Anda di halaman 1dari 99

Lampiran Keputusan Dirjen Hubla

Nomor :
a
Tanggal :

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIREKTORAT KEPELABUHANAN
KATA PENGANTAR
DIREKTUR KEPELABUHANAN

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk-Nya sehingga Revisi buku Petunjuk Teknis Penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan ini dapat dilaksanakan.

Buku ini berisi pPetunjuk Penyusunan Dokumen Rencana Induk Pelabuhan digunakan
sebagai pedoman pedoman pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan dokumen yang
dapat menggambarkan kondisi wilayah, kebijakan, rencana pembangunan dan
pengembangan suatu pelabuhan sesuai dengan kebutuhan.

Revisi Buku Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan ini merupakan
perbaikan dari buku Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan yang telah
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
PP.001/2/19/DJPL – 14 tanggal 5 Agustus 2014 untuk menyesuaikan substansi
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan terhadap adanyadengan
perubahan kebijakan, lingkungan strategis dan perkembangan kebutuhan dokumen
perencanaan teknis lainnya serta sebagai aksi lanjut arahan Menteri Perhubungan agar
melakukan simplifikasi proses penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan.

Diharapkan pPetunjuk Tteknis ini juga dapat digunakan oleh berbagai pihak terkait
penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan sehingga dapat membantu dan
meningkatkan kualitas substansi dokumen.

Kami menyadari bahwa buku Petunjuk Teknis ini masih belum sempurna, sehingga s. Oleh
karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya bersifat membangun sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan buku Petunjuk Teknis ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
sehingga buku Petunjuk Teknis ini dapat disusun.

Akhir kata, semoga buku pPetunjuk teknis Teknis ini dapat memberikan manfaat bagi para
seluruh pihak yang terlibat dalam perencanaan pembangunan pelabuhan.

SUBAGIYO

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan ii


SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan Hidayah-Nya maka Revisi buku Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan dapat disusun.

BukuPetunjuk Teknis ini disusun dalam rangka menerjemahkan Peraturan Menteri


Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di
Lingkungan Kementerian Perhubungan.

Indonesia sebagai negara kepulauan menuntut keterhubungan dan keterjangkauan antar


pulau dan atau wilayah didalamnya sehingga diperlukan perencanaan sarana dan
prasarana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara geografis
terpisah oleh perairan. Sektor transpotasi memegang peran vital dalam memegang
tanggung jawab ini, dimana transportasi laut menjadi tulang punggung utama
konektivitas antar pulau selain transportasi udara dan angkutan penyeberangan.

Pertambahan jumlah pelabuhan sebagai prasarana transportasi laut menuntut


perencanaan yang matang baik terkait kondisi teknis maupun non teknis sebelum dapat
dilakukan pembangunan maupun pengembangan pelabuhan. Dokumen Rencana Induk
Pelabuhan merupakan salah satu dokumen perencanaan yang wajib dimiliki oleh
pelabuhan sehingga dalam penyusunannya diperlukan pedoman petunjuk teknis yang dapat
dijadikan acuan bagi instansi dan stakeholder terkait guna mendapatkan substansi
dokumen yang baik.

Diharapkan buku Petunjuk Teknis ini dapat diterapkan oleh seluruh pemangku
kepentingan untuk memperoleh hasil perencanaan yang baik, matang dan menyeluruh
dalam rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan buku pPetunjuk Tteknis ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dan kendala serta permasalahan
yang perlu diantisipasi dalam upaya mewujudkan rencana pembangunan/pengembangan
pelabuhan. Oleh karena itu diharapkan saran perbaikan, sumbangan pemikiran dan
masukan serta kritikan dalam penyempurnaan buku Petunjuk Teknis ini.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan iii


Akhir kata, semoga Ppetunjuk Tteknis ini dapat bermanfaat sehingga upaya kita dalam
menyediakan sarana transportasi yang aman dan nyaman bagi masyarakat dapat
terwujud.

ARIF TOHA

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan iv


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 5
BAB II TATA CARA PENYUSUNAN ..................................................................................11

2.1. Tahapan / Prosedur Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan..........................11


2.2. Penyusunan Dokumen Studi Rencana Induk Pelabuhan..................................16
2.3. Sistematika PenulisanStudi Rencana Induk Pelabuhan...................................28

BAB III PROSEDUR PENETAPAN ....................................................................................50


BAB IV PERHITUNGAN KEBUTUHAN FASILITAS DARATAN DAN PERAIRAN............57
BAB V PENUTUP................................................................................................................ 73

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan iv


LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem transportasi, pelabuhan merupakan suatu simpul dari mata rantai
kelancaran muatan angkutan laut dan darat, yang selanjutnya berfungsi sebagai
kegiatan peralihan antar moda transportasi.

Tatanan Kepelabuhanan Nasional diwujudkan dalam rangka penyelenggaraan


pelabuhan yang andal dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi, dan mempunyai
daya saing global untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah yang ber –
Wawasan Nusantara. Pelabuhan laut mempunyai hieraki terdiri atas Pelabuhan Utama,
Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan Pengumpan (Regional dan Lokal). Pengembangan
pelabuhan secara nasional telah diwujudkan dalam sebuah Rencana Induk Pelabuhan
Nasional merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian,
pengembangan pelabuhan, dan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang


Pelayaran, dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 bahwa setiap
pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang merupakan pengaturan ruang

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 1


pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah
Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.

Perencanaan pembangunan / pengembangan pelabuhan dilaksanakan berdasarkan


Rencana Induk Pelabuhan, dan menjadi dasar bagi pembangunan dan pengembangan
pelabuhan pada jangka pendek, menengah dan panjang. Hal tersebut menjadi indikator
penting bahwa pelabuhan harus dikembangkan sesuai kebutuhan dan terintegrasi
dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah, keserasian
dan keseimbangan dengan kegiatan lain, kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan,
serta keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal mengingat pelabuhan merupakan
bagian dari rantai logistik nasional dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
perkembangan suatu wilayah.

Berdasarkan Sesuai dengan Tatanan Kepelabuhanan Nasional dalam Peraturan Menteri


Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional ,
terdapat sebanyak 1240 636 pelabuhan dan 55 terminal umum di Indonesia yang telah
terbangun, namun sampai dengan juknis ini diterbitkan baru 32 ...... rencana induk yang telah
ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.diperlukan suatu Petunjuk teknis ini diperlukan
sebagai panduan untuk menyamakan persepsidan pedoman untuk menyusun sebuah
Rencana Induk Pelabuhan yang tepat dan memenuhi standar baik, meningkatkan akan
memberi kualitas dokumen perencanaan, dan memenuhi substansi antara lain dari aspek
perencanaan, teknis, lingkungan, dan keselamatan pelayaran, serta sejalan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.2 Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan adalah
sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 2


d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2017;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana


telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;


h. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan
Maritim;
j. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi
Pelayaran;
k. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Angkutan Laut sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2016;

l. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2015 tentang Standar


Keselamatan Pelayaran;

m. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 50 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Pelabuhan Laut;

n. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan


Kapal;

o. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 37 Tahun 2015 tentang Standar


Pelayanan Penumpang Angkutan Laut sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 119 Tahun 2015;
p. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun 2018 tentang Pengerukan dan
Reklamasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
53 Tahun 2021;

q. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 67 Tahun 2021 tentang Organisasi dan


Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

r. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran
di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan;

s.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 3


t. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 91 Tahun 2013;

u. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;
v. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Laut;
w. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
x. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
y. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2013;

z. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2011;
aa. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Pelabuhan Batam;
bb. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP);
cc. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2021 tentang Terminal Khusus
dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri;
dd. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan
Reklamasi;
ee. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 53 Tahun. 2011 tentang Pemanduan;

ff. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2011 tentang Alur pelayaran di
Laut;

gg. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama;

hh. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 4


ii. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan PM 72 Tahun 2021;

jj. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan PM 71 Tahun 2021;
kk. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 KP. 414 432 Tahun 2013
tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 172 Tahun 2021.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan dalam
penyusunan Rencana Induk Pelabuhan. Penerapan penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan disesuaikan dengan kondisi eksisting di masing-masing pelabuhan, dan
direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan hierarki pelabuhan tersebut.

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari disusunnya Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan adalah
sebagai panduan bagi penyelenggara pelabuhan dan setiap pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam menyusun Rencana Induk Pelabuhan. Sedangkan tujuan dari
penyusunan petunjuk teknis ini untuk meningkatkan kualitas Rencana Induk Pelabuhan
agar memenuhi standar aspek perencanaan, teknis, keselamatan, dan keamanan
pelayaran.

1.5 Ketentuan Umum

Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan :

1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 5


penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antarmoda transportasi;

2. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi


pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu
lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar,
tempat perpindahan intra-dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar,
tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah;

3. Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari;

4. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan


angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam
negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan antar provinsi;

5. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani


kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri, dalam
jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang,
serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi;

6. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani


kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam
jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama, dan pelabuhan
pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi;

7. Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai


otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan
kegiatan kepelabuhanan untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara
komersial;

8. Otoritas Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan yang mempunyai


tugas melaksanakan pengaturan, pengendalian dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial;

9. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di


pelabuhan yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan, dan penegakan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 6


hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, koordinasi kegiatan
pemerintahan di pelabuhan serta pengaturan, pengendalian dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial;

10. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau
badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk pelayaran;

11. Badan Usaha Pelabuhan adalah Badan Usaha yang kegiatan usahanya khusus di
bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya;

12. Direktorat Teknis adalah Direktorat Kepelabuhanan;

13. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan
pelabuhan;

14. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling daerah


lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin
keselamatan pelayaran;

15. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem Kepelabuhanan yang


memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, rencana Induk Pelabuhan
Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta
keterpaduan dengan sektor lainnya;

16. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pedoman dalam penetapan lokasi,
pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan, dan penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan;

17. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa


peruntukan rencana tataguna tanah dan perairan di daerah lingkungan kerja dan
daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;

18. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara
termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya;

19. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang;

20. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 7


21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional;

22. Trafik adalah arus lalu-lintas moda angkutan darat dan laut termasuk pergerakan
muatannya di kawasan pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 8


BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN
RENCANA INDUK PELABUHANRIP

2.1. Anggaran dan Tahapan Penyusunan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan


Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015, yang
menyatakan bahwa setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang
disusun oleh penyelenggara pelabuhan.

Anggaran penyusunan Rencana Induk Pelabuhan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Anggaran penyusunan Rencana Induk Pelabuhan melalui dana APBN; dan

b. Anggaran penyusunan Rencana Induk Pelabuhan melalui APBD maupun instansi


terkait dana Non APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD, Badan
Usaha Pelabuhan, dan pemrakarsa lainnya).

Mempertimbangkan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki, penyelenggara


pelabuhan sebagai penyusun Rencana Induk Pelabuhan dapat memohon bantuan
Direktorat Teknis dengan mengajukan surat usulan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Direktorat Teknis, selanjutnya akan menginventarisir seluruh usulan dari penyelenggara


pelabuhan sebagai bahan evaluasi untuk mengusulkan program penyusunan Rencana
Induk Pelabuhan. Kriteria evaluasi yang digunakan antara lain dengan mempertimbangkan
ketersediaan anggaran, ada tidaknya studi rencana induk yang pernah dilakukan
sebelumnya, kesesuaian dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, keadaan kahar,
perubahan kondisi strategis wilayah, dan kebijakan nasional.

