Anda di halaman 1dari 101

BAB I

PENDAHULUAN

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian sesuai Reviu Renstra Kementerian


Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun Perhubungan Bidang Perkeretaapian yaitu:
2020-2024 adalah dokumen perencanaan 1. Peningkatan konektivitas dan pelayanan
jangka menengah di lingkungan Direktorat jaringan transportasi kereta api;
Jenderal Perkeretaapian. Dokumen Renstra ini 2. Peningkatan keselamatan, keamanan dan
digunakan untuk memperlihatkan peran kinerja pengendalian transportasi kereta
Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam api;
upaya pencapaian visi dan misi Presiden dan 3. Peningkatan kinerja pelayanan
Wakil Presiden. Penyusunan renstra transportasi kereta api.
berpedoman pada Rencana Pembangunan Capaian Renstra Kementerian
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Perhubungan Bidang Perkeretaapian 2015-
2020-2024 yang ditetapkan melalui Peraturan 2019 menjadi dasar evaluasi hal-hal yang
Presiden Nomor 18 Tahun 2020. Renstra dilakukan selama 2015-2019 dan untuk
Direktorat Jenderal Perkeretaapian disusun merumuskan kebijakan periode 2020-2024.
dengan mempertimbangkan berbagai kondisi Salah satu upaya untuk mencapai visi misi
terkini, sehingga kebijakan dan strategi yang Direktorat Jenderal Perkeretaapian adalah
dirumuskan mampu menjawab tantangan menjaring aspirasi masyarakat yang
pembangunan transportasi khususnya di merupakan harapan masyarakat kepada
subsektor perkeretaapian. Direktorat Jenderal Perkeretaapian yang akan
Saat penyusunan Renstra, kondisi yang menjadi masukan untuk Renstra periode 2020-
menjadi perhatian adalah terjadinya pandemi 2024.
Corona Virus Disease (Covid-19) yang Sebagai usaha melayani masyarakat dan
mempengaruhi hampir semua sektor di menjalankan tugas dan fungsi sebagai
seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. regulator bidang perkeretaapian, disampaikan
Sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan potensi permasalahan baik dari internal
khususnya terkait pengelolaan keuangan maupun eksternal yang dihadapi dalam 5
negara khususnya dalam rangka antisipasi (lima) tahun ke depan.
ancaman yang membahayakan perekonomian
nasional. Sehingga imbas pada sektor 1.1 Kondisi Umum
transportasi adalah dilakukan penyesuaian Infrastruktur memegang peranan
prioritas pembangunan bidang penting bagi kemajuan suatu bangsa. Komite
perkeretaapian. Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
Diperkirakan pandemi Covid-19 akan (KPPIP) menyampaikan terdapat 3 (tiga) isu
berdampak hingga beberapa tahun ke depan, besar yang menjadi tantangan dalam
maka kebijakan, strategi dan target indikator percepatan pembangunan infrastruktur di
kinerja dalam Renstra akan disesuaikan Indonesia, yaitu: 1) Persoalan pembebasan
dengan proyeksi realistis. lahan; 2) Perencanaan dan penyiapan proyek;
Dalam Bab 1 akan disampaikan secara dan 3) Skema Pendanaan (KPPIP, 2017).
umum pencapaian Renstra Kementerian Pentingnya peranan infrastruktur
Perhubungan Bidang Perkeretaapian 2015- sektor transportasi berperan strategis dalam
2019. Dalam periode tersebut ada 3 tujuan

I-1
percepatan pertumbuhan dan kemajuan suatu menghubungkan Solo – Yogyakarta oleh
bangsa. Sektor perkeretaapian sebagai salah Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Kemudian
satu sektor dalam transportasi, saat ini diikuti pembangunan selanjutnya di Jawa,
menjadi primadona karena karateristiknya Sumatera dan Sulawesi. Sampai dengan tahun
yang mampu mengangkut penumpang secara 1928 telah terbangun jalur kereta api
massal serta barang dengan jumlah besar dan sepanjang 7.464 km dimana saat itu milik
ramah lingkungan. Upaya percepatan pemerintah sepanjang 4.089 dan swasta
pembangunan infrastruktur perkeretaapian sepanjang 3.375 km.
dibutuhkan peran serta seluruh stakeholders, Belanda menyerah kepada Jepang
salah satunya melalui dukungan pendanaan. dengan tanpa syarat pada periode tahun 1942
Pembangunan infrastruktur perkeretaapian – 1945. Semua aset milik Belanda telah diambil
membutuhkan investasi yang cukup besar, alih Jepang temasuk perkeretaapian nasional
dimana hingga saat ini sebagian besar yang kemudian dibentuk institusi bernama
pendanaannya bersumber dari alokasi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api) untuk
Pemerintah (APBN). mengelola seluruh perkeretaapian Indonesia.
Visi Perkeretaapian Nasional 2030 Pada masa kemerdekaan yaitu pada
sebagaimana yang tercantum dalam Rencana tanggal 28 September 1945, dilakukan
Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) adalah pengambil alihan stasiun dan kantor pusat
“Mewujudkan perkeretaapian yang berdaya kereta api yang dikuasai Jepang oleh pejuang
saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi kemerdekaan Indonesia. Sehingga tanggal
dengan industri, terjangkau dan mampu tersebut dikenal menjadi Hari Kereta Api
menjawab tantangan perkembangan” dengan Indonesia. Belanda sempat kembali ke
sasaran pengembangan jaringan dan layanan Indonesia tahun 1946 dan membentuk
mencapai 10.524 Km, membutuhkan investasi kembali perusahaan Staatssporwegen/
yang mencapai nilai USD 65,595 Juta dimana Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), tetapi pada
porsi pendanaannya bersumber dari tahun 1950 Pemerintah Indonesia
Pemerintah sebesar 36% dan pendanaan menggabungkan antara DKARI dan SS/VS
alternatif sebesar 64%. Pada periode Rencana menjadi Djawatan Kereta Api (DKA).
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Selanjutnya institusi perkeretaapian tersebut
(RPJMN) 2020-2024 (Tahap IV) dengan 3 (tiga) beberapa kali berganti nama menjadi
kata kunci, yaitu 1). Struktur perekonomian Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA),
yang kokoh; 2) Keunggulan kompetitif wilayah; Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA),
dan 3) SDM berkualitas. Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) dan
terakhir berubah menjadi PT Kereta Api.
Tahun 2005 pemerintah membentuk
1.1.1. Perkeretaapian Nasional
Direktorat Jenderal Perkeretaapian yang
Indonesia merupakan negara kedua di sebelumnya merupakan bagian dari Direktorat
Asia yang memiliki jaringan kereta api tertua Jenderal Perhubungan Darat. Direktorat
setelah India. Setelah periode tanam paksa Jenderal Perkeretaapian bertugas
(1830-1850), hasil pertanian menyelenggarakan perumusan dan
di Jawa diperdagangkan di pasar internasional, pelaksanaan kebijakan di bidang
sehingga kebutuhan sarana transportasi untuk perkeretaapian. Selanjutnya, terbit Undang
mengangkut hasil pertanian dari pedalaman ke Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
kota – kota pelabuhan. Tahun 1864 adalah Perkeretaapian kemudian terbit Peraturan
awal pembangunan jalur kereta api yang Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

I-2
Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagaimana Penyusunan rencana Pembangunan Nasional,
dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor Dokumen Renstra adalah dokumen
6 Tahun 2017 dan Peraturan Pemerintah perencanaan untuk 5 (lima) tahun yang berisi
Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta
Angkutan Kereta Api sebagaimana dirubah program dengan berpedoman pada Rencana
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2016. (RPJMN), Renstra Kementerian Perhubungan
Memperkuat regulator dan peraturan dan dokumen perencanaan lainnya.
yang mendukungnya akan menjadi tonggak Renstra sebagai dokumen
perkeretaapian nasional untuk mewujudkan perencanaan jangka menengah perlu
sistem multi operator. Peran aktif Pemerintah berpedoman pada dokumen rencana jangka
daerah dan Badan Usaha menjadi salah satu panjang perkeretaapian sebagaimana telah
kunci dalam penyelenggaraan perkeretaapian ditetapkan melalui Keputusan Menteri
untuk mengahadapi tantangan perkeretaapian Perhubungan Nomor KM 296 Tahun 2020
di masa datang. tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 2128 Tahun 2018
1.1.2. Posisi Dokumen Renstra Kementerian tentang Rencana Induk Perkeretaapian
Perhubungan Bidang Perkeretaapian Nasional.
2020-2024
Sebagaimana Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

1.1.3. Kondisi Eksisting Perkeretaapian Nasional


Kondisi eksisting perkeretaapian adalah sebagai berikut:
1. Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
a. Volume Angkutan Penumpang

Tabel I.1 Volume angkutan Penumpang


Jenis KA 2015 2016 2017 2018 2019
KA Utama 29.654 31.850 38.312 47.552 47.158
KA Lokal Raya 39.424 39.026 37.401 36.136 43.416
KA Jabotabek 257.532 279.097 314.318 334.487 334.103
KA Perintis* 540 1.856 1.517 2.569 3.025
KA Lainnya** 692 731 816 1.587 35.784
TOTAL 327.842 352.561 392.363 422.332 453.487
(dalam ribu orang)
*KA Printis adalah KA Perintis Cut Meutia, KA Perintis Jenggala, KA Perintis Bathara Kresna, KA
Perintis Kertalaya, KA Perintis Lembah Anai, KA BIM Padang, LRT Sumatera Selatan
**KA Lainnya adalah KA Bandara Kualanamu, KA Bandara Soekarno Hatta, MRT Jakarta, LRT Jakarta

I-3
b. Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Penumpang

Tabel I.2 Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Penumpang


Tahun Penumpang Diangkut (Juta) Penumpang - Km (Juta-Km)
2015 327.823 22.152
2016 358.075 21.571
2017 360.176 16.158
2018 422.332 16.932
2019 453.486 29.080
Pertumbuhan (%) 8,61 12,20

c. Volume Angkutan Barang

Tabel I.3 Volume Angkutan Barang


Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Jawa 7.690 8.039 9.134 10.727 10.155
Sumatera 22.028 24.455 30.927 34.536 37.469
Total 29.717 32.494 40.061 45.263 47.624
(dalam juta ton)
d. Produksi Barang-Km Menggunakan Gerbong

Tabel I.4 Produksi Barang-Km Menggunakan Gerbong


Tahun Barang-Km (Juta Ton-Km) Pertumbuhan (%)
2015 10.234 3.51%
2016 11.223 9.67%
2017 13.396 19.36%
2018 15.090 12.65%
2019 15.600 3.38%

e. Realisasi Pelaksanaan PSO

Tabel I.5 Realisasi Pelaksanaan PSO


Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Penetapan 1.507,26 1.827,38 2.094,10 2.390,71 2.321,41
Pertumbuhan (%) 23.14% 21.24% 14.60% 14.16% -2.90%
(dalam miliar Rp)

I-4
f. Perbandingan Penumpang Kereta Api Jabodetabek dengan Non Jabodetabek di Pulau Jawa

Tabel I.6 Perbandingan Penumpang Kereta Api


Jumlah Penumpang (Juta)
Lokasi
2015 2016 2017 2018 2019
JABOTABEK 257.532 279.097 314.317 334.487 359.379
Non JABOTABEK 70.310 73.465 77.307 87.845 94.107
Total 327.842 352.562 391.624 422.332 453.486
Pertumbuhan 18.06% 7.54% 11.08% 7.84% 7.38%
Persentase JABOTABEK terhadap
78.55% 79.16% 80.26% 79.20% 79.25%
total
Catatan: Jabotabek termasuk KRL, KA Bandara Soekarno Hatta, MRT Jakarta dan LRT Jakarta (Velodrome-Kelapa Gading)

g. Tingkat pelayanan
Tabel I.7 Tingkat Pelayanan
Tahun
Jenis
2015 2016 2017 2018 2019
PNP BER TEPAT (%) 76 65 84 89 86
PNP BER LAMBAT (mnt) 7 12 3 3 2
PNP DTG TEPAT (%) 41 41 66 76 72
PNP DTG LAMBAT (mnt) 16 22 7 5 5
BRG BER TEPAT (%) 16 32 37 58 65
BRG BER LAMBAT (mnt) 125 110 112 27 5
BRG DTG TEPAT (%) 12 27 27 35 44
BRG DTG LAMBAT (mnt) 304 286 251 136 80

Waktu Peredaran Gerbong


2.34 2 2 2 2
Rata- Rata

2. Prasarana Perkeretaapian
a. Jaringan Jalur KA di Pulau Jawa, Madura dan Sumatera
Wilayah Sumatera Bagian utara : 658,98 Km
SUMATERA
Wilayah Sumatera Bagian Barat : 228,33 Km
1.796,60 Km
Wilayah Sumatera Bagian Selatan : 909,29 Km
Wilayah Jakarta dan Banten : 759,25 Km
AKTIF/BEROPERASI JAWA Wilayah Jawa Bagian Barat : 956,23 Km
PANJANG JALUR KA 4.349,81 Km Wilayah Jawa Bagian Tengah : 1.575, 58 Km
EKSISTING 6.221,69 Km Wilayah Jawa Bagian Timur : 1.058,75 Km
SULAWESI
49,28 Km
8.922,98 Km PAPUA
26,00 Km
SUMATERA
TIDAK AKTIF/TIDAK
298,52 Km
BEROPERASI
JAWA DAN MADURA
2701,29 Km
2402,77 Km

Gambar 1.1 Jaringan Jalur KA di Pulau Jawa, Madura dan Sumatera

I-5
b. Jumlah kumulatif pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jalur KA 2015-2019
Tabel I.8 Jumlah Kumulatif Jalur KA 2015-2019
Tahun Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Peningkatan/Rehabilitasi Jalan KA Km 333,6 384,6 394,28 638,27 745,97
Pembangunan Jalur KA Baru
Km 89,91 184,73 373,29 744,05 1.025,61
(Termasuk Jalur Ganda & Reaktivasi)
Jumlah Km 423,51 569,33 767,57 1.382,32 1.771,58
Terdapat pemisahan jenis kegiatan antara jumlah kumulatif peningkatan/rehabilitasi jalur KA dengan jumlah kumulatif
pembangunan jalur kereta api baru termasuk jalur ganda dan reaktivasi per tahun.

c. Jumlah penggantian bantalan


Tabel I.9 Jumlah Penggantian Bantalan
Tahun Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Penggantian Bantalan (ribu batang) Batang 556.001 85.001 16.134 406.651 179.501 1.243.288
Catatan: Jumlah penggantian bantalan berdasarkan panjang peningkatan/rehabilitasi jalur KA

d. Jumlah peningkatan persinyalan

Tabel I.10 Jumlah Peningkatan Persinyalan


Tahun Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Peningkatan Persinyalan KA Paket 11 1 5 3 12 32

3. Sarana Perkeretaapian
a. Pertumbuhan sarana siap operasi

Tabel I.11 Pertumbuhan Sarana Siap Operasi


Tahun Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Lokomotif Unit 525 524 490 496 491 2.526
Kereta Unit 2.716 2.772 2.855 3.257 3.427 15.027
Gerbong Unit 8.357 8.347 8.098 8.2 7.805 40.807
Peralatan Khusus Unit 140 357 182 205 221 1.105

b. Pengadaan dan Rehabilitasi Sarana Milik Negara

Tabel I.12 Pengadaan dan Rehabilitasi Sarana


Pengadaan Rehabilitasi Pengadaan Rehabilitasi Pengadaan Peralatan
Tahun
KRD/KRL/KRDE KRD/KRL/KRDE Kereta Kereta Gerbong Khusus
2015 120 4 0 0 40 1
2016 60 0 0 0 0 6
2017 4 0 1 0 1 6
2018 0 0 0 0 0 5
2019 0 0 0 0 0 0
Catatan : Data berdasarkan pengadaan dan rehabilitasi sarana melalui APBN. Kegiatan rehabilitasi bersifat multiyears, dimulai
tahun 2018 dan selesai pada akhir tahun 2020

I-6
4. Keselamatan Perkertaapian
a. Korban Kecelakaan

Tabel I.13 Korban Kecelakaan


Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Meninggal 1 43 87 1 0
Luka Berat 3 41 79 1 0
Luka Ringan 39 13 86 2 19
Jumlah Korban 43 97 252 4 19

b. Faktor penyebab kecelakaan

Tabel I.14 Faktor Penyebab Kecelakaan


Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
KA-KA 0 0 1 0 0
Anjlog 55 15 14 14 11
Terguling 0 0 0 1 0
Banjir/Longsor 0 0 0 0 0
Lain-lain 0 0 0 1 0
Jumlah Kecelakaan 55 15 15 16 11
Catatan : Penyesuaian parameter perhitungan data kecelakaan pada tahun 2015 yang masih terdapat data
kecelakaan di perlintasan sebidang yang termasuk kecelakaan lalu lintas jalan

1.1.4. Capaian Rencana Strategis Kementerian Prioritas Nasional. Direktorat Jenderal


Perhubungan Bidang Perkeretaapian Perkeretaapian secara langsung mendukung
2015 -2019 pencapaian Prioritas Nasional yaitu yang
terkait Konektivitas Nasional. Dukungan
Direktorat Jenderal Perkeretaapian
tersebut dengan meningkatkan kapasitas,
sebagai institusi publik yang berperan sebagai
aksesbilitas dan pelayanan. Strategi yang
regulator perkeretaapian untuk mewujudkan
dilakukan diantaranya pembangunan
arah kebijakan dan strategi nasional sesuai
infrastruktur perkeretaapian dan layanan
RPJMN 2015-2019. Peran tersebut sebagai
subsidi perintis perkeretaapian.
upaya pencapaian Sembilan Agenda Prioritas
Pada RKP 2018, penajaman dilakukan
Nasional (Nawa Cita) yang merupakan agenda
terhadap Prioritas Nasional (PN) dan Program
prioritas Pemerintahan Kabinet Kerja.
Prioritas (PP) dari 24 PN dan 88 PP menjadi 10
Direktorat Jenderal Perkeretaapian
(sepuluh) PN dan 30 (tiga puluh) PP. hal ini
mendukung Nawa Cita nomor 6
dilakukan dalam rangka memperkuat RKP 2018
“Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya
dan integrasi pembangunan antar K/L dan
Saing di Pasar Internasional”, melalui
daerah. Direktorat Jenderal Perkeretaapian
penyediaan layanan transportasi khususnya
sesuai tugas dan fungsinya mendukung
berkenaan dengan komitmen pembangunan
pelaksanaan RKP 2018 melalui Prioritas
infrastruktur.
Nasional (PN) nomor 8, yaitu infrastruktur,
Mulai tahun 2017, melalui Rencana
konektivitas dan kemaritiman. Prioritas
Kerja Pemerintah (RKP) 2017, pemerintah ingin
program perkeretaapian dalam RKP 2018
memastikan bahwa anggaran dialokasikan
adalah pembangunan infrastruktur
untuk program yang memang langsung
perkeretaapian termasuk Proyek Strategis
bersentuhan dengan kepentingan publik
Nasional (9 proyek yang didanai oleh APBN)
dengan menetapkan 24 (dua puluh empat)
dimana sekitar 75% program 2018 merupakan

I-7
program lanjutan / penyelesaian / kontrak Pembangunan ini untuk mengurangi
tahun jamak. kemacetan lalu lintas di Kota Medan serta
Terdapat 5 (lima) Prioritas dalam upaya peningkatan keselamatan
Pembangunan dalam RKP 2019, dan Direktorat melalui penanganan perlintasan sebidang.
Jenderal Perkeretaapian mendukung 2 2. Pembangunan Jalur KA Bandar Tinggi –
Prioritas Nasional yaitu: Kuala Tanjung sepanjang 21,5 Km’sp
1. Prioritas Nasional 2, Pengurangan termasuk Pembangunan 3 (tiga) stasiun
Kesenjangan Antar Wilayah melalui yang selesai terbangun pada tahun 2019.
Penguatan Konektivitas dan Kemaritiman Jalur tersebut sebagai upaya peningkatan
melalui Pembangunan dan pengembangan konektivitas dari KEK Sei Mangke menuju
transportasi Multimoda dan perkotaan (KA Pelabuhan Kuala Tanjung.
perkotaan dan KA akses 3. Reaktivasi jalur KA antara Padang – Pulo
bandara/pelabuhan) kemudian Penyediaan Aie sepanjang 2,95 Km’sp telah selesai
fasilitas keselamatan kereta api. pada tahun 2019. Untuk peningkatan
2. Prioritas Nasional 3, Peningkatan Nilai konektivitas antar moda serta mobilitas
Tambah atau Efisiensi Jasa Produktif melalui masyarakat perkotaan di wilayah
dukungan terhadap percepatan penyiapan perkotaan Padang.
destinasi wisata prioritas (KA menuju 4. Pembangunan Jalur Ganda KA antara
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) dan Kotabumi-Cempaka Sepanjang 9 Km’sp
fasilitas pengembangan Kawasan Industri telah selesai pada 2019. Jalur ganda
dan Kawasan Ekonomi Khusus (KA menuju tersebut untuk peningkatan kapasitas
Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi lintas dalam rangka mendukung angkutan
Khusus) logistik di wilayah Sumatera Bagian
Dalam Renstra merupakan dokumen Selatan.
perencanaan berkelanjutan, maka harus 5. Pembangunan MRT Jakarta North-South
memperhatikan capaian pada periode Tahap I 15,7 Km yang terbagi menjadi
sebelumnya. Hal ini untuk mengetahui tahun konstruksi jalur KA elevated dan
dasar (base line) dan berbagai kendala underground dengan 13 unit stasiun KA
permasalahan yang dihadapi periode termasuk pembangunan depo dan
sebelumnya yang akan menjadi bahan pengadaan sarana KA. MRT tahap I
evaluasi. tersebut telah beroperasi pada Maret
2019. Sebagai alternatif
A. Capaian Pembangunan Sarana dan transportasi/modal shifting bagi
Prasarana masyarakat untuk mengurangi kemacetan
Mendukung Pengembangan jalan raya.
perkeretaapian nasional dalam terwujudnya 6. Pembangunan LRT Provinsi DKI Jakarta
konektivitas, keselamatan, dan pelayanan sepanjang 5,8 Km’sp termasuk
perkeretaapian secara maksimal kepada pembangunan 6 stasiun dan depo yang
masyarakat, berikut capaian besar bidang telah dioperasikan pada Desember 2019.
perkeretaapian yang layak masuk catatan Sebagai alternatif transportasi/modal
sampai akhir 2019: shifting bagi masyarakat untuk
1. Pembangunan Jalur KA Layang Medan – mengurangi kemacetan jalan raya.
Bandar Khalifah sepanjang 10,8 km’sp 7. Reaktivasi jalur KA antara Ciranjang-
termasuk 2 (dua) stasiun yang telah Cipatat Sepanjang 15 Km telah selesai
beroperasi pada Desember 2019. terbangun pada tahun 2019. Reaktivasi

I-8
untuk perpanjangan pelayanan KA, tahun berjalan) dari 48 KA/hari menjadi 56
menurunkan waktu tempuh, serta KA/hari.
penyediaan alternatif pilihan moda untuk 9. Pembangunan jalur ganda KA Madiun –
masyarakat sekitar. Jombang sepanjang 84 Km’sp beroperasi
8. Pembangunan jalur ganda KA Solo – pada November 2019. Pembangunan
Kedungbanteng sepanjang 42 Km’sp yang tersebut untuk peningkatan kapasitas
telah beroperasi pada Agustus 2019. lintas dari 72 KA/hari menjadi 216 KA/hari
Pembangunan tersebut untuk peningkatan serta meningkatkan frekuensi berdasarkan
kapasitas lintas dari 66 KA per hari menjadi tahun berjalan dari 50 KA/hari menjadi
132 KA per hari serta meningkatkan 62 KA/hari.
frekuensi KA berdasarkan tahun berjalan 10. Pembangunan Kereta Api Ringan Sumatera
dari 48 KA/hari menjadi 56 KA/hari. Selatan sepanjang 24 km’sp termasuk 13
Pembangunan jalur ganda KA stasiun dan 1 depo yang beroperasi penuh
Kedungbanteng - Madiun sepanjang pada 1 Agustus 2018. Pembangunan
57 Km’sp beroperasi pada November tersebut untuk meningkatkan pelayanan
2019. Pembangunan tersebut untuk transportasi dalam mendukung
peningkatan kapasitas lintas dari 72 pembangunan di Provinsi Sumatera
KA/hari menjadi 216 KA/hari serta Selatan dan mendukung pelaksanaan
meningkatkan frekuensi (berdasarkan Asian Games tahun 2018.

Tabel I.15 Rencana Realisasi Pembangunan Jalur Kereta Api 2015-2019


2015 2016 2017 2018 2019 Total
KORIDOR
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi

SUMATERA 66,72 69,81 15,00 91,82 190,68 152,21 72,60 105,96 211,51 25,51
556,51 445,31

JAWA - BALI 18,20 27,69 3,00 34,20 36,35 261,30 235,35 330,00 226,32
4,00 671,39 505,02

SULAWESI 16,10 16,10 - - - - 32,70 29,45 73,00


3,73 121,80 49,28

PAPUA* - - - - - - - 26,00 26,00


- - -
TOTAL 101,02 89,91 42,69 94,82 224,88 188,56 366,60 370,76 614,51 281,56 1.349,70 1.025,62
Rencana (Keputusan Dirjen Perkeretaapian PR.005/SK.75/DJKA/IX/19 tentang Reviu Renstra Kementerian Perhubungan
Tahun 2015-2019)
*Kereta api khusus Freeport Indonesia

B. Capaian Legislasi Bidang Perkeretaapian peraturan/regulasi yang harmonis dan sinkron


Dalam rangka program penguatan sehingga pelaksanaannya dapat efektif dan
peraturan perundang-undangan, Direktorat efisien. Selama periode 2015-2019, rancangan
Jenderal Perkeretaapian telah berkoordinasi dan peraturan perundangan telah ditetapkan
dengan pihak-pihak terkait untuk menyusun dan diundangkan sebanyak 31 peraturan.

I-9
Tabel I.16 Peraturan Perundang-undangan Bidang Perkeretaapian yang Ditetapkan 2015-2019
No Nomor Peraturan Tentang Keterangan
Tahun 2015
1. PM.156 Tahun 2015 Pedoman Perhitungan Biaya Mengakomodir kebutuhan yang sebenarnya di
Merubah PM.67 Perawatan dan Pengoperasian lapangan mengenai Biaya Perawatan dan
Tahun 2012 Prasarana Perkeretaapian Milik Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik
Negara Negara (IMO)
2. PM.175 Tahun 2015 Standar Spesifikasi Teknis Kereta Mengakomodir perkembangan teknologi di bidang
Dengan Penggerak Sendiri perkeretaapian seperti MRT dan LRT

3. PM. 196 Tahun 2015 Perubahan Ketiga PM 28 Tahun Penyesuaian perhitungan penetapan tarif PSO
2012 tentang Pedoman
Perhitungan dan Penetapan Tarif
Angkutan Orang dengan Kereta
Api
4. PM. 51 Tahun 2012 Subsidi Angkutan Perintis Orang Penyesuaian perhitungan penetapan tarif Perintis
Diubah PM.142 dengan Kereta Api Kereta Api
Tahun 2015
5. PM. 62 Tahun 2013 Pedoman Perhitungan Biaya Disusun karena merupakan turunan dari PP 11
Diubah PM.122 Penggunaan Prasarana Tahun 2015
Tahun 2015 Perkeretaapian Milik Negara
(TAC)
6. PM.48 Tahun 2015 Standar Pelayanan Minimum Mengakomodir perkembangan teknologi dan
Untuk Anggkutan orang dengan fasilitas pelayanan kereta api
Kereta Api

7. PM.197 Tahun 2015 Komponen Biaya Yang Dapat Penyesuaian perhitungan penetapan tarif Perintis
Diperhitungkan Dalam Kereta Api
Penyelenggaraan Angkutan
Perintis Perkeretaapian
8. PM. 155 Tahun 2015 Sertifikasi Kecakapan Awak disusun dalam rangka menjalankan amanah PP 56
Sarana Perkeretaapian Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian
9. PM. 24 Tahun 2015 Standar Keselamatan disusun dalam rangka menjalankan amanah PP 56
Perkeretaapian Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian
Tahun 2016
1 PP 61 Tahun 2016 Perubahan atas PP 72 Tahun 2009 Mengakomodir perkembangan di bidang
Merubah PP 72 tentang Lalulintas dan Angkutan perkeretaapian
Tahun 2009 Kereta Api
2 PM.153 Tahun 2016 Standar Spesifikasi Teknis Mengakomodir perkembangan
Lokomotif Sarana Perkeretaapian teknologi di bidang perkeretaapian seperti MRT
dan LRT
3 PM.54 Tahun 2016 Standar Spesifikasi Teknis Mempermudah pembuatan data base dalam
Identitas Sarana Perkeretaapian penomoran identitas sarana perkeretaapian
4 PM. 64 Tahun 2016 Perubahan kedua atas PM.69 Penyesuaian perhitungan penetapan tarif PSO
Tahun 2014 tentang Pedoman Kereta Api
Perhitungan dan Penetapan Tarif
Angkutan Orang dengan Kereta
Api
5 PM. 48 Tahun 2014 Tata Cara Pemuatan, Mengakomodir kebutuhan Barang barang B3
Diubah PM. 52 Penyusunan, Pengangkutan dan
Tahun 2016 Pembongkaran Barang dengan
Kereta Api
6 PM. 68 Tahun 2016 Tata Cara penyelenggaraan Penyesuaian Tatacara pelaporan angkutan PSO
sebagaimana telah Kewajiban Pelayanan Publik Kereta Api oleh operator KA
diubah terakhir Angkutan Orang dengan Kereta
dengan

I - 10
No Nomor Peraturan Tentang Keterangan
PM.151 Tahun 2016 Api untuk Pelayanan Kelas
Ekonomi (PSO)
7 PM. 35 Tahun 2016 Tarif Angkutan Orang dengan Penyesuaian tarif PSO
Kereta Api Pelayanan Kelas
Ekonomi untuk Melaksanakan
Kewajiban Pelayanan Publik (PSO)
8 PM. 15 Tahun 2016 Konsensi dan Bentuk Kerjasama Disusun dalam rangka melaksanakan amanah PP 56
Lainnya Antara Pemerintah Tahun 2009 tentang Perkeretaapian
dengan Badan Usaha di Bidang
Perkeretaapian Umum
9 PM. 84 Tahun 2016 Petunjuk Pelaksanaan Jenis Dan Disusun dalam rangka melaksanakan amanah PP 15
Diubah PM. 124 Tarif Atas Jenis Penerimaan Tahun 2016 tentang PNBP
Tahun 2016 Negara Bukan Pajak Yang Berlaku
Pada Direktorat Jenderal
Perkeretaapian
Tahun 2017
1 PP 6 Tahun 2017 Perubahan atas PP 56 Tahun 2009 Mengakomodir perkembangan di bidang
tentang Penyelenggaraan perkeretaapian dan mempermudah investasi di
Perkeretaapian bidang perkeretaapian
2 PM. 27 Tahun 2017 Tarif Angkutan Orang dengan Penyesuaian tarif PSO
Kereta Api Pelayanan Kelas
Ekonomi untuk Melaksanakan
Kewajiban Pelayanan Publik (PSO)
3. PM. 42 Tahun 2017 Perubahan kerdua atas PM 35 Perubahan kedua dan Penyesuaian tarif PSO
Tahun 2016 tentang Tarif
Angkutan Orang dengan Kereta
Api Pelayanan Kelas Ekonomi
untuk Melaksanakan Kewajiban
Pelayanan Publik (PSO)
4. PM 110 Tahun 2017 Tata Cara dan Standar Pembuatan Disusun dalam rangka melaksanakan amanah PP 61
Grafik Perjalanan Kereta Api, Tahun 2016 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Perjalanan Kereta Api Di Luar Kereta Api
GAPEKA, dan Perjalanan Kereta
Api Luar Biasa
5. PM 121 Tahun 2017 Lalu Lintas Kereta Api Disusun dalam rangka melaksanakan amanah PP 61
Tahun 2016 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api
6. PM. 4 Tahun 2017 Sertifikasi Kecakapan Awak - Peraturan Menteri ini diubah untuk
Sarana Perkeretaapian mengakomodir perizinan sertifikasi SDM
untuk perkeretaapian yang menggunakan
teknologi baru seperti LRT dan MRT.
- Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
7. PM. 5 Tahun 2017 Sertifikasi Kecakapan Pengatur - Peraturan Menteri ini diubah untuk
Perjalanan Kereta Api dan mengakomodir perizinan sertifikasi SDM
Pengendali Perjalanan Kereta Api untuk perkeretaapian yang menggunakan
teknologi baru seperti LRT dan MRT.
- Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
8. PM. 8 Tahun 2017 Sertifikasi Tenaga Pemeriksa - Peraturan Menteri ini diubah untuk
Sarana Perkeretaapian mengakomodir perizinan sertifikasi SDM

I - 11
No Nomor Peraturan Tentang Keterangan
untuk perkeretaapian yang menggunakan
teknologi baru seperti LRT dan MRT.
- Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
9. PM. 9 Tahun 2017 Sertifikasi Tenaga Pemeriksa - Peraturan Menteri ini diubah untuk
Prasarana Perkeretaapian mengakomodir perizinan sertifikasi SDM
untuk perkeretaapian yang menggunakan
teknologi baru seperti LRT dan MRT.
- Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
10. PM. 16 Tahun 2017 Sertifikasi Tenaga - Peraturan Menteri ini diubah
Perawatan Sarana untuk mengakomodir
Perkeretaapian perizinan sertifikasi SDM
untuk perkeretaapian yang menggunakan
teknologi baru seperti LRT dan MRT.
- Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
11. PM 17 Tahun 2017 Sertifikasi Tenaga - Peraturan Menteri ini diubah
Perawatan Prasarana untuk mengakomodir
Perkeretaapian perizinan sertifikasi SDM
untuk perkeretaapian yang menggunakan
teknologi baru seperti LRT dan MRT.
- Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
Tahun 2018
1 PM. 17 Tahun 2018 Pedoman dan Tata Cara Penyesuaian Rumus perhitungan Tata Cara
Perhitungan dan Penetapan Tarif Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang
Angkutan Orang dengan Kereta dengan Kereta Api
Api
2 PM. 26 Tahun 2018 Perubahan kedua atas Peraturan Penyesuaian Rumus dan komponen perhitungan
Menteri Perhubungan nomor PM. Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Tarif
51 Tahun 2012 tentang Subsidi Angkutan Orang dengan Kereta Api Perintis
Angkutan Perintis Orang Dengan
Kereta Api
3. PM. 31 Tahun 2018 Perubahan atas Peraturan Penyesuaian Tarif KA PSO
Menteri Perhubungan nomor PM.
113 Tahun 2017 tentang Tarif
Angkutan Orang Dengan Kereta
Api Pelayanan Kelas Ekonomi
Untuk Melaksanakan Kewajiban
Pelayanan Publik
4. PM. 32 Tahun 2018 Tarif Angkutan Orang Dengan Penyesuaian Tarif KA Perintis
Kereta Api Perintis

I - 12
No Nomor Peraturan Tentang Keterangan
5. PM. 44 Tahun 2018 Persyaratan Teknis Peralatan Mengakomodir perkembangan teknologi
Persinyalan Perkeretaapian persinyalan di bidang perkeretaapian (LRT, MRT,
Kereta Api Kecepatan Tinggi)
6. PM. 45 Tahun 2018 Persyaratan Teknis Peralatan Mengakomodir perkembangan teknologi
Telekomunikasi Perkeretaapian Telekomunikasi di bidang perkeretaapian (LRT,
MRT, Kereta Api Kecepatan Tinggi)
7. PM. 50 Tahun 2018 Persyaratan Teknis Instalasi Listrik Mengakomodir perkembangan teknologi
Perkeretaapian kelistrikan di bidang perkeretaapian (LRT, MRT,
Kereta Api Kecepatan Tinggi)
8. PM. 54 Tahun 2018 Perubahan Atas Peraturan Mengakomodir asas KPBU di konsesi
Menteri
Perhubungan Nomor 15 Tahun
2016 tentang Konsesi dan Bentuk
Kerjasama Lainnya Antara
Pemerintah Dengan Badan Usaha
di Bidang Perkeretaapian Umum
9. PM. 69 Tahun 2018 Sistem Manajemen Keselamatan Disusun dalam rangka melaksanakan amanah PP 6
Perkeretaapian Tahun 2017 tentang perubahan PP 56 Tahun 2009
tentang Perkeretaapian
10. PM. 86 Tahun 2018 Sertifikasi Tenaga Penguji - Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
Prasarana Perkeretaapian dan sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
Tenaga Penguji Sarana dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
Perkeretaapian hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
11. PM. 87 Tahun 2018 Sertifikasi Inspektur dan Auditor - Menyederhanakan jangka waktu penerbitan
Perkeretaapian sertifikat dari pengajuan permohonan sampai
dengan penerbitan sertifikatnya. (dari total 28
hari kerja menjadi 24 hari kerja)
- Jumlah Peserta Uji tidak lagi dibatasi menjadi
20 orang
12. PM. 91 Tahun 2018 NSPK Perizinan Berusaha secara - Menyederhanakan perizinan di bidang
elektronik di bidang perkeretaapian dengan menggabungkan
perkeretaapian beberapa perizinan menjadi satu dan
diintegrasikan secara elektronik melalui
lembaga OSS.
13. PM. 94 Tahun 2018 Peningkatan Keselamatan - Untuk mengakomodir kebutuhan di bidang
Perlintasan Sebidang Antara Jalur keselamatan perkeretaapian
Kereta Api Dengan Jalan
14. PM. 119 Tahun 2018 Organisasi Dan Tata Kerja Balai - Untuk mengakomodir kebutuhan dalam
Pengelola Kereta Api Ringan pengurusan LRT Sumsel
Sumatera Selatan
Tahun 2019
1 PM. 21 Tahun 2019 Perubahan atas Peraturan - Mencantumkan besaran modal awal yang
Menteri nomor PM 66 Tahun disetor kepada Pemerintah sehingga
2013 tentang Perizinan mempermudah investasi
Penyelenggaraan Prasarana - Mencabut Pasal yang ada di PM 45 Tahun
Perkeretaapian umum 2015
2 PM. 22 Tahun 2019 Perubahan atas Peraturan - Mencantumkan besaran modal awal yang
Menteri nomor disetor kepada Pemerintah sehingga
PM 31 Tahun 2012 tentang mempermudah investasi
Perizinan Penyelenggaraan - Mencabut Pasal yang ada di PM 45 Tahun
Sarana Perkeretaapian umum 2015
3. PM 18 Tahun 2019 Standar Tempat dan Peralatan Untuk melaksanakan amanah dari PP 56 Tahun
Perawatan Sarana Perkeretaapian 2009
4. PM 36 TAHUN 2019 Tarif Angkutan Orang Dengan Penyesuaian Tarif PSO untuk tahun 2019
Kereta Api Pelayanan Kelas

I - 13
No Nomor Peraturan Tentang Keterangan
Ekonomi Untuk Melaksanakan
Kewajiban Pelayanan Publik
5. PM. 63 Tahun 2019 Standar Pelayanan Minimum Mengakomodir usulan untuk penyandang difabel
Angkutan Orang Dengan Kereta danstandar minimum yang ada di jenis kereta api
Api yang baru seperti LRT, MRT, Kereta Bandara, dan
Kereta Api Kecepatan Tinggi
6. PM. 69 Tahun 2019 Standar Spesifikasi Teknis Kereta Untuk melaksanakan amanah dari PP 56 Tahun
Api Kecepatan Tinggi 2009 dan untuk mengatur spesifikasi teknis Kereta
Api Kecepatan Tinggi

C. Rencana, Alokasi dan Realisasi Anggaran pembiayaan APBN, maka sampai dengan tahun
Berdasarkan Reviu Renstra 2019, investasi APBN dalam pembangunan
Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019 perkeretaapian yang disediakan total hanya
bidang perkeretaapian, diperoleh kebutuhan mencapai Rp. 84 triliun atau 67% dari total
pendanaan untuk setiap penyelenggaraan kebutuhan tahun 2015-2019 berdasarkan
perkeretaapian untuk tahun 2015-2019 sekitar Reviu Renstra. GAP pembiayaan tahun 2015-
Rp. 126 triliun. Namun dengan keterbatasan 2019 mencapai Rp. 42 triliun.

