Anda di halaman 1dari 82

The sahira 27

Juni 2019

DRAFT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


NOMOR : ........................................

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENYUSUNAN


PRA STUDI KELAYAKAN (PRELIMINARY FEASIBILITY STUDY)
PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT,

Menimbang Bahwa untuk melaksanakan proses perencanaan


: pembangunan pelabuhan laut sebagaimana diatur dalam
peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun
2017 Tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di
Lingkungan Kementerian Perhubungan perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Laut Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility
Study) Pembangunan Pelabuhan Laut
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
: Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739);

4. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang


Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara

1
Republik Indonesia Nomor 4849);

5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang


Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang


Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);

8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang


Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015Tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi
Undang-Undang (Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5657);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5731);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang


Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang


Angkutan di Perairan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

2
Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5208);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang


Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5109);

16. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78


Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal (Lembaran Negara Republik
lndonesia 2014 Nomor 264, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5598);

18. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang


Badan Nasional Pengelola Perbatasan;

19. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 156)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

20. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);

21. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 Tentang


Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019;

22. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112


Tahun 2017 Tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan Di Lingkungan Kementerian
Perhubungan;

23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62


Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015;

24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 63


Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Otoritas Pelabuhan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 45 Tahun 2011;

3
25. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 30
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Distrik Navigasi;

26. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65


Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Pelabuhan Batam sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 47 Tahun 2011;

27. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 36


Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135
Tahun 2015;

28. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432


Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan
Nasional;

29. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 73


Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor Pm 51 Tahun 2011
Tentang Terminal Khusus Dan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri;

30. Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan


Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk
Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015–2019.

MEMUTUSKAN:

Menetapka PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


n: LAUT TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN
PRA STUDI KELAYAKAN (PRELIMINARY FEASIBILITY
STUDY) PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT.

BAB I

Ketentuan Umum

Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut ini
yang dimaksud dengan :

1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan


dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau
bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan

4
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
2. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan
untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang
dan/atau barang, keselamatan dan keamanan
berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau
antarmoda serta mendorong perekonomian nasional
dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang
wilayah
3. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam
negeri dan internasional, alih muat angkutan laut
dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar,
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
4. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang
fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri
dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
antarprovinsi.
5. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang
fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri
dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam provinsi.
6. Pengumpan Lokal/Regional adalah …..
7. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat
digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut
dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di
laut atau di sungai.
8. Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan
yang digunakan untuk melayani angkutan sungai
dan danau yang terletak di sungai dan danau.
9. Penyelenggara Pelabuhan adalah otoritas
pelabuhan atau unit penyelenggara pelabuhan.
10. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama adalah Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian
Perhubungan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
11. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah
dan bertanggung
12. jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
13. Kantor Pelabuhan Batam adalah unit pelaksana
teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan
melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
14. Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah Unit

5
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian
Perhubungan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan
melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
15. Distrik Navigasi adalah Unit Pelaksana Teknis di
bidang Kenavigasian di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Departemen
Perhubungan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
16. Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan yang
menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan
laut.
17. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
18. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah
pengaturan ruang kepelabuhanan nasional yang
memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana
lokasi dan hierarki pelabuhan secara nasional yang
merupakan pedoman dalam penetapan lokasi,
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan
pelabuhan.
19. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang
pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna
tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.
20. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas
kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau
tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan
naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar
muat barang.
21. Dermaga Adalah ….
22. Causway Adalah ….
23. Trestle Adalah …..
24. Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari
pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan
sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
25. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal
yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang
merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
26. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
27. Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi
kedalaman, lebar, dan bebas hambatan laut lainnya
dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal
angkutan laut.
28. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
29. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara

6
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
30. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
31. Lembaga Pertanahan adalah Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, lembaga pemerintah
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanahan.
32. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan
pelayaran.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2
Peraturan Direktur Jenderal ini mengatur mengenai :

Pedoman Teknis dan Tata Cara Penyusunan Pra Studi Kelayakan


(Preliminary Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut.

Pasal 3
1) Penyusunan pra studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada
pasal 2 mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Pengusulan penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary
Feasibility Study);
b. Pelaksanaan penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary
Feasibility Study);
c. Evaluasi dokumen Pra Studi Kelayakan (Preliminary
Feasibility Study);
d. Penetapan dokumen Pra Studi Kelayakan (Preliminary
Feasibility Study).
2) Kegiatan penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility
Study) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
berdasarkan Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku efektif sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Salinan Peraturan ini disampaikan pada tanggal :
Kepada :
1. Menteri Perhubungan; DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
2. Sekretaris Jenderal
Kementerian Perhubungan;
3. Inspektur Jenderal
Kementerian Perhubungan; R. AGUS H PURNOMO
4. Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut;
5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
6. Para Kepala Bagian di Lingkungan Sekretariat Jenderal Perhubungan Laut;

7
7. Para Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;
8. Kepala Kantor Pelabuhan Batam;
9. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;
10. Para Kepala Kantor Distrik Navigasi;
11. Para Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan.

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal


Perhubungan Laut
Nomor :
Tanggal :

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah dapat tersusun Pedoman Teknis
Penyusunan Pra Studi Kelayakan Pelabuhan pada tahun 2019 ini. Buku Pedoman Teknis ini
disusun untuk memberikan informasi secara luas kepada pihak-pihak yang terkait khususnya
kepada penyelenggara pelabuhan mengenai tata cara penyusunan Pra Studi Kelayakan
Pelabuhan.

Secara umum Pedoman Teknis ini menjelaskan tentang latar belajkang, tahapan kegiatan
dan sistematika penyusunan dokumen Pedoman Teknis Penyusunan Pra Studi Kelayakan
Pelabuhan yang akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Dengan
Pedoman Teknis ini diharapkan ada kesamaan persepsi saat implementasi penyusunan pra
studi kelayakan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam Pedoman Teknis ini dengan
efektif dan efisien. Semoga Pedoman Teknis ini dapat menjadi acuan dan pedoman bagi
pihak terkait dan stakeholder untuk penyusunan dokumen Pra Studi Kelayakan Pelabuhan.

8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ketentuan Umum
D. Ruang Lingkup

BAB II TAHAPAN PENYUSUNAN PRA STUDI KELAYAKAN (PRE LIMINARY


FEASIBILITY STUDY)
A. Pengusulan Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Liminary Feasibility Study)
B. Pelaksanaan Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Liminary Feasibility Study)
C. Evaluasi Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Liminary Feasibility Study)

BAB III PENUTUP

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Identifikasi/Inventariasasi/Indikasi Pelabuhan
Tabel 2 Tabel Identifikasi Pelabuhan
Tabel 3 Longlist Rencana Pelabuhan
Tabel 4 Seleksi Rencana pelabuhan
Tabel 5 Shortlist Rencana pelabuhan

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


mengindikasikan perlunya penyediaan infrastruktur transportasi laut (pelabuhan) sebagai
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut
harus direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan,
kelestarian lingkungan serta memperhatikan keterpaduan intra dan antar moda
transportasi.
Pembangunan pelabuhan dilaksanakan sebagai pengembangan fasilitas yang sudah
ada untuk mendukung perkembangan ekonomi setempat, maupun pada lokasi yang baru
untuk membuka jalan bagi kegiatan transportasi warga sehari-hari yang bersifat
mendasar. Dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan, diperlukan
suatu aktivitas studi yang mampu memberikan gambaran secara komprehensif tentang
kelayakan pada beberapa aspek yang dianggap penting sebagai pertimbangan sebelum
dimulainya pembangunan pelabuhan, melalui kajian Pra Studi Kelayakan (Preliminary
Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut.
Pelaksanaan Kajian Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) Pelabuhan
Laut merupakan tahap awal yang penting dalam rangkaian perencanaan pembangunan
pelabuhan laut. Pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017
tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan,
diamanatkan adanya pelaksanaan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study)
sebagai salah satu syarat pembangunan suatu infrastruktur transportasi, termasuk dalam
hal ini pelabuhan laut. Dokumen Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) akan
menjadi acuan dalam pemilihan alternatif indikasi lokasi rencana untuk pelaksanaan Studi
Kelayakan (Feasibility Study). Secara substansial pada konteks pelabuhan laut, kajian ini
diperlukan dalam menjamin kepastian dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang
terencana, terpadu, tepat sasaran, efisien dan berkesinambungan

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud ditetapkannya Pedoman Teknis Penyusunan Pra Studi Kelayakan


(Preliminary Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut ini adalah memberikan
pedoman yang bersifat legal dalam rangka melaksanakan kegiatan Penyusunan Pra Studi
Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut.

Tujuan ditetapkannya Pedoman Teknis Penyusunan Pra Studi Kelayakan


(Preliminary Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut ini adalah terwujudnya
kegiatan Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) Pembangunan

10
Pelabuhan Laut secara terstruktur dan sistematis sebagai bagian dari dokumen
perencanaan.

C. KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut ini yang dimaksud dengan :

1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang,
dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda
transportasi.
2. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas
kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat
perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional
dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah
3. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri
dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
antarprovinsi.
4. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
5. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul,
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.
6. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan
angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di
sungai.
7. Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani
angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau.
8. Penyelenggara Pelabuhan adalah otoritas pelabuhan atau unit penyelenggara
pelabuhan.
9. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung
10. jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
11. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan adalah Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung
12. jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
13. Kantor Pelabuhan Batam adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
14. Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
15. Distrik Navigasi adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang Kenavigasian di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
16. Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani
kegiatan angkutan laut.

11
17. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
18. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pengaturan ruang kepelabuhanan
nasional yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki
pelabuhan secara nasional yang merupakan pedoman dalam penetapan lokasi,
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan pelabuhan.
19. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan
rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan.
20. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal
bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun
penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang.
21. Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari
pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya.
22. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah
Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan
bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya.
23. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
24. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
25. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
26. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
27. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan pelayaran.
28. Lembaga Pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,
lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanahan.

D. RUANG LINGKUP

1. Lingkup Peraturan

a. Pedoman Teknis Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility


Study) Pembangunan Pelabuhan Laut ini merupakan pedoman dan acuan oleh
setiap unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan yang melaksanakan tugas perencanaan.
b. Pedoman Teknis juga merupakan pedoman dan acuan bagi Instansi
Pemerintah Daerah dan Badan Penyelenggara Prasarana/Sarana perhubungan
yang untuk selanjutnya dilakukan pengajuan kepada unit perencanaan di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan
dalam rangka pengkajian dan penyempurnaan substansinya.

2. Lingkup Materi

Garis besar kegiatan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) adalah
sebagai berikut:

12
a. Studi suatu kawasan (region) terhadap potensi permintaan (demand) guna
mengetahui secara indikatif apakah suatu rencana kegiatan layak atau tidak
untuk dikaji dengan Studi Kelayakan (Feasibility Study).
b. Bersifat: Ekonomis, Berdimensi spasial menunjuk alternatif lokasi dan
berorientasi fisik, berskala (terukur), Memanfaatkan data sekunder, dan Output
berupa alternatif indikasi lokasi.
c. Substansi primer terdiri dari Potensi demand, Indikasi kelayakan ekonomi,
Alternatif solusi dan Solusi optimal.
d. Dokumen Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) mempunyai masa
berlaku maksimum selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau ulang secepatnya 3
(tiga) tahun setelah dilakukan penyusunan dokumen tersebut.

BAB II
TAHAPAN PELAKSANAAN PRA STUDI KELAYAKAN
(PRELIMINARY FEASIBILITY STUDY)

2.1 TAHAPAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN


Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang
Pedoman dan Proses Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan, untuk
membangun suatu infrastruktur perhubungan, termasuk pelabuhan, diperlukan beberapa
tahapan dalam Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan yang meliputi : Tahap Pra-
Desain, Tahap Desain, Tahap Konstruksi/Fisik, dan Tahap Pasca Konstruksi.

1. Tahap Pra-Desain

a. Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) merupakan suatu studi


preliminary appraisal / site reconnaissance / survey suatu kawasan (region)
terhadap potensi permintaan (demand) guna mengetahui secara indikatif
apakah suatu rencana kegiatan layak untuk dikaji lebih lanjut dengan Studi
Kelayakan (Feasibility Study). Pra studi kelayakan bersifat:
1) Ekonomis;
2) Berdimensi spasial menunjuk alternatif lokasi dan berorientasi fisik;
3) Berskala (terukur);
4) Dominan memanfaatkan data sekunder;
5) Output berupa indikasi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan.

Dokumen pra studi kelayakan sekurang-kurangnya berisi :


1) Potensi demand;
2) Indikasi kelayakan ekonomi dan teknis;
3) Alternatif solusi;
4) Solusi optimal.

Dokumen Pra Studi Kelayakan mempunyai jangkauan penggunaan jangka


pendek (maksimum 5 tahun) dengan ketentuan harus ditinjau ulang kembali
untuk validasi. Penyusunan dokumen atau tinjau ulang Pra Studi Kelayakan
diselesaikan paling lambat 3 tahun sebelum penyusunan rencana dalam Sistem
Perencanaan Pembangunan Perhubungan, dengan lama penyusunan
maksimal 1 (satu) tahun. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Pra Studi

13
Kelayakan antara lain harus memperhatikan dokumen Rencana Umum
Pengembangan Perhubungan.

b. Studi Kelayakan (Feasibility Study) merupakan suatu appraisal guna


mengetahui kelayakan suatu kegiatan untuk diimplementasikan di lapangan.
Studi Kelayakan bersifat:
1) Teknis;
2) Ekonomi dan finansial;
3) Berdimensi spasial,menunjuk lokasi dan berorientasi fisik;
4) Berskala (terukur);
5) Memanfaatkan data primer;
6) Output berupa informasi kelayakan teknis, finansial dan lingkungan.

Dokumen studi kelayakan sekurang-kurangnya terdiri dari:


1) Potensi permintaan (demand) jasa pelabuhan;
2) Kajian Kelayakan Teknis, Ekonomi, Finansial, Operasional dan lingkungan;
3) Dimensi kebutuhan ruang / spasial dengan menunjuk lokasi dan besaran
fisik/biaya yang bersifat indikatif;
4) Jadwal dan skema/pola implementasi.

Dokumen Studi Kelayakan mempunyai jangkauan penggunaan jangka pendek


(maksimum 5 tahun) dengan ketentuan harus ditinjau ulang kembali untuk
validasi. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Studi Kelayakan diselesaikan
paling lambat 2 (dua) tahun sebelum penyusunan rencana dalam Sistem
Perencanaan Pembangunan Perhubungan dengan lama penyusunan maksimal
1 (satu) tahun.
Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Studi Kelayakan antara lain harus
memperhatikan dokumen Pra Studi Kelayakan dan dokumen Rencana Umum
Pengembangan Perhubungan.

c. Rencana Induk (Master Plan) merupakan acuan umum bagi arah dan pola
pembangunan di lokasi yang sudah ditetapkan. Rencana Induk (Master Plan)
pelabuhan bersifat:
1) Teknis;
2) Berdimensi spasial, menunjuk lokasi dan berorientasi fisik;
3) Berskala (terukur).

Dokumen rencana induk sekurang-kurangnya berisi:


1) Pola dan arah pembangunan di lokasi dimaksud;
2) Besaran fisik/zonasi dan kebutuhan ruang;
3) Tahapan implementasi;
4) Peta master plan.

Dokumen Rencana Induk (Master Plan) mempunyai jangkauan penggunaan


jangka panjang (10-20 tahun) dengan ketentuan harus ditinjau ulang kembali
untuk validasi. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Rencana Induk
diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum penyusunan rencana dalam
Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan dengan lama penyusunan
maksimal 1 (satu) tahun. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen/tinjau ulang
Rencana Induk antara lain harus memperhatikan RTRWN, RTRWP dan hasil
Studi Kelayakan.

d. Studi Amdal merupakan suatu kajian dampak positif dan negatif dari suatu
rencana kegiatan yang dipakai sebagai alat dalam memutuskan kelayakan
lingkungan suatu kegiatan; sedangkan kajian dampak positif dan negatif
tersebut disusun dengan mempertimbangkan antara lain aspek Lingkungan
Kimiawi, Biologi, Sosial-Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Kesehatan Masyarakat.

Studi Amdal bersifat:

14
1) Teknis;
2) Berdimensi Spasial, menunjuk lokasi dan berorientasi fisik;
3) Berskala (terukur).