Terhadap usulan yang memenuhi kriteria dapat dilanjutkan ke proses usulan program
kebutuhan anggaran. Terhadap lokasi yang telah disetujui untuk mendapatkan alokasi
anggaran penyusunan studi rencana induk pelabuhan, akan disampaikan melalui surat
pemberitahuan kepada penyelenggara pelabuhan

Direktorat Kepelabuhanan akan berkoordinasi dengan Penyelenggara


Pelabuhan/Pemerintah Daerah/instansi terkait untuk menjamin proses penyusunan Rencana

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 9


Induk Pelabuhan dapat terlaksana dengan baik. Hasil koordinasi dapat sebagai bahan
evaluasi lanjut untuk memutuskan kelanjutan rencana penyusunan studi rencana induk
pelabuhan.

Terhadap Pemerintah Daerah / Badan Usaha Pelabuhan / Pemrakarsa yang akan


melakukan studi penyusunan dokumen Rencana Induk Pelabuhan agar menyampaikan
surat pemberitahuan rencana penyusunan studi Rencana Induk Pelabuhan kepada
penyelenggara pelabuhan atau Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Terhadap surat
pemberitahuan ke penyelenggara, maka selanjutnya penyelenggara pelabuhan meneruskan
surat tersebut kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Direktorat Kepelabuhanan akan melakukan evaluasi terhadap surat pemberitahuan tersebut


berdasarkan kriteria evaluasi antara lain ada tidaknya studi rencana induk yang pernah
dilakukan sebelumnya, kesesuaian dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, keadaan
kahar, perubahan kondisi strategis wilayah dan kebijakan nasional (antara lain lokasi
dimaksud merupakan trayek perintis, pelayaran nasional, tol laut, kawasan ekonomi khusus,
kawasan industri, proyek strategis nasional, pusat pengembangan pariwisata nasional,
daerah tertinggal, terluar, terbelakang dll) serta dapat menyampaikan tanggapan terhadap
surat terkait usulan tersebut.

Pemerintah Daerah / Badan Usaha Pelabuhan / Pemrakarsa dalam melaksanakan tahapan


penyusunan dokumen rencana induk, tetap berkoordinasi dengan Penyelenggara
Pelabuhan dan Direktorat Kepelabuhanan serta menyampaikan rencana kerja (time line)
penyusunan Rencana Induk Pelabuhan.

USULAN PENYUSUNAN
2.1.1 RENCANA
Tahapan Penyusunan INDUK
Rencana Induk PELABUHAN
Pelabuhan melalui dana APBN

Penyelenggara Pelabuhan

DIREKTUR
JENDERAL
PERHUBUNGAN
LAUT
EVALUASI PERMOHONAN
PENYUSUNAN RENCANA INDUK
PELABUHAN KRITERIA EVALUASI a.l :
DIREKTORAT TEKNIS KETERSEDIAAN ANGGARAN;
ADA TIDAKNYA STUDI YANG
Usulan penyelenggara yang PERNAH DILAKUKAN
belum disusun, sebagai bahan SEBELUMNYA;
pengajuan program pada tahun PENGUSULAN PROGRAM
RIPN;
anggaran selanjutnya KEADAAN KAHAR;
PERUBAHAN KONDISI
SURAT PEMBERITAHUAN PENYUSUNAN STRATEGIS WILAYAH;
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk
STUDI RENCANA INDUK Pelabuhan KEBIJAKAN NASIONAL.
10

PROSES PENYUSUNAN KONTRAK


LAPORAN DOKUMEN
PENDAHULUAN

PEMAPARAN KONSULTAN
SURVEY
LAPORAN DOKUMEN LAPANGAN
ANTARA SOSIALISASI AWAL
/DISKUSI/FGD/
PEMAPARAN KONSULTAN
PEMAPARAN
LAPORAN DOKUMEN SEMI
OP/KSOP/UPP/PEMDA/
RAMPUNG PEMERINTAH /INSTANSI
TERKAIT
PEMAPARAN KONSULTAN

LAPORAN DOKUMEN
RAMPUNG

PENYAMPAIAN PERTIMBANGAN TEKNIS


DAN DOKUMEN
PENYAMPAIAN RENCANA
DOKUMEN INDUK
RENCANA INDUK
KEPADA
KEPADA PENYELENGGARA
PENYELENGGARA PELABUHAN
Mempertimbangkan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki, penyelenggara
PELABUHAN
pelabuhan sebagai penyusun Rencana Induk Pelabuhan dapat memohon bantuan
Direktorat Teknis dengan mengajukan surat pengajuan usulan penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut Cq. Direktur Pelabuhan dan
Pengerukan Kepelabuhanan.
Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kepelabuhanan akan menginventarisir seluruh
usulan dari penyelenggara pelabuhan sebagai bahan evaluasi untuk mengusulkan program
penyusunan Rencana Induk Pelabuhan. Kriteria evaluasi yang digunakan antara lain
dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran, ada tidaknya studi rencana induk yang
pernah dilakukan sebelumnya, kesesuaian dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional,
keadaan kahar, perubahan kondisi strategis wilayah dan kebijakan nasional tersebut
berdasarkan surat pengajuan tersebut. Hasil evaluasi
Terhadap usulan penyelenggara pelabuhan yang tidak memenuhi kriteria tersebut di atas,
tidak dapat dilanjutkan dalam proses evaluasi selanjutnya dan disampaikan melalui surat
pemberitahuan kepada penyelanggara pelabuhan.
Untuk lokasi yang memenuhi kriteria disampaikan surat pemberitahuan kepada
penyelenggara pelabuhan, dan selajutnya dapat dilanjutkan ke proses usulan program
kebutuhan anggaran. Terhadap lokasi yang telah disetujui untuk mendapatkan alokasi
anggaran penyusunan studi rencana induk pelabuhan, akan disampaikan melalui surat
pemberitahuan kepada penyelenggara pelabuhan unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) /
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) / Otoritas Pelabuhan (OP) / Pemerintah
Daerah/ Instansi terkait melalui dengan surat pemberitahuan penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 11


Selanjutnya, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kepelabuhanan akan berkoordinasi
dengan Penyelenggara Pelabuhan/Pemerintah Daerah/instansi terkait untuk menjamin
proses penyusunan Rencana Induk Pelabuhan dapat terlaksana. Hasil koordinasi dapat
sebagai bahan evaluasi lanjut untuk memutuskan kelanjutan rencana penyusunan studi
rencana induk pelabuhan.

LAPORAN DOKUMEN SEMI


RAMPUNG

PRESENTASI PEMAPARAN KONSULTAN

Gambar 2. 1 Skema Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Umum melalui dana


APBN

2.1.2 Tahapan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan melalui dana Non APBN

PEMBERITAHUAN PENYUSUNAN STUDI RIP


Pemerintah Daerah / Badan Usaha Pelabuhan

PENYELENGGARA PELABUHAN

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 12


EVALUASI
DIREKTORAT TEKNIS KRITERIA EVALUASI a.l :
KETERSEDIAAN ANGGARAN;
Kepada Penyelenggara Pelabuhan SURAT PERSETUJUAN PENYUSUNAN
RIPN;
DOKUMEN
KEADAAN KAHAR;
Kepada Penyelenggara Pelabuhan PERUBAHAN KONDISI STRATEGIS
WILAYAH;
KEBIJAKAN NASIONAL.

PROSES PENYUSUNAN
DOKUMEN RENCANA INDUK

LAPORAN DOKUMEN
PENDAHULUAN

PEMAPARAN KONSULTAN

LAPORAN DOKUMEN ANTARA


SURVEY
LAPANGAN
SOSIALISASI
PEMAPARAN KONSULTAN
AWAL
/DISKUSI/FGD/
LAPORAN DOKUMEN SEMI PEMAPARAN
RAMPUNG OP/KSOP/UPP/PEMDA/
PEMERINTAH PUSAT
PEMAPARAN KONSULTAN /INSTANSI TERKAIT

LAPORAN DOKUMEN
RAMPUNG

PENYAMPAIAN PERTIMBANGAN TEKNIS DAN


DOKUMEN RENCANA INDUK KEPADA
PENYELENGGARA PELABUHAN

Gambar 2. 2 Skema Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Umum melalui dana non APBN
Untuk menjamin substansi dan materi dalam dokumen studi rencana induk pelabuhan
yang disusun dengan dana non APBN memenuhi ketentuan dalam petunjuk teknis,
maka kepada Pemerintah Daerah / Badan Usaha Pelabuhan / Pemrakarsa penyusun
studi rencana induk pelabuhan agar sekurang-kurangnya melaksanakan rapat
pembahasan dengan mengundang Direktorat Kepelabuhanan pada Laporan
Pendahuluan dan Laporan Dokumen Semi Rampung. Dokumen Studi Rencana Induk
Pelabuhan yang telah memenuhi ketentuan dalam petunjuk teknis ini akan diberikan
rekomendasi teknis dan selanjutnya akan diserahkan kepada penyelenggara pelabuhan
untuk selanjutnya dapat dilanjutkan untuk proses lanjut penetapan sesuai dengan
hierarki pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 13


2.2. Penyusunan Laporan Studi Rencana Induk Pelabuhan

PENGUMPULAN DATA
PERSIAPAN
ditujukan untuk
persiapan survey, kajian
literatur,dan identifikasi
0 memperoleh data
sekunder maupun primer
awal wilayah studi
1 yang dibutuhkan dalam
kegiatan analisis

02
ANALISIS
RENCANA
PENGEMBANGAN
ditujukan untuk
menghasilkan besaran
kebutuhan pengembangan 0ditujukan untuk menyusun
pentahapan pengembangan
0
di wilayah daratan dan
perairan 3daratan
dan penzonasian baik
maupun perairan
4

Gambar 2. 3 Tahapan dalam Penyusunan Studi RIP

Tahapan penyusunan laporan Studi Rencana Induk Pelabuhan terdiri dari:

a. Laporan Pendahuluan

dengan kerangka laporan minimal menyajikan antara lain:

1) organisasi pelaksanaan pekerjaan, antara lain struktur organisasi dan susunan tim
pelaksana/tenaga ahli dan pendukung;

2) pendahuluan, antara lain latar belakang, maksud tujuan, lingkup pekerjaan, lokasi
studi, hierarki pelabuhan, landasan hukum, dan sistematika penulisan;

3) gambaran umum wilayah studi, antara lain letak administrasi wilayah, profil
demografi, perekonomian/PDRB, potensi wilayah, dan jaringan transportasi;

4) metodologi pekerjaan, antara lain alur pikir, metode pengumpulan data, metode
analisis dan proyeksi, metode perhitungan kebutuhan fasilitas daratan dan perairan,
serta metode rancangan DLKr/DLKp;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 14


Pemerintah Daerah / Instansi Terkait Badan Usaha Pelabuhan sebagai pemilik anggaran
penyusunan Rencana Induk Pelabuhan menyampaikan surat pemberitahuan rencana
penyusunan studi Rencana Induk Pelabuhan kepada penyelenggara pelabuhan dan
selanjutnya penyelenggara pelabuhan meneruskan kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut Cq. Direktur Pelabuhan dan Pengerukan.

Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kepelabuhanan akan melakukan evaluasi terhadap


surat pemberitahuan tersebut berdasarkan kriteria evaluasi sebagai berikut : ada tidaknya
studi rencana induk yang pernah dilakukan sebelumnya, kesesuaian dengan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional, keadaan kahar, perubahan kondisi strategis wilayah dan kebijakan
nasional (lokasi dimaksud merupakan trayek perintis, pelayaran nasional, tol laut, kawasan
ekonomi khusus, kawasan industri, proyek strategis nasional, pusat pengembangan
pariwisata nasional, daerah tertinggal, terluar, terbelakang dll).

, berdasarkan kriteria evaluasi yang digunakan antara lain : Penyusunan Studi Rencana
Induk Pelabuhan adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian Ada / tidaknya lokasi pelabuhan berdasarkan di dalam Rencana Induk


Pelabuhan Nasional (RIPN) / Tatanan Kepelabuhan Nasional (TKN);

2. Hierarki Pelabuhan dalam RIPN / TKN;

3. Ada / tidaknya studi Rencana Induk Pelabuhan dalam 5 (lima) tahun terakhir;

4. Keadaan Kahar (seperti antara lain : bencana alam, perubahan administrasi, dll).

Terhadap pemberitahuan penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan yang tidak


memenuhi kriteria tersebut di atas, akan disampaikan surat penolakan penyusunan
dokumen kepada penyelenggara pelabuhan untuk diteruskan kepada Pemerintah
Daerah/Badan Usaha Pelabuhan pengusul.

Untuk usulan yang memenuhi kriteria, akan disampaikan surat persetujuan penyusunan
dokumen rencana induk pelabuhan kepada penyelenggara pelabuhan dan selanjutnya
diteruskan kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Pelabuhan guna dapat dilanjutkan
dalam proses berikutnya.

Surat persetujuan penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan tersebut menjadi dasar
Pemerintah Daerah/Badan Usaha Pelabuhan untuk melaksanakan tahapan penyusunan
dokumen rencana induk.

BAHAN UNTUK TAHAPAN PELAPORAN

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 15


Dan akan membalas dengan surat persetujuan atau surat penolakan menyampaikan Surat
Pemberitahuan Penyusunan Studi Rencana Induk Pelabuhan kepada Pemerintah Daerah /
Instansi Terkait berdasarkan hasil evaluasi.

Selanjutnya, Pemerintah Daerah / Instansi terkait pemrakarsa yang telah menerima surat
persetujuan penyusunan rencana induk selanjutnya akan berkoordinasi dengan
Penyelenggara Pelabuhan dan Pemerintah Pusat Direktorat Kepelabuhanan untuk proses
pelaksanaan serta menyampaikan rencana kerja (time line) penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan.

5) kondisi eksisting pelabuhan, antara lain gambaran umum pelabuhan (letak


administratif, koordinat, status lahan, kegiatan yang dilayani, kondisi wilayah sekitar,
dan dokumen perencanaan yang telah ada), peta laut, pelabuhan/terminal sekitar,
hinterland pelabuhan, kondisi jalan akses, data teknis pelabuhan (kedalaman kolam
dan alur, spesifikasi dermaga dan kapal, fasilitas pokok dan penunjang, peralatan,
dan utilitas), data operasional pelabuhan min 5 tahun terakhir (bongkar muat barang,
naik turun penumpang, dan kunjungan kapal), SBNP, dokumentasi fasilitas eksisting,
trayek kapal (barang, penumpang, perintis, tol laut, dan trayek khusus lainnya),
penyelenggara pelabuhan (wilayah kerja dan pegawai); dan

6) rencana kerja, antara lain jadwal pelaksanaan pekerjaan dan format


kuisioner/wawancara.

b. Laporan Antara (Interim Report)

dengan kerangka laporan minimal menyajikan antara lain:

1) pendahuluan, antara lain latar belakang, maksud tujuan, lingkup pekerjaan, lokasi
studi, hierarki pelabuhan, dan sistematika penulisan;

2) tinjauan kebijakan, antara lain landasan hukum, Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kota/Kabupaten, dan Rencana Induk Pelabuhan nasional;

3) gambaran umum wilayah provinsi dan kabupaten/kota, antara lain administratif


wilayah, kondisi fisik dan klimatologi, kependudukan, perekonomian, potensi,
jaringan transportasi, rencana pengembangan, struktur ruang, pola ruang, rencana
zonasi wilayah pesisir;

4) hasil survei lapangan, antara lain peta bathimetri dan topografi, pasang surut, arus,
gelombang, sedimen, data hasil kuesioner dan wawancara, dan dokumentasi;

5) kondisi eksisting pelabuhan, antara lain gambaran umum pelabuhan (letak


administratif, koordinat, status lahan, kegiatan yang dilayani, kondisi wilayah sekitar,
dan dokumen perencanaan yang telah ada), peta laut, pelabuhan/terminal sekitar,

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 16


hinterland pelabuhan, kondisi jalan akses, data teknis pelabuhan (kedalaman kolam
dan alur, spesifikasi dermaga dan kapal, fasilitas pokok dan penunjang, peralatan,
dan utilitas), data operasional pelabuhan min 5 tahun terakhir (bongkar muat barang,
naik turun penumpang, dan kunjungan kapal), SBNP, dokumentasi fasilitas eksisting,
trayek kapal (barang, penumpang, perintis, tol laut, dan trayek khusus lainnya),
penyelenggara pelabuhan (wilayah kerja dan pegawai), kinerja pelabuhan, dan
layout eksisting;

6) analisis perkembangan wilayah, antara lain metode analisis, asumsi, proyeksi


kependudukan dan ekonomi hinterland pelabuhan;

7) analisis awal prakiraan permintaan jasa angkutan laut, antara lain metode analisis,
asumsi, analisis pergerakan barang, penumpang, dan kapal, asal tujuan, rencana
spesifikasi kapal, dan pola operasi angkutan laut;

8) rencana pengembangan pelabuhan, antara lain perhitungan kebutuhan fasilitas


daratan, peralatan, dan perairan, tabel rekapitulasi pengembangan fasilitas daratan
dan perairan, layout eksisting, layout zonasi, layout sirkulasi, layout pengembangan
(pendek, menengah, dan panjang), rencana kebutuhan dan layout SBNP, layout
rancangan batas – batas Daerah Lingkungan Kerja/DLKr dan Daerah Lingkungan
Kepentingan/DLKp, status dan batas lahan pelabuhan, identifikasi kendala
operasional dan saran penyelesaian, dan plot layout rancangan batas – batas
DLKr/DLKp di peta laut; dan

9) rona awal lingkungan, antara lain analisis sumber dampak pencemaran, kondisi
fasilitas penampung dan pengolah limbah, konsep ecoport, kebutuhan ruang terbuka
hijau, studi/ijin lingkungan eksisting.

c. Laporan Semi Rampung (Draft Final Report)

dengan kerangka laporan minimal menyajikan antara lain:

1) pendahuluan, antara lain latar belakang, maksud tujuan, lingkup pekerjaan, lokasi
studi, hierarki pelabuhan, dan sistematika penulisan;

2) tinjauan kebijakan, antara lain landasan hukum, Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kota/Kabupaten, dan Rencana Induk Pelabuhan nasional;

3) gambaran umum wilayah provinsi dan kabupaten/kota, antara lain administratif


wilayah, kondisi fisik dan klimatologi, kependudukan, perekonomian, potensi,
jaringan transportasi, rencana pengembangan, struktur ruang, pola ruang, rencana
zonasi wilayah pesisir;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 17


4) hasil survei lapangan, antara lain peta bathimetri dan topografi, pasang surut, arus,
gelombang, sedimen, data hasil kuesioner dan wawancara, hasil focus group
discussion (FGD), dan dokumentasi;

5) kondisi eksisting pelabuhan, antara lain gambaran umum pelabuhan (letak


administratif, koordinat, status lahan, kegiatan yang dilayani, kondisi wilayah sekitar,
dan dokumen perencanaan yang telah ada), peta laut, pelabuhan/terminal sekitar,
hinterland pelabuhan, kondisi jalan akses, data teknis pelabuhan (kedalaman kolam
dan alur, spesifikasi dermaga dan kapal, fasilitas pokok dan penunjang, peralatan,
dan utilitas), data operasional pelabuhan min 5 tahun terakhir (bongkar muat barang,
naik turun penumpang, dan kunjungan kapal), SBNP, dokumentasi fasilitas eksisting,
trayek kapal (barang, penumpang, perintis, tol laut, dan trayek khusus lainnya),
penyelenggara pelabuhan (wilayah kerja dan pegawai), kinerja pelabuhan, dan
layout eksisting;

6) analisis perkembangan wilayah, antara lain metode analisis, asumsi, proyeksi


kependudukan dan ekonomi hinterland pelabuhan;

7) analisis prakiraan permintaan jasa angkutan laut, antara lain metode analisis,
asumsi, analisis pergerakan barang, penumpang, dan kapal, asal tujuan, rencana
spesifikasi kapal, dan pola operasi angkutan laut;

8) rencana pengembangan pelabuhan, antara lain perhitungan kebutuhan fasilitas


daratan, peralatan, dan perairan, tabel rekapitulasi pengembangan fasilitas daratan
dan perairan, layout eksisting, layout zonasi, layout sirkulasi, layout pengembangan
(pendek, menengah, dan panjang), dan rencana kebutuhan dan layout SBNP;

9) rancangan batas – batas Daerah Lingkungan Kerja/DLKr dan Daerah Lingkungan


Kepentingan/DLKp antara lain status lahan darat pelabuhan, kendala operasional
dan saran penyelesaian, layout rancangan batas – batas DLKr daratan, layout
rancangan batas – batas DLKr perairan, layout rancangan batas – batas /DLKp, plot
DLKr/DLKp dalam peta laut;

10) rona awal lingkungan, antara lain analisis sumber dampak pencemaran, kondisi
fasilitas penampung dan pengolah limbah, konsep ecoport, kebutuhan ruang terbuka
hijau, studi/ijin lingkungan eksisting, arahan studi lingkungan yang diperlukan; dan

11) Analisis ekonomi dan/atau finansial, antara lain metode analisis, biaya
pengembangan, dan analisis kelayakan ekonomi dan/atau finansial.

d. Laporan Dokumen Rampung (final report)

1) Dokumen Kajian Akademis Rencana Induk Pelabuhan; dan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 18


2) Kompilasi Data dan Analisis Prediksi, Dokumen Rencana Pembangunan dan
Pengembangan, serta Dokumen Rencana Induk Pelabuhan.Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary).