Tabel I.17 Kebutuhan dan Realisasi Pendanaan Kegiatan Tahun 2015-2019


Tahun
No Uraian Total
2015 2016 2017 2018 2019
1 RPJMN 18.554,40 39.433,60 46.066,80 63.109,90 65.488,50 232.663,2***
2 REVIU RENSTRA 12.583,38 11.690,41 23.526,74 32.810,32 46.262,37 126.873,24
a DIPA awal 18.697,97 10.407,32 16,639.33 17,796.05 15,998.77 79.539,37
3
b Luncuran 0 0 2.206,4 1.392,48 1.654,17
c DIPA***** 18.697,97 10.407,32 18.845,73 19.188,45 17.652,94*
4 REALISASI 12.563,76 5.803,68 15.489,40 15.782,33** 14.761,71**** 64.400,88
Keterangan: *)Pagu DJKA 2019, sumber: http://e-monitoring.dephub.go.id/
**) Realisasi Tahun 2018 berdasarkan http://e-monitoring.dephub.go.id/
***) Total pendanaan pada RPJMN adalah total pendanaan untuk prasarana dan sarana, termasuk pendanaan diluar APBN
****) Realisasi akhir bulan Desember 2019
Sumber: Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2019

D. Capaian Sasaran Kinerja Ditjen


Perkeretaapian 2015 – 2019
Pencapaian indikator kinerja utama (IKU) 2015 dan konsep LAKIP tahun 2016,
Ditjen Perkeretaapian setiap tahun dievaluasi terangkum evaluasi pencapaian indikator
dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi kinerja utama (IKU) Ditjen Perkeretaapian.
Pemerintah (LAKIP). Berdasarkan LAKIP tahun

I - 14
Tabel I.18 Capaian Indikator Kinerja Program (IKP) Ditjen Perkeretaapian Tahun 2015-2016
Tahun 2015 Tahun 2016
Indikator Kinerja Program Satuan
Target Capaian % Target Capaian %
1. Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian
Ratio kejadian kecelakaan transportasi kereta api Kecelakaan/1 juta km 0,55 1,5 209 0,55 0,24 44
Jumlah pedoman standar keselamatan transportasi Dokumen 1 1 100 0 0 0
Jumlah sarana dan prasarana keselamatan transportasi kereta api Unit 18 18 100 67 19 28
Tingkat Ketersediaan ATP Unit 5 3 60 4 0 0
Jumlah pengamanan/penanganan Perlintasan sebidang Lokasi 34 21 62 44 3 7
Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian Sertifikat 1710 2502 146 3792 5715 151
2. Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian
Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi kereta api (pelemparan batu) Kejadian 320 338 106 288 34 12
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian
Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian
Dokumen 2 2 100 0 0 0
(penyempurnaan/revisi)
4. Meningkatnya kinerja Ditjen Perkeretaapian dalam mewujudkan good governance
Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Dirjen Perkeretaapian Ijin 20 20 100 20 20 100
Pelaksanaan IMO Tahun 1 1 100 1 1 100
Jumlah penumpang KA PSO Penumpang 373.795.647 345.744.314 92 560.693.471 322.031.775 57
5. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi perkeretaapian
Jumlah emisi gas rumah kaca dari transportasi perkeretaapian yang dapat diturunkan 105
Juta ton CO2e 0,259 0,709 274 0,476 5,008
2
Jumlah prasarana KA yang terlah menerapkan konsep ramah lingkungan Lokasi 0 0 0 0 0 0
6. Mewujudkan peningkatan Kapasitas, Aksesbilitas dan Keterpaduan dalam penyediaan dan prasarana perkeretaapian nasional
Terbangunnya jalur kereta api Km’sp 186,99 179,33 96 409,65 33,99 8
Jumlah sarana kereta api Unit 9 9 100 24 3 13
Terselenggaranya proses KPS dalam penyediaan Infrastruktur transportasi perkeretaapian Proyek 0 0 0 1 1 100
7. Mewujudkan peningkatan Aksesbilitas Publik terhadap layanan transportasi kereta api
Jumlah lintasan/rute angkutan perintis KA Trayek/ Lintas/Rute 3 3 100 6 6 100
Jumlah lintasan/rute angkutan KA perintis menjadi komersial Trayek/ Lintas/Rute 0 0 0 0 0 0
8. Meningkatkan peran kereta api dalam penyediaan Angkutan Massal Perkotaan berbasis jalan rel
Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan angkutan massal berbasis kereta api Kota 5 5 100 7 5 71
Sumber: Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2019

I - 15
1. Capaian Indikator Kinerja Ratio kejadian peningkatan keselamatan & SDM
kecelakaan transportasi kereta api perkeretaapian
Target yang ditetapkan tahun 2015 dan Pada Tahun 2015 dan 2016, Ketersediaan
2016 yaitu sebesar 0,55 Ratio kecelakaan/1 fasilitas dan peralatan peningkatan
juta km dan capaian pada Tahun 2015 keselamatan & SDM mencapai 100% hal
mencapai sebesar 1,15 Ratio kecelakaan/ 1 tersebut karena Ditjen Perkeretaapian
juta km atau dengan capaian realisasi sebesar melakukan beberapa kegiatan Pengadaan
-9,09 karena Belum maksimalnya keselamatan Peralatan Pendukung Kegiatan dan
dan pelayanan melalui pemulihan kondisi Peningkatan Keselamatan Perkeretaapian,
prasarana dan sarana Perkeretaapian. Pada melalui Penyusunan pedoman dan tata caa
tahun 2016 kejadian kecelakaan menurun pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan safety
menjadi 15 kejadian atau menurun sebanyak assessment perkeretaapian yang telah selesai
386,67% dari tahun 2015, sehingga rasio dan tuntas di akhir tahun 2015. Kegiatan
Kejadian Kecelakaan pada tahun 2016 Pengadaan Pintu Perlintasan sebanyak 11,
mengalami penurunan menjadi 0,24 ratio kegiatan Upgrade Peralatan Simulator Sarana
kecelakaan/1 juta km dari target yang Perkeretaapian untuk Pengujian SDM telah
ditetapkan. Pencapaian keberhasilan tersebut dilakukan yang terdapat di Balai Pengujian di
didukung juga adanya pelaksanaan kegiatan Bekasi, kegiatan Pengadaan Peralatan Sistem
yang menunjang keselamatan transportasi Monitoring Kompetensi SDM Perkeretaapian
perkeretaapian antara lain : dan kegiatan Pengadaan Peralatan Berat untuk
a. Audit Keselamatan Perkeretaapian Mengangkat dan Menggeser Beban Akibat
dan Safety Assessment Kecelakaan KA, Pengadaan gerbong
b. Inspeksi Keselamatan Perkeretaapian pendukung peralatan berat untuk mengangkat
c. Identifikasi Daerah Rawan Kecelakaan dan menggeser beban akibat kecelakaan
Kereta Api Kereta Api sebanyak 1 unit dan telah selesai
dilaksanakan ditahun 2016.
2. Indikator Kinerja Jumlah pedoman standar 4. Capaian Indikator Kinerja Tingkat
keselamatan Ketersediaan ATP
Pada Tahun 2015, presentasi capaian Pada Tahun 2015, Tingkat Ketersediaan ATP
jumlah pedoman standar keselamatan Tahun 2015 mencapai 3 unit (60%) dan belum
mencapai 100% hal tersebut karena Ditjen memenuhi sebagaimana target yang
Perkeretaapian melakukan kegiatan ditetapkan sebanyak 5 unit (100%) karena
Penyusunan PM Pedoman da Tata Cara Audit terdapat beberapa kegagalan yang
Keselamatan Perkeretaapian selanjutnya pada menyebabkan tidak tercapai yaitu Proses
Tahun 2016, Tidak terdapat target maupun pelelangan yang memerlukan waktu 1 bulan
realisasi untuk Indikator Kinerja Jumlah lebih sehingga proses pelaksanaan pekerjaan
pedoman standar keselamatan, hal ini tidak mencukupi untuk dilaksanakan. Capaian
dikarenakan Pedoman Standar Keselamatan pada Tahun 2016 sebesar 0 unit atau tidak ada
Perkeretaapian telah diterbitkan pada tahun pengadaan dan pemasangan ATP pada Tahun
2015, sehingga target terhadap penyusunan 2016.
pedoman standar keselamatan sesuai renstra 5. Capaian Indikator Kinerja Jumlah
sebanyak 2 buah telah terpenuhi pada tahun Pengamanan/Penanganan Perlintasan
2015. Sebidang
3. Capaian Indikator Kinerja Tingkat Pada Tahun 2015, Jumlah Pengamanan atau
Ketersediaan fasilitas dan peralatan Penanganan Perlintasan Sebidang Tahun 2015

I - 16
mencapai 21 lokasi (61,76%) dan belum kurangnya peran pemerintah daerah terhadap
memenuhi sebagaimana target yang penganan vandalism di masing masing wilayah
ditetapkan sebanyak 34 lokasi (100%) Proses dan sosialisasi terhadap masyarakat terkait
pelelangan yang memerlukan waktu 1 bulan bahaya pelemparan batu masih terbatas. Pada
lebih sehingga proses pelaksanaan pekerjaan Tahun 2016 Capaian indikator kinerja Jumlah
tidak mencukupi untuk dilaksanakan namun gangguan keamanan pada pelayanan jasa
pada Tahun 2016 mengalami peningkatan transportasi kereta api (pelemparan batu)
pencapaian sebesar 100%. Karena Pada Tahun mengalami penurunan mencapai 188,19% dari
2016 telah dilaksanakan kegiatan Pengamanan target yang ditetapkan sebesar 288 kejadian.
atau Penanganan Perlintasan Sebidang di 3 Capaian ini melebihi dari target yang sudah
(tiga) lokasi di wilayah Sumatera Selatan yang ditentukan dan didukung dengan adanya
bertujuan untuk mengamankan operasi kereta pelaksanaan kegiatan antara lain :
api dari kecelakaan dengan lalu lintas angkutan a. Penyidikan dan Evaluasi Tindak Pidana
jalan raya. Perkeretaapian
6. Capaian Indikator Kinerja Jumlah b. Penyuluhan Regulasi Pidana
Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian Perkeretaapian dan Sosialisasi Tata
Pada Tahun 2015, Jumlah Sertifikasi SDM Cara Berlalu Lintas di Perlintasan
Teknis Perkeretaapian mencapai 146,32% Sebidang
sudah melebihi dari target yang ditentukan 8. Capaian Indikator Kinerja Jumlah pedoman
pada tahun 2015 faktor keberhasilan pada standar pelayanan sarana dan prasarana
target yang sudah dicapai tersebut yaitu ada transportasi perkeretaapian
peraturan yang mewajibkan awak sarana KA (penyempurnaan / revisi)
harus dapat tersertifikasi sehingga banyaknya Pada Tahun 2015, Jumlah pedoman standar
peserta yang mengikuti pelatihan sesuai pelayanan sarana dan prasarana transportasi
dengan bidangnya masing-masing namun perkeretaapian (penyempurnaan/revisi)
capaian pada tahun 2016 mengalami Tahun 2015 mencapai 100%. Dalam rangka
penurunan yang tercapai sebanyak 3213 atau mencapai sasaran pada tahun 2015 Ditjen
sebesar 72,23% dari target yang ditetapkan Perkeretaapian melakukan penyusunan
sebesar 4.448 sertifikat. Faktor yang Rancangan Peraturan Menteri di Bidang Lalu
menyebabkan capaian target tidak terpenuhi Lintas Kereta Api dan Rancangan Peraturan
karena keterbatasan waktu untuk Menteri Formulasi Perhitungan Biaya
melaksanakan kegiatan pengujian dan Penggunaan Prasarana Perkeretaapian (TAC)
sertifikasi. dengan Metode Tarif. Pada Tahun 2016, Tidak
7. Capaian Indikator Kinerja Jumlah terdapat target maupun realisasi. Hal ini
gangguan keamanan pada pelayanan jasa disebabkan karena penyempurnaan/revisi
transportasi kereta api (pelemparan batu) telah dilakukan pada tahun 2015 sebanyak 2
Pada Tahun 2015, untuk sasaran Dokumen.
Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan 9. Capaian Indikator Kinerja Jumlah
dalam Penyelenggaraan Transportasi penyederhanaan perijinan di lingkungan
perkeretaapian pada indikator kinerja Jumlah Ditjen Perkeretaapian
gangguan keamanan pada pelayanan jasa Pada Tahun 2015 dan 2016 Jumlah
transportasi kereta api (pelemparan batu) penyederhanaan perijinan di lingkungan Ditjen
mencapai 105,63% jumlah capaian tersebut Perkeretaapian Tmencapai 100%. Dalam
belum sesuai dengan target yang ditentukan rangka mencapai sasaran Ditjen
pada tahun 2015, faktor tersebut karena Perkeretaapian melakukan revisi beberapa

I - 17
Peraturan Menteri Perhubungan khususnya target ini menunjukan sumbangsih dari
mengenai waktu pelaksanaan Perizinan di subsektor perkeretaapian mencapai artinya
bidang perkeretaapian. hal ini dilakukan dalam lebih banyak dari sebagaimana target yang
rangka mempersingkat waktu perizinan dan ditetapkan. Faktor yang menjadi keberhasil
prosedur tahapan perizinan menjadi lebih untuk mencapai target tersebut yaitu.
pendek dan waktu pelaksanaan Dijelaskan bahwa pencapaian yang melebihi
penyederhanaan perizinan ini disusun dan target ini menunjukan sumbangsih dari
dilaksanakan dalam periode kurang lebih subsektor perkeretaapian mencapai 5,008 Juta
1(satu) bulan. ton CO2e artinya lebih banyak dari
10. Capaian Indikator Kinerja Pelaksanaan sebagaimana target yang ditetapkan karena
perawatan dan pengoperasian prasarana jumlah penumpang pada tahun 2016
perkeretaapian milik negara (IMO) meningkat.
Capaian Indikator Kinerja Pelaksanaan 13. Capaian Indikator Kinerja Terbangunnya
perawatan dan pengoperasian prasarana jalur kereta api
perkeretaapian milik negara (IMO) Tahun 2015 Pada Tahun 2015, Terbangunnya jalur
dan 2016 mencapai 100% sudah sesuai dengan kereta api mencapai sepanjang 179,33 Km'sp
yang ditargetkan karena pelaksanaan kegiatan (95,90%) dan belum memenuhi sebagaimana
perawatan dan pengoperasian prasatana target yang ditetapkan sepanjang 186,99
perkeretaapian milik negara berjalan dengan Km'sp (100%) karena ada beberapa kegiatan
lancar. pembangunan jalur yang terdapat
11. Capaian Indikator Kinerja Jumlah hambatan/kendala sedangkan pada tahun
Penumpang KA Public Service Obligation 2016 mengalami penurunan karena capaian
(PSO) Indikator Kinerja Terbangunnya jalur kereta api
Capaian Indikator Kinerja Jumlah sebesar 29,66% dan belum memenuhi
Penumpang KA PSO Tahun 2016 mencapai sebagaimana target yang ditetapkan
98,15% belum sesuai dengan target yang sepanjang 114,59 Km'sp Beberapa kegagalan
ditentukan karena ada beberapa kendala yang yang menyebabkan capaian target tidak
menyebabkan kegagalan capaian target tidak tercapai karena terkendala terkait permasalah
tercapai yaitu sebagai berikut : mengenai pembebasan tau pengadaan lahan.
a. Perubahan frekuensi KA akibat adanya 14. Capaian Indikator Kinerja Jumlah sarana
bencana alam kereta api
b. Ketidaksesuaian jumlah Stamformasi Pada Tahun 2015, Jumlah pengadaan
realisasi dibandingkan dengan sarana kereta api Tahun 2015 mencapai 100%.
Stamformasi kontrak atau Stamformasi Dalam rangka mencapai sasaran pada tahun
realisasi biasanya lebih rendah 2015 Ditjen Perkeretaapian melakukan
dibandingkan dengan Stamformasi kegiatan Pengadaan Pengadaan Kereta
kontrak Inspeksi (Multiyears 2014-2015) - 1 unit,
12. Capaian Indikator Kinerja Jumlah emisi Pengadaan TMC lebar spoor 1435 mm – 1 unit,
gas rumah kaca dari sektor transportasi Pengadaan Lori Inspeksi – 5 unit, Pengadaan
perkeretaapian yang dapat diturunkan Kereta Kedinasan – 1 unit dan Pengadaan
Pada Tahun 2015, Jumlah emisi gas Kereta Inspeksi – 1 unit. Konsultan Pengawas
rumah kaca dari sektor transportasi Pengadaan Kereta. Penyelesaian Pekerjaan
perkeretaapian yang dapat diturunkan Tahun sarana KA tersebut untuk TW1.TW2 dan TW3
2015 mencapai 273% dan Tahun 2016 tidak dapat di bagi jumlah unit tersebut
mencapai 702,31% pencapaian yang melebihi sehubungan kegiatan tersebut bersifat satuan

I - 18
ukuran tahunan. Capaian Indikator Kinerja Batubara Tanjung Enim – Tanjung Api-api.
Jumlah pengadaan sarana kereta api Tahun Target tersebut telah berhasil tercapai dengan
2016 mencapai 100% sudah sesuai dengan adanya Persetujuan Penetapan Trase Jalur
yang ditargetkan karena Pengadaan sarana kereta Api Tanjung Enim – Tanjung Api-api oleh
tahun 2016 tidak mengalami kendala dalam Menteri Perhubungan tanggal 7 November
proses konstruksi atau pengerjaan. 2016 (Triwulan IV).
15. Capaian Indikator Kinerja 17. Capaian Indikator Kinerja Jumlah
Terselenggaranya Proses Kerjasama lintasan/rute angkutan kereta api perintis
Pemerintah Swasta dalam penyediaan menjadi komersial
infrastruktur transportasi perkeretaapian Pada sasaran mewujudkan peningkatan
Pada sasaran Mewujudkan peningkatan aksesbilitas publik terhadap layanan
Kapasitas, Aksesbilitas dan Keterpaduan dalam transportasi kereta api khususnya indikator
penyediaan Sarana dan Prasarana kinerja Jumlah lintasan/rute angkutan kereta
perkeretaapian nasional khususnya indikator api perintis menjadi komersial, untuk target
kinerja Terselenggaranya Proses Kerjasama dan capaian di tahun 2015 tidak ditargetkan
Pemerintah Swasta dalam penyediaan namun pada Tahun 2016 capaian KA perintis
infrastruktur transportasi perkeretaapian, menjadi komersil sebesar 100% dari target
untuk target dan capaian di tahun 2015 tidak yang ditetapkan sebanyak 6
ditargetkan dan tidak terdapat kegiatan untuk trayek/lintasan/rute artinya capaian tersebut
Proses Kerjasama Pemerintah Swasta dalam sudah sesuai dengan target yang ditetapkan.
penyediaan infrastruktur transportasi Angkutan Perintis Perkeretaapian pada tahun
perkeretaapian. hal ini masih dalam proses 2016 dilaksanakan pada 6 lintas dengan tujuan
pembahasan dan akan di tindaklanjuti dengan meningkatkan pelayanan angkutan kereta api
MoU. dan untuk menunjang perkembangan ekonomi
16. Capaian Indikator Kinerja Jumlah masyarakat serta membantu mobilisasi
lintasan/ rute angkutan perintis kereta masyarakat dalam penyediaan jasa layanan
api transportasi kereta api.
Pada Tahun 2015, Jumlah lintasan/ rute 18. Capaian Indikator Kinerja Jumlah wilayah
angkutan perintis kereta api Tahun 2015 perkotaan yang menerapkan sistem
mencapai 100%. Dalam rangka mencapai angkutan massal berbasis kereta api
sasaran pada tahun 2015 Ditjen Pada Tahun 2015, Jumlah wilayah
Perkeretaapian, berdasarkan Keputusan perkotaan yang menerapkan sistem angkutan
Menteri Perhubungan nomor 159 tahun 2015 massal berbasis kereta api Tahun 2015
tentang penetapan lintas pelayanan mencapai 100%. Dalam rangka mencapai pada
perkeretaapian angkutan perintis terealisasi tahun 2015 Ditjen Perkeretaapian, dalam
100% sesuai dengan target lintasan angkutan meningkatkan Peran Kereta Api dalam
kereta api yang ditetapkan sebanyak 3 lintas Penyelenggaraan Angkutan Massal Perkotaan
yaitu: angkutan KA perintis lintas Mojokerto- berbasis Rel maka Pemerintah melakukan
Tarik-Tulangan-Sidoarjo, angkutan perintis KA MoU dan pelaksanaan pekerjaan di 5 lokasi
lintas Purwosari-Sukoharjo-Wonogiri, dan wilayah perkotaan antara lain LRT Jakarta,
angkutan KA perintis lintas Kertapati- Bogor, Depok dan Bekasi (JBDB), LRT Provinsi
Inderalaya. Pada tahun 2016 terdapat 1 target Sumatera Selatan, KA Perkotaan Bandung, KA
yang ditetapkan pada reviu Perjanjian Kinerja Perkotaan Surabaya dan LRT DKI Jakarta.
(PK) 2016 berdasarkan target kinerja pada Dalam rangka mencapai sasaran
Renstra 2015-2019 yaitu Perkeretaapian Meningkatkan peran Kereta Api dalam

I - 19
Penyediaan Angkutan Massal Perkotaan dan indikator kinerja agar berbasis
Berbasis Jalan Rel pada tahun 2016 Ditjen outcome.
Perkeretaapian, berdasarkan Keputusan 3. Keterbatasan anggaran tiap tahun yang
Menteri Perhubungan nomor: KP 215 Tahun masih jauh dari indikasi kebutuhan
2015 tentang Izin Operasi Sarana anggaran yang tercantum dalam
Perkeretaapian Umum PT. KAI Commuter renstra yang berdampak pada
Jabodetabek dan Keputusan Menteri capaian pembangunan infrastruktur
Perhubungan nomor: KP. 434 Tahun 2016 perkeretaapian.
tentang Izin Operasi Sarana Perkeretaapian 4. Keterbatasan anggaran pemerintah dalam
Umum PT. Kereta Api Indonesia (Persero) penyediaan infrastruktur, pemerintah
terealisasi 100% sesuai dengan target lokasi berinisiasi mendorong peningkatan peran
wilayah perkotaan yang menerapkan sistem dan kontribusi badan usaha melalui
angkutan massal berbasis kereta api berbagai skema pendanaan kreatif.
ditetapkan dalam kinerja 2016 sebanyak 5 Pada dokumen tinjau ulang Rencana
lokasi yaitu: Strategis Kementerian Perhubungan Bidang
1. Jabodetabek; Perkeretaapian Tahun 2015 – 2019, disebutkan
2. Yogya – Solo; bahwa tujuan Direktorat Jenderal
3. Bandung; Perkeretaapian adalah :
4. Surabaya; 1. Peningkatan konektivitas dan pelayanan
5. Medan. jaringan transportasi kereta api dengan
Sejalan dengan perkembangan kebijakan sasaran program :
di tingkat nasional, internal Kementerian a. Meningkatnya konektivitas jaringan
Perhubungan dan upaya meningkatkan kinerja perkeretaapian nasional.
di lingkungan Direktorat Jenderal b. Terwujudnya pelayanan transportasi
Perkeretaapian maka dilakukan evaluasi kereta api yang andal, berdaya saing
kembali/tinjau ulang materi dan muatan dan memberikan nilai tambah.
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan 2. Peningkatan keselamatan, keamanan dan
Bidang Perkeretaapian Tahun 2015 – 2019. kinerja pengendalian transportasi kereta
Hal – hal yang mendasari tinjau ulang api dengan sasaran program
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Meningkatnya keselamatan dan
Bidang Perkeretaapian Tahun 2015 – 2019 keamanan transportasi kereta api.
antara lain : 3. Peningkatan kinerja pelayanan tranportasi
1. Terbitnya regulasi tentang percepatan kereta api dengan sasaran program
pembangunan Proyek Strategis Nasional Meningkatnya kinerja pelayanan sarana
yang bertujuan meningkatkan dan prasarana transportasi kereta api.
pertumbuhan ekonomi melalui Pencapaian Sasaran Program (SP) dan
pengembangan infrastruktur proyek – Target Indikator Program (IKP) Direktorat
proyek strategis dan dapat direalisasikan Jenderal Perkeretaapian tahun 2019
dalam kurun waktu singkat. menunjukkan bahwa dari 7 (Tujuh) Target IKP,
2. Dalam rangka peningkatan kualitas yang capaiannya diatas target sebanyak 5
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja (lima) IKP dan IKP yang capaiannya belum
Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan sesuai target yang telah ditetapkan sebanyak 2
Direktorat Jenderal Perkeretaapian perlu (dua) IKP (Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
dilakukan penyempurnaan tujuan, sasaran Perkeretaapian Tahun 2019).

I - 20
Tabel I.19 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Perkeretaapian Tahun 2017 -2019
Sasaran Program Indikator Kinerja Utama (Iku) Satuan 2017 2018 2019
SP1 Meningkatnya KONEKTIVITAS
IK1 Rasio Konektivitas Antar Wilayah Rasio 0,25 0,29 0,31
jaringan perkeretaapian nasional
SP2 Terwujudnya PELAYANAN IK2 Modal share angkutan % Total
5,03 5,35 5,65
transportasi kereta api yang penumpang kereta api nasional
andal, berdaya saing dan IK3 Modal share angkutan barang % Total
0,23 0,25 0,26
memberikan nilai tambah kereta api nasional
Kejadian
IK4 Rasio kejadian kecelakaan
kecelakaan/1
transportasi kereta api (rate of 0,26 0,24 0,15
juta km
accident)
SP3 Meningkatnya tempuh
KESELAMATAN dan KEAMANAN Kejadian
transportasi kereta api IK5 Rasio gangguan keamanan pada gangguan
pelayanan jasa transportasi kereta keamanan/1 6,59 6,89 4,44
api juta km
tempuh
IK6 Prosentase capaian On Time
SP4 Meningkatkan KINERJA Performance (OTP) transportasi % 66,05 76,18 81,31
PELAYANAN sarana dan kereta api
prasarana transportasi kereta api IK7 Prosentase penurunan gas rumah
% 15,32 18,61 29,52
kaca dari subsektor perkeretaapian
Sumber: Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2019

1. Rasio Konektivitas Antar Wilayah sebesar 5,03% atau capaian kinerja sebesar
Realisasi rasio konektivitas antar wilayah 125,87% dari target yang ditetapkan tahun
pada Tahun 2017, 2018 dan 2019 masih 2017 yaitu sebesar 4%. Pada tahun 2018
dibawah target yang ditentukan pada setiap sebesar 5,33%, atau capaian kinerja sebesar
tahunya, pada tahun 2017 sebesar 0,25 atau 102,50% dari target yang ditetapkan tahun
capaian kinerja sebesar 89,29% dari target 2018 yaitu sebesar 5,2%. Tahun 2019 capaian
yang sudah ditetap tahun 2017 sebesar 0,28, modal share angkutan penumpang kereta api
pada tahun 2018 sebesar 0,29 atau capaian sebesar 5,65%, atau capaian kinerja sebesar
kinerja sebesar 93,55% dari target yang 106,60% dari target yang ditetapkan tahun
ditetapkan tahun 2018 yaitu sebesar 0,31 dan 2019 yaitu sebesar 5,3%. Keberhasilan capaian
pada tahun 2019 sebesar 0,31 atau Capaian kinerja didukung dengan adanya
Kinerja sebesar 91,18% dari target yang kebijakan/kegiatan/ kondisi yang mengarah
ditetapkan tahun 2019 yaitu sebesar 0,34. pada shifting moda yaitu :
Artinya capaian tersebut tidak sesuai dengan a. Pembangunan kereta api perkotaan
target yang ditentukan faktor atau kendala termasuk perpanjangan pelayanan
dalam pelaksanaan pembangunan adalah b. Penyediaan tarif angkutan kereta api
proses penertiban lahan yang sulit. yang terjangkau oleh masyarakat
melalui pemberian subsidi berupa
subsidi angkutan perintis
2. Modal Share Angkutan Penumpang 3. Modal Share Angkutan Barang Kereta Api
Realisasi Modal Share angkutan Realisasi modal share angkutan barang
penumpang kereta api pada tahun 2017, 2018 kereta api pada tahun 2017 dan 2018 sudah
dan 2019 sudah melebih target yang melebih target yang ditentukan setiap tahunya
ditentukan setiap tahunnya, pada tahun 2017 pada tahun 2017 sebesar 0,23%, atau capaian

I - 21
kinerja sebesar 113,32% dari target yang a. Perawatan/pemeliharaan prasarana
ditetapkan tahun 2017 yaitu sebesar 0,2 %, perkeretaapian melalui mekanisme
tahun 2018 sebesar 0,25%, atau capaian IMO;
kinerja sebesar 100% dari target yang b. Peningkatan kapasitas dan keandalan
ditetapkan tahun 2018 yaitu sebesar 0,25 %. prasarana perkeretaapian pada lintas
Keberhasilan capaian kinerja didukung dengan utama;
adanya kebijakan peningkatan pelayanan jasa c. Sosialisasi dan kampanye keselamatan
angkutan barang oleh operator melalui perkeretaapian.
penyediaan fasilitas door to door. Selanjutnya 5. Rasio Gangguan Keamanan Pada
ada Tahun 2019 realisasi capaian mengalami Pelayanan Jasa Transportasi Kereta Api
penurunan dari target yang ditentukan yaitu Pada Tahun 2017 realisasi rasio gangguan
sebesar 0,26%, atau capaian kinerja sebesar keamanan pada pelayanan jasa transportasi
89,66% dari target yang ditetapkan tahun 2019 kereta api tahun sebesar 6,59 sedangkan
yaitu sebesar 0,29%. Faktor yang target pada tahun 2018 yaitu sebesar 10,7
menyebabkan tidak tercapainya capaian ratio gangguan keamanan/ 1 juta km atau
kinerja Modal share angkutan barang kereta capaian sebesar 138,41%. Tahun 2018 realisasi
api karena terbatasnya pelayanan angkutan rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa
kereta api terutama konektivitas dengan transportasi kereta api tahun mengalami
simpul transportasi dan outlet produksi penururan sebesar 6,89 sedangkan target pada
sehingga menyebabkan double handling. tahun 2018 yaitu sebesar 6,5 atau capaian
4. Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi sebesar 94,00% karena adanya pelayanan jasa
Kereta Api (Rate of Accident) transportasi kereta api berupa usaha
Capaian indikator kinerja rasio kejadian sabotase/mencelakakan KA, pelemparan dan
kecelakaan transportasi kereta api pada tahun pencurian aset. Selanjutnya pada tahun 2019
2017, 2018 dan 2019 mengalami penurunan realisasi rasio gangguan keamanan pada
dari target yang ditentukan artinya menurunya pelayanan jasa transportasi kereta api tahun
kejadian kecelakaan transportasi KA setiap 2019 sebesar 4,44 Capaian sebesar 131,69%
tahunnya. Pada tahun 2017 telah terjadi 17 kali dari target yang ditetapkan tahun 2019 yaitu
kejadian kecelakaan. Relasisasi rasio kejadian sebesar 6,5 keberhasilan pencapaian didukung
kecelakaan sebesar 0,26 dari target yang adanya pelaksanaan kegiatan antara lain :
ditetapkan yaitu sebesar 0,55 Ratio a. Koordinasi insentif dengan Pemerintah
kecelakaan. Tahun 2018 sebesar 0,24 ratio Daerah dan Kepolisian sepanjang jalur
kecelakaan/1 juta km atau capaian kinerja kereta api untuk pengamanan asset
sebesar 107,69% dari target yang ditetapkan perkeretaapian dan pencegahan
tahun 2018 yaitu sebesar 0,26 ratio pelemparan
kecelakaan/ 1 juta km dan pada tahun 2019 b. Sosialisasi dan pendekatan kepada
sebesar 0,15 kejadian kecelakaan/ 1 juta km masyarakat yang tinggal di sepanjang
tempuh atau capaian kinerja sebesar 142,31% jalur kereta api dan dekat perlintasan
dari target yang ditetapkan tahun 2019 yaitu sebidang
sebesar 0,26. Pencapaian keberhasilan 6. Presentase Capaian On Time Perfomance
melebih target tersebut didukung juga (OTP) Transportasi Kereta Api
pelaksanaan kegiatan yang dapat menunjang Realisasi Presentase capaian On Time
keselamatan transportasi perkeretaapian Performance (OTP) transportasi kereta api
antara lain : tahun 2017 sebesar 66,05%, sedangkan target
sebesar 65% atau capaian sebesar 101,62%.

I - 22
Presentase capaian On Time Performance Guna mendapat saran masukan dari
(OTP) transportasi kereta api tahun 2018 masyarakat dan stakeholder, Direktorat
sebesar 76,90%, sedangkan target sebesar 67% Jenderal Perkeretaapian berusaha menjaring
atau capaian sebesar 114,78%. Realisasi aspirasi. Beberapa masukan yang akan menjadi
Persentase capaian on time performance (OTP) pertimbangan dalam pelayanan
transportasi kereta api tahun 2019 sebesar perkeretaapian diantaranya adalah:
81,31% atau capaian kinerja sebesar 117,84% a. Pengembangan kereta barang yang
dari target yang ditetapkan pada tahun 2019 berfungsi menghubungkan pusat industri
sebesar 69%. Capaian tersebut sudah melebihi dengan pelabuhan.
dari target yang ditentukan. Pencapaian b. Usulan dari masyarakat di berbagai
keberhasilan tersebut didukung dengan wilayah agar difasilitasi dalam
adanya pelaksanaan kegiatan yaitu pembangunan kereta api perkotaan.
perencanaan Grafik Perjalanan Kereta Api c. Perkeretaapian agar diarahkan juga untuk
(GAPEKA) tersusun dengan baik dan efisiensi pengembangan sektor pariwisata guna
waktu yang dilakukan oleh Pengatur mendorong neraca transaksi berjalan
Perjalanan Kereta Api (PPKA). Indonesia di ASEAN pada jasa pendapatan
7. Presentase Penurunan Gas Rumah Kaca yang masih defisit. Salah satu upaya saat
dari Subsektor Perkeretaapian ini adalah Pemerintah Pusat dan Bank
Pada Realisasi presentase penurunan gas Indonesia menyepakati 9 (sembilan)
rumah kaca dari sub sektor perkeretaapian strategi untuk mendorong pariwisata
tahun 2017 sebesar 15,32% (3,817 Juta ton sebagai salah satu sumber pertumbuhan
CO2e), sedangkan target tahun 2018 sebesar ekonomi, dan pengembangan kereta api
6,04% atau capaian sebesar 253,64%. Pada telah masuk di strategi ke-6.
Realisasi presentase pada tahun 2018 sebesar d. Pembangunan perkeretaapian banyak
18,61% (3,9058 Juta ton CO2e) sedangkan bersinggungan dengan lintas sektoral
target tahun 2018 sebesar 18,00% atau terutama terkait dengan perlintasan
capaian sebesar 103,39% dan realisasi sebidang yaitu dengan sektor jalan, maka
persentase penurunan gas rumah kaca dari diperlukan peningkatan koordinasi dan
subsektor perkeretaapian tahun 2019 sebesar kerjasama antar Kementerian/Lembaga.
29,52% (4,287 Juta ton CO2e) atau capaian e. Tuntutan pemenuhan target yang besar
kinerja sebesar 147,60% dari target yang pada subsektor perkeretaapian sebaiknya
ditetapkan sebesar 20% (3,51 Juta ton CO2e). diimbangi dengan jumlah SDM yang
Capaian keberhasilan yang dilakukan dalam sebanding, maka diharapkan SDM di
menganalisa penurunan emisi gas rumah kaca Direktorat Jenderal Perkeretaapian dapat
pada sektor KA adanya peningkatan jumlah bertambah sesuai kebutuhan.
penumpang terangkut melalui moda kereta api f. Agar beban penyelenggaraan
dan Peningkatan jumlah barang terangkut perkeretaapian tidak hanya di pusat saja,
melalui moda kereta api. maka Direktorat Jenderal Perkeretaapian
perlu mendorong pemerintah daerah
1.1.5 Hasil Aspirasi Masyarakat terkait berperan aktif agar mampu berperan
Dukungan terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam penyelenggaraan perkeretaapian.
Publik, Layanan Publik dan Regulasi dalam g. Diharapkan dalam pembangunan
Lingkup Kewenangan Direktorat Jenderal perkeretaapian dapat menghindari
Perkeretaapian munculnya perlintasan sebidang.