Dokumen studi amdal sekurang-kurangnya terdiri dari:


1) Kelayakan teknis lingkungan, sosial budaya dan ekonomi;
2) Rekomendasi dan solusi pemecahan masalah lingkungan.

Ketentuan selengkapnya tentang studi AMDAL diatur tersendiri berdasarkan


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup.

2. Tahap Desain

a. Survey, Investigasi dan Rancangan Dasar


Merupakan dokumen penunjang bagi pelaksanaan fisik kegiatan pembangunan
pelabuhan dan bersifat:
1) Teknis;
2) Berskala (terukur).

Dokumen Survey, Investigasi dan Rancangan Dasar sekurang- kurangnya


memberikan informasi berupa:
1) Hasil identifikasi titik lokasi rencana pelabuhan;
2) Lay out;
3) Hasil tes tanah, arus laut, batimetri, dan hal yang terkait;
4) Desain umum fasilitas pokok.

Dokumen Survey dan Investigasi mempunyai jangkauan penggunaan jangka


pendek (maksimum 5 tahun). Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Studi
Survey dan Investigasi diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
penyusunan Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan dengan lama
penyusunan maksimal 6 (enam) bulan.

b. Rancangan Rinci (Detailed Design/ Engineering Design) Rancangan Rinci


merupakan dokumen detail teknis pelaksanaan kegiatan konstruksi fasilitas
pelabuhan dan bersifat:
1) Teknis dan terinci;
2) Berdimensi spasial (3 dimensi), secara detail dan akurat menunjukkan
lokasi dan berorientasi fisik (bentuk fisik);
3) Berskala (sangat terukur);

Dokumen Rancangan Rinci sekurang-kurangnya berisi:


1) Spesifikasi teknis kondisi lapangan dan material konstruksi;
2) Acuan dan persyaratan teknis konstruksi.
3) Metode dan bukti hasil perhitungan konstruksi yang memenuhi kelayakan
dan keamanan bangunan sipil sesuai ketentuan yang berlaku;
4) Gambar-gambar detail konstruksi fasilitas lengkap dengan ukuran detail
beserta geografisnya;

Dokumen Rancangan Rinci mempunyaipenggunaan jangka pendek (maksimum


5 tahun) dengan ketentuan harus ditinjau ulang kembali sebelum dilakukan
konstruksi.
Penyusunan dokumen Rancangan Rinci dilakukan paling lambat 1 tahun
sebelum penyusunan rencana dalam sistem pelabuhan koordinat jangkauan

Perencanaan Pembangunan Perhubungan, dengan lama penyusunan


maksimal 6 (enam) bulan. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Rancangan
Rinci antara lain harus memperhatikan dokumen Rencana Induk Pelabuhan
(Master Plan) dan hasil Studi Amdal.

15
3. Tahap Konstruksi/Fisik

Terdiri dari dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), yang bersifat:
a. Sangat Teknis;
b. Berdimensi spasial, menunjuk lokasi dan sangat fisik;
c. Berskala (sangat terukur).

Dokumen RKS sekurang-kurangnya terdiri dari:


a. Spesifikasi teknis kondisi lapangan dan material konstruksi;
b. Acuan dan persyaratan teknis konstruksi;
c. Jadwal pelaksanaan;
d. Mekanisme/metodologi pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
e. Mekanisme pengawasan.

Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) mempunyai jangkauan


penggunaan jangka pendek (maksimum 5 tahun) dengan ketentuan harus ditinjau
ulang kembali sebelum dilakukan konstruksi.

Penyusunan dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) diselesaikan paling


lambat 1 (satu) tahun sebelum penyusunan rencana dalam Sistem Perencanaan
Pembangunan Perhubungan dengan lama penyusunan maksimal 6 (enam) bulan.
Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
antara lain harus memperhatikan dokumen Rancangan Rinci dan hasil Studi Amdal.

4. Tahap Pasca Konstruksi

Merupakan dokumen Evaluasi Hasil/Manfaat Proyek, yaitu evaluasi perbandingan


besaran indikator-indikator perencanaan dalam dokumen rencana pembangunan
dengan realisasi, yang kemudian dapat dijadikan masukan bagi penyempurnaan
pada tahapan rencana berikutnya. Penyusunan dokumen evaluasi dilaksanakan
paling lama 1 (satu) tahun setelah konstruksi selesai. Dokumen ini bersifat sangat
teknis dan terukur, baik dari aspek teknis, ekonomi, finansial dan lingkungan.

16
2.2 PELAKSANAAN PENYUSUNAN PRA STUDI KELAYAKAN (PRELIMINARY
FEASIBILITY STUDY)

Dalam rangka penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study),


terdapat alur pikir penyusunan kegiatan yang disusun secara terstruktur dan
sistematis melalui beberapa tahapan meliputi tahapan persiapan dan tahapan
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari penyusunan Laporan Pendahuluan, Laporan
Antara, Laporan Semi Rampung dan Laporan Akhir sebagaimana diagram alir pada
gambar 1 sebagai berikut :

17
Gambar 1. Alur Pikir Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study)
Pembangunan Pelabuhan Baru

2.3 TAHAPAN PELAPORAN

Pelaksanaan kegiatan Pra Studi Kelayakan (Pra Feasibility Study) terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Penyusunan Laporan Pendahuluan (Inception Report)


Dalam rangka penyusunan Laporan Pendahuluan, dilakukan survei pra
pendahuluan (Pra Reconaissance Survey) terhadap beberapa instansi di
Lingkungan Kementerian/Lembaga Pusat seperti Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut (Direktorat Kepelabuhanan, Direktorat Kenavigasian, Direktorat Lalu Lintas dan
Angkutan Laut, Bagian Perencanaan), Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Desa Tertinggal dan
Transmigrasi, Badan Pusat Statitistik, Pushidrosal, dsb terkait pengumpulan
beberapa data sekunder sebagai bahan penyusunan desk study khususnya dalam
rangka mengidentifikasi wilayah administratif dan isu strategis yang berkembang
pada calon lokasi rencana pelabuhan diantaranya sebagai berikut :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
b. Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
c. Rencana Induk Pelabuhan;
d. Sistem Transportasi Nasional;
e. Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil);
f. Tataran Transportasi Lokal (Tatralok);
g. Kebijakan mengenai Daerah Khusus, Daerah Perbatasan, Daerah Tertinggal
dan Daerah Terluar;
h. Data Statistik BPS Pusat;
i. Peta Laut Pushidrosal;
j. Peta Rupa Bumi Badan Informasi Geospasial (BIG);
k. Data SBNP pada lokasi studi;
l. Data Wilayah Kerja UPT;
m. Studi Literatur.

Pada tahapan penyusunan Laporan Pendahuluan, sudah terdapat Tabel 1 (Tabel


Identifikasi Pelabuhan di Kabupaten) yang berisi tentang :

18
a. Pelabuhan Eksisting (Pelabuhan Laut, Penyeberangan, Perikanan,
Tersus/TUKS, dll)
b. Pelabuhan Rencana
c. Kecamatan
d. Referensi Sumber Acuan :
1) Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) dan Review RIPN
2) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
3) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
4) Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil)
5) Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)

Pelabuhan Eksisting yang dimaksud dalam studi ini adalah sebagai berikut.
1. Pelabuhan laut yang tercantum dalam lampiran A1 RIPN; atau
2. Pelabuhan laut yang sesuai dengan definisi pelabuhan dalam undang-undang
nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran, dimana pelabuhan merupakan tempat
yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang,
dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antarmoda transportasi.

Pelabuhan Rencana yang masuk dalam tabel longlist pada studi ini adalah sebagai
berikut.
1. Pelabuhan laut yang tercantum dalam lampiran A2 RIPN; atau
2. Pelabuhan laut yang tercantum di dalam Dokumen Perencanaan yang telah
disahkan oleh pihak yang berwenang, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Lokasi pelabuhan eksisting yang tercantum di dalam lampiran A1 RIPN,
maka studi untuk lokasi tersebut tidak dilanjutkan sebagai rencana
pelabuhan; atau
b. Lokasi pelabuhan eksisting yang tercantum di dalam lampiran A2 RIPN,
maka studi untuk lokasi tersebut dilanjutkan sebagai rencana pelabuhan;
atau
c. Lokasi pelabuhan eksisting yang tidak tercantum di dalam lampiran A1
maupun A2 RIPN, maka studi untuk lokasi tersebut dilanjutkan sebagai
rencana pelabuhan; atau
3. Lokasi Pelabuhan Laut yang telah disepakati dalam Berita Acara FGD;

FORMAT TABEL 1
(INVENTARISASI PELABUHAN) LAPORAN PENDAHULUAN

2. Penyusunan Laporan Antara (Inception Report)

19
Penyusunan Laporan Antara memuat hasil-hasil pengumpulan data serta
penjelasan metode pengolahan/analisis serta penyusunan langkah analisis lengkap
selanjutnya.

Dalam tahapan penyusunan Laporan Antara, dilakukan survei Lokasi Studi dan
Focus Group Discussion (FGD) dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT), Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut (Bagian Perencanaan, Direktorat Kepelabuhanan,
Direktorat Kenavigasian, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut), Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat dan beberapa instansi di lingkungan Pemerintah
Daerah terkait pengumpulan data sekunder sebagai bahan analisis pemilihan
indikasi kelayakan calon rencana lokasi pelabuhan, adapun data-data yang
diperlukan antara lain :
a. Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN);
b. Rencana Induk Pelabuhan / Master Plan (RIP);
c. Sistem Transportasi Nasional;
d. Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil);
e. Tataran Transportasi Lokal (Tatralok);
f. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi;
g. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten;
h. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
i. Data Kawasan Lindung;
j. Kecamatan/Kabupaten dalam angka (Profil Daerah);
k. Kinerja Operasional Pelabuhan Eksisting;
l. Kondisi Akses Jalan;
m. Topografi daratan
n. Bathymetri perairan;
o. Data angin dan curah hujan;
p. Data Daerah Rawan Bencana;
q. Hasil wawancara kuisioner.

Langkah selanjutnya adalah melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan


pihak-pihak sebagai berikut :
a. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi dan Kabupaten;
b. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi dan
Kabupaten;
a. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terdekat;
b. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi dan Kabupaten;
c. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi dan Kabupaten;
d. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi dan Kabupaten;
e. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi dan
Kabupaten;
f. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten;
g. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi dan Kabupaten;
h. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten;
i. Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan / Kepala Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan / Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan;
j. Kepala Kantor Distrik Navigasi.
k. Kepala Bagian Perencanaan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan.
l. Asosiasi lainnya
Setelah melakukan FGD, maka dilakukan pembahasan laporan antara dengan :
a. Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan laut
b. Direktorat Kepelabuhanan
c. Direktorat kenavigasian
d. Biro Perencanaan
e. Badan Litbang
f. Kepala Bagian Perencanaan Setditjen Perhubungan Laut

20
Pada tahapan penyusunan Laporan Antara, terdapat Tabel 2 (Identifikasi);
Kemudian dilakukan proses pendataan dan deskriptif terhadap calon lokasi
pelabuhan berdasarkan tinjauan kebijakan dimana menguraikan berbagai dokumen
kebijakan yang memiliki korelasi terhadap wilayah studi seperti RIPN, RTRW
Propinsi, Tatrawil, RTRW Kabupaten/Kota, Tatralok, Kebijakan Nasional (Tol Laut,
Sislognas, Daerah Tertinggal, Daerah Terdepan, Daerah Terluar, Daerah Rawan
Bencana), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dsb.

Hasil proses identifikasi berdasarkan survei dan Focus Group Discussion (FGD)
maka dilakukan kompilasi terhadap keseluruhan kebutuhan rencana pembangunan
pelabuhan baru sesuai dengan dokumen perencanaan yang ada (long-list),
kemudian dilakukan tahapan analisis awal untuk mengevaluasi tingkat urgensi
rencana calon pelabuhan baru tersebut guna menghasilkan indikasi rencana calon
pelabuhan baru sesuai dengan kebutuhan riil infrastruktur transportasi laut pada
wilayah tersebut (melengkapi Tabel 2 adalah Tabel Identifikasi Pelabuhan di
Kabupaten) (sebagaimana terlampir)).
Adapun proses analisis penentuannya sebagai berikut :
a. Analisis pola ruang melalui proses identifikasi lokasi rencana calon pelabuhan
baru yang memenuhi ketentuan tidak berada dalam kawasan lindung atau
kawasan hambatan lainnya.
b. Kawasan Lindung dapat dilanjutkan kedalam tabel shortlist sesuai dengan
ketentuan dan perundangan yang berlaku.
c. Analisis Hinterland Calon Pelabuhan Baru melalui tahapan :
1) jarak antar pelabuhan pada wilayah studi
2) Skala pelayanan Pelabuhan Eksisting dan;
3) Kondisi kinerja pelabuhan eksisting di sekitar wilayah studi;
4) Kondisi akses jalan wilayah;
5) Topografi wilayah studi;
6) Perilaku/karakteristik pola pergerakan stakeholders dan masyarakat;
7) Hasil kuisioner terhadap instansi terkait implikasi pembangunan lokasi
pelabuhan baru.

Khusus pada tahapan perhitungan jarak antar pelabuhan menyesuaikan pada


ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.432 Tahun
2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN). Adapun penjelasan
deskriptif jarak antar pelabuhan melalui metode zonasi/radius skala pelayanan
sebagai berikut :
a. Cakupan Pelayanan Pelabuhan Utama sebesar 200 mil laut artinya tidak
diperkenankan pembangunan pelabuhan utama lainnya pada zona 200 mil
laut pada pelabuhan utama tersebut
b. Cakupan Pelayanan Pelabuhan Pengumpul sebesar 50 mil laut artinya tidak
diperkenankan pembangunan pelabuhan pengumpul lainnya pada zona 50 mil
laut pada pelabuhan pengumpul tersebut
c. Cakupan Pelayanan Pelabuhan Pengumpan Regional sebesar 20-50 mil laut
artinya tidak diperkenankan pembangunan pelabuhan pengumpan regional
lainnya pada zona 20-50 mil laut pada pelabuhan pengumpan regional
tersebut
d. Cakupan Pelayanan Pelabuhan Pengumpan Lokal sebesar 5-20 mil laut
artinya tidak diperkenankan pembangunan pelabuhan pengumpan lokal
lainnya pada zona 5-20 mil laut pada pelabuhan pengumpan lokal tersebut

Selanjutnya dilakukan proses mapping dan overlay pada setiap zonasi/radius


pelayanan masing-masing pelabuhan yang disesuaikan dengan hierarki
pelabuhannya sehingga dengan analisa overlay tersebut dapat tergambar
kebutuhan suatu pelabuhan pada setiap wilayah dengan memperhatikan faktor
jarak antar pelabuhan dan tidak menyinggung/ beririsan dengan hinterland lokasi
pelabuhan baik eksisting maupun pelabuhan rencana.

21
Apabila ditemukan lokasi rencana pelabuhan yang cakupan pelayanannya beririsan
dengan pelabuhan selevelnya (pelabuhan dengan hierarki yang sama) maka:
a. Tidak dapat dilanjutkan sebagai evaluasi alternatif lokasi potensial dalam
kegiatan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) apabila pelabuhan
tersebut terdapat dalam satu garis pantai yang didukung kondisi aksesibilitas
yang baik.
b. Dapat dilanjutkan sebagai evaluasi alternatif lokasi potensial dalam kegiatan
Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) meskipun terdapat dalam
satu garis pantai/pulau namun tidak didukung kondisi aksesibilitas yang baik
atau kondisi topografi wilayah yang tidak mendukung (pegunungan/tipologi
kontur daratan curam).
c. Dapat dilanjutkan sebagai evaluasi alternatif lokasi potensial dalam kegiatan
Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study) apabila lokasi tersebut
terdapat dalam pulau yang berbeda.

Pada tahapan penyusunan Laporan Antara, sudah terdapat Tabel 3 (Tabel Longlist
Lokasi Rencana di Kabupaten) berdasarkan hasil Survei Lapangan dan Focus
Group Discussion (FGD).