2.2.1. Inventarisasi Data Awal dan Data Sekunder

Dalam proses pengumpulan data awal dan sekunder, dikumpulkan data pendukung
yang harus diperoleh antara lain : seperti berikut ini:

a. Kebijakan terkait Lokasi, hierarki, gambaran wilayah, tataran tranportasi, struktur


tata ruang, Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang tercantum
dalam yang ada, meliputi antara lain:

1) Rencana Induk Pelabuhan Nasional / Tatanan Kepelabuhanan Nasional;

2) Tatanan Transportasi Nasional (Tatranas), Tatanan Transportasi Wilayah


(Tatrawil) dan Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok);

3) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota;


4)

5) Jaringan prasarana transportasi darat (jalan, terminal dan penyeberangan),


udara (bandara, trayek keperintisan dan komersial) serta laut (tol laut, trayek
perintis, trayek pelni, dan trayek kapal yang telah ada) serta rencana
pengembangannya (jika telah ada);;

6) Informasi mengenai pengembangan daerah-daerah yang termasuk MP3EI,,


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET), Kawasan Industri, Proyek Strategis Nasional, Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional serta Kawasan strategis pembangunan nasional lainnya
sesuai rencana Pemerintah Pusat;
7) Informasi mengenai daerah khusus, daerah tertinggal, terbelakang dan pulau
terluar;
8) Informasi terkait kawasan lindung, konservasi, taman wisata perairan, cagar
alam, cagar budaya, kearifan lokal, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau
Pulau Kecil (RZWP3K), dan Rencana Tata Ruang Laut Nasional; sertadan.

9) Informasi mengenai daerah rawan bencana.

b. Data Sosial Ekonomi Wilayah, Gambaran umum wilayah studi, meliputi antara lain:

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 19


1) Letak dan administratif wilayah;

2) Data Kependudukan Provinsi dan Kabupaten/Kota (min 5 tahun terakhir) (jumlah,


kepadatan, sebaran dan laju pertumbuhan);

3) Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Daerah;


4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan dan Berlaku;

5) Kegiatan Ekspor dan Impor;


6) Profil Potensi Investasi dan Pengembangan Industri di Daerah;

7) Data jaringan transportasi wilayah;


8) Potensi Komoditas Unggulan dan Pariwisata;

9) Kondisi Sosial Ekonomi dan lingkungan masyarakat setempat; dan


10) Data meteorologi dan klimatologi (antara lain suhu udara, kelembaban, arah
angin dan kecepatan angin, curah hujan, gempa dll).

c. Peta, dan gambar pendukung, antara lain:Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi

1) Peta pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pelabuhan;

2) Peta pola ruang dan peta struktur ruang tata guna lahan di sekitar lokasi rencana
pelabuhan; dan

3) Peta laut dari Dishidros TNI AL, dan peta geospasial dari Badan Informasi
Geospasial.;

4) Data status kepemilikan lahan di lokasi rencana pelabuhan;

5) Informasi mengenai daerah konservasi.

d. Dokumen perencanaan terkait yang telah dilaksanakan sebelumnya, antara lain :


/hasil studi terkait

1) Dokumen Pra Studi Kelayakan;

2) Dokumen Studi Kelayakan;

3) Hasil studi dan perencanaan pengembangan pelabuhan yang terkait;

4) Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area tertentu di


kawasan pelabuhan; dan

5) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pembangunan pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 20


e. Kondisi eksisting fasilitas pelabuhan, menjelaskan antara lain:

1) Gambaran umum pelabuhan yang menjelaskan antara lain letak administratif,


koordinat geografis, wilayah kerja, status kepemilikan lahan darat, kegiatan
yang dilayani, dan kondisi wilayah sekitar;

2) Data pelabuhan/terminal di sekitar lokasi;

3) Kondisi Jalan akses dari dan ke pelabuhan;

4) Apabila Terhadap pelabuhan yang telah memiliki fasilitas, maka ditambahkan


penyampaian diperlukan tambahan data dalam laporan, antara lain :

5)

 Data fasilitas pokok dan penunjang pelabuhan (uraian spesifikasi fasilitas);

 Data infrastruktur penunjang pelabuhan (air bersih, listrik dan


telekomunikasi);

 Layout fasilitas eksisting;

 Data spesifikasi kapal eksisting dan data kapal yang telah beroperasi di
wilayah sekitarnya;

 Data kedalaman kolam, alur dan kondisi perairan disekitarnya;

 Data peralatan bongkar muat;

 Data operasional pelabuhan (min lima tahun terakhir);

 Data kinerja pelabuhan; dan

 Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dan Sarana Telekomunikasi


Pelayaran.

6) Data Fasilitas Pelabuhan;

7) Layout Eksisting Pelabuhan;


8) Data kondisi Alur Pelayaran;
9) Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP);
10) Data Sarana Telekomunikasi Pelayaran.
11) Data operasional pelabuhan merupakan data historis mengenai
kondisi/karakteristik jasa angkutan laut yang diperlukan untuk analisis
kebutuhan pembangunan/pengembangan fasilitas pelabuhan, antara lain:

 Jumlah kunjungan kapal (ship call);

 Volume pergerakan barang (bongkar, muat, ekspor, dan impor);

 Jumlah pergerakan penumpang;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 21


 Rute/jaringan pelayaran; dan

 Tipe/jenis kapal yang beroperasi.

2.2.2. Wawancara dan kuesioner dengan instansi terkait

Wawancara / Kuisioner bertujuan untuk mendapat masukan dari stakeholder institusi


terkait ( antara lain dari: Penyelenggara Pelabuhan, Bappeda, Dinas Perhubungan,
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kelautan dan Perikanan,
operator sarana angkutan laut, masyarakat sekitar di lingkungan pelabuhan,
pengguna jasa pelabuhan, dan pihak – pihak terkait lainnya. Hasil dari wawancara ini
digunakan sebagai analisis awal untuk survey berikutnya.

a. BAPPEDA, untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan pengembangan wilayah


di sekitar kawasan perencanaan pelabuhan dalam kaitannya dengan perencanaan
wilayah makro;

b. Dinas Perhubungan, untuk mendapatkan gambaran arah kebijakan pengembangan


sektor perhubungan terutamanya perhubungan laut terkait dengan rencana
pengembangan kawasan pesisir di wilayah perencanaan serta rencana-rencana /
permasalahan menyangkut pengembangan sektor perhubungan atau transportasi;

c. Dinas Lingkungan Hidup, untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi lingkungan di


sekitar pelabuhan beserta faktor-faktor yang dapat mencemarkan lingkungan;

d. Dinas Pekerjaan Umum;

e. Operator Sarana Angkutan Laut untuk memperoleh data operasional pelabuhan;

f. Masyarakat sekitar pelabuhan;

g. Pengguna Jasa Pelabuhan;

h. Pihak-pihak terkait lainnya.

Jenis wawancara/kuesioner yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Wawancara Pendahuluan dan suvei karakteristik lingkungan

1) Wawancara dilakukan terhadap

2) Penyelenggara pelabuhan, antara lain untuk mendapatkan informasi awal


terkait kondisi eksisting pelabuhan, pola operasional, kendala dan
permasalahan, wilayah kerja, serta kondisi karakteristik wilayah perairan;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 22


3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, antara lain untuk mendapatkan
informasi terkait kebijakan pengembangan wilayah di sekitar kawasan
perencanaan pelabuhan dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah
makro;

4) Dinas Perhubungan, antara lain Bappeda) setempat untuk mendapatkan arah


kebijakan pengembangan sektor perhubungan (darat, laut, udara dan kereta
api) sehingga diperoleh gambaran pusat pergerakan dan rencana
pengembangan transportasi multi moda di daerah tersebut. Hasil dari
wawancara ini digunakan sebagai analisis awal untuk survey berikutnya;.

5) mengidentifikasi wilayah yang digunakan untuk transportasi, pusat pergerakan,


dan rencana pengembangan transportasi..

6) Dinas Lingkungan Hidup, antara lain untuk mendapatkan informasi mengenai


lokasi studi dan wilayah sekitarnya dilihat dari aspek dan status lingkungan;

7) Dinas Kelautan dan Perikanan, antara lain untuk mendapatkan informasi awal
terkait Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K), Tata
Ruang Laut dan kebijakan lainnya di Sektor Kelautan;

8) Operator sarana angkutan laut, antara lain untuk mengetahui sarana angkutan
laut eksisting, trayek, frekuensi, jumlah penumpang dan barang, kendala
operasional dan rencana pengembangan sarana;

9) Masyarakat sekitar di lingkungan pelabuhan, antara lain untuk mendapatkan


informasi tentang manfaat pelabuhan bagi masyarakat sekitar, peran serta
masyarakat dalam kegiatan kepelabuhanan, karakteristik dan budaya
masyarakat serta kearifan lokal; dan

10) Pengguna jasa pelabuhan n, baik penumpang maupun pengusaha penyedia


jasa, antara lain untuk mendapatkan informasi tingkat kepuasan pelayanan
kepelabuhanan.

b. Kuesioner dan wawancara lanjutan

Dilaksanaukan untuk mendapatkan data primer mengenai kondisi dan karakteristik


transportasi laut yang antara lain meliputi : kondisi pelabuhan, jaringan
transportasi laut, zona asal dan tujuan barang / penumpang, jenis dan ukuran

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 23


kapal, serta hambatan-hambatan. Selain itu juga untuk mendapatkan data
mengenai simpul transportasi seperti : pelabuhan, bandara, dan terminal yang
meliputi dapat menggambarkan antara lain: kapasitas, fasilitas, rute, kegiatan
operasional, kondisi fisik dan kondisi operasional eksisting untuk guna
mengetahui potensi dan simpul perpindahan antar moda transportasi.

Contoh form wawancara/kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.

c. Survey Karakteristik Lingkungan

Kuesioner diisi oleh masyarakat sekitar pelabuhan dengan tujuan mengetahui karakteristik
masyarakat di sekitar pelabuhan dan yang menjadi pengguna transportasi laut,
seperti kondisi fisik, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.

d. Observasi Simpul Transportasi Laut

Mendapatkan data primer mengenai kondisi dan karakteristik transportasi laut yang
meliputi : kondisi pelabuhan, jaringan transportasi laut, zona asal dan tujuan barang /
penumpang, jenis dan ukuran kapal, serta hambatan-hambatan.

e. Wawancara Simpul Transportasi Laut

Mendapatkan.

f. Karakteristik Laut

Mendapatkan informasi mengenai karakteristik wilayah perairan.

2.2.3. Survey Lapangan

Survey Lapangan dimaksudkan bertujuan untuk memperoleh data primer beserta


kondisi faktual yang ada di lapangan. Survey Lapangan yang dilakukan meliputi
kegiatan sebagai i survey-survey berikut :

a. Survey Topografi

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 24


Pengukuran Topografi seluas ± 10 (sepuluh) Ha (atau disesuaikan dengan
kondisi area darat pelabuhan). Pengukuran di lapangan bertujuan untuk
mendapatkan peta situasi dan detail bangunan-bangunan penting yang terdapat
dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan serta bertujuan untuk
mendapatkan peta situasi wilayah daratan pada lokasi rencana pembangunan
pelabuhan. Topografi mencakup batas-batas luar wilayah pelabuhan dan pemetaan
terhadap fasilitas-fasilitas eksisting di dalam wilayah pelabuhan dan sekitarnya.

b. Survey Bathimetri

Pengukuran Bathimetri seluas ± 30 (tiga puluh) Ha (atau disesuaikan dengan kondisi


pelabuhan) dilakukan pada perairan di sekitar lokasi pelabuhan, kedalaman diukur
dengan alat perum gema (echosounder) dan dilakukan dengan jarak antar lintasan 10
meter pada pelaksanaan sounding di daerah rencana pengembangan pelabuhan
(dermaga, breakwater, areal reklamasi, areal dan kolam pelabuhan). Sedangkan untuk
daerah alur dan areal perairan peruntukan lainnya dilakukan dengan jarak antar lintasan
20 meter. Pengukuran lokasi dan sekitar pelabuhan dan bertujuan untuk mendapatkan
peta bathimetri situasi wilayah perairan pada lokasi rencana pembangunan pelabuhan.
Survey bathimetri mencakup kerapatan, kedalaman yang diukur sampai batas dari alur
pelayaran masuk.

c. Survey Hidrooseanografi, antara lain dilaksanakan dengan berpedoman pada


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Survei Hidrooceanografi di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut, antara lain:

1) Survey Bathimetri

Pengukuran Bathimetri seluas ± 30 (tiga puluh) Ha (atau disesuaikan dengan


kondisi perairan pelabuhan) dilakukan pada perairan di sekitar lokasi pelabuhan.

