yang hilang diperoleh melalui
pendekatan Loss of Earnings. Sementara itu, proses identifikasi karakteristik,
persepsi responden dan kajian pengelolaan lingkungan menggunakan analisis
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, total estimasi kerugian responden rumah
tangga sebesar Rp 2 855 653 684 untuk hilangnya waktu bekerja, Rp 405 594 880
untuk biaya pengobatan dan Rp 493 588 897 untuk biaya pencegahan, sedangkan
11

unit usaha rata-rata estimasi kerugian akibat banjir pasang sebesar Rp 4 133 910
setip satu usaha.
Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dalam hal tipe banjir
yang terjadi di Perumahan Pondok Gede Permai. Tipe banjir dalam penelitian
Setyaningrum dan Srihuzaimah adalah banjir Rob dan tipe banjir dalam penelitian
ini termasuk tipe banjir luapan sungai dari Kali Bekasi. Selain itu, penelitian ini
menghitung seberapa besar kerugian langsung (direct) dan tidak langsung
(indirect). Dalam penelitian ini, kerugian langsung (direct) mencakup biaya
kehilangan dan biaya perbaikan sedangkan kerugian tidak langsung (indirect)
mencakup biaya pengobatan, pendapatan yang hilang dan biaya tambahan
12

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa pendekatan pasar


untuk menilai dampak lingkungan dibedakan menjadi 3 pendekatan yaitu
pendekatan harga pasar yang sebenarnya, pendekatan modal manusia, dan
pendekatan kesempatan atau pendapatan yang hilang. Pada penelitian ini, ketiga
metode tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian ekonomi
masyarakat pasca banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa,
Kota Bekasi. Kerugian yang diestimasi meliputi kerugian direct dan kerugian
indirect.

3.1.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam menelusuri


langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan itu, terlihat bahwa
sesungguhnya kita memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan
kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa
buatan manusia. Dalam menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu
proyek, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul
dari adanya suatu proyek, sebaiknya digunakan harga pasar. Pendekatan harga
pasar sebenarnya tersebut terdiri dari:
1. Biaya kehilangan dan biaya perbaikan
Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian direct rumah
tangga berupa kehilangan harta benda akibat banjir dan perbaikan bangunan serta
peralatan rumah tangga yang masih bisa diperbaiki. Nilai kerugian ekonomi dari
kerusakan peralatan rumah tangga yang belum diperbaiki atau sudah dibuang
diestimasi melalui nilai sisa barang pada tahun kerusakan sedangkan nilai
kerugian perbaikan peralatan dan bangunan rumah tangga diestimasi melalui
pendekatan biaya perbaikan.
2. Biaya tambahan
Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian direct rumah
tangga berupa pengeluaran yang dikeluarkan rumah tangga pada saat banjir
13

maupun setelah banjir. Nilai kerugian ini diestimasi melalui pendekatan biaya
tambahan.

3.1.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach)

Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) menilai nilai


lingkungan melalui dampak kerusakan lingkungan terhadap kuantitas dan kualitas
tenaga kerja (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan modal manusia ini berfokus
pada dampak kondisi lingkungan yang merugikan kesehatan masyarakat seperti
pendapatan yang hilang (Loss of Earning) karena sakit dan biaya perawatan medis
(Cost of Illness) yang dikeluarkan masyarakat (Garrod dan Willis 1999).
Pendekatan ini disebut pula cost of illness approach, diterapkan untuk menilai
sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit,
tidak masuk kerja dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek
(Suparmoko dan Ratnaningsih 2011).

3.1.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan


yang Hilang

Biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang dari penggunaan SDA


dapat digunakan untuk mengestimasi nilai SDA tersebut. Sebagai misal untuk
menilai besaran manfaat ekonomi yang harus dikorbankan jika terjadi perubahan
sehingga kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula
(Dhewanthi et.al. 2007). Sulitnya mendapatkan harga pasar atau jasa yang timbul
karena adanya suatu proyek maka sedapat mungkin digunakan nilai harga
alternatif atau biaya kesempatan (Opportunity Cost). Cara ini dapat dipakai untuk
mengukur berapa pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek
(Suparmoko dan Ratnaningsih 2011). Pendapatkan yang hilang itu dapat diartikan
sebagai biaya tidak langsung dari adanya pembangunan proyek tersebut
(Suparmoko dan Ratnaningsih 2011).
14

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) menyatakan bahwa, Kali


Bekasi merupakan perpaduan Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi yang berhulu
di Kabupaten Bogor yang sangat rentan terhadap rusaknya tanggul penahan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Jawa Barat menyatakan
bahwa tingginya curah hujan yang terjadi pada bulan Januari sampai Maret 2013
di Kabupaten Bogor menyebabkan debit air meningkat sehingga berpotensi banjir
di daerah hilir. Banjir yang melanda perumahan PGP di Bekasi akibat rusaknya
tanggul penahan sepanjang ± 90 meter di Kali Bekasi.
Pada tahun 2013 sudah terjadi banjir luapan sungai sebanyak tiga kali di
perumahan PGP dalam waktu dua bulan yaitu bulan Januari sampai Februari.
Banjir luapan sungai ini menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Kerugian ekonomi masyarakat terbagi dua yaitu kerugian tangible dan intangible.
Dalam penelitian ini hanya menghitung kerugian tangible yaitu kerugian langsung
(direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian langsung (direct)
merupakan kerugian fisik yang ditimbulkan akibat banjir sedangkan kerugian
tidak langsung (indirect) merupakan kerugian yang timbul secara tidak langsung
akibat adanya banjir.
Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik
sosial ekonomi masyarakat dengan analisis deskriptif. Karakteristik sosial
ekonomi masyarakat meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jumlah
tanggungan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, status pernikahan, lama tinggal,
alasan tinggal, status tempat tinggal, tingkat rumah, luas rumah dan ketinggian air
banjir serta penilaian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan fasilitas
umum pasca banjir.
Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian ekonomi
masyarakat pasca banjir luapan sungai. Kerugian ekonomi disini terdiri dari
kerugian langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) yang dikeluarkan
masyarakat pada tahun 2013. Kerugian direct dalam penelitian ini mencakup
kehilangan perabotan rumah tangga, perbaikan perabotan rumah tangga dan
kerusakan bangunan. Kerugian tidak langsung (indirect) mencakup biaya
perabotan, kehilangan pendapatan akibat banjir dan pengeluaran tambahan akibat
15

banjir. Kerugian banjir tahun 2013 ini diestimasi dengan menggunakan metode
biaya kehilangan, biaya perbaikan, biaya tambahan, Cost of Illness dan Loss of
Income.
Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi upaya program
pemerintah dalam meminimalir dampak banjir dengan analisis deskriptif.
Identifikasi upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah diperoleh dari hasil
wawancara dengan Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, Kelurahan
Jatirasa dan masyarakat setempat. Kemudian hasilnya juga diharapkan dapat
menjembatani harapan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan program
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai kerugian ekonomi
masyarakat akibat banjir luapan sungai. Melalui informasi tersebut, diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam memelihara
sungai. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi pemerintah dalam
mengkaji kebijakan pencegahan untuk meminimalisir banjir. Alur berfikir
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
16

Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu


(Kabupaten Bogor)

Meningkatnya debit air di Sungai Cileungsi dan


Sungai Cikeas

Rusaknya tanggul di Kali Bekasi

Banjir luapan sungai di Perumahan Pondok


Gede Permai

Kondisi sosial dan ekonomi


masyarakat yang terkena Kerugian ekonomi yang dialami masyarakat
dampak

Kerugian tidak
Kerugian
langsung
langsung (direct)
(indirect)

Biaya
Biaya Perbaikan Biaya
Pendapatan Biaya
Kehilangan Bangunan Pengobatan
yang hilang Tambahan
Properti dan
Properti

Pendekatan Cost of Pendekatan


Analisis Loss of
Harga Pasar Illness Harga Pasar
Deskriptif Income
Sebenarnya Sebenarnya

Total kerugian yang dialami


masyarakat

Rekomendasi kebijakkan pencegahan untuk


pemerintah dalam mengatasi banjir

Keterangan: Ruang Lingkup Penelitian


Gambar 1. Diagram alur kerangka berfikir
1V METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini berlokasi di perumahan Pondok Gede Permai (PGP),


Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi. Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan
sengaja, karena perumahan PGP merupakan salah satu lokasi yang letaknya
berdekatan dengan pertemuan dua sungai dan rawan terkena banjir. Proses
pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara
menggunakan kuesioner kepada masyarakat. Data sekunder diperoleh dari instansi
terkait Dinas Bina Tata dan Marga Air dan Kelurahan Jatirasa. Data sekunder ini
diperlukan untuk mengetahui kondisi wilayah Perumahan PGP dan studi literatur
serta hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh suatu instansi, perorangan atau
lembaga yang terkait.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling


yaitu purposive sampling, dimana teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu
saja. Tujuan tertentu yang dimaksud adalah masyarakat yang tinggal di
perumahan PGP dan mengalami kerugian langsung (direct) dan tidak langsung
(indirect). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil 69 responden karena dengan
jumlah tersebut sudah dapat mewakili populasi secara keseluruhan di ketiga RW.
Dalam prakteknya menurut Gujarati (2007), tak peduli distribusi probabilitas
apapun yang mendasarinya, rata-rata sampel dari besaran sampel terdiri dari
sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal.
18

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan


komputer dengan program Microsoft Office Excel 2010. Setelah itu, data diolah
dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk gambar, tabel, dan
perhitungan matematis. Matriks metode analisis yang digunakan untuk menjawab
tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2 Matriks metode analisis data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data
1 Identifikasi karakteristik sosial Data Primer dan Data Analisis Deskriptif
dan ekonomi masyarakat yang Sekunder (Rumah
terkena dampak banjir tangga)

2 Estimasi nilai kerugian ekonomi Data Primer dan Data Metode Valuasi
masyarakat akibat banjir: Sekunder (Rumah Ekonomi
tangga)
 Biaya kehilangan perabotan Data perabotan rumah Pendekatan Harga
rumah tangga tangga yang hilang Pasar yang Sebenarnya

 Biaya perbaikan perabotan Data biaya perbaikan Pendekatan Harga


rumah tangga dan bangunan perabotan rumah tangga Pasar yang Sebenarnya
rumah tangga dan bangunan

 Pendapatan yang hilang Data pendapatan harian Loss of Income

 Biaya kesehatan Data pengobatan Cost of Illness

 Biaya tambahan Data biaya tambahan Pendekatan Harga


Pasar yang Sebenarnya

3 Identifikasi upaya program Data Primer dan Analisis Deskriptif


pemerintah dalam meminimalir Sekunder
dampak banjir (Rumah tangga dan
Instansi terkait)

4.4.1 Identifikasi Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Identifikasi karakteristik sosial ekonomi rumah tangga meliputi jenis


kelamin, usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan, pekerjaan, pendapatan
rumah tangga, status pernikahan, lama tinggal, alasan tinggal, status tempat
tinggal, tingkat rumah, luas rumah dan ketinggian air banjir serta penilaian
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan fasilitas umum pasca banjir.
Dalam penelitian ini identifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat dengan
metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2003). Tujuan analisis deskriptif
19

adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Nazir 2003).

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Pasca Banjir

Penelitian ini menghitung nilai kerugian ekonomi masyarakat pasca banjir


yaitu kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian
langsung (direct) mencakup biaya kehilangan perabotan rumah tangga dan biaya
perbaikan peralatan rumah tangga. Kerugian tidak langsung (indirect) mencakup
biaya pengobatan, kehilangan pendapatan, dan biaya tambahan. Berikut metode-
metode yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Biaya kehilangan perabotan rumah tangga


Nilai kerugian ekonomi pasca banjir diestimasi dari perabotan rumah
tangga yang mengalami kerusakan dan perabotan rumah tangga tersebut tidak bisa
digunakan sesuai fungsinya. Metode yang digunakan dalam mengestimasi
kerugian ini adalah pendekatan harga pasar. Kehilangan perabotan rumah tangga
yang dialami masyarakat dapat dilihat dari harga beli perabotan rumah tangga
tersebut, tahun pembelian dan umur ekonomis. Metode yang digunakan untuk
penyusutan suatu barang dalam penelitian ini adalah metode garis lurus (Straight
Line Method). Metode garis lurus akan menghasilkan beban penyusutan aset tetap
yang sama dari tahun ke tahun (Rudianto 2012). Biaya yang dapat disusutkan
dibagi dengan umur manfaat untuk menentukan penyusutan per tahun (Horngren
dan Harrison Jr 2007). Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini nilai sisa pada
akhir umur ekonomis sama dengan nol. Jika tidak ada nilai residu, biaya suatu aset
tetap akan disusutkan sepenuhnya dimana biaya dikurangi nilai sisa disebut biaya
yang dapat disusutkan (depreciable cost) (Horngren dan Jr Harrison 2007).
Perhitungan penyusutan suatu barang per tahun dapat dihitung dengan Persamaan
1 di bawah ini:

..................................................................................................... (1)

Keterangan:
NP = Nilai penyusutan barang (Rp/tahun)
HB = Harga beli barang (Rp)
20

UE = Umur Ekonomis (tahun)

Komite Standar Akuntasi Pemerintahan (2007) menyatakan bahwa, ukuran


manfaat setiap aset tetap berbeda-beda, ada yang dapat diukur dengan indikator
yang terkuantifikasi dan ada yang tidak. Masa manfaat ini secara teknis akan
bergantung dari karakteristik fisik atau teknologi, cara pemanfaatan atau intensitas
pemanfaatannya (KSAP 2007). Biaya kehilangan perabotan rumah tangga
merupakan nilai sisa pada tahun terjadinya kerusakan kemudian dikurangkan
dengan harga beli barang responden dapat dilihat pada Persamaan 2 dibawah ini.
KP = HB-AP ............................................................................................. (2)
Keterangan:
KP = Biaya kehilangan perabotan (Rp)
HB = Harga beli (Rp)
AP = Akumulasi penyusutan (Rp)
Nilai rata-rata biaya kehilangan perabotan (Rp) dapat dilihat pada
Persamaan 3 di bawah ini.