3. Penyusunan Laporan Semi Rampung


Pada tahapan ini dilakukan survei kunjungan ke semua lokasi potensial guna
mengidentifikasi site fisik kawasan rencana pelabuhan sesuai hasil penyusunan
Laporan Antara berupa pengamatan aksesibiltas jalan menuju lokasi kawasan
pelabuhan, pengamatan kondisi perairan dan daratan kawasan rencana pelabuhan
yang dilengkapi dengan dokumentasi foto dan video. Selanjutnya dilakukan tahapan
analisis sebagai berikut :
a. Analisis Aspek Rencana Tata Ruang dan Kebijakan pada masing-masing lokasi
studi, meliputi sub Kebijakan dan Rencana Tata Ruang. Sub Aspek Rencana
Tata Ruang terdiri dari Sub-Sub Aspek Rencana Struktur Ruang dan Rencana
Kawasan Strategis.
b. Analisis Aspek Transportasi Wilayah pada masing-masing lokasi studi, meliputi
sub aspek Aksesibilitas Darat, Aksesibilitas Laut, Bangkitan dan Tarikan serta
Sebaran Pergerakan.
c. Analisis Aspek Ekonomi Wilayah pada masing-masing lokasi studi, meliputi sub
Aspek Potensi Komoditas Hinterland dan Pertumbuhan Wilayah
d. Analisis Sosial Kependudukan, pada masing-masing lokasi studi, meliputi Sub
Aspek Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk.
e. Analisis Aspek Lingkungan Hidup pada masing-masing lokasi studi, meliputi
sub aspek Komponen Lingkungan Hidup dan Daerah Rawan Bencana.
Analisis Aspek Teknis pada masing-masing lokasi studi, meliputi sub aspek
Kelerangan Lahan/Topografi, Indikasi Kedalaman Perairan, Hasil Pengamatan
Laut dan Indikasi Status Lahan.
Pada Laporan Semi Rampung sudah terdapat tabel :
a. Tabel 3 : Tabel Seleksi Lokasi Rencana Pelabuhan di Kabupaten
b. Tabel 4 : Tabel Shortlist Lokasi Rencana Pelabuhan di Kabupaten

Selanjutnya dilakukan proses penilaian pembobotan indikasi kelayakan calon


pelabuhan baru berdasarkan aspek-aspek penilaian meliputi aspek rencana tata
ruang, transportasi, ekonomi wilayah, sosial kependudukan, lingkungan dan teknis.
Adapun hasil dari pembobotan tersebut (sesuai Tabel 9 dan Tabel 12) merupakan
solusi alternatif calon lokasi pelabuhan baru yang dapat ditindaklanjuti pada tahapan
penyusunan dokumen perencanaan berikutnya (Studi Kelayakan/ (Feasibility
Study)).

4. Penyusunan Laporan Akhir (Final Report)


Penyusunan laporan akhir merupakan penyempurnaan dari penyusunan laporan
draft akhir beserta penyusunan kesimpulan, rekomendasi dan executive summary
pada setiap kawasan yang berpotensi untuk pembangunan pelabuhan baru tersebut

22
23
TABEL 1
INVENTARISASI LOKASI PELABUHAN EKSISTING DAN RENCANA DI KABUPATEN ..............

Sumber Acuan Jenis pelabuhan

KabuoatenRTRW
RTRW Provinsi

Dokumen lain
Nama Lokasi

Tatralok
Tatrawil
No
RIPN
Pelabuhan (Kecamatan) Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan Tersus dan Pangkalan
KETERANGAN
Laut Penyeberangan Perikanan TUKS TNI AL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1.
2.

(1) : Diisi dengan nomor;


(2) : Diisi dengan nama pelabuhan (eksisting dan rencana);
(3) : Diisi dengan nama lokasi dimasing-masing Kecamatan
(4) : Diisi dengan Hierarki Pelabuhan;
(5) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Provinsi;
(6) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Kabupaten;
(7) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatrawil;
(8) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatralok;
(9) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Dokumen perencanaan lainnya; (jika ada, agar dimasukkan dalam kolom keterangan)
(10) : Diisi dengan tanda (v) jika Pelabuhan Laut;
(11) : Diisi dengan tanda (v) jika Pelabuhan Penyeberangan;
(12) : Diisi dengan tanda (v) jika Pelabuhan Perikanan;
(13) : Diisi dengan tanda (v) jika Tersus dan TUKS;
(14) : Diisi dengan tanda (v) jika Pangkalan TNI AL;
(15) : Diisi dengan hal-hal lain yang dianggap perlu; (contoh: perbedaan nama pada lokasi; jenis pelabuhan lain; nama/jenis dokumen lainnya; dll)

24
TABEL 2
IDENTIFIKASI LOKASI PELABUHAN EKSISTING DAN RENCANA DI KABUPATEN ..............

Kondisi
Referensi Sumber
Kondisi Fasilitas Status Kepemilikan Fasilitas dan Lahan Operasi
Acuan
onal
Fasilitas Eksisting Direktorat
Kementerian
Lokasi (Kecamatan)

Kementerian Jenderal
Nama Pelabuhan

Dermaga Trestle Causeway Desa dan


Tidak Ada Fasilitas Kelautan Perhubungan Pemerintah
Pembangunan Masyarakat
RTRW Kabuoaten

Terminal

Tidak Beroperasi
dan Darat Daerah
RTRW Provinsi

Usulan Daerah
Nomor

Daerah Khusus atau

Beroperasi
Konstruksi Kondisi Konstruksi Kondisi Konstruksi Kondisi Perikanan (Pelabuhan
Tertinggal
Tatralok

Terminal
Tatrawil

Penyeberangan)
RIPN

Untuk
Beton & Kayu

Beton & Kayu


Kepentingan

Urugan Batu

Fasilitas

Fasilitas
Fasilitas

Fasilitas

Fasilitas
Ponton Sendiri

Rusak

Rusak

Rusak

Lahan

Lahan

Lahan

Lahan

Lahan
Beton

Beton
Kayu

Kayu
Baik

Baik

Baik
(TUKS)
(10)

(16)
(17)

(19)

(21)

(23)

(25)

(28)

(30)

(31)

(32)

(34)

(36)

(37)
(12)
(13)
(14)

(15)

(18)

(20)

(22)

(24)

(26)

(27)

(29)

(33)

(35)
(11)
(1)

(2)

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

1.
2.

Keterangan Kolom
(1) : Diisi dengan nomor
(2) : Diisi dengan nama pelabuhan (eksisting dan rencana)
(3) : Diisi dengan nama lokasi dimasing-masing Kecamatan
(4) : Diisi dengan Hierarki Pelabuhan jika tercantum dalam (RIPN)
(5) : Diisi dengan tanda (v)
(6) : Diisi dengan tanda (v)
(7) : Diisi dengan tanda (v)
(8) : Diisi dengan tanda (v)
(9) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Usulan Daerah yang tidak masuk ke RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, Tatralok, Tatrawil. (Atau
yang masih dalam proses penyusunan RTRW) Kolom ini diisi sesuai hasil Focus Group Discussion dan surat dari Pemerintah Daerah.
(10) : Diisi dengan tanda (v)
(11) : Diisi dengan tanda (v)
(12) : Diisi dengan tanda (v)
(13) : Diisi dengan tanda (v)
/(14) Diisi ...........

25
(14) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi dermaga adalah ponton
(15) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi dermaga baik
(16) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi dermaga rusak
(17) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi trestle adalah beton
(18) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi trestle adalah beton dan kayu
(19) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi trestle adalah kayu
(20) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi trestle baik
(21) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi trestle rusak
(22) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi causeway adalah urugan batu
(23) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi causeway baik
(24) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi causeway rusak
(25) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Fasilitas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
(26) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Lahan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
(27) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Fasilitas dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal
(28) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Lahan dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal
(29) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Fasilitas dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Pelabuhan Penyeberangan)
(30) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Lahan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Pelabuhan Penyeberangan)
(31) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Fasilitas dari Pemerintah Daerah
(32) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Lahan dari Pemerintah Daerah
(33) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Fasilitas dari Masyarakat
(34) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Lahan dari Masyarakat
(35) : Diisi dengan tanda (v) jika terdaftar sebagai Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri sesuai dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(36) : Diisi dengan tanda (v)

26
TABEL 3
LONGLIST LOKASI RENCANA PELABUHAN DI KABUPATEN ..............

Referensi Sumber Acuan Kondisi Fasilitas Status Kepemilikan Fasilitas dan Lahan

Fasilitas Eksisting
Lokasi (Kecamatan)

Dermaga Trestle Causeway


Nama Pelabuhan

Pemerintah Daerah Masyarakat


RTRW Kabuoaten
RTRW Provinsi

Usulan Daerah

Tidak Ada Fasilitas


Nomor

Tatralok Konstruksi Kondisi Konstruksi Kondisi Konstruksi Kondisi


Tatrawil
RIPN

Beton & Kayu

Beton & Kayu

Urugan Batu

Fasilitas

Fasilitas
Ponton

Rusak

Rusak

Rusak

Lahan

Lahan
Beton

Beton
Kayu

Kayu
Baik

Baik

Baik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)
1.
2.

Keterangan Kolom
(1) : Diisi dengan nomor
(2) : Diisi dengan nama pelabuhan (rencana)
(3) : Diisi dengan nama lokasi dimasing-masing Kecamatan
(4) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
(5) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Provinsi
(6) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Kabupaten
(7) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatrawil
(8) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatralok
(9) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Usulan Daerah yang tidak masuk ke RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, Tatralok, Tatrawil. Kolom
ini diisi sesuai hasil Focus Group Discussion dan surat dari Pemerintah Daerah.
(10) : Diisi dengan tanda (v) jika tidak ada fasilitas, masih tercantum dalam dokumen perencanaan (RIPN, RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten,
Tatralok, Tatrawil)
(11) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi dermaga adalah beton
(12) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi dermaga adalah beton dan kayu
(13) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi dermaga adalah kayu

27
/(14) Diisi ...........
(14) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi dermaga adalah ponton
(15) Diisi dengan tanda (v) jika kondisi dermaga baik
(16) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi dermaga rusak
(17) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi trestle adalah beton
(18) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi trestle adalah beton dan kayu
(19) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi trestle adalah kayu
(20) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi trestle baik
(21) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi trestle rusak
(22) : Diisi dengan tanda (v) jika konstruksi causeway adalah urugan batu
(23) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi causeway baik
(24) : Diisi dengan tanda (v) jika kondisi causeway brusak
(25) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Fasilitas dari Pemerintah Daerah
(26) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Lahan dari Pemerintah Daerah
(27) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Fasilitas dari Masyarakat
(28) : Diisi dengan tanda (v) jika Status Kepemilikan Lahan dari Masyarakat

28
TABEL 4
SELEKSI LOKASI RENCANA PELABUHAN DI KABUPATEN ..............

Referensi Sumber Acuan Aspek


(Kecamatan)Lokasi
Nama Pelabuhan

KabuoatenRTRW
Skala/Cakupa Aksesbilitas

RTRW Provinsi

Usulan Daerah
Jarak dan Eksternal Internal
n/Jangkauan / Kondisi
Nomor

Tatralok
Tatrawil
Rencana Irisan
RIPN

Kemampuan Topografi dan Perilaku Pola


Pola Terhadap Menuju Pusat Menuju
Pelayanan Kelerengan Pergerakan Menuju Jaringan
Ruang Pelabuhan Kegiatan Pelabuhan
Pelabuhan Wilayah Jalan Terdekat
Eksisting Kabupaten Terdekat
Eksisting
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.
2.

Keterangan Kolom
(1) : Diisi dengan nomor
(2) : Diisi dengan nama pelabuhan (rencana)
(3) : Diisi dengan nama lokasi dimasing-masing Kecamatan
(4) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
(5) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Provinsi
(6) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Kabupaten
(7) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatrawil
(8) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatralok
(9) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Usulan Daerah yang tidak masuk ke RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, Tatralok, Tatrawil. Kolom
ini diisi sesuai hasil Focus Group Discussion dan surat dari Pemerintah Daerah.
(10) : Diisi dengan Kawasan Budidaya atau Kawasan Lindung
(11) : Diisi dengan Jarak (mil laut) dengan radius layanan minimal pelabuhan laut eksisting, serta beririsan atau tidak beririsan dgn pelabuhan
eksisting
(12) : Diisi dengan Terlayani atau tidak terlayani pelabuhan laut eksisting
(13) : Diisi dengan elevasi (satuan dalam mdpl) dan kelerangan (landai/ landai hingga curam/ curam/ sangat curam)
(14) : Diisi dengan dominasi pergerakan oleh laut/darat/ laut dan darat
(15) : Diisi dengan jalur darat (dalam satuan km)
(16) : Diisi dengan jarak (dalam satuan km) dengan jalur darat/laut/darat aspal dan perkerasan tanah/aspal
(17) : Diisi dengan sudah ada atau belum ada jalan lokal/jalan setapak/ perkerasan tanah/ perkerasan aspal.

29
TABEL 5
SHORTLIST LOKASI RENCANA PELABUHAN DI KABUPATEN ..............

Referensi Sumber Acuan Aspek


(Kecamatan)Lokasi
Nama Pelabuhan

Aksesbilitas

RTRW Kabuoaten
RTRW Provinsi

Usulan Daerah
Kondisi Eksternal Internal
Jarak Kinerja
Nomor

Tatralok
Tatrawil
Rencana Topografi Menuju
RIPN

Dengan dan Skala Perilaku Pola Menuju


Pola dan Pusat Menuju
Pelabuhan Pelayanan Pergerakan Jaringan
Ruang Kelerengan Kegiatan Pelabuhan
Eksisting Eksisting Jalan
Wilayah Kabupate Terdekat
Terdekat
n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1.
2.

Keterangan Kolom
(1) : Diisi dengan nomor
(2) : Diisi dengan nama pelabuhan (rencana)
(3) : Diisi dengan nama lokasi dimasing-masing Kecamatan
(4) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
(5) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Provinsi
(6) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam RTRW Kabupaten
(7) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatrawil
(8) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Tatralok
(9) : Diisi dengan tanda (v) jika tercantum dalam Usulan Daerah yang tidak masuk ke RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, Tatralok, Tatrawil. Kolom
ini diisi sesuai hasil Focus Group Discussion dan surat dari Pemerintah Daerah.
(10) : Diisi dengan Kawasan Budidaya atau Kawasan Lindung
(11) : Diisi dengan Jarak (mil laut) dengan radius layanan minimal pelabuhan eksisting.
(12) : Diisi dengan Terlayani atau tidak terlayani pelabuhan eksisting
(13) : Diisi dengan elevasi (satuan dalam mdpl) dan kelerangan (landai/ landai hingga curam/ curam/ sangat curam)
(14) : Diisi dengan laut/darat/ laut dan darat
(15) : Diisi dengan jalur darat (dalam satuan km)
(16) : Diisi dengan jarak (dalam satuan km) dengan jalur darat/laut/darat aspal dan perkerasan tanah/aspal
(17) : Diisi dengan sudah ada atau belum ada jalan lokal/jalan setapak/ perkerasan tanah/ perkerasan aspal.
(18) : Diisi dengan koordinat rencana pelabuhan (berdasarkan survey lapangan)

30
31
BAB IV

TEKNIS PENYUSUNAN PRA STUDI KELAYAKAN (PRA FEASIBILITY STUDY)

A. KEBIJAKAN TERKAIT

Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pra Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut
ini perlu memperhatikan peraturan perundangan terkait, baik tingkat pusat maupun
daerah, diantaranya :

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil;
4. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
9. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015TentangPenetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-
Undang;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2011;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan
Maritim;
16. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;
18. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola
Perbatasan;
19. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
20. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan;
21. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019;

32
22. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 Tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015;
24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 45 Tahun 2011;
25. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Distrik Navigasi;
26. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 47 Tahun 2011;
27. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135 Tahun
2015;
28. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana
Induk Pelabuhan Nasional
29. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 73 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 51 Tahun 2011 Tentang Terminal
Khusus Dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri;
30. Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015–2019.;
31. Peraturan Daerah (Perda) setempat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
32. Peraturan-peraturan lainnya.