2) Pengamatan pPengamatan pasang surut

a) Maksud Tujuan pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk


menentukan kedudukan air tertinggi (HWS) , duduk tengah (MSL) dan air
terendah (LWS) dan selanjutnya digunakan untuk menetapkan besarnya
nilai pasang surut air laut di perairan rencana yang dicapai maupun
kedudukan LWS;

b) Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama minimal 29 hari secara


terus menerus dengan melakukan pencatatan besarnya kenaikan air laut

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 25


yang terjadi di lokasi rencana. Rambu/Palem pengamatan pasang surut
harus diletakkan pada daerah yang diperkirakan selalu terendam (tidak
boleh kering). /pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15
hari terus menerus menggunakan alat pencatat otomatis.

3) PengPengukuranukuran a Arus

Pengukuran arus dilakukan minimal pada 2 (dua) lokasi di perairan lokasi


pelabuhan, dimana pada setiap titik lokasi diambil 3 (tiga) sampel pengukuran
pada kedalaman 0,2 d, 0,6 d, dan 0,8 d (d = kedalaman air di lokasi) dengan
hasil pengamatan berupa arah dan kecepatan arus pada kedalaman rata –
rata tersebut. Pengukuran dilakukan dengan alat current meter. Durasi
pengukuran pada titik ukur dilakukan selama 25 jam dengan interval
pengambilan data setiap 1 jam, pengukuran diatur untuk dapat memberikan
informasi arus ketika periode surut (neap) dan periode pasang (spring).
Pengalaman kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 (dua) lokasi;

3) Pengukuran Pengukuran sedimentasi

Sedimen layang (total suspended solid) diambil sebanyak 2 (dua) titik sampel
dan pada masing-masing titik sampel dilakukan pengambilan sedimen layang
pada 3 (tiga) kedalaman yaitu 0,2 d, 0,6 d dan 0,8 d untuk memperoleh nilai
sedimen layang sebagai indikator awal ada tidaknya potensi pendangkalan di
perairan pelabuhan.

4) Pengambilan data angin dan simulasi gelombang

Data angin digunakan sebagai bahan kajian penentuan arah dan besar angin
dominan (wind rose), yang diperoleh antara lain dari Badan Meteorologi
Klimatologi Geofisika (BMKG) dengan kebutuhan minimal data 10 (sepuluh)
tahun terakhir. Selanjutnya data tersebut disimulasikan dengan program
komputer sehingga diperoleh perkiraan arah dominan dan tinggi gelombang
maksimum di perairan pelabuhan serta perkiraan waktu layan operasional
pelabuhan dalam satu tahun. .

d. Survey Permintaan Jasa Angkutan Laut

Survey lapangan untuk permintaan jasa angkutan laut dilakukan bila tidak tersedia
data operasional yang memadai untuk dijadikan bahan analisis kebutuhan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 26


pembangunan/pengembangan fasilitas pelabuhan. Survey ini berupa
pengumpulan data yang antara lain meliputi:

1) Jumlah kunjungan kapal (ship call);


2) Jumlah pergerakan penumpang;
3) Volume pergerakan barang;
4) Rute/jaringan dan status pelayaran; dan
5) Tipe/jenis kapal yang beroperasi.

2.2.4. Analisis Data

Analisis mendalam /terinci perencanaan pembangunan / pengembangan pelabuhan


harus meliputi memenuhi ke 5 (lima) aspek perencanaan pembangunan /
pengembangan pelabuhan, yaitu:

a. Analisis kebijakan

1) Kajian keterpaduan rencana pembangunan / pengembangan pelabuhan


antara lain dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota setempat dan kebijakan terkait
lainnya; dan

2) Kajian kebijakan di bidang lingkungan seperti antara lain kajian tentang


kawasan konservasi, kawasan lindung, taman wisata perairan dan lainnya
untuk mendapatkan gambaran awal kesesuaian lokasi
pembangunan/pengembangan pelabuhan dengan kebijakan di bidang
lingkungan sehingga dari awal dapat diperkirakan mitigasi jika yang
diperlukan.;

b. Analisis Teknis

1) Kajian hasil survey topografi yang menggambarkan kondisi elevasi area darat
untuk memperkiraan rencana kegiatan area darat yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan pembangunan/ pengembangan pelabuhan;.

2) Kajian hasil survey hidro-ocseanografi, meliputi kajian hasil survey bathimetri


(yang menggambarkan kedalaman dan kondisi perairan (untuk memperkirakan
rencana kebutuhan fasilitas dan rencana kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mendukung operasional dan keselamatan pelayaran), kajian pasang surut,

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 27


simulasi (arus, sedimen, dan gelombang untuk menentukan tata letak
dermaga), pertimbangan kebutuhan fasilitas penahan/ pemecah gelombang
serta kebutuhan fasilitas lainnya, sehingga dapat diperkirakan waktu
pelayanan operasional pelabuhan dalam satu tahun (guna mengetahui apakah
perairan aman untuk operasional sarana angkutan laut sepanjang tahun atau
hanya dapat digunakan pada bulan-bulan tertentu saja);. dalam pembuatan dan
penetapan arah arus dan gelombang di lokasi rencana pelabuhan untuk penetapan
arah/posisi dermaga;

3) Kajian alur pelayaran dan kebutuhan zona perairan pelabuhan sebagai


penunjang operasional dan kawasan keselamatan pelayaran (turning basin area);

4) Evaluasi Kajian kebutuhan, jenis dan spesifikasi fasilitas pelabuhan yang


dibutuhkan sampai dengan rencana pembangunan jangka panjang tahap akhir
(ultimate phase);

5) Analisis Kajian prakiraan kebutuhan lahan sampai dengan rencana


pembangunan jangka panjang pelabuhan tahap akhir; dan

6) Evaluasi Kajian kondisi fisik dan daya dukung lahan di lokasi rencana pelabuhan;

7) Kajian kebutuhan Ketersediaan utilitas dan sarana pendukung operasional


(jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi).

8) ;

9) Evaluasi topografis permukaan lahan rencana lokasi pelabuhan;

10) Kondisi dan ketersediaan lahan;

11) Potensi pendangkalan;

2) Kendala pelaksanaan konstruksi;

3) Ketersediaan akses/jalan masuk;

4) Kajian terhadap kendala kondisi alam yang menjadi batasan dalam pengembangan
pelabuhan.

c. Analisis Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Laut

Analisis Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Laut merupakan tahap pengolahan


data pergerakan barang, penumpang dan lalu lintas angkutan laut kapal sebagai
dasar evaluasi terhadap kapasitas fasilitas eksisting dan / atau perencanaan
kebutuhan pembangunan / pengembangan fasilitas pelabuhan. sampai dengan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 28


tahun target perencanaan, dengan memperhatikan program pemerintah dalam rangka
mewujudkan Sistem Transportasi Nasional dan kebijakan/strategi pengembangan
wilayah serta potensi ekonomi daerah setempat, yang mencakup :

1) Analisis prakiraan permintaan jasa angkutan laut 20 tahun kedepan dengan


mempertimbangkan pertumbuhan dan potensi wilayah di wilayah perencanaan
Provinsi/Kabupaten setempat, meliputi:

 Prakiraan jumlah pergerakan kapal tahunan;

 Prakiraan jumlah pergerakan penumpang tahunan;

 Prakiraan volume barang tahunan;

 Prakiraan jaringan/rute pelayaran masa mendatang; dan

 Prakiraan waktu pengoperasian jenis dan ukuran kapal dimasa mendatang.

2) Analisis Asal Tujuan Lalu Lintas Kapal (Origin Destination Analysis); dan

3) Analisis Pergantian Antar Moda Angkutan (Modal Split Analysis)

08022018

d. Analisis Operasional

1) Analisa kebutuhan sdm untuk operasional pelabuhan;

2) kajian jenis dan ukuran kapal yang diperkirakan akan beroperasi di


pelabuhan (termasuk identifikasi kapal ukuran terkecil, rata-rata, dan terbesar);

3) kajian pengaruh gelombang dan arus terhadap operasi pelabuhan (melalui


wawancara dengan penyelenggara pelabuhan dan analisa teknis menggunakan
data primer perihal lamanya operasional sepanjang tahun atau tidak) ;

4) kajian alur dan kawasan perairan pelabuhan bila ada pelabuhan lain
disekitarnya;

5) kajian pengaturan operasional pelabuhan;

6) kajian dukungan peralatan bongkar muat; dan

7) kajian dukungan peralatan SBNP.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 29


e. Analisis Kebutuhan Pengembangan

Rencana pengembangan fasilitas pelabuhan juga harus mengacu sejalan dengan


pada kebijakan pembangunan, arahan tata ruang dan analisis prakiraan
permintaan jasa angkutan laut tersebut. dan selanjutnya harus menyusun Konsep
pengembangan fasilitas pelabuhan yang harus diwujudkan dengan terlebih dahulu
melihat fasilitas eksisting terbangun, dalam target kemampuan layanan
/operasional pelabuhan eksisting (antara lain BOR, YOR, SOR), target rencana
layanan sampai jangka panjang, tahapan pengembangan, dan tahapan
pelaksanaan pembangunannya.

Analisis kebutuhan jenis fasilitas pelabuhan dan termasuk kebutuhan lahan harus
berdasarkan pada mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional berdasarkan hierarki pelabuhan yang ada dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional.

Analisis kebutuhan jenis fasilitas pelabuhan meliputi:

1) Kebutuhan fasilitas pokok dan penunjang wilayah daratan;

2) Kebutuhan fasilitas pokok dan penunjang wilayah perairan;

3) Kebutuhan sarana bantu navigasi pelayaran; dan

4) Kebutuhan fasilitas penunjang;

5) Kebutuhan utilitas pendukung operasional pelabuhan seperti listrik, telepon,


sistem penerangan, sistem drainase, air bersih, sewage treatment, fuel supply,
dan jaringan jalan.

f. Analisis Kebutuhan Biaya dan Tahapan Pembangunan

Analisis kebutuhan biaya pembangunan merupakan perhitungan perkiraan biaya


pembangunan pelabuhan yang dibuat secara rinci disesuaikan dengan
pentahapan pembangunan fasilitas pelabuhan yang optimal berdasarkan standar
satuan harga terakhir yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga diperoleh
perkiraan kebutuhan biaya pada saat pelaksanaan pekerjaan. Dalam penghitungan
perkiraan kebutuhan biaya dalam pembuatan rencana induk pelabuhan dapat
menggunakan Standar Biaya Kementerian / Lembaga, dan Harga Satuan Daerah
Setempat yang terbaru dan telah disahkan.