............................................................................................. (3)

Keterangan:
RKP = Rata-rata kehilangan perabotan rumah tangga (Rupiah/KK)
KPi = Biaya kehilangan responden ke-i (Rp)
n = Jumlah responden (KK)
i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n)

b. Biaya perbaikan
Kerugian yang timbul dan adanya biaya perbaikan ini dilihat dari
pengeluaran sejumlah biaya responden untuk memperbaiki perabotan rumah
tangga yang rusak akibat genangan air banjir. Metode yang digunakan dalam
mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar. Kerugian ini untuk
menghitung biaya perbaikan kerusakan bangunan dan perabotan rumah tangga
yang rusak akibat genangan air banjir. Kerusakan bangunan yang dimaksud
meliputi kusen, kaca, enternit, lantai keramik, dan pintu sedangkan kerusakan
perabotan rumah tangga yang dimaksud adalah furnitur (meja, kasur, kursi, dan
lemari), kendaraan, pompa air, lemari es, mesin cuci, Televisi, barang elektronik
lainnya, dan peralatan dapur. Besar biaya rata-rata untuk upaya perbaikan
perabotan bangunan dan rumah tangga tersebut dapat diperoleh melalui
Persamaan 4.
21


̅̅̅̅ .............................................................................................. (4)

Keterangan:
BB = Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK)
BBi = Biaya perbaikan responden i (Rp)
n = Jumlah responden (KK)
i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n)

c. Biaya pengobatan
Kerugian ketiga yang timbul dari adanya biaya pengobatan pasca banjir
dilihat dari pengeluaran sejumlah biaya oleh responden untuk pengobatan akibat
penyakit yang berasal dari genangan air banjir. Metode yang digunakan dalam
mengestimasi kerugian ini adalah cost of illness. Pendekatan ini menggunakan
harga pasar dan tingkat upah untuk menilai dampak proyek terhadap pendapatan
masyarakat. Pendekatan ini diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila
terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan
sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek (Suparmoko dan Ratnaningsih
2011). Dalam penelitian ini hanya menghitung biaya perawatan medis pasien itu
sendiri yang besarnya dapat berbeda setiap pasiennya. Nilai rata-rata kerugian
yang dilihat dari jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden
dihitung menggunakan Persamaan 5 dibawah ini.

̅̅̅̅ .............................................................................................. (5)

Keterangan:
BO = Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK)
BOi = Biaya pengobatan responden i (Rp)
n = Jumlah responden (KK)
i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n)

d. Pendapatan yang hilang


Kerugian ini dilihat dari segi penduduk yang kehilangan pendapatan harian
akibat banjir yang menghalangi mereka untuk bekerja. Kerugian ini diestimasi
dengan pendekatan biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang (Lost of
Income). Pendapatan yang hilang ini merupakan pendapatan harian yang tidak
responden dapatkan pada saat banjir dan pasca banjir karena responden memilih
untuk membersihkan rumah. Nilai rata-rata kerugian yang dilihat dari hilangnya
22

pendapatan responden selama banjir dihitung menggunakan Persamaan 6 di


bawah ini.

̅̅̅̅̅ .................................................................................... .........(6)

Keterangan:
HH = Rata-rata hilangnya pendapatan (Rp/KK)
HHi = Pendapatan harian responden i (Rp)
LB = Lama tidak masuk kerja (hari)
n = Jumlah responden (KK)
i = Responden ke-i (1,2,3,....,n)

e. Biaya tambahan
Kerugian ini dilihat dari pengeluaran responden untuk membeli kebutuhan
yang tak terduga disaat banjir dan setelah banjir. Metode yang digunakan dalam
mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar sebenarnya. Nilai rata-
rata biaya tambahan yang dihitung berupa alat kebersihan, sedot WC, dan lainnya
yang disesuaikan dengan kebutuhan responden saat itu dapat dilihat pada
Persamaan 7.

̅̅̅̅ .................................................................................... ........(7)

Keterangan:
BT = Rata-rata biaya tambahan (Rp/KK)
BTi = Biaya tambahan responden i (Rp)
n = Jumlah responden (KK)
i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n)

4.4.3 Identifikasi Upaya Program Pemerintah dalam Meminimalir Dampak


Banjir

Identifikasi upaya pencegahan harus direncanakan pemerintah agar tidak


terjadi banjir di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu upaya pencegahan
untuk meminimalisir dampak banjir dengan cara analisis deskriptif melalui
wawancara masyarakat dan pemerintah agar upaya pemerintah sesuai dengan
harapan masyarakat.
23

V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Daerah penelitian ini terletak di Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih,


Kota Bekasi. Penelitian ini difokuskan di wilayah Perumahan Pondok Gede
Permai, karena lokasinya yang merupakan pertemuan dua sungai dan berdekatan
dengan Kali Bekasi. Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari 26 RT dari tiga RW.
Berikut adalah batas-batas wilayah Perumahan Pondok Gede Permai:
Sebelah Utara : Kali Bekasi
Sebelah Barat : Perumahan Sinar Pondok Benda
Sebelah Timur : Kali Bekasi
Sebelah Selatan : Sungai Cikeas
Luas wilayah Kelurahan Jatirasa seluas 27.945 Ha. Kelurahan Jatirasa
terdiri dari tujuh perumahan yaitu PPA Jatiasih Indah, Sinar Pondok Benda,
Pondok Gede Permai, Villa Jatirasa, Pondok Mitra Lestari, Kemang IFI Graha dan
Bumi Asih Indah. Sebaran batas cakupan untuk perumahan PPA Jatiasih Indah
terdiri dari RW 6 dan 7. Batas cakupan perumahan PGP terdiri dari RW 8, 9 dan
10. Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih,
Kota Bekasi (2013), wilayah perumahan Pondok Gede Permai memiliki 26 RT
dari tiga RW. Berikut struktur jumlah penduduk Kelurahan Jatirasa yang dapat
dilihat pada Tabel 3 :
Tabel 3 Luas wilayah dan jumlah penduduk di Kelurahan Jatirasa pada Bulan
Februari 2013

Luas Wilayah Jumlah Penduduk


RW Jumlah KK Jumlah
(Ha)
LK PR
6 72.891 357 754 794 1548
7 10 534 1119 1048 2167
8 373 806 830 1636
9 196.732 376 807 781 1588
10 354 731 768 1499
11 246 490 497 987
15.334
12 187 409 418 827
13 188.685 490 900 956 1856
14 13.491 474 966 962 1928
15 5.4 132 229 233 462
Jumlah 8440 16100 15516 31616
Sumber: Monografi Kelurahan Jatirasa, 2013
24

Berdasarkan Tabel 3, jumlah kepala keluarga di Kelurahan Jatirasa


sebanyak 8 440 dengan total penduduk 31 616 jiwa. Peruumahan PGP merupakan
perumahan yang mengalami banjir paling parah dan memiliki luas lahan paling
luas sebesar 196.732 Ha dengan jumlah KK sebanyak 1 103. Lingkup dari
masing-masing RW di PGP yaitu RW 08 terdiri dari delapan RT, RW 09 terdiri
dari sembilan RT dan RW 10 terdiri dari sembilan RT.
Perumahan ini dibangun sejak tahun 1988 dan termasuk perumahan Kredit
Perumahan Rakyat (KPR) BTN dengan biaya kredit per bulannya yang cukup
terjangkau. Hal inilah yang menarik kaum urban yang mayoritas bekerja di
Jakarta. Lokasi perumahan ini dikelilingi oleh Kali Bekasi sehingga dengan
seiring berjalannya waktu pembangunan Kali Bekasi sudah tidak ideal dengan
aturan Garis Sempadan Sungai (GSS). Hal tersebut yang memicu terjadinya banjir
saat hujan deras yang terjadi di bagian hulu sehingga meluapnya air ke
pemukiman.
Sungai Cikeas merupakan sungai yang menjadi pembatas antara Kota
Bekasi dengan Kabupaten Bogor yang memiliki panjang sungai 23.27 Km. Kali
Bekasi berasal dari aliran Sungai Cikeas dengan Sungai Cileungsi yang hulunya
ada di wilayah Kabupaten Bogor. Luas tangkapan air yang mengalir dari Sungai
Cikeas sebesar 955 Ha, Kali Bekasi sebesar 1 796 Ha dan Sungai Cileungsi
sebesar 2 751 Ha.
Aliran Sungai Cikeas dan Kali Bekasi di bagian hilir masuk ke sistem
saluran sungai Kabupaten Bekasi. Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi ini
penyebab kerusakan di bantaran Kali Bekasi, kedua sungai ini memiliki catctment
area ± 955 Ha–1 796 Ha sehingga membentuk sedimentasi di Kali Bekasi. Hal
tersebut mengakibatkan pohon-pohon kecil di bantaran Kali Bekasi yang
menambah daya rusak sungai menjadi lebih besar karena aliran turbelensi dan
penyempitan badan sungai mengikis bantaran kali. Selain itu, penyebab banjir
yang terjadi dikarenakan adanya air kiriman dari hulu Kali Bekasi. Berikut data
debit air kiriman yang menyebabkan banjir di Perumahan PGP selama bulan
Januari sampai Februari Tabel 4.
25

Tabel 4 Debit air kiriman dari hulu Kali Bekasi


Sungai Sungai Bendungan Waktu Tiba
Cileungsi Cikeas Kali Bekasi di Bendungan
No Hari
(m/detik) (m/detik) (m/detik) Kali Bekasi
(WIB)
1 18 Januari 2013 350 336 524,876 13.00
2 4 Februari 2013 650 366 515,427 04.00
3 12 Februari 2013 80 132 294 24.00
Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, 2013

Berdasarkan Tabel 4, total debit air kiriman terbesar dari kedua sungai
yang mengalir ke Bendungan Kali Bekasi terjadi pada tanggal 18 Januari 2013
sebesar 524,876 m/detik dengan waktu tiba pukul 13.00 WIB. Namun, terjadi
peningkatan ketinggian banjir yang dialami masyarakat pada tanggal 4 Februari
2013 dari banjir sebelumnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan waktu debit air
kiriman dari kedua sungai tidak dalam waktu yang bersamaan saat tiba di
bendungan Kali Bekasi.
Setelah banjir surut, kondisi lingkungan Perumahan PGP jauh dari kondisi
bersih dan sehat. Banyaknya sampah dan endapan lumpur yang mengakibatkan
aksesbilitas jalan dan fasiltas umum seperti gedung warga dan lapangan terganggu.
Masyarakat membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk mengembalikan
lingkungan tempat tinggal menjadi bersih seperti semula.
VI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

6.1 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat penting untuk diketahui, karena


akan mempengaruhi pemikiran, motivasi, pengalaman, ketertarikan dan tanggapan
dari masyarakat, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan (Ismail et.al. 2011). Identifikasi sosial ekonomi responden di
Perumahan PGP berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 69 rumah
tangga dari ketiga RW.
Karakteristik sosial ekonomi responden terdiri atas jenis kelamin, usia,
pendidikan formal, jumlah tanggungan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga,
status pernikahan, lama tinggal, alasan tinggal, status tempat tinggal, tingkat
rumah, luas rumah dan ketinggian air banjir serta penilaian masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan dan fasilitas umum pasca banjir.

6.1.1 Jenis Kelamin


Jenis kelamin dalam survei ini sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan berjumlah 52 orang atau setara dengan 75% sedangkan responden
laki-laki berjumlah 17 orang atau setara dengan 25%. Hal ini dikarenakan
pelaksanaan survei yang dilakukan sebagian besar pada hari kerja dan sisanya
dilaksanakan pada hari libur. Perbandingan presentase jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Sampel
No Jenis Kelamin
Jumlah Presentase (%)
1 Laki-laki 17 25
2 Perempuan 52 75
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.2 Usia

Sebagian besar usia responden pada interval 46-51 tahun yang berjumlah 22
orang (32%) sedangkan sisanya 5 orang (7%) pada interval 28-33, 7 orang (10%)
pada interval 34-39, 16 orang (23%) pada interval 40-45, 12 orang (17%) pada
27

interval 52-57 tahun, 5 orang (7%) pada interval 58-63 tahun dan 2 orang (3%)
pada interval ≥ 64. Perbandingan presentase tingkat usia dapat dilihat pada Tabel
6.
Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia
Sampel
No Kelompok Umur
Jumlah Presentase (%)
1 28-33 5 7
2 34-39 7 10
3 40-45 16 23
4 46-51 22 32
5 52-57 12 17
6 58-63 5 7
7 ≥64 2 3
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.3 Pendidikan Formal

Pendidikan formal responden berpengaruh terhadap keakuratan suatu


informasi. Semakin tinggi pendidikan formal semakin tinggi pula keakuratan data
yang diperoleh. Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SLTA yang
berjumlah 38 orang (55%) sedangkan pendidikan terakhir yang paling sedikit
jenjang S2 sebesar 2 orang (2%). Perbandingan presentase pendidikan formal
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan formal
Sampel
No. Pendidikan
Jumlah Presentase (%)
1 SD 12 17
2 SLTP 8 12
3 SLTA 38 55
4 D3 5 7
5 S1 5 7
6 S2 1 1
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013
28