I - 23
h. Pesatnya pembangunan perkeretaapian, c. Sarana dan Prasarana
harus mampu mendorong industri lokal. 1) Kebutuhan bagi pengembangan
Maka perlu dibuat kebijakan terkait jaringan KA di pulau-pulau besar.
batasan TKDN. 2) Semakin mendesaknya
i. Skema pemberian PSO yang tepat sasaran. pengembangan jaringan dan layanan
kereta api di kawasan perkotaan.
3) Target pada RIPNas (KM 296 Tahun
1.2 Potensi dan Permasalahan 2020) pada tahun 2030 jalur KA yang
beroperasi adalah 10.524 km.
1.2.1 Isu dan Lingkungan Strategis 4) Target jumlah sarana di RIPNas
Perkembangan isu strategis dapat (KM 296 Tahun 2020), yaitu untuk
diidentifikasi sebagai berikut: 2030 adalah sejumlah 5.314
a. Sumber Daya Manusia lokomotif, 27.949 kereta, 48.364
1) Masih belum terpenuhinya gerbong, 6.229 kereta perkotaan.
kebutuhan kualitas dan kualitas SDM 5) Belum optimalnya keterpaduan
regulator maupun operator antarmoda.
perkeretaapian 6) Kelaikan sarana dan prasarana
2) Target RIPNas (KM 296 Tahun 2020), menjadi hal penting terkait pelayanan
dimana SDM regulator 2.330 orang dan keselamatan.
dan SDM operator 101.440 orang 7) Penanganan perlintasan sebidang
pada tahun 2030). berupa pembangunan jalan layang
3) Belum optimalnya sistem diklat dan maupun underpass dapat terus
sertifikasi SDM di bidang dilakukan guna meningkatkan
perkeretaapian. Isu utamanya adalah keselamatan dan kelancaran lalu
kapasitas lembaga diklat dan lintas di lokasi perlintasan.
sertifikasi. Belum ada upaya strategis 8) Peningkatan prasarana KA
untuk meningkatkan kapasitas merupakan wewenang dari
lembaga diklat serta mendorong pemerintah, adapun peningkatan
asosiasi profesi untuk melakukan sarana KA merupakan wewenang
kegiatan sertifikasi SDM operator sarana. Keandalan sarana
perkeretaapain. dan prasarana menjadi hal penting
4) Penguasaan SDM terhadap teknologi dalam penyelenggaraan KA.
terkini di bidang perkeretaapian Keandalan sarana menjadi tanggung
b. Pendanaan jawab operator sarana. Adapun
1) Total perkiraan investasi untuk keandalan prasarana harus didukung
pengembangan perkeretaapian oleh ketersediaan anggaran
pemerintah.
nasional dari Tahun 2011 s.d Tahun
d. Teknologi dan Informasi
2030 dalam RIPNAS mencapai
1) Perlu adanya pembaruan teknologi
USD 87.132 juta (setara dengan
perkeretaapian terpasang untuk
Rp. 1.306,9 Triliun).
mengikuti perkembangan dan
2) Porsi alokasi APBN di bidang
pemintaan.
perkeretaapian yang masih sangat
2) Pemanfaatan Teknologi Informasi
besar.
dan Komunikasi (TIK) untuk
3) Skema KPBU di bidang
peningkatan keselamatan dan
perkeretaapian masih terbatas
pelayanan perkeretaapian juga belum
(sementara sesuai RIPNas sumber
sepenuhnya optimal.
pembiayaan kreatif lebih dominan).

I - 24
3) Pembaruan teknologi sarana dan tugas dan fungsi sesuai program
prasarana serta pemanfaatan TIK reformasi birokrasi.
dalam pengoperasian kereta api, 2) Penguatan kelembagaan UPT/Balai.
akan menjadi salah satu penentu 3) Kelembagaan dalam kerangka
daya saing dan kualitas layanan moda penyelenggaraan perkeretaapian
kereta api di masa datang. Informasi secara lebih luas perlu
yang tepat dan akurat, serta sarana ditransformasikan dan diperkuat.
dan prasarana berteknologi tinggi Pemisahan penyelengaraan sarana
akan memberikan impresi yang baik dengan penyelengaraan prasarana di
akan kondisi perkeretaapian nasional jalur eksisting belum sepenuhnya
yang sudah bertransformasi lebih dilakukan, tranformasi kelembagaan
modern, efisien, dan ramah operator sesuai amanat UU No. 23
lingkungan. Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
4) Antisipasi terhadap penerapan perlu segera dituntaskan, karena
teknologi perkeretaapian terbaru. selain menghambat terciptanya
5) Teknologi alternatif pengganti rel gigi multioperator, juga mempengaruhi
pada jalur pegunungan atau pada akuntabilitas pembiayaan PSO,
jalur dengan gradien tinggi. Perintis dan IMO serta pendapatan
e. Regulasi dan Kebijakan negara berupa PNBP TAC.
1) Perlunya penguatan struktur dan 4) Peningkatan peran lembaga non
relevansi regulasi di bidang pemerintah dalam bidang
perkeretaapian. Dimana Proses perkeretaapian. Peran lembaga
reformasi regulasi dengan pendidikan, asosiasi profesi,
memperkuat struktur dan perguruan tinggi, dan
melengkapi kebutuhan regulasi di lembaga/instansi terkait lainnya
bidang perkeretaapian akan tetap dalam penyelenggaraan
menjadi isu penting dalam 5 (lima) perkeretaapian sebagaimana
tahun ke depan, khususnya dalam diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun
menfasilitasi pembagian peran antara 2007 tentang Perkeretaapian juga
Pemerintah Pusat, BUMN, perlu dibangunkan kerangka
Pemerintah Daerah, dan Swasta kelembagaannya.
(termasuk lembaga terkait lainnya) 5) Pemerintah perlu mengalihkan tugas
dalam mendorong investasi dan penyelenggaraan prasarana
penciptaan multioperator yang sehat. perkeretaapian kepada suatu badan
2) Kebutuhan terhadap standarisasi penyelenggara. Perawatan prasarana
teknis terhadap pengaplikasian kereta api yang selama ini
teknologi terbaru perkeretaapian. dilaksanakan secara bersama-sama
3) Peningkatan pengendalian bagi oleh Kementerian Perhubungan dan
efektivitasi pelaksanaan regulasi dan Pelaksana Penyelenggara Prasarana
kebijakan di lapangan. Perkeretaapian Umum perlu
dilakukan oleh suatu badan usaha
f. Kelembagaan penyelenggara tersendiri.
1) Penguatan kelembagaan Ditjen g. Manajemen Implementasi
Perkeretaapian bagi pelaksanaan

I - 25
1) Cukup banyaknya hambatan Tren perubahan teknologi yang didominasi
pengadaan lahan dalam oleh teknologi informasi dan komunikasi
pengembangan jaringan. bioteknologi dan rekayasa genetik,
wearable devices, energi terbarukan,
2) Koordinasi antar institusi yang belum
otomatisasi dan artificial technology.
optimal dalam pengembangan 4. Perubahan Iklim
jaringan, layanan, dan industri KA. Tantangan pemanasan global semakin
3) Sinkronisasi perencanaan antar besar (kejadian ekstrim dan perubahan
Kementerian/Lembaga dengan iklim jangka panjang suhu global
Pemerintah Daerah. meningkat 3-3,5% tanpa adanya usaha
h. Kinerja dan dampak pelayanan penurunan emisi).
5. Perubahan Geopolitik
1) Optimalisasi utilisasi jaringan
Peningkatan peranan Cina, serta
perkeretaapian. meningkatnya kelas baru dan kelompok
2) Manajemen GAPEKA sesuai prinsip penentu.
muti operator. 6. Keuangan Internasional
3) Peningkatan modal share angkutan Dominasi mata uang bergeser dari dolar AS
barang dan angkutan orang dengan menjadi multi currency. Aset keuangan
kereta api. emerging economies diperkirakan
melebihi negara maju.
4) Peningkatan kinerja pelayanan
7. Perdagangan Internasional
angkutan kereta api perintis dan PSO. Perdagangan global tumbuh 3,4% per
5) Optimalisasi dampak perkeretaapian tahun. Negara berkembang menjadi poros
terhadap ekonomi, sosial dan perdagangan dan investasi dunia dengan
lingkungan. pertumbuhan 6% per tahun.
8. Peranan Emerging Economies
Output negara berkembang 71% dari total
1.2.2 Perkembangan Lingkungan Strategis dunia dan Asia sebagai pendorong utama
sebesar 54%.
1.2.2.1 Perkembangan Lingkungan Strategis
9. Urbanisasi Dunia
Global Penduduk dunia yang tinggal di perkotaan
Perlu untuk memperhatikan mencapai 66% dengan pertambahan 95%
perkembangan lingkungan strategis global pertambahan terjadi di emerging
yang berpengaruh terhadap pembangunan economics
Indonesia pada umumnya dan pembangunan 10. Demografi Global
transportasi pada khususnya. Perkembangan Lonjakan jumlah penduduk dunia menjadi
9,45 miliar orang dan asia berkontribusi
lingkungan strategis global yang dijabarkan
sebesar 55% dari total penduduk,
oleh Bappenas melalui Visi Indonesia 2045 mendorong urbanisasi, arus migrasi dan
adalah: penduduk usia lanjut.
1. Ekonomi Kelas Menengah
Jumlah middle upper class lebih dari 84%
(8,1 miliar orang) yang didominasi oleh 1.2.2.2 Perkembangan Lingkungan Strategis
Asia dan Amerika Latin. Nasional
2. Persaingan sumber daya alam Beberapa perkembangan lingkungan
Peningkatan peranan ekonomi Asia dan strategis yang mempengaruhi dalam
penduduk di Afrika mendorong persaingan pengembangan transportasi perkeretaapian
merebutkan SDA. Technological tahun 2020-2024 adalah:
advancement meningkatkan efisiensi
1. Sosial
eksploitasi SDA.
3. Teknologi a. Jumlah dan pertumbuhan penduduk
Indonesia yang sangat besar,

I - 26
diperkirakan mencapai 318,7 juta 3. Ekonomi
orang di tahun 2045. a. Transformasi perekonomian dunia
b. Diperkirakan pada tahun 2045 jumlah terus berlanjut, pergeseran dari
penduduk yang tinggal di perkotaan pertanian ke industri manufaktur dan
mencapai 69,1%. terus bergeser ke industri informasi.
c. Sebagian besar (59%) tinggal di Jawa b. Transformasi perekonomian global
(terutama wilayah perkotaan), yang berikutnya adalah adanya
diperkirakan pada tahun 2045 masih pergeseran perekonomian dunia
sekitar 55% penduduk Indonesia (global shifting) ke Asia. Asian
tinggal di Jawa dan Bali, dengan tingkat Development Bank membuat
kepadatan penduduk 1.303 jiwa/km2. proyeksi atas skema peralihan
d. Kesenjangan antar golongan ekonomi perekonomian dunia ke Asia, dimana
(gini rasio yang masih lebar), dimana pada tahun 2050 perekonomian Asia
diperkirakan gini ratio akan meningkat diproyeksikan akan bangkit mencapai
mendekati 0,44 di tahun 2045. 52% dari perekonomian dunia dan
e. Masih kurangnya dukungan Indonesia bersama 6 (enam) Negara
masyarakat bagi peningkatan Asia lainnya (China, India, Singapura,
pelayanan, keselamatan, dan Thailand, Korea, dan Jepang) akan
keamanan operasi kereta api. menyumbang sekitar 91% dari
2. Teknologi perekonomian Asia pada tahun 2010-
a. Perkembangan teknologi informasi 2050.
dan komunikasi mendorong adanya c. Peran perkeretaapian nasional
perubahan permintaan perjalanan dibutuhkan dalam mengantisipasi
moda kereta api. globalisasi ekonomi dunia dan
b. Perlunya peningkatan penguasaan mendukung daya saing ekonomi
teknologi perkeretaapian dalam negeri nasional. Transportasi perkeretaapian
untuk mengurangi ketergantungan. akan memegang peran penting
c. Perkembangan teknologi terbaru di dimana konektivitas transportasi
bidang perkeretaapian yang perlu nasional yang efisien melalui skala
diantisipasi. ekonomi yang lebih besar akan
d. Negara harus mampu memanfaatkan membutuhkan jaringan angkutan
teknologi informasi dan menguasai massal yang berkapasitas dan
perkembangan iptek untuk berkecepatan tinggi, dan ini hanya
menyediakan layanan yang mampu dilakukan oleh moda kereta
berkualitas, efisien, cepat dan akurat api (di daratan) dan moda laut (antar
akan memenangkan persaingan. pulau). Kualitas dan konektivitas
Dimana hal ini juga berlaku di bidang jaringan kereta api akan menjadi
sektor transportasi, yaitu penentu utama kemampuan Indonesia
pemanfaatan teknologi yang ekstensif untuk memenangkan perebutan
di dalam sistem prasarana maupun sumber daya ekonomi yang semakin
sarana akan mampu menghasilkan langka ke depan.
layanan yang tidak hanya cepat, tetapi d. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
juga murah, aman, dan selamat. sampai dengan tahun 2045
diperkirakan sekitar 5,1% - 6,4%,

I - 27
dengan pertumbuhan industri 5,2%- a. Peningkatan akuntabilitas publik
7,8% per tahun. terhadap penyelenggaraan
e. Perluasan jaringan prasarana dan perkeretaapian.
jaringan pelayanan dalam mengurangi b. Perencanaan pembangunan di bidang
kesenjangan ekonomi antar wilayah. transportasi perlu mendorong
f. Jalur KA di Sumatera Barat masuk ke terciptanya kesetaraan gender
dalam salah satu Warisan Budaya sehingga aspirasi, kebutuhan dan
Dunia dari UNESCO. kepentingan umum dalam bidang
4. Lingkungan transportasi dapat terakomodir
a. Isu perubahan iklim dan bencana alam dengan baik. Partisipasi masyarakat
yang mempengaruhi layanan yang menjadi salah satu landasan
perkeretaapian. dalam penyusunan RPJMN bidang
b. Pertimbangan dampak lingkungan transportasi harus mencerminkan
yang sering menghambat upaya kesetaraan gender dalam forum-
pengembangan jaringan forum perencanaan baik di tingkat
perkeretaapian. daerah maupun nasional. Kesetaraan
5. Politik gender juga harus dicerminkan
a. Faktor stabilitas politik dan hukum melalui penyusunan kebijakan-
merupakan salah satu pertimbangan kebijakan yang responsive gender
penting dalam manajemen suatu yang memperhatikan kesetaraan
negara. Terjaganya stabilitas politik gender.
dan hukum akan memungkinkan c. Penyediaan layanan dan sarana
pengembangan sistem transportasi transportasi yang berperspektif
yang optimal dalam melayani gender juga berarti
masyarakat. Faktor dalam dimensi mempertimbangkan dan
politik yang perlu dianalisis yaitu mengakomodir permasalahan orang-
stabilitas politik, sistem pemerintah orang atau kelompok masyarakat
dalam pengembangan infrastruktur yang berkebutuhan khusus.
transportasi, pengembangan Termasuk dalam hal ini adalah
peraturan normatif yang mendukung kebijakan perlindungan dan layanan
keterbukaan dan good governance transportasi bagi lansia, penyandang
terutama dalam bidang transportasi. disabilitas, wanita hamil dan balita.
b. Tuntutan daerah/publik bagi Penyediaan layanan dan sarana
perluasan jaringan perkeretaapian. tersebut mempertimbangkan
c. Kinerja layanan perkeretaapian beberapa aspek yaitu aspek
sebagai komoditas politik. aksesibilitas, kenyamanan,
6. Legal keselamatan, keamanan dan
a. Transformasi regulasi di sektor keterjangkauan. Aspek keamanan
transportasi menuju sistem yang sering menjadi persoalan bagi wanita,
modern dan terbuka. anak-anak, lansia bahkan
b. Dampak berbagai regulasi di luar penyandang disabilitas. Layanan dan
sektor perkeretaapian (moda lain, sarana transportasi semestinya dapat
tata ruang, industri, perdagangan, diakses secara aman oleh mereka
pariwisata, energi dan lingkungan). termasuk aman dari segala tindak
7. Etika kriminalitas dan kekerasan seksual.

I - 28
d. Pemberian subsidi (PSO dan Perintis) Wilayah perbatasan memiliki arti yang
bagi layanan angkutan penting baik secara ekonomi, geopolitik
perkeretaapian di daerah terpencil, dan pertahanan keamanan. Masalah
tertinggal, terluar, perkotaan bagi utama yang menonjol adalah masalah
golongan ekonomi kelas menengah kesejahteraan yang belum sepenuhnya
ke bawah. dapat dirasakan masyarakat di wilayah
tersebut, hal itu disebabkan permasalahan
1.2.2.3 Pembangunan Perkeretaapian di transportasi yang terdapat di daerah
Wilayah Perbatasan dan Daerah Tertinggal, terpencil, tertinggal dan perbatasan antara
Ibu Kota Negara Baru dan Dampak Pendemi lain adalah minimnya fasilitas transportasi
Covid-19 dan ketersediaan yang belum merata serta
1) Pembangunan Perkeretaapian di Wilayah belum menjangkau sepenuhnya daerah-
Perbatasan dan Daerah Tertinggal. daerah terpencil sehingga akses ekonomi
Pengalaman pemerintah dalam dan mobilitas masyarakat miskin menjadi
mengelola wilayah perbatasan sangat terhambat, sehingga mengakibatkan
tergantung kepada situasi dan potensi kesenjangan ekonomi. Selain itu
wilayah. Keterbatasan dana, perhatian transportasi di daerah terpencil seringkali
kepada pertumbuhan nasional sebagai mengabaikan prinsip-prinsip angkutan
tolok ukur dan koordinasi vertikal dan yang berkeselamatan dan mengabaikan
horizontal memberikan dampak aspek kelayakan. Sebagai contoh wanita,
penanganan yang tidak menyeluruh dalam lansia, anak-anak dan penyandang
setiap langkah pengelolaan wilayah disabilitas seringkali mengalami kesulitan
perbatasan. Penanganan wilayah dalam mengakses sarana transportasi
perbatasan seringkali ditangani melalui umum. Transportasi di daerah terpencil
diplomasi dan koordinasi di tingkat pusat, juga terbilang mahal karena tidak ada
pemerintah daerah kurang dilibatkan. konektivitas dan ketersediaan sarana yang
Kesejahteraan masyarakat di wilayah memadai dan terjangkau. Untuk
perbatasan antar negara jarang mendapat mengatasi kondisi ini kebijakan yang dapat
perhatian, bahkan seringkali masyarakat di dikembangkan adalah:
wilayah perbatasan diuntungkan dari 1) Membangun jalur kereta api dengan
tujuan untuk membuka sentra-sentra
hubungan mereka dengan masyarakat di
ekonomi dan membuka daerah-
negara tetangga. daerah yang masih tertinggal atau
Kesenjangan sarana dan prasarana terisolir dengan harapan akan mampu
wilayah perbatasan adalah pemicu meningkatkan ekonomi dan
orientasi perekonomian masyarakat, kesejahteraan masyarakat.
seperti di Kalimantan, akses keluar (ke 2) Pengembangan Jalur KA yang dapat
Malaysia) lebih mudah dibandingkan ke dimanfaatkan untuk pertahanan
negara dalam menghadapi ancaman
ibukota kecamatan/kabupaten di wilayah
militer maupun non militer, yaitu
Kalimantan. Selain itu tidak tercipta digunakan sebagai sarana untuk
keterkaitan antar kluster sosial ekonomi mobilisasi alutsista ke perbatasan,
baik klaster penduduk setempat maupun mobilisasi pasukan ke perbatasan,
klaster binaan pengelolaan sumber daya pendistribusian logistik untuk pasukan
alam di kawasan, baik keterkaitan ke TNI serta dan sarana untuk
dalam maupun dengan klaster meningkatkan efek deterent.
pertumbuhan di negara tetangga.

I - 29
3) Pengembangan sarana dan prasarana Pemerintah Daerah
kereta api yang mempertimbangkan (Provinsi/Kabupaten/Kota).
semua prinsip dan aspek, antara lain Wilayah-wilayah perbatasan dan
aspek teknis, keamanan, keselamatan, wilayah tertinggal yang perlu untuk
aspek gender serta akses bagi dikembangkan moda perkeretaapian
penyandang disabilitas. berdasarkan rencana Pembangunan
4) Pengembangan sarana dan prasarana /lanjutan/penyelesaian jalur KA selama
kereta api yang mempertimbangkan perioda 2020-2024 antara lain adalah:
kondisi alam seperti topografi yang 1) Rencana pembangunan/lanjutan
curam, kondisi daya dukung tanah /penyelesaian jalur KA selama periode
yang buruk, daerah yang memiliki 2020-2024 yang akan melayani daerah
peruntukan sebagai daerah yang tertinggal diantaranya kegiatan
dilindungi, wilayah perbatasan yang Peningkatan / Pembangunan Jalur
rawan terhadap ancaman keamanan. Ganda Merak-Rangkasbitung,
Skema pengoperasian layanan kereta api Reaktivasi Rangkasbitung –
untuk wilayah perbatasan dan wilayah Pandeglang – Saketi – Menes –
tertinggal adalah dapat dengan pemberian Labuan, Saketi-Bayah: Jalur KA
subsidi bagi layanan angkutan melewati daerah tertinggal
perkeretaapian di daerah terpencil, Pandeglang dan Lebak (Banten);
tertinggal, terluar tersebut. Dengan 2) Wilayah perbatasan Republik
pemberian subsidi, diharapkan dapat Indonesia - Malaysia (Mendukung
melayani masyarakat di daerah terpencil, pertahanan negara dan peningkatan
tertinggal, terluar sehingga dapat kesejahteraan);
membantu perekonomian masyarakat. 3) Usulan pengembangan jalur KA pada
Upaya pembangunan infrastruktur Wilayah tertinggal yang belum ada
dan pengembangan sektor ekonomi jalur KA dengan tujuan untuk
potensial juga memerlukan adanya membuka sentra-sentra ekonomi dan
keselarasan dengan Rencana Tata Ruang membuka daerah-daerah yang masih
Wilayah (RTRW), dan peningkatan peran tertinggal atau terisolir dengan
proaktif dari Pemerintah Daerah harapan akan mampu meningkatkan
(Provinsi/Kabupaten/Kota) untuk ekonomi dan kesejahteraan
memperbaiki infrastruktur di daerah. masyarakat.
Dengan percepatan pembangunan 2) Ibu Kota Negara Baru
infrastruktur di daerah tertinggal, maka Pemerintah berencana melakukan
akan mendukung tumbuhnya sektor- pemindahan ibu kota dari Jakarta ke
sektor ekonomi potensial. Peran Kalimantan Timur. Pemindahan ibu kota ini
Pemerintah Daerah adalah dengan tertuang dalam Rencana Pembangunan
menyusun Rencana Induk Pekeretaapian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
Daerah, dengan memasukkan rencana dari 2020-2024. Rencana pembangunan Ibu
jalur-jalur KA wilayah perbatasan dan Kota baru akan menggunakan pendekatan-
wilayah tertinggal dalam Rencana Induk pendekatan sistem kota cerdas (Smart
Perkeretaapian Daerah. Selain itu adalah City).
dengan menetapkan arah kebijakan untuk Hal – hal yang perlu menjadi
pengembangan sistem perkeretaapian pertimbangan dalam perencanaan
khususnya untuk kereta api di wilayah
pembangunan Ibukota Negara baru
perbatasan dan wilayah tertinggal,
penetapan ijin penyelenggaraan diantaranya :
perkeretaapian khususnya untuk kereta 1) Menyesuaikan desain kota dengan
api di wilayah perbatasan dan wilayah kondisi alam dan meningkatkan nilai
tertinggal dan pemberian pembinaan bagi ekologi dalam IKN

I - 30
2) Menjadi pelopor pendekatan ekonomi 1) Terwujudnya konektivitas (hub)
sirkuler di dunia terkait air, makanan, intermodal.
konstruksi dan energi. 2) Perencanaan (pembangunan
infrastruktur transportasi) mengikuti
3) Kota yang berlandaskan Bhinneka
master plan IKN.
Tunggal Ika dimana menjadi referensi 3) Transportasi berbasis digital.
pembangunan inklusif untuk 4) Kendaraan ramah lingkungan.
masyarakat baru maupun yang telah Dukungan Perkeretaapian terhadap
ada. rencana pemindahan Ibukota Negara pada
4) Menjadi kota yang aman, terbuka dan periode 2020-2024 adalah:
ramah. 1) Pembangunan Jalur KA Kutai Barat -
Paser – Balikpapan.
5) Kota yang terhubung dengan
2) Pembangunan Jalur KA Trans
wilayahnya, Indonesia dan dunia. Jalan Kalimantan (Balikpapan - Samarinda).
yang berorientasi pada penduduk dan 3) Pengembangan Angkutan Umum
kemudahan akses ke lokasi kehidupan, Massal Perkotaaan berbasis rel di Ibu
pekerjaan dan wisata. Kota Negara.
6) Infrastruktur kota yang didukung 3) Dampak Pandemi Covid-19
teknologi digital menjadikan IKN Pandemi Coronavirus Disease 2019
sebagai kota pintar. (Covid-19) berdampak kepada semua
sektor usaha di Indonesia. Sektor
7) Kota yang rendah emisi karbon
pariwisata, industri, perdagangan,
sehingga mengurangi jejak karbon kesehatan dan transportasi yang
hingga nol. berpengaruh terhadap perekonomian di
8) Peluang ekonomi yang kuat untuk Indonesia. Kementerian Keuangan
semua dengan terbentuknya mengungkapkan pendapatan negara dan
ekosistem perekonomian yang hidup hibah pada akhir Triwulan I 2020 telah
mencapai Rp375,95 triliun. Capaian
dan sejahtera.
pendapatan negara tersebut tumbuh
Kementerian Perhubungan akan 7,75% jauh lebih baik dibandingkan
mendukung sektor transportasi Ibu Kota pertumbuhan di bulan Februari lalu
Negara Baru dengan menyiapkan konsep sebesar minus 0,5%. Kementerian
Smart City, Smart Mobility untuk Keuangan menyampaikan Realisasi Belanja
melakukan pengembangan sektor Pemerintah Pusat sampai dengan Maret
transportasi di Ibu Kota Baru. Transportasi 2020 tumbuh sebesar 6,58% dari tahun
massal menjadi angkutan utama yang sebelumnya. Karena adanya Covid-19 dan
digunakan oleh masyarakat di ibu kota adanya prioritas yang lebih ditunjukan
baru yaitu kereta api. kepada kesehatan, bantuan sosial, dan
Kementerian Perhubungan akan pemulihan ekonomi diperkirakan belanja
melakukan pengembangan transportasi modal akan mengalami keterlambatan.
multimoda dan konektivitas antar wilayah. Pemerintah sudah mengeluarkan
Pada sektor Perumahan dan Jalan yaitu beberapa kebijakan yang bertujuan untuk
Penyediaan aksesibilitas perumahan dan meminimalisir dampak Covid-19 di
permukiman yang memadai dan aman. antaranya:
Pada sektor TIK yaitu mendukung 1) Presiden memerintahkan seluruh
penerapan sistem transportasi dan sistem menteri, gubernur dan wali kota
komunikasi yang terintegrasi. Kemudian memangkas rencana belanja yang
pada sektor Energi yaitu pengembangan bukan belanja prioritas dalam APBN
transportasi hijau dan ramah lingkungan. dan APBD.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan- 2) Pemerintah pusat dan pemerintah
kegiatan yang dilakukan di 4 (empat) daerah untuk melakukan realokasi
sektor tersebut yaitu:

I - 31
anggaran untuk lebih mempercepat Saat ini berkurangnya aktivitas
pengentasan dampak corona dari sisi masyarakat dan dengan adanya kebijakan
kesehatan dan ekonomi. pemerintah berdampak pada menurunnya
3) Pemerintah pusat dan pemerintah volume penumpang pada bidang
daerah menjamin ketersediaan perkeretaapian. Jumlah penumpang
kebutuhan pokok dengan menjaga kereta api menunjukkan penurunan
daya beli masyarakat khususnya signifikan selama pandemi COVID-19 pada
masyarakat lapisan bawah. bulan Maret 2020, dimana jumlah
4) Meningkatkan program padat karya. penumpang Jabodetabek turun 27,59%,
5) OJK (Otoritas Jasa Keuangan) penumpang Jawa non-Jabodetabek
memberikan penurunan bunga dan 27,45%, dan penumpang Sumatera turun
penundaan cicilan selama setahun 21,19%. Menurut data Statistik jumlah
untuk perbankan dan industri penumpang pada Januari – April 2020
keuangan non bank. sebesar:

Tabel I.20 Data Statistik Jumlah Penumpang Januari – April 2020


Dalam ribu orang
Wilayah Januari Febuari Maret April
Jabodetabek 26.733 25.616 18.548 5.138
Non Jabodetabek (Jawa) 6.743 6.066 4.401 667
Jawa (Jabodetabek +
33.476 31.682 22.949 5.805
Non Jabodetabek)
Sumatera 658 604 476 85
Total 34.134 32.286 23.425 5.890
Sumber: Badan Pusat Stastistik 2020

Sementara itu volume angkutan akan berhasil tanpa pembatasan kegiatan-


barang masih relatif stabil karena kebijakan kegiatan dengan konsentrasi massa yang
pemerintah terkait mobilitas logistik di berpotensi meningkatkan mobilitas massa.
Indonesia masih tetap harus berjalan.
1.2.2.4 Kondisi Yang Perlu Diperhatikan
Angkutan barang atau Kargo mengalami
kenaikan 7,1%. Untuk meningkatkan peran dan
Kementerian Perhubungan menghadapi tantangan masa depan baik
membatalkan program kereta api yaitu internal maupun eksternal yang sangat
pengangkutan motor gratis. Program ini rutin dinamis, Direktorat Jenderal Perkeretaapian
dilakukan ketika lebaran. Tahun lalu dituntut mampu beradaptasi dan berinovasi
Kementerian Perhubungan telah menyediakan memberikan pelayanan terbaik kepada
jasa angkut motor gratis dengan menggunakan masyarakat. Maka dari itu, Direktorat Jenderal
kereta api sebanyak 18.096 unit untuk di Pulau
Perkeretaapian harus mengidentifikasi potensi
Jawa. Namun dikarenakan pendemi COVID-19
program ini dibatalkan. Secara garis besar, dan permasalahan sebagai acuan membuat
kebijakan transportasi dalam masa pandemi strategi sebagaimana tugas dan fungsi dalam
COVID-19 di Indonesia harus melakukan menyelenggarakan perumusan dan
efektivitas pembatasan sosial dan kepastian pelaksanaan kebijakan di bidang
kelangsungan distribusi barang-barang perkeretaapian.
terutama kebutuhan pokok. Kebijakan Potensi dan permasalahan yang
transportasi merupakan bagian dari strategi
dihadapi oleh Direktorat Jenderal
nasional dalam menghadapi pendemi
COVID-19 dan harus bersinergi dengan sektor Perkeretaapian pada periode 2020-2024 dapat
lain. Kebijakan transportasi penumpang tidak

I - 32
dibagi 3 (tiga) sesuai fungsi Direktorat Jenderal 2) Sistem diklat dan sertifikasi yang
Perkeretaapian yaitu: masih belum optimal dalam
1. Konektivitas menghasilkan jumlah sertifikat
a. Potensi SDM perkeretaapian.
1) Sudah tersedia RIPNas yang 3) Perlu adanya pembaharuan dan
disusun melalui proses pengembangan teknologi (baik
perencanaan partisipatif. teknologi terpasang maupun
2) Sudah tersedia industri pendukung teknologi perkeretaapian terbaru).
perkeretaapian.
3) Dukungan dan perhatian publik 3. Pelayanan
secara politis cukup besar. a. Potensi
4) Potensi sumber pembiayaan dari 1) Keunggulan moda kereta api
swasta dan sumber lainnya yang dibandingkan moda transportasi
cukup terbuka. lainnya (daya angkut besar, hemat
5) Berbagai agenda pembangunan energi, tingkat pelayanan yang
nasional (koridor ekonomi, sistem lebih kompetitif).
logistik nasional, reformasi 2) Perkembangan teknologi yang
birokrasi, otonomi daerah) akan potensial diterapkan untuk
sangat mempengaruhi peningkatan kapasitas, integrasi,
pengambilan kebijakan dalam efisiensi, dan kualitas layanan.
penyelenggaraan sub sektor 3) Jaringan jalur KA eksisting di Pulau
perkeretaapian; Jawa dan Sumatera yang sudah
b. Permasalahan beroperasi.
1) Ketergantungan pembiayaan 4) Potensi pertumbuhan penduduk
pembangunan yang bersumber dari yang dapat menjadi target bagi
APBN. moda kereta api.
2) Kurangnya integrasi antar jaringan 5) Terjadinya peralihan moda yang
transportasi. diakibatkan tingkat kemacetan di
3)Hambatan pengadaan lahan yang jalan raya wilayah perkotaan,
menyebabkan terhambatnya penyediaan tarif angkutan KA yang
pembangunan prasarana terjangkau oleh masyarakat
perkeretaapian. melalui pemberian subsidi
angkutan perintis dan PSO untuk
2. Keselamatan angkutan penumpang perkotaan,
a. Potensi jarak menengah dan jarak jauh.
1) Adanya proses transformasi b. Permasalahan
regulasi di sektor transportasi. 1) Belum ada konvergensi kebijakan,
2) Perkembangan teknologi yang perencanaan, dan koordinasi
potensial diterapkan untuk pelaksanaan penyelenggaraan
peningkatan keselamatan. transportasi perkeretaapian.
b. Permasalahan 2) Belum optimalnya pemanfaatan
1) Terbatasnya kuantitas dan sistem database dan sistem
kualitas SDM regulator dan informasi.
operator perkeretaapian. 3) Kelembagaan penyelenggara
perkeretaapian belum optimal

I - 33
(penyelenggara prasarana dan 8) Isu dampak lintas sektoral non-
sarana). ekonomi (gender, pertahanan dan
4) Kinerja dan dampak pelayanan keamanan, energi dan lingkungan)
transportasi perkeretaapian akan semakin relevan untuk
(keamanan, keselamatan, diperhatikan dalam kebijakan
kecepatan / kemacetan, modal penyelenggaran sub sektor
share, dampak sosial ekonomi- perkeretaapian, di mana dengan
lingkungan) yang belum sesuai makin terbatasnya sumber energi
standar atau target. berbasis fosil serta daya dukung
5) Manfaat pelayanan belum optimal lingkungan yang terus memburuk,
(konektivitas, aksesibilitas, dan meningkatnya tensi ekonomi
kapasitas). dan sosial mengharuskan adanya
6)Persaingan antarmoda yang kurang efisiensi penggunaan sumber daya
sehat. serta efektivitas kebijakan dalam
7) Isu kesenjangan ekonomi dan penyelenggaraan transportasi
penyebaran penduduk akan tetap kereta api.
menjadi problem laten nasional, 9)Penurunan angkutan orang yang
dimana (I)indeks-gini (kesenjangan disebabkan karena kebijakan
kaya miskin) tetap besar, pembatasan pergerakan
(II) paradox Jawa dengan Luar Jawa masyarakat, pembatasan jumlah
masih akan menjadi situasi yang penumpang kereta api terkait
perlu secara khusus diperhatikan, physical distancing sebagai dampak
serta (III) sebagian besar penduduk penanggulangan pandemi
Indonesia akan tinggal di wilayah Covid-19.
perkotaan akibat semakin
sempitnya kesempatan ekonomi di
kawasan perdesaan.

I - 34
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

Injak usia 100 tahun Indonesia merdeka, 3. Pembangunan yang Merata dan
pemerintah meluncurkan Visi Indonesia 2045 Berkeadilan
yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, 4. Mencapai Lingkungan Hidup yang
maju, adil dan makmur. Untuk mewujudkan Berkelanjutan
visi tersebut transformasi ekonomi dimulai 5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan
pada tahun 2020-2024 untuk memberikan Kepribadian Bangsa
landasan kokoh menuju Indonesia maju pada 6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas
2045 dengan Pendapatan Domestik Bruto Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya
(PDB) ke – 5 tebesar di dunia. Menyongsong 7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan
hal tersebut, ditargetkan pada tahun 2020 Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Indonesia menjadi negara Upper-middle Warga
income dan tahun 2036 keluar dari Middle 8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih,
Income Trap. Efektif, dan Terpercaya
Arahan RPJP Nasional 2005-2025 untuk 9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam
RPJMN 2020 – 2024 adalah mewujudkan Kerangka Negara Kesatuan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil
dan makmur melalui percepatan 2.1.1. Arahan Presiden
pembangunan di berbagai bidang dengan Presiden menetapkan 5 (lima) arahan
menekankan terbangunnya struktur utama sebagai strategi dalam
perekonomian yang kokoh berlandaskan melaksanakan misi Nawacita dan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah pencapaian Visi Indonesia 2045 yaitu:
yang didukung oleh sumberdaya manusia yang 1. Pembangunan Sumber Daya
berkualitas dan berdaya saing. Manusia (SDM)
Membangun SDM pekerja
2.1. Presiden Republik Indonesia keras yang dinamis, produktif,
Visi Misi Presiden 2020 – 2024 disusun termapil, menguasai ilmu
berdasarkan arahan RPJPN 2020-2024. RPJMN pengetahuan dan teknologi didukung
2020-2024 dilaksanakan pada periode dengan kerjasama dan talenta global.
kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan 2. Pembangunan Infrastruktur
Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin dengan Visi : Melanjutkan pembangunan
“Terwujudnya Indonesia Maju yang infrastruktur untuk menghubungkan
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian kawasan produksi dengan kawasan
Berlandaskan Gotong Royong” distribusi, mempermudah akses ke
Visi tersebut diwujudkan melalui 9 (Sembilan) kawasan wisata, mendongkrak
Misi yang dikenal sebagai Nawacita kedua lapangan kerja baru, dan
yaitu : mempercepat peningkatan nilai
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia tambah perekonomian rakyat.
2. Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri, 3. Penyederhanaan Regulasi
dan Berdaya Saing Menyederhanakan segala
bentuk regulasi dengan pendekatan

II - 35
Omnibus Law (membuat satu UU mewujudkan masyarakat Indonesia yang
baru untuk mengamandemen mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
beberapa UU sekaligus). percepatan pembangunan di berbagai
4. Penyederhanaan Birokrasi bidang dengan menekankan
Memprioritaskan investasi terbangunnya struktur perekonomian
untuk penciptaan lapangan kerja, yang kokoh berlandaskan keunggulan
memangkas prosedur dan birokrasi kompetitif di berbagai wilayah yang
yang Panjang dan menyederhanakan didukung oleh sumber daya manusia yang
eselonisasi. berkualitas dan berdaya saing.
5. Transformasi Ekonomi RPJPN 2005-2025, Visi Indonesia
Melakukan transformasi 2045 dan Visi Misi Presiden menjadi
ekonomi dari ketergantungan landasan utama RPJMN 2020-2024 yang
Sumber Daya Alam menjadi daya selanjutnya diterjemahkan ke dalam 7
saing manufaktur dan jasa modern (tujuh) Agenda Pembangunan RPJMN
yang mempunyai nilai tambah bagi 2020 – 2024 sebagai berikut:
kemakmuran bangsa demi keadilan 1. Memperkuat ketahanan ekonomi
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. untuk pertumbuhan yang berkualitas
dan berkeadilan;
2.2. Rencana Pembangunan Jangka 2. Mengembangkan wilayah untuk
Menengah (RPJMN) IV 2020 – 2024
mengurangi kesenjangan dan
RPJMN 2020 – 2024 merupakan menjamin pemerataan;
tahapan terakhir dari RPJP 2005 – 2025. 3. Meningkatkan sumber daya manusia
Target pencapaian pembangunan dalam yang berkualitas dan berdaya saing;
RPJPN adalah pendapatan perkapita 4. Revolusi mental dan pembangunan
Indonesia akan mencapai tingkat kebudayaan;
kesejahteraan setara dengan negara – 5. Memperkuat infrastruktur untuk
negara berpenghasilan menengah atas mendukung pengembangan
(upper-middle income) yang memiliki ekonomi dan pelayanan dasar;
kondisi infrastruktur, kualitas sumber 6. Membangun lingkungan hidup,
daya manusia, layanan publik, serta meningkatkan ketahanan bencana
kesejahteraan rakyat yang lebih baik. dan perubahan iklim; dan
Sesuai dengan Rencana Pembangunan 7. Memperkuat stabilitas
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- Polhukhankam dan transpormasi
2025, sasaran RPJMN 2020-2024 adalah pelayanan publik.