Analisis kebutuhan biaya agar yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dan
atau satuan harga pasar yang berlaku setelah memperhatikan hasil analisa ekonomi

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 30


dan finansial serta kemampuan dan skema pendanaan. Tahapan pelaksanaan
pembangunan merupakan pedoman pembangunan fasilitas pelabuhan yang
berdasarkan skala prioritas serta kemampuan pendanaan sesuai hasil analisa
kebutuhan biaya.

Dipindah ke analisis lainnya

e. Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup

identifikasi dampak lingkungan hidup merupakan identifikasi awal kemungkinan


timbulnya dampak pada lokasi pelabuhan dan sekitarnya akibat penyelenggaraan
operasi pelayaran, yang meliputi:

1) pencemaran udara dan air akibat pengoperasian kapal laut;

2) dampak terhadap flora dan fauna;

3) dampak terhadap sosial, ekonomi dan budaya;

4) kesehatan masyarakat; dan

5) pengendalian limbah padat dan cair; dan

6) rekomendasi jenis studi lingkungan yang harus dilakukan.

2.2.5. Rancangan Rencana Pembangunan dan/atau Pengembangan

Kebutuhan ruang dihitung dengan mempertimbangkan kebutuhan fasilitas pelabuhan


sesuai dengan hierarkinya dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional / Tatanan
Kepelabuhanan Nasional dan ketersediaan area.

a. Perencanaan Kebutuhan Ruang Daratan

Adalah rencana peruntukan wilayah daratan untuk dalam Rencana Induk


Pelabuhan yang disusun berdasarkan kriteria kebutuhan yang terdiri dari dari
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 31


1) Fasilitas Pokok, meliputi:

a) Dermaga;

b) gudang lini 1;

c) lapangan penumpukan lini 1;

d) terminal penumpang;

e) terminal peti kemas;

f) terminal ro-ro;

g) fasilitas penampungan dan pengolahan limbah;

h) fasilitas bunker;

i) fasilitas pemadam kebakaran;

j) fasilitas gudang untuk Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun (B3); dan

k) fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu


Navigasi-Pelayaran (SBNP);

l) terminal curah cair;

m) terminal curah kering;

n) car terminal;

o) terminal multipurpose;

p) terminal daratan (dryport); dan/atau

q) fasilitas pokok lainnya sesuai perkembangan teknologi.

2) Fasilitas Penunjang, meliputi:

a) kawasan perkantoran;

b) fasilitas pos dan telekomunikasi;

c) fasilitas pariwisata dan perhotelan;

d) instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi;

e) jaringan jalan dan rel kereta api;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 32


f) jaringan air limbah, drainase, dan sampah;

g) areal pengembangan pelabuhan;

h) tempat tunggu kendaraan bermotor;

i) kawasan perdagangan;

j) kawasan industri; dan

k) fasilitas umum lainnya antara lain tempat peribadatan, taman, tempat


rekreasi, olah raga, jalur hijau dan kesehatan.

b. Perencanaan Kebutuhan Ruang Perairan

Adalah rencana peruntukan wilayah perairan untuk dalam Rencana Induk


Pelabuhan yang disusun berdasarkan kriteria kebutuhan fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang.

1) Fasilitas pokok meliputi:

a) alur-pelayaran;

b) perairan tempat labuh;

c) kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;

d) perairan tempat alih muat kapal;

e) perairan untuk kapal yang mengangkut Bahan / Barang Berbahaya dan


Beracun (B3);

f) perairan untuk kegiatan karantina;

g) perairan alur penghubung intra-pelabuhan;

h) perairan pandu; dan

i) perairan untuk kapal pemerintah; dan/atau

j) terminal terapung.

2) Fasilitas Penunjang meliputi:

a) perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;

b) perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;

c) perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);

d) perairan tempat kapal mati;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 33


e) perairan untuk keperluan darurat; dan

f) perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan.

Dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan tidak hanya mencakup


perencanaan besaran kebutuhan fasilitas pelabuhan tetapi juga perencanaan
penzonasian wiayah daratan dan perairan dalam setiap pentahapan
pengembangan. Tahapan pengembangan pelabuhan dibagi dalam 3 (tiga) tahapan
yaitu:

1. Jangka pendek (0 s.d. 5 tahun);

2. Jangka menengah (0 s.d. 10 tahun); dan


3. Jangka panjang ( 0 s.d. 20 tahun).

2.3. Hasil Studi Rencana Induk Pelabuhan

Hasil Studi Rencana Induk Pelabuhan terdiri dari 3 (tiga) 2 (dua) dokumen yang harus
diserahkan secara lengkap yaitu:

a. Buku 1 Dokumen Kompilasi Data dan Analisis Prediksi (format A4),

b. Buku 2 Dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan (format A4);

c. Buku 3 Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Dokumen Rencana Induk Pelabuhan


(format A3 A4).

a. Buku 1 Laporan Akhir Studi Rencana Induk Pelabuhan;

b. Buku 12 Kajian Akademis Rencana Induk Pelabuhan; dan

c. Buku 232 Dokumen Rencana Induk Pelabuhan.

2.3.1. Buku 1 Dokumen Kompilasi Data dan Analisis Prediksi Kajian Akademis
Rencana Induk Pelabuhan

Dokumen Kompilasi Data dan Analisis Prediksi mMerupakan laporan final pelaksanaan
kegiatan studi penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan, dan yang
mengulasmembahas secara komprehensif, dengan kerangka laporan minimal:

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 34


a. Persiapan dan Pengumpulan data dan fakta lapangan, baik yang diperoleh dari data
sekunder (buku, catatan, bukti yang telah ada, arsip, internet, dan studi literatur lainnya)
dan data primer (wawancara, kuesioner , focus group discussion (FGD), observasi, hasil
pengujian, survey, dan fakta lapangan (termasuk kondisi eksisting fasilitas pelabuhan));

b. analisis data meliputi analisis kebijakan, analisis perubahan lingkungan strategis,


analisis teknis, analisis prakiraan permintaan jasa angkutan laut, analisis operasional,
analisis awal kebutuhan pengembangan, dan analisis kebutuhan biaya dan tahapan
pembangunan serta identifikasi permasalahan lingkungan.

2.3.2. Buku 2 Dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan

c. Dokumen ini menuangkan hasil analisis kebutuhan fasilitas pelabuhan kedalam rencana
pentahapan pembangunan dan pengembangan pelabuhan untuk jangka pendek (5
tahun), jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (20 tahun). Rencana
pengembangan juga dituangkan dalam layout/peta dan diberi warna yang berbeda untuk
setiap pentahapan. Dalam dokumen ini disusun pengaturan zonasi daratan dan perairan
serta rancangan DLKr/DLKp dalam bentuk peta berdasarkan perhitungan kebutuhan
fasilitas perairan.

Analisis yang disampaikan dalam dokumen ini merupakan kajian komprehensif, yang
membahas antara lain :

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang, adalah penjelasan tentang alasan/justifikasi yang mendasari


sehingga diperlukan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan, antara lain arahan
dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 73 (1) “
Setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan”. Selain itu,
menjelaskan kebutuhan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan untuk pengaturan
ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungaagn Kepentingan Pelabuhan,
yang dapat diterapkan dalam operasional pelabuhan, dan sebagai pedoman/dasar
untuk melakukan pengembangan pelabuhan tersebut;

2. Dasar Hukum, merupakan norma hukum atau kententuan dalam peraturan


perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar menjelaskan landasan
hukum dalam penyusunan Rencana Induk Pelabuhan dan hierarki pelabuhan
tersebut dalam Tatanan Kepelabuhanan Nasional, merupakan peraturan terkait,
terbaru, dan masih berlaku;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 35


3. Maksud dan Tujuan, yang menjelaskan maksud (penjelasan secara luas/makro)
dan tujuan (menjelaskan secara rinci/mikro penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan di lokasi pelabuhan tersebut;

4. Hierarki Pelabuhan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional;

5. Lokasi Studi dengan dilengkapi peta lokasi.

Bab II Gambaran Umum dan Kebijakan Pengembangan Wilayah

1. Antara lain :

2. Gambaran Umum Wilayah Provinsi; dan

3. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten/Kota;.

Yang masing-masing mengkaji paling sedikit mencakup:

a. Letak dan administrasi wilayah;

antara lain menjelaskan letak georafis, batas wilayah, luas wilayah, jumlah
kabupaten/kecamatan/kelurahan.

b. Kondisi fisik dan klimatologi;

Antara lain menjelaskan secara umum kondisi fisik dasar (antara lain kondisi
daratan, kondisi perairan, geologi/tanah, potensi bencana dll) dan kondisi
klimatologi (cuaca, iklim, suhu udara, curah hujan, angin dll).

c. Kondisi kependudukan;

Antara lain menjelaskan kondisi sosial penduduk antara lain dilhat dari
jumlah, kepadatan, mata pencarian, pendidikan dll.

d. Kondisi perekonomian;

Antara lain menampilkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan.

e. Potensi wilayah;

Antara lain mengulas Lapangan Usaha dominan pendongkrak kenaikan nilai


PDRB yang disampaikan dalam kondisi perekonomian, sehingga diperoleh
sektor unggulan daerah.

f. Jaringan transportasi wilayah;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 36


Menyampaikan jaringan transportasi darat (jalan dan rel), tranportasi air (laut,
sungai dan danau) dan udara, dengan menyampaikan peta dan uraian fasiltas
terbangun maupun rencana baik sarana maupun prasarana (terminal, stasiun,
pelabuhan dan bandara) sehingga diperoleh gambaran angkutan multimoda
dan dampak/keterkaitan dengan pelabuhan rencana;

g. Sinopsis rencana tata ruang wilayah, rencana pengembangan, dan kebijakan


wilayah di sektor transportasi dan sektor terkait;

h. Peta pola ruang / tata guna lahan wilayah;

Antara lain :

 menampilkan peta pola ruang wilayah;

 menguraikan rencana distribusi peruntukan ruang (rencana peruntukan


ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya); dan

 menyimpulkan menyampaikan uraian singkat bagaimana kesesuaian lokasi


pelabuhan dengan pola ruang wilayah.

i. Peta struktur ruang wilayah;

 Antara lain :

 menampilkan peta struktur ruang wilayah;

 menguraikan kerangka tata ruang wilayah yang tersusun atas pusat-pusat


kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem
jaringan prasarana wilayah (terutama jaringan transportasi);

 menguraikan sistem prasarana utama (sistem jaringan transportasi darat


(jalan, kereta api, sungai, danau, dan penyeberangan), laut, dan udara);

 menguraikan sistem prasarana wilayah lainnya (sistem jaringan : energi


/kelistrikan, telekomunikasi, sumber daya air, prasarana lingkungan
(jaringan persampahan, sumber air besih, jalur evakuasi bencana), dan
sistem jaringan prasarana yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan wilayah;

j. mengenai wilayah dimana pelabuhan berada, termasuk lokasi pelabuhan


secara administratif, kondisi kependudukan dan perekonomian wilayah, serta
potensi komoditas yang ada di wilayah perencanaan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 37


Selain itu, Diharapkan dalam bab ini diperoleh gambaran juga diuraikan kesesuaian
rencana atau lokasi pelabuhan dengan kebijakan pengembangan daerah setempat
terkait, yang meliputi antara lain:

1. Rencana Induk Pelabuhan Nasional / Tatanan Kepelabuhanan Nasional;

2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi;

3. Tatanan Transportasi Wilayah (Tatrawil);

4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota;

5. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR);

6. Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok);

7. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K); dan

8. Jaringan prasarana transportasi, rencana pengembangan dan Kebijakan


pengembangan wilayah lainnya.