6.1.4 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dimaksud dalam penelitian ini, semua anggota


keluarga yang masih dibiayai oleh Kepala Keluarga. Anggota keluarga disini
mencakup ayah, ibu dan anak termasuk tambahan tanggungan yang tinggal
bersama dalam satu atap. Jumlah tanggungan responden terbanyak memiliki 4
orang tanggungan yang berjumlah 44 orang (33%), sedangkan sisanya yang paling
sedikit memiliki tanggungan diatas 7 yang berjumlah 1 orang (1%) dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan
Sampel
No Tanggungan
Jumlah Presentase (%)
1 1 1 1
2 2 6 9
3 3 11 16
4 4 33 48
5 5 12 17
6 6 5 7
7 ≥7 1 1
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.5 Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden sangat bervariasi diantara lain pensiunan,


pedagang, Ibu rumah tangga, pegawai swasta, Pegawai Negri Sipil (PNS), guru
swasta, dan lainnya seperti tukang jahit, tukang cuci, kuli bangunan, Sales
Promotion Girl (SPG) dan tukang pijat. Pekerjaan responden didominasi oleh ibu
Rumah tangga sebesar 36 orang (52%) sedangkan jumlah pekerjaan yang paling
sedikit adalah guru sebanyak 3 orang (4%). Hal ini dikarenakan survei dilakukan
lebih banyak pada hari kerja yaitu senin sampai jumat. Perbandingan presentase
jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 9.
29

Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


Sampel
No Jenis Pekerjaan
Jumlah Presentase (%)
1 Pensiunan 4 6
2 Pedagang 8 12
3 Ibu Rumah tangga 36 52
4 Pegawai Swasta 4 6
5 PNS 6 9
6 Guru Swasta 3 4
7 Lainnya 8 12
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.6 Pendapatan Rumah tangga

Tingkat pendapatan rumah tangga dihitung berdasarkan semua anggota


keluarga yang memiliki pekerjaan baik yang tinggal dalam satu atap maupun yang
tidak dalam satu atap yang biasanya berupa besaran biaya pemberian anak kepada
orang tuanya setiap bulan. Tingkat pendapatan rumah tangga terbanyak berada
dikisaran Rp 1 900 001- Rp 3 200 000 yang berjumlah 31 orang (45%),
sedangkan tingkat pendapatan rumah tangga paling sedikit berada dikisaran Rp 5
800 001 - Rp 7 100 001 yang berjumlah 1 orang (1%). Perbandingan presentase
jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga
Sampel
No Pendapatan
Jumlah Presentase (%)
1 600000-1900000 16 23
2 1900001-3200000 31 45
3 3200001-4500000 7 10
4 4500001-5800000 5 7
5 5800001-7100000 1 1
6 7100001-8400000 3 4
7 ≥8400001 6 9
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.7 Status Pernikahan

Status pernikahan akan mempengaruhi jumlah tanggungan keluarga dalam


hal pengeluaran rumah tangga. Sebagian besar responden penelitian ini sudah
30

menikah yang berjumlah 56 orang (86%). Sisanya memiliki status pernikahan


belum menikah yang berjumlah 1 orang (1%) dan janda sebanyak 9 orang (13%).
Perbandingan presentase status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan
Sampel
No Status Pernikahan
Jumlah Presentase (%)
1 Sudah Menikah 59 86
2 Belum Menikah 1 1
3 Janda 9 13
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.8 Alasan Tinggal

Seluruh status kependudukan responden dalam penelitian ini adalah


pendatang. Sebagian besar alasan tinggal responden memilih sesuai kondisi
keuangan saat itu yang berjumlah 49 orang (71%). Sisanya memilih mengikuti
suami yang berjumlah 13 orang (19%) dan dekat dengan tempat kerja responden
yang berjumlah 7 orang (10%). Perbandingan presentase alasan tinggal responden
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan alasan tinggal
Sampel
No Alasan Tinggal
Jumlah Presentase(%)
1 Ikut Suami 13 19
2 Dekat dengan tempat kerja 7 10
3 Sesuai Kondisi Keuangan 49 71
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.9 Lama Tinggal

Meskipun di Perumahan PGP menjadi kawasan rawan banjir, namun hal ini
tidak menjadi alasan mereka untuk pindah rumah. Alasan masyarakat untuk tidak
pindah dikarenakan faktor lingkungan seperti keeratan hubungan sosial
masyarakat. Mayoritas responden telah tinggal diatas 21 tahun di Perumahan PGP
yang berjumlah 33 orang (48%) sedangkan sisanya jumlah responden yang paling
sedikit pada lama tinggal 4-6 tahun, 11-13 tahun dan 14-16 tahun yang berjumlah
3 orang (3%) . Perbandingan presentase lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 13.
31

Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal


Sampel
No Lama Tinggal (tahun)
Jumlah Presentase(%)
1 1-3 7 10
2 4-6 3 4
3 7-10 4 6
4 11-13 3 4
5 14-16 3 4
6 17-20 16 23
7 ≥21 33 48
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.10 Status Tempat Tinggal

Status tempat tinggal juga salah satu faktor alasan responden memilih
menetap. Hal ini dikarenakan harga jual rumah yang rendah akibat lokasi rumah
yang rawan banjir. Mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai status
tempat tinggal milik sendiri yang berjumlah 61 orang (89%). Sisanya mempunyai
status tempat tinggal mengontrak yang berjumlah 4 orang (4%) dan menumpang
pada anak atau warisan orang tuanya yang berjumlah 5 orang (7%). Perbandingan
persentase status tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal
Sampel
No Status Tempat Tinggal
Jumlah Presentase(%)
1 Milik Sendiri 61 88
2 Kontrakan 3 4
3 Menumpang 5 7
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.11 Jumlah Lantai Rumah

Jumlah lantai rumah akan mempengaruhi kerugian langsung (direct) yang


dialami responden. Mayoritas responden memiliki rumah berlantai dua sebanyak
36 orang (52%) sedangkan sisanya tidak bertingkat (lantai dasar) berjumlah 30
orang (43%) dan berlantai tiga berjumlah 3 orang (4%). Perbandingan presentase
tingkat rumah dapat dilihat pada Tabel 15.
32

Tabel 15 Karakteristik responden berdasarkan lantai rumah


Sampel
No Tingkat
Jumlah Presentase(%)
1 Lantai dasar (Tak bertingkat) 36 52
2 Lantai 2 30 43
3 Lantai 3 3 4
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.12 Luas Rumah

Berdasarkan Tabel 16, sebagian besar luas tanah responden seluas 60 m2


sehingga menjadi acuan untuk pembagian luas bangunan rumah responden yang
dijadikan sampel. Mayoritas responden memiliki luas bangunan rumah diatas 60
m2 yang berjumlah 33 orang (48%), sedangkan sisanya sebanyak 36 orang (52%)
memiliki luas bangunan rumah ≤ 60 m2. Hal ini dikarenakan responden yang
memiliki luas diatas 60 m2 melakukan pencegahan untuk meminimalisir dampak
banjir, sedangkan >60 m2 masih mempertahankan kondisi asli rumah.
Tabel 16. Karakteristik responden berdasarkan luas bangunan rumah
Sampel
No Luas Rumah
Jumlah Presentase (%)
2
1 ≤ 60 m 36 52
2
2 >60 m 33 48
Total 69 100
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.13 Karakteristik Ketinggian Air Banjir

Berdasarkan Tabel 17, banjir yang terjadi di Perumahan PGP terjadi tiga
kali dalam waktu dua bulan. Pada tanggal 18 Januari 2013, mayoritas ketinggian
air banjir yang dialami responden setinggi dua sampai dengan tiga meter di dalam
rumah sebanyak 35 orang (51%). Pada tanggal 4 Februari 2013, terjadi
peningkatan ketinggian air dimana pada interval ketinggian air dua sampai dengan
tiga meter sebanyak 36 orang (52%) dan untuk ketinggian diatas tiga meter
sebanyak 25 orang (36%). Pada tanggal 12 Februari 2013, ketinggian banjir
terjadi penurunan dikarenakan debit air yang dikirim dari kedua sungai tidak
sebanyak banjir pertama dan kedua. Hal ini dibuktikan sebanyak 25 orang (36%)
33

menyatakan banjir terjadi di depan rumah (jalan) sedangkan sisanya sebanyak 42


orang (61%) mengalami banjir di dalam rumah dengan ketinggian diatas nol
sampai dengan satu meter dan untuk ketinggian diatas satu meter sebanyak dua
orang (3%).
Tabel 17 Karakteristik responden berdasarkan ketinggian air banjir di dalam
rumah
Sampel
No Tinggi banjir (m)
Jumlah Presentase(%)
1 Banjir tanggal 18 Januari 2013
a. ≤2 26 38
b. 2<x≤3 35 51
c. >3 8 12
2 Banjir tanggal 4 Februari 2013
a. ≤2 8 12
b. 2<x≤3 36 52
c. >3 25 36
3 Banjir tanggal 12 Februari 2013
a. 0 25 36
b. 0<x≤1 42 61
c. >1 2 3
Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.14 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Fasilitas Umum

Dampak akibat banjir adalah endapan lumpur dan sampah yang terbawa
dari air genangan yang mengakibatkan lingkungan tempat tinggal menjadi kotor.
Lingkungan yang kotor menghambat aktivitas, kenyamanan, dan penggunaan
fasilitas umum masyarakat. Fasilitas umum ini terdiri dari mesjid, lapangan dan
POS RW. Indikator bersih disini tidak adanya sampah dan endapan lumpur yang
ada di fasilitas umum, untuk cukup bersih masih terdapat sisa endapan lumpur di
fasiltas umum, sedangkan kotor terdapat tumpukkan lumpur dan banyak sampah
di fasilitas umum sehingga fasilitas umum tidak dapat dipakai. Mayoritas
responden memberi penilaian tingkat kebersihan pada fasilitas umum sudah bersih
yang berjumlah 48 orang (70%) sisanya memberi penilaian cukup bersih yang
berjumlah 7 orang (10%) dan 14 orang (20%) lainnya memberi penilaian kotor.
Perbandingan penilaian tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum dapat dilihat
pada Gambar 2.
34

80
70
70
60
Responden (%)

50
40
30
20
20
10
10
0
Bersih Cukup Bersih Kotor
Tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum

Gambar 2 Penilaian tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum


Sumber: data primer diolah, 2013

6.1.15 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Lingkungan


Sekitar
Banjir juga mengotori lingkungan rumah dikarenakan sisa lumpur yang
masih menempel pada dinding rumah dan menumpuk pada saluran air (got)
warga. Sebagian besar responden sebesar 51 orang (74%) memberi penilaian
kebersihan lingkungan rumah pasca banjir termasuk kategori bersih, dikarenakan
adanya kegiatan kerja bakti warga sekitar namun kuantitas udara di sekitar
lingkungan masih berbau lumpur. Sebanyak 18 orang (26%) memberi penilaian
kebersihan cukup bersih pada lingkungan sekitar, dikarenakan ada rumah yang
tidak berpenghuni sehingga sampah dan tumpukan lumpur masih menumpuk
paDa rumah tersebut yang menimbulkan bau tidak sedap dapat dijelaskan pada
Gambar 3.
80 74
Responden (%)

60

40 26
20

0
Bersih Cukup Bersih
Tingkat kebersihan terhadap lingkungan sekitar

Gambar 3 Penilaian Tingkat Kebersihan terhadap Lingkungan Rumah


Sumber: data primer diolah, 2013
35

VII ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT


PASCA BANJIR

Kerugian ekonomi masyarakat dalam penelitian ini hanya menghitung


kerugian tangible. Kerugian tangible dibagi dua yaitu kerugian langsung (direct)
dan kerugian tidak langsung (indirect). Informasi kerugian langsung (direct) dan
kerugian tidak langsung (indirect) ini didapat melalui wawancara terbuka dan
observasi langsung dengan masyarakat sekitar Perumahan PGP. Kerugian
langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect) ini hanya dihitung pada
tahun 2013, dikarenakan banjir yang dialami Perumahan PGP ini tidak terjadi
setiap tahunnya hanya tahun-tahun tertentu dengan tingkat keparahan banjir yang
berbeda-beda. Banjir membuat sebagian masyarakat kehilangan harta bendanya
dan kebanyakan dialami oleh masyarakat yang tidak mempunyai tingkat rumah.
Antisipasi yang dilakukan oleh masyarakat yang memiliki rumah bertingkat
sampai saat ini masih menaruh harta bendanya di lantai dua sehingga semua
aktivitas rumah tangga dilakukan di lantai dua, sedangkan lantai dasar
dikosongkan dari harta-benda.

7.1 Kerugian Langsung (Direct)

Responden mengalami kerugian langsung (direct) seperti kehilangan


perabotan rumah tangga, perbaikan peralatan rumah tangga dan perbaikan
bangunan yang rusak. Kehilangan perabotan rumah tangga merupakan perabotan
rumah tangga yang sudah tidak dapat diperbaiki kembali akibat banjir. Perbaikan
perabotan rumah tangga merupakan perabotan rumah tangga yang rusak, namun
masih bisa dipakai jika responden mengeluarkan biaya servis. Berdasarkan
wawancara, masyarakat masih menunda untuk membeli perabotan rumah tangga
baru, dikarenakan takut adanya banjir susulan dikemudian hari.