B. INVENTARISASI DATA

Pada tahap inventarisasi data, akan dikumpulkan macam dan jenis data yang diperlukan
untuk analisis. Data yang diinventarisasi mencakup data primer dan sekunder
sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 5 Inventarisasi Data Pra FS Pembangunan Pelabuhan Laut

Kelompok Periode
No Jenis Data Sumber Data
Data Data
1 Peraturan a. Undang-Undang Kementerian/ Tahun
perundangan b. Peraturan Pemerintah, Lembaga terkait terakhir
dan kebijakan c. Peraturan Menteri,
pemerintah d. Keputusan Menteri
e. RIPN
f. Sistranas
g. Sislognas
h. RIPPARNAS
i. RIP
j. Angkutan Laut
Keperintisan,
k. Tol Laut.
2 Perda dan a. RTRW Provinsi/Kota i. Pemerintah Tahun
kebijakan b. RTRW Kabupaten Daerah terakhir
daerah c. RZWP3K ii. KKP
d. Tatrawil/Tatralok iii. Bappeda/PU
e. Perda terkait iv. Dinas
Perhubungan
3 Data a. Kondisi sistem i. OP/KSOP/UPP Tahun
transportasi transportasi : alur setempat terakhir
wilayah pelayaran, trayek ii. Distrik Navigasi

33
Kelompok Periode
No Jenis Data Sumber Data
Data Data
pelayaran iii. Kementerian
b. Aksesibilitas (daratan, PU/Dinas
perairan dan udara) PU/Dinas
c. Asal tujuan barang Perhubungan
&penumpang (Origin- iv. Interview
Destination) v. Kuisioner
d. Data Pelabuhan
Eksisting meliputi
fasilitas, operasioanal
dan SBNP
4 Data ekonomi a. PDRB i. BPS, Balitbang 1) Series 5
wilayah Provinsi/Kabupaten ii. Dinas terkait tahun
b. Potensi sektor primer iii. Interview 2) Tahun
(pertanian, iv. kuisioner terakhir
perkebunan,
perikanan, peternakan)
c. Potensi komoditas
sektor sekunder
(industri, perdagangan,
jasa)
5 Data a. Jumlah penduduk i. BPS 1) Series 5
demografi/ b. Struktur ii. Dinas Dukcapil tahun
kependudukan Kependudukan 2) Tahun
terakhir
6 Data rona a. Status Lingkungan i. BLH/Balai Taman Tahun
lingkungan Hidup Daerah Nasional terakhir
b. Data kebencanaan ii. BNPB
iii. Observasi
lapangan
7 Data teknis a. Topografi i. BIG Tahun
lokasi b. Bathymetri ii. Distrik Navigasi/ terakhir
c. Hidro-oceanografi Pushidros TNI AL
iii. Pushidros/BMKG
8 Gambaran a. Dinamika aktivitas i. FGD Tahun studi
kondisi wilayah masyarakat ii. Interview
perencanaan b. Kebutuhan wilayah iii. Kuisioner
perencanaan
c. Indikasi status lahan
rencana lokasi

C. IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK, PERANAN DAN ASPEK KELAYAKAN PELABUHAN

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pra Studi Kelayakan (Pra Feasibility Study)
khususnya dalam rangka penentuan metodologi penilaiannya, maka perlu diperhatikan
dominasi peran pelabuhan pada potensi lokasi apakah berorientasi pada sisi ekonomi
atau sosial-politik karena tahapan penilaian/pembobotan pada kedua jenis lokasi tersebut
berbeda. Adapun secara filosofis perbedaaan kedua fungsi pelabuhan tersebut sebagai
berikut :
1) Untuk mendorong Pembangunan Bidang Ekonomi;
Peran pelabuhan sebagai pendorong bidang ekonomi lebih berorientasi pada
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Belakang/Hinterland, Volume Perdagangan,
Dukungan Aksesibilitas (Jalan, Kereta Api, Bandara), Pendapatan Per-Kapita.

34
/b. Untuk .....

2) Untuk mendorong Pembangunan Pada Bidang Sosial Politis;


Peran pelabuhan sebagai pendorong bidang sosial politis menekankan pada dua hal,
yakni:
a) Sebagai Fungsi Keperintisan, adalah pembangunan pelabuhan direncanakan
dalam rangka membuka daerah isolasi, membangkitkan dan meningkatkan
perdagangan antar-pulau/ekonomi daerah, meningkatkan mobilitas penduduk,
mengurangi kesenjangan/disparitas, meningkatkan pelayanan sosial, dan
mewujudkan stabilitas regional.
b) Adapun Fungsi Kemiliteran, adalah pembangunan pelabuhan direncanakan
untuk meningkatkan sistem ketahanan dan keamanan nasional.

Pada bagian ini juga dilakukan identifikasi karakteristik wilayah perencanaan dan
permasalahannya berdasarkan aspek-aspek terkait sebagai dasar penentuan pra
kelayakan pembangunan pelabuhan, yang meliputi:
1) Aspek Kebijakan dan Tata Ruang
Terkait kebijakan, difokuskan untuk mengidentifikasi terkait jenis kebijakan-kebijakan
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan penyusunan
Pra Studi Kelayakan (Pra Feasibility Studi). Identifikasi ini sekaligus sebagai media
evaluasi apakah kebijakan dan perencanaan yang ada serta arahan pengembangan
wilayah studi telah mendukung pembangunan lokasi calon rencana pelabuhan.
Terkait dengan rencana tata ruang, difokuskan untuk:
a) Mengidentifikasi distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya (rencana pola
ruang),
b) Mengidentifikasi susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional
(rencana struktur ruang), dan
c) Mengidentifikasi bagian wilayah perencanaan yang penataan ruangnya
diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup lokal,
regional dan nasional terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan
(rencana kawasan strategis).
2) Aspek Transportasi Wilayah,
Terkait transportasi wilayah, difokuskan untuk
a) Mengidentifikasi pengembangan pelabuhan ditinjau dari tingkat kemudahan dan
keterjangkauan lokasi rencana pelabuhan terhadap jarak dan waktu
(Accessibility),
b) Mengidentifikasi tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan
yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan atau jumlah pergerakan yang
tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona (Trip Generation), mengidentifikasi
pemodelan pola pergerakan antar zona dengan mempertimbangkan pengaruh
dari tingkat aksesibilitas dan tingkat bangkitan dan tarikan tiap zona (Trip
Distribution).
3) Aspek Ekonomi Wilayah,
Identifikasi kondisi dan potensi wilayah belakang (hinterland) yang akan dilayani oleh
pelabuhan rencana serta mengidentifikasi peluang pengangkutan komoditas
potensial hinterland pelabuhan rencana.
4) Aspek Sosial Kependudukan,
Identifikasi terhadap jumlah dan persebaran penduduk di wilayah perencanaan, serta
sosial ekonomi masyarakat yang tergambar melalui mata pencaharian masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat kesehatan serta data peramalan laju pertambahan
penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS).
5) Aspek Rona Lingkungan,
Dilakukan dengan mengidentifikasi rona lingkungan hidup awal yang mencakup
komponen fisik-kimia dan bioligi-hayati yang merupakan pembentuk suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang

35
saling memengaruhi. Disamping itu juga mengidentifikasi kondisi kebencanaan
wilayah perencanaan.

/6) Aspek ..........

6) Aspek Kelayakan Teknis Lokasi,


Identfikasi wilayah rencana pelabuhan terhadap kondisi topografi daratan (kontur)
dan perairan (bathymetri), hidro-oceanografi dan klimatologi yang memiliki potensi
terhadap rencana pembangunan pelabuhan.

36
/D. ANALISIS …..

37
D. ANALISIS ASPEK KELAYAKAN

TABEL 6
Metode Analisis dan Keluaran Hasil Analisis Aspek Kelayakan

No Aspek/Sub Aspek Metode Analisis Keluaran Dasar Pertimbangan


1. Kebijakan dan Tata Ruang
a. Struktur Ruang Metode: Analisis evaluatif Lokasi pusat-pusat kegiatan, rencana sistem Rencana lokasi pelabuhan
kebijakan terhadap sistem jaringan prasarana dan sarana (termasuk rencana yang akan dibangun harus
pusat kegiatan, jaringan pelabuhan dan infrastruktur pendukungnya) yang sesuai dengan rencana tata
prasarana dan sarana yang direncanakan pemerintah daerah ruang wilayah nasional,
memiliki hubungan fungsional rencana tata ruang wilayah
b. Kawasan Metode: Analisis evaluatif Lokasi kawasan-kawasan yang pengembangannya provinsi, dan rencana tata
Strategis terhadap pengembangan diprioritaskan oleh pemerintah daerah untuk tujuan ruang wilayah
kawasan prioritas dengan tertentu (ekonomi, sosial, hankam, dll) dan potensi kabupaten/kota;
fungsi tertentu keterkaitannya dengan rencana lokasi pelabuhan
Sumber : Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun
2009 Tentang
Kepelabuhanan
Paragraf 3 Pasal 10
2. Transportasi Wilayah
a. Aksesibilitas Analisis kemudahan 1) Penilaian tingkat aksesibilitas tiap lokasi Model Perencanaan
darat pencapaian / keterjangkauan rencana pelabuhan, baik akses darat maupun Transportasi Empat Tahap
b. Aksesibilitas laut lokasi yang berdimensi jarak, akses laut yang berupa pemeringkatan secara (MPTEP) yang akan dinilai
waktu tempuh, biaya kuantitatif sesuai dengan nilai kemudahan pada aspek Transportasi
perjalanan dan intensitas pencapaiannya. Wilayah Ini merupakan hasil
perjalanan 2) Dalam hal ini, akan dapat diketahui lokasi-lokasi modifikasi MPTEP yang
N
A dengan tingkat aksesibilitas baik, sedang dan menghasilkan sub model:
Ki = � d buruk sebagai bahan penilaian lokasi pada - Aksesibilitas
d =1 tid tahap analisis selanjutnya.
Rumus umum: - Bangitan dan tarikan
pergerakan (Trip
Generation)
-Sebaran Pergerakan (Trip
Distribution)

38
No Aspek/Sub Aspek Metode Analisis Keluaran Dasar Pertimbangan
/c. Bangkitan .........
c. Bangkitan dan Analisis bangkitan dan tarikan Jumlah pergerakan yang dibangkitkan oleh suatu (Moda Split dan Route
tarikan (Trip Distribution) zona atau kawasan per satuan waktu, sebagai Choice tidak dipertimbangkan
PA = f ( LA ) indikasi awal permintaan akan kebutuhan pada penilaian lokasi
perjalanan (transportasi), baik kebutuhan jaringan pelabuhan karena tingkat
A = f (L ) maupun moda transportasi kedalaman studi dan
Rumus umum: B B
kurangnya relevansi)
d. Sebaran Analisis sebaran pergerakan Sebaran pergerakan di suatu kawasan, yang dapat
pergerakan (Trip Distribution) digambarkan dengan garis keinginan perjalanan Sumber : Ofyar Z. Tamin,
Rumus umum: (desire line) sesuai dengan besarnya arus (jumlah) Perencanaan dan Pemodelan
PA �AB perjalanan yang ditimbulkan beserta asal dan Transportasi 2nd edition, hal
QAB = �k tujuannya.
TQAB 40.

3 Ekonomi Wilayah
a. Potensi Analisis sektor basis di wilayah Jenis komoditas potensial yang ada di wilayah Sumber : Berdasarkan
komoditas hinterland. hinterland, sebagai indikasi awal potensi muatan di perhitungan Teori Ekonomi
hinterland Metode: Analisis Location pelabuhan. wilayah, Analisa
Quotients (LQ), Shift Share Komoditas yang dimaksud dapat berupa hasil-hasil Pembangunan Infrastruktur
Analysis (SSA), yang pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, Berdimensi Ekonomi Wilayah,
dikombinasikan dengan peternakan, pertambangan, pengolahan hingga Prof. Dr. H. Rahardjo
identifikasi lapangan hasil-hasil industri. Adisasmita, M.Ec.
(observasi, kuisioner, interview,
dll)
Rumus umum:
ai
Si Si n
Ni S =
� ai
LQi = = i =1
S Ni bi
n
N N � bi
i =1

b. Pertumbuhan Analisis pertumbuhan ekonomi Tingkat pertumbuhan wilayah, yang dapat


Ekonomi wilayah wilayah. dikategorikan tinggi, sedang, rendah. Kawasan
Metode: Tipologi Klassen, cepat tumbuh (optimis), moderat dan pesimis.
Advice BPS/ Bappeda, dll.
/4. Sosial .........
39
No Aspek/Sub Aspek Metode Analisis Keluaran Dasar Pertimbangan

4 Sosial Analisis kependudukan : 1) Jumlah, komposisi dan sebaran penduduk di


Kependudukan Jumlah Penduduk dan masing-masing hinterland lokasi rencana
- Kepadatan Penduduk pelabuhan.
2) Sebaran nilai jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk di setiap kawasan lokasi rencana
pelabuhan
5 Lingkungan Hidup - Analisis rona lingkungan 1) Komponen-komponen lingkungan baik yang
- hidup awal mendukung maupun menghambat (penghalang)
Metode: observasi terhadap rencana pembangunan pelabuhan.
- Analisis kebencanaan 2) Lokasi-lokasi rawan bencana yang terdapat di
Metode: evaluatif dokumen wilayah studi, beserta estimasi pengaruhnya
terhadap rencana lokasi pelabuhan.
6 Teknis Pemodelan data sekunder 1) Peta dan hasil pemodelan
- Tools: - Kontur dan kelerengan kawasan beserta
- GIS (Geographic Information hamparannya (luasan)
System),dll - Kedalaman perairan terdekat
- Arus, gelombang, pasang-surut
- Angin (windrose)
- Indikasi Status Lahan

E. PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN ASPEK KELAYAKAN

Pembobotan aspek kelayakan digunakan untuk memberikan unsur realitas dalam perhitungan demi tercapainya tujuan-tujuan tertentu, dalam
hal ini adalah kelayakan pembangunan pelabuhan laut di wilayah perencanaan. Pemberian bobot aspek kelayakan diberikan secara proporsional
antara ketetapan pemberian bobot secara nasional dan pemberian bobot secara lokal sesuai karakteristik wilayah dan kearifan setempat. Adapun
proporsi pembobotannya dapat diperoleh melalui berbagai cara, baik interview, kuisioner sederhana, hingga pendapat para ahli dalam bentuk
metode AHP.

40
/ TABEL ...........

TABEL 7
PEMBOBOTAN DAN PENILAIAN PRA STUDI KELAYAKAN (PRA FEASIBILITY STUDY) PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT

SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
PENILAIAN ASPEK NON FISIK
1 Kebijakan Kebijakan - Penilaian RIPN 2 �P �
dan Tata dilakukan RTRW 1 N keb = � �( N max - N min ) �+ N min
Ruang dengan Provinsi �Ptotal �
mengidentifikasi RTRW 1 Dimana:
jenis kebijakan Kabupaten
yang mendukung Tatrawil 1
N keb
: nilai kebijakan
pembangunan Tatralok 1
lokasi calon Usulan 0
P : poin yang diperoleh
rencana Daerah atau Ptotal
pelabuhan Tidak terdapat : jumlah poin total (6 )
dalam N max
kebijakan : nilai maksimum aspek (10)
manapun N min
: nilai minimum aspek (1)

Rencana Tata
Ruang
Rencana
Struktur
Penilaian
dilakukan
PKN (Pusat
Kegiatan
10
N str = P
Ruang dengan Nasional), Dimana:
mengidentifikasi PKSN (Pusat
hierarki kota-kota Kegiatan N str
dalam rencana Strategis : nilai rencana struktur ruang
struktur ruang, Nasional) P : poin yang diperoleh
dimana lokasi PKW (Pusat 8
calon rencana Kegiatan
pelabuhan Wilayah)
berada PKL (Pusat 6
Kegiatan
Lokal), PKLp
(Pusat
Kegiatan
Lokal
Promosi)
PPK (Pusat 4
Pelayanan
Kawasan)

41
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

PPL (Pusat 2
Pelayanan
Lingkungan)
Tidak memiliki 1
hierarki
Rencana Penilaian Kawasan 1
�P �
Kawasan
Strategis
dilakukan
dengan
Strategis
Nasional N tgs = � �( N max - N min ) �+ N min
mengidentifikasi (Kebijakan Tol �Ptotal �
jenis kawasan Laut, KEK, Dimana:
strategis yang Sislognas,
mendukung Kawasan N tgs
: nilai rencana kawasan strategis
pembangunan Perbatasan,
lokasi calon Terluar dan P : poin yang diperoleh
rencana Terdepan,
pelabuhan Kawasan Ptotal
: jumlah poin total (3)
Penanganan
Musibah
N max
: nilai maksimum aspek (10)
Bencana,
KSPN, dsb)
N min
: nilai minimum aspek (1)
Kawasan 1
Strategis
Provinsi
(Agropolitan,
Pariwisata,
Kota Terpadu-
Mandiri, dsb)
Kawasan 1
Strategis
Kabupaten
(Agropolitan,
Pariwisata,
Kota Terpadu-
Mandiri, dsb)
Tidak masuk 0
dalam
kawasan
strategis
2 Transportasi Aksesibilitas Aksesibilit Penilaian Eksistensi Fungsi Ekonomi Dimana: - Penilaian Fungsi Ekonomi:
Wilayah Darat as dilakukan - Ada Jalan 2 0 �P � menilai dan membobot
Ekternal dengan - Ada 1 1 N AEFE = � FE �( N max - N min ) �+ N min
N AEFE berdasarkan semua Indikator
- : nilai
(Pusat mengidentifikasi Rencana P
�FE max � aksesibilitas Eksistensi (Ada Jalan, Ada
Kawasan/ jaringan jalan Pembangunan eksternal fungsi Rencana Pembangunan Jalan),
Kota/ yang Jalan/ Perkerasan Jalan (Aspal.