Bab III Kondisi Eksisting Pelabuhan

1. Data eksisting yang disampaikan meliputi:

2. Paling sedikit mencakup :

3. Gambaran Umum Pelabuhan

Paling sedikit mencakup :

a.

b. Letak administratif pelabuhan;

Yang menyampaikan letak pelabuhan di desa/kelurahan, n ... kecamatan, ... ,


kabupaten/kota, dan ... , provinsi; ... .

c. Koordinat geografis pelabuhan (derajat, menit, detik) dan koordinat UTM dalam
peta Rupa Bumi Indonesia (one map policy);

d. Wilayah kerja pelabuhan (berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan terkait);

e. Status kepemilikan lahan pelabuhan;

f. Kegiatan yang dilayani di pelabuhan (;

g. Menyampaikan apakah pelabuhan melayani angkutan barang umum (general


cargo), penumpang, petikemas, curah dll).;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 38


h. Kondisi wilayah di sekitar pelabuhan ;

i. Mengulas kondisi hasil survey lapangan wilayah disekitar pelabuhan (pemukiman,


pertokoan, pasar, kebun kosong milik masyarakat, rawa, daerah pemakaman
dll) yang dilengkapi dengan gambar citra satelit dan foto udara);

j. Pemetaan pelabuhan/terminal di sekitar pelabuhan studi yang terindikasi


terkait potensi hinterland dan foreland, dan ;

k. Hhanya menyampaikan pelabuhan / terminal eksisting dan bukan rencana;

l. Hinterland dan foreland pelabuhan (yang dilengkapi dengan peta);

m. Kondisi akses jalan dari dan menuju pelabuhan yang dilengkapi kelas jalan dan
foto serta rute angkutan umum;

n. Kondisi umum perairan;

Menguraikan kondisi umum perairan, antara lain :

 Letak pelabuhan (di laut, didalam sungai, terbuka, terlindung,


diteluk/tanjung);

 ilustrasi kondisi perairan dengan menyampaikan kecuraman/kelandaian


perairan dan jarak yang harus dicapai untuk mencapai garis kontur – 5 m
LWS dan – 10 m LWS;

 ada tidaknya rintangan di perairan (keramba, karang, sedimentasi, kapal


tenggelam dll); dan

 permasalahan umum kondisi bathimetri (adanya potensi sedimentasi,


adanya gelombang tinggi, adanya arus tinggi, terbatasnya ruang perairan
dll).

o. Kondisi umum daratan pelabuhan;

p. Menguraikan kondisi umum daratan pelabuhan.

q. Kondisi pasang surut, dengan ;

r. Mmenyampaikan nilai pasang surut yang dilengkapi dengan data pengamatan


pasut, grafik pasang surut dan nilai LWS, MSL, dan HWS (nilai LWS ± 0 m
LWS);).

s. Kondisi potensi sedimentasi;

t. Kondisi arus dan gelombang.

 menyampaikan data angin setempat (mawar angin) min 10 tahun terakhir;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 39


 disimulasikan dengan program komputer;

 menyampaikan mawar gelombang (wave rose);

 menyampaikan kondisi arus terkecil, rata rata, dan terbesar (arah dan
besar);

 kesimpulan analisa gelombang di lokasi (arah dan tinggi gelombang


dominan);

 perkiraan kemungkinan operasional pelabuhan dalam satu tahun


(beroperasi sepanjang tahun atau hanya pada bulan tertentu) dengan
memperhatikan gelombang, arus, dan pasang surut.

2. Fasilitas Eksisting Pelabuhan

a. Layout fasilitas eksisting;

 Menyampaikan Layout Fasilitas yang memperlihatkan kondisi daratan


(kontur topografi), perairan (kontur bathimetri), dan fasilitas pelabuhan
eksisting yang telah terbangun. Merupakan gambar teknis (berskala dan
berdimensi) yang dilengkapi dengan kontur per 1 meter yang dapat menampilkan
seluruh fasilitas eksisting termasuk batas areal darat pelabuhan, batas lapangan
penumpukan, dan fasilitas pelabuhan serta menampilkan seluruh daftar fasilitas.
Layout fasilitas harus sesuai dengan daftar fasilitas pokok dan penunjang serta
kondisi eksisting; dan

 Menyampaikan foto kondisi eksisting fasilitas pelabuhan terbangun di


Layout Fasilitas.

b. Fasilitas pokok dan penunjang pelabuhan;

c.

 Menyampaikan informasi tentang daftar fasilitas, satuan, ukuran, dan


informasi lain (tahun pembangunan, kondisi, kapasitas,dll) yang
disampaikan dalam bentuk tabel;

Contoh penyajian data fasilitas pelabuhan dituangkan dalam tabel berikut:

Tabel 2. 1 Contoh Penyajian Fasilitas Eksisting Pelabuhan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 40


No Fasilitas Satuan Dimensi Keterangan
Tahun 1992, beton,
1 Dermaga m2 41 x 8
pondasi tp baja, rusak berat
(59,5 x 6) + Tahun 1992, beton,
2 Trestle m2
(10,5 x 17) pondasi tp baja, baik
Tahun 1995, perkerasan
3 Causeway m2 68 x 6 aspal dan sirtu, rusak
ringan
Tahun 1995, reklamasi
4 Lahan Darat m2 12.465
urugan tanah, baik
Revertment/Talud Tahun 1995, pasangan batu
5 m' 399
Lahan Darat kosong, baik
Tahun 1995, perkerasan
6 Jalan Lingkungan m2 261 X 6 aspal dan sirtu, rusak
ringan
7 Kantor Pelabuhan m2 13 X 8 Bangunan permanen
Rusak berat, tidak dapat
8 Gudang Pelabuhan m2 10 X 15
digunakan
9 Kantor Karantina m 2
5x7
Pagar Kantor Tahun 1997
10 m' 70
Pelabuhan
Lampu Penerangan Tahun 1996, Tidak
11 unit 5
Jalan Pelabuhan berfungsi
12 Rambu Suar Pelabuhan unit 1 baik

 Menyampaikan informasi terkaitS spesifikasi dermaga antara lain


menyampaikan type konstruksi, dimensi, kekuatan dan kapasitas layanan
(bila ada);

d. Spesifikasi kapal eksisting yang tambat di pelabuhan, dengan m;


 Menyampaikan kapal terkecil, ukuran kapal yang sering tambat (modus) dan
kapal terbesar yang pernah tambat di pelabuhan yang dilengkapi dengan
panjang, lebar, dan draft kapall eksisting;.
e. Spesifikasi alur dan kolam pelabuhan, dengan ;
 Mmenguraikan kondisi alur dan kolam pelabuhan eksisting serta
menyampaikan kendala operasional yang mungkin terjadi;.
 Data peralatan bongkar muat; dan.

 Data utilitas/sarana penunjang lainnya yang selama ini membantu


operasional pelabuhan.

f. Data operasional pelabuhan

Data trafik pelabuhan yang disampaikan adalah data minimum 5 (lima) tahun
terakhir mencakup, antara lain :

 Arus volume bongkar muat (peti kemas, barang umum/general cargo, curah
dll);

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 41


Data volume bongkar muat yang disajikan menjelaskan tentang jenis,
jumlah, dan komoditas dominan yang dibongkar / diangkut, ;

dibagi menurut jenis barang dan dipisahkan antara barang yang dibongkar
dengan barang yang dimuat, dan ;

ditampilkan dalam tabel dan diagram garis.

Tabel 2. 2 Contoh Penyajian Data Bongkar Muat

Jumlah Muatan
No Tahun Total Barang (ton)
Bongkar (ton) Muat (ton)
1. 2016 13.956 4.575 18.531
2. 2017 16.077 4.276 20.353
3. 2018 21.169 9.265 30.434
4. 2019 21.602 22.542 44.144
5 2020 65.259 9.527 74.786
6 2021 71.084 25.323 96.407

 Arus naik turun penumpang

Data penumpang yang disajikan adalah penumpang yang menggunakan


kapal laut. Data penumpang yang menggunakan kapal ferry/penyeberangan
agar tidak dimasukkan ke dalam data, dan ;

Arus naik dan turun dipisahkan dan ditampilkan dalam tabel dan diagram
garis.

Tabel 2. 3 Contoh Penyajian Data Naik Turun Penumpang

Penumpang Jumlah Penumpang


No Tahun
Turun Naik (orang)
1. 2016 7.161 7.873 15.034
2. 2017 6.882 7.625 14.507
3. 2018 6.603 7.171 13.774
4. 2019 6.578 6.464 13.042
5 2020 7.490 7.996 15.486
6 2021 8.007 8.653 16.660

o
 Arus kunjungan kapal/ship call, ;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 42


 Jumlah kunjungan kapal yang disajikan dan dibagi ke dalam jenis dan bobot
kapal; dan

 Trayek kapal Pelni, Perintis, dan Tol Laut..

Tabel 2. 4 Contoh Penyajian Data Kunjungan Kapal

Kunjungan Kapal

Kapal Kapal Peti Total Kunjungan


Tahun Kapal Barang
Penumpang Kemas Kapal

unit (GT) unit (GT) unit (GT) unit (GT)

20151999 24 35.677 51 768.553 - - 75 804.230

201600 18 18.355 45 609.042 - - 63 627.397

201701 19 12.672 64 932.840 8 23.318 91 968.830

201802 * 13 8.713 56 817.420 14 41.918 83 868.051

2002 * 13 8.713 56 817.420 14 41.918 83 868.051

Trayek kapal Pelni, Perintis, Tol Laut dll

g. Kinerja Operasional Pelabuhan (BOR, YOR, SOR dll)


Menghitung dan menganalisa kinerja operasional pelabuhan min 5 (lima) tahun
terakhir, antara lain :
 Waiting time (WT);
 Approach Time (AT);
 Berth Time (BT), Effective Time (ET), ET/BT;
 Turn Round Time (TRT) dan Produktivitas;
 Berth Occupancy Ratio (BOR);
 Shed Occupancy Ratio (SOR);
 Yard Occupancy Ratio (YOR);

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 43


 Berth Throughput (BTP);
 Kesiapan Operasi Peralatan.
h. Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).
12) cakupan wilayah yang dilayani (daerah hinterland dan foreland);
13) komoditas utama pada daerah hinterland;
14) jaringan transportasi yang menjadi akses dari dan ke pelabuhan;
15) data fasilitas pelabuhan dan peralatan bongkat muat;
16) data operasional pelabuhan dalam 5 (lima) tahun terakhir;
17) kondisi alur pelayaran;
18) layout eksisting pelabuhan;
Selain itu, diuraikan mengenai kondisi alam dan hal-hal yang menjadi kendala
dalam pengembangan pelabuhan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai
fakta-fakta yang ada di lapangan. Disampaikan layout pelabuhan eksisting dan
peta-peta pendukung seperti peta sebaran pelabuhan sekitar.