7.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah tangga

Kehilangan perabotan rumah tangga dan jumlahnya sangat bervariasi


setiap responden meliputi buffet, springbed, kipas angin, handphone, telpon
rumah, kompor gas, tempat beras, dispenser, lemari es, lemari (Pajangan,
Pakaian), penanak nasi, kursi (sofa, plastik), meja (Belajar, Makan, Tamu), mesin
36

cuci, rak piring, setrika, speaker, kasur kapuk, tempat tidur (kerangka ranjang),
TV dan VCD. Pendekatan biaya kehilangan perabotan rumah tangga
menggunakan penyusutan perabotan rumah tangga per tahunnya dengan metode
garis lurus. Penentuan umur ekonomis disesuaikan dari karakteristik suatu barang
yang dimiliki responden.
Berdasarkan perhitungan, biaya kehilangan didapatkan dari jumlah seluruh
responden yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga saja sebesar
Rp 57 035 975. Jumlah biaya ini dibagi 60 responden yang mengalami kerusakan
perabotan sehingga didapat rata-rata biaya kehilangan perabotan sebesar

Rp 950 600/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengalami kehilangan

perabotan rumah tangga sebesar 87% dari total populasi sebesar 1103 KK
sehingga didapat 959 KK. Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga yang
dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013
sebesar Rp 911 749 391 dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Total kehilangan perabotan rumah tangga
Hal Jumlah
Biaya kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 57 035 975
Jumlah responden (KK) 60
Rata-rata kehilangan perabotan responden (Rp/KK) 950 600
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan perabotan rumah
959
tangga (KK)
Total kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 911 749 391
Sumber : data primer diolah, 2013

7.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah tangga

Perbaikan perabotan rumah tangga perlu dilakukan responden agar


perabotan rumah tangga dapat berfungsi kembali. Perabotan rumah tangga yang
diperbaiki meliputi pompa air, kendaraan pribadi (motor, mobil, sepeda), buffet,
mesin cuci, kipas angin, dispenser, lemari es, penanak nasi, radio, TV, komputer,
handphone dan rak sepatu. Biaya pengeluaran perabotan rumah tangga dihitung
berdasarkan responden yang melakukan perbaikan barang di tempat servis.
Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya perbaikan perabotan rumah tangga
seluruhnya sebesar Rp 14 950 000 dengan jumlah responden 39 KK sehingga
diperoleh rata-rata biaya perbaikan perabotan responden per periode banjir sebesar
37

Rp 383 333/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan


perabotan rumah tangga sebesar 57% dari total populasi sebesar 1103 KK
sehingga didapat 623 KK. Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga yang
dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013
sebesar Rp 238 983 126 dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga
Hal Jumlah
Biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 14 950 000
Jumlah responden (KK) 39
Rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp/KK) 383 333
Jumlah proporsi yang melakukan perbaikan perabotan (KK) 623
Total perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 238 983 126
Sumber : data primer diolah, 2013

7.1.3 Perbaikan Bangunan

Perbaikan bangunan dilakukan oleh sebagian responden dikarenakan


banjir luapan sungai ini merusak bangunan rumah di Perumahan PGP. Hal ini
disebabkan derasnya air yang mengalir dari Kali Bekasi sehingga merusak bagian
bangunan rumah. Bangunan yang rusak yang dialami responden meliputi dinding,
lantai, pintu, jendela, plafon dan kusen. Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya
perbaikan bangunan rumah tangga per periode banjir sebesar Rp 33 253 000
dengan jumlah responden 33 KK sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan
bangunan rumah tangga sebesar Rp 1 007 667/KK. Jumlah proporsi masyarakat
yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan sebesar 48% dari total populasi
sebesar 1103 KK sehingga didapat 528 KK. Total biaya perbaikan bangunan yang
dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013
sebesar Rp 531 566 248 dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Total biaya perbaikan bangunan
Hal Jumlah
Biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp) 33 253 000
Jumlah responden (KK) 33
Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp/KK) 1 007 667
Jumlah proporsi yang mengeluarkan perbaikan bangunan (KK) 528
Total perbaikan bangunan (Rp) 531 566 248
Sumber: data primer diolah, 2013
38

7.1.4 Total Kerugian Langsung (direct) yang Dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan, diperoleh total kerugian langsung (direct) yang


dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai
Februari 2013 sebesar Rp 1 682 298 765 dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat
No. Hal Jumlah (Rp)
1 Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga 911 749 391
2 Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga 238 983 126
3 Total biaya perbaikan bangunan rumah tangga 531 566 248
Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) 1 682 298 765
Sumber : data primer diolah, 2013

7.2 Kerugian Tidak Langsung (Indirect)

Kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat seperti biaya


pengobatan, kehilangan pendapatan dan pengeluaran tak terduga akibat banjir.
Kerugian ini dihitung selama banjir terjadi dan setelah banjir surut.

7.2.1 Biaya Pengobatan

Penyakit yang ditimbulkan akibat banjir seperti gatal-gatal, kutu air,


demam, ispa dan cikungunya. Dalam penelitian ini, didapat sebanyak 25 Kepala
Keluarga yang terjangkit penyakit dan mengeluarkan biaya berobat ke dokter atau
klinik. Sisanya sebanyak 27 Kepala Keluarga yang sakit namun mendapatkan
bantuan kesehatan dari posko kesehatan sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk
berobat, sedangkan 17 Kepala Keluarga lainnya tidak menderita sakit. Rata-rata
biaya pengobatan setiap responden sebesar Rp 663 600/KK. Jumlah proporsi
masyarakat yang mengeluarkan biaya berobat sebesar 36% dari total populasi
sebesar 1103 KK sehingga didapat 400 KK. Total kerugian masyarakat untuk
biaya pengobatan yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari
sampai Februari 2013 sebesar Rp 265 199 565 dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Total biaya pengobatan
Hal Jumlah (Rp)
Biaya pengobatan (Rp) 16 590 000
Jumlah responden yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK) 25
Rata-rata biaya pengobatan setiap responden (Rp/ KK) 663 600
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya berobat (KK) 400
Total biaya pengobatan (Rp) 265 199 565
Sumber : data primer diolah, 2013
39

7.2.2 Pendapatan yang Hilang

Kerugian tidak langsung (indirect) lainnya yang dialami masyarakat


adalah kehilangan pendapatan baik selama banjir maupun setelah banjir. Selama
banjir berlangsung aktifitas bekerja masyarakat setempat terhenti, dikarenakan
ketinggian banjir yang parah. Dalam penelitian ini, kehilangan pendapatan yang
dimaksud adalah pendapatan rumah tangga terdiri dari semua anggota keluarga
yang bekerja di rumah tersebut dan berasal dari golongan pekerja non pegawai.
Hal ini dikarenakan pegawai memiliki gaji tetap sehingga tidak mengurangi
pendapatan meskipun tidak bekerja (dimasukkan ke dalam cuti kerja). Pendapatan
harian yang hilang dari keseluruhan responden sebesar Rp 34 621 000 yang
berjumlah 12 Kepala Keluarga (17%) sehingga diperoleh rata-rata pendapatan
yang hilang sebesar Rp 2 885 083/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang
mengalami kehilangan pendapatan sebesar 17% dari total populasi sebesar 1103
KK sehingga didapat 192 KK. Total pendapatan yang hilang per periode banjir
pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 553 434 182 dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23 Total pendapatan yang hilang
Hal Jumlah
Pendapatan harian yang hilang keseluruhan responden (Rp) 34 621 000
Jumlah responden (KK) 12
Rata-rata pendapatan harian setiap responden (Rp/ KK) 2 885 083
Jumlah proporsi yang mengalami pendapatan yang hilang (KK) 192
Total pendapatan yang hilang (Rp) 553 434 182
Sumber : data primer diolah, 2013

7.2.3 Biaya Tambahan

Biaya tambahan dalam penelitian ini meliputi alat penerangan (lilin,


senter, petromax), peralatan kebersihan, Iuran kebersihan, sewa tukang untuk
membersihkan rumah responden dan biaya sedot WC akibat banjir. Berdasarkan
perhitungan, total biaya tambahan yang dikeluarkan responden sebesar Rp 14 697
500. Jumlah responden yang mengeluarkan biaya tambahan sebanyak 50 KK dari
69 KK. Hal ini dikarenakan sisanya sebanyak 19 KK mendapatkan bantuan sosial
yang ada berupa perabotan kebersihan. Total biaya tambahan yang dikeluarkan
responden dibagi dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya tambahan
maka diperoleh rata-rata biaya tambahan per KK sebesar Rp 293 950. Jumlah
40

proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya tambahan sebesar 72% dari total
populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 799 KK. Total biaya tambahan yang
dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013
sebesar Rp 234 946 993 dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Total biaya tambahan
Hal Jumlah
Biaya tambahan rumah tangga (Rp) 14 697 500
Jumlah Responden (KK) 50
Rata-rata biaya tambahan rumah tangga (Rp/KK) 293 950
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) 799
Total biaya tambahan (Rp) 234 946 993
Sumber : data primer diolah, 2013

7.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung (indirect) yang Dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan, diperoleh total kerugian tidak langsung (indirect)


yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari
sampai Februari 2013 sebesar Rp 1 053 580 740 dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat
No. Hal Jumlah (Rp)
1 Total biaya pengobatan 265 199 565
2 Total pendapatan yang hilang 553 434 182
3 Total biaya tambahan 234 946 993
Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) 1 053 580 740

7.3 Total Kerugian Ekonomi yang dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan, total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat


pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar
Rp 2 735 879 506 dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Total kerugian yang dialami masyarakat pasca banjir
No. Hal Jumlah (Rp)
1 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat 1 682 298 765
2 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat 1 053 580 740
Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) 2 735 879 506
Sumber : data primer diolah, 2013
41

VIII IDENTIFIKASI UPAYA PROGRAM PEMERINTAH


DALAM MEMINIMALISIR DAMPAK BANJIR

Perumahan PGP merupakan rawa yang kemudian dikonversi menjadi


pemukiman dengan KPR BTN yang cukup terjangkau. Lokasi perumahan Pondok
Gede Permai ini berdekatan dengan Kali Bekasi dan tempat bermuaranya dua
aliran sungai primer. Aliran Kali Bekasi ini berasal dari Sungai Cikeas dan Sungai
Cileungsi yang berhulu di Kabupaten Bogor (Gunung Geulis). Perubahan tata
guna lahan yang terus terjadi di daerah hulu hingga hilir mengakibatkan
berkurangnya lahan terbuka hijau. Kodoatie dan Sjarief (2010) menyatakan bahwa,
perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dikarenakan jika
Daerah Aliran Sungai (DAS) tidak ada yang menahan, maka aliran air permukaan
(run off) menjadi besar yang mengakibatkan debit air di sungai menjadi besar
sehingga terjadinya erosi lahan yang berakibat sedimentasi di sungai sehingga
kapasitas sungai menjadi turun.
Dinas Bina Marga dan Tata Air (2013) menyatakan bahwa, banjir luapan
sungai yang terjadi di perumahan PGP sudah terjadi pada tahun 2002, 2007, dan
2013, sedangkan menurut wawancara dengan masyarakat (2013) sebenarnya
banjir sudah terjadi pada tahun 1993, 1997, 2002, 2005, 2007, dan 2013.
Penyebab banjir pada tahun 1993 dan 1997 dikarenakan meluapnya air dari Kali
Bekasi dan tanggul yang masih terbuat dari tanah namun banjir ini tidak
berdampak besar hanya menggenang kurang lebih 50 cm. Pada tahun 2002, 2005
dan 2007 banjir terjadi dikarenakan rusaknya tanggul di RW 8 (tepatnya RT 3)
dengan ketinggian air mencapai ± 3 meter. Pada tahun 2013 ini merupakan banjir
terparah yang pernah dialami masyarakat Perumahan PGP dikarenakan dalam dua
bulan banjir terjadi tiga kali dengan selang waktu yang hampir berdekatan serta
rusaknya dua titik tanggul yang mengakibatkan ketinggian air mencapai lebih dari
tiga meter.
Program upaya meminimalisir banjir sudah dilakukan pemerintah sejak
dalam wewenang Kabupaten Bekasi, namun tanggul yang dibuat masih tanggul
yang terbuat dari tanah dan pasir. Setelah adanya peralihan administratif menjadi
Kota Bekasi, pemerintah mulai memperbaiki tanggul dikarenakan maraknya
pembangunan di sepanjang Kali Bekasi. Pada tahun 2002 setelah terjadinya banjir,
42

Pemerintah mulai membangun tanggul dengan pemasangan batu dan beton di


sepanjang kali perumahan PGP. Pada tahun 2005 pemerintah membangun tanggul
secara permanen sepanjang aliran Kali Bekasi, namun adanya banjir yang terjadi
pada tahun 2007 menyebabkan tanggul rusak sehingga dilakukan perbaikan
tanggul seperti keadaan semula. Permasalahan banjir yang terjadi tahun 2013
dikarenakan tidak adanya pemeliharaan tanggul maupun DAS sehingga
menyebabkan rusaknya dua titik tanggul penahan. Dinas Bina Marga dan Tata Air
tahun 2013 menyatakan bahwa selama ini tidak pernah ada pemeliharaan dan
pengerukan sedimen pada limpasan bawah sungai yang dilaksanakan secara
periodik. Hal tersebut yang mengakibatkan timbul pohon-pohon kecil di bantaran
Kali Bekasi yang menambah daya rusak kali menjadi lebih besar, karena adanya
penyempitan badan sungai serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan kali. Faktor alam juga merupakan salah satu faktor penyebab banjir,
dikarenakan intensitas hujan yang tinggi di wilayah hulu yang mengakibatkan
naiknya debit air hingga melampaui batas daya tampung sungai.
Tabel 26 Upaya pencegahan yang dilakukan Pemerintah
Usulan
Panjang panjang Usulan
Lokasi Sisi Penanganan Darurat
Kerusakan Penanganan Konstruksi
(Meter) (Meter)
Pondok Gede Kiri 10 15 Bronjong + sand Beton +
Permai bag pasangan Batu
Pondok Gede Kiri 50 75 Bronjong + sand Retaining Wall
Permai bag Beton + mini
pile + Revetment
Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi (2013)

Berdasarkan Tabel 26, salah satu program upaya pencegahan yang sudah
dilakukan pada banjir 2013 adalah penanganan darurat tanggul. Penanganan
darurat tanggul di perumahan PGP berupa karung berisi pasir dan kemudian
bronjong sepanjang 90 meter dari total kerusakan sepanjang 60 meter. Kondisi
saat ini tanggul sudah dipermanenkan dengan semen sepanjang 90 meter. Selain
itu, ada program tanggap darurat bencana dimana pemerintah menurunkan
bantuan seperti mendirikan posko banjir, posko kesehatan serta menjaga
keamanan rumah warga, program ini berlangsung saat terjadinya banjir ditambah
dua minggu setelah banjir.
43