42
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Hinterland
) menuju
menghubungkan
antara pusat
Angkutan
Penyeberanga PFE = Peks + Pprk + Pkds ekonomi Makadam/Batu, Tanah), Kondisi
Jalan (Baik, Sedang, Rusak)
N AEFS : nilai
kawasan kawasan/pusat n -
lokasi kota/pusat - Tidak Ada 0 2 aksesibilitas - Penilaian Fungsi Sosial Politik
PFE max : poin maksimal fungsi hanya menilai dan membobot
rencana kegiatan menuju Perkerasan Jalan eksternal fungsi
pelabuhan “kawasan” lokasi ekonomi (8) sospol berdasarkan indikator eksistensi
- Aspal 3 -
rencana saja (Indikator Eksistensi : ada
- Makadam/ 2 -
pelabuhan (bisa jalan, ada rencana pembangunan
Batu Fungsi Sospol
berupa jalan, tidak ada). Tidak perlu
- Tanah 1 - melakukan penilaian dan
desa/kampung/p Kondisi Jalan �P � pembobotan terhadap
usat permukiman - Baik 3 - N AEFS = � FS �( N max - N min ) �+ N min Perkerasan Jalan (Aspal,
terdekat dari P
- Sedang 2 - �FS max � Makadam/Batu, Tanah) dan
pelabuhan)
- Rusak 1 - PFS max Kondisi Jalan (Baik, Sedang,
: poin maksimal fungsi Rusak)
sosial (2)

Aksesibilit Penilaian Eksistensi


�P �
as Internal
(akses
dilakukan
dengan
- Ada Jalan
- Ada
2
1
N AI = � AI �( N max - N min ) �+ N min
permukim mengidentifikasi Rencana �PAI max �
an menuju jaringan jalan Pembangunan
lokasi dari pusat Jalan Dimana:
pelabuhan kawasan/kampun
) g/ permukiman
- Tidak Ada
Kondisi Jalan
0
PAI = Pprk + Pkds
= jumlah poin yang diperoleh
menuju lokasi - Baik 2
calon rencana - Sedang 1
pelabuhan - Rusak 0
PAI max
: poin maksimal aksesibilitas internal yang bisa
diperoleh (4)
N AI
: nilai aksesibilitas inter

Aksesibilitas - Mengidentifikasi Terlayani 10 Angkutan laut liner adalah …


Laut angkutan laut
yang beroperasi
Angkutan Laut
Liner
N AL = P Angkutan laut tramper adalah …

di sekitar (Angkutan Dimana:


kawasan Perintis, Tol
rencana Laut, PELNI, N AL
: nilai aksesibilitas laut
pelabuhan Angkutan laut
terjadwal

43
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
lainnya) P
Terlayani 5 : poin yang diperoleh
Angkutan Laut
Tramper
Tidak 1
Terlayani
Angkutan Laut
Bangkitan - Penilaian Hasil 10
Tarikan dilakukan Perhitungan � BT - BTterendah � Berdasarkan data tatralok
dengan Bangkitan/Tari N BT = � �( N max - N min ) �+ N min
menghitung kan memiliki BT
� tertinggi - BTterendah �
bangkitan tarikan Nilai Tertinggi
(jika tidak Hasil 1 < P < 10
terdapat data Perhitungan BT : jumlah bangkitan tarikan lokasi n
bangkitan-tarikan Bangkitan/Tari BTtertinggi
dalam kan memiliki : bangkitan tarikan tertinggi
tatralok/wil) Nilai Antara
BTterendah
Hasil 1 : bangkitan tarikan terendah
Perhitungan
Bangkitan/Tari
kan memiliki
Nilai Terendah
Sebaran
Pergerakan
- Penilaian
dilakukan
Berlokasi
pada kawasan
10
N SP = P Berdasarkan data tatralok
dengan membuat yang
peta dan matriks terhubung Dimana:
asal tujuan/OD dengan garis
(jika tidak Keinginan
terdapat data Pergerakan N SP
: nilai sebaran pergerakan
OD/peta desire (desire line)
line dalam yang P : poin yang diperoleh
tatralok/wil) tebal/besar
Berlokasi 5
pada kawasan
yang
terhubung
dengan garis
Keinginan
Pergerakan
(desire line)
yang sedang
Berlokasi 1
pada kawasan
yang
terhubung

44
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
dengan garis
Keinginan
Pergerakan
(desire line)
yang tipis/kecil
3 Ekonomi Potensi - Penilaian Location Quotient (LQ) - Perhitungan Poin untuk masing-masing kategori - Berdasarkan data dalam angka
Wilayah Komoditas dilakukan - Potensi TPb = nb �Pb - Perhitungan potensi komoditas
Hinterland dengan komoditas hinterland berdasarkan
menghitung LQ termasuk TPb instrument LQ, yaitu memberikan
untuk sektor basis : hasil perhitungan total poin komoditas basis poin 2 bila LQ komoditas >1, dan
menentukan (LQ>1) nb Poin 1 bila LQ komoditas ≤1.
jenis komoditas - Potensi 1 : jumlah komoditas basis Adapun basis perhitungannya
basis dan komoditas menggunakan asumsi
Growth-Share
Pb jumlah/macam komoditas.
termasuk : poin komoditas basis (2)
untuk sektor non- Diasumsikan, semakin banyak
mengelompokka basis atau komoditas basis, maka semakin
n komoditas cenderung
TPnb = nnb �Pnb tinggi potensi demand barang
hinterland ke basis TPnb yang akan dimuat di pelabuhan.
dalam matriks (LQ≤1) : hasil perhitungan total poin komoditas non
basis
- Perhitungan potensi komoditas
nnb berdasarkan instrument Growth
: jumlah komoditas non basis
Share, yaitu dibuat diagram
Pnb Growth Share sebagai berikut:
: poin komoditas non basis (1)
Growth – Share
- Potensi 4 TPu = nu �Pu -
komoditas
termasuk TPu
: hasil perhitungan total poin komoditas
sektor
unggulan unggulan
- Potensi 3 nu
komoditas : jumlah komoditas unggulan
termasuk Pu
sektor : poin komoditas unggulan (4)
potensial

- Potensi 2
TPp = n p �Pp
komoditas
termasuk
TPp
: hasil perhitungan total poin komoditas
sektor potensial
dinamis

45
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
- Potensi 1
komoditas
np
: jumlah komoditas potensial
termasuk
sektor statis Pp
: poin komoditas potensial (3)

TPd = nd �Pd
TPd
: hasil perhitungan total poin komoditas
dinamis
nd
: jumlah komoditas dinamis
Pd
: poin komoditas dinamis (2)

TPs = ns �Ps
TPs
: hasil perhitungan total poin komoditas statis
ns
: jumlah komoditas dinamis
P s : poin komoditas statis (1)
- Poin total yang diperoleh

Ptot = ( Pb + Pnb ) + ( Pu + Pp + Pd + Ps )
P tot : poin total yang diperoleh

- Penentuan poin maksimal

P max = ( nk �Pb ) + ( nk �Pu )


nk
: jumlah seluruh komoditas

P max : jumlah poin maksimal

- Penilaian :

46
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
�Ptot �
N PKH = � �( N max - N min ) �+ N min
�P max �
N PKH
: nilai komoditas hinterland
N max
: nilai maksimum aspek (10)
N min
: nilai minimum aspek (1)

Pertumbuhan - Penilaian Lokasi berada 10 1


Wilayah dilakukan
dengan
pada kawasan
tumbuh cepat
N PW = P
menghitung Lokasi berada 7 4
tingkat pada kawasan Dimana:
pertumbuhan sedang
wilayah tumbuh N PW
: nilai pertumbuhan wilayah
menggunakan Lokasi berada 4 7
tipologi klassen pada kawasan P : poin yang diperoleh
tertekan

Lokasi berada 1 10
pada kawasan
yang relatif
tertinggal
4 Sosial Jumlah - Penilaian Hasil 10
Kependuduk Penduduk dihitung dengan Perhitungan Data terakhir dari BPS atau instansi
� JP - JPterendah �
an menghitung
terlebih dahulu
Jumlah
Penduduk N JP = � �( N max - N min ) �+ N min terkait

jumlah penduduk memiliki nilai �JPtertinggi - JPterendah �


hinterland lokasi tertinggi
pelabuhan Hasil 1 < P < 10
Perhitungan JP : jumlah penduduk lokasi n
Jumlah JPtertinggi
Penduduk : jumlah penduduk tertinggi
memiliki nilai
antara
JPterendah
: jumlah penduduk terendah
Hasil 1
Perhitungan
Jumlah
Penduduk
memiliki nilai
terendah

47
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kepadatan - Penilaian Hasil 10
Penduduk dihitung dengan
Perhitungan
é KP - KP ù
( )
menghitung Kepadatan
terlebih dahulu
Penduduk KPNJ P =ê terendah
´ Nmax - Nmin ú + Nmin
kepadatan terhadap êë KPtertinggi - KPterendah úû
penduduk luasan wilayah
hinterland lokasi
dan jika
pelabuhan memiliki nilai KP : Kepadatan penduduk lokasi n
tertinggi
Jumlah Penduduk
Hasil 1 < P < 10 KPtertinggi
Perhitungan : Kepadatan penduduk tertinggi
Luas WilayahKepadatan
(km 2) KPterendah
Penduduk : Kepadatan penduduk terendah
terhadap
luasan wilayah
dan jika
memiliki nilai
antara
Hasil 1
Perhitungan
Kepadatan
Penduduk
terhadap
luasan wilayah
dan jika
memiliki nilai
terendah
PENILAIAN ASPEK FISIK
5 Lingkungan Komponen - Penilaian Tidak berada 10
Hidup Lingkungan
Hidup
dilakukan
dengan
pada lokasi
dengan
N LH = P Tambahin aturan yang berpotensi
menghambat pembangunan
mengidentifikasi hambatan pelabuhan
hambatan komponen Dimana:
komponen lingkungan
lingkungan serta hidup yang N LH
: nilai lingkungan hidup
estimasi besaran berpotensi
dan pengaruhnya menghambat P : poin yang diperoleh
terhadap pembangunan
rencana pelabuhan
pembangunan (resiko
pelabuhan, yang terhadap
dapat dinilai baik dampak
secara kualitatif lingkungan
maupun paling kecil)
kuantitatif

48
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tidak berada 5
pada lokasi
dengan
hambatan
komponen
lingkungan
hidup yang
berpotensi
menghambat
pembangunan
pelabuhan
(resiko
terhadap
dampak
lingkungan
cukup besar)

Tidak berada 1
pada lokasi
dengan
hambatan
komponen
lingkungan
hidup yang
berpotensi
menghambat
pembangunan
pelabuhan
(resiko
terhadap
dampak
lingkungan
paling besar)
Daerah Penilaian Lokasi berada 1
Rawan dilakukan di daerah
Bencana dengan rawan NRB = P
melakukan bencana
evaluasi dengan Dimana:
terhadap klasifikasi
identifikasi lokasi tinggi NRB : nilai Daerah Rawan Bencana
rawan bencana Lokasi berada 5
berdasarkan di daerah P : poin yang diperoleh
kebijakan dari rawan
Badan Nasional bencana
Penanggulangan dengan

49
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bencana (BNPB) klasifikasi
dan Badan sedang
Penanggulangan Lokasi berada 10
Bencana Daerah di daerah
(BPBD) rawan
bencana
dengan
klasifikasi
rendah
6 Teknis Kelerengan - Penilaian Hasil 4 Pemodelan kelerengan lokasi
lahan/ dilakukan Pemodelan pelabuhan setidaknya dihitung
�P �
Topografi dengan
menghitung
kelerengan
lahan berada N KL = � KL �( N max - N min ) �+ N min dengan cara:
rerata pada kategori �PKL max � - Membentuk polygon sepanjang
garis pantai pada
kelerengan lahan Datar (Tingkat
hinterland/calon lokasi
di lokasi rencana Kelerengan 0- Dimana: pelabuhan
pelabuhan 8%)
kemudian Hasil 3 PKL - Luas polygon yaitu:
: jumlah poin yang diperoleh Panjang=mengikuti garis pantai
menentukan Pemodelan
PKL max sepanjang 500 meter pada
klasifikasinya kelerengan : poin maksimal kelerengan lahan yang bisa kawasan rencana lokasi
dalam 5 kelas lahan berada diperoleh (4) pelabuhan; Lebar=ditarik garis
interval pada kategori
N KL tegak lurus sepanjang 300 meter
sebagaimana SK Landai : nilai kelerengan lahan dari garis pantai ke daratan pada
Menteri (Tingkat kedua sisi
Pertanian No. Kelerengan 8- - Setelah diketahui area polygon,
837/KPTS/UM/11 15%) kemudian dihitung rerata
/1980
kelerengan-nya dan digambar
potongan melintang/cross
section-nya.
Hasil 2 -
Pemodelan
kelerengan
lahan berada
pada kategori
Agak Curam
(Tingkat
Kelerengan
15-25%)
Hasil 1
Pemodelan
kelerengan
lahan berada
pada kategori
Curam
(Tingkat

50
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kelerengan
25-40%)
Hasil 0
Pemodelan
kelerengan
lahan berada
pada kategori
Sangat Curam
(Tingkat
Kelerengan
>40%)
Indikasi - Penilaian Hasil 10 1. Kedalaman terdekat pada Peta Laut: -
Kedalaman dilakukan Pemodelan
�h - hmin �
Perairan dengan bathimetri PHpt =� �( N max - N min ) �+ N min
menghitung:
memiliki nilai hmax - hmin
� �
tertinggi
1. Kedalaman
perairan
Hasil 1 < P < 10 PHpt
Pemodelan : poin kedalaman perairan terdekat sesuai peta
terdekat dari laut
bathimetri
pantai (berupa
memiliki nilai
garis kontur)
antara
h : kedalaman lokasi pelabuhan sesuai peta laut
yang terekam
dalam data
Hasil 1 hmax
Pemodelan : kedalaman maksimum/terdalam diantara
Peta Laut
bathimetri calon lokasi pelabuhan
Dishidros AL (-
memiliki nilai
mLWS)
terendah
hmin
1. Jarak : kedalaman minimum/terdangkal diantara
kedalaman calon lokasi pelabuhan
terdekat Peta
Hidros dari
garis pantai 2. Jarak kedalaman terdekat Peta Laut:
(m)
�S - S �
2. Estimasi Jarak
PSpt = ( N max - N min ) - � pt pt min �( N max - N min ) �+ N min
�S pt max - S pt min
Untuk
Mencapai �
Kedalaman
Minimum PSpt
: poin jarak perairan terdekat sesuai peta laut
Sesuai
Hierarki S pt
Pelabuhan : jarak lokasi menuju kedalaman terdekat
(m) pada peta laut
S pt max
: jarak maksimum/terjauh diantara calon
lokasi pelabuhan

51
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
S pt min
: jarak minimum/terdekat diantara calon lokasi
pelabuhan

/3. Estimasi .......

52
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

3. Estimasi jarak untuk mencapai kedalaman minimum


sesuai hierarki:
�S - S �
PSeh = ( N max - N min ) - � eh eh min �( N max - N min ) �+ N min
S - S
�eh max eh min �

PSeh
: poin jarak perairan terdekat menuju
kedalaman minimum
sesuai hierarki pelabuhan
Seh
: jarak lokasi menuju kedalaman minimum
sesuai hierarki pelabuhan
Seh max
: jarak maksimum/terjauh diantara calon
lokasi pelabuhan
Seh min
: jarak minimum/terdekat diantara calon lokasi
pelabuhan

4. Menghitung Nilai Bathimetri:


PHpt + PSpt + PSeh
NBTH =
3
Dimana:

NBTH : Nilai Bathimetri

PHpt
: poin kedalaman perairan terdekat yang
diperoleh

PSpt
: poin jarak kedalaman terdekat yang
diperoleh

PSeh
: poin jarak estimasi jarak yang diperoleh
/ Hasil ......