II - 36
Gambar 2.1 Alur RPJMN untuk Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Sumber: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, 2020
“Kementerian Perhubungan yang berupaya
2.3. Kementerian Perhubungan
Mewujudkan Konektivitas Nasional yang
2.3.1. Visi Kementerian Perhubungan Andal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai
Didasarkan pada Tema dan Agenda Tambah guna mendukung terwujudnya Visi
Pembangunan Nasional 2020-2024, yakni dan Misi Presiden dan Wakil Presiden:
untuk mewujudkan Indonesia yang Indonesi Maju yang berdaulat, Mandiri dan
berpenghasilan menengah tinggi yang Berkepribadian berlandaskan Gotong-
sejahtera, Adil dan Berkesinambungan, maka Royong”.
untuk mendukung Visi Presiden 2020-2024 Penjabaran Visi Kementerian
guna menjalankan agenda pembangunan Perhubungan dapat dimaknai sebagai berikut:
dimaksud, ditetapkan Visi Kementerian Konektivitas merupakan kunci utama
Perhubungan sebagai berikut : pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
wilayah.

II - 37
Konektivitas Nasional adalah terhubungnya mengurangi disparitas ekonomi, peningkatan
antar wilayah di seluruh nusantara, termasuk daya saing perekonomian antar wilayah, serta
angkutan perkotaan baik dengan transportasi pemerataan akses dan kualitas pelayanan
darat, kereta api, laut, sungai dan dasar.
penyeberangan serta udara. Ketiga, konektivitas nasional mampu
Andal berarti tersedianya layanan transportasi menjembatani pelaksanaan kebijakan
yang aman, nyaman, selamat, tepat waktu, pemerintah untuk memperkuat ketahanan
terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas,
terpadu mampu mengkoneksikan seluruh sehingga cita-cita nasional untuk menjadikan
wilayah tanah air. Indonesia sebagai negara berpenghasilan
Berdaya saing berarti tersedianya layanan menengah- tinggi yang sejahtera, adil, dan
transportasi yang efisien, terjangkau, dan berkesinambungan dapat tercapai.
kompetitif, yang dilayani oleh penyedia jasa Keempat, melalui konektivitas nasional,
dan sumber daya manusia yang profesional, strategi pembangunan untuk meningkatkan
mandiri dan produktif, serta berdaya saing sumber daya manusia yang berkualitas dan
internasional. berdaya saing dapat dilakukan melalui
Nilai Tambah berarti penyelenggaraan peningkatan aksesibilitas masyarakat ke
perhubungan yang mampu mendorong fasilitas pelayanan kesehatan, pelayanan
perwujudan kedaulatan, keamanan dan pendidikan, serta sentra-sentra kegiatan
ketahanan nasional di segala bidang (ideologi, ekonomi produktif di suatu wilayah.
politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan) secara 2.3.2. Misi Kementerian Perhubungan
berkesinambungan dan berkelanjutan, serta Pembangunan transportasi nasional
berperan dalam pengembangan wilayah. merupakan salah satu strategi kebijakan yang
ditempuh untuk mewujudkan struktur
Relevansi perwujudan Visi Presiden perekonomian yang kokoh berlandaskan
dalam Sektor Perhubungan ini apabila dilihat keunggulan kompetitif antar wilayah. Oleh
dalam konteks 7 Agenda Pembangunan karena itu, untuk mendukung tercapainya Visi
Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Kementerian Perhubungan guna mewujudkan
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020 – Konektivitas Nasional yang Andal, Berdaya
2024 adalah sebagai berikut: Saing, dan Memberikan Nilai Tambah,
Pertama, konektivitas nasional memberikan ditetapkan Misi Kementerian Perhubungan,
andil yang strategis dan menentukan dalam sebagai berikut:
rangka mengembangkan wilayah untuk Kementerian Perhubungan
mengurangi kesenjangan, terutama terkait melaksanakan Misi Presiden dan Wakil
ketimpangan akses dan pemerataan Presiden nomor 2, nomor 3 dan nomor 4
pembangunan antar kawasan Indonesia dengan uraian sebai berikut:
Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur, 1. Memberikan dukungan teknis dan
maupun antar kesenjangan pembangunan administrasi kepada Presiden dan Wakil
secara sektoral. Presiden dalam meningkatkan integrasi
Kedua, konektivitas nasional mampu antar moda dan aksesibilitas masyarakat
memperkuat infrastruktur untuk mendukung terhadap pelayanan jasa transportasi
pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar, untuk mendukung pengembangan
terutama dalam rangka mendukung kebijakan konektivitas antar wilayah;
pemerintah mewujudkan konsep Tol Laut,

II - 38
2. Memberikan dukungan teknis dan transportasi dan permasalahan yang ada.
administrasi kepada Presiden dan Wakil Tujuan diturunkan secara lebih operasional
Presiden dalam meningkatkan kinerja dari masing-masing misi pembangunan
pelayanan jasa transportasi dengan Kementerian Perhubungan dengan
memanfaatkan teknologi yang tepat guna memperhatikan visi. Untuk mewujudkan misi
dan tepat sasaran didukung oleh SDM yang Kementerian Perhubungan, dapat dicapai
profesional serta antisipatif terhadap melalui beberapa tujuan.
potensi kebencanaan; Berikut merupakan tujuan
3. Memberikan dukungan teknis dan Kementerian Perhubungan, antara lain:
administrasi kepada Presiden dan Wakil T1. Meningkatnya aksesibilitas
Presiden dalam meningkatkan masyarakat terhadap jasa layanan
keselamatan dan keamanan transportasi transportasi;
dalam upaya peningkatan pelayanan jasa T2. Meningkatnya kinerja layanan
transportasi didukung oleh kualitas dan transportasi;
kompetensi SDM operator dan pelaksana T3. Meningkatnya keselamatan dan
industri transportasi yang berdaya saing keamanan transportasi;
internasional, mandiri dan produktif; T4. Tercapainya restrukturisasi dan
4. Melanjutkan konsolidasi melalui reformasi birokrasi di Kementerian
restrukturisasi, reformasi dan penguatan Perhubungan;
di bidang peraturan, kelembagaan, T5. Terwujudnya penggunaan teknologi
sumber daya aparatur dan penegakan transportasi yang tepat guna, tepat
hukum secara konsisten; sasaran dan ramah lingkungan dalam
5. Mewujudkan pengembangan inovasi dan layanan transportasi.
teknologi transportasi yang tepat guna, Indikator pada Tujuan yang
tepat sasaran dan ramah lingkungan untuk selanjutnya disebut sebagai Indikator Tujuan
mengantisipasi perubahan iklim. Kementerian Perhubungan tahun 2020 – 2024
Misi yang ditetapkan oleh disusun sebagai indikator outcome dan bukan
Kementerian Perhubungan tersebut diatas, merupakan indikator output. Indikator
sudah selaras dan sejalan dengan Arahan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Presiden untuk melaksanakan pembangunan 1. Meningkatnya rasio konektivitas nasional
di Sektor Perhubungan dengan mengacu pada menjadi 0,69 pada tahun 2024;
amanat yang tertuang dalam 9 (sembilan) Misi 2. Meningkatnya kinerja pelayanan
Presiden. perhubungan diindikasikan dengan:
a. Meningkatnya indeks kepuasan
2.3.3. Tujuan Kementerian Perhubungan masyarakat terhadap pelayanan publik
Dengan mendasarkan pada Visi dan sektor transportasi sebesar 88,5 pada
Misi Presiden yang telah ditetapkan, tahun 2024.
selanjutnya ditetapkan tujuan dan sasaran b. Capaian On Time Performance (OTP)
pembangunan Kementerian Perhubungan layanan transportasi sebesar 82,08%
pada tahun 2020 – 2024. Rumusan tujuan dan pada tahun 2024.
sasaran merupakan dasar dalam menyusun 3. Meningkatnya level keselamatan dan
pilihan-pilihan strategis pembangunan. Tujuan keamanan yang diukur dengan
merupakan pernyataan tentang hal-hal yang menurunnya rasio fatalitas kejadian
perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi kecelakaan transportasi menjadi 0,826
dengan menjawab isu strategis sektor pada tahun 2024.

II - 39
2.3.4. Sasaran Strategis Kementerian Dengan berlandaskan pada isu
Perhubungan 2020-2024 strategis dimaksud dan
Berdasarkan pada Rencana capaian/kesinambungan terhadap Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – Strategis Kementerian Perhubungan Tahun
2025, sasaran pembangunan lima tahunan 2015 – 2019 serta dinamika diskusi dan
tahap ke-4 (RPJMN 2020 – 2024) diarahkan pembahasan, maka sasaran strategis dapat
pada Terwujudnya masyarakat Indonesia yang dijelaskan sebagai berikut:
mandiri, maju, adil dan makmur melalui SS 1. Terwujudnya Konektivitas Nasional;
percepatan pembangunan di segala bidang Untuk mewujudkan tujuan:
dengan struktur perekonomian yang kokoh Meningkatnya aksesibilitas
berlandaskan keunggulan kompetitif. Tema masyarakat terhadap jasa layanan
dan Agenda Pembangunan Nasional tahun transportasi.
2020 – 2024 juga mencantumkan target SS 2. Meningkatnya Kinerja Pelayananan
Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi Sarana dan Prasarana Perhubungan;
yang Sejahtera, Adil dan Berkesinambungan. Untuk mewujudkan tujuan:
Perwujudan kondisi maju dan sejahtera akan 1. Meningkatnya layanan
dapat dicapai dengan dukungan transportasi yang diindikasian
penyelenggaraan jaringan transportasi yang dengan capaian on time
andal bagi seluruh masyarakat yang performance dan penurunan
menjangkau seluruh wilayah NKRI. Berpijak emisi gas rumah kaca;
pada pendekatan tersebut, maka fokus 2. Tercapainya restrukturisasi dan
pembangunan sektor perhubungan reformasi birokrasi di
/transportasi sesuai dengan Rencana Kementerian Perhubungan yang
Pembangunan Jangka Panjang Nasional diindikasikan dengan
adalah: meningkatnya akuntabilitas
1. Konektivitas Poros Maritim; Kementerian Perhubungan,
2. Konektivitas Multimoda; meningkatnya tata kelola
3. Keselamatan Transportasi; pelayanan publik, meningkatnya
4. Transportasi Perkotaan. tata kelola kebijakan, regulasi,
Empat (4) fokus pembangunan sektor dan hukum dan meningkatnya
perhubungan/transportasi menjadi dasar tata kelola organisasi;
penanganan terhadap isu strategis 3. Terwujudnya penggunaan
pembangunan transportasi Tahun 2020-2024, Teknologi Transportasi yang
sebagai berikut: tepat guna, tepat sasaran dan
1. Peningkatan aksesibilitas antar wilayah ramah lingkungan dalam layanan
untuk mencapai pemerataan ekonomi; transportasi.
2. Perkuatan konektivitas antar wilayah SS3 Meningkatnya Keselamatan
dalam mendukung perekonomian Transportasi Untuk mewujudkan
wilayah; tujuan :
3. Integrasi layanan antar sektor unggulan Meningkatnya keselamatan dan
dalam pengembangan kawasan; keamanan transportasi
4. Memperkuat layanan transportasi
perkotaan dalam rangka mendukung 2.4. Direktorat Jenderal Perkeretaapian
kualitas mobilitas perkotaan. 2.4.1. Visi Direktorat Jenderal
Perkeretaapian

II - 40
Berdasarkan mandat, penugasan, isu lapisan ekonomi dan semua golongan sosial
strategis dan perkembangan lingkungan masyarakat secara berkeadilan di seluruh
strategis, dan kondisi dari perkeretaapian pada wilayah NKRI yang membutuhkan kehadiran
saat ini, maka untuk perumusan arah kebijakan layanan kereta api
pembangunan transportasi perkeretaapian
2020-2024, Visi Direktorat Jenderal 2.4.2. Misi Direktorat Jenderal
Perkeretaapian adalah: Perkeretaapian
Dalam rangka perwujudan visi tersebut,
“Direktorat Jenderal Perkeretaapian maka dirumuskan sejumlah misi yang akan
berupaya mewujudkan Perkeretaapian yang dilaksanakan (mission to be acomplished) oleh
Andal, Berdaya Saing, Berintegrasi, Ditjen Perkeretaapian pada perioda 2020-
Berteknologi dan Terjangkau guna 2024, yakni:
mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Presiden: “Indonesia Maju yang Berdaulat, melaksanakan Misi Presiden dan Wakil
Mandiri, dan berkepribadian berlandaskan Presiden yaitu Struktur Ekonomi yang
Gotong-Royong” Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing dengan
uraian sebagai berikut:
Adapun yang dimaksud dengan: 1. Meningkatkan konektivitas jaringan
• Andal diindikasikan oleh kualitas pelayanan perkeretaapian yang terintegrasi dan
transportasi kereta api yang selamat, aman, berkelanjutan;
nyaman, dan tepat waktu; dengan 2. Meningkatkan kinerja pelayanan
konektivitas, kapasitas, dan regularitas yang transportasi perkeretaapian yang efisien
memadai, serta didukung oleh sarana, dan efektif;
prasarana mencukupi dan terpelihara. 3. Meningkatkan keselamatan transportasi
• Berdaya Saing diindikasikan oleh perkeretaapian yang efektif.
penyelenggaraan transportasi kereta api yang
2.4.3. Tujuan Direktorat Jenderal
efisien sehingga dapat berkompetisi dengan
Perkeretaapian
moda transportasi lainnya secara sehat dalam
Direktorat Jenderal Perkeretaapian
mewujudkan sistem transportasi nasional yang
dalam menyelenggarakan perkeretaapian
efektif dan efisien, yang didukung oleh SDM
nasional pada periode 2020-2024 menetapkan
pendukung yang profesional, mandiri, dan
tujuan yang terdiri dari 3 butir sebagai berikut:
produktif.
Peningkatan konektivitas
• Berintegrasi diindikasikan oleh tersedianya
jaringan perkeretaapian dengan
jaringan dan layanan transportasi kereta api
aksesibilitas yang tinggi.
penumpang dan barang yang terintegrasi
Peningkatan kinerja pelayanan
dengan moda lainnya dalam suatu sistem
transportasi perkeretaapian
intermoda/multimoda dan terintegrasi dengan
yang optimal.
tata ruang wilayah yang menentukan pola
Peningkatan keselamatan
interaksi sosial ekonomi yang dilayani.
transportasi perkeretaapian
• Berteknologi diindikasikan oleh penerapan
yang andal.
teknologi yang sesuai perkembangan dan
Indikator pada tujuan selanjutnya disebut
kebutuhan dalam penyelenggaraan
sebagai Indikator Tujuan Direktorat Jenderal
perkeretaapian.
Perkeretaapian tahun 2020-2024 disusun
• Terjangkau diindikasikan oleh tersedianya
layanan kereta api yang terjangkau oleh setiap

II - 41
sebagai indikator outcome. Indikator tersebut
dijabarkan sebagai berikut:

Tabel II.1 Tujuan, Indikator dan Target Indikator Tujuan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun
2020 – 2024

TUJUAN INDIKATOR TUJUAN SATUAN TARGET 2024


Peningkatan konektivitas jaringan Rasio Konektivitas Antar Wilayah
perkeretaapian dengan aksesibilitas Rasio 0.36
yang tinggi.
Persentase capaian On Time
Performance (OTP) transportasi % 82
kereta api
Peningkatan kinerja pelayanan Pemenuhan target angkutan
% 100
transportasi perkeretaapian yang penumpang kereta api
optimal. Pemenuhan target angkutan
% 100
barang kereta api
Persentase pengoperasian jalur KA
% 94
yang sesuai dengan TQI I dan II
Peningkatan keselamatan transportasi Rasio kejadian kecelakaan Kejadian
perkeretaapian yang andal. transportasi kereta api (rate of kecelakaan/
0.22
accident) 1 juta km
tempuh

2. Sasaran program yang ingin dicapai dalam


2.4.4. Sasaran Direktorat Jenderal tujuan Peningkatan kinerja pelayanan
Perkeretaapian transportasi perkeretaapian yang optimal
Dari tujuan yang telah ditetapkan adalah Kinerja pelayanan transportasi
diatas, selanjutnya dijabarkan lebih lanjut ke perkeretaapian yang terpercaya dan sesuai
dalam sasaran-sasaran yang akan dicapai kebutuhan.
setiap tahunnya oleh Direktorat Jenderal 3. Sasaran program yang ingin dicapai dalam
Perkeretaapian selama tahun 2020-2024 yaitu: Peningkatan keselamatan transportasi
1. Sasaran Program yang ingin dicapai dalam perkeretaapian yang andal adalah
tujuan Peningkatan konektivitas jaringan Keselamatan transportasi perkeretaapian
perkeretaapian dengan aksesibilitas yang yang didukung oleh Sumber Daya Manusia,
tinggi adalah Konektivitas jaringan Sarana dan Prasarana yang andal.
perkeretaapian nasional yang diwujudkan
dalam penyediaan infrastruktur.

II - 42
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
RPJMN Tahun 2020-2024 telah
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi
menetapkan visi dan misi Presiden. Kemudian
3.1.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional RPJMN juga menyampaikan 5 (lima) arahan
Rencana Pembangunan Jangka utama Presiden yang digunakan sebagai
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 strategi melaksanakan misi Presiden yang
merupakan tahapan terakhir dari Rencana dikenal dengan Nawacita Kedua dan dalam
Pembangunan Jangka Panjang Nasional rangka mencapai sasaran Visi Indonesia 2045.
(RPJPN) 2005-2025, dimana pada akhir periode Arahan tersebut meliputi:
RPJPN tersebut, pendapatan perkapita 1. Pembangunan Sumber Daya Manusia;
Indonesia diharapkan akan mencapai tingkat 2. Pembangunan Infrastruktur;
kesejahteraan setara dengan negara-negara 3. Penyederhanaan regulasi:
berpenghasilan menengah atas (upper-middle 4. Penyederhanaan Birokrasi;
income country/MIC) yang memiliki kondisi 5. Transformasi Ekonomi.
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, Visi, misi dan lima arahan Presiden
layanan publik, serta kesejahteraan rakyat diterjemahkan dalam 7 agenda pembangunan
yang lebih baik. pada RPJMN 2020-2024, yaitu:
Sebagaimana arahan RPJP 2005 – 1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk
2025, sasaran pembangunan jangka Pertumbuhan yang Berkualitas.
menengah 2020-2024 adalah mewujudkan 2. Mengembangkan Wilayah untuk
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, Mengurangi Kesenjangan.
dan makmur melalui percepatan 3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia
pembangunan di berbagai bidang dengan yang Berkualitas dan Berdaya Saing.
menekankan terbangunnya struktur 4. Membangun Kebudayaan dan Karakter
perekonomian yang kokoh berlandaskan Bangsa.
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah 5. Memperkuat Infrastruktur untuk
yang didukung oleh sumber daya manusia Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
yang berkualitas dan berdaya saing. Pelayanan Dasar.
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN IV 6. Membangun Lingkungan Hidup,
tahun 2020-2024 yang merupakan amanat Meningkatkan Ketahanan Bencana dan
RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan Perubahan Iklim.
RPJMN IV, yaitu: 7. Memperkuat Stabilitas Polhukam dan
1. Kelembagaan politik dan hukum yang Transformasi Pelayanan Publik.
mantap.
3.1.2. Dukungan Direktorat Jenderal
2. Kesejahteraan masyarakat yang terus
Perkeretaapian dalam RPJMN
meningkat.
7 Agenda Pembangunan yang telah
3. Struktur ekonomi yang semakin maju dan
ditetapkan oleh RPJMN Tahun 2020-2024,
kokoh.
masing-masing dijabarkan ke dalam beberapa
4. Terwujudnya keanekaragaman hayati
sasaran yang dicapai melalui beberapa
yang terjaga.
strategi. Direktorat Jenderal Perkeretaapian
mendukung 2 dari 7 Agenda Pembangunan

III - 43
dimaksud melalui strategi yang akan 2. Agenda Pembangunan 5 (Memperkuat
dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran Infrastruktur untuk Mendukung
pada masing- masing Agenda Pembangunan. Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan
Dukungan pada 7 Agenda Pembangunan Dasar)
adalah sebagai berikut: Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam
1. Agenda Pembangunan 1 (Memperkuat Agenda Pembangunan 1 RPJMN Tahun
ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan 2020-2024 diamanatkan dapat
yang berkualitas berkeadilan) berkontribusi dalam mendukung arah
Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam kebijakan pembangunan nasional sebagai
Agenda Pembangunan 1 RPJMN Tahun berikut:
2020-2024 diamanatkan dapat a. memperkuat Infrastruktur untuk
berkontribusi dalam mendukung arah Mendukung Pengembangan Ekonomi
kebijakan pembangunan nasional dan Pelayanan Dasar dengan strategi
meningkatkan nilai tambah, lapangan meningkatkan keselamatan
kerja dan investasi di sektor riil dan transportasi perkeretaapian.
industrialisasi dengan strategi sebagai b. Memperkuat Infrastruktur Ekonomi
berikut: dengan strategi meningkatkan
a. Meningkatkan industrialisasi berbasis konektivitas perkeretaapian. Kegiatan
Sumber Daya Alam dan Kawasan perkeretaapian yang mendukung
Industri luar jawa. Kegiatan strategi dimaksud diantaranya:
perkeretaapian yang mendukung 1) Pembangunan Jalur KA (termasuk
strategi dimaksud diantaranya: reaktivasi dan jalur ganda)
1) Pembangunan kereta api barang 2) Peningkatan, pemeliharaan,
di Kalimantan; perawatan dan pengoperasian
2) Peningkatan jalur kereta api jalur KA
Sumatera Selatan. 3) Pembangunan KA Akses
b. Meningkatkan daya saing destinasi Pelabuhan dan Bandara
dan industrialisasi pariwisata. Kegiatan 4) Penyediaan PSO dan Subsidi
perkeretaapian yang mendukung c. Memperkuat infrastruktur perkotaan
strategi dimaksud diantaranya: dengan strategi mengembangkan
1) Pembangunan jalur ganda, sistem angkutan umum massal
peningkatan dan reaktivasi di Jawa perkotaaan di 6 kota metropolitan.
Barat, Jawa Tengah dan Jawa A. Infrastruktur Pelayanan Dasar
Timur; 1. Keselamatan dan Keamanan
2) Pembangunan jalur kereta api Transportasi
Mengwitani – Singaraja; Keselamatan dan keamanan dalam
3) Pembangunan jalur kereta api trasportasi merupakah hal yang
Pematang Siantar – Danau Toba. penting. Arah dan kebijakan
c. Meningkatkan nilai tambah dan daya strategis untuk untuk mewujudkan
saing produk kreatif dan digital. keselamatan dan keamanan
Kegiatan perkeretaapian yang transportasi perkeretaapian adalah:
mendukung strategi dimaksud adalah: a. Penerapan pendekatan sistem
1) Pembangunan jalur ganda kereta yang berkeselamatan dalam
api Rangkas Bitung – Merak; rangka mengurangi fatalitas dan
2) Reaktivasi jalur kereta api Banten

III - 44
keparahan korban (injury pemenuhan dan alokasi kebutuhan
prevention); IMO Perkeretaapian serta
b. Penegakan aturan standar pemasangan perlengkapan
Keselamatan dan Keamanan keselamatan dan keamanan
Transportasi; perkeretaapian;
c. Pengembangan skema b. Pengembangan kereta api barang
pembiayaan fasilitas (Trans Sumatera, Pantura, Trans
Keselamatan dan Keamanan Sulawesi, dan Kalimantan);
Transportasi melalui DAK, KPBU, c. Pembangunan jalur KA Trans
APBN, dll; Sulawesi serta jalur ganda dan
d. Peningkatan kesadaran reaktivasi KA di Pulau Jawa dan
pentingnya keselamatan dan Sumatera;
keamanan transportasi, melalui: d. Mendorong keterlibatan swasta dan
1) Pemenuhan fasilitas mendorong penyiapan lahan melalui
keselamatan; BLU LMAN untuk lanjutan
2) Pendidikan dan pembangunan KA Trans Sulawesi;
peningkatan kesadaran e. Penyelenggaraan sistem transportasi
penyelenggaraan multimoda;
transportasi yang f. Pembangunan jalan akses dan jalur
berkeselamatan sejak usia KA menuju simpul pelabuhan,
dini; dan bandara dan terminal serta pusat
3) Pelatihan serta sosialisasi kegiatan logistik; dan
keselamatan dan g. Mendorong peran swasta dalam
keamanan transportasi pelayanan dan penyelenggaraan
untuk operator, regulator, layanan multimoda untuk
dan masyarakat. pembangunan Jalur KA Akses
e. Pemenuhan kecukupan sarana Bandara, Pelabuhan, dan Terminal.
dan prasarana.
2. Ketahanan Kebencanaan C. Infrastruktur Perkotaan
Infrastruktur Infrastruktur Perkotaan akan
Arah dan kebijakan strategis untuk dikembangankan melalui sistem
mewujudkan ketahanan angkutan umum masal perkotaan. Arah
kebencanaan infrastruktur dengan dan kebijakan strategi untuk
peningkatan infrastruktur tangguh mewujudkan sistem angkutan umum
bencana di wilayah prioritas rawan masal perkotaan adalah:
bencana. a. Pengembangan angkutan massal
perkotaan berbasis rel yang aman,
B. Infrastruktur Ekonomi
terjangkau, mudah diakses, dan
Konektivitas Transportasi Kereta Api
berkelanjutan;
mempunyai arah dan kebijakan strategis
b. Menerapkan strategi Transport
yaitu:
Demand Management (TDM)
a. Pemenuhan fasilitas keselamatan
beserta penguatan integrasi antara
dan keamanan perlengkapan
guna lahan dan perencanaan transit;
keselamatan perkeretaapian sesuai
c. Pengembangan Transit Oriented
standar SNI dan SI, melalui
Development (TOD);

III - 45
d. Penguatan integrasi antara guna pemerintah daerah dalam
lahan dan perencanaan transit; penyiapan penyelenggaraan
e. Pengembangan mekanisme angkutan umum dan KPBU; dan
dukungan pemerintah pusat untuk 6) Penyusunan pedoman
penyediaan angkutan umum masal kebijakan mobilitas perkotaan
perkotaan berbasis transit (skema terpadu dan berkelanjutan.
KPBU) melalui:
1) Percepatan pembangunan Terdapat 6 transportasi perkotaan yang
angkutan umum massal menjadi fokus dalam pembangunan di
perkotaan; periode RPJMN IV tahun 2020-2024
2) Pengembangan mekanisme terdapat di Kota:
koridor dukungan dalam 1. Jakarta;
pembangunan angkutan umum 2. Surabaya;
massal perkotaan; 3. Bandung;
3) Penguatan sinergi antar 4. Medan;
stakeholder untuk sharing 5. Semarang; dan
pendanaan transportasi 6. Makassar.
perkotaan; Dalam agenda pembangunan 5 terdapat
4) Pembagian peran pembiayaan 5 (lima) target pembangunan yang
transportasi antara pemerintah terkait langsung dengan tugas dan fungsi
pusat, pemerintah daerah dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian,
swasta; sebagaimana tabel berikut:
5) Peningkatan kapasitas
kelembagaan dan SDM

Tabel III.1 Target Pembangunan dalam RPJMN 2020 – 2024 yang Terkait dengan Direktorat Jenderal
Perkeretaapian
TARGET
SASARAN/KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR
2024

Keselamatan dan Keamanan Rasio kejadian kecelakaan KA per 1 juta km perjalanan KA (rasio) 0.23
Transportasi

Meningkatnya Konektivitas 1. Panjang jaringan KA yang terbangun (kumulatif) (Km’s) 7.451


Wilayah 2. Index (TQI) kategori 1 dan 2 (%) 94

Meningkatnya layanan angkutan 1. Jumlah kota metropolitan dengan sistem angkutan umum massal perkotaan 6
umum massal di 6 (enam) kota yang dibangun dan dikembangkan (kota)
metropolitan 2. Jumlah kota yang dibangun perlintasan tidak sebidang (kota) 6

transportasi memiliki prioritas pembangunan


3.1.3. Arah Kebijakan dan Strategi sebagai berikut:
Kementerian Perhubungan 1. Perkuatan Aksesibilitas Daerah Tertinggal
Sebagaimana diamanatkan dalam dan Perbatasan serta Keselamatan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Transportasi;
Nasional (RPJMN) 2020 – 2024, sektor 2. Perkuatan Jalur Logistik Utama;

III - 46
3. Dukungan Infrastruktur untuk Sektor 3.1.4. Arah Kebijakan dan Strategi
Unggulan Industri dan Pariwisata; dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian
4. Pengembangan Transportasi Perkotaan. Penyelenggaraan perkeretaapian
Didasarkan pada prioritas nasional diharapkan mampu mendukung
pembangunan di sektor transportasi tersebut, pertumbuhan ekonomi nasional melalui
maka kebijakan pembangunan transportasi perwujudan visi perkeretaapian nasional
nasional harus diarahkan agar dapat tahun 2030 yaitu “Mewujudkan
merefleksikan dan mengimplementasikan perkeretaapian yang berdaya saing,
prioritas pembangunan transportasi. Arah berintegrasi, berteknologi, bersinergi
dengan industri, terjangkau dan mampu
kebijakan pengembangan dan pembangunan
menjawab tantangan perkembangan”.
transportasi nasional antara lain:
Strategi yang akan ditempuh untuk
1. Membuka Aksesibilitas untuk Mencapai
mewujudkan penyelenggaraan
Pemerataan Ekonomi untuk Perkuatan perkeretaapian nasional sesuai arah
Aksesibilitas Daerah Tertinggal dan pengembangan perkeretaapian nasional
Perbatasan serta Keselamatan 2030 antara lain sebagai berikut:
Transportasi; 1. Strategi pengembangan jaringan dan
2. Merajut Konektivitas Antar Wilayah sebagai layanan perkeretaapian;
upaya Perkuatan Jalur Logistik Utama; 2. Strategi peningkatan keamanan dan
3. Dukungan Aksesibilitas dalam Pengembangan keselamatan perkeretaapian;
Kawasan Industri, Pariwisata dan KEK Luar 3. Strategi alih teknologi dan
Jawa sebagai wujud Dukungan Infrastruktur pengembangan industry;
untuk Sektor Unggulan Industri dan Pariwisata;
4. Strategi pengembangan sumber daya
dan
manusia perkeretaapian;
4. Peningkatan Kualitas Mobilitas Perkotaan
5. Strategi pengembangan kelembagaan;
guna mewujudkan Pengembangan
6. Strategi investasi dan pendanaan;
Transportasi Perkotaan.
Target penyelenggaraan
Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian
perkeretaapian nasional 2030 adalah:
Perhubungan pada tahun 2020 – 2024 merupakan
“Mewujudkan layanan transportasi
metode pendekatan dalam memecahkan
permasalahan yang penting dan mendesak untuk
perkeretaapian yang memiliki pangsa
segera dilaksanakan dalam kurun waktu 2020-2024 pasar penumpang sebesar 7% - 9 % dan
serta memiliki dampak yang besar terhadap barang sebesar 11% - 13% dari
pencapaian sasaran nasional maupun Sasaran keseluruhan layanan transportasi
Strategis Kementerian Perhubungan 2020 – 2024. nasional”. Berdasarkan proyeksi yang
Arah Kebijakan dan Strategi memuat dilakukan, pangsa pasar angkutan
langkah yang berupa program indikatif untuk penumpang moda kereta api tahun 2024
memecahkan permasalahan yang teridentifikasi adalah sekitar 5% - 6% penumpang dan
dan mendesak untuk segera dilaksanakan guna angkutan barang moda kereta api tahun
mendukung pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan 2024 adalah sekitar 0.5% - 1%.
Sasaran Strategis. Program indikatif tersebut harus Direktorat Jenderal Perkeretaapian
mendukung sasaran RPJMN 2020 – 2024 sesuai sesuai dengan tugas dan fungsinya
dengan bidang terkait. merumuskan sejumlah arah kebijakan dan
Arah kebijakan dan strategi Kementerian strategi pencapaian yang harus terlaksana
Perhubungan diperoleh dengan mendasarkan pada
dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
potensi yang ada, yang diharapkan akan dapat
Arah kebijakan dan strategi Direktorat
mengatasi
permasalahan yang ada di sektor perhubungan.
Jenderal Perkeretaapian pada tahun 2020 –
2024 dalam rangka mendukung agenda

III - 47
prioritas pembangunan nasional, serta perkeretaapian dengan Sumber Daya
mendukung pencapaian tujuan Direktorat Manusia, Sarana dan Prasarana yang
Jenderal Perkertaapian adalah sebagai berikut: andal. Strategi yang dilakukan untuk
1. Peningkatan konektivitas jaringan mewujudkan Peningkatan keselamatan
perkeretaapian dengan aksesibilitas yang transportasi perkeretaapian yang andal
tinggi. adalah:
Sasaran yang ingin dicapai dalam a. Sertifikasi SDM Perkeretaapian.
tujuan Peningkatan konektivitas jaringan b. Sertifikasi sarana perkeretaapian.
perkeretaapian dengan aksesibilitas yang c. Sertifikasi prasarana perkeretaapian.
d. Peningkatan pemenuhan kebutuhan
tinggi adalah Konektivitas jaringan
fasilitas keselamatan dan pengujian.
perkeretaapian nasional yang diwujudkan e. Pemasangan perangkat Sistem
dalam penyediaan infrastruktur. Strategi Keselamatan Kereta Api Otomatis
yang dilakukan untuk mewujudkan (SKKO).
Peningkatan konektivitas jaringan f. Pemenuhan kebutuhan IMO.
perkeretaapian dengan aksesibilitas yang g. Penyusunan pedoman identifikasi
tinggi adalah: daerah rawan kecelakaan dan rawan
bencana.
a. Pengembangan jaringan dan layanan
h. Penyusunan prosedur tindak lanjut
kereta api antar kota dan perkotaan.
akibat kecelakaan.
b. Reaktivasi jalur kereta api non-operasi.
i. Pelaksanaan kajian identifikasi rawan
c. Pembangunan akses kereta api menuju
kecelakaan kereta api.
pelabuhan dan bandara.
Dalam rangka menjalankan arah
2. Peningkatan kinerja pelayanan
kebijakan dan strategi-strategi tersebut diatas,
transportasi perkeretaapian yang optimal pada tahun 2020 Direktorat Jenderal
Sasaran yang ingin dicapai dalam tujuan Perkeretaapian memiliki satu program yaitu
Peningkatan kinerja pelayanan Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan
transportasi perkeretaapian yang optimal Transportasi Perkeretaapian dan lima kegiatan
adalah Kinerja pelayanan transportasi yang terdiri dari:
perkeretaapian yang optimal dengan 1. Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan
Bidang Sarana Perkeretaapian.
peningkatan kapasitas sarana dan
2. Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan
prasarana. Strategi yang dilakukan untuk Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
mewujudkan Peningkatan kinerja Api.
pelayanan transportasi perkeretaapian 3. Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan
yang optimal adalah: Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta
a. Peningkatan kapasitas lintas jalur Api.
kereta api eksisting. 4. Kegiatan Dukungan Manajemen dan
b. Penerapan teknologi baru Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
perkeretaapian. Perkeretaapian.
c. Peningkatan kinerja layanan 5. Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan
kewajiban pelayanan publik dan Bidang Keselamatan Perkeretaapian.
angkutan perintis
3. Peningkatan keselamatan transportasi Selanjutnya, dalam rangka menjalankan arah
kebijakan dan strategi-strategi tersebut diatas,
perkeretaapian yang andal.
mulai tahun 2021-2024 Direktorat Jenderal
Sasaran yang ingin dicapai dalam Perkeretaapian memiliki dua program dan
tujuan Peningkatan keselamatan sembilan kegiatan terdiri dari:
transportasi perkeretaapian yang andal 1. Program Infrastruktur Konektivitas
adalah Keselamatan transportasi Kegiatan:

III - 48
a. Infrastruktur Konektivitas Transportasi – Pemalang. Kegiatan/program
Perkeretaapian. diantaranya:
b. Pelayanan Transportasi 1) Pengembangan transportasi massal
Perkeretaapian. berbasis rel, Kota Semarang, Kab.
c. Keselamatan dan Keamanan Kendal, Kab. Demak dan Kab.
Transportasi Perkeretaapian. Grobogan;
d. Penunjang Teknis Transportasi 2) Pengembangan LRT Perkotaan, Kota
Perkeretaapian. Semarang;
2. Program Dukungan Manajemen 3) Pembangunan jalur rel dari Tanjung
Kegiatan: Emas menuju Kendal Sea Port, Kota
a. Pengelolaan Organisasi dan SDM Semarang dan Kab. Kendal;
Transportasi Perkeretaapian. 4) Pembangunan jalur rel kereta api
b. Pengelolaan Perencanaan, Keuangan, Kawasan Industri Brebes -Pelabuhan
BMN dan Umum Transportasi Tegal, Kab. Brebes;
Perkeretaapian. 5) Reaktivasi kereta Purwokerto -
c. Pengelolaan Sistem Informasi dan Wonosobo melalui Purbalingga, Kab.
Teknologi Transportasi Purbalingga;
Perkeretaapian. 6) Reaktivasi rel kereta api Semarang-
d. Pengelolaan Komunikasi dan Informasi Demak-Kudus-Pati-Rembang, Kota
Publik Transportasi Perkeretaapian. Semarang, Kab. Demak, Kab. Kudus,
e. Legislasi dan Litigasi Transportasi Kab. Pati dan Kab. Rembang; dan
Perkeretaapian. 7) Reaktivasi pembangunan jalur KA
Semarang- Ambarawa-Magelang-
Borobudur, Kota Semarang, Kab.
3.1.5. Kegiatan - Kegiatan Strategis Semarang, Kab. Magelang dan Kota
Perkeretaapian yang Masih Perlu Magelang
Dilakukan Penajaman Kesiapan dan b. Kegiatan pembangunan berbasis rel dalam
Pembiayaan. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019
tentang Percepatan Pembangunan
Ekonomi di Kawasan Gresik – Bangkalan –
Pembangunan bidang perkeretaapian
Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo –
dituntut memilik perencanaan yang matang
Lamongan, Kawasan Bromo – Tengger –
karena membutuhkan pembiayaan yang cukup
Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan
besar, diantaranya meliputi biaya pembebasan
Lintas Selatan. Kegiatan/program
tanah, sarana dan prasarana.
diantaranya:
Antusiasme masyarakat yang ingin
1) Transportasi Publik di
merasakan layanan perkeretaapian,
Gerbangkertosusila (Surabaya
mendorong kepada pemerintah dapat
Regional Railways Line);
menyediakan layanan angkutan umum massal
2) Rencana Akses Kereta Api Menuju
berbasis rel di berbagai lokasi di Indonesia.
Bandara Juanda;
Kegiatan - kegiatan pembangunan
3) Double track Pasar Turi Surabaya Kota
perkeretaapian yang masih perlu dilakukan
– Wonokromo;
penajaman kesiapan dan pembiayaan
4) Pembangunan ART (Autonomous
dantaranya adalah:
Railrapid Transit) rute Pelabuhan
a. Kegiatan pembangunan berbasis rel dalam
Kamal - Sta Bangkalan - Sta Surabaya
Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2019
Pasarturi;
tentang Percepatan Pembangunan
5) Rencana Pembangunan Akses Kereta
Ekonomi Kawasan Kendal – Semarang –
Api Menuju Pelabuhan Teluk Lamong;
Salatiga – Demak – Grobogan, Kawasan
6) LRT Surabaya;
Purworejo – Wonosobo – Magelang –
7) Reaktivasi Jalur Kereta Api Tuban
Temanggung, dan Kawasan Brebes – Tegal
(dengan jalur Babat, Tuban,

III - 49
Merakurak, Jenu), dengan jalur double 10) Penyelerrggaraan Angkutan Massal
track; Berbasis Rel Wilayah Badung –
8) Reaktivasi Jalur KA Kamal Sumenep; Buleleng;
9) Pembangunan Jalur Kereta Api STA 11) Kereta Api Logistik Lahat - Muara Enim
Duduk - Pelabuhan JIIPE Manyar - Prabumulih - Tarahan/Lampung dan
Gresik; Prabumulih – Kertapati/Palembang.
10) Pembangunan Jalur Kereta Api menuju 12) Light Rail Transit (LRT) Provinsi
Tanjung Perak; Sumatera Selatan (Metro Palembang);
11) Double Track Surabaya -Bangil - 13) Light Rail Transit (LRT) Jakarta
Malang - Blitar –Kertosono; International Stadium - Kelapa Gading
12) Percepatan Pembangunan Double dan Velodrome -Manggarai;
Track Lintas Bangil - Jember 14) Jakarta Mass Rapid Transit (MRT)
Banyuwangi; North - South (Bundaran HI - Kota -
Ancol Barat); dan
13) Pengembangan Kereta Gantung
15) Elevated Inner Loop Line Jatinegara –
Puncak Pananjakan - Kawah Bromo; Tanah Abang - Kemayoran
14) Pembangunan/reaktivasi jalur kereta d. Kegiatan yang berpotensi menggunakan
api menuju Pelabuhan Probolinggo; skema pembiayaan alternatif,
15) Pembangunan Kereta Gantung, Kota diantaranya:
Batu; 1) Kereta Api Akses Pelabuhan Patimban;
16) Pembangunan jalur KA menuju 2) Kereta Api Manado – Bitung;
Pelabuhan Panaru. 3) Kereta Api shortcut Cibungur –
c. Kegiatan pembangunan berbasis rel dalam Tanjung Rasa;
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 4) Kereta Api Akses Bandara Kertajati;
2020 tentang Perubahan Ketiga Atas 5) Kereta Api Tanjung - Banjarmasin.
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 e. Beberapa kegiatan strategis lainnya yakni:
Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek 1) Batu Tabal – Solok – Muara Kalaban –
Strategis Nasional. Kegiatan/program Sawahlunto;
diantaranya: 2) Muara Kalaban – Pekanbaru (Kereta
1) Kereta Api Makassar - Parepare (Tahap Api trans sumatera);
I dari Pengembangan Jalur Lintas Barat 3) Pembangunan Jalur KA Khusus Lahat -
Sulawesi Bagian Selatan); Ogan ilir;
2) Kereta Api Tebing Tinggi - Kuala 4) Pembangunan Jalur KA Shortcut
Tanjung (mendukung KEK Sei Mangkei, Randegan – Sikampuh; dan
bagian dari Jaringan Kereta Api Trans 5) Pembangunan Jalur KA Kutai Barat -
Sumatera); Paser – Balikpapan.
3) Kereta Api Purukcahu - Batanjung
melalui Bangkuang;
4) Kereta Api Rantau Prapat – Duri 3.2. Kerangka Regulasi Bidang
Pekanbaru; Perkeretaapian
5) Kereta Api Akses Bandar Udara Baru UU 23 Tahun 2007 tentang
Yoryakarta- Kulon Progo;
Perkeretaapian telah memuat sejumlah aspek
6) Kereta Api Jakarta – Surabaya;
7) Double Track Jawa Selatan; pokok pengaturan yang menjadi dasar bagi
8) High Speed Railway Jakarta – semua stakeholders atau pemangku
Bandung; kepetingan terkait (operator, regulator,
9) Penyelenggaraan Kereta Api Ringan industri, pengguna, publik, asosiasi, dlsb),
Light Rail Transit (LRT) Terintegrasi di untuk menjalankan perannya masing-masing
Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan dalam penyelenggaraan perkeretaapian
Bekasi;
nasional dalam mencapai tujuan
penyelenggaraan sebagaimana telah

III - 50
termaktub dalam pasal 3 UU No. 23 Tahun (1) yang bersifat mandatory, yakni dalam
2007 tersebut. rangka pemenuhan terhadap mandat dari
Dalam kerangka regulasi penyeleng UU/PP tentang Perkeretaapian agar disusun
garaan perkeretaapian nasional, UU 23/2007 pengaturan lebih detail/lanjut pada peraturan
merupakan regulasi induk yang dalam yang lebih rendah, (2) yang bersifat
pelaksanaannya telah memandatkan dan/atau complementary, dalam rangka melengkapi
diperkuat dengan sejumlah peraturan pengaturan teknis pelaksanaan suatu aktivitas
pelaksanaan, yakni sebanyak 2 Peraturan dalam penyelenggaraan perkeretaapian yang
Pemerintah (PP), yakni: PP 56/2009 tentang membutuhkan kejelasan pengaturan
Penyelenggaraan Perkeretaapian (dan dikarenakan adanya perkembangan kondisi
perubahannya melalui PP 6/2017) dan PP lapangan maupun lingkungan strategis yang
72/2009 tentang Lalulintas dan Angkutan berpengaruh.
Kereta Api (dan perubahannya melalui PP Secara umum dalam UU 23/2007 sudah
61/2016), serta sekitar 71 Peraturan memuat 3 spirit/fungsi pokok dari suatu
Menteri/Keputusan Menteri (PM/KM) terkait peraturan perundang-undangan yang
teknis kebijakan di bidang sarana, prasarana, diharapkan dapat diimplementasikan melalui
SDM, tatanan dan pembinaan, kelembagaan, perumusan kebijakan dan regulasi
LLKA, dan lainnya. pelaksanaan (PP, Perpres, PM/KM, Perdirjen,
Kerangka regulasi di dalam Renstra dll), yakni berkaitan dengan pelaksanaan
2020-2024 diarahkan untuk melengkapi dan fungsi:
memperkuat struktur regulasi dalam  Fungsi perubahan: dikeluarkannya UU
penyelenggaraan perkeretaapian nasional di 23/2007 tentang Perkeretaapian
atas, melalui identifikasi kebutuhan penetapan membawa 2 spirit perubahan utama, yakni
regulasi baru (untuk substansi yang belum (1) menerapkan sistem multioperator
diatur) maupun perubahan/revisi dari regulasi dalam penyelenggaraan perkeretaapian
eksisting (jika ada bagian yang perlu untuk menciptakan efisiensi dan
disempurnakan atau tidak relevan lagi). efektivitas melalui persaingan. Spirit ini
Konteks penguatan kerangka regulasi mensyaratkan focusing pemerintah
di bidang perkeretaapian pada Renstra 2020- sebagai regulator dan pelibatan Pemda
2024 adalah untuk memastikan bahwa dan masyarakat/dunia usaha secara lebih
sejumlah agenda pengembangan sarana, ekstensif dalam penyelenggaraan
prasarana, SDM, kelembagaan, dan sistem perkeretaapian;
pendukung di bidang perkeretaapian yang  Fungsi stabilisasi: sebagaimana lazimnya
dicanangkan telah memiliki/didukung oleh sebuah produk pengaturan UU 23/2007
dasar hukum yang tepat. juga memuat berbagai ketentuan untuk
Tugas penyusunan regulasi (NSPK) memastikan penyelenggaraan
penyelenggaraan perkeretaapian kepada perkeretaapian sesuai dengan kaidah
Pemerintah (c.q DitjenPerkeretaapian) secara teknis dan asas-asas penyelenggaraan
spesifik tertuang dalam pasal 14 (1) UU 23 yang benar. Hal ini tersurat dalam
Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang sejumlah pasal yang mengatur tentang (1)
diperkuat juga melalui pasal 561 butir pada persyaratan teknis dan administratif
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 122 berkaitan dengan prasarana, sarana, dan
Tahun 2018. Kebutuhan penyusunan atau SDM perkeretaapian, (2) pola
perubahan NSPK di bidang perkeretaapian kelembagaan dan prosedur
dapat didasarkan kepada 2 sifat dasar, yakni penyelenggaraan sarana dan prasarana

III - 51
perkeretaapian, dan (3) hak dan kewajiban a. Peraturan turunan/pelaksana berupa
antar pihak dalam penyelenggaraan PM diharapkan dapat segera disusun
perkeretaapian; dan ditetapkan.
 Fungsi fasilitasi: dalam rangka memastikan b. Mempermudah Investasi di bidang
bahwa semua stakeholders terkait dapat perkeretaapian.
(1) menjalankan peran dalam c. Menyederhanakan persyaratan
penyelenggaraan perkeretaapian secara perizinan berusaha dan perizinan
optimal, maupun juga untuk (2) teknis di bidang perkeretaapian.
mendapatkan hak pelayanan kereta api 3. Revisi PP 15 Tahun 2016 Tentang PNBP di
secara baik, maka dalam UU 23/2007 juga Lingkungan Kementerian Perhubungan.
memuat beberapa ketentuan yang Urgensi pembentukan:
memberikan perlindungan, fasilitasi, a. Merevisi formula perhitungan biaya
maupun perlakuan khusus, terutama penggunaan prasarana milik Negara
dalam hal: (1) pelibatan pemda, swasta, (Track Acsess Charge / TAC) dan
dan masyarakat umum dalam perubahan besaran tarif/pengenaan
penyelenggaraan perkeretaapian, (2) PNBP lainnya di bidang perkeretaapian
fasilitasi penguasaan dan penerapan b. Beberapa ketentuan yang diamanatkan
teknologi perkeretaapian melalui rekayasa dalam UU 9 Tahun 2018 tentang PNBP
dan rancang bangun, (3) fasilitas terhadap agar menjadi acuan revisi PP 15 Tahun
masyarakat berkebutuhan khusus 2016.
(penyandang cacat,wanita hamil, anak di 4. Peraturan Menteri Nomor PM. 91 Tahun
bawah lima tahun, orang sakit, dan orang 2011 sebagaimana telah diubah dengan
lanjut usia) maupun fasilitasi bagi PM. 55 Tahun 2014 tentang
golongan ekonomi tertentu. Penyelenggaraan Perkeretaapian Khusus.
Dalam rangka mencapai tujuan dan Urgensi pembentukan:
sasaran program Direktorat Jenderal a. Menyederhanakan persyaratan
Perkeretaapian, diusulkan 7 regulasi yang perizinan berusaha dan perizinan
menjadi bidang tugas dan yang terkait dengan teknis di bidang perkeretaapian.
bidang tugas Direktorat Jenderal b. Menyesuaikan SOP Perizinan.
Perkeretaapian untuk ditetapkan dalam c. Mengakomodir sektor lain dalam
Program Legislasi Tahun 2020-2024. penyelenggaraan Perkeretaapian
Urgensi pembentukan masing-masing Khusus.
regulasi sebagai Kerangka Regulasi Direktorat 5. Revisi PM 60 Tahun 2012 tentang
Jenderal Perkeretaapian Tahun 2020-2024 Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api
adalah sebagai berikut: Urgensi pembentukan:
1. Revisi PP 24 Tahun 2018 tentang Mengakomodir perkembangan teknologi
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi di bidang perkeretaapian.
Secara Elektronik. 6. Revisi PM 11 Tahun 2012 tentang Tata
Urgensi pembentukan: Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api.
Mempermudah Investasi di bidang Urgensi pembentukan:
perkeretaapian. Mengakomodir perkembangan teknologi
2. PP 56 Tahun 2009 sebagaimana telah di bidang perkeretaapian
diubah dengan PP 6 Tahun 2017 tentang 7. Revisi PM 156 Tahun 2015 Tentang
Perkeretaapian. Pedoman Perhitungan Biaya Perawatan
Urgensi pembentukan: dan Pengoperasian Prasarana

III - 52
Perkeretaapian Milik Negara. Urgensi Dalam melaksanakan tugas, Direktorat
pembentukan: Jenderal Perkeretaapian menyelenggarakan
Mengoptimalkan penggunaan anggaran fungsi :
IMO yang lebih tepat sasaran a. Perumusan kebijakan di bidang
Adapun unit penanggung jawab, unit/instansi penyelengggaraan lalu lintas, angkutan,
terkait beserta target penyelesaian kebutuhan sarana, dan prasarana transportasi kereta
regulasi tersebut diatas, tercantum dalam api, serta peningkatan keselamatan
Lampiran Matrik Kerangka Regulasi Direktorat transportasi kereta api;
Jenderal Perkeretaapian Tahun 2020-2024 b. Pelaksanaan kebijakan di bidang
pada bagian akhir Dokumen Renstra ini. penyelenggaraan lalu lintas, angkutan,
sarana, dan prasarana transportasi kereta
3.3. Kerangka Kelembagaan api, serta peningkatan keselamatan
Penyelenggaraan Perkereteaapian transportasi kereta api;
2020-2024
c. Penyusunan norma, standar, prosedur,
Untuk menjaga organisasi Direktorat dan kriteria di bidang penyelenggaraan
Jenderal Perkeretaapian bisa menjalankan lalu lintas, angkutan, sarana, dan
tugas dan fungsinya secara tepat, efektif dan prasarana transportasi kereta api, serta
efisien, organisasi harus menyesuaikan diri peningkatan keselamatan transportasi
dari perubahan lingkungan dan tuntutan kereta api;
publik. Selain itu Direktorat Jenderal d. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis
Perkeretaapian perlu mewujudkan tata kelola dan supervisi di bidang penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance) lalu lintas, angkutan, sarana, dan
dan meningkatkan mutu pelayanan pada prasarana transportasi kereta api, serta
masyarakat. Maka untuk itu organisasi peningkatan keselamatan transportasi
memerlukan sumber daya manusia yang tepat kereta api;
secara kualitas dan kuantitas dengan dilakukan e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di
monitoring, evaluasi dan penataan organisasi bidang penyelenggaraan lalu lintas,
dan sumber daya manusia yang berkelanjutan. angkutan, sarana dan prasarana
transportasi kereta api, serta peningkatan
keselamatan transportasi kereta api;
3.3.1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi f. Pelaksanaan administrasi Direktorat
Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jenderal Perkeretaapian; dan
Sebagaimana Peraturan Menteri g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan
Perhubungan Nomor 122 Tahun 2018 tentang oleh Menteri.
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Perhubungan, Direktorat Jenderal
tersebut diatas, Direktorat Jenderal
Perkeretaapian berada di bawah dan
Perkeretaapian mempunyai struktur
bertanggung jawab kepada Menteri
organisasi terdiri dari:
Perhubungan. Tugas dari Direktorat Jenderal
Perkeretaapian mempunyai tugas a. Sekretariat Direktorat Jenderal
menyelenggarakan perumusan dan Perkeretaapian;
pelaksanaan kebijakan di bidang b. Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
perkeretaapian. Api;
c. Direktorat Prasarana Perkeretaapian;
d. Direktorat Sarana Perkeretaapian;

III - 53
e. Direktorat Keselamatan Perkeretaapian; Sampai dengan tahun 2019, sumber
f. Unit Kerja Mandiri setingkat Eselon III daya manusia Direktorat Jenderal
dengan rincian: Perkeretaapian secara keseluruhan berjumlah
1) Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I 608 pegawai dengan rincian 343 pegawai di
Wilayah Jakarta dan Banten; kantor pusat dan 265 pegawai tersebar di Balai
2) Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Perkeretaapian.
Wilayah Jawa Bagian Barat;
Uraian jumlah pegawai Direktorat
3) Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I
Jenderal Perkeretaapian tahun 2019 sebagai
Wilayah Jawa Bagian Tengah;
berikut:
4) Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I
Wilayah Jawa Bagian Timur; a. Sekretariat Direktorat Jenderal
5) Balai Teknik Perkeretapaian Kelas II Perkeretaapian sebanyak 100 pegawai;
Wilayah Sumatera Bagian Utara; b. Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
6) Balai Teknik Perkeetaapian Kelas II Api sebanyak 54 pegawai;
Wilayah Sumatera Bagian Barat; c. Direktorat Prasarana Perkeretaapian
7) Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II sebanyak 69 pegawai;
Wilayah Sumatera Bagian Selatan; d. Direktorat Sarana Perkeretaapian
8) Balai Pengujian Perkeretaapian; sebanyak 56 pegawai;
9) Balai Perawatan Perkeretaapian; e. Direktorat Keselamatan Perkeretaapian 62
10) Balai Pengelola Kereta Api Ringan pegawai;
Sumatera Selatan; f. Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I
11) Balai Pengelola Kereta Api Sulawesi Wilayah Jakarta dan Banten sebanyak 29
Selatan. pegawai;
g. Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I
Organisasi dan tata kerja Balai diatur melalui
Wilayah Jawa Bagian Barat sebanyak 39
Peraturan Menteri Perhubungan yakni:
pegawai;
a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor h. Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I
63 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Wilayah Jawa Bagian Tengah sebanyak 44
Tata Kerja Balai Teknik Perkeretaapian; pegawai;
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor i. Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I
64 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Wilayah Jawa Bagian Timur sebanyak 31
Tata Kerja Balai Pengujian Perkeretaapian; pegawai;
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor j. Balai Teknik Perkeretapaian Kelas II
65 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Wilayah Sumatera Bagian Utara sebanyak
Tata Kerja Balai Perawatan 21 pegawai;
Perkeretaapian; k. Balai Teknik Perkeetaapian Kelas II Wilayah
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Sumatera Bagian Barat sebanyak 11
119 Tahun 2018 tentang Organisasi dan pegawai;
Tata Kerja Balai Pengelola Kereta Api l. Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II
Ringan Sumatera Selatan; Wilayah Sumatera Bagian Selatan
e. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor sebanyak 24 pegawai;
26 Tahun 2020 tentang Organisasi dan m. Balai Pengujian Perkeretaapian sebanyak
Tata Kerja Balai Pengelola Kereta Api 32 pegawai;
Sulawesi Selatan. n. Balai Perawatan Perkeretaapian sebanyak
21 pegawai;

III - 54
o. Balai Pengelola Kereta Api Ringan eksisting Direktorat jenderal Perkeretaapian.
Sumatera Selatan sebanyak 14 pegawai; Proyeksi disusun dengan asumsi:
Proyeksi kebutuhan SDM aparatur a. Pemenuhan pegawai baru tahun 2020
Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk berasal dari rekrutmen umum tahun
jangka waktu 5 tahun dihitung dan disusun 2019;
secara hati-hati berdasarkan ketenatuan yang b. Kecukupan anggaran dan sarana
berlaku, arah kebijakan nasional dan kondisi prasarana pendukung lainnya;

Tabel III.2 Proyeksi kebutuhan SDM Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun 2020 - 2024
Tahun
No Uraian Total
2020 2021 2022 2023 2024
1 Bezetting ASN 608 1.010 1.262 1.386 1.510 -
(1 Jan)
2 Prediksi Pensiun 8 12 8 11 7 46
2 Rekrutmen ASN 410 264 132 135 134 1.075
3 Jumlah ASN 1.010 1.262 1.386 1.510 1.637 -
(31 Des)

3.3.2. Kelembagaan Penyelenggaraan khususnya yang berkenaan dengan:


Perkeretaapian Eksisting (1) pengujian/sertifikasi prasarana (pasal 68 (2)
Penyelenggaraan layanan kereta api UU 23/2007), (2) pendidikan dan pelatihan
dalam UU 23/2007 disebutkan bahwa terdapat serta sertifikasi SDM perkeretaapian (operator
3 kelompok stakeholders utama, yakni: dan penguji) (pasal 74 (4), 80 (3, 4), 104 (4),
1) Pengguna jasa setiap orang dan/atau 116 UU 23/2007), (3) pengujian/sertifikasi
badan hukum yang menggunakan jasa sarana (pasal 98 (2) UU 23/2007).
angkutan kereta api, baik untuk angkutan Kelembagaan penyelenggaraan erkeretaapian
orang maupun barang (pasal 1 butir 12 di Indonesia, baik eksisting maupun yang ideal
UU 23/2007); sesuai amanat UU 23/2007.
2) Badan Usaha Penyelenggara: baik yang Struktur organisasi pembina
berlaku sebagai penyelenggara prasarana penyelenggaraan perkeretaapian di
perkeretaapian dan/atau penyelenggara Pemerintah Pusat, yakni Direktorat Jenderal
sarana perkeretaapian (pasal 1 butir 10, Perkeretaapian sesuai Peraturan Menteri
16, 17 UU 23/2007); 122/2018, sudah dibentuk
3) Pembina Penyelenggaraan 5 direktorat pembina (Eselon II) yang secara
Perkeretaapian: yakni pemerintah (Pusat, teknis mengurusi: prasarana, sarana, lalu lintas
Provinsi, dan Kab/Kota) yang bertugas dan angkutan, serta keselamatan. Aspek
melakukan pengaturan, pengendalian, pengusahaan tidak diurus secara spesifik pada
dan pengawasan penyelenggaraan level Direktorat/Eselon II, ini hanya diurus
perkeretaapian (pasal 13, 14 UU pada level Eselon III yakni Subdirektorat
23/2007). Kerjasama dan Pengembangan Usaha di
Kewenangan pembinaan dalam UU bawah Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan KA.
23/2007 oleh Pemerintah sebagian dapat Secara kelembagaan, jika diharapkan peran
didelegasikan kepada Lembaga/Badan Hukum swasta/Pemda lebih besar, maka akan lebih
baik jika aktivitas investasi di bidang

III - 55
perkeretaapian diurus oleh Unit Eselon II
tersendiri atau suatu special delivery unit (SDU)
yang dibentuk khusus di Kementerian
Perhubungan yang khusus mengurusi investasi
infrastruktur di bidang Perhubungan.
Perkeretaapian daerah (Provinsi,
Kab/Kota) saat ini sudah mulai
diselenggarakan oleh Pemda, termasuk DKI
Jakarta yang sudah melakukan kerja sama
dengan PT. Jakarta Monorail serta PT. MRT
Jakarta, kelembagaan khusus yang mengurusi
mengenai pembinaan perkeretaapian di
daerah-daerah sudah terbentuk. Perlunya
mempersiapkan SDM dan kelembagaan yang
cukup besar untuk melakukan tugas
pembinaan (pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan).

III - 56
Ditjen Perkeretaapian
(Unit Kerja Eselon I) Sekretariat Direktorat Jenderal
(Unit Kerja Eselon II)

Bagian Bagian Bagian Hukum Bagian


Perencanaan Keuangan Kepegawaian Dan

B Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Unit Kerja Eselon II Direktorat Unit Kerja Eselon II Direktorat Sarana Unit Kerja Eselon II Direktorat
(Unit Kerja Eselon II) Prasarana Perkeretaapian Perkeretaapian Keselamatan Perkeretaapian
T T T T
U U U U
Sub Direktorat Penataan & Sub Direktorat Jalur dan Sub Direktorat Sub Direktorat Rekayasa dan
Pengembangan Jaringan Bangunan Kereta Api Wilayah Pengembangan dan Peningkatan Keselamatan
I Pengawasan Sarana
Sub Direktorat Lalu Lintas Sub Direktorat Jalur dan Sub Direktorat Audit dan
Sub Direktorat Pengelolaan
Bangunan Kereta Api Wilayah II Inspeksi Keselamatan
Sarana Milik Negara
Sub Direktorat Angkutan
Sub Direktorat Fasilitas Sub Direktorat Pemeriksaan
Operasi Kereta Api Sub Direktorat Kelaikan dan Analisis Kecelakaan
Sarana Wilayah I
Sub Direktorat Kerjasama
Sub Direktorat Kelaikan Jalur & Sub Direktorat Sertifikasi SDM
dan Pengembangan Usaha dan Akreditasi Kelembagaan
Bangunan KA
Sub Direktorat Kelaikan
Sub Direktorat Kelaikan Sarana Wilayah II Sub Direktorat Pencegahan
Fasilitas Operasi Kereta Api dan Penegakan Hukum
B: Balai Teknik, Balai Perawatan, Balai Pengujian Perkeretaapian dan Balai
Pengelolaan
TU: Subbagian Tata Usaha
Wilayah I: Bagian Selatan Indonesia (Jawa, Bali, NTB, NTT, Papua)
Wilayah II: Bagian Utara Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku)
Sumber: Peraturan Menteri Nomor 122/2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian

III - 57
3.3.3. Kebutuhan Penguatan Kelembagaan kinerja serta manfaat perkeretaapian nasional
Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagaimana diamanatkan dalam UU 23/2007
2020-2024 tentang Perkeretaapian. Pada Gambar 3.2
Kerangka kelembagaan dalam disampaikan kerangka umum kelembagaan
penyelenggaraan perkeretaapian di Indonesia penyelenggaraan perkeretaapian nasional
perlu dipandang secara komprehensif, di mana Tahun 2020-2024, secara umum penguatan
kerangka kelembagaan ini merupakan pola kelembagaan penyelenggaraan
susunan dan interaksi antar stakeholders perkeretaapian nasional, terdiri dari:
dalam upaya meningkatkan ketersediaan dan

Sumber: Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2020

Gambar 3.2 Skema Umum Kelembagaan Penyelenggaraan Perkeretapian Tahun 2020-2024

1. Penguatan Kelembagaan Ditjen yang dilakukan di lingkungan dan oleh


Perkeretaapian Ditjen Perkeretaapian.
Ditjen Perkeretaapian yang dibentuk Pada perioda Tahun 2014, dilakukan
pada Tahun 2005 yang kemudian Pembentukan 3 jenis Balai di Lingkungan
memegang mandat tertinggi dalam Ditjen Perkeretaapian, yakni: (1) Balai
penyelenggaraan perkeretaapian nasional Teknik Perkeretaapian (melalui PM
sesuai UU 23/2007, merupakan Unit 63/2014), (2) Balai Pengujian
Organisasi Teknis yang relatif muda di Perkeretaapian (melalui PM 64/2014), dan
Lingkungan Kementerian Perhubungan (3) Balai Perawatan Perkeretaapian
(kemudian terakhir dibentuk BPTJ pada (melalui PM 65/2014). Ketiga jenis Balai
Tahun 2015). Selama perioda 2005-2019 tersebut secara teknis mewakili
(15 tahun, 3 perioda Renstra) sudah cukup kelembagaan Ditjen Perkeretaapian yang
banyak perkembangan dan perubahan melakukan fungsi pembinaan (pengaturan,
dalam konteks regulasi dan kelembagaan pengawasan, dan pengendalian) dan juga
pelaksanaan (pembangunan dan

III - 58
perawatan) dari penyelenggaraan Organisasi ke-satker-an di lingkungan
perkeretaapian di lapangan. Ditjen Perkeretaapian perlu ditingkatkan
Selanjutnya, pada akhir 2018, dibentuk kapabilitasnya, terutama melalui
1 jenis lagi balai, yakni Balai Pengelola pemenuhan jumlah dan kualifikasi SDM
Kereta Api Ringan Sumatera Selatan yang sesuai kebutuhan, terutama pejabat satker
bertugas melaksanakan pengelolaan yang harus memiliki sertifikat, khususnya
sarana dan prasarana kereta api ringan PPK, PPSPM.
Sumatera Selatan. Di lingkungan Ditjen Perkeretaapian
Hasil evaluasi atas efektivitas kinerja juga diperlukan penguatan pengelolaan
setiap jenis Balai tersebut menghasilkan alternatif funding dengan pembentukan
beberapa rekomendasi terhadap upaya badan khusus yang menangani pendanaan
penguatan kelembagaannya di Tahun alternatif.
2020-2024, yakni: 2. Penguatan Kelembagaan Operator
 Pemekaran Balai Teknik Sebagaimana diamanatkan dalam UU
Perkeretaapian untuk menyongsong No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
rencana pembangunan dan bahwa penyelenggaraan sarana dan
pengoperasian kereta api di Pulau prasarana perkeretaapian eksisting harus
Sulawesi, Kalimantan, dan Papua; disesuaikan dengan ketentuan dalam
 Penambahan balai pengujian undang-undang tersebut, yakni diarahkan
perkeretaapian dan balai perawatan menjadi multi-operator. Pada dasarnya,
perkeretaapian yang saat ini lokasinya saat ini multi-operator dalam
baru di Pulau Jawa, untuk secara penyelenggaraan perkeretaapian sudah
bertahap dikembangkan ke masing- terjadi, di mana sudah terbentuk sejumlah
masing Pulau Besar, setidaknya dalam Badan Usaha Baru (selain PT. KAI Persero)
perioda 2020-2024 dibentuk di Pulau sebagai BUP sarana dan/atau BUP
Sumatera; prasarana (seperti: PT. KCI, PT. KCIC, PT.
 Penambahan tugas dan fungsi dari Railink, PT. MRT Jakarta, dll). BUP baru
setiap jenis balai, untuk juga tersebut umumnya untuk
melakukan pembinaan teknik, penyelenggaraan KA perkotaan (teknologi
pengujian, dan perawatan bagi non-konvensional) dan KA akses bandara.
perkeretaapian yang diselenggarakan Pesatnya perkembangan BUP
oleh Daerah; perkeretaapian ini cukup baik, apalagi ke
Berbagai hambatan dalam penyerapan depan akan berkembang sejumlah KA
anggaran pada perioda 2015-2019 telah perkotaan baru dan KA pengakses bandara
teridentifikasi, mulai dari hambatan baru.
pengadaan lahan, kesiapan perencanaan Namun demikian, perlu dicatat bahwa
teknis, proses pelelangan, hingga kualitas pada beberapa kasus (yang investasi
mitra kerja. Bagaimanapun juga, prasarana KA-nya dilakukan pemerintah)
kemampuan setiap satuan kerja (satker) di terdapat kecenderungan untuk kembali
lingkungan Ditjen Perkeretaapian untuk menunjuk PT. KAI sebagai operatornya
merencanakan dan (misalnya: LRT Palembang, LRT
mengeksekusi/melaksanakan kegiatan Jabodetabek, dan kemungkinan KA
(khususnya kegiatan fisik di lapangan) harus Sulawesi Makassar-Parepare), bahkan
ditingkatkan. melalui mekanisme penunjukkan.

III - 59
Idealnya, multioperator juga didorong  Pola kelembagaan kerjasama antara
pelaksanaannya pada jalur eksisting di Pemerintah Pusat dan Daerah serta
Jawa dan Sumatera (antarkota) yang dengan swasta, sehingga proses
merupakan jaringan jalur KA terbesar yang perizinan, pemberian bantuan teknis
dimiliki oleh Pemerintah. Pada dasarnya, dan pendanaan (termasuk hibah),
Pemerintah belum membentuk BUP baru koordinasi, serta bidang pembinaan
untuk menyelenggaraan prasarana yang lainnya perlu ditetapkan sistem dan
dimiliki pemerintah. prosedur teknisnya sehingga dapat
Ini membawa konsekuensi bahwa dijalankan dengan baik.
Badan Usaha Penyelenggara (BUP)  Peningkatan peran lembaga non
eksisting (PT. KAI) harus ditransformasikan pemerintah dalam bidang
menjadi BUP sarana dan BUP prasarana. perkeretaapian. Peran lembaga
Transformasi ini diperlukan juga agar pendidikan, asosiasi profesi,
mekanisme pemberian IMO perguruan tinggi, dan
(Infrastructure Maintenance and lembaga/instansi terkait lainnya dalam
Operation) kepada BUP prasarana penyelenggaraan perkeretaapian
perkeretaapian milik pemerintah dari sebagaimana diamanatkan dalam UU
pemerintah, serta pembayaran TAC (Track No. 23 Tahun 2007 tentang
Access Charge) dari BUP sarana ke BUP Perkeretaapian. Lembaga asosiasi
prasarana dapat dihitung dan dilaksanakan profesi, lembaga pendidikan dan
sesuai ketentuan dan kaidah pengelolaan perguruan tinggi akan melakukan
yang baik. Pembentukan BUP tugas dalam pelaksanaan pendidikan
penyelenggara prasarana ini cukup dan pelatihan, sedangkan lembaga
strategis, karena selain mendorong adanya sertifikasi akan melakukan sertifikasi
peningkatan kualitas pemeliharaan dan SDM perkeretaapian serta serftifikasi
pengoperasian prasarana perkeretaapian, sarana dan prasarana perkeretaapian.
juga akan membuka keran bagi  Penguatan industri pendukung
terselenggaranya multi operator dalam perkeretaapian. Sinergi/kerjasama
penyelenggaraan sarana perkeretaapian antar badan usaha yang bergerak di
eksisting. Diharapkan akan muncul BUP bidang industri perkeretaapian adalah
sarana yang baru, sehingga akan tercipta penting dalam pengembangan industri
persaingan dalam layanan yang lebih sehat perkeretaapian. Sehingga ada pihak
dan terdapat potensi untuk peningkatan yang bertanggung jawab menyediakan
utilisasi dari aset prasarana eksisting. bahan baku yang dibutuhkan untuk
Selain dari kebutuhan pembentukan industri perkeretaapian, ada pihak
BUP baru dari sisi operator, pada yang membuat rancangan/desain, ada
Direktorat Jenderal Perkeretaapian pihak yang membuat
dibutuhkan penguatan kelembagaan pada sistem/teknologinya, ada pihak yang
fungsi Balai dalam pelaksanaan tugas- membuat mesinnya, ada pihak yang
tugas di wilayah kerja masing-masing dan membuat dan bertanggung jawab
peningkatan jumlah dan kualitas PPK. pada persinyalan/fasilitas operasinya
3. Penguatan Kelembagaan Stakeholders dan ada pihak yang membangun jalur
Dalam perioda Renstra 2020-2024 KA/relnya. Pembagian informasi antar
perlu dilakukan: Badan Usaha yang bergerak di bidang
industri perkeretaapian juga

III - 60
dibutuhkan, yaitu antara badan usaha Terkait dengan hal diatas maka dalam
yang berfungsi dalam mendesain dan rangka pengembangan sistem perkeretaapian
memproduksi sistem perkeretaapian nasional dan amanah yang diemban oleh
dengan badan usaha yang bergerak di Direktorat Jenderal Perkeretaapian, maka
produksi bahan baku untuk industri dibutuhkan reorganisasi atau menata ulang
perkeretaapian, contoh pembagian struktur organisasi dan peningkatan status UPT
informasi antara lain informasi Balai Teknik Perkeretaapian. Konsep yang
mengenai desain produk, kebutuhan diusulkan adalah sebagai berikut:
jenis bahan baku beserta detail jenis 1. Reorganisasi Unit Kerja (Direktorat Baru)
bahan baku yang dibutuhkan, jumlah di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian
kebutuhan bahan baku, ukuran detail, Pertimbangan kebutuhan penataan
dan kualitas yang diinginkan. Sehingga organisasi diantaranya karena:
badan usaha yang bergerak di produksi a. Faktor Internal
Perubahan beban kerja, Perluasan
bahan baku akan dapat
wilayah kegiatan sehiggga terdapat
memperkirakan apakah akan masuk
potensi penerimaan negara yang
pada skala pasar yang dibutuhkan
belum tergali dan Pengembangan
untuk menutup investasi.
strategi yang dilakukan pimpinan
Pembentukan Unit Kerja Baru (Direktorat
b. Faktor Eksternal
Baru) di Lingkungan Direktorat Jenderal
Adanya kebijakan pemerintah yang
Perkeretaapian
berimplikasi perlunya perubahan
Seiring dengan pesatnya pembangunan
struktur, tugas dan fungsi organisasi.
daerah dan perkotaan, diharapkan
Kemudian adanya tuntutan
pembangunan transportasi perkeretaapian
stakeholder dalam upaya pencapaian
nasional mampu menjadi tulang punggung
tujuan organisasi. Dan yang terakhir
angkutan barang dan angkutan penumpang
dalam rangka adaptasi terhadap
perkotaan sehingga dapat menjadi salah satu
kemajuan teknologi.
penggerak utama perekonomian nasional.
c. Perubahan Lingkungan
Penyelenggaraan transportasi perkeretaapian Mitigasi bencana dan konflik,
nasional yang terintegrasi dengan moda Kolaborasi layanan antara Pemda dan
transportasi lainnya dapat meningkatkan Badan Usaha, Modernisasi layanan,
efisiensi penyelenggaraan perekonomian Komplemen Layanan, SDM
nasional. Oleh karena itu, penyelenggaraan Perkeretaapian, Kerjasama dan
perkeretaapian nasional di masa depan harus Konektivitas Regional, Green
mampu menjadi bagian penting dalam struktur Transport.
perekonomian nasional.