Program tanggap darurat ini sangat membantu masyarakat meskipun


program ini dilakukan pada saat banjir susulan kedua dan susulan ketiga.
Sebagian besar masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan pada saat banjir
pertama sehingga harus mengeluarkan biaya berobat sendiri. Akibat banjir ini
menimbulkan penyakit cikungunya yang mulai mewadah di kalangan masyarakat
setelah banjir. Mewadahnya penyakit cikungunya ini membuat masyarakat harus
mengeluarkan biaya berobat. Selain itu, masyarakat juga bergotong royong serta
mengumpulkan dana swadaya dalam membersihkan lingkungan tempat tinggal.
Usulan program kedepannya Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi
adalah memperbaiki tanggul dengan bore pile atau tiang pancang yang secara
teknisnya masih disesuaikan tergantung kontur tanah dan kondisi badan sungai.
Kekuatan konstruksi tanggul sangat berpengaruh terhadap banjir yang dialami
masyarakat perumahan PGP, sehingga masyarakat sangat mendukung program ini
dalam meminimalisirkan dampak banjir. Berdasarkan wawancara dengan
masyarakat, perbaikan tanggul yang lebih kokoh sangat diharapkan semua
masyarakat. Hal ini dikarenakan usulan program tersebut merupakan program
yang paling efektif dibandingkan relokasi. Relokasi penduduk tidak mungkin
dilakukan dikarenakan terbatasnya lahan di Kota Bekasi dan besarnya dana yang
dibutuhkan. Sesuai dengan wawancara, masyarakat tidak ingin di relokasi
dikarenakan kondisi lingkungan sekitar yang sudah terjalin erat.
Usulan program lainnya yang dibuat oleh Dinas Bina Marga dan Tata Air
Kota Bekasi seperti menambah daya tampung Kali Bekasi mencapai 689 m3/detik.
Daya tampung Kali Bekasi sebelumnya mencapai ± 500 m3/detik. Usulan program
ini belum direalisasikan dikarenakan tidak cukupnya anggaran yang diberikan
oleh Kementrian Pekerjaan Umum Pusat dan Balai Besar Wilayah Sungai
Ciliwung-Cisadane. Hal ini dikarenakan sungai yang mengalir ke Kali Bekasi
merupakan sungai primer sehingga banjir ini tidak hanya wewenang Pemerintah
Kota Bekasi melainkan wewenang pemerintah pusat. Harapan pemerintah terkait
program meminimalisirkan dampak banjir kedepannya adalah membangun dam di
daerah hulu dan melakukan normalisasi sungai sampai ke hilir. Namun, program
ini masih dalam bentuk usulan dikarenakan program besar ini melibatkan banyak
pihak terkait.
IX SIMPULAN DAN SARAN

9.1 Simpulan

Jenis banjir yang dialami Perumahan Pondok Gede Permai adalah banjir
luapan sungai. Banjir luapan sungai menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup
besar. Berdasarkan penelitian estimasi kerugian ekonomi pasca banjir di
Perumahan Pondok Gede Permai diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat usia 46-51
tahun, sudah lama tinggal ≥ 21 tahun, alasan memilih tinggal karena sesuai
kondisi keuangan, status tempat tinggal milik sendiri dengan jumlah lantai
rumah yang tidak bertingkat serta memiliki luas bangunan rumah ≤ 60 m2.
Ketinggian banjir didalam rumah yang dialami masyarakat mencapai dua
hingga tiga meter.
2. Kerugian ekonomi masyarakat dihitung berdasarkan kerugian langsung
(direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Total estimasi kerugian yang
dialami masyarakat rumah tangga Perumahan Pondok Gede Permai sebesar
Rp 2 735 879 506.
3. Upaya program pemerintah kedepannya masih berupa usulan program
meminimalisir dampak banjir seperti boor file atau tiang pancang yang
idealnya mengikuti Garis Simpadan Sungai (GSS) yang secara teknis masih
disesuaikan dengan masing-masing kontur tanah dan kondisi badan sungai
serta menambah daya tampung Kali Bekasi sebesar 689 m3/detik di bantaran
sungai.

9.2 Saran

1. Pemerintah harus lebih mengutamakan pembangunan tanggul yang kokoh


seperti bore pile di Perumahan Pondok Gede Permai dikarenakan wilayah
ini tepat bermuaranya dua sungai menjadi satu aliran (Kali Bekasi).
2. Pemerintah harus lebih fokus dalam menangani permasalahan khususnya
pada Daerah Aliran Sungai untuk melakukan pemeliharaan dan pengelolaan
secara rutin minimal satu tahun dilakukan pengecekan satu kali.
45

3. Adanya kerjasama antara petugas pintu air dengan masyarakat dalam hal
penyampaian informasi secara akurat dengan selang waktu yang pasti
kedatangan air dari hulu sampai hilir sehingga masyarakat bisa melakukan
antisipasi dini.
DAFTAR PUSTAKA

Askary, M. 2001. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan untuk


Penyusutan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Pusat
Pengembangan dan Penerapan AMDAL. Jakarta (ID). Dapat diunduh dari:
http://perpustakaan.menlh.go.id/index.php [Internet]. 23 April 2013.

[Bapenas] Badan Perencanaan Nasional. 2007. Laporan Perkiraan Kerusakan dan


Kerugian Pasca Bencana Banjir Awal Februari 2007 di wilayah
JABODETABEK. Jakarta (ID). Dapat diunduh dari:
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/2623/ [Internet]. 8 Februari 2013.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Bekasi dalam Angka 2011-2012. Bekasi.

Dhewanthi L, Apriani AT, Gustami, Sarasseatiwaty S, Alfian M, Nurbaningsih L.


2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Jakarta (ID): KLH.

Garrod, G dan Willis K.G. 1999. Economic Valuation of the Environment:


Method and Case Studies. UK: Scottish Agricultural College.

Gujarati, D.N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga: Jilid 1. Jakarta


(ID): Erlangga.

Horngren C.T. dan Jr. Walter T.H. 2007. Akuntansi. Edisi Ketujuh: Jilid 1. Jakarta
(ID): Erlangga.

Ismail A, Nuva, Pekasa BAL. 2011. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan
Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah (Studi
Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara). Jurnal Ekonomi
Lingkungan. Vol. 15/ No. 2/ Hal.51-69.

Kodoatie R.J. dan Sjarief R. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Kodoatie R.J. dan Sugiyanto. 2002. Banjir: Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta (ID): Pustaka
Pelajar.

Komite Standar Akuntasi Pemerintahan. 2007. Buletin teknis standar akuntasi


pemerintahan nomor 5: akutansi penyusutan. Jakarta (ID): KSAP.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi. Jakarta (ID): Erlangga.

Sebastian, L. 2008. Pendekatan Pencegahan dan Penggendalian Banjir [disertasi].


Dinamika teknik sipil, Volume 8, Nomor 2, Juli 2008 : 162– 169.
Palembang: Universitas Sriwidjaya.
47

Setyaningrum, P. 2012. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Pasang


(Studi Kasus: Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta
Utara) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suriya, S., Mudgal BV, Prakash N. 2011. Flood damage assessment of an urban
area in Chennai, India, part I: methodology. Nat Hazards (2012) 62:149–
167.doi: 10.1007/s11069-011-9985-3.

Suriya, S., Mudgal BV, Prakash N. 2011. Flood damage assessment of an urban
area in Chennai, India, part II: results and discussions. Nat Hazards (2012)
62:149–167.doi: 10.1007/s11069-011-9985-3.

Srihuzaimah. 2011. Kerugian Fisik dan Non Fisik Rumah tangga Pesisir Akibat
Banjir Pasang (Studi Kasus: Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan
Penjaringan, Jakarta Utara) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suparmoko, M dan Ratnaningsih M. 2011. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta:


BPFE Yogyakarta.

[UNDP] United Nations Development Programme Indonesia. 2007. Sisi Lain


Perubahan Iklim [Internet]. [diunduh 20 Maret 2013]. Tersedia pada:
http://www.undp.or.id/pubs/docs/UNDP%20%20Sisi%20Lain%20Peruba
han%20Iklim%20ID.pdf

Yulaelawati, E., Syihab U. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta (ID): Grasindo.


48

LAMPIRAN
49

Lampiran 1. Denah Aliran Kali


50

Lampiran 2. Kehilangan Perabotan Rumah tangga


Akumulasi
Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Biaya
Harga Penyusutan Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Kehilangan
Beli (a) (Rp) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (d=a-c)
(c=bxt2)
1 Tidak Ada 0 0
Kipas Angin (2) 170000 2011 2013 2 5 34000 68000 102000
Mesin Cuci 1200000 2012 2013 1 5 240000 240000 960000
2 1139600
Setrika 97000 2012 2013 1 5 19400 19400 77600
Buffet 200000 2000 2013 13 10 20000 0 0
3 Meja Komputer (2) 800000 2012 2013 1 5 160000 160000 640000 640000
4 Spring Bed (2) 3000000 2012 2013 1 10 300000 300000 2700000 2700000
Buffet 2000000 2005 2013 8 10 200000 1600000 400000
5 Tempat Tidur + Kasur 700000 2000 2013 13 10 70000 0 0 400000

Telfon 170000 2000 2013 13 5 34000 0 0


6 Tidak Ada 0 0
TV 900000 2007 2013 6 8 112500 675000 225000
Kasur kapuk (3) 300000 2005 2013 8 8 37500 300000 0
Meja (2) 340000 1999 2013 14 10 34000 0 0
7 350000
Lemari Pakaian 200000 2002 2013 11 10 20000 0 0
Kompor Gas 180000 2007 2013 6 8 22500 135000 45000
Kursi Plastik (4) 320000 2007 2013 6 8 40000 240000 80000
Kasur kapuk (3) 225000 2004 2013 9 10 22500 202500 22500
8 22500
Lemari Pakaian 270000 2002 2013 11 10 27000 0 0
Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya
Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
Kasur Kapuk 80000 2002 2013 11 10 8000 0 0
Magicom 225000 2007 2013 6 8 28125 168750 56250
9 136250
Rak Piring 500000 2002 2013 11 8 62500 0 0
Lemari Pakaian 200000 2007 2013 6 10 20000 120000 80000
10 Tidak Ada 0 0
Spring Bed 2000000 2005 2013 8 10 200000 1600000 400000
11 Buffet 700000 1990 2013 23 10 70000 0 0 800000

Meja 500000 2011 2013 2 10 50000 100000 400000


Kasur Kapuk 100000 2007 2013 6 10 10000 60000 40000
12 40000
Buffet 500000 2002 2013 11 10 50000 0 0
Meja 700000 2002 2013 11 10 70000 0 0
13 105000
Kipas Angin 175000 2011 2013 2 5 35000 70000 105000
Kompor Gas 250000 2011 2013 2 10 25000 50000 200000
14 Buffet 600000 2004 2013 9 10 60000 540000 60000 372500

Dispenser 150000 2011 2013 2 8 18750 37500 112500


Tempat Tidur + spring bed 1300000 1991 2013 22 10 130000 0 0
15 0
Kulkas 1500000 1995 2013 18 10 150000 0 0
16 Tidak Ada 0 0
TV 3000000 2012 2013 1 10 300000 300000 2700000
17 2700000
Buffet 2500000 2002 2013 11 10 250000 0 0
51
52

Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya


Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
Lemari Pakaian 1200000 2002 2013 11 10 120000 0 0
18 Kompor Gas 250000 2000 2013 13 10 25000 0 0 0

Tempat Tidur + spring bed 500000 1993 2013 20 10 50000 0 0


19 Magicom 250000 2005 2013 8 8 31250 250000 0 0
20 Tidak Ada 0 0
21 Buffet 600000 1997 2013 16 10 60000 0 0 0
Meja Belajar 700000 2011 2013 2 8 87500 175000 525000
22 Kursi (4) 500000 2012 2013 1 8 62500 62500 437500 1592500

Lemari Pakaian 900000 2010 2013 3 10 90000 270000 630000


Lemari Pakaian (2) 200000 1998 2013 15 10 20000 0 0
23 Mesin cuci 1700000 2000 2013 13 10 170000 0 0 0

Kursi (4) 550000 1998 2013 15 10 55000 0 0


Kulkas 1500000 2010 2013 3 8 187500 562500 937500
24 1147500
Kipas Angin 300000 2010 2013 3 10 30000 90000 210000
Lemari Pakaian Plastik 450000 2012 2013 1 8 56250 56250 393750
25 Kursi Plastik (4) 150000 2012 2013 1 8 18750 18750 131250 1725000

Spring bed 3000000 2007 2013 6 10 300000 1800000 1200000


Meja Makan 500000 2007 2013 6 10 50000 300000 200000
26 Meja Tamu 1500000 2007 2013 6 10 150000 900000 600000 1200000

Rak Piring 1000000 2007 2013 6 10 100000 600000 400000


Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya
Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
Buffet (2) 800000 1995 2013 18 10 80000 0 0
27 Meja Makan 600000 2000 2013 13 10 60000 0 0 0

Handphone 1200000 2011 2013 2 2 600000 1200000 0


28 Blender 1000000 2002 2013 11 10 100000 0 0 0
29 Pompa Air 500000 1999 2013 14 10 50000 0 0 0
Lemari Pakaian (3) 2700000 2007 2013 6 8 337500 2025000 675000
Lemari Buku 600000 2007 2013 6 8 75000 450000 150000
Buffet 500000 2002 2013 11 10 50000 0 0
30 868750
Pompa Air 450000 2000 2013 13 10 45000 0 0
kasur 350000 2006 2013 7 8 43750 306250 43750
Spring bed 2000000 2002 2013 11 10 200000 0 0
Lemari Pakaian 1 700000 2005 2013 8 10 70000 560000 140000
31 Spring bed 2000000 2007 2013 6 10 200000 1200000 800000 1158750