53
SUB-SUB POIN
NO. ASPEK SUB ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR SOSIAL PERSAMAAN KETERANGAN
ASPEK EKONOMI
POLITIK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Hasil
Pengamatan
- Merupakan hasil
penilaian Penilaian sesuai Wawancara
N Ho = P Asumsi:
- Semakin baik kondisi perairan
Laut terhadap kondisi dengan Petugas Pengamat Laut Dimana: (semakin rendah pengaruh
Distrik Navigasi setempat/terdekat, angin, gelombang, arus) maka
perairan (kolam
dengan metode kelas interval 1 - 10 N Ho nilai akan semakin tinggi
dan alur) yang : nilai hasil pengamatan laut
- Semakin besar pengaruh
dilakukan oleh P : poin yang diperoleh adanya angin musim,
Distrik Navigasi gelombang tinggi dan arus kuat,
setempat yang maka nilai semakin rendah
meliputi
identifikasi Jika tidak mendapat informasi dari
terhadap : Disnav,didapatkan dari UPT, Dinas
1. Kedalaman Kelautan dan Perikanan, atau
Perairan, instansi terkait.
2. kondisi
gelombang,
3. arus,
4. Rintangan
Navigasi,
5. angin musim,
6. daerah
ranjau,
7. Pipa Bawah
Laut,
8. Kabel Bawah
Laut.

Indikasi
Status
- Penilaian
dilakukan
Telah
dibebaskan
10
N SL = P - Telah dibebaskan jika, terdapat
bukti kepemilikan atau bukti
Lahan dengan Dapat 5 Dimana: hibah dari masyarakat atau adat.
mengidentifikasi dibebaskan - Dapat dibebaskan jika, ada
status Sulit dalam 1 N SL komitmen dari pemerintah
: nilai status lahan
kepemilikan pembebasan daerah maupun masyarakat
lahan di sekitar lahan P : poin yang diperoleh untuk melakukan pembebasan
kawasan lokasi lahan.
Rencana - Sulit dalam pembebasan lahan
Pelabuhan jika, lahan terindikasi konflik/
sengketa/ hambatan lainnya.

54
/TABEL .........
TABEL 8
KOMPOSISI PEMBOBOTAN ASPEK DAN SUB ASPEK

Bobo
No Aspek Sub Aspek Sub Sub Aspek Sub Bobot
t
ASPEK NON FISIK : 75%
Kebijakan - 5%
Kebijakan dan
1 15% Rencana Struktur Ruang (Hierarki Perkotaan) 5%
Tata Ruang Rencana Tata Ruang
Rencana Kawasan Strategis 5%
Aksesibilitas Ekternal (Pusat Kawasan/Kota/ Hinterland)
6%
menuju kawasan pelabuhan
Aksesibilitas Darat
Aksesibilitas Internal (akses permukiman menuju lokasi
Transportasi 4%
2 31% pelabuhan)
Wilayah Aksesibilitas Laut - 7%
Bangkitan Tarikan - 7%
Sebaran Pergerakan - 7%
Potensi Komoditas
Ekonomi - 7%
3 14% Hinterland
Wilayah
Pertumbuhan Wilayah - 7%
Sosial Jumlah Penduduk - 7%
4 12%
Kependudukan Kepadatan Penduduk - 5%
Indikasi Kepemilikan
5 Indikasi Lahan 3% - 3%
Lahan

ASPEK FISIK : 25%


Komponen Lingkungan
- 5%
6 Lingkungan 10% Hidup
Daerah Rawan Bencana - 5%
Kelerengan Lahan - 5%
Indikasi Kedalaman
7 Teknis Lokasi 15% - 5%
Perairan
Hasil Pengamatan Laut - 5%
55
TOTAL BOBOT 100% TOTAL SUB BOBOT 100%
/TABEL 7 ..........

HASIL AKHIR PENILAIAN SETIAP LOKASI

S Keb/Str /Tgs/... /SL=


[ N Keb/Str /Tgs/.. ./SL
N Max
×B Keb/Str /Tgs/. ../SL ×100
]
H A=∑ (S Keb +S Str+S Tgs+S AEFE +S AI +S AL +S BT +S Sp+S PKH +S PW +S JP +S IPM +S LH ++S RB +S KL +S BTH+S HO +S SL)
Dimana,

SKeb/Str/Tgs/..../SL = Skor Setiap Sub/Sub-Sub Aspek HA = Hasil akhir setiap lokasi


NKeb/Str/Tgs/..../SL = Nilai Setiap Sub/Sub-Sub Aspek SKeb = Skor Kebijakan SBT = Skor Bangkitan Tarikan SRB = Skor Daerah Rawan Bencana
NMax = Nilai Maksimal setiap Sub/Sub-Sub SSTR = Skor Struktur Ruang SSP = Skor Sebaran Pergerakan SKL = Skor Kelerengan Lahan
Aspek (10) STgs = Skor Kawasan Strategis SPKH = Skor Potensi Komoditas
SBTH = Skor Bathymetri
BKeb/Str/Tgs/..../SL = Bobot Setiap Sub/Sub-Sub Aspek SAEFE = Skor Aksesibilitas Eksternal Hinterland
SAI = Skor Aksesibilitas Internal SPW = Skor Pertumbuhan Wilayah SHO = Skor Hasil Pengamatan Laut
SAL = Skor Aksesibilitas Laut SJP = Skor Jumlah Penduduk SSL = Skor Indikasi Status Lahan
SKp = Skor Kepadatan Penduduk
SLH = Skor Lingkungan Hidup

/G. INDIKASI ...........


56
F. INDIKASI KELAYAKAN LOKASI CALON PELABUHAN BARU

Penyusunan indikasi kelayakan lokasi calon pelabuhan baru ini merupakan hasil perkalian
bobot dan nilai pada lokasi rencana pelabuhan, dimana lokasi yang memiliki rating tinggi
dan berada dalam satu gugusan (pulau/daratan/hinterland) secara otomatis merupakan
lokasi yang terindikasi masuk dalam alternatif lokasi calon pembangunan pelabuhan baru
yang selanjutnya dapat ditindaklanjuti pemilihan lokasi prioritas dalam kegiatan studi
kelayakan pembangunan pelabuhan laut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

/BAB V ..................

57
BAB V

FORMAT PELAPORAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN (INCEPTION REPORT)

Tim pelaksana dalam tahap ini harus menyusun Laporan Pendahuluan sebanyak
eksemplar yang diperlukan, dan diserahkan kepada pemberi tugas 6 (enam) minggu
setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Laporan Pendahuluan mencakup
pemahaman konsultan tentang kerangka acuan yang diberikan. Laporan ini merupakan
acuan dalam pengendalian kegiatan secara keseluruhan. Selain itu, pada tahap ini
diharapkan konsultan telah merumuskan informasi dan data yang perlu di inventarisir
serta konsep kuesioner yang akan digunakan dalam kegiatan selanjutnya. Sistematika
Laporan Pendahuluan (Inception Report) sekurang-kurangnya memuat:

SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHULUAN (INCEPTION REPORT)

BAB Kerangka Minimal Laporan Pendahuluan (Inception Report)

Kata Pengantar
Daftar Isi
I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Maksud dan Tujuan
I.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.3.1 Ruang Lingkup Studi
1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah
I.4 Sistematika Penulisan

II KAJIAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR


II.1 Landasan Hukum
II.2 Landasan Teori
II.3 Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
II.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/ Kota
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.6 Tataran Transportasi Wilayah
II.7 Tataran Transportasi Lokal
II.8 Kebijakan Strategis Lainnya
II.9 Hierarki Pelabuhan
II.10 Inventarisasi Lokasi Pelabuhan di Wilayah Studi (Tabel Inventarisasi)
Identifikasi Hasil Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan
II.11
Pelabuhan di Lokasi Studi

III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


III.1 Letak dan Administratif Wilayah
III.2 Profil Demografi (jumlah dan laju pertumbuhan penduduk)
III.3 Profil Perekonomian (PDRB dan laju pertumbuhan PDRB)
III.4 Potensi Wilayah
III.5 Jaringan Transportasi Wilayah
58
BAB Kerangka Minimal Laporan Pendahuluan (Inception Report)

III.6 Rawan Bencana


III.7 Topografi & Kelerengan Wilayah
III.8 Kondisi Kedalaman Perairan Wilayah Studi

IV TANGGAPAN TERHADAP KAK

V METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


V.1 Alur Pikir
V.2 Tahapan Pelaksanaan
V.3 Metode Pengumpulan data
1 Data Primer
2 Data Sekunder
V.4 Metode Analisis
1 Analisis Kebijakan Tata Ruang
2 Analisis Transportasi Wilayah
3 Analisis Ekonomi Wilayah
4 Analisis Sosial Kependudukan
5 Analisis Rona Lingkungan
6 Analisis Teknis Lokasi
7 Analisis Pembobotan
V.5 Metodologi Survei

VI ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN RENCANA KERJA


VI.1 Struktur Organisasi
VI.2 Susunan Tim Pelaksana
VI.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
VI.4 Pelaporan
VI.5 Data dan Rencana Penugasan Tenaga Ahli
VI.6 Rencana Kerja Selanjutnya

Lampiran
1. Kerangka Acuan Kerja
2. Kuisioner
3. Paparan Laporan Pendahuluan

B. LAPORAN ANTARA (INTERIM REPORT)

Laporan ini diserahkan kepada pemberi tugas 3 (tiga) bulan setelah SPMK diterbitkan
dengan jumlah sebanyak eksemplar yang diperlukan. Isi laporan meliputi:
1) Identifikasi Kebijakan terkait pada lokasi perencanaan
2) Kondisi dan penggambaran karakteristik wilayah kabupaten/kota
3) Kondisi dan penggambaran karakteristik lokasi pelabuhan
4) Analisis aspek-aspek kelayakan
5) Data hasil kuesioner dan wawancara;
6) Berita Acara pelaksanaan survey dan koordinasi dengan instansi terkait;
7) Evaluasi dan rekomendasi sementara dari hasil survey.

SISTEMATIKA LAPORAN ANTARA (INTERIM REPORT)

BAB Kerangka Minimal Laporan Antara (Interim Report)


Kata Pengantar
59
BAB Kerangka Minimal Laporan Antara (Interim Report)
Daftar Isi
I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.3.1 Ruang Lingkup Studi
1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah
1.4 Sistematika Penulisan

II KAJIAN KEBIJAKAN TERKAIT


II.1 Landasan Hukum
II.2 Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
II.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/ Kota
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.5 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
II.6 Tataran Transportasi Wilayah
II.7 Tataran Transportasi Lokal
II.8 Kebijakan terkait lain (Bila ada)
II.9 Hierarki Pelabuhan di lokasi studi
II.10 Inventarisasi Lokasi Pelabuhan di Wilayah Studi (Tabel Inventarisasi)
Identifikasi Hasil Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan
II.11
Pelabuhan di Lokasi Studi

III KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI


III.1 Letak dan Administratif Wilayah
III.2 Profil Demografi (jumlah dan laju pertumbuhan penduduk)
III.3 Profil Perekonomian (PDRB dan laju pertumbuhan PDRB)
III.4 Potensi Wilayah
III.5 Jaringan Transportasi Wilayah
III.6 Daerah Rawan Bencana
III.7 Topografi & Kelerengan Wilayah
III.8 Kondisi Kedalaman Perairan Wilayah Studi

IV KARAKTERISTIK KONDISI PELABUHAN EKSISTING


IV.1 Identifikasi Pelabuhan Eksisting di wilayah studi
Kondisi Pelabuhan Eksisting yang melayani angkutan laut di Wilayah
IV.2
Studi
1 Kondisi aksesibilitas menuju pelabuhan
2 Penggambaran kedalaman perairan sekitar wilayah pelabuhan
3 Data fasilitas, operasional, dan kinerja pelabuhan
4 Rencana Pengembangan Pelabuhan

V TELAAH HASIL SURVEI DAN PELAKSANAAN FOCUS GROUP


DISCUSSION (FGD)
V.1 Pelaksanaan Survei
1 Hasil Survei Sekunder
2 Hasil Survei Primer (Wawancara, Kuisioner, dll)

60
BAB Kerangka Minimal Laporan Antara (Interim Report)
V.2 Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
1 Hasil FGD
2 Dokumentasi

VI ANALISIS DAN SELEKSI LOKASI RENCANA PELABUHAN


VI.1 Tabulasi Lokasi Pelabuhan
Identifikasi Infrastruktur Pelabuhan Eksisting dan Rencana (Peta dan
1
Tabel Identifikasi)
2 Daftar Panjang Lokasi Rencana Pelabuhan (Peta dan Tabel Long List)
VI.2 Analisis Seleksi Lokasi Rencana Pelabuhan
1 Analisis Pola Ruang
2 Analisis Jarak dan Irisan Terhadap Layanan Pelabuhan Eksisting
3 Analisis Skala/Cakupan/Jangkauan /Kemampuan Pelayanan
Pelabuhan Eksisting
4 Analisis Kondisi Akses Jalan Wilayah
5 Analisis Topografi Wilayah Studi
6 Analisis Perilaku/Karakteristik Pola Pergerakan Stakeholders dan
Masyarakat
VI.3 Analisis Indikasi Kebutuhan Lokasi Pelabuhan
Tabulasi Analisis Seleksi Lokasi Rencana Pelabuhan (Peta dan Tabel
1 Seleksi)
2 Daftar Pendek Lokasi Rencana pelabuhan (Peta dan Short List)
Lampiran :
1. Berita Acara Focus Group Discussion (FGD)
2. Hasil Wawancara dari Distrik Navigasi
3. Hasil Kuisioner dan Wawancara dari Instansi Daerah dan
Masyarakat
4. Dokumentasi
5. Paparan Laporan Antara

C. LAPORAN SEMI RAMPUNG (DRAFT FINAL REPORT)

Laporan ini diselesaikan 4 (empat) bulan setelah terbit SPMK dan diserahkan sebanyak
eksemplar yang diperlukan. Konsep Laporan Semi Rampung (Draft Final Report) memuat
hasil analisis, rangkuman potensi permasalahan dan rancangan rekomendasi yang berisi
hal – hal yang telah disampaikan dalam Laporan Pendahuluan (Inception Report) dan
Laporan Antara (Interim Report) setelah mendapat tanggapan dan masukan dalam rapat
pembahasan kedua laporan tersebut.