Gambar 3.3 Usulan Bagan Organisasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian

III - 61
Unit kerja Eselon II baru yang belum bisa diimbangi dengan SDM yang
diusulkan adalah Direktorat Manajemen memadai baik secara kuantitas, kualitas
Aset Perkeretaapian dengan tugas dan maupun kelembagaan untuk pengawasan,
fungsinya adalah melaksanakan kebijakan pemantauan penyelenggaraannya. Selain
dan NSPK serta bimbingan teknis dan itu, tugas-tugas baru pemerintah terkait
supervisi di bidang manajemen aset dengan percepatan Proyek Strategis
perkeretaapian, inventarisasi dan Nasional dan rencana ke depan
pengawasan aset, pengadaan lahan, sebagaimana diamanatkan RIPNAS akan
pengelolaan aset, penyelenggaraan semakin sulit dipenuhi jika ketimpangan
kerjasama dan pengembangan usaha. yang ada masih terjadi.
Hal-hal yang perlu disiapkan terkait Usaha untuk mewujudkan target
adanya perubahan organisasi adalah tersebut, Kementerian Perhubungan
dibutuhkan penyesuaian jumlah SDM, melalui Direktorat Jenderal
penyesuaian sarana dan prasarana Perkeretaapian, menyadari pentingnya
fasilitas kerja serta memerlukan penataan organisasi dan peningkatan
penyesuaian alokasi anggaran. status unit pelaksana teknis yang akan
2. Peningkatan status UPT Balai Teknik menjadi motor pelaksana dalam menata
Perkeretaapian menjadi Balai Besar kembali penyelenggaraan perkeretaapian
Perkeretaapian. nasional secara menyeluruh sehingga
Sebagai bagian dari upaya
tujuan penyelenggaraan perkeretaapian
mengembangkan sistem perkeretaapian
sebagaimana diamanatkan dalam
nasional di dalam struktur Direktorat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Jenderal Perkeretaapian telah dibentuk
tentang Perkeretaapian dan Peraturan
Unit Pelaksana Teknis yaitu Balai Teknik
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Perkeretaapian (BTP) berdasar Peraturan
perubahan atas Peraturan Pemerintah
Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2009 tentang
PM No.63 Tahun 2014. Pertimbangan
Penyelenggaraan Perkeretaapian serta
utama pembentukan UPT Balai Teknik
Peraturan Presiden nomor 109 tahun 20
Perkeretaapian adalah dalam rangka
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
meningkatkan efektifitas pelaksanaan
Presiden nomor 3 tahun 2016 tentang
peningkatan prasarana, fasilitasi
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
bimbingan dan pengawasan teknis, serta
Nasional Proyek dapat terlaksana dengan
koordinasi pelaksanaan operasional
baik. Usulan struktur organisasi Balai
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
Besar Perkeretaapian terdiri dari :
kereta api.
a. Kepala Balai Besar
Kondisi saat ini, beberapa elemen dari b. Bagian Umum
sistem tersebut masih mengalami c. Bidang Lalu Lintas
ketimpangan antara lain: jumlah SDM d. Bidang Prasarana
yang ada tidak memadai untuk bisa e. Bidang Sarana dan Keselamatan
menangani seluruh tugas fungsi yang Perkeretaapian
f. Kelompok Jabatan Fungsional
diamanatkan peraturan; pertambahan
volume prasarana yang ditingkatkan

III - 62
Gambar 3.4 Usulan Bagan Organisasi Balai Besar Teknik Perkeretaapian

Balai Besar Teknik Perkeretaapian pelaksanaan tugas dan fungsi BBTP.


(BBTP) memiliki otoritas penuh dalam Rentang kendali organisasi Balai Besar
melaksanakan koordinasi program, Perkeretaapian sebagai contoh dapat
pelaksanaan kerjasama dengan mitra digambarkan sebagaimana gambar di
strategis dan pengguna layanan, proses ini bawah ini :
mewujudkan efisiensi dan efektivitas
Menteri
Perhubungan

Rekomendasi Arah &


Kebijakan Kebijakan KA Nasional

Penugasan Pelaksanaan Kebijakan


Direktur
Jenderal Perumusan Kebijakan Nasional &
Perkeretaapian Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan

Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penugasan Pelaksanan Kebijakan

Rekomendasi Kebijakan Wilayah


• BUMN/D Jakarta - Banten
• Swasta Mitra Kerja
BBTP Direktorat
• Litbang Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan
Wilayah Jakarta - Banten

Bantuan Teknis Operasional & Teknologi Bantuan Teknis Operasional Kordinasi Penugasan Penugasan Teknis
Operasional
Pelaksanaan Kebijakan, Program
Koordinasi Program, Kerjasama dan dan Teknis Operasional
Evaluasi Kinerja Pelayanan Balai Eselon 3

• Pemprov/Pemda Pengelolaan Lalu Lintas Dan


• Operator Layanan Aman, Nyaman, Cepat,
Tepat Waktu, Biaya Murah Angkutan Wilayah Jakarta -
• Masyarakat Banten

Gambar 3.5 Rentang kendali organisasi Balai Besar Perkeretaapian

III - 63
Penataan organisasi dengan 8. Pelaksanaan analisis dan penanganan
meningkatkan status Balai Teknik kecelakaan sesuai dengan ketentuan
Perkeretaapian menjadi Balai Besar Teknik peraturan perundang-undangan;
Perkeretaapian memberi dampak yang 9. Pengawasan penyelenggaraan di
optimal dalam pengelolaan perkeretapian bidang prasarana, sarana, lalu lintas
wilayah kerja dikarenakan Balai Besar dan keselamatan perkeretaapian;
Teknik Perkeretaapian memiliki 10. Pengendalian dan pengawasan
kewenangan tugas strategis dan tugas pelaksanaan pembangunan prasarana
teknis operasional dan/atau teknis, perkeretaapian;
sehingga pelaksanaan perencanaan, 11. pelaksanaan urusan perencanaan,
pelaksanaan, pembangunan, peningkatan, keuangan, hukum, hubungan
operasi dan pemeliharaan perkeretaapian masyarakat, sumber daya manusia,
wilayah kerja dapat berjalan lebih efisien ketatausahaan, pengadaan, dan
dan efektif. rumah tangga.
Berdasarkan adanya kewenangan Guna mewujudkan kelembagaan
tugas yang baru, maka jenis layanan yang Direktorat Jenderal Perkeretaapian yang
diselenggarakan oleh Balai Besar Teknik optimal pada tahun 2020-2024, Direktorat
Perkeretaapian sesuai dengan amanat Jenderal Perkeretaapian melaksanakan
tugas dan fungsinya mencakup banyak strategi sebagai berikut:
aspek, yaitu: 1. Penyederhanaan Birokrasi Melalui
1. Penyiapan perumusan rekomendasi Optimalisasi Jabatan Fungsional Sebagai
teknis di bidang lalu lintas dan Tindak Lanjut Undang-Undang Nomor 5
angkutan, prasarana, sarana dan Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
keselamatan perkeretapaian; Dalam rangka tindak lanjut amanat
2. Penyusunan pola dan perencanaan Presiden Republik Indonesia dalam Sidang
konektivitas angkutan perkeretaapian Paripurna MPR tanggal 20 Oktober 2019
dan integrasi antar moda; terkait penyederhanaan birokrasi yang
3. Pelaksanaan penetapan dan selaras dengan UU No. 5 Tahun 2014
pemantauan kinerja dan standar tentang Aparatur Sipil Negara, jabatan
pelayanan minimum angkutan Fungsional akan lebih dioptimalkan.
penumpang dan barang; Jabatan funsional berperan dalam
4. Pelaksanaan pemetaan dan analisis mewujudkan tujuan organisasi karena
kebutuhan prasarana perkeretaapian; sebagai bagian penting dari implementasi
5. Pelaksanaan penetapan ijin tugas Kementerian/ Lembaga dalam
perpotongan dan persinggungan jalur mencapai target dan rencana strategis.
kereta api; Penyederhanaan birokrasi melalui
6. Pelaksanaan pembangunan, optimalisasi jabatan fungsional sebagai
peningkatan dan perawatan tindak lanjut UU No. 5 Tahun 2014 tentang
prasarana perkeratapaian; Aparatur Sipil Negara, bertujuan sebagai
7. Pelaksanaan pencegahan dan percepatan pelayanan kepada
penindakan pelanggaran perundang- stakeholders, organisasi yang agile dan
undangan di bidang perkeretaapian; peningkatan profesionalisme Aparatur
Sipil Negara. Hal ini dilakukan dengan
prinsip hati-hati dan bertanggung jawab

III - 64
agar tidak kontra produktif. Tahapan yang sumber daya alam dengan memperhatikan
dilalui dalam implementasi dampaknya terhadap lingkungan.
penyederhanaan birokrasi (delayering) Penerapan hal ini diantaranya paperless,
dengan optimalisasi jabatan fungsional energy saving dan efisiensi space. Sebagai
antara lain: organisasi modern, Direktorat Jenderal
1) Pemetaan tugas dan fungsi di setiap Perkeretaapian wajib mengarahkan semua
jenjang jabatan. aktivitas kerja berorientasi meningkatkan
2) Pembentukan/penyempurnaan kualitas lingkungan hidup, kesehatan dan
jabatan fungsional core business kenyamanan lingkungan kerja dengan
Direktorat Jenderal Perkeretaapian. tetap berprinsip pada peningkatan kinerja.
3) Penataan organisasi dan tata kerja Kerangka Kelembagaan dimaksud
yang selaras dengan implementasi untuk meningkatkan efektifitas dan
jabatan funsional. efisensi pelaksanaan tugas di bidang
2. Penguatan tugas dan fungsi struktur perkeretaapian, mewujudkan tata kelola
organisasi pada kantor pusat, balai/unit pemerintahan yang baik (good
pelaksana teknis di lingkungan Direktorat governance) dan meningkatkan mutu
Jenderal Perkeretaapian sebagai dampak pelayanan kepada masyarakat sesuai
dari dinamika yang terjadi dengan tetap kebutuhan, beban kerja, kemajuan
memperhatikan peraturan yang ada teknologi, tuntuan stakeholder dan
3. Pembangunan Zona Integritas menuju dinamika yang terjadi. Usulan penataan
Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah organisasi merupakan inisitif yang tentatif
Birokrasi Bersih dan Melayani (ZI tergantung perkembangan internal dan
WBK/WBBM) eksternal Direktorat Jenderal
4. Penguatan budaya organisasi Direktorat Perkeretaapian, perubahan kebijakan
Jenderal Perkeretaapian melalui Digital terkait tugas dan fungsi Direktorat
Workplace, inovasi dan green office yang Jenderal Perkeretaapian dan kebijakan
mendukung efisiensi dan ramah Kementerian Pendayagunaan Aparatur
lingkungan. Negara dan Reformasi Birokrasi.
Digital Workplace adalah konsep
mengubah budaya kerja memanfaatkan
teknologi informasi sebagai pendukung
pelaksanaan pekerjaan. Diperlukan
dorongan untuk mengubah mindset, pola
kerja dan semangat dalam melaksanakan
tugas menghadapi transformasi digital dan
tren perubahan mekanisme kerja.
Terobosan seperti collaborative working
space, flexible working hour dan flexible
working space untuk mewujudkan budaya
kerja yang adaptif, berbasis digital dan
berintegritas untuk produktifitas, kinerja
dan work life balance.
Green office adalah konsep
manajemen lingkungan kantor yang
dituntut untuk dapat menggunakan

III - 65
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

1. Sasaran meningkatnya penyediaan


4.1. Target Kinerja
Untuk mewujudkan visi dan misi infrastruktur dasar dengan indikator Rasio
Presiden dan Wakil Presiden dan mendukung kejadian kecelakaan KA per 1 juta km
kebijakan nasional, Direktorat Jenderal perjalanan.
Perkeretaapian menetapkan 3 (tiga) tujuan 2. Sasaran meningkatnya konektivitas
yang dilengkapi dengan 3 sasaran program. wilayah dengan indikator Panjang jaringan
Sasaran program adalah kondisi yang KA yang terbangun (kumulatif) dan Kondisi
diharapkan secara nyata oleh Direktorat jalur KA sesuai standar Track Quality Index
Jenderal Perkeretaapian dan merupakan (TQI) kategori 1 dan 2.
cermin pengaruh atas ditimbulkannya hasil 3. Sasaran meningkatnya layanan angkutan
(outcome) dari beberapa Kegiatan. Dalam umum massal di 6 (enam) kota
rangka mengukur tingkat keberhasilan metropolitan dengan indikator Jumlah
capaian, tiap sasaran program diukur dengan kota metropolitan dengan sistem
menggunakan Indikator Kinerja Program dan angkutan umum massal perkotaan yang
setiap Kegiatan diukur dengan menggunakan dibangun dan dikembangkan dan Jumlah
Indikator Kinerja Kegiatan. kota yang dibangun perlintasan tidak
Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah sebidang.
menetapkan beberapa indikator kinerja Sesuai dengan struktur sasaran dan
beserta targetnya pad tahun 2020-2024. Hal indikator kinerja program penyelenggaraan
tersebut untuk mengukur pencapaian sasaran perkeretaapian tahun 2020-2024 yang
program maupun pencapaian kegiatan. disampaikan sebelumnya serta untuk
Rumusan indikator tersebut tetap mendukung sasaran pembangunan nasional,
memperhatikan arahan dalam RPJMN 2020- maka dengan mempertimbangkan kebutuhan
2024. sesuai perkembangan lingkungan strategis
Ada 5 (lima) indikator kinerja yang serta kemampuan Direktorat Jenderal
diamanatkan dalam RPJMN kepada Direktorat Perkeretaapian dari hasil evaluasi pelaksanaan
Jenderal Perkeretaapian dalam mendukung Renstra 2015-2019, telah ditetapkan target
tiga sasaran pembangunan nasional dalam sasaran program penyelenggaraan
Agenda Pembangunan 5 (Memperkuat perkeretaapian untuk periode Renstra 2020-
Infrastruktur untuk Mendukung Pembangunan 2024 sebagaimana disampaikan berikut:
Ekonomi dan Pelayanan dasar), yaitu:

IV - 66
Tabel IV.1 Target Kinerja Program

Baseline Target
No Tujuan/Sasaran Program Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 Peningkatan konektivitas jaringan perkeretaapian dengan aksesibilitas yang tinggi

Konektivitas jaringan perkeretaapian nasional yang


IKP1 Rasio Konektivitas Antar Wilayah 0,32 0,33 0,34 0,34 0,35 0,36
diwujudkan dalam penyediaan infrastruktur
2 Peningkatan keselamatan transportasi perkeretaapian yang andal

Keselamatan transportasi perkeretaapian dengan


IKP2 Rasio kejadian kecelakaan transportasi kereta api (rate
Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana yang 0,15 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22
of accident)
andal
3 Peningkatan kinerja pelayanan transportasi perkeretaapian yang optimal

Kinerja pelayanan transportasi perkeretaapian yang IKP3 Persentase capaian on time performance (OTP)
69 74 76 78 80 82
terpercaya dan sesuai kebutuhan transportasi kereta api

IKP4Pemenuhan target angkutan penumpang kereta api - 10 21 47 73 100

IKP5 Pemenuhan target angkutan barang kereta api - 11 27 46 68 100

IKP6 Persentase pengoperasian jalur KA yang sesuai dengan


81,50 83 85 87 90 94
TQI I dan II

IV - 67
Tabel IV.2 Manual Indikator Kinerja Program
Indikator Kinerja Program Satuan Tata Cara Perhitungan
Rasio Konektivitas antar wilayah yang dimaksud dalam hal ini adalah perbandingan antara jumlah PKN/PKW/Simpul
Transportasi/Kawasan Strategis Nasional yang terhubungan pada tahun berjalan dengan rencana PKN/PKW/Simpul
IKP1 Rasio Konektivitas Transportasi/Kawasan Strategis Nasional yang akan terhubung sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas)
Rasio 2030
Antar Wilayah
Jumlah PKN/PKW/Simpul Transportasi Strategis/KSN terhubung jaringan KA pada tahun berjalan
Rasio Konektivitas antar wilayah =
Jumlah rencana PKN/PKW/Simpul Transportasi Strategis/KSN terhubung jaringan KA Sesuai RIPNas
Persentase Capaian On Time Performance (OTP) sub sektor perkeretaapain diperoleh dari jumlah kedatangan KA tepat waktu
IKP2 Persentase capaian on tahun berjalan dibagi dengan jumlah kedatangan KA dikali 100%
time performance (OTP) % Persentase Capaian On Time Performance (OTP) = Jumlah Kedatangan KA tepat waktu tahun berjalan
transportasi kereta api sub sektor perkeretaapian X 100%
Jumlah kedatangan KA tahun berjalan

Pemenuhan target angkutan penumpang kereta api yang diukur melalui perbandingan antara jumlah produksi angkutan
penumpang kereta api tahun berjalan dibandingkan dengan target jumlah angkutan penumpang moda transportasi
IKP3 Pemenuhan target perkeretaapian tahun 2020-2024
angkutan penumpang kereta % Jumlah produksi angkutan penumpang KA tahun berjalan
api Pemenuhan target angkutan penumpang = X 100%
kereta api Jumlah (target) angkutan penumpang moda transportasi
perkeretaapian 2020-2024

Pemenuhan target angkutan barang kereta api yang diukur melalui perbandingan antara jumlah produksi angkutan barang
kereta api tahun berjalan dibandingkan dengan target jumlah angkutan barang moda transportasi perkeretaapian tahun 2020-
IKP4 Pemenuhan target 2024
% Jumlah produksi angkutan barang KA tahun berjalan
angkutan barang kereta api Pemenuhan target angkutan barang = X 100%
Jumlah (target) angkutan barang moda transportasi perkeretaapian 2020-2024
kereta api

Persentase pengoperasian jalur KA yang sesuai dengan TQI Kategori I dan II diperoleh dengan Panjang Jalur KA dengan TQI
IKP5 Persentase Kategori I dan Kategori II dibagi dengan Panjang Jalur KA beroperasi dikali 100%
pengoperasian jalur KA yang % Panjang Jalur KA dengan TQI Kategori I dan Kategori II
Persentase pengoperasian jalur KA = X 100%
sesuai dengan TQI I dan II Panjang Jalur KA beroperasi
yang sesuai dengan TQI I dan II

Rate of Accident (RoA) diukur melalui jumlah kejadian kecelakaan pada tahun berjalan dibagi dengan Km tempuh (Km traveled)
Kejadian
IKP6 Rasio kejadian pada tahun tersebut dikali satu juta
kecelakaan/ Jumlah kejadian kecelakaan pada tahun berjalan
kecelakaan transportasi
1 juta km Ratio Kejadian Kecelakaan = X 1.000.000
kereta api (rate of accident) KM tempuh pada tahun berjalan
tempuh

IV - 68
Pengukuran kinerja untuk menilai evaluasi tentang berbagai permasalahan dan
tingkat keberhasilan pencapaian sasaran kendala yang dihadapi jika terdapat hambatan
Direktorat Jenderal Perkeretaapian pada maupun ketidakberhasilan dalam mencapai
setiap tahun anggaran dibutuhkan untuk target kinerja yang ditetapkan, sehingga dapat
akuntabilitas kinerja dalam penyelenggaraan disusun kebijakan dan strategi
perkeretaapian sebagai salah satu persyaratan penanganannya.
terciptanya tata kelola pemerintahan yang Direktorat Jenderal Perkeretaapian pada
baik. Oleh karena itu, capaian kinerja untuk tahun 2020 (sebelum dilakukan restrukturisasi
setiap Indikator Kinerja Utama tersebut harus program) melaksanakan Program Pengelolaan
diukur dan dilaporkan dalam dokumen LAKIP dan Penyelenggaraan Transportasi
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Perkeretaapian. Sementara pada tahun 2020-
Pemerintah) pada setiap tahunnya. 2024 (setelah dilakukan restrukturisasi
Pengukuran kinerja diperlukan selain untuk program), Direktorat Jenderal Perkeretaapian
menginformasikan keberhasilan pelaksanaan menjalankan Program Infrastruktur
program dan kegiatan penyelenggaraan Konektivitas.
perkeretaapian, juga digunakan sebagai alat

Tabel IV.3 Program T.A. 2020 (Sebelum Restrukturisasi Program)

UKE 1/ Program/ Fungsi/


Kode
UKE 2 Kegiatan Sub-Fungsi

Direktorat Jenderal Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan


GA
Perkeretaapian Transportasi Perkeretaapian

Direktorat Sarana Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Sarana Ekonomi /


1966
Perkeretaapian Perkeretaapian Transportasi

Direkorat Lalu Lintas dan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Lalu Lintas dan Ekonomi /
1967
Angkutan Kereta Api Angkutan Kereta Api Transportasi

Direktorat Prasarana Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Ekonomi /


1968
Perkeretaapian Pendukung Kereta Api Transportasi

Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ekonomi /


Setditjen Pekeretaapian 1969
Ditjen Perkeretaapian Transportasi

Direktorat Keselamatan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Keselamatan Ekonomi /


5031
Perkeretaapian Perkeretaapian Transportasi

IV - 69
Tabel IV.4 Program T.A. 2021-2024 (Setelah Restrukturisasi Program)

UKE 1/ Program/ Fungsi/


Kode
UKE 2 Kegiatan Sub-Fungsi

Direktorat Jenderal
GA Program Infrastruktur Konektivitas
Perkeretaapian

1. Setditjen Pekeretaapian
2. Direktorat Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api Infrastruktur Konektivitas Transportasi Ekonomi/
3. Direktorat Prasarana 4643
Perkeretaapian Transportasi
Perkeretaapian
4. Direktorat Sarana
Perkeretaapian
1. Direktorat Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api
2. Direktorat Prasarana Ekonomi/
4641 Pelayanan Transportasi Perkeretaapian
Perkeretaapian Transportasi
3. Direktorat Sarana
Perkeretaapian
1. Direktorat Prasarana
Perkeretaapian
2. Direktorat Sarana Keselamatan dan Keamanan
4642 Pelayanan Dasar
Perkeretaapian Transportasi Perkeretaapian
3. Direktorat Keselamatan
Perkeretaapian
1. Direktorat Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api
2. Direktorat Sarana
Perkeretaapian Penunjang Teknis Transportasi Ekonomi/
4644
3. Direktorat Prasarana Perkeretaapian Transportasi
Perkeretaapian
4. Direktorat Keselamatan
Perkeretaapian

Sekretariat Jenderal WA Program Dukungan Manajemen

Pengelolaan Organisasi dan SDM Ekonomi /


Setditjen Pekeretaapian 4600
Transportasi Perkeretaapian Transportasi

Pengelolaan Perencanaan, Keuangan,


Ekonomi /
Setditjen Pekeretaapian 4601 BMN dan Umum Transportasi
Transportasi
Perkeretaapian

Pengelolaan Sistem Informasi dan Ekonomi /


Setditjen Pekeretaapian 4602
Teknologi Transportasi Perkeretaapian Transportasi

Pengelolaan Komunikasi dan Informasi Ekonomi /


Setditjen Pekeretaapian 4603
Publik Transportasi Perkeretaapian Transportasi

Legislasi dan Litigasi Transportasi Ekonomi /


Setditjen Pekeretaapian 4604
Perkeretaapian Transportasi

sasaran program yang telah ditetapkan,


4.2. Kerangka Pendanaan diperlukan dukungan dari berbagai sumber
Dalam rangka mencapai tujuan daya seperti regulasi dan pendanaan yang
Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan mencukupi. Terkait dukungan pendanaan,

IV - 70
indikasi kebutuhan pendanaan untuk Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2020-2024
mencapai tujuan dan sasaran program adalah sebagai berikut:

A. Kerangka Pendanaan T.A. 2020 (dalam ribuan Rupiah)

Tabel IV.5 Pendanaan T.A. 2020


Pagu 2020* Setelah
Kode Program/Kegiatan Pagu Awal 2020 Penghematan 2020
Penghematan
022.08.07 Program Pengelolaan dan 12.563.709.953 4.693.844.405 7.869.865.548
Penyelenggaraan Transportasi
Perkeretaapian
1966 Pembangunan dan Pengelolaan 169.539.391 151.065.776 18.473.615
Bidang Sarana Perkeretaapian
1967 Pembangunan dan Pengelolaan 355.688.450 181.057.638 174.630.812
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api
1968 Pembangunan dan Pengelolaan 11.540.304.351 4.113.227.936 7.427.076.415
Prasarana dan Fasilitas Pendukung
Kereta Api
1969 Dukungan Manajemen dan Dukungan 434.482.704 200.694.445 233.788.259
Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian
5031 Pembangunan dan Pengelolaan 63.695.057 47.798.610 15.896.447
Bidang Keselamatan Perkeretaapian
*Nilai tanpa luncuran

B. Kerangka Pendanaan T.A. 2021-2024 (dalam ribuan Rupiah)

Tabel IV.6 Kerangka Pendanaan T.A. 2021-2024


No Program/Kegiatan 2021 2022 2023 2024 UIC
1 Program
Infrastruktur 10.615.505.394 26.502.936.408 26.703.316.541 27.697.288.594 DJKA
Konektivitas
a Infrastruktur
Konektivitas K1, K2,
Transportasi 5.441.500.379 16.034.417.714 16.526.044.902 17.886.430.719 K3, K4
Perkeretaapian

b Pelayanan
Transportasi 3.409.160.847 8.379.421.735 8.029.264.983 7.598.050.555 K2, K3,
Perkeretaapian K4
c Keselamatan
dan Keamanan K3, K4,
1.641.213.965 1.953.103.736 1.998.414.110 2.048.255.520
Transportasi K5
Perkeretaapian
d Penunjang
Teknis K2, K3,
123.630.203 135.993.223 149.592.546 164.551.800
Transportasi K4, K5
Perkeretaapian
2 Program Dukungan
487.938.654 536.732.519 590.405.771 649.446.348
Manajemen SETJEN
a Pengelolaan
29.946.266 32.940.893 36.234.982 39.858.480
Organisasi dan

IV - 71
No Program/Kegiatan 2021 2022 2023 2024 UIC
SDM K1
Transportasi
Perkeretaapian
b Pengelolaan
Perencanaan,
Keuangan, K1
BMN dan 441.341.858 485.476.044 534.023.648 587.426.013
Umum
Transportasi
Perkeretaapian
c Pengelolaan
Sistem
Informasi dan
Teknologi 2.121.719 2.333.891 2.567.280 2.824.008 K1
Transportasi
Perkeretaapian
d Pengelolaan
Komunikasi K1
dan Informasi
14.945.656 16.440.222
Publik 12.351.782 13.586.960 K1
Transportasi
Perkeretaapian
e Legislasi dan
Litigasi
Transportasi 2.177.029 2.394.732 2.634.205 2.897.626 K1
Perkeretaapian
Total Pagu 1+2 11.103.444.048 27.039.668.927 27.293.722.312 28.346.734.942

Matrik lengkap mengenai target kinerja dan


kerangka pendanaan Direktorat Jendral
Perkeretaapian tahun 2020-2024 disajikan
pada bagian akhir Renstra ini.

IV - 72
BAB V
PENUTUP
Penyusunan Renstra berpedoman Renstra Kementerian Perhubungan Bidang
kepada RPJMN dan memuat visi, misi, tujuan, Perkeretaapian Tahun 2020-2024 menjadi
strategi, kebijakan, program dan kegiatan acuan dalam penyusunan renstra unit
pembangunan sesuai tugas masing-masing Eselon II/III mandiri di lingkungan
institusi. Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan
Renstra Kementerian Perhubungan pedoman dalam penyusunan dokumen
Bidang Perkeretaapian Tahun 2020-2024 Rencana Kerja (Renja) setiap tahunnya.
berpedoman kepada RPJMN 2020-2024, yang
berisi visi, misi dan program prioritas Presiden 5.1. Kesimpulan
dan Wakil Presiden. Visi Direktorat Jenderal Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
Perkeretaapian “Direktorat Jenderal Jenderal Perkeretaapian 2020-2024 ini disusun
Perkeretaapian berupaya mewujudkan dengan mempertimbangkan berbagai mandat
Perkeretaapian yang Andal, Berdaya Saing, dari peraturan perundangan, dokumen
Berintegrasi, Berteknologi dan Terjangkau perencanaan, dan juga penugasan kepada
guna mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian sesuai
Wakil Presiden: “Indonesia Maju yang amanat UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Berdaulat, Mandiri, dan berkepribadian Perkeretaapian.
berlandaskan Gotong-Royong”. Kemudian Berbagai tantangan akan dihadapi
dirumuskan misi: dalam penyelenggaraan perkeretaapian dalam
1. Meningkatkan konektivitas jaringan 5 tahun ke depan, mulai dari kesenjangan
perkeretaapian yang terintegrasi dan ekonomi dan kependudukan, reformasi
berkelanjutan; birokrasi, keterbatasan pembiayaan,
2. Meningkatkan kinerja pelayanan transformasi teknologi, kelangkaan energi,
transportasi perkeretaapian yang efisien hingga persaingan ekonomi global.
dan efektif; Di satu sisi diharapkan jaringan kereta
3. Meningkatkan keselamatan transportasi api dapat menyediakan konektivitas dalam
perkeretaapian yang efektif. rangka pemerataan pembangunan ke semua
Visi dan misi dimaksud diterjemahkan ke wilayah NKRI, di sisi lain jaringan
dalam 3 (tiga) tujuan Direktorat Jenderal perkeretaapian harus mampu mendukung
Perkeretaapian, dimana tiap tujuan terdapat daya saing ekonomi nasional di era persaingan
rumusan sasaran program yang global yang semakin ketat di masa mendatang.
menggambarkan sesuatu yang ingin dicapai Sementara itu kapasitas sumber daya yang
oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian. dimiliki oleh Direktorat Jenderal
Ketiga tujuan dimaksud adalah: Perkeretaapian (SDM, dana, sarana, prasarana,
1. Peningkatan konektivitas jaringan teknologi, dsb) dirasakan sangat terbatas
perkeretaapian dengan aksesibilitas yang untuk dapat menjalankan berbagai peran
tinggi. strategis perkeretaapian tersebut. Oleh
2. Peningkatan kinerja pelayanan karenanya, dokumen Renstra Direktorat
transportasi perkeretaapian yang optimal. Jenderal Perkeretaapian 2020-2024 ini perlu
3. Peningkatan keselamatan transportasi dipandang sebagai dokumen perencanaan
perkeretaapian yang andal. kinerja sektor/bidang perkeretaapian, yang

V - 73
membutukan peran seluruh stakeholders prioritas program dan kebijakan pada
dalam menjalankannya. dokumen Renstra ini.
Target capaian kinerja maupun Selanjutnya, kinerja setiap pimpinan
rencana investasi yang dimuat di dalam Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal
dokumen Renstra Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun 2020-2024 akan dinilai
Perkeretaapian 2020-2024 ini bersifat berdasarkan pencapaian output kegiatan serta
indikatif, sehingga potensi terjadinya deviasi pencapaian kinerja sebagaimana dituangkan
dalam implementasinya masih cukup terbuka. dalam dokumen Renstra ini. Setiap pimpinan
Namun demikian perlu dicatat bahwa Unit Kerja diwajibkan untuk mengusulkan
pencapaian target pembangunan maupun dokumen Penetapan Kinerja (PK) di awal tahun
peningkatan kinerja akan sangat bermanfaat anggaran sebagai perwujudan akuntabilitas
bagi pembangunan nasional di segala bidang, kinerja dengan memperhatikan susunan target
karena ketersediaan jaringan dan kualitas dan capaian dalam dokumen Renstra ini.
layanan perkeretaapian yang andal dan prima
akan menjadi tulang punggung pembangunan 5.3. Mekanisme Evaluasi
negara kepulauan Indonesia dalam 5 tahun ke Dokumen Renstra Direktorat Jenderal
depan. Perkeretaapian Tahun 2020-2024 ini dapat
Diperlukan peningkatan kapasitas ditinjau ulang jika terdapat perubahan yang
kelembagaan, sinkronisasi regulasi, dan mendasar dalam lingkungan strategis yang
berbagai upaya lainnya untuk dapat mengharuskan adanya penyesuaian dalam
memastikan bahwa program penyelenggaraan arah kebijakan, target kinerja maupun rencana
perkeretaapian dapat tersampaikan dengan program/kegiatan yang harus dilaksanakan.
baik dan dapat semaksimal mungkin Evaluasi pelaksanaan Renstra
melibatkan peran serta publik. Kebutuhan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun
pendanaan penyelenggaraan perkeretaapian 2020-2024 ini setidak-tidaknya dilakukan satu
yang sedemikian besar, tidak akan terpenuhi kali dipertengahan masa berlaku (pertengahan
oleh APBN, sehingga berbagai potensi tahun 2022) untuk mengukur keberhasilan
alternatif pendanaan perlu diupayakan. pencapaian target kinerja yang ditetapkan,
serta menyesuaikan daftar program dan
5.2. Arahan Pimpinan kegiatan yang diperlukan dalam rangka
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat mencapai target di akhir masa perencanaan
Jenderal Perkeretaapian 2020-2024 ini (tahun 2024).
merupakan acuan bagi pelaksanaan program Evaluasi tahunan terhadap
dan kegiatan seluruh Unit Kerja di Lingkungan pelaksanaan Renstra ini dilaporkan melalui
Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Tahun Anggaran 2020 sampai dengan Tahun Pemerintah) yang disampaikan kepada
Anggaran 2024. Diharapkan setiap Unit Kerja Menteri Perhubungan melalui Sekretariat
dapat menyusun Rencana Strategis masing- Jenderal, untuk selanjutnya dievaluasi oleh
masing dengan mengacu pada dokumen ini. Inspektorat Jenderal. Laporan Hasil Evaluasi
Untuk implementasi Renstra (LHE) atas LAKIP Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2020-2024 Perkeretaapian merupakan bagian dari
ini dalam program dan kegiatan tahunan, penilaian prestasi dalam pelaksanaan
setiap Unit Kerja diharapkan menyusun reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata
Rencana Kerja (Renja), RKA (Rencana Kegiatan kelola pemerintahan yang baik (good
dan Anggaran) dengan mengacu kepada governance).