Kipas Angin 250000 2012 2013 1 8 31250 31250 218750


Lemari Pakaian (2) 800000 2006 2013 7 8 100000 700000 100000
Tempat tidur+ Kasur kapuk 750000 2007 2013 6 8 93750 562500 187500
32 Dispenser 200000 2011 2013 2 8 25000 50000 150000 601250

Magicom 175000 2007 2013 6 8 21875 131250 43750


Kipas Angin 150000 2012 2013 1 5 30000 30000 120000
TV 500000 2002 2013 11 8 62500 0 0
33 0
Lemari Pakaian 150000 2002 2013 11 10 15000 0 0
53
54

Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya


Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
Sofa 1500000 2005 2013 8 10 150000 1200000 300000
34 Lemari (3) 700000 2010 2013 3 5 140000 420000 280000 1540000

Kulkas 1200000 2012 2013 1 5 240000 240000 960000


Lemari Pajangan 2000000 2007 2013 6 10 200000 1200000 800000
35 800000
Spring bed 2000000 2002 2013 11 10 200000 0 0
36 Sepeda (3) 900000 2007 2013 6 10 90000 540000 360000 360000
37 Tidak Ada 0 0
38 Tidak Ada 0 0
39 Pompa Air 350000 2000 2013 13 10 35000 0 0 0
Lemari Pakaian (2) 300000 2007 2013 6 8 37500 225000 75000
Kompor Gas 250000 2007 2013 6 8 31250 187500 62500
Dispenser 170000 2011 2013 2 8 21250 42500 127500
40 891000
Blender 400000 2012 2013 1 8 50000 50000 350000
Setrika 120000 2012 2013 1 5 24000 24000 96000
Mixer 300000 2011 2013 2 5 60000 120000 180000
Kasur Kapuk 150000 2007 2013 6 8 18750 112500 37500
Dispenser 90000 2012 2013 1 5 18000 18000 72000
41 214500
Pompa Air 350000 2006 2013 7 10 35000 245000 105000
Lemari Plastik 200000 1997 2013 16 10 20000 0 0
Kasur Kapuk (2) 240000 2012 2013 1 8 30000 30000 210000
42 435000
Rak Piring 300000 2011 2013 2 8 37500 75000 225000
Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya
Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
43 Spring Bed 2800000 2012 2013 1 10 280000 280000 2520000 2520000
Lemari Pakaian (3) 2800000 2007 2013 6 10 280000 1680000 1120000
Kipas Angin (2) 350000 2012 2013 1 8 43750 43750 306250
44 Blender 180000 2010 2013 3 5 36000 108000 72000 4098250

Sofa 3000000 2010 2013 3 10 300000 900000 2100000


Lemari Pakaian 800000 2010 2013 3 8 100000 300000 500000
45 Tidak Ada 0 0
Spring Bed 2000000 2010 2013 3 10 200000 600000 1400000
Lemari Pakaian 1500000 2010 2013 3 10 150000 450000 1050000
Kompor Gas 250000 2000 2013 13 10 25000 0 0
46 3007500
Kompor Gas 150000 2000 2013 13 8 18750 0 0
Buffet 1000000 2007 2013 6 10 100000 600000 400000
Dispenser 180000 2012 2013 1 8 22500 22500 157500
47 Spring Bed 1500000 2007 2013 6 8 187500 1125000 375000 375000
48 Rak Piring 350000 2006 2013 7 8 43750 306250 43750 43750
Lemari Pakaian plastik 250000 2011 2013 2 5 50000 100000 150000
Lemari Pakaian Plastik 500000 2011 2013 2 8 62500 125000 375000
Lemari Pakaian plastik 700000 2011 2013 2 8 87500 175000 525000
49 2604000
VCD 300000 2011 2013 2 5 60000 120000 180000
Kipas Angin 300000 2011 2013 2 8 37500 75000 225000
Kipas Angin 155000 2011 2013 2 5 31000 62000 93000
55
56

Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya


Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
Kipas Angin 350000 2011 2013 2 8 43750 87500 262500
Kipas Angin 195000 2012 2013 1 5 39000 39000 156000
Dispenser 175000 2009 2013 4 8 21875 87500 87500
Tempat Beras 400000 2009 2013 4 8 50000 200000 200000
Kasur Kapuk (2) 400000 2012 2013 1 8 50000 50000 350000
Lemari Pakaian (2) 1200000 2002 2013 11 10 120000 0 0
Lemari Pakaian 900000 2005 2013 8 10 90000 720000 180000
50 2820000
Kompor Gas 250000 2000 2013 13 8 31250 0 0
Pompa Air 500000 2000 2013 13 10 50000 0 0
Spring bed 2800000 2007 2013 6 10 280000 1680000 1120000
Kursi 3800000 2007 2013 6 10 380000 2280000 1520000
Kulkas 1200000 2006 2013 7 8 150000 1050000 150000
51 Spring Bed 600000 2006 2013 7 10 60000 420000 180000 417500

Lemari 700000 2006 2013 7 8 87500 612500 87500


52 Rak Piring 350000 2007 2013 6 8 43750 262500 87500 87500
Pompa Air 450000 2006 2013 7 10 45000 315000 135000
53 135000
Spring bed 1000000 2002 2013 11 10 100000 0 0
54 Kulkas 1200000 2007 2013 6 8 150000 900000 300000 300000
Kasur Kapuk 300000 2011 2013 2 10 30000 60000 240000
55 Magicom 170000 2011 2013 2 5 34000 68000 102000 864875

Dispenser 90000 2010 2013 3 5 18000 54000 36000


Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya
Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
Setrika 120000 2010 2013 3 8 15000 45000 75000
Kipas Angin 275000 2010 2013 3 8 34375 103125 171875
Lemari Plastik 400000 2009 2013 4 10 40000 160000 240000
Lemari Plastik 450000 2002 2013 11 8 56250 0 0
Kulkas 1300000 2011 2013 2 8 162500 325000 975000
56 Buffet 900000 2002 2013 11 10 90000 0 0 1230000

Magicom 250000 2012 2013 1 8 31250 31250 218750


Setrika 145000 2007 2013 6 8 18125 108750 36250
Kulkas 2300000 2007 2013 6 10 230000 1380000 920000
57 3050000
Mesin Cuci 2700000 2007 2013 6 10 270000 1620000 1080000
Lemari Pajangan 500000 2005 2013 8 10 50000 400000 100000
Lemari Pakaian (2) 1200000 2005 2013 8 10 120000 960000 240000
Kipas Angin 375000 2007 2013 6 10 37500 225000 150000
Meja Makan 1400000 2007 2013 6 10 140000 840000 560000
Kasur Kapuk 3 600000 1991 2013 22 8 75000 0 0
58 Lemari 300000 2007 2013 6 8 37500 225000 75000 225000

Magicom 200000 2011 2013 2 8 25000 50000 150000


Sofa 1000000 2010 2013 3 5 200000 600000 400000
Lemari Pajangan 750000 2010 2013 3 10 75000 225000 525000
59 1800000
Lemari Pakaian 750000 2010 2013 3 10 75000 225000 525000
Setrika 400000 2012 2013 1 8 50000 50000 350000
57
58

Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya


Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
60 Lemari Pakaian 1100000 2012 2013 1 10 110000 110000 990000 990000
Lemari Pakaian 450000 2006 2013 7 10 45000 315000 135000
Kompor Gas 300000 2006 2013 7 8 37500 262500 37500
61 Pompa Air 450000 2006 2013 7 10 45000 315000 135000 445000

Meja Belajar 700000 2006 2013 7 8 87500 612500 87500


Kasur Kapuk (2) 400000 2006 2013 7 8 50000 350000 50000
62 Tidak Ada 0 0
Meja 450000 2012 2013 1 10 45000 45000 405000
Kasur (2) 550000 2007 2013 6 8 68750 412500 137500
63 Kompor Gas 450000 2008 2013 5 8 56250 281250 168750 1030000

Pompa Air 500000 2006 2013 7 10 50000 350000 150000


Lemari Pakaian 450000 2008 2013 5 8 56250 281250 168750
Spring Bed 1200000 2007 2013 6 10 120000 720000 480000
64 Lemari Pakaian (2) 2000000 2010 2013 3 10 200000 600000 1400000 3280000

Lemari buku 2000000 2010 2013 3 10 200000 600000 1400000


Magicom 200000 2006 2013 7 8 25000 175000 25000
Speaker 2000000 2005 2013 8 10 200000 1600000 400000
65 Lemari Pakaian (2) 1500000 2005 2013 8 10 150000 1200000 300000 915000

Buffet 500000 2005 2013 8 10 50000 400000 100000


Meja Makan 450000 2005 2013 8 10 45000 360000 90000
Tahun Tahun Umur Umur Penyusutan Total Biaya
Harga Total biaya
No Nama Barang Rusak Beli Hilang Pakai Ekonomis (Rp/Tahun) Penyusutan Kehilangan
Beli (a) kehilangan
(t0) (t1) (t2) (t3) (b=a/t3) (Rp) (c=bxt2) (d=a-c)
Kursi 500000 2011 2013 2 8 62500 125000 375000
66 375000
Rak Piring 300000 2002 2013 11 8 37500 0 0
67 Lemari Pakaian (2) 800000 2012 2013 1 8 100000 100000 700000 700000
Lemari Pakaian 700000 2012 2013 1 10 70000 70000 630000
68 1005000
Mesin Cuci 500000 2011 2013 2 8 62500 125000 375000
Meja Belajar 1500000 2009 2013 4 10 150000 600000 900000
Lemari Pakaian (2) 1000000 1997 2013 16 10 100000 0 0
Spring Bed 1800000 2002 2013 11 10 180000 0 0
69 2777500
TV 2300000 2011 2013 2 10 230000 460000 1840000
Kulkas 2000000 1997 2013 16 10 200000 0 0
Setrika 150000 2007 2013 6 8 18750 112500 37500
Biaya kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 57 035 975
Jumlah responden (KK) 60
Rata-rata kehilangan perabotan responden (Rp/KK) 950 600
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan perabotan rumah tangga (KK) 959
Total kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 911 749 391
*Asumsi yang digunakan untuk penentuan umur ekonomis disesuaikan dengan karakteristik barang yang dimilki responden.
59
60

Lampiran 3. Perbaikan Perabotan Rumah tangga


No Nama Barang Servis Biaya Servis Jumlah (Rp)
1 Tidak Ada 0
2 Tidak Ada 0
3 Pompa Air 400000 400000
Pompa Air 200000
4 300000
Radio 100000
5 Kulkas 300000 300000
TV 200000
6 300000
Mesin cuci 100000
7 Pompa Air 150000 150000
Buffet 145000
8 Pompa Air 250000 545000

Motor (ganti oli) 150000


9 Tidak Ada 0
10 Tidak Ada 0
11 Tidak Ada 0
Pompa Air 250000
12 450000
TV, Kulkas 200000
13 Tidak Ada 0
14 Pompa Air 70000 70000
15 Tidak Ada 0
16 Sepeda 50000 50000
17 Mobil 1800000 1800000
18 Mesin Cuci 250000 250000
19 Kulkas 100000 100000
TV 150000
20 Mesin Cuci 500000 800000

Pompa Air 150000


Kulkas 200000
21 500000
Pompa Air 300000
22 Pompa Air 50000 50000
23 Tidak Ada 0
24 Mesin Cuci 250000 250000
25 TV 50000 50000
26 Tidak Ada 0
Rak Sepatu 75000
27 255000
Handphone 180000
28 Tidak Ada 0
29 Tidak Ada 0
30 Tidak Ada 0
61

No Nama Barang Servis Biaya Servis Jumlah (Rp)


31 Motor 280000 280000
32 Tidak Ada 0
33 Pompa Air 150000 150000
TV 300000
34 500000
Mesin cuci 200000
35 Tidak Ada 0
36 Sepeda 100000 100000
37 Tidak Ada 0
38 Pompa Air 350000 350000
39 Pompa Air 150000 150000
40 kulkas 300000 300000
41 Tidak Ada 0
Lemari Pakaian 400000
42 700000
Pompa Air 300000
Mesin Cuci 50000
43 150000
Speaker 100000
44 Motor 800000 800000
45 Pompa Air 150000 150000
Mesin Cuci 200000
46 Kulkas 120000 340000

Radio 20000
Mesin Air 3x servis 1000000
Kulkas 400000
2050000
47 TV 200000
Mesin cuci 250000
Komputer 200000
48 Tidak Ada 0
49 Pompa Air 20000 20000
Magicom 30000
50 60000
Dispenser 30000
51 Tidak Ada 0
52 Kulkas 400000 400000
53 Tidak Ada 0
54 Tidak Ada 0
55 Tidak Ada 0
56 Tidak Ada 0
57 Tidak Ada 0
58 Tidak Ada 0
Kipas Angin 100000
59 450000
Pompa Air 350000
62

No Nama Barang Servis Biaya Servis Jumlah (Rp)


60 Pompa Air 420000 420000
61 Tidak Ada 0
Sanyo 500000
62 600000
Motor 100000
63 Tidak Ada 0
64 Tidak Ada 0
65 Tidak Ada 0
66 Tidak Ada 0
67 Pompa Air 100000 100000
Kulkas 250000
68 260000
Sepeda 10000
69 Tidak Ada 0
Biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 14 950 000
Jumlah responden (KK) 39
Rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga
(Rp/KK) 383 333
Jumlah proporsi yang melakukan perbaikan
perabotan (KK) 623
Total perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 238 983 126
63
63