SISTEMATIKA LAPORAN SEMI RAMPUNG (DRAFT FINAL REPORT)

BAB Kerangka Minimal Laporan Semi Rampung (Draft Final Report)


Kata Pengantar
Daftar Isi

I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.3.1 Ruang Lingkup Studi
1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah
1.4 Sistematika Penulisan
61
BAB Kerangka Minimal Laporan Semi Rampung (Draft Final Report)
II KAJIAN KEBIJAKAN TERKAIT
II.1 Landasan Hukum
II.2 Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
II.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/ Kota
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.5 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
II.6 Tataran Transportasi Wilayah
II.7 Tataran Transportasi Lokal
II.8 Kebijakan terkait lain (Bila ada)
II.9 Hierarki Pelabuhan di lokasi studi
II.10 Inventarisasi Lokasi Pelabuhan di Wilayah Studi (Tabel Inventarisasi)
Identifikasi Hasil Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan
II.11
Pelabuhan di Lokasi Studi
III KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI
III.1 Letak dan Administratif Wilayah
III.2 Profil Demografi (jumlah dan laju pertumbuhan penduduk)
III.3 Profil Perekonomian (PDRB dan laju pertumbuhan PDRB)
III.4 Potensi Wilayah
III.5 Jaringan Transportasi Wilayah
III.6 Daerah Rawan Bencana
III.7 Topografi & Kelerengan Wilayah
III.8 Kondisi Kedalaman Perairan Wilayah Studi
IV KARAKTERISTIK KONDISI PELABUHAN EKSISTING
IV.1 Identifikasi Pelabuhan Eksisting di wilayah studi
Kondisi Pelabuhan Eksisting yang melayani angkutan laut di Wilayah
IV.2
Studi
1 Kondisi aksesibilitas menuju pelabuhan
2 Penggambaran kedalaman perairan sekitar wilayah pelabuhan
3 Data fasilitas, operasional, dan kinerja pelabuhan
4 Rencana Pengembangan Pelabuhan

V TELAAH HASIL SURVEI DAN PELAKSANAAN FOCUS GROUP


DISCUSSION (FGD)
V.1 Pelaksanaan Survei
1 Hasil Survei Sekunder
2 Hasil Survei Primer (Wawancara, Kuisioner, dll)
V.2 Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
1 Hasil FGD
2 Dokumentasi

VI ANALISIS DAN SELEKSI LOKASI RENCANA PELABUHAN


VI.1 Tabulasi Lokasi Pelabuhan
Identifikasi Infrastruktur Pelabuhan Eksisting dan Rencana (Peta dan
1
Tabel Identifikasi)
2 Daftar Panjang Lokasi Rencana Pelabuhan (Peta dan Tabel Long List)
VI.2 Analisis Seleksi Lokasi Rencana Pelabuhan
1 Analisis Pola Ruang

62
BAB Kerangka Minimal Laporan Semi Rampung (Draft Final Report)
2 Analisis Jarak dan Irisan Terhadap Layanan Pelabuhan Eksisting
3 Analisis Skala/Cakupan/Jangkauan /Kemampuan Pelayanan Pelabuhan
Eksisting
4 Analisis Topografi dan Kelerengan Wilayah Studi
5 Analisis Perilaku/Karakteristik Pola Pergerakan Stakeholders dan
Masyarakat
6 Analisis Kondisi Aksesibilitas
VI.3 Analisis Indikasi Kebutuhan Lokasi Pelabuhan
Tabulasi Analisis Seleksi Lokasi Rencana Pelabuhan (Peta dan Tabel
1 Seleksi)
2 Daftar Pendek Lokasi Rencana pelabuhan (Peta dan Short List)

VII KARAKTERISTIK LOKASI RENCANA PELABUHAN (SHORT LIST)

VII.1 Penggambaran kedalaman perairan sekitar wilayah rencana pelabuhan


VII.2 Kondisi arus, gelombang, dan pasang surut (Hidro Oceanografi)
VII.3 Penggambaran situasi wilayah rencana pelabuhan
VII.4 Kondisi aksesibilitas menuju rencana pelabuhan
VII.5 Kondisi status lahan sekitar rencana pelabuhan
VII.6 Kondisi Status Lingkungan Hidup

VIII ANALISIS PENILAIAN RENCANA PELABUHAN


VIII.1 Analisis Aspek Non Fisik
1. Analisis Kebijakan Tata Ruang
a. Analisis Kebijakan
b. Analisis Rencana Tata Ruang
- Analisis Rencana Struktur Ruang
- Analisis Rencana Kawasan Strategis
2. Analisis Transportasi Wilayah
a. Analisis Aksesibilitas Darat
- Analisis Aksesibilitas Eksternal
- Analisis Aksesibilitas Internal
b. Analisis Aksesibilitas Laut
c. Analisis Bangkitan & Tarikan Pergerakan
d. Analisis Sebaran Pergerakan
3. Analisis Ekonomi Wilayah
a. Analisis Potensi Hinterland
b. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
4. Analisis Sosial Kependudukan
a. Analisis Jumlah Penduduk
b. Analisis Kepadatan Penduduk
5. Analisis Indikasi Status Lahan
VIII.2 Analisis Aspek Fisik
1 Analisis Lingkungan
a. Analisis Komponen Lingkungan Hidup
b. Analisis Daerah Rawan Bencana
2 Analisis Teknis Lokasi
a. Analisis Kelerengan Lahan
b. Analisis Indikasi Kedalaman Perairan
c. Analisis Hasil Pengamatan Laut
IX ANALISIS INDIKASI KELAYAKAN LOKASI CALON PELABUHAN
BARU
IX.1 Rekapitulasi Penilaian dan Pembobotan Aspek Non Fisik dan Fisik
IX.2 Indikasi Kelayakan Lokasi Pelabuhan
63
BAB Kerangka Minimal Laporan Semi Rampung (Draft Final Report)

X KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


X.1 Kesimpulan
X.2 Rekomendasi

Lampiran
1. Berita Acara Focus Group Discussion (FGD)
2. Hasil Wawancara dari Distrik Navigasi
3. Hasil Kuisioner dan Wawancara dari Instansi Daerah dan
Masyarakat
4. Dokumentasi
5. Paparan Laporan Semi Rampung

D. LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT)

Laporan ini lebih bersifat penyempurnaan maupun pemantapan dari Laporan Semi
Rampung (Draft Final Report). Penyempurnaan laporan ini didasarkan pada beberapa
masukan dari berbagai pihak di tingkat pusat dan daerah, swasta maupun masyarakat
yang telah dilibatkan dalam pembahasan sebelumnya. Laporan ini harus diselesaikan
oleh Tim Konsultan dalam waktu 5 (lima) bulan setelah terbit SPMK dengan jumlah
Laporan Akhir (Final Report) yang harus diserahkan kepada pemberi tugas sebanyak
eksemplar yang diperlukan.

SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT)

BAB Kerangka Minimal Laporan Akhir (Final Report)


Kata Pengantar
Daftar Isi

I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.3.1 Ruang Lingkup Studi
1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah
1.4 Sistematika Penulisan
II KAJIAN KEBIJAKAN TERKAIT
II.1 Landasan Hukum
II.2 Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
II.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/ Kota
- Rencana Struktur Ruang
- Rencana Pola Ruang
- Rencana Kawasan Strategis
II.5 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)

64
BAB Kerangka Minimal Laporan Akhir (Final Report)
II.6 Tataran Transportasi Wilayah
II.7 Tataran Transportasi Lokal
II.8 Kebijakan terkait lain (Bila ada)
II.9 Hierarki Pelabuhan di lokasi studi
II.10 Inventarisasi Lokasi Pelabuhan di Wilayah Studi (Tabel Inventarisasi)
Identifikasi Hasil Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan
II.11
Pelabuhan di Lokasi Studi
III KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI
III.1 Letak dan Administratif Wilayah
III.2 Profil Demografi (jumlah dan laju pertumbuhan penduduk)
III.3 Profil Perekonomian (PDRB dan laju pertumbuhan PDRB)
III.4 Potensi Wilayah
III.5 Jaringan Transportasi Wilayah
III.6 Daerah Rawan Bencana
III.7 Topografi & Kelerengan Wilayah
III.8 Kondisi Kedalaman Perairan Wilayah Studi
IV KARAKTERISTIK KONDISI PELABUHAN EKSISTING
IV.1 Identifikasi Pelabuhan Eksisting di wilayah studi
Kondisi Pelabuhan Eksisting yang melayani angkutan laut di Wilayah
IV.2
Studi
1 Kondisi aksesibilitas menuju pelabuhan
2 Penggambaran kedalaman perairan sekitar wilayah pelabuhan
3 Data fasilitas, operasional, dan kinerja pelabuhan
4 Rencana Pengembangan Pelabuhan

V TELAAH HASIL SURVEI DAN PELAKSANAAN FOCUS GROUP


DISCUSSION (FGD)
V.1 Pelaksanaan Survei
1 Hasil Survei Sekunder
2 Hasil Survei Primer (Wawancara, Kuisioner, dll)
V.2 Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
1 Hasil FGD
2 Dokumentasi

VI ANALISIS DAN SELEKSI LOKASI RENCANA PELABUHAN


VI.1 Tabulasi Lokasi Pelabuhan
Identifikasi Infrastruktur Pelabuhan Eksisting dan Rencana (Peta dan
1
Tabel Identifikasi)
2 Daftar Panjang Lokasi Rencana Pelabuhan (Peta dan Tabel Long List)
VI.2 Analisis Seleksi Lokasi Rencana Pelabuhan
1 Analisis Pola Ruang
2 Analisis Jarak dan Irisan Terhadap Layanan Pelabuhan Eksisting
3 Analisis Skala/Cakupan/Jangkauan /Kemampuan Pelayanan Pelabuhan
Eksisting
4 Analisis Topografi dan Kelerengan Wilayah Studi
5 Analisis Perilaku/Karakteristik Pola Pergerakan Stakeholders dan
Masyarakat
6 Analisis Kondisi Aksesibilitas
VI.3 Analisis Indikasi Kebutuhan Lokasi Pelabuhan
Tabulasi Analisis Seleksi Lokasi Rencana Pelabuhan (Peta dan Tabel
1 Seleksi)
2 Daftar Pendek Lokasi Rencana pelabuhan (Peta dan Short List)

VII KARAKTERISTIK LOKASI RENCANA PELABUHAN (SHORT LIST)


65
BAB Kerangka Minimal Laporan Akhir (Final Report)

VII.1 Penggambaran kedalaman perairan sekitar wilayah rencana pelabuhan


VII.2 Kondisi arus, gelombang, dan pasang surut (Hidro Oceanografi)
VII.3 Penggambaran situasi wilayah rencana pelabuhan
VII.4 Kondisi aksesibilitas menuju rencana pelabuhan
VII.5 Kondisi status lahan sekitar rencana pelabuhan
VII.6 Kondisi Status Lingkungan Hidup

VIII ANALISIS PENILAIAN RENCANA PELABUHAN


VIII.1 Analisis Aspek Non Fisik
1. Analisis Kebijakan Tata Ruang
a. Analisis Kebijakan
b. Analisis Rencana Tata Ruang
- Analisis Rencana Struktur Ruang
- Analisis Rencana Kawasan Strategis
2. Analisis Transportasi Wilayah
a. Analisis Aksesibilitas Darat
- Analisis Aksesibilitas Eksternal
- Analisis Aksesibilitas Internal
b. Analisis Aksesibilitas Laut
c. Analisis Bangkitan & Tarikan Pergerakan
d. Analisis Sebaran Pergerakan
3. Analisis Ekonomi Wilayah
a. Analisis Potensi Hinterland
b. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
4. Analisis Sosial Kependudukan
c. Analisis Jumlah Penduduk
d. Analisis Kepadatan Penduduk
5. Analisis Indikasi Status Lahan
VIII.2 Analisis Aspek Fisik
1 Analisis Lingkungan
a. Analisis Komponen Lingkungan Hidup
b. Analisis Daerah Rawan Bencana
2 Analisis Teknis Lokasi
a. Analisis Kelerengan Lahan
b. Analisis Indikasi Kedalaman Perairan
c. Analisis Hasil Pengamatan Laut
IX ANALISIS INDIKASI KELAYAKAN LOKASI CALON PELABUHAN
BARU
IX.1 Rekapitulasi Penilaian dan Pembobotan Aspek Non Fisik dan Fisik
IX.2 Indikasi Kelayakan Lokasi Pelabuhan

X KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


X.1 Kesimpulan
X.2 Rekomendasi

Lampiran
1. KAK
2. Berita Acara Focus Group Discussion (FGD)
3. Hasil Wawancara dari Distrik Navigasi
4. Hasil Kuisioner dan Wawancara dari Instansi Daerah dan
Masyarakat
5. Dokumentasi
6. Paparan Laporan Akhir
66
E. LAPORAN RINGKAS (EXECUTIVE SUMMARY)

Laporan Ringkas (Executive Summary) merupakan laporan yang berisikan intisari yang
lengkap dan menyeluruh terhadap pra studi kelayakan pembangunan yang disampaikan
secara singkat, jelas dan padat, disertai peta dan gambar yang diperlukan, dan dituliskan
maksimum dalam 30 halaman.

F. FORMAT PENULISAN

1. Laporan diketik dengan komputer, dikertas ukuran A4 (210 x 297) mm, 70 gram.
2. Margin yang digunakan :
a. margin kanan ………. : 3 cm dari pinggir kertas
b. margin kiri ………… : 4 cm dari pinggir kertas
c. margin atas ………… : 3 cm dari pinggir kertas
d. margin bawah ……… : 3 cm dari pinggir kertas
3. Laporan diketik dengan menggunakan font Arial (11), dengan jarak 1 spasi antar baris
4. Judul BAB ditulis dengan menggunakan angka romawi besar seperti BAB I, BAB II,
BAB III, BAB IV, BAB V, BAB VI, BAB VII dst sesuai dengan ketentuan format
penyusunan pada setiap bab.
5. Penomoran halaman untuk :
a. Daftar isi, kata pengantar, daftar gambar, daftar tabel, diletakkan pada tengah
bawah halaman dengan menggunakan angka romawi kecil seperti : i, ii, iii, iv dst.
b. Isi laporan, diletakkan pada sudut kanan atas halaman dengan menggunakan
angka latin dengan diawali penomoran setiap bab seperti I-1, I-2, I-3, dst.
6. Header dan Footer, untuk Header memuat Nama Pekerjaan dan Footer memuat
Posisi Pelaporan, nama konsultan dan Halaman. Contoh :
a. Header : Pra Studi Kelayakan (Pra Feasibility Study) Pembangunan
Pelabuhan Laut Lokasi ..... Tahun Anggaran ......
b. Footer : Laporan Pendahuluan
I I-1
PT. .............................
7. Laporan Penjilidan Buku Laporan Pendahuluan, Buku Laporan Antara, Buku Laporan
Semi Rampung, Buku Laporan Akhir dan Buku Executive Summary dalam bentuk A4
dan harus dijilid dalam bentuk hard cover dan tidak dalam bentuk spiral.
8. Salinan dokumen (soft copy) Buku Laporan Pendahuluan (Inception Report), Buku
Laporan Antara (Interim Report), Buku Laporan Semi Rampung (Draft Final Report),
Buku Laporan Akhir (Final Report) dan Buku Ringkas (Executive Summary) disimpan
dalam bentuk Compact Disk dan Flash Disk.

67
G. FORMAT LAYOUT PEMETAAN

Layout Pemetaan dicetak berwarna dan pada kertas ukuran A3 (297 x 420) mm, 70 gram.
Adapun format Layout Pemetaan memuat frame peta, judul pekerjaan, nama peta, skala,
legenda, keyplan (orientasi wilayah), sumber peta, dan logo instansi dengan contoh layout
pemetaan sesuai gambar berikut

Gambar 2. Format layout Pemetaan

H. FORMAT LAYOUT FOTO MAPPING

Layout Foto Mapping dicetak berwarna dan pada kertas ukuran A4 (210 x 297) mm, 70
gram. Adapun format Layout Foto Mapping memuat frame, logo instansi, judul kegiatan,
judul foto, keterangan foto, keyplan foto, dan logo instansi dengan contoh layout sesuai
gambar berikut :

LOGO INSTANSI

JUDUL KEGIATAN

KETERANGAN FOTO
1. Gambar 1 : ......
2. Gambar 2 : ......
Gambar 1 Gambar 2 3. Gambar 3 : ......
.......................... .......................... 4. Gambar 1 : ......
5. Dst

KEYPLAN FOTO

Gambar 3 Gambar 4
.......................... ..........................

Gambar 3. Format layout Foto Mapping

68
I. TABEL METODOLOGI SURVEI

Metodologi Survei merupakan tabel metode pelaksanaan kegiatan Pra Studi Kelayakan
yang membahas mengenai penjelasan aspek, sub aspek, data yang diperlukan, metode
pengumpulannya, sumber data, metode analisis yang digunakan sampai dengan output
yang dihasilkan. Metodologi Survei juga dapat berfungsi sebagai controlling pelaksanaan
dari proses awal sampai dengan akhir kegiatan. Adapun format Metodologi Survei
sebagai berikut :

Tabel 9. Format Metodologi Survei

METOD
METODE
TUJUA SUB E OUTPU
ASPEK DATA PENGUMPULA SUMBER
N ASPEK ANALISI T
N DATA
S
1. -

2.
3.
4.
5.
6.
7.

69
70
J. FORMAT BERITA ACARA HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

KOP SURAT KANTOR PUSAT DJPL


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BERITA ACARA

TENTANG
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PRA STUDI KELAYAKAN
(PRE FEASIBILITY STUDY) PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PADA
KABUPATEN ….. PROVINSI …..

Pekerjaan : Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study)


Pembangunan Pelabuhan Laut Pada Kabupaten ..... Provinsi .....
Satuan Kerja : …..
Tahun Anggaran : …..