V - 74
CASCADING SASARAN PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN

Tahun 2020 - 2024

Meningkatnya Kinerja Meningkatnya Keselamatan


Pelayanan Transportasi Transportasi

SP 3 SP 2 SK A4
Konektivitas Jaringan KA Kinerja Pelayanan Transportasi Keselamatan Transportasi Terlaksananya Perumusan Regulasi dan
Nasional yang Diwujudkan Perkeretaapian yang Terpercaya Perkeretaapian dengan SDM, Sarana Kebijakan dalam Penyelenggaraan
dalam Penyediaan Infrastruktur dan Sesuai Kebutuhan dan Prasarana yang Andal Perkeretaapian

IKK A4.1 IKK A4.2 IKK A4.3


IKK A4.4 IKK A4.5

SK A5 SK A6
Sistem Informasi dan Dukungan Publik Terhadap
Teknologi yang Andal Ditjen Perkeretaapian
IKK P3.1 IKK P3.2 IKK P3.3 IKK A5 IKK A6
IKK L2.6 IKK P3.4

SK P4 SK L3
Terwujudnya Good Governance dan
Clean Goverment di Lingkungan
Direktorat Prasarna Perkeretaapian

IKK P2.3 IKK S3.5 IKK S3.6 IKK P4.1 IKK P4.2 IKK L3.1 IKK L3.2
IKK S3.7

Meningkatnya Fasilitas
Sarana Perkeretaapian
SK K2
Mendukung Konektivitas
SK S4
IKK S2.1 IKK S2.2 IKK T4.1 IKK T4.2
IKK K1.5 IKK K1.6
IKK K2.1 IKK K2.2
IKK S4.1 IKK S4.2

Meningkatnya Konektivitass
Prasarana Perkeretaapian di SK U4
Wilayah Balai Teknik Perkeretaapian SK T5
IKK T2.4

IKK U4
IKK T5.1 IKK T5.2

SK X3
IKK T3.2 keterangan: Unit Kerja Kode Sasaran
SK R2
Sasaran

IKK X3.1 IKK X3.2


Kode Indikator IKK R2.1 IKK R2.2
Kinerja
Unit Kerja: Balanced Scoredcard
Meningkatnya Kehandalan Prasarana
dan Sarana Kereta Api Ringan Kemenhub = Kementerian Perhubungan
Sumatera Selatan DJKA = Direktorat Jenderal Perkeretaapian
K1 = Sekretrian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Balanced Scoredcard:
IKK X1.3 K2 = Direktorat Prasarana Perkeretaapian
Stakeholders Perspective
K3 = Direktorat Sarana Perkeretaapian
K4 = Direktorat Keselamatan Perkeretaapian Customer Perspective
BTP = Balai Teknik Perkeretaapian
B. Uji = Balai Pengujian Perkeretaapian Internal Business Process
B. Rawat = Balai Perawatan Perkeretaapian
BP. LRT = Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan Learn and Growth

DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN


KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
LAMPIRAN I
MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
TAHUN 2020

Indikasi Pendanaan
Program/Kegiatan/ Unit Organisasi
Kode Sasaran Program(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Target (dalam ribuan
Output Pelaksana
rupiah)
Direktorat Jenderal Perkeretaapian
022.08.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian 7,869,865,548 DJKA
Sasaran Program Konektivitas jaringan perkeretaapian nasional yang diwujudkan dalam penyediaan
infrastruktur
Indikator Sasaran
Rasio Konektivitas Antar Wilayah (rasio) 0.33
Program

Sasaran Program
Kinerja pelayanan transportasi perkeretaapian yang terpercaya dan sesuai kebutuhan
1. Persentase Capaian On Time Performance (OTP) Transportasi Kereta Api (%) 74
Indikator Sasaran 2. Persentase Pemenuhan Target Angkutan Penumpang Kereta Api (%) 10
Program 3. Persentase Pemenuhan Target Angkutan Barang Kereta Api (%) 11
4. Persentase Pengoperasian Jalur KA Yang Sesuai Dengan TQI I dan II (%) 83

Sasaran Program Keselamatan Transportasi Perkeretaapian Dengan Sumber Daya Manusia, Sarana Dan
Prasarana Yang Handal
Indikator Sasaran Rasio kejadian kecelakaan transportasi kereta api (rate of accident)(kejadian
0.24
Program kecelakaan/1 juta km tempuh)

1966 Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Sarana Perkeretaapian 18,473,615 K4, Balai
Sasaran Kegiatan SK S1 Meningkatnya Fasilitas Sarana Perkeretaapian Mendukung Konektivitas
Indikator Kinerja
IKK S1 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Terkait Fasilitas Sarana (dokumen) 2
Kegiatan

Sasaran Kegiatan SK S2 Meningkatnya Kapasitas Sarana Mendukung Pelayanan Perkeretaapian


Indikator Kinerja IKK S2.1 Jumlah Modifikasi Sarana Penugasan (unit) 12
Kegiatan
IKK S2.2 Jumlah Pengadaan Sarana Penugasan (unit) -

Sasaran Kegiatan SK S3 Meningkatnya Kehandalan Sarana Perkeretaapian

IKK S3.1 Persentase pemenuhan unit kebutuhan sarana kerja milik negara (%) 36
IKK S3.2 Jumlah km tempuh pemenuhan kebutuhan pengoperasian sarana KA milik
7,500
negara (km tempuh)
Indikator Kinerja IKK S3.3 Jumlah sertifikat kelaikan sarana perkeretaapian (sertifikat) 7,000
Kegiatan IKK S3.4 Jumlah sarana yang dilakukan pemeriksaan rampcheck (unit) 3,000
IKK S3.5 Jumlah Sarana yang Terpantau Kelaikannya Secara Real Time (unit) -
IKK S3.6 Persentase Sarana Perkeretaapian Milik Negara Siap Operasi (%) 100
IKK S3.7 Jumlah Rumusan NSPK bidang Sarana Perkeretaapian (dokumen) 20

1966.001 Kebijakan/Standar/Pedoman Teknis Bidang Sarana Perkeretaapian 10 dokumen 4,578,822


053 Monitoring dan evaluasi 1 Tahun 3,925,117
054 Sosialisasi/Seminar/Workshop/Rapat Kerja/Rapat Koordinasi 1 Tahun 653,705

1966.002 Sertifikat Kelaikan Sarana Perkeretaapian 14.000 sertifikat 2,291,493


051 Sertifikasi kelaikan sarana perkeretaapian 1 Tahun 1,602,378
052 Pengujian sarana perkeretaapian 1 Tahun 689,115

1966.003 Sarana Perkeretaapian 2 unit 2,467,325


051 Pengadaan/modifikasi/perbaikan sarana kerja kereta api 1 Paket 1,299,012
052 Pengadaan/modifikasi/perbaikan sarana penumpang kereta api 1 Paket 192,739
053 Pengoperasian sarana milik negara 1 Paket 975,574

1966.004 Fasilitas/Peralatan Sarana Perkeretaapian 8 unit 3,971,404


053 Perawatan fasilitas/peralatan sarana perkeretaapian miilik negara 1 Tahun 330,000.00
005 Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit 1 Tahun 3,641,404.00

1966.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 layanan 3,216,620


052 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi 1 Tahun 187,060
053 Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan 1 Tahun 129,442
055 Pelayanan umum, Pelayanan rumah tangga dan perlengkapan 1 Tahun 2,900,118

1966.994 Layanan Perkantoran 1 layanan 1,947,951


002 Operasional dan Pemeliharaan Kantor 1 layanan 1,947,951

1967 Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 174,630,812 K2, Balai
Sasaran Kegiatan SK L1 Meningkatnya Konektivitas Jaringan Perkeretaapian
Indikasi Pendanaan
Program/Kegiatan/ Unit Organisasi
Kode Sasaran Program(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Target (dalam ribuan
Output Pelaksana
rupiah)
Indikator Kinerja IKK L1 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Bidang Jaringan dan Peran Badan Usaha
5
Kegiatan (dokumen)

Sasaran Kegiatan SK L2 Meningkatnya Kinerja Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan KA

IKK L2.1 Persentase realisasi perjalanan KA dibandingkan grafik perjalanan KA (%) 80

IKK L2.2 Persentase kedatangan KA tepat waktu (%) 74


Indikator Kinerja
IKK L2.3 Jumlah penumpang KA terangkut (penumpang) 194,293,987
Kegiatan
IKK L2.4 Jumlah barang KA terangkut (Ton) 40,948,412
IKK L2.5 Jumlah Rumusan NSPK Bidang LLAKA (dokumen) 5
IKK L2.6 Persentase penetapan/persetuuan/perizinan bidang LLAKA yang tepat waktu
100
(%)

Sasaran Kegiatan SK T3 Meningkatnya Kinerja Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api di Wilayah
Balai Teknik Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK T3.3 Persentase Realisasi Perjalanan KA Perintis di Wilayah Kerja Balai Teknik
96
Kegiatan Perkeretaapian (%)

Sasaran Kegiatan SK X1 Meningkatnya Kinerja Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan KA Ringan Sumatera
Selatan
Indikator Kinerja
IKK X1.2 Indeks Kepuasan Masyarakat (skala) 3.5
Kegiatan

Kebijakan/Standar/Pedoman Teknis Bidang Penataan dan Pengembangan Jaringan, Lalu Lintas dan Angkutan
1967.001 12 dokumen 3,536,035
Kereta Api Serta Kerjasama dan Pengembangan Usaha Perkeretaapian
051 Penyusunan kajian kebijakan/standar/pedoman teknis 12 dokumen 710,631
052 Bimbingan dan koordinasi teknis 1 Tahun 360,208
053 Monitoring dan evaluasi 1 Tahun 2,465,196

1967.003 Angkutan Kereta Api 2 kegiatan subsidi 12,852,771


052 Pelaksanaan subsidi angkutan motor melalui kereta api 1 Tahun 11,047,865
054 Penyelenggaraan angkutan lebaran, natal dan tahun baru 1 Tahun 1,804,906

1967.004 Grafik Perjalanan Kereta Api 1 dokumen 165,305


051 Penetapan, pemantauan dan evaluasi GAPEKA 1 dokumen 165,305

1967.005 Layanan Kerjasama dan Pengembangan Usaha Perkeretaapian 2 kegiatan 849,673


051 Penetapan/persetujuan perijinan kerjasama dan pengembangan usaha perkeretaapian 1 kegiatan 785,933
052 Pengelolaan TAC perkeretaapian 1 kegiatan 63,740

1967.010 Angkutan Kereta Api (Prioritas Nasional) 1 lintas layanan 148,690,742


051 Pelaksanaan subsidi perintis kereta api 1 lintas layanan 148,690,742

1967.012 Trase Jaringan Kereta Api (Prioritas Nasional) 1 dokumen 3,904,289


051 Penyusunan kajian trase/basic desain 1 dokumen 3,904,289

1967.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 layanan 3,110,585


051 Penyusunan rencana program dan Penyusunan rencana anggaran 1 Tahun 25,630
052 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi 1 Tahun 161,275
053 Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan 1 Tahun 133,949
055 Pelayanan umum, Pelayanan rumah tangga dan perlengkapan 1 Tahun 2,789,731

1967.994 Layanan Perkantoran 1 layanan 1,521,412


002 Operasional dan Pemeliharaan Kantor 1 layanan 1,521,412

1968 Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api 7,427,076,415 K3, Balai
Sasaran Kegiatan SK P1 Meningkatnya Konektivitas Prasarana Perkeretaapian
Indikator Kinerja
IKK P1 Jumlah PKN/PKW/ Simpul Transportasi yang Terhubung Jalur Kereta Api (Lokasi) 37
Kegiatan

Sasaran Kegiatan SK P2 Meningkatnya Kapasitas Prasarana Mendukung Pelayanan Perkeretaapian

IKK P2.1 Persentase Pengoperasian Jalur KA yang sesuai dengan TQI kategori I dan II (%) 83
Indikator Kinerja
Kegiatan IKK P2.2 Jumlah Peningkatan Persinyalan dan Telekomunikasi (unit) -
IKK P2.3 Jumlah Peningkatan/Pembangunan Gardu Traksi dan LAA (unit) -

Sasaran Kegiatan SK P3 Meningkatnya Kehandalan Prasarana Perkeretaapian


IKK P3.1 Jumlah Perawatan Prasarana KA Milik Negara (km'sp) 179
IKK P3.2 Jumlah Sertifikat Kelaiakan Prasarana KA (Sertifikat) 150
Indikator Kinerja
Indikasi Pendanaan
Program/Kegiatan/ Unit Organisasi
Kode Sasaran Program(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Target (dalam ribuan
Output Pelaksana
rupiah)
Indikator Kinerja
IKK P3.3 Jumlah Rumusan NSPK Bidang Prasarana Perkeretaapian (dokumen) 18
Kegiatan
IKK P3.4 Persentase Penetapan/Persetujuan/Perizinan Bidang Prasarana KA yang Tepat
100
Waktu (%)

SK T1 Meningkatnya Konektivitass Prasarana Perkeretaapian di Wilayah Balai Teknik


Sasaran Kegiatan
Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK T1 Jumlah panjang pembangunan jalur kereta api baru dan reaktivasi yang selesai
111
Kegiatan (km'sp)

SK T2 Meningkatnya Kapasitas Prasarana Mendukung Pelayanan Perkeretaapian di


Sasaran Kegiatan
Wilayah Balai Teknik Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK T2.1 Jumlah Panjang Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api (km'sp) 24
Kegiatan
IKK T2.2 Jumlah Panjang Peningkatan Jalur Kereta Api (km'sp) 413

1968.001 Kebijakan/Standar/Pedoman Teknis Bidang Prasarana Perkeretaapian 16 dokumen 78,914,001


051 Penyusunan kajian kebijakan/standar/pedoman teknis 1 Tahun 72,795,098
052 Bimbingan dan koordinasi teknis 1 Tahun 307,085
053 Monitoring dan evaluasi 1 Tahun 5,811,818

1968.002 Sertifikat Kelaikan Prasarana Perkeretaapian 400 sertifikat 1,928,573


051 Pengujian prasarana perkeretaapian 1 Tahun 1,187,049
053 Pengadaan peralatan pengujian/pemeriksaan prasarana perkeretaapian 1 Tahun 424,064
054 Pengoperasian dan perawatan peralatan pengujian/pemeriksaan prasarana perkeretaapian 1 Tahun 317,460

1968.003 Prasarana Perkeretaapian 2 km'sp 21,381,705


059 Pengadaan material wesel 1 Tahun 3,405,290
061 Pengadaan/penertiban lahan 1 Tahun 17,976,415

1968.004 Fasilitas Pendukung Prasarana Perkeretaapian 1 paket 2,776,660


005 Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit 1 Tahun 2,325,110
054 Pengadaan peralatan prasarana perkeretaapian 1 Tahun 451,550

1968.005 Operasi Prasarana Perkeretaapian Milik Negara 1 tahun 894,688,065


051 Pengoperasian dan Perawatan/rehabilitasi jalur, jembatan, stasiun dan fasilitas operasi kereta api 1 Paket 894,688,065

1968.010 Prasarana Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 791 km'sp 6,405,117,902


051 Pembangunan/Peningkatan Jalur Kereta Api (Termasuk Badan Jalur KA) 791 km'sp 6,405,117,902

1968.951 Layanan Sarana dan Prasarana Internal 2 layanan 442,516


052 Pengadaan perangkat pengolah data dan komunikasi 1 paket 243,384
053 Pengadaan peralatan fasilitas perkantoran 1 paket 199,132

1968.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 layanan 5,339,094


052 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi 1 Tahun 163,436
053 Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan 1 Tahun 337,200
055 Pelayanan umum, Pelayanan rumah tangga dan perlengkapan 1 Tahun 4,838,458

1968.994 Layanan Perkantoran 1 layanan 16,487,899


002 Operasional dan Pemeliharaan Kantor 1 Tahun 16,487,899

K1, K2, K3, K4,


1969 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian 233,788,259
K5, Balai
Sasaran Kegiatan SK A1 Tersusunnya Kebijakan Pembinaan dan Peningkatan Konektivitas Perkeretaapian

Indikator Kinerja IKK A1 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pembinaan Dan Peningkatan Konektivitas
-
Kegiatan Perkeretaapian (Rekomendasi Kebijakan)

Sasaran Kegiatan SK A2 Terlaksananya Perumusan Regulasi dan Kebijakan dalam Penyelenggaraan

Indikator Kinerja IKK A2 Persentase pencapaian target legalisasi (Jumlah rancangan dan peraturan
20
Kegiatan perundangan) di bidang perkeretaapian (%)

SK A3 Tersedianya SDM Perkeretaapian yang berkompeten dan profesional yang


Sasaran Kegiatan
memiliki sertifikat JFT/Teknis
Indikator Kinerja IKK A3 Persentase ASN Ditjen Perkeretaapian yang Memiliki Sertifikat Kompetensi/
25
Kegiatan Keahlian Tertentu (%)

SK A4 Terwujudnya Good Governance dan Clean Government di Lingkungan Direktorat


Sasaran Kegiatan
Jenderal Pekretaapian
Indikator Kinerja
IKK A4.1 Nilai AKIP Ditjen Perkeretaapian (nilai) 85
Kegiatan
IKK A4.2 Tingkat Maturasi SPIP Direktorat Jenderal Perkeretaapian (level) 3
Indikasi Pendanaan
Program/Kegiatan/ Unit Organisasi
Kode Sasaran Program(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Target (dalam ribuan
Output Pelaksana
rupiah)
IKK A4.3 Perolehan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Bidang Perkeretaapian RP 727 miliar

IKK A4.4 Prosentase penyerapan anggaran Ditjen Perkeretaapian (%) 91


IKK A4.5 Persentase pemenuhan fasilitas dan layanan perkantoran (%) 100

Sasaran Kegiatan SK A5 Sistem Informasi dan Teknologi yang Andal


Indikator Kinerja
IKK A5 Persentase Pemenuhan Target Rencana Induk TIK (%) 35
Kegiatan

Sasaran Kegiatan SK A6 Dukungan Publik terhadap Ditjen Perkeretaapian


Indikator Kinerja
IKK A6 Persentase pemenuhan publikasi Ditjen Perkeretaapian (%) 100
Kegiatan

1969.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 2 layanan 78,301,365


051 Penyusunan rencana program; dan Penyusunan rencana anggaran 1 Tahun 361,013
052 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi 1 Tahun 1,625,048
053 Pengelolaan data dan informasi 1 Tahun 109,644
054 Pengelolaan keuangan 1 Tahun 4,178,717
055 Pengelolaan perbendaharaan 1 Tahun 6,000
056 Pelayanan hukum dan kepatuhan internal 1 Tahun 149,378
057 Pengelolaan kepegawaian 1 Tahun 802,924
058 Pelayanan umum dan perlengkapan 1 Tahun 10,252,397
060 Pelayanan humas dan protokoler 1 Tahun 611,482
061 Pelayanan organisasi, tata laksana, dan reformasi birokrasi 1 Tahun 60,204,762

1969.951 Layanan Sarana dan Prasarana Internal 4 layanan 5,579,465


051 Pengadaan kendaraan bermotor 1 Tahun 656,400
052 Pengadaan perangkat pengolah data dan komunikasi 1 Tahun 4,112,802
053 Pengadaan peralatan fasilitas perkantoran 1 Tahun 810,263

1969.994 Layanan Perkantoran 1 layanan 149,907,429


001 Gaji dan Tunjangan 1 Tahun 122,350,032
002 Operasional dan Pemeliharaan Kantor 1 Tahun 27,557,397

5031 Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Keselamatan Perkeretaapian 15,896,447 K5, Balai
Sasaran Kegiatan SK K1 Meningkatnya Keselamatan Dalam Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian

IKK K1.1 Persentase Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan KA (SMKP) (%) 60% (127 kriteria)
IKK K1.2 Rasio Sertifikat Kompetensi Regulator Perkeretaapian (%) 36
Indikator Kinerja IKK K1.3 Rasio Sertifikat Kompetensi Operator Perkeretaapian (%) 100
Kegiatan IKK K1.4 Jumlah Sertifikat Badan Hukum atau Akreditasi Lembaga KA (sertifikat) 1
IKK K1.5 Jumlah rekomendasi kebijakan bidang Keselamatan (dokumen) 50
IKK K1.6 Jumlah rumusan NSPK bidang Keselamatan (dokumen) 6

SK T4 Meningkatnya Keselamatan Transportasi Kereta Api Di Wilayah Balai Teknik


Sasaran Kegiatan
Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK T4.1 Persentase Penurunan Kecelakaan Kereta Api di wilayah kerja Balai Teknik
100
Kegiatan Perkeretaapian (%)
IKK T4.2 Jumlah Lokasi dan Kegiatan Peningkatan Keselamatan (lokasi) 14

Sasaran Kegiatan SK U1 Meningkatnya Kehandalan Sarana Perkeretaapian


Indikator Kinerja
IKK U1 Jumlah Pengujian sarana perkeretaapian (unit) 3000
Kegiatan

Sasaran Kegiatan SK U2 Meningkatnya kompetensi SDM Perkeretaapian


Indikator Kinerja
IKK U2 Jumlah Pengujian kompetensi SDM perkeretaapian (orang) 3500
Kegiatan

Sasaran Kegiatan SK U3 Meningkatnya Kehandalan Prasararna KA


Indikator Kinerja
IKK U3 Jumlah Pengujian Prasarana KA (dokumen) 95
Kegiatan

Sasaran Kegiatan SK R1 Meningkatnya Kehandalan Sarana Perkeretaapian Milik Negara


Indikator Kinerja
IKK R1 Persentase Sarana Perkeretaapian Milik Negara yang dilakukan Perawatan(%) 100
Kegiatan

Sasaran Kegiatan SK X3 Meningkatnya Kehandalan Prasarana dan Sarana Perkeretaapian


Indikator Kinerja IKK X3 Persentase Penurunan Gangguan Operasional Kereta Api Ringan Sumatera
50
Kegiatan Selatan (%)

'5031.001 Kebijakan, Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dan Prosedur Di Bidang Keselamatan Perkeretaapian 19 dokumen 3,253,167
052 Monitoring dan evaluasi 1 Tahun 2,024,627
053 Bimbingan dan koordinasi teknis 1 Tahun 151,908
Indikasi Pendanaan
Program/Kegiatan/ Unit Organisasi
Kode Sasaran Program(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Target (dalam ribuan
Output Pelaksana
rupiah)
054 Sosialisasi/Seminar/Workshop/Rapat Kerja/Rapat Koordinasi 1 Tahun 1,076,632

'5031.002 Sertifikat Kompetensi SDM Perkeretaapian 2.786 sertifikat 4,614,422


051 Pengujian kompetensi SDM perkeretaapian 1 Tahun 2,053,085
052 Bimbingan teknis peningkatan kompetensi SDM perkeretaapian 1 Tahun 1,158,245
054 Pengadaan peralatan pengujian/pemeriksaan kompetensi SDM perkeretaapian 1 Tahun 1,234,275
055 Pengoperasian dan perawatan peralatan pengujian/pemeriksaan kompetensi SDM perkeretaapian 1 Tahun 168,817

'5031.003 Sertifikat Akreditasi Kelembagaan Perkeretaapian 1 sertifikat 128,010


051 Pelaksanaan Akreditasi Kelembagaan Perkeretaapian 1 Tahun 128,010

'5031.004 Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Keselamatan 6 paket 3,717,255


051 Audit dan inspeksi keselamatan perkeretaapian 1 Tahun 1,239,350
052 Pemerikasaan dan analisis kecelakaan perkeretaapian 1 Tahun 1,128,373
053 Pencegahan dan penegakan hukum bidang keselamatan 1 Tahun 1,127,798
054 Rekayasa dan peningkatan keselamatan perkeretaapian 1 Tahun 21,734
056 Pengoperasian dan perawatan peralatan keselamatan perkeretaapian 1 Tahun 200,000

'5031.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 layanan 2,325,436


052 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi 1 Tahun 72,932
053 Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan 1 Tahun 78,656
055 Pelayanan umum, pelayanan rumah tangga dan perlengkapan 1 Tahun 2,173,848

'5031.994 Layanan Perkantoran 1 layanan 1,858,157


002 Operasional dan pemeliharaan kantor 1 Tahun 1,858,157
LAMPIRAN I
MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
TAHUN 2021 - 2024

Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit


Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
022.08.07 Direktorat Jenderal Perkeretaapian 11,103,444,048 27,039,668,927 27,293,722,312 28,346,734,942
022.GA Program Infrastruktur Konektivitas 10,615,505,394 26,502,936,408 26,703,316,541 27,697,288,594 DJKA
Sasaran Program Konektivitas jaringan
perkeretaapian nasional yang
diwujudkan dalam penyediaan
infrastruktur
Indikator Sasaran Rasio Konektivitas Antar Wilayah
0.34 0.34 0.35 0.36
Program (rasio)

Sasaran Program
Kinerja pelayanan transportasi
perkeretaapian yang terpercaya
dan sesuai kebutuhan
1. Persentase Capaian On Time
Performance (OTP) Transportasi 76 78 80 82
Kereta Api (%)
2. Persentase Pemenuhan Target
Angkutan Penumpang Kereta Api 21 47 73 100
Indikator Sasaran (%)
Program
3. Persentase Pemenuhan Target
27 46 68 100
Angkutan Barang Kereta Api (%)
4. Persentase Pengoperasian Jalur
KA Yang Sesuai Dengan TQI I dan II 85 87 90 94
(%)

Sasaran Program Keselamatan Transportasi


Perkeretaapian Dengan Sumber
Daya Manusia, Sarana Dan
Prasarana Yang Handal
Rasio kejadian kecelakaan
Indikator Sasaran transportasi kereta api (rate of
0.24 0.23 0.23 0.22
Program accident)(kejadian kecelakaan/1
juta km tempuh)

4643 Infrastuktur Konektivitas Transportasi Perkeretaapian 5,441,500,379 16,034,417,714 16,526,044,902 17,886,430,719 K1,K2,K3,K4
Sasaran Kegiatan SK A1 Tersusunnya Kebijakan
Pembinaan dan Peningkatan
Konektivitas Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK A1 Jumlah rekomendasi
Kegiatan kebijakan pembinaan dan
4 5 5 6
peningkatan konektivitas
perkeretaapian (dokumen)

Sasaran Kegiatan SK L1 Meningkatnya Konetivitas


Jaringan Perkeretaapian
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
Indikator Kinerja
Kegiatan IKK L1 Jumlah rekomendasi
6 7 8 9
kebijakan bidang Jaringan dan
Peran Badan Usaha (dokumen)

Sasaran Kegiatan
SK P1 Meningkatnya Konektivitass
Prasarana Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK P1 Jumlah PKN/PKW/ Simpul
Kegiatan Transportasi yang Terhubung Jalur 38 38 39 41
Kereta Api (lokasi)

Sasaran Kegiatan SK S1 Meningkatnya Fasilitas


Sarana Perkeretaapian Mendukung
Konektivitas
Indikator Kinerja IKK S1 Jumlah Rekomendasi
Kegiatan Kebijakan Terkait Fasilitas Sarana 2 9 5 7
(dokumen)

Sasaran Kegiatan SK T1 Meningkatnya Konektivitass


Prasarana Perkeretaapian di
Wilayah Balai Teknik
Indikator Kinerja IKK T1 Jumlah panjang
Kegiatan pembangunan jalur kereta api
72 170 84 270
baru dan reaktivasi yang selesai
(km'sp)

ABF Kebijakan Bidang Sarana dan Prasarana 45,067,693 81,026,084 87,478,692 98,017,164
Rencana Induk Pengembangan
ABF.001 Transportasi Perkeretaapian 1 1,500,000
(rekomendasi)

Pra Studi Kelayakan (Preliminary


ABF.002 1 1 1 1,500,000 1,650,000 1,815,000
Feasibility Study) (rekomendasi)
Studi Kelayakan (Feasibility Study)
ABF.003 1 1 1 1,500,000 1,650,000 1,815,000
(rekomendasi)
Rencana Induk (Master Plan)
ABF.004 1 1 1 1,500,000 1,650,000 1,815,000
(rekomendasi)
ABF.005 Studi Lingkungan (rekomendasi) 8 14 14 14 13,986,725 27,002,807 29,703,088 32,673,398

Survai, Investigasi dan Rancangan


ABF.006 1 1 1 1,500,000 1,650,000 1,815,000
Dasar (rekomendasi)
Rancangan Rinci (Detailed
ABF.007 Design/Engineering Design) 16 26 26 26 25,225,968 39,083,277 42,991,605 47,290,765
(rekomendasi)
Studi Evaluasi Hasil/Manfaat
ABF.008 4 5 5 6 5,855,000 7,440,000 8,184,000 10,793,000
Proyek (rekomendasi)

AFA Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria 205,211,821 367,931,000 219,224,100 233,646,500
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
Pedoman Teknis Bidang Prasarana
AFA.001 3 12 10 11 198,001,821 355,000,000 205,000,000 215,000,000
Perkeretaapian (NSPK)
Pedoman Teknis Bidang Sarana
AFA.002 5 10 6 8 7,210,000 12,931,000 14,224,100 18,646,500
Perkeretaapian (NSPK)

CAK Sarana Bidang Konektivitas Perkeretaapian 104,914,763 482,005,417 500,205,958 520,226,552


Sarana Kerja Bidang Konektivitas
CAK.001 5 36 36 36 56,368,559 362,005,417 368,205,958 375,026,552
Perkeretaapian (unit)

Sarana Penumpang Bidang


CAK.002 28 10 10 10 48,546,204 100,000,000 110,000,000 121,000,000
Konektivitas Perkeretaapian (unit)
Sarana Kerja Bidang Konektivitas
CAK.003 Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 1 1 1 10,000,000 11,000,000 12,100,000
(unit)
Sarana Penumpang Bidang
CAK.004 Konektivitas Perkeretaapian 1 1 1 10,000,000 11,000,000 12,100,000
(Prioritas Nasional) (unit)

CCK OM Sarana Bidang Konektivitas Perkeretaapian 103,591,429 116,950,572 128,645,629 141,510,192


Operasi Sarana Perkeretaapian
CCK.001 1 1 1 1 6,490,000 7,139,000 7,852,900 8,638,190
(tahun)
Perawatan Sarana Perkeretaapian
CCK.002 1 1 1 1 96,161,039 105,777,143 116,354,857 127,990,343
(tahun)
Operasi Peralatan Pengujian Sarana
CCK.003 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Perkeretaapian (tahun)
Perawatan Peralatan Pengujian
CCK.004 1 1 1 1 940,390 1,034,429 1,137,872 1,251,659
Sarana Perkeretaapian (tahun)

Operasi Peralatan Pengujian


CCK.005 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Prasarana Perkeretaapian (tahun)

Perawatan Peralatan Pengujian


CCK.006 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Prasarana Perkeretaapian (tahun)

CBA Prasarana Bidang Perkeretaapian 807,388,480 5,571,470,451 4,772,769,722 5,718,753,620


CBA.001 Jalur Kereta Api (km'sp) 2 15 15 15 24,288,295 190,200,000 200,000,000 400,000,000
CBA.002 Jembatan Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
CBA.003 Terowongan Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
CBA.004 Stasiun Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
CBA.005 Persinyalan Perkeretaapian (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Telekomunikasi Perkeretaapian
CBA.006 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
(paket)
CBA.007 Listrik Aliran Atas (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Infrastruktur Perkeretaapian
CBA.008 63 63 63 63 783,100,185 5,375,270,451 4,566,169,722 5,311,493,620
(paket)
,
PBF Kebijakan Bidang Sarana dan Prasarana 1 - - - 89,505,230 - - -
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
PBF.005 Studi Lingkungan (rekomendasi) 1 89,505,230

RBA Prasarana Bidang Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 4,085,820,963 9,415,034,190 10,817,720,801 11,174,276,691
RBA.001 Jalur Kereta Api (km'sp) 71 670 664 749 3,665,070,963 9,133,209,189 10,528,283,300 10,855,895,440
RBA.002 Jembatan Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
RBA.003 Terowongan Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
RBA.004 Stasiun Kereta Api (paket) 1 1 1 1 170,000,000 1,000,001 1,100,001 1,210,001
RBA.005 Persinyalan Perkeretaapian (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Telekomunikasi Perkeretaapian
RBA.006 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
(paket)
RBA.007 Listrik Aliran Atas (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Infrastruktur Perkeretaapian
RBA.008 4 4 3 3 250,750,000 275,825,000 282,837,500 311,121,250
(paket)

4641 Pelayanan Transportasi Perkeretaapian 3,409,160,847 8,379,421,735 8,029,264,983 7,598,050,555

Sasaran Kegiatan SK L3 Meningkatnya Kinerja


Pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api
Indikator Kinerja IKK L3.1 Persentase realisasi
Kegiatan perjalanan KA dibandingkan grafik 90 90 92 92
perjalanan KA (%)
IKK L3.2 Persentase kedatangan KA
76% 78% 80% 82%
tepat waktu (%)
IKK L3.3 Jumlah penumpang KA
220,925,002 501,422,522 516,465,197 531,959,153
terangkut (penumpang)
IKK L3.4 Jumlah barang KA
57,264,938 71,437,919 80,012,016 115,243,521
terangkut (ton)
IKK L2.5 Jumlah Rumusan NSPK
7 8 9 11
Bidang LLAKA (dokumen)
IKK L2.6 Persentase penetapan/
persetuuan/ perizinan bidang 100% 100% 100% 100%
LLAKA yang tepat waktu (%)

Sasaran Kegiatan SK P2 Meningkatnya Kapasitas


Prasarana Mendukung Pelayanan
Perkeretaapian
Indikator Kinerja
IKK P2.1 Persentase pengoperasian
Kegiatan
jalur KA yang sesuai dengan TQI 85 87 90 94
Kategori I dan II (%)
IKK P2.2 Jumlah Peningkatan
Sistem Persinyalan dan
- 21 - -
Telekomunikasi Perkeretaapian
(unit)
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
IKK P2.3 Jumlah
Peningkatan/Pembangunan Gardu
- 4 - -
Traksi dan LAA Perkeretaapian
(unit)

Sasaran Kegiatan SK S1 Meningkatnya Kapasitas


Sarana Mendukung Pelayanan
Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK S1.1 Jumlah Modifikasi Sarana
28 - - -
Kegiatan Penugasan (unit)
IKK S1.2 Pengadaan Sarana
- 10 10 10
Penugasan (unit)

Sasaran Kegiatan
SK T2 Meningkatnya Kapasitas
Prasarana Mendukung Pelayanan
Perkeretaapian di Wilayah Balai
Teknik Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK T2.1 Jumlah Panjang
Kegiatan Pembangunan Jalur Ganda Kereta 17 - 44 119
Api (km'sp)
IKK T2.2 Jumlah Panjang
Peningkatan Jalur Kereta Api 129 115 140 151
(km'sp)

Sasaran Kegiatan
SK T3 Meningkatnya Kinerja
Pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api di Wilayah
Balai Teknik Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK T3.3 Persentase Realisasi
Kegiatan Perjalanan KA Perintis di Wilayah
96 97 97 97
Kerja Balai Teknik Perkeretaapian
(%)

Sasaran Kegiatan SK X1 Meningkatnya Kinerja


Pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan KA Ringan Sumatera
Selatan
Indikator Kinerja IKK X1.2 Indeks Kepuasan
3.5 3.51 3.52 3.53
Kegiatan Masyarakat (skala)

ABF Kebijakan Bidang Sarana dan Prasarana 34,735,355 38,208,891 42,029,780 46,232,758
Studi Perencanaan Teknis Bidang
ABF.001 Lalu Lintas dan Angkutan Kereta 10 10 10 10 29,320,519 32,252,571 35,477,828 39,025,611
Api (rekomendasi)
Studi Perencanaan Teknis Bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
ABF.002 2 2 2 2 5,414,836 5,956,320 6,551,952 7,207,147
Api (Prioritas
Nasional)(rekomendasi)
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
AFA Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria 9,995,228 10,994,751 12,094,226 13,303,649
Pedoman Teknis Bidang Lalu Lintas
AFA.001 8 8 8 8 9,995,228 10,994,751 12,094,226 13,303,649
dan Angkutan Kereta Api (NSPK)

BAH Pelayanan Publik Lainnya 98,034,039 47,387,856 52,126,641 57,339,306


Subsidi Perintis Perkeretaapian
BAH.001 4 54,954,170
(layanan)
Subsidi Angkutan Motor Melalui
BAH.002 1 1 1 1 43,079,869 47,387,856 52,126,641 57,339,306
Kereta Api (layanan)

CBA Prasarana Bidang Perkeretaapian 55,006,158 140,139,520 16,653,472 18,318,819


CBA.001 Jalur Kereta Api (paket) 2 1 1 1 6,901,077 131,057,920 6,663,712 7,330,083
CBA.002 Jembatan Kereta Api (paket) 2 1 1 1 1,000,000 500,000 550,000 605,000
CBA.003 Terowongan Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
CBA.004 Stasiun Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
CBA.005 Persinyalan Perkeretaapian (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Telekomunikasi Perkeretaapian
CBA.006 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
(paket)
CBA.007 Listrik Aliran Atas (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Infrastruktur Perkeretaapian
CBA.008 1 1 1 1 47,105,081 3,581,600 3,939,760 4,333,736
(paket)

QAH Pelayanan Publik Lainnya 219,206,403 241,127,043 265,239,748 291,763,722


Subsidi Perintis Perkeretaapian
QAH.001 6 6 6 6 219,206,403 241,127,043 265,239,748 291,763,722
(Prioritas Nasional) (layanan)

RBA Prasarana Bidang Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 2,992,183,664 7,901,563,674 7,641,121,116 7,171,092,301
RBA.001 Jalur Kereta Api (km'sp) 504 561 622 593 1,988,808,664 7,382,163,673 7,629,781,115 7,158,618,300
RBA.002 Jembatan Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
RBA.003 Terowongan Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
RBA.004 Stasiun Kereta Api (paket) 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
RBA.005 Persinyalan Perkeretaapian (paket) 4 1 1 1 999,375,000 510,000,000 1,000,000 1,100,000
Telekomunikasi Perkeretaapian
RBA.006 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
(paket)
RBA.007 Listrik Aliran Atas (paket) 1 1 1 1,000,001 1,100,001 1,210,001
Infrastruktur Perkeretaapian
RBA.008 1 1 1 1 3,000,000 3,300,000 3,630,000 3,993,000
(paket)
Dokumen Perencanaan Teknis
RBA.009 1 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000 1,331,000
(dokumen)

Keselamatan dan Keamanan Transportasi


4642 1,641,213,965 1,953,103,736 1,998,414,110 2,048,255,520
Perkeretaapian

Sasaran Kegiatan
SK P3 Meningkatnya Kehandalan
Prasarana Perkeretaapian
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
Indikator Kinerja IKK P3.1 Jumlah Perawatan
Kegiatan Prasarana Perkeretaapian Milik 60 170 150 200
Negara (km'sp)
IKK P3.2 Jumlah Sertifikat
150 180 200 215
Kelaiakan Prasarana KA (sertifikat)
IKK P3.3 Jumlah Rumusan NSPK
Bidang Prasarana Perkeretaapian 12 12 10 11
(dokumen)
IKK P3.4 Persentase Penetapan/
Persetujuan/ Perizinan Bidang
100 100 100 100
Prasarana KA yang Tepat Waktu
(%)

Sasaran Kegiatan
SK S3 Meningkatnya Kehandalan
Sarana Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK S3.1 Persentase pemenuhan
Kegiatan unit kebutuhan sarana kerja milik 87 91 96 100
negara (%)
IKK S3.2 Jumlah km tempuh
pemenuhan kebutuhan
7,500 7,500 7,500 7,500
pengoperasian sarana KA milik
negara (km tempuh)
IKK S3.3 Jumlah Sertifikat Kelaikan
7,500 7,500 8,000 8,500
Sarana Perkeretaapian (sertifikat)
IKK S3.4 Jumlah sarana yang
dilakukan pemeriksaan rampcheck 3,000 3,000 3,000 3,000
(unit)
IKK S3.5 Jumlah Sarana yang
Terpantau Kelaikannya - 7,500 8,000 8,500
Secara Real Time (unit)
IKK S3.6 Persentase Sarana
Perkeretaapian Milik Negara Siap 100 100 100 100
Operasi (%)
IKK S3.7 Jumlah Rumusan NSPK
bidang Sarana Perkeretaapian 43 35 12 32
(dokumen)

Sasaran Kegiatan
SK K1 Meningkatnya Keselamatan
dalam Penyelenggaraan
Transportasi Perkeretaapian

IKK K1.1 Persentase Penerapan


60% 60% 60% 60%
Sistem Manajemen Keselamatan
(127 kriteria) (185 kriteria) (185 kriteria) (229 kriteria)
Perkeretaapian (SMKP)(%)
IKK K1.2 Rasio Sertifikat
Kompetensi Regulator 41 46 51 56
Perkeretaapian (rasio)
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
IKK K1.3 Rasio Sertifikat
Kompetensi Operator 100 100 100 100
Indikator Kinerja
Perkeretaapian (rasio)
Kegiatan
IKK K1.4 Jumlah Sertifikat Badan
Hukum atau Akreditasi Lembaga 1 3 1 2
KA (sertifikat)
IKK K1.5 Jumlah rekomendasi
kebijakan bidang Keselamatan 50 50 50 50
(dokumen)
IKK K1.6 Jumlah rumusan NSPK
12 15 18 20
bidang Keselamatan (dokumen)

Sasaran Kegiatan
SK T4 Meningkatnya Keselamatan
Transportasi Kereta Api Di Wilayah
Balai Teknik Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK T4.1 Persentase Penurunan
Kegiatan Kecelakaan Kereta Api di wilayah
100 100 100 100
kerja Balai Teknik Perkeretaapian
(%)
IKK T4.2 Jumlah Lokasi dan
Kegiatan Peningkatan 87 93 95 100
Keselamatan (lokasi)

Sasaran Kegiatan
SK U1 Meningkatnya Keandalan
Sarana Perkeretaapian

Indikator Kinerja IKK U1 Jumlah Pengujian sarana


7,000 10,000 11,000 12,000
Kegiatan perkeretaapian (unit)