Lampiran 4. Biaya Perbaikan Bangunan


No Bangunan Perbaiki Biaya Jumlah (Rp)
Pintu 500000
1 800000
Kusen 300000
2 Pintu 100000 100000
3 Pintu 100000 100000
4 Tidak Ada 0
5 Tidak Ada 0
Cat 200000
6 Triplek 300000 1000000
Pintu 500000
7 Tidak Ada 0
8 Cat 1000000 1000000
9 Pintu 100000 100000
Pintu 50000
10 100000
Kusen 50000
11 Tidak Ada 0
12 Tidak Ada 0
Kusen 45000
13 120000
Pintu 75000
14 Tidak Ada 0
Pintu 500000
15 4000000
Kusen 3500000
16 Tidak Ada 0
17 Tidak Ada 0
18 Jendela 3000000 3000000
19 Jendela Kaca 4000000 4000000
20 Tidak Ada 0
21 Tidak Ada 0
22 Tidak Ada 0
23 Tidak Ada 0
24 Tidak Ada 0
Pintu 50000
25 350000
Kusen 300000
26 Tidak Ada 0
27 Plafon 300000
Keramik 150000 585000
Pintu 135000
Cat 1000000 1025000
28
Pintu 25000
29 Tidak Ada 0
64

No Bangunan Perbaiki Biaya Total


30 Pintu 500000 500000
Pintu 100000
31 300000
Jendela 200000
32 Triplek 75000 75000
33 Tidak Ada 0
34 Kusen 1500000 1500000
35 Tidak Ada 0
Triplek (2) 150000
Jendela 490000
36 Pintu 65000 2865000
Saluran Air 2000000
Tukang (1) 160000
Plafon 300000
37 440000
Tukang (1) 140000
38 Pintu 750000 750000
39 Pintu,Triplek,Ranjang 2500000 2500000
40 Tidak Ada 0
41 Cat 70000 70000
42 Triplek 300000 300000
43 Tidak Ada 0
44 Tidak Ada 0
Triplek (3) 168000
45 318000
Pintu 150000
46 Tidak Ada 0
47 Tidak Ada 0
48 Pintu 100000 100000
49 Tidak Ada 0
Pintu 500000
50 Plafon 300000 975000
Triplek 175000
Plafon 2000000
51 2370000
Cat 370000
52 Tidak Ada 0
53 Tidak Ada 0
54 Pintu +Kusen 760000 760000
55 Tidak Ada 0
56 Tidak Ada 0
57 Tidak Ada 0
58 Tidak Ada 0
65

No Bangunan Perbaiki Biaya Total


Kusen 700000
59 Jendela 300000 1250000
Pintu 250000
Pintu 150000 950000
60
Keramik 800000
Plafon 300000
61 450000
Triplek (2) 150000
62 Tidak Ada 0
63 Tidak Ada 0
64 Tidak Ada 0
65 Tidak Ada 0
66 Tidak Ada 0
67 Enternit 500000 500000
68 Tidak Ada 0
69 Tidak Ada 0
Biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp) 33 253 000
Jumlah responden (KK) 33
Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah tangga 1 007 667
(Rp/KK)
Jumlah proporsi yang mengeluarkan perbaikan 528
bangunan (KK)
Total perbaikan bangunan (Rp) 531 556 248
66

Lampiran 5. Biaya Tambahan


Jumlah barang Harga Jumlah
Nama Barang Total (Rp)
No (satuan/m2/Liter/Pac) Satuan (Rp)
Serokan Karet 1 25000 25000
Ember 2 30000 60000
1 103000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Sapu Lidi 1 3000 3000
Serokan Karet 1 15000 15000
2 115000
Selang 10 10000 100000
3 Iuran Air Bersih 1 25000 25000 25000
Ember 4 30000 120000
4 Pel 5 15000 75000 220000
Minyak Tanah 5 5000 25000
5 Tidak Ada 0
6 Tidak Ada 0
7 Tidak Ada 0
Serokan Karet 2 20000 40000
8 70000
Pembersih lantai 3 10000 30000
9 Tidak Ada 0
Serokan Karet 4 25000 100000
10 Sapu Ijuk 1 20000 20000 128000
Lilin 1 8000 8000
Serokan Karet 1 25000 25000
Selang 10 6000 60000
Pel 2 25000 50000
Ember 1 30000 30000
11 194000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Sapu Lidi 1 4000 4000
Serokan Sampah 1 5000 5000
Keset 1 5000 5000
Serokan karet 2 25000 50000
Ember 1 30000 30000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
12 240000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Iuran Kebersihan 2 50000 100000
Karung 40 1000 40000
13 Tidak Ada 0
14 Lilin 1 10000 10000 10000
Tukang Bersihin 1 300000 300000
15 Serokan karet 2 25000 50000 600000
Ember 1 30000 30000
67

Jumlah barang Harga Jumlah


Nama Barang Total (Rp)
No (satuan/m2/Liter/Pac) Satuan (Rp)
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Iuran Kebersihan 1 200000 200000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Serokan karet 2 25000 50000
Pembersih lantai 2 10000 20000
16 Sapu Ijuk 1 15000 15000 110000
Iuran Kebersihan
Lingkungan 1 20000 20000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Emergency Kipas
Angin 4 125000 500000
17 Iuran Kebersihan 975000
Lingkungan 1 400000 400000
Senter 3 25000 75000
Serokan Karet 5 25000 125000
Pel 2 25000 50000
18 200000
Sapu Ijuk 1 20000 20000
Sapu Lidi 1 5000 5000
19 Tidak Ada 0
Serokan Karet 3 25000 75000
Pel 2 20000 40000
20 Sapu Ijuk 1 15000 15000 203000
Sapu Lidi 1 3000 3000
Ember 2 35000 70000
Tukang Bersihin 2 250000 500000
Serokan Karet 2 30000 60000
21 660000
Pel 2 25000 50000
Ember 2 25000 50000
Ember 1 30000 30000
Serokan Karet 4 25000 100000
22 Pel 2 25000 50000 200000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Sedot WC 1 200000 200000
23 Lilin 1 7000 7000 237000
Serokan Karet 1 30000 30000
Serokan Karet 2 30000 60000
Pel 1 20000 20000
24 115000
Ember 1 30000 30000
Sapu Lidi 1 5000 5000
25 Tidak Ada 0
68

Jumlah barang Harga Jumlah


Nama Barang Total (Rp)
No (satuan/m2/Liter/Pac) Satuan (Rp)
26 Tidak Ada 0
Serokan karet 1 25000 25000
Pel 1 25000 25000
27 Minyak Tanah 2 14000 28000 548000
Iuran Kebersihan
Got 1 20000 20000
Gangguan Listrik 1 450000 450000
Karung 200 1000 200000
28 Sewa Mobil 1000000
Pengangkut
lumpur 800000 800000
29 Minyak Tanah 3 12000 36000 36000
30 Tukang Bersihin 2 200000 400000 400000
31 Tidak Ada 0
32 Tidak Ada 0
Serokan karet 1 15000 15000
Ember 1 15000 15000
33 50000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Ember 3 25000 75000
Selang 20 8000 160000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
34 287500
Sapu lidi 1 5000 5000
Pel 1 25000 25000
Lilin 1 7500 7500
35 Tidak Ada 0
36 Tidak Ada 0
Lilin 1 8000 8000
Serokan Karet 2 25000 50000
37 238000
Sedot WC 1 150000 150000
Ember 1 30000 30000
38 Tukang Bersihin 3 200000 600000 600000
Serokan karet 2 25000 50000
Pel 1 25000 25000
Sepatu Boot 1 50000 50000
39 Sampah 1 20000 20000 545000
Iuran Kebersihan
Lapangan 1 10000 10000
Sedot WC 1 250000 250000
Sedot WC 1 140000 140000
40 Sedot WC 1 100000 100000 100000
69

Jumlah barang Harga Jumlah


Nama Barang Total (Rp)
No (satuan/m2/Liter/Pac) Satuan (Rp)
Sedot WC 1 160000 160000
41 290000
Sedot WC 1 130000 130000
42 Tidak Ada 0
Sedot WC 1 150000 150000
Serokan karet 3 25000 75000
Pel 2 20000 40000
43 Sapu Ijuk 1 15000 15000 415000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Sepatu Boot 2 50000 100000
Ember 1 30000 30000
44 Sedot WC 1 50000 50000 50000
45 Tidak Ada 0
Sedot WC 1 200000 200000
Serokan Karet 2 20000 40000
Pel 1 20000 20000
46 Sapu Ijuk 2 15000 30000 730000
Sapu Lidi 2 5000 10000
Ember 6 25000 150000
Tukang Bersihin 4 70000 280000
Sedot WC 1 200000 200000
Serokan Karet 5 20000 100000
Ember 3 20000 60000
47 Sapu Ijuk 1 15000 15000 545000
Sapu Lidi 2 10000 20000
Pembersih lantai 10 10000 100000
rol kabel 2 25000 50000
48 Tidak Ada 0
Tukang Bersihin 7 25000 175000
Tukang Bersihin 6 25000 150000
49 Serokan Karet 4 25000 100000 540000
PEL 1 25000 25000
Selang 15 6000 90000
Sapu Lidi 2 5000 10000
Sapu Ijuk 2 25000 50000
50 Serokan Karet 5 25000 125000 485000
pel 2 25000 50000
Sedot WC 1 250000 250000
51 Tukang Bersihin 2 200000 400000 400000
52 Serokan Karet 2 25000 50000 180000
70

Jumlah barang Harga Jumlah


Nama Barang Total (Rp)
No (satuan/m2/Liter/Pac) Satuan (Rp)
Pel 1 25000 25000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Ember 2 30000 60000
Karung 50 500 25000
53 Tidak Ada 0
Serokan Karet 1 20000 20000
Pel 1 25000 25000
54 Sapu Lidi 1 5000 5000 125000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Ember 2 30000 60000
Serokan Karet 1 25000 25000
Pel 1 25000 25000
Ember 2 25000 50000
55 320000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Tukang Bersihin 1 200000 200000
56 Tidak Ada 0
57 Tukang Bersihin 2 200000 400000 400000
Serokan karet 2 25000 50000
58 75000
Pel 1 25000 25000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
59 Serokan karet 3 15000 45000 150000
Ember 3 30000 90000
Serokan karet 1 13000 13000
Pel 1 25000 25000
Serokan Sampah 1 5000 5000
60 268000
Sapu Ijuk 1 20000 20000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Sedot WC 1 200000 200000
61 Tidak Ada 0
62 Tidak Ada 0
Serokan karet 3 20000 60000
Pel 1 15000 15000
63 131000
Ember 2 25000 50000
Sapu Lidi 2 3000 6000
64 Selang 6 6000 36000 36000
Sapu Ijuk 1 15000 15000
65 98000
Sapu Lidi 1 3000 3000
71

Jumlah barang Harga Jumlah


Nama Barang Total (Rp)
No (satuan/m2/Liter/Pac) Satuan (Rp)
Serokan Karet 2 20000 40000
Pel 2 20000 40000
Karung 100 1000 100000
Tukang Bersihin 3 150000 450000
66 700000
Tukang Bersihin 1 50000 50000
Sedot WC 1 100000 100000
Kabel Sanyo 3 8000 24000
Pel 1 20000 20000
Sapu Ijuk 1 10000 10000
67 Sapu Lidi 1 3000 3000 362000
Serokan Karet 1 25000 25000
Selang 30 5000 150000
Sedot WC 1 130000 130000
Stop Kontak 3 8000 24000
68 48000
Kabel Sanyo 3 8000 24000
Serokan karet 3 16667 50000
Sapu Ijuk 1 25000 25000
69 140000
Sapu Lidi 1 5000 5000
Ember 2 30000 60000
Biaya tambahan yang dikeluarkan reponden (Rp) 14 697 500
Rata-rata biaya tambahan responden (Rp/KK) 288 186
Jumlah KK yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) 51
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) 799
Total biaya tambahan (Rp) 234 946 993
72

Lampiran 6. Biaya Pengobatan


Jumlah Biaya Berobat
Jenis Penyakit Kunjungan Total
No Bapak Ibu
(Kali) Anak
1 Demam 0 0 0 0 0
2 Tidak Ada - - -
3 Tidak Ada - - -
4 Tidak Ada - - -
5 Demam 1 60000 60000
6 Sengatan listrik 7 1000000 7000000
7 Kutu Air, Panas 0 0 0 0 0
8 Demam, Gatal 1 50000 50000 100000
9 Diare, Demam 1 100000 100000 100000 300000
10 Batuk, Gatal 1 120000 120000
11 Tidak Ada - - -
12 ISPA 1 60000 60000
13 Batuk, Pilek 1 140000 140000
14 Demam 1 50000 50000
15 Demam, Batuk, Pilek 1 180000 180000
16 Kutu Air 0 0 0 0 0
Demam,Cikungunya,
17 Kutu Air 1 150000 150000 400000 700000
18 Tidak Ada - - - - -
19 Tidak Ada -
20 Pilek, Demam, Gatal 1 0 0 300000 300000
21 Tidak Ada - - - - -
22 Tidak Ada - - - -
23 Demam 1 0 0 0 0
24 Jantung 3 0 1000000 0 3000000
25 Tidak Ada -
26 Types dan Gatal 1 55000 160000 215000
27 Tekanan darah Tinggi 1 0 0
Batuk,Pilek, dan Kutu
28 Air 1 0 0 0 0
29 Demam 1 50000 50000 100000 200000
30 Gatal dan Demam 1 0 0 0
Cikungunya dan Kutu
31 Air 1 0 0 0 0
32 Tidak Ada -
33 Demam 3 0 100000 0 300000
34 Gatal 1 0 0 0 0
35 Tidak Ada -
36 Kutu Air dan Demam 1 0 0
73