Nomor :

1. Pada hari ini ..... tanggal ..... bulan ..... tahun Dua Ribu ..... bertempat di ....., telah
diadakan rapat Focus Group Discussion (FGD) Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility
Study) Pembangunan Pelabuhan Laut Pada Kabupaten ..... Provinsi ..... yang dibiaya
melalui dana APBN TA ..... Rapat dipimpin oleh ..... dan dihadiri oleh :
1) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi…../Wakil;
2) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten…../Wakil;
3) Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi…../Wakil;
4) Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten…../Wakil;
5) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten…../Wakil;
6) Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten…../Wakil;
7) Kepala Dinas Perhubungan Provinsi…../Wakil;
8) Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten…../Wakil;
9) Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi…../Wakil;
10) Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten…../Wakil;
11) Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Provinsi…../Wakil;
12) Kepala Dinas Pariwisata Provinsi…../Wakil;
13) Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten…../Wakil;
14) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan…../Wakil;
15) Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan / Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan / Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan…../Wakil;
16) Kepala Kantor Distrik Navigasi…../Wakil.
17) Kepala Bagian Perencanaan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian
Perhubungan…../Wakil;
18) …..
2. Dasar Kegiatan
1) Surat Perjanjian untuk melaksanakan Pekerjaan Pra Studi
Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Kabupaten .....
Provinsi ….. Nomor ….. Tanggal …..
2) Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut kepada Kepala Kantor
Unit Penyelenggara Pelabuhan ….. dan Kepala Kantor Distrik Navigasi ….. Nomor
…..
71
3. Maksud dan Tujuan
1) Maksud diadakannya Focus Group Discussion (FGD) dalam
Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study) Pembangunan
Pelabuhan Laut Pada Kabupaten …..Provinsi ….. ini adalah untuk bisa
mendapatkan data-data yang komprehensif dalam rangka penyusunan
Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study) Pembangunan
Pelabuhan Laut Pada Kabupaten ….. Provinsi ….. serta mendapatkan masukan
atas kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengembangan pelabuhan.
2) Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan
tersebut melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. …..
b. …..
c. …..
4. Tim pendamping Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyampaikan materi terkait
pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study)
Pembangunan Pelabuhan Laut Pada Kabupaten ….. Provinsi ….., adalah sebagai
berikut :
1) …..
2) …..
3) …..
5. Konsultan ..... , menyampaikan pemaparan adalah sebagai berikut:
1) …..
2) …..
3) …..
6. Dalam Focus Group Discussion (FGD) membahas penyusunan Pra Studi Kelayakan
(Pre Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut pada Kabupaten ….. Provinsi …..,
telah disepakati hal-hal sebagai berikut :
1) …..
2) …..
3) …..

Demikian Berita Acara tentang Focus Group Discussion (FGD) membahas penyusunan Pra
Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan Laut pada Kabupaten …..
Provinsi ….., ini dibuat dan ditandatangani, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
proses pekerjaan (Foto dan Daftar Hadir Focus Group Discussion (FGD) terlampir).

Lokasi Kegiatan , Tanggal – Bulan -- Tahun

1. Nama : Nama Kepala Kantor OP/KSOP/UPP terkait


Jabatan :
Pangkat/Golongan :
NIP :
Tanda tangan : TTD & Cap Instansi Kantor OP/KSOP/UPP

2. Nama : Nama Kepala OPD/SKPD terkait


Jabatan :
Pangkat/Golongan :
NIP :
Tanda tangan : TTD & Cap Kantor OPD/SKPD

TIM PENDAMPING
1. Nama :
Jabatan :
NIP :

72
Tanda Tangan :
2. Nama :
Jabatan :
NIP :
Tanda Tangan :

K. FORMAT …..

73
K. FORMAT PEDOMAN WAWANCARA UNTUK STAKEHOLDER DI DAERAH

Kuisioner merupakan metode pengambilan data dengan membagikan form pertanyaan ke


stakeholder terkait maupun kepada masyarakat dengan isi dan tema menyesuaikan
dengan kebutuhan pengambilan data.

KOP SURAT KONSULTAN

PRA STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT


KABUPATEN ….. PROVINSI …..

Profil Responden
Nama :
Instansi :
Jabatan :

Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
mengindikasikan perlunya penyediaan infrastruktur perlabuhan sebagai tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut harus
direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian
lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi.

Pembangunan pelabuhan dilaksanakan sebagai pengembangan dari fasilitas yang sudah


ada untuk mendukung perkembangan ekonomi setempat, maupun pada lokasi baru untuk
membuka jalan bagi kegiatan transportasi warga sehari-hari yang bersifat mendasar. Oleh
karena itu, dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan diperlukan
sebuah studi yang mampu memberikan gambaran secara komprehensif tentang
kelayakan pada beberapa aspek yang dianggap penting sebelum dimulainya
pembangunan pelabuhan tersebut.

Peraturan Menteri Perhubungan No. KM.112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Kementrian Perhubungan mengamanatkan adanya
pelaksanaan Pra-Studi Kelayakan sebagai salah satu syarat pembangunan suatu
infrastruktur transportasi, termasuk dalam hal ini adalah pembangunan pelabuhan.
Sehingga dokumen Pra-Studi Kelayakan akan menjadi acuan dalam pemilihan dan
prioitas lokasi rencana untuk pelaksanaan Studi Kelayakan.

Kuisioner ini dimaksudkan untuk mendapatkan persepsi, informasi dan masukan dari para
stakeholder pada wilayah studi, sehingga nantinya dapat dijadikan dasar dalam
penyusunan dokumen Pra-Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut.

Pertanyaan Umum
1. Berdasarkan data pelabuhan yang ada dalam RIPN, RTRW dan Rencana Tata
Ruang lainnya, pelabuhan mana saja yang telah memiliki fasilitas (pelabuhan
eksisting)?
………………………………………………………………………………………………….

2. Bagaimana kondisi pelabuhan eksisting di wilayah studi?


……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
3. Bagaimana tingkat pelayanan angkutan laut diwilayah studi (eksisting) Apa saja
kendala yang sering dihadapi berkaitan dengan oprasional angkutan tersebut?
74
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
4. Apakah di wilayah studi perlu dibangun pelabuhan baru untuk mendukung
keberadaan pelabuhan eksisting dan/atau untuk menunjang aksesibilitas
masyarakat? Apa alasan anda dan dimana lokasi yang paling tepat untuk
pembangunan Pelabuhan Laut tersebut?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Hinterland
5. Pelabuhan-pelabuhan eksisting tersebut melayani daerah mana saja?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
6. Komoditas apa saja yang telah masuk pada pelabuhan-pelabuhan tersebut?
Sebutkan per-pelabuhan.
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
7. Sedangkan pelabuhan-pelabuhan non-eksisting tersebut dapat melayani daerah
mana saja?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
8. Komoditas apa saja yang terdapat pada daerah-daerah tersebut? Sebutkan per-
pelabuhan.
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
9. Komoditas wilayah yang menjadi andalan/unggulan wilayah studi? Dimana? Dekat
dengan pelabuhan apa? (eksisting maupun non)?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
10. Apakah dari pelabuhan-pelabuhan tersebut (eskisting maupun non) ada yang masuk
dalam Zona Pengembangan Transportasi (darat, sungai dan laut)?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

Pola Ruang
11. Apakah masing-masing pelabuhan tersebut masuk dalam kawasan
budidaya/lindung?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
12. Berdasarkan pola ruangnya, apakah pelabuhan-pelabuhan tersebut layak
ditempatkan disana?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

Struktur Ruang
13. Apakah masing-masing pelabuhan tersebut sudah termasuk dalam dokumen
perencanaan yang ada? Sebutkan.
75
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

Kawasan Strategis
14. Apakah dalam wilayah studi terdapat Kawasan Strategis (Nasional, Provinsi,
Kabupaten)? Sebutkan.
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
15. Pelabuhan mana saja yang masuk dalam kawasan tersebut? Sebutkan.
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Akesibilitas
16. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana transportasi di wilayah studi? (darat,
sungai, laut)
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
17. Apakah ada permasalahan mengenai sarana dan prasarana transportasi di wilayah
studi?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
18. Bagaimana kondisi pergantian moda transportasi di wilayah studi? Apakah ada
kendala?
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

19. Apakah dalam wilayah studi terdapat wilayah yang sulit dijangkau dengan akses
darat? Kenapa dan Sebutkan.
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
20. Apakah dalam wilayah studi terdapat wilayah yang sulit dijangkau dengan akses
apapun? (darat, sungai, laut) Kenapa dan Sebutkan.
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

21. Pelabuhan-pelabuhan mana saja yang masuk dalam kawasan tersebut?


Sebutkan.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Bangkitan dan Tarikan


22. Dimana pusat-pusat kegiatan di wilayah studi (PKN, PKL, KAPET, KEK, Argopolitan,
Minapolitan, dll)? Sebutkan.

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
23. Apa saja bentuk pusat kegiatan tersebut?

76
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
24. Pelabuhan-pelabuhan mana saja yang amsuk dalam kawasan tersebut? Sebutkan.

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
25. Berapa jarak antara pusat kegiatan dan pelabuhan-pelabuhan tersebut? Sebutkan.

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

Sebaran Pergerakan
Catatan: Ketika Desire line sudah ada dalam Tatrawil dan/atau tatralok, sehingga kita
sudah dapat memetakan masing-masing pelabuhan.

26. Bagaimana pola pergerakan masing-masing pelabuhan tersebut? Baik barang


maupun penumpang. Asal dan Tujuan.

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Sosial Kependudukan
27. Bagaimana kondisi sosial kemasyarakatan di wilayah studi?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
28. Apakah pernah terjadi konflik antar masyarakat? Apakah dan bagaimana
penyelesaiaannya?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
29. Apakah pelabuhan-pelabuhan tersebut ada yang masuk dalam kawasan tanah adat?
Sebutkan.

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
30. Berapa jumlah penduduk di masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan/Pulau?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
31. Bagaimana sebaran permukiman di masing-masing Kecamatan/ Desa/ Kelurahan/
Pulau?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
32. Bagaimana sebaran fasilitas kesehatan di wilayah studi? Apakah ada kendala?

……………………………………………………………………………………………………
77
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
33. Berapa rata-rata umur pengguna transportasi laut? Kemana dan untuk apa?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
34. Jika untuk bekerja, pekerjaan apa saja? Dimana dan mengapa?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

35. Jika untuk sekolah, sekolah apa saja? Dimana dan mengapa?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
36. Jika untuk keperluan lainnya, untuk apa dan mengapa?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

Aspek Lingkungan
37. Apakah pelabuhan-pelabuhan tersebut masuk kedalam kawasan konservasi?
Kawasan konservasi apa?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
38. Apakah pelabuhan-pelabuhan tersebut masuk dalam kawasan rawan bencana?
Kawasan rawan bencana apa saja?

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………

78
L. FORMAT KUISIONER UNTUK DISTRIK NAVIGASI

KOP SURAT KONSULTAN

PENILAIAN HASIL PENGAMATAN LAUT OLEH DISTRIK NAVIGASI

Pekerjaan : Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study)


Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Kabupaten ……………
Provinsi …………………..
Satuan Kerja : ……….
Tahun Anggaran : ……….

1. Dasar Acuan
Berdasarkan Draft Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Tentang
“Petunjuk Teknis Dan Tata Cara Penyusunan Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility
Study) Pembangunan Pelabuhan Laut”, dijelaskan adanya pelibatan Distrik Navigasi
dalam menilai salah satu variabel penyusunan Pra FS ini, yaitu Aspek Teknis Sub Aspek
Pengamatan Hasil Laut.
Penilaian Pengamatan Hasil Laut merupakan hasil penilaian terhadap kondisi
perairan (kolam dan alur) yang dilakukan oleh Distrik Navigasi setempat yang meliputi
identifikasi terhadap kondisi kedalaman perairan, gelombang, arus, angin musim, daerah
ranjau, dll.

2. Petunjuk Pengisian
Berikan penilaian Saudara terhadap kondisi perairan di masing-masing lokasi rencana
pelabuhan dengan rentang nilai sebagai berikut:
Kondisi Terburuk/ Kondisi Terbaik /
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Terendah Nilai Tertinggi

3. Penilaian Variabel Hasil Pengamatan Laut


a. Penilaian terhadap Kedalaman Perairan di sekitar Lokasi Rencana
Pelabuhan
Kriteria Penilaian Nilai
Kedalaman perairan sekitar lokasi rencana pelabuhan tidak ideal untuk dibangun 1
sebagai area pelabuhan
Kedalaman perairan sekitar lokasi rencana pelabuhan paling ideal untuk dibangun 10
sebagai area pelabuhan

Hasil Penilaian
LOKASI LINGKARI NILAI DI BAWAH INI
1. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

79
b. Penilaian terhadap kondisi Gelombang di sekitar Lokasi Rencana Pelabuhan
Kriteria Penilaian Nilai
Tinggi Gelombang musiman sekitar lokasi rencana pelabuhan tidak ideal untuk 1
keselamatan pelayaran
Tinggi Gelombang musiman sekitar lokasi rencana pelabuhan paling ideal untuk 10
keselamatan pelayaran

Hasil Penilaian
LOKASI LINGKARI NILAI DI BAWAH INI
1. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

c. Penilaian terhadap kondisi Arus di sekitar Lokasi Rencana Pelabuhan


Kriteria Penilaian Nilai
Kecepatan dan arah Arus musiman sekitar lokasi rencana pelabuhan tidak ideal 1
untuk keselamatan pelayaran
Kecepatan dan arah Arus musiman sekitar lokasi rencana pelabuhan paling ideal 10
untuk keselamatan pelayaran

Hasil Penilaian
LOKASI LINGKARI NILAI DI BAWAH INI
1. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penilaian terhadap Rintangan Navigasi di sekitar Lokasi Rencana Pelabuhan

Kriteria Penilaian Nilai


Terdapat banyak Rintangan Navigasi yang berpotensi mengganggu pelayaran 1
Tidak terdapat Rintangan Navigasi yang berpotensi mengganggu pelayaran 10

Hasil Penilaian
LOKASI LINGKARI NILAI DI BAWAH INI
1. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. …….. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
/ BAB ...........
M. FORMAT KUISIONER UNTUK OP/KSOP/UPP

KOP SURAT KONSULTAN 80


Lokasi Survei
UPT : ………..
Provinsi : ………..
Kab./Kota : ………..

Profil Responden
Nama :
Instansi :
Jabatan:

1. Kepelabuhan
a. Tahun Berdiri Pelabuhan : ...................................
b. Tahun Operasional Pelabuhan :...................................
c. Luas Pelabuhan :................................... Ha
d. Jenis Pelayanan Pelabuhan :…….............................
e. Kelas Pelabuhan :…................................

2. Jumlah Bongkar Muat Barang


a. Waktu bongkar Rata-rata : …................................ Jam
b. Waktu muat Rata-rata : ................................... Jam
c. Waktu Antrian Kendaraan Rata-rata : ................................... Jam
d. Kapasitas terisi kapal Rata-rata : ................................... %

3. Pendapatan Tenaga Kerja Pelabuhan


a. Upah Rata-rata Karyawan Per Bulan : Rp. ...................................
b. Jumlah Karyawan : ................................... Jiwa

4. Usulan yang dapat Ibu/Bapak bagi dengan pemerintah, untuk meningkatkan kinerja dan
pelayanan Pelabuhan ini?
……………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………..

BAB VI

TATA CARA PENETAPAN DOKUMEN PRA STUDI KELAYAKAN

81
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan, untuk membangun suatu
infrastruktur perhubungan, termasuk pelabuhan, diperlukan beberapa tahapan dalam
Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan yang meliputi: Tahap Pra-Desain, Tahap
Desain, Tahap Konstruksi/Fisik, dan Tahap Pasca Konstruksi.
Tahap Pra-Desain sebagaimana dimaksud salah satunya adalah penyusunan Pra Studi
Kelayakan (Pra Feasibility Study).

BAB VII
PENUTUP

Pedoman Teknis ini merupakan pedoman/panduan dalam penyusunan dokumen Pra Studi
Kelayakan yang akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Pedoman Teknis
ini dapat ditinjau ulang. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Pra Studi Kelayakan
diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun sebelum penyusunan rencana dalam Sistem
Perencanaan Pembangunan Perhubungan dengan lama penyusunan maksimal 1 (satu)
tahun.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

R. AGUS H PURNOMO

82

Anda mungkin juga menyukai