Sasaran Kegiatan
SK U2 Meningkatnya kompetensi
SDM Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK U2 Jumlah Pengujian
Kegiatan kompetensi SDM perkeretaapian 11,500 12,500 13,500 14,500
(orang)

Sasaran Kegiatan SK U3 Meningkatnya Keandalan


Prasararna KA
Indikator Kinerja IKK U3 Jumlah Pengujian
120 165 170 175
Kegiatan Prasarana KA (dokumen)

Sasaran Kegiatan SK R1 Meningkatnya Keandalan


Sarana Perkeretaapian Milik
Negara
Indikator Kinerja
IKK R1 Persentase Sarana
Kegiatan
Perkeretaapian Milik Negara yang 100 100 100 100
dilakukan Perawatan (%)
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
Sasaran Kegiatan SK X3 Meningkatnya Keandalan
Prasarana dan Sarana
Perkeretaapian
Indikator Kinerja
IKK X3 Persentase Penurunan
Kegiatan
Gangguan Operasional Kereta Api 50 50 50 50
Ringan Sumatera Selatan (%)

AFA Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria 5,028,349 5,531,184 6,084,302 6,692,733
Studi Pedoman Teknis Bidang
AFA.001 Keselamatan dan Keamanan 5 5 5 5 5,028,349 5,531,184 6,084,302 6,692,733
Perkeretaapian (NSPK)

ADC Sertifikasi Produk 21,639,699 23,803,669 26,184,036 28,802,439


Sertifikasi Sarana Perkeretaapian
ADC.001 3 3 3 3 14,215,027 15,636,530 17,200,183 18,920,201
(produk)
Sertifikat Kelaikan Prasarana
ADC.002 4 4 4 4 7,424,672 8,167,139 8,983,853 9,882,238
Perkeretaapian (produk)

ADI Sertifikasi Profesi dan SDM 17,298,158 19,027,974 20,930,771 23,023,848


Sertifikat Kompetensi SDM
ADI.001 PerkeretaapianSertifikasi Sarana 5 5 5 5 17,298,158 19,027,974 20,930,771 23,023,848
Perkeretaapian (orang)

ADE Akreditasi Lembaga 462,951 509,246 560,171 616,188


Akreditasi Kelembagaan
ADE.001 2 2 2 2 462,951 509,246 560,171 616,188
Perkeretaapian (lembaga)

CDA OM Prasarana Bidang Perkeretaapian 1,594,365,153 1,900,570,043 1,940,627,048 1,984,689,752


Perawatan dan Pengoperasian
CDA.001 Prasarana Perkeretaapian (IMO) 1 1 1 1 1,231,119,660 1,500,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000
(km)
Perawatan Prasarana
CDA.002 2 2 2 2 363,245,493 399,570,043 439,527,048 483,479,752
Perkeretaapian (km)
CDA.003 Operasi Prasarana Perkeretaapian 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000

CCK OM Sarana Bidang Konektivitas Perkeretaapian 2,419,655 3,661,620 4,027,782 4,430,560


Operasi Peralatan Pengujian Sarana
CCK.003 1 1 1 1,000,000 1,100,000 1,210,000
Perkeretaapian
Perawatan Peralatan Pengujian
CCK.004 2 2 2 2 2,419,655 2,661,620 2,927,782 3,220,560
Sarana Perkeretaapian

4644 Penunjang Teknis Transportasi Perkeretaapian 123,630,203 135,993,223 149,592,546 164,551,800

Sasaran Kegiatan Mendukung Peningkatan


Konektivitas, Palayanan, dan
Keselamatan Perkeretaapian
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
Indikator Kinerja
Persentase Terselenggaranya
Kegiatan
Penunjang Teknis Transportasi 100 100 100 100
Perkeretaapian (%)

EAB Layanan Perencanaan dan Penganggaran Internal 19,599,111 21,559,022 23,714,924 26,086,417
Bimbingan Teknis Bidang
EAB.001 Penyelenggaraan Lalu Lintas dan 4 4 4 4 1,344,268 1,478,695 1,626,564 1,789,221
Angkutan Kereta Api (layanan)
Bimbingan Teknis Bidang Sarana
EAB.002 Transportasi Perkeretaapian 5 5 5 5 2,973,228 3,270,551 3,597,606 3,957,366
(layanan)
Bimbingan Teknis Bidang Prasarana
EAB.003 Transportasi Perkeretaapian 5 5 5 5 2,225,734 2,448,307 2,693,138 2,962,452
(layanan)
Bimbingan Teknis Bidang
EAB.004 Keselamatan Transportasi 15 15 15 15 13,055,881 14,361,469 15,797,616 17,377,378
Perkeretaapian (layanan)

EAL Layanan Monitoring dan Evaluasi Internal 63,514,440 69,865,884 76,852,472 84,537,720
Monitoring dan Evaluasi Bidang
EAL.001 Lalu Lintas dan Angkutan Kereta 27 27 27 27 25,819,578 28,401,536 31,241,689 34,365,858
Api (layanan)
Monitoring dan Evaluasi Bidang
EAL.002 15 15 15 15 10,540,497 11,594,547 12,754,001 14,029,402
Sarana Perkeretaapian (layanan)

Monitoring dan Evaluasi Bidang


EAL.003 25 25 25 25 14,924,583 16,417,041 18,058,745 19,864,620
Prasarana Perkeretaapian (layanan)
Monitoring dan Evaluasi Bidang
EAL.004 Keselamatan Perkeretaapian 24 24 24 24 12,229,782 13,452,760 14,798,036 16,277,840
(layanan)

EAH Layanan Organisasi dan Tata Kelola Internal 1,250,780 1,375,858 1,513,444 1,664,788
Layanan Urusan Organisasi
EAH.001 1 1 1 1 340,919 375,011 412,512 453,763
(layanan)
Layanan Tata Kelola Internal
EAH.002 3 3 3 3 909,861 1,000,847 1,100,932 1,211,025
(layanan)

EAE Layanan Prasarana Internal 39,265,872 43,192,459 47,511,705 52,262,876


EAE.001 Gedung dan Bangunan (tahun) 1 1 1 1 39,265,872 43,192,459 47,511,705 52,262,876

022.WA Program Dukungan Manajemen 487,938,654 536,732,519 590,405,771 649,446,348


4604 Legislasi dan Litigasi Transportasi Perkeretaapian 2,177,029 2,394,732 2,634,205 2,897,626
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
Sasaran Kegiatan
SK A2 Terlaksananya Perumusan
Regulasi dan Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Perkeretaapian

Indikator Kinerja IKK A2 Persentase pencapaian


Kegiatan target legalisasi (Jumlah
rancangan dan peraturan 40 60 80 100
perundangan) di bidang
perkeretaapian (%)

EAG Layanan Hukum 2,177,029 2,394,732 2,634,205 2,897,626


EAG.001 Layanan Hukum (layanan) 3 3 3 3 2,177,029 2,394,732 2,634,205 2,897,626

4600 Pengelolaan Organisasi dan SDM Transportasi 29,946,266 32,940,893 36,234,982 39,858,480

Sasaran Kegiatan
SK A3 Tersedianya SDM
Perkeretaapian yang berkompeten
dan profesional yang memiliki
sertifikat JFT/Teknis
Indikator Kinerja IKK A3 Persentase ASN Ditjen
Kegiatan Perkeretaapian yang Memiliki
35 45 55 65
Sertifikat Kompetensi/ Keahlian
Tertentu (%)

EAH Layanan Organisasi dan Tata Kelola Internal 20,652,705 22,717,976 24,989,773 27,488,750
Layanan Organisasi dan Tata Kelola
EAH.001 10 10 10 10 20,652,705 22,717,976 24,989,773 27,488,750
Internal (layanan)

EAF Layanan SDM 9,293,561 10,222,917 11,245,209 12,369,730


EAF.001 Layanan SDM (orang) 18 18 18 18 9,293,561 10,222,917 11,245,209 12,369,730

Pengelolaan Perencanaan, Keuangan, BMN dan Umum


4601 441,341,858 485,476,044 534,023,648 587,426,013
Transportasi Perkeretaapian

Sasaran Kegiatan
SK A4 Terwujudnya Good
Governance dan Clean Government
di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pekretaapian
Indikator Kinerja IKK A4.1 Nilai AKIP Ditjen
86 87 88 90
Kegiatan Perkeretaapian
IKK A4.2 Tingkat Maturasi SPIP
Direktorat Jenderal 3 3 3 4
Perkeretaapian
IKK A4.3 Perolehan Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP) RP 841 miliar RP 925 miliar RP 1.018 miliar RP 1.120 miliar
Bidang Perkeretaapian
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
IKK A4.4 Prosentase penyerapan
anggaran Ditjen Perkeretaapian 93 95 97 97
(%)
IKK A4.5 Persentase pemenuhan
fasilitas dan layanan perkantoran 100 100 100 100
(%)

ABF Kebijakan Bidang Sarana dan Prasarana 11,567,300 12,724,030 13,996,433 15,396,076
Kebijakan Perencanaan
ABF.001 17 17 17 17 11,567,300 12,724,030 13,996,433 15,396,076
(rekomendasi)

EAB Layanan Perencanaan dan Penganggaran Internal 4,501,951 4,952,146 5,447,361 5,992,097

EAB.001 Layanan Perencanaan (layanan) 11 11 11 11 4,501,951 4,952,146 5,447,361 5,992,097

EAL Layanan Monitoring dan Evaluasi Internal 36,970,445 40,667,490 44,734,238 49,207,662
Monitoring dan Evaluasi Bidang
EAL.001 23 23 23 23 11,740,543 12,914,597 14,206,057 15,626,663
Perencanaan
Monitoring dan Evaluasi Bidang
EAL.002 39 39 39 39 18,232,114 20,055,325 22,060,858 24,266,944
Keuangan
Monitoring dan Evaluasi Bidang
EAL.003 5 5 5 5 2,921,380 3,213,518 3,534,870 3,888,357
Hukum
Monitoring dan Evaluasi Bidang
EAL.004 10 10 10 10 4,076,408 4,484,049 4,932,454 5,425,699
Kepegawaian dan Umum

EAC Layanan Umum 92,222,288 101,444,517 111,588,968 122,747,865


Layanan Organisasi dan Rumah
EAC.001 102 102 102 102 92,222,288 101,444,517 111,588,968 122,747,865
Tangga (layanan)

EAA Layanan Perkantoran 190,730,420 209,803,462 230,783,808 253,862,189


EAA.001 Gaji dan Tunjangan (layanan) 22 22 22 22 115,101,875 126,612,063 139,273,269 153,200,596
Operasional dan Pemeliharaan
EAA.002 84 84 84 84 75,628,545 83,191,400 91,510,539 100,661,593
Kantor (layanan)

EAD Layanan Sarana Internal 85,540,787 94,094,866 103,504,352 113,854,787


EAD.001 Kendaraan Bermotor (unit) 3 3 3 3 4,839,850 5,323,835 5,856,219 6,441,840
Peralatan Pengelolaan Data dan
EAD.002 9 9 9 9 5,212,062 5,733,268 6,306,595 6,937,255
Komunikasi (unit)
Peralatan fasilitas perkantoran
EAD.003 9 9 9 9 75,488,875 83,037,763 91,341,539 100,475,693
(unit)

EAE Layanan Prasarana Internal 19,808,667 21,789,534 23,968,487 26,365,336


EAE.001 Gedung dan Bangunan 1 1 1 1 19,808,667 21,789,534 23,968,487 26,365,336

Pengelolaan Sistem Informasi dan Teknologi


4602 2,121,719 2,333,891 2,567,280 2,824,008
Transportasi Perkeretaapian
Program/Sasaran Target Indikasi Pendanaan (ribuan rupiah) Unit
Kode Uraian Program/Kegiatan/Sasaran Organisasi
2021 2022 2023 2024 2021 2022 2023 2024
Kegiatan/Indikator Pelaksana
Sasaran Kegiatan Sistem Informasi dan Teknologi
yang Andal
Indikator Kinerja IKK A5 Persentase Pemenuhan
50 65 80 100
Kegiatan Target Rencana Induk TIK (%)

EAJ Layanan Data dan Informasi 2,121,719 2,333,891 2,567,280 2,824,008


Layanan Data dan Informasi
EAJ.001 3 3 3 3 2,121,719 2,333,891 2,567,280 2,824,008
(layanan)

Pengelolaan Komunikasi dan Informasi Publik


4603 12,351,782 13,586,960 14,945,656 16,440,222
Transportasi Perkeretaapian

Sasaran Kegiatan
Dukungan Publik terhadap Ditjen
Perkeretaapian
Indikator Kinerja IKK A6 Persentase pemenuhan
Kegiatan publikasi Ditjen Perkeretaapian 100 100 100 100
(%)

EAI Layanan Kehumasan dan Protokoler 12,351,782 13,586,960 14,945,656 16,440,222


Layanan humas dan protokoler
EAI.001 22 22 22 22 12,351,782 13,586,960 14,945,656 16,440,222
(layanan)
LAMPIRAN III
MATRIK PEMBANGUNAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2020 - 2024

NO KEGIATAN Target 2020-2024 TOTAL 2020-2024 PEMBIAYAAN


KEBUTUHAN 2020 2021 2022 2023 2024 VOLUME BIAYA (Rp. APBN ALTERNATIF
Km'sp VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) SELESAI Miliar) RM SBSN PHLN BLU PNBP KPBU BUMN APBD SWASTA

Total Pembangunan 2,733.70 548.00 Km'sp Selesai 22,850.58 235.40 Km'sp Selesai 27,950.66 285.20 Km'sp Selesai 53,457.04 274.80 Km'sp Selesai 50,469.50 638.30 Km'sp Selesai 54,835.76 1,981.70 Km'sp 210,184.52
Pembangunan Jalur KA Baru/Integrasi/Reaktivasi 1,349.30 111.00 Km'sp Selesai 15,600.00 72.00 Km'sp Selesai 15,374.40 170.00 Km'sp Selesai 26,205.53 84.00 Km'sp Selesai 13,536.33 270.30 Km'sp Selesai 15,403.64 707.30 Km'sp 86,119.90
Pembangunan Jalur Ganda 294.00 24.00 Km'sp Selesai 1,021.30 17.00 Km'sp Selesai 685.00 - Km'sp Selesai 2,082.37 44.00 Km'sp Selesai 2,199.37 119.00 Km'sp Selesai 1,677.27 204.00 Km'sp 7,665.30
Pembangunan KA Perkotaan 141.80 - Km'sp Selesai 3,704.30 17.00 Km'sp Selesai 11,113.00 - Km'sp Selesai 23,949.00 6.80 Km'sp Selesai 33,816.80 98.00 Km'sp Selesai 36,439.90 121.80 Km'sp 109,644.00
Peningkatan Jalur KA 948.60 413.00 Km'sp Selesai 2,524.98 129.40 Km'sp Selesai 778.26 115.20 Km'sp Selesai 1,220.14 140.00 Km'sp Selesai 917.00 151.00 Km'sp Selesai 1,314.95 948.60 Km'sp 6,755.33
KORIDOR PULAU SUMATERA 648.10 256.00 Km'sp Selesai 2,561.63 53.40 Km'sp Selesai 1,807.55 61.60 Km'sp Selesai 3,619.81 104.80 Km'sp Selesai 3,217.00 103.30 Km'sp Selesai 4,611.44 579.10 Km'sp 16,438.43
JALUR KA BARU 263.00 68.00 Km'sp Selesai 430.00 - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 1,205.00 58.00 Km'sp Selesai 1,455.00 68.00 Km'sp Selesai 2,501.30 194.00 Km'sp 5,591.30
1 1 Pembangunan Jalur KA Pemantang 15.00 15.00 Km'sp Berlanjut 105.00 15.00 Km'sp Berlanjut 205.00 15.00 Km'sp Selesai 1,100.00 15.00 Km'sp 1,410.00 v v v
Siantar - Danau Toba

2 2 Pembangunan KA Kota Padang - 6.00 6.00 Km'sp Berlanjut 100.00 6.00 Km'sp Berlanjut 107.80 - Km'sp 207.80 v
Bengkulu
3 3 Pembangunan KA Tanjung Enim - 8.00 8.00 Km'sp Berlanjut 200.00 8.00 Km'sp Berlanjut 200.00 8.00 Km'sp Selesai 300.00 8.00 Km'sp 700.00 v
Tanjung Api Api
4 4 Pembangunan KA Trans Sumatera 28.00 13.00 Km'sp Berlanjut 150.00 13.00 Km'sp Selesai 150.00 15.00 Km'sp Selesai 158.50 28.00 Km'sp 458.50 v
(Banda Aceh - Sigli - Bireuen -
Lhoksemawe)
5 5 Pembangunan KA Trans Sumatera 65.00 35.00 Km'sp Selesai 140.00 30.00 Km'sp Berlanjut 300.00 30.00 Km'sp Berlanjut 300.00 30.00 Km'sp Selesai 310.00 65.00 Km'sp 1,050.00 v v
(Besitang - Sei Liput - Langsa -
Lhokseumawe)
6 6 Pembangunan KA Trans Sumatera 53.00 20.00 Km'sp Berlanjut 150.00 20.00 Km'sp Selesai 200.00 20.00 Km'sp Berlanjut 200.00 20.00 Km'sp 550.00 v v
(Palembang - Betung - Jambi)

7 7 Pembangunan KA Trans Sumatera 88.00 33.00 Km'sp Selesai 290.00 25.00 Km'sp Berlanjut 300.00 25.00 Km'sp Selesai 300.00 30.00 Km'sp Berlanjut 325.00 58.00 Km'sp 1,215.00 v v
(Rantau Prapat - Pondok S2 - Kota
Pinang - Batas Sumut - Duri - Pekan
baru)

INTEGRASI 6.30 - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 250.00 6.30 Km'sp Selesai 324.70 6.30 Km'sp 574.70
8 1 Pembangunan KA akses Bandara 1.30 1.30 Km'sp Selesai 74.70 1.30 Km'sp 74.70 v
Raden Inten II
9 2 Pembangunan KA akses Pelabuhan 5.00 5.00 Km'sp Berlanjut 250.00 5.00 Km'sp Selesai 250.00 5.00 Km'sp 500.00 v v
Tarahan

REAKTIVASI 15.00 - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 150.00 - Km'sp Selesai 200.00 15.00 Km'sp Selesai 200.00 15.00 Km'sp 550.00
10 1 Reaktivasi Jalur KA Pariaman-Naras - 15.00 15.00 Km'sp Berlanjut 150.00 15.00 Km'sp Berlanjut 200.00 15.00 Km'sp Selesai 200.00 15.00 Km'sp 550.00 v v
Sungai Limau

PENINGKATAN 337.00 168.00 Km'sp Selesai 1,037.33 53.40 Km'sp Selesai 568.55 61.60 Km'sp Selesai 533.81 40.00 Km'sp Selesai 312.00 14.00 Km'sp Selesai 585.44 357.00 Km'sp 3,037.13
11 1 Peningkatan Jalur KA di Sumatera Barat 49.00 14.00 Km'sp Selesai 292.88 5.00 Km'sp Selesai 153.97 20.00 Km'sp Berlanjut 208.81 20.00 Km'sp Selesai 112.00 10.00 Km'sp Selesai 249.44 49.00 Km'sp 1,017.10 v v
(Padang - Pariaman; Padang- Bukit
Putus; Kayu Tanam - Batu Tabal)

12 2 Peningkatan Jalur KA di Sumatera 74.40 26.00 Km'sp Selesai 88.22 48.40 Km'sp Selesai 350.58 74.40 Km'sp 438.80 v v
Selatan (Lahat - Lubuk Linggau)

13 3 Peningkatan Jalur KA di Sumatera 192.00 128.00 Km'sp Selesai 656.23 40.00 Km'sp Berlanjut 64.00 40.00 Km'sp Selesai 200.00 20.00 Km'sp Selesai 200.00 4.00 Km'sp Selesai 336.00 192.00 Km'sp 1,456.23 v v
Utara (Araskabu - Tebing Tinggi -
Rantau Prapat dan Tebing Tinggi -
Siantar)
14 4 Peningkatan Jalur KA Medan - Belawan 21.60 21.60 Km'sp Selesai 125.00 21.60 Km'sp 125.00 v v

SAUM 26.80 20.00 Km'sp Selesai 1,094.30 - Km'sp Selesai 1,239.00 - Km'sp Selesai 1,731.00 6.80 Km'sp Selesai 1,000.00 - Km'sp Selesai 1,000.00 6.80 Km'sp 6,685.30 - - - - - - - - -
Medan 1,094.30 1,239.00 1,731.00 1,000.00 1,000.00 6,685.30 - - - - - - - - -
15 1 Pengembangan Angkutan Umum 1.00 Kota Berlanjut 1,000.00 1.00 Kota Berlanjut 1,000.00 1.00 Kota Berlanjut 1,000.00 1.00 Kota Berlanjut 1,000.00 1.00 Kota Selesai 1,000.00 1.00 Kota 5,000.00 v v v v
Massal Perkotaaan Medan Berbasis Rel
16 2 Pengembangan /Peningkatan Jalur KA 26.80 20.00 Km'sp Selesai 94.30 6.80 Km'sp Berlanjut 239.00 6.80 Km'sp Berlanjut 731.00 6.80 Km'sp Selesai 621.00 6.80 Km'sp 1,685.30 v v
Komuter (Medan-Binjai-Besitang)

KORIDOR PULAU JAWA DAN BALI 1,765.60 189.00 Km'sp Selesai 19,000.65 118.00 Km'sp Selesai 25,123.11 223.60 Km'sp Selesai 46,063.63 165.00 Km'sp Selesai 43,328.90 407.00 Km'sp Selesai 46,295.72 1,102.60 Km'sp 179,812.00
JALUR KA BARU 603.00 - Km'sp Selesai 14,000.00 - Km'sp Selesai 14,025.80 142.00 Km'sp Selesai 20,614.53 - Km'sp Selesai 6,624.33 15.00 Km'sp Selesai 6,920.34 157.00 Km'sp 62,185.00
17 1 Lanjutan Pembangunan KA Cepat 142.00 142.00 Km'sp Berlanjut 14,000.00 142.00 Km'sp Berlanjut 14,000.00 142.00 Km'sp Selesai 14,000.00 142.00 Km'sp 42,000.00 v v
Jakarta-Bandung (KCIC)
18 2 Pembangunan Jalur KA Mengwitani - 14.00 14.00 Km'sp Berlanjut 1,000.00 14.00 Km'sp Berlanjut 1,000.00 14.00 Km'sp Berlanjut 1,095.00 - Km'sp 3,095.00 v v
Singaraja
19 3 Pembangunan Jalur KA Shortcut 15.00 15.00 Km'sp Berlanjut 19.80 15.00 Km'sp Berlanjut 190.20 15.00 Km'sp Berlanjut 200.00 15.00 Km'sp Selesai 400.00 15.00 Km'sp 810.00 v v
Sidoarjo - Tulangan - Gununggangsir
20 4 Pembangunan KA Berkecepatan Lebih 432.00 432.00 Km'sp Berlanjut 6.00 432.00 Km'sp Berlanjut 5,424.33 432.00 Km'sp Berlanjut 5,424.33 432.00 Km'sp Berlanjut 5,425.34 - Km'sp 16,280.00 v v
Tinggi Jakarta - Semarang

INTEGRASI 63.00 - Km'sp Selesai 481.70 8.00 Km'sp Selesai 325.80 13.00 Km'sp Selesai 340.00 4.00 Km'sp Selesai 1,011.00 38.00 Km'sp Selesai 911.00 63.00 Km'sp 3,069.50
21 1 Pembangunan Akses Kereta Api 10.00 10.00 Km'sp Berlanjut 150.00 10.00 Km'sp Selesai 150.00 10.00 Km'sp 300.00 v v
Menuju Bandara Juanda
22 2 Pembangunan KA akses Bandara Adi 13.00 13.00 Km'sp Selesai 240.00 13.00 Km'sp 240.00 v v
Sumarmo
23 3 Pembangunan KA akses Bandara 6.00 6.00 Km'sp Berlanjut 481.70 6.00 Km'sp Selesai 318.30 6.00 Km'sp 800.00 v v
Internasional Yogyakarta

24 4 Pembangunan KA akses Pelabuhan 2.00 2.00 Km'sp Selesai 7.50 2.00 Km'sp 7.50 v
Tanjung Emas
25 5 Pembangunan KA akses Pelabuhan 4.00 4.00 Km'sp Berlanjut 100.00 4.00 Km'sp Selesai 100.00 4.00 Km'sp 200.00 v v
Teluk Lamong
26 6 Pembangunan KA Akses Pelabuhan 28.00 28.00 Km'sp Berlanjut 761.00 28.00 Km'sp Selesai 761.00 28.00 Km'sp 1,522.00 v v v
Patimban

REAKTIVASI 159.00 - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 2.80 15.00 Km'sp Selesai 972.40 17.00 Km'sp Selesai 972.40 - Km'sp Selesai 1,822.40 32.00 Km'sp 3,770.00
27 1 Reaktivasi Jalur KA Banten 37.00 17.00 Km'sp Berlanjut 300.00 17.00 Km'sp Selesai 300.00 20.00 Km'sp Berlanjut 300.00 17.00 Km'sp 900.00 v
(Rangkasbitung - Pandeglang- Saketi-
Menes-Labuhan, Saketi - Bayah)

28 2 Reaktivasi Jalur KA Jawa Barat (Cianjur- 39.00 15.00 Km'sp Berlanjut 2.80 15.00 Km'sp Selesai 672.40 24.00 Km'sp Berlanjut 672.40 24.00 Km'sp Berlanjut 672.40 15.00 Km'sp 2,020.00 v v v
Padalarang; Rancaekek-Jatinangor-
Tanjungsari; Cibatu-Garut-Cikajang;
Banjar-Cijulang; Cikudapateh-Ciwidey)
NO KEGIATAN Target 2020-2024 TOTAL 2020-2024 PEMBIAYAAN
KEBUTUHAN 2020 2021 2022 2023 2024 VOLUME BIAYA (Rp. APBN ALTERNATIF
Km'sp VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) VOLUME KET BIAYA (Rp. Miliar) SELESAI Miliar) RM SBSN PHLN BLU PNBP KPBU BUMN APBD SWASTA

29 3 Reaktivasi kereta Purwokerto - 29.00 29.00 Km'sp Berlanjut 300.00 - Km'sp 300.00 v v v
Wonosobo melalui Purbalingga, Kab.
Purbalingga
30 4 Reaktivasi rel kereta api Semarang- 24.00 24.00 Km'sp Berlanjut 250.00 - Km'sp 250.00 v v v
Demak-Kudus-Pati-Rembang, Kota
Semarang, Kab. Demak, Kab. Kudus,
Kab. Pati dan Kab. Rembang
31 5 Reaktivasi pembangunan jalur KA 30.00 30.00 Km'sp Berlanjut 300.00 - Km'sp 300.00 v v v
Semarang- Ambarawa-Magelang-
Borobudur, Kota Semarang, Kab.
Semarang, Kab. Magelang dan Kota
Magelang

JALUR GANDA 294.00 24.00 Km'sp Selesai 1,021.30 17.00 Km'sp Selesai 685.00 - Km'sp Selesai 2,082.37 44.00 Km'sp Selesai 2,199.37 119.00 Km'sp Selesai 1,677.27 204.00 Km'sp 7,665.30 - - - - - - - - -
32 1 Pembangunan Jalur Ganda Jawa Barat 107.00 38.00 Km'sp Berlanjut 661.30 17.00 Km'sp Selesai 439.00 90.00 Km'sp Berlanjut 635.67 90.00 Km'sp Berlanjut 635.67 90.00 Km'sp Berlanjut 635.67 17.00 Km'sp 3,007.30 v v
(Bogor-Sukabumi; Cikampek-
Padalarang; Bandung - Banjar)
33 2 Pembangunan Jalur Ganda KA Banjar - 20.00 20.00 Km'sp Berlanjut 166.70 20.00 Km'sp Berlanjut 166.70 20.00 Km'sp Selesai 166.60 20.00 Km'sp 500.00 v
Kroya
34 3 Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas 68.00 24.00 Km'sp Selesai 360.00 34.00 Km'sp Belanjut 246.00 44.00 Km'sp berlanjut 325.00 44.00 Km'sp Selesai 279.00 68.00 Km'sp 1,210.00 v v
Selatan Jawa (Wonokromo-Mojokerto-
Jombang)

35 4 Pembangunan Jalur Ganda KA 47.00 47.00 Km'sp Berlanjut 555.00 47.00 Km'sp Berlanjut 443.00 47.00 Km'sp Selesai 400.00 47.00 Km'sp 1,398.00 v v
Semarang - Solo (Gambringan - Solo)

36 5 Pembangunan Jalur Ganda KA 35.00 35.00 Km'sp Berlanjut 250.00 35.00 Km'sp Berlanjut 300.00 35.00 Km'sp Selesai 250.00 35.00 Km'sp 800.00 v v
Rangkasbitung - Merak
6 Pembangunan Jalur Ganda KA 17.00 17.00 Km'sp Berlanjut 150.00 17.00 Km'sp Berlanjut 375.00 17.00 Km'sp Selesai 225.00 17.00 Km'sp 750.00 v v
Wonokromo - Bangil

PENINGKATAN 531.60 165.00 Km'sp Selesai 887.65 76.00 Km'sp Selesai 209.71 53.60 Km'sp Selesai 536.33 100.00 Km'sp Selesai 455.00 137.00 Km'sp Selesai 529.51 531.60 Km'sp 2,618.20 - - - - - - - - -
37 1 Peningkatan Jalur KA di Banten 39.00 15.00 Km'sp Berlanjut 185.07 15.00 Km'sp Berlanjut 160.00 15.00 Km'sp Selesai 81.33 24.00 Km'sp Berlanjut 125.00 24.00 Km'sp Selesai 125.00 39.00 Km'sp 676.40 v v
(Rangkasbitung-Merak)
38 2 Peningkatan Jalur KA di Jawa Barat 156.00 100.00 Km'sp Selesai 183.89 56.00 Km'sp Selesai 25.71 156.00 Km'sp 209.60 v v
(Bandung - Banjar)
39 3 Peningkatan Jalur KA di Jawa Tengah 123.00 91.00 Km'sp Berlanjut 300.00 20.00 Km'sp Selesai 24.00 20.00 Km'sp Selesai 100.00 30.00 Km'sp Selesai 100.00 53.00 Km'sp Selesai 175.00 123.00 Km'sp 699.00 v v
(Semarang-Solo; Banjar-Kroya)

40 4 Peningkatan Jalur KA di Jawa Timur 195.00 65.00 Km'sp Selesai 218.69 70.00 Km'sp Berlanjut 230.00 70.00 Km'sp Selesai 230.00 60.00 Km'sp Selesai 229.51 195.00 Km'sp 908.20 v v
(Surabaya - Banyuwangi; Surabaya-
Malang; Bangil-Kertosono)

41 5 Peningkatan Jalur KA Sukabumi - 18.60 18.60 Km'sp Selesai 125.00 18.60 Km'sp 125.00 v v
Cianjur

SAUM 115.00 - Km'sp Selesai 2,610.00 17.00 Km'sp Selesai 9,874.00 - Km'sp Selesai 21,518.00 - Km'sp Selesai 32,066.80 98.00 Km'sp Selesai 34,435.20 115.00 Km'sp 100,504.00 - - - - - - - - -
Jakarta 68.00 - Km'sp Selesai 2,610.00 17.00 Km'sp Selesai 9,485.00 - Km'sp Selesai 17,570.00 - Km'sp Selesai 28,097.50 51.00 Km'sp Selesai 29,997.50 68.00 Km'sp 87,760.00 - - - - - - - - -
42 1 Pengembangan Angkutan Umum 1.00 Kota Berlanjut 2,000.00 1.00 Kota Berlanjut 8,955.00 1.00 Kota Berlanjut 7,870.00 1.00 Kota Berlanjut 18,397.50 1.00 Kota Selesai 20,397.50 1.00 Kota 57,620.00 v v v v v
Massal Perkotaaan Jakarta Berbasis Rel

43 2 Elevated Loopline 8.00 8.00 Km'sp Berlanjut 9,200.00 8.00 Km'sp Berlanjut 9,200.00 8.00 Km'sp Selesai 9,200.00 8.00 Km'sp 27,600.00 v v
44 3 KA Outer Jabodetabek 10.00 10.00 Km'sp Berlanjut 200.00 10.00 Km'sp Berlanjut 200.00 10.00 Km'sp Selesai 100.00 10.00 Km'sp 500.00 v v
45 4 Perkeretaapian Jabodetabek 50.00 17.00 Km'sp Berlanjut 610.00 17.00 Km'sp Selesai 530.00 33.00 Km'sp Berlanjut 300.00 33.00 Km'sp Berlanjut 300.00 33.00 Km'sp Selesai 300.00 50.00 Km'sp 2,040.00 v v

Bandung 27.00 - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 389.00 - Km'sp Selesai 2,068.00 - Km'sp Selesai 2,029.30 27.00 Km'sp Selesai 1,901.70 27.00 Km'sp 6,388.00 - - - - - - - - -
46 1 Pengembangan Angkutan Umum 1.00 Kota Berlanjut 1,796.00 1.00 Kota Berlanjut 1,796.00 1.00 Kota Selesai 1,796.00 1.00 Kota 5,388.00 v v v
Massal Perkotaaan Bandung Berbasis
47 2 Rel
Pembangunan Jalur Ganda dan 27.00 27.00 Km'sp Belanjut 389.00 27.00 Km'sp Berlanjut 272.00 27.00 Km'sp Berlanjut 233.30 27.00 Km'sp Selesai 105.70 27.00 Km'sp 1,000.00 v v
elektrifikasi KA Kiara Condong -
Cicalengka

Semarang - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - Km'sp Selesai 1,000.00 - Km'sp Selesai 1,000.00 - Km'sp Selesai 1,310.00 - Km'sp 3,310.00 - - - - - - - - -
48 1 Pengembangan Angkutan Umum 1.00 Kota Berlanjut 1,000.00 1.00 Kota Berlanjut 1,000.00 1.00 Kota Selesai 1,310.00 1.00 Kota 3,310.00 v v v
Massal Perkotaaan Semarang Berbasis

Surabaya 20.00 - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 880.00 - Km'sp Selesai 940.00 20.00 Km'sp Selesai 1,226.00 20.00 Km'sp 3,046.00 - - - - - - - - -
49 1 Pengembangan Angkutan Umum 1.00 Kota Berlanjut 550.00 1.00 Kota Berlanjut 610.00 1.00 Kota Selesai 886.00 1.00 Kota 2,046.00 v v
Massal Perkotaaan Surabaya Berbasis
50 2 Pengembangan KA Komuter Surabaya 20.00 20.00 Km'sp Berlanjut 330.00 20.00 Km'sp Berlanjut 330.00 20.00 Km'sp Selesai 340.00 20.00 Km'sp 1,000.00 v v v
Gerbang Kertasusila

KORIDOR PULAU KALIMANTAN 116.00 - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 850.00 - Km'sp Selesai 900.00 116.00 Km'sp Selesai 956.10 116.00 Km'sp 3,906.10
JALUR KA BARU 116.00 - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 750.00 - Km'sp Selesai 750.00 116.00 Km'sp Selesai 751.40 116.00 Km'sp 3,451.40 - - - - - - - - -
51 1 Pembangunan KA Trans Kalimantan 20.00 20.00 Km'sp Berlanjut 150.00 20.00 Km'sp Berlanjut 150.00 20.00 Km'sp Selesai 150.00 20.00 Km'sp 450.00 v
(Balikpapan - Samarinda)

52 2 Pembangunan KA Barang Kalimantan 96.00 96.00 Km'sp Berlanjut 600.00 96.00 Km'sp Berlanjut 600.00 96.00 Km'sp Berlanjut 600.00 96.00 Km'sp Berlanjut 600.00 96.00 Km'sp Selesai 601.40 96.00 Km'sp 3,001.40 v
(Puruk Cahu-Bangkuang-Batanjung;
Gunung Mas - Katingan)

SAUM - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 100.00 - Km'sp Selesai 150.00 - Km'sp Selesai 204.70 - Km'sp 454.70 v - - - - - - - -
Ibu Kota Negara - Km'sp Selesai - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 100.00 - Km'sp Selesai 150.00 - Km'sp Selesai 204.70 - Km'sp 454.70 v - - - - - - - -
53 1 Pengembangan Angkutan Umum 1.00 Kota Berlanjut 100.00 1.00 Kota Berlanjut 150.00 1.00 Kota Selesai 204.70 1.00 Kota 454.70 v
Massal Perkotaaan berbasis rel di Ibu
Kota Negara

KORIDOR PULAU SULAWESI 124.00 43.00 Km'sp Selesai 88.30 64.00 Km'sp Selesai 420.00 - Km'sp Selesai 2,773.60 5.00 Km'sp Selesai 2,873.60 12.00 Km'sp Selesai 2,772.50 124.00 Km'sp 8,928.00
JALUR KA BARU 119.00 43.00 Km'sp Selesai 88.30 64.00 Km'sp Selesai 420.00 - Km'sp Selesai 1,973.60 - Km'sp Selesai 1,973.60 12.00 Km'sp Selesai 1,972.50 119.00 Km'sp 6,428.00 v v - - - v - - -
54 1 Pembangunan Jalur KA Makassar - Pare 119.00 43.00 Km'sp Selesai 88.30 64.00 Km'sp Selesai 420.00 12.00 Km'sp Berlanjut 1,973.60 12.00 Km'sp Berlanjut 1,973.60 12.00 Km'sp Selesai 1,972.50 119.00 Km'sp 6,428.00 v v v
Pare

INTEGRASI 5.00 - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 200.00 5.00 Km'sp Selesai 300.00 - Km'sp Selesai - 5.00 Km'sp 500.00 v - - - - - - - -
55 1 Pembangunan KA akses Pelabuhan 5.00 - - 5.00 Km'sp Berlanjut 200.00 5.00 Km'sp Selesai 300.00 5.00 Km'sp 500.00 v
Garongkong

SAUM - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 800.00 - Km'sp 2,000.00 v - - - - v - - -
Makassar - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai - - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 600.00 - Km'sp Selesai 800.00 - Km'sp 2,000.00 v - - - - v - - -
56 1 Pengembangan Angkutan Umum 1.00 Kota Berlanjut 600.00 1.00 Kota Berlanjut 600.00 1.00 Kota Selesai 800.00 1.00 Kota 2,000.00 v v
Massal Perkotaaan Makassar Berbasis

Anda mungkin juga menyukai