Jumlah Biaya Berobat


Jenis Penyakit Kunjungan Total
No Bapak Ibu Anak
(Kali)
37 Demam 1 50000 50000
38 Demam 1 70000 70000
39 Gatal dan Types 1 0 0 70000 70000
40 Kutu Air 1 0 0
41 Demam 1 0 0
42 Demam 1 0 0
43 Cikungunya 1 200000 400000 600000
44 Tidak Ada -
45 Cikungunya 1 0 0 0
46 Kutu Air 1 0 0 0 0
47 Kutu Air 1 0 0
48 Tidak Ada -
49 Demam 1 175000 175000
50 Tidak Ada -
51 Demam 0 0
52 Tidak Ada -
53 Demam 1 0 0 0 0
54 Cikungunya 1 60000 60000 60000 180000
55 Tidak Ada -
56 Demam 0 0
57 Cikungunya 1 0 0 0 0
Cikungunya dan Kutu
58 Air 1 50000 100000 150000
59 Cikungunya 1 0 0
60 Demam 1 0 0
61 Cikungunya 1 0 0 0
62 Cikungunya 1 0 0
63 Demam dan Gatal 1 0 0 0 0
64 Tekanan darah Tinggi 3 150000 450000
65 Tidak Ada -
66 Cikungunya 1 0 0 0 0
Batuk, Pilek, dan Kutu
67 Air 1 0 0 0 0
68 Demam 1 0 120000 120000
69 Types dan DBD 1 2000000 2000000
Biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden (Rp) 16 590 000
Jumlah Responden yang sakit (KK) 25
Rata-rata biaya pengobatan yang dikeluarkan (Rp/KK) 663 600
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya berobat (KK) 400
Total biaya berobat (Rp) 265 199 565
74

Lampiran 7. Kehilangan Pendapatan


Pekerjaan Pendapatan (Hari) Hari tidak kerja Jumlah (Rp/Orang)
No Total (Rp)
Bapak Ibu Bapak Ibu Bapak Ibu Bapak Ibu
5 Tukang Jahit 40000 15 600000 600000
7 Tukang pijat 30000 30 900000 900000
11 Pedagang 250000 30 7500000 7500000
20 Pedagang 300000 14 4200000 4200000
21 Pedagang 200000 25 5000000 5000000
24 Pedagang 70000 15 1050000 1050000
31 Pedagang 100000 25 2500000 2500000
40 Pedagang 100000 28 2800000 2800000
42 Tukang air keliling 30000 15 450000 450000
46 Pedagang 200000 30 6000000 6000000
62 Pedagang 100000 30 3000000 3000000
63 Wiraswasta 69000 9 621000 621000
Pendapatan harian yang hilang keseluruhan responden (Rp) 34 621 000
Jumlah Responden (KK) 12
Rata-rata kehilangan responden (Rp/KK) 2 885 083
Jumlah proporsi yang mengalami pendapatan hilang (KK) 192
Total kehilangan penghasilan (Rp) 553 434 182
75

Lampiran 9. Kuesioner

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN
Jl. Kamper level 5 Wing kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762

KUESIONER PENELITIAN MASYARAKAT (RUMAH TANGGA)


Nama : No. :
Alamat :

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI mengenai


“ESTIMASI NILAI KERUSAKAN DAN KERUGIAN EKONOMI
PASCA BANJIR di PERUMAHAN PONDOK GEDE PERMAI,
KELURAHAN JATIRASA, BEKASI” yang dilakukan oleh Saya, NITA
SRI AHALIATI (H44090020). Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i
untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan teliti, fakta, dan lengkap
sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang
A. Karakteristik Responden
Bapak/Ibu/Saudara/i akan dijamin kerahasiaannya dan tidak untuk
1. Jenis Kelamin :L/P
dipublikasikan. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i, Saya
2. Usia : .............tahun
ucapkan Terima Kasih.
3. Status Pernikahan : Belum Menikah / Sudah Menikah
4. Jumlah Anggota Keluarga : .............orang
5. Pendidikan Terakhir
a. SD f. Akademi/Diploma
b. SLTP g. Perguruan Tinggi
c. SLTA h. Pasca Sarjana
6. Pekerjaan
a. PNS f. Buruh
b. Swasta g. Guru
c. Pedagang h. Lainnya,..........
7. Pendapatan rumah tangga per Bulan (Rp.)
a. < Rp 500.000,00 Tepatnya : Rp...........................
b. Rp 500.001,00 – 1.000.000,00 Tepatnya : Rp...........................
c. Rp 1.000.001,00 – 1.500.000,00 Tepatnya : Rp...........................
d. Rp 1.500.001,00 – 2.500.000,00 Tepatnya : Rp...........................
e. > Rp 2.500.001,00 Tepatnya : Rp...........................
8. Pendapatannya lainnya:
a. Ya, bekerja sebagai..................................pendapatan per bulan Rp........
b. Tidak
9. Pengeluaran rumah tangga per Bulan (Rp)
a. Biaya Konsumsi Rp.......................................................
b. Biaya Konsumsi Non Pangan Rp.......................................................
c. Biaya Pendidikan Rp.......................................................
d. Biaya Kesehatan (Asuransi) Rp.......................................................
e. Tabungan Rp.......................................................
B. Informasi Keputusan Untuk Tinggal
10. Status Kependudukan :
76

a. Asli Bekasi b.Pendatang


11. Sudah berapa lama tinggal di lokasi ini : ....................tahun
12. Alasan tinggal di lokasi ini:
a. Penduduk Asli
b. Ikut suami/istri
c. Dekat dengan tempat kerja
d. Lainnya,...............................
13. Sebelumnya tinggal di....................................................................................
14. Status tempat tinggal
a. Milik sendiri c. Menumpang
b. Sewa d. Berpindah-pindah
15. Luas tanah tempat tinggal ..........................................m2
16. Luas bangunan tempat tinggal....................................m2
17. Jenis bangunan:
a. Tingkat 0 b. Tingkat 1 c. Lainnya,.........
C. Identifikasi Kondisi Lingkungan sekitar Pasca Banjir
Berilah tanda (√) pada setiap kolom indikator kriteria sesuai realita sebenarnya yang Anda
alami.

Indikator Kriteria
No Pertanyaan
Ya Tidak
18 Apakah Anda mengetahui bahwa rumah tempat tinggal
Anda berada di kawasan rawan banjir?
19 Apakah banjir mempengaruhi kondisi tempat tinggal
dan kualitas lingkungan sekitar Anda menjadi kotor?
20 Apakah endapan lumpur yang terbawa banjir membuat
saluran air atau got menjadi tersumbat sehingga kondisi
lingkungan sekitar rumah Anda menjadi kotor?
21 Apakah sampah yang terbawa banjir membuat kondisi
rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal Anda
menjadi kotor?
22 Apakah endapan lumpur yang terbawa banjir sulit
dibersihkan sehingga membuat rumah yang Anda
tinggal dan lingkungan sekitar menjadi kotor?
23 Apakah endapan lumpur dan sampah yang terbawa
banjir merusak fasilitas umum di lingkungan tempat
tinggal Anda?
24 Apakah endapan lumpur yang terbawa banjir membuat
Anda mengeluarkan biaya tambahan untuk
membersihkan lingkungan sekitar dan rumah Anda?
25 Apakah kegiatan MCK Anda terganggu setelah
banjir?
D. Identifiksi Kondisi Sosial Masyarakat sekitar Pasca Banjir
Berilah tanda (√) pada setiap kolom indikator kriteria sesuai realita sebenarnya yang Anda
alami
Indikator Kriteria
No Pertanyaan
Ya Tidak
26 Apakah lingkungan sekitar yang kotor pasca
banjir meningkatkan partisipasi warga untuk
gotong-royong?
27 Apakah banjir mengganggu rasa tidak
77

kenyamanan Anda dalam melakukan pekerjaan?


28 Setelah banjir surut, Apakah Anda timbul rasa
ketidaknyaman dalam melakukan aktifitas di
rumah?
29 Apakah banjir menimbulkan tekanan jiwa atau
stress bagi Anda dikarenakan banjir yang
bersifat bertahap?
30 Apakah banjir menimbulkan kekhawatiran
kriminalitas terhadap harta benda yang Anda
miliki atau menurunnya keamanan di lingkungan
rumah Anda?

E. Informasi Tentang Banjir


31. Berapa kali Anda telah mengalami banjir?
a. 1 c. 3
b. 2 d. Lainnya......
32. Apa penyebab banjir di daerah ini?
..............................................................................................................
33. Berapa lama rumah Anda terkena banjir?
Banjir 1 :..................................hari
Banjir 2 :..................................hari
Banjir 3 :..................................hari
34. Berapa kedalaman banjir yang Anda alami?
Banjir 1 :..................................m
Banjir 2 :..................................m
Banjir 3 :..................................m
35. Berapa kedalaman banjir di jalanan depan rumah Anda?
Banjir 1 :..................................m
Banjir 2 :..................................m
Banjir 3 :..................................m
36. Berapa hari banjir yang menimpa rumah anda surut?..... hari
Penilaian Kerugian Ekonomi akibat Banjir
 Kerusakan pada Bangunan dan perabotan rumah tangga Rumah
tangga
37. Apakah Anda berencana untuk melakukan pencegahan setelah pasca
banjir? Ya/Tidak
38. Apakah upaya pencegahan yang anda lakukan untuk meminimalisir
dampak banjir?
a. Membuat tanggul
b. Meninggikan lantai dasar rumah
c. Menambah lantai
d. Lainnya, sebutkan....................................
39. Berapa besar biaya yang anda keluarkan untuk masing-masing upaya
pencegahan yang dilakukan?
a. Membuat tanggul Rp...........................................
b. Meninggikan lantai dasar rumah Rp...........................................
c. Menambah lantai (tingkat rumah) Rp...........................................
78

d. Lainnya, sebutkan.................................. Rp..........................................


40. Apakah anda berpindah tempat tinggal
(menumpang/menyewa/membeli rumah) selama banjir?
a. Ya b. Tidak
41. Jika ya, berapa biaya yang anda keluarkan untuk perpindahan tersebut?
Rp.............................................................
42. Pernahkah Anda mengalami kerusakan perabotan rumah tangga akibat
banjir?
Ya / Tidak
43. Apa saja perabotan rumah tangga Anda yang rusak dan tidak terpakai
lagi akibat banjir?
No Jenis Barang Tahun beli Harga beli
1
2
3
4
5
6
7

44. Apa saja perabotan rumah tangga Anda yang rusak dan masih dapat
diperbaiki serta biaya perbaikan akibat banjir?
No Jenis Barang Biaya Servis
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7

 Upaya Mitigasi Kolektif (Swadaya Masyarakat)


45. Apakah ada upaya mitigasi banjir secara kolektif di lokasi tempat
tinggal anda?
a. Ya b. Tidak
46. Jika ya, Apakah anda di kenakan pungutan/iuran sejenis untuk upaya
mitigasi tersebut?.............................
 Kehilangan Pendapatan
47. Apakah selama banjir Anda tidak bisa bekerja? Ya / Tidak
48. Jika tidak, Berapa hari Anda tidak bekerja?......................................hari
49. Apa alasan anda tidak
bekerja?......................................................................
 Biaya Kesehatan
50. Ketika banjir, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan? Ya / Tidak
79

51. Menurut Anda, apakah penyakit tersebut disebabkan oleh air yang
terbawa bajir?
Ya / Tidak
52. Jenis penyakit apa yang diderita?
..............................................................................................................
53. Apakah penyakit tersebut merupakan penyakit turunan? Ya / Tidak
54. Berapa jumlah anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan?.............orang
55. Biaya kunjungan berobat/orang Rp.................................
56. Biaya membeli obat/orang Rp........................................
 Biaya Tambahan
57. Selama terjadinya banjir, apakah Anda atau anggota keluarga Anda
mengeluarkan biaya tambahan untuk menunjang kegiatan Anda?
Ya / Tidak
58. Jika Ya, berapa jumlah biaya yang Anda keluarkan dan untuk apa?
Untuk.........................................................sebesar Rp.............................
Untuk.........................................................sebesar Rp.............................
Untuk.........................................................sebesar Rp.............................
Untuk.........................................................sebesar Rp.............................
Untuk.........................................................sebesar Rp.............................
59. Apakah Anda mendapat dana bantuan?
Ya / Tidak
60. Jika ya, berapa kali Anda sudah mendapat dana bantuan?....................
61. Apa jenis dana bantuan yang Anda terima?............................................
62. Apakah bantuan yang Anda terima berupa uang tunai?
Ya / Tidak
63. Berapa jumlah bantuan yang Anda terima?
Rp..............................................
 Harapan dan Saran Bagi Pemerintah
64. Apakah ada program pemerintah yang telah terlaksana untuk
meminimalisir banjir di sekitar tempat tinggal anda?
a. ada b. Tidak ada
65. Jika ya, apa saja program yang telah dilaksanakan?
............................................................................................................
.........................................................................................................
66. Apa harapan anda kepada pemerintah terkait penanggulangan
kerusakan banjir yang menyebabkan kerugian ekonomi bagi
masyarakat sekitar?
80

Lampiran 10. Dokumentasi

Banjir 17 Januari 2013 Banjir 4 Februari 2013

Pasca banjir susulan kedua


Banjir susulan kedua di RW 08 di RW 8

Rusaknya bangunan Kehilangan perabotan rumah


tangga
RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1991, dari pasangan


Sumarno dan Nur Aini, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, kakak bernama
Nani Suwarni dan Nina Zuliani. Pendidikan formal ditempuh di SD N Pulo
Gebang 05 Pagi Jakarta Timur (1997-2003), SMP N 172 Jakarta Timur (2003-
2006), dan SMA Negeri 76 Jakarta (2006-2009). Pada tahun 2009, peneliti
diterima sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Peneliti aktif sebagai sekretaris BEM CORPORATION di BEM FEM IPB
2009-2010 dan staf Divisi Public Relation di Resources and Environmental
Economics Student Association (REESA) masa kepengurusan 2010-2011.
Pengalaman penulis lainnya adalah sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Dasar-
Dasar Komunikasi pada tahun 2011-2012. Penulis juga aktif sebagai panitia
dalam beberapa kegiatan di IPB, seperti Espresso, Extravaganza, The 9th
Economic Contest, IPB Bussiness Plan Competition, Custom Goes to Campus di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Anda mungkin juga menyukai