15102018

Bab IV Analisa dan Prediksi Analisis Prakiraan Jasa Angkutan Laut

Bab ini menjelaskan Berisi hasil analisis dari data yang diperoleh baik primer
maupun sekunder. melalui pengamatan di lapangan maupun data sekunder yang telah
tersedia. Data trafik kunjungan kapal, bongkar muat barang, naik turun
penumpang di pelabuhan diproyeksikan dalam kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun ke depan untuk didapatkan perhitungan memperoleh perkiraan kebutuhan
rencana pengembangan pelabuhan (wilayah daratan dan perairan).

1. Metode Analisis

Menyampaikan uraian singkat, berbagai metode analisis yang dapat


digunakan untuk melakukan analisis dalam Rencana Induk Pelabuhan.
Beberapa metode proyeksi yang dapat diterapkan untuk memperkirakan trafik
di pelabuhan antara lain:

a. Model Trend Analysis

Peramalan dengan metode ini merupakan metode sederhana yang biasa


dilakukan. Dasar dari metode ini adalah data historis dari aspek yang
ditinjau, sedangkan analisis dilakukan dengan memperhatikan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 44


kecenderungan perkembangan data yang ada dengan menganggap data
tersebut yang menentukan variasi lalu lintas akan terus menunjukkan
hubungan-hubungan yang serupa pada masa depan. Bentuk-bentuk
Model Trend Analysis yang lazim digunakan antara lain:

 Metode Regresi Linear (kurva garis lurus);

 Metode Persamaan Eksponensial;

 Metode Modifikasi Eksponensial;

 Metode Persamaan Geometrik.

b.

c. Market Analysis Method

Metode ini telah menjadi teknik yang banyak dipakai untuk


memperkirakan permintaan tingkat lokal, dan kegunaan yang paling
umum adalah dalam penentuan bagian kegiatan lalu lintas tertentu. Data
historis dipelajari untuk menetapkan rasio dari lalu lintas atau pelabuhan
terhadap lalu lintas secara makro, dan kecenderungan dipastikan.

Dari sumber-sumber asal ditetapkan tingkat- tingkat kegiatan nasional


yang diproyeksikan, kemudian nilai-nilai tersebut dibagikan kepada
pelabuhan berdasarkan kecenderungan- kecenderungan yang diamati
dan yang diproyeksikan.

Metode-metode ini terutama berguna dalam penerapan dimana dapat


diperlihatkan bahwa bagian pasar adalah parameter yang tetap, stabil
atau dapat diramalkan.

Metode proyeksi untuk memperkirakan kunjungan kapal dapat dilakukan


dengan berdasarkan volume barang dan ukuran kapal rencana.
Kunjungan kapal tidak dapat diproyeksikan berdasarkan trend data
sebelumnya, karena bergantung pada volume barang dan ukuran kapal
yang akan digunakan pada setiap tahapan pengembangan.

Metode proyeksi yang digunakan dalam analisis disesuaikan dengan data


yang didapatkan.

Untuk analisis Rencana Induk Pelabuhan di lokasi pelabuhan baru yang


sama sekali belum mempunyai data trafik, maka proyeksi dapat dilakukan
dengan cara asumsi persentase komoditi yang akan diangkut melalui

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 45


pelabuhan. Selain itu, dapat dilakukan uji korelasi pertumbuhan volume
barang dengan kondisi kependudukan atau perekonomian wilayah
sekitar.

Jika pelabuhan tersebut merupakan Untuk analisis Rencana Induk


Pelabuhan di lokasi pelabuhan eksisting sehingga merupakan rencana
pengembangan dari pelabuhan yang sudah ada, maka proyeksi barang
dapat dilakukan dengan membagi persentase berdasarkan jenis dan
volume barang dari data pelabuhan induk.

2. Analisis prakiraan jasa angkutan laut

Dalam setiap analisis yang digunakan, agar dilakukan proyeksi dengan lebih dari
satu metode proyeksi dengan dilengkapi analisis uji kekuatan antara variable
(antara lain uji R2 dan standar error) sehingga dari berbagai metode proyeksi
tersebut dapat disimpulkan metode proyeksi terpilih sehingga proyeksi yang
digunakan terjustifikasi merupakan metode proyeksi yang paling tepat. Dalam
penyampaian grafik hasil proyeksi agar ditambahkan persamaan dan persamaan uji
kekuatan antara variabelnya. Analisis yang dilakukan antara lain meliputi:

a. Analisis dan proyeksi kependudukan wilayah hinterland;

b. Analisis dan proyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah hinterland;

c. Analisis dan proyeksi lalu lintas / traffic barang;

d. Analisis dan proyeksi lalu lintas/traffic penumpang; dan

e. Analisis dan proyeksi kapal.

Bab V Rencana Pembangunan dan Pengembangan Pelabuhan

1. Dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan harus mencakup materi


berikut :

2. Rekomendasi dan tindak lanjut

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 46


Daftar kegiatan dan/atau kelengkapan yang harus dipenuhi untuk mendukung
operasional pelabuhan eksisting dan rencana pengembangan, yang diperoleh
berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

3. Rencana kebutuhan pengembangan fasilitas pelabuhan

Meliputi perhitungan kebutuhan fasilitas pokok dan penunjang, berdasarkan


hasil analisis dan proyeksi yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
antara lain dengan melakukan :

a. Perhitungan kebutuhan rencana fasilitas peruntukan wilayah daratan;


b. Perhitungan kebutuhan rencana fasilitas peruntukan wilayah perairan; dan

c. Perhitungan rencana kebutuhan peralatan bongkar muat.

Rencana kebutuhan pengembangan meliputi fasilitas


pokok, penunjang, yang diperoleh berdasarkan perhitungan
sesuai dengan hasil proyeksi yang telah dilakukan
sebelumnya.

Kebutuhan pengembangan fasilitas untuk rencana peruntukan


wilayah daratan direncanakan disusun berdasarkan
pentahapan pengembangan yaitu rencana pengembangan
jangka pendek (5 tahun), jangka menengah (10 Tahun), dan
jangka panjang (20 tahun).

Sedangkan untuk kebutuhan pengembangan rencana


peruntukan wilayah perairan direncanakan berdasarkan
rencana pengembangan untuk pentahapan jangka panjang.

Contoh matriks kebutuhan pengembangan fasilitas wilayah daratan dan perairan


dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.

4. Rekapitulasi Rencana Pengembangan

Justifikasi rencana pengembangan

Rekapitulasi kebutuhan rencana pengembangan harus dilengkapi dengan


narasi pendukung sebagai alasan, pertimbangan, bukti dan fakta yang
membuat keputusan yang diambil menjadi benar dan wajar sehingga
menjustifikasi rencana pengembangan pelabuhan tersebut, antara lain
meliputi : Dijelaskan alasan dibutuhkan pengembangan pada wilayah dimaksud
dan skema pengembangannya.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 47


a.

b. Rekapitulasi rencana pengembangan fasilitas peruntukan wilayah daratan,


dalam tahapan pengembangan jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang;
c. Rekapitulasi rencana pengembangan fasilitas peruntukan wilayah perairan,
yang dilengkapi dengan luasan area berdasarkan kriteria kebutuhan
fasilitas pokok dan penunjang; dan

d. Rekapitulasi rencana kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).;

5. Layout rencana pengembangan fasilitas

a. Layout rencana pengembangan fasilitas pelabuhan jangka pendek;

b. Layout rencana pengembangan fasilitas pelabuhan jangka menengah;


c. Layout rencana pengembangan fasilitas pelabuhan jangka panjang;

d. Gabungan layout/superimpose rencana pengembangan fasilitas pelabuhan


jangka panjang dengan peta laut;

e. Layout zonasi peruntukan wilayah daratan dan perairan; dan


f. Layout sirkulasi arus barang dan penumpang;

Peta atau layout rencana pengembangan disajikan dalam satu halaman


terpisah untuk masing-masing pentahapan dengan skala menyesuaikan agar
gambar, tulisan, angka, dan notasi jelas terbaca, dan dilengkapi dengan
legenda peta serta koordinat geografis.

Peta zonasi peruntukan wilayah daratan harus dapat menggambarkan dengan


jelas semua zonasi, fasilitas daratan eksisting, dan rencana per tahapan
pengembangan.

Untuk satu tahapan pengembangan Untuk fasilitas daratan eksisting


digambarkan dengan warna hitam putih, dan kemudian untuk rencana tahap
pengembangan jangka pendek semua area pengembangan dibuat dalam
warna yang sama, namun pada tahapan pengembangan berikutnya areal yang
akan dikembangkan dibuat dalam pewarnaan yang berbeda sehingga terlihat
jelas fasilitas eksisting, rencana pengembangan jangka pendek, menengah,
dan panjang. Contoh Format Peta Rencana dapat dilihat pada Lampiran7.

Peta zonasi peruntukan wilayah perairan harus dapat menggambarkan


dengan jelas semua zonasi yang dibutuhkan, termasuk lokasi dermaga.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 48


Zonasi perairan tidak memerlukan pentahapan dan menggunakan rencana
pengembangan jangka panjang sebagai dasar perencanaan.

Jika dalam satu pelabuhan terdapat beberapa terminal, maka peta rencana
pengembangan disajikan juga untuk setiap terminal. Contoh dapat dilihat dalam
lampiran 8.

6. Layout rencana sarana penunjang keselamatan pelayaran

Untuk menunjang keselamatan pelayaran dalam operasional pelabuhan


dibutuhkan fasilitas penunjang keselamatan pelayaran, salah satunya Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dan Sarana Telekomunikasi Pelayaran.
Oleh karena itu, dibutuhkan rencana kebutuhan, jenis, jumlah dan
penempatan SBNP dalam suatu peta yang dilengkapi dengan koordinat
termasuk rencana kebutuhan fasilitas telekomunikasi pelayaran.

7. Rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan


Kepentingan (DLKp) Pelabuhan

Kebutuhan kapasitas ruang perairan yang digunakan secara langsung untuk


kegiatan pelabuhan diwujudkan dalam suatu usulan Daerah Lingkungan Kerja
(DLKr) pelabuhan, sementara kebutuhan untuk area pengembangan serta
area untuk menjamin keselamatan pelayaran diwujudkan secara terpadu
dalam suatu usulan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan.
Dalam Rencana Induk Pelabuhan, termasuk di dalamnya rancangan untuk wilayah
DLKr daratan dan perairan, serta rancangan wilayah DLKp . Rancangan tersebut
harus dilengkapi dengan peta luasan yang dilengkapi dengan koordinat dan
luasannya.

Bab VI Kajiian Ekonomi dan Finansial

1. Indikator ekonomi dan finansial

Salah satu model evaluasi kelayakan ekonomi dan finansial yang dapat
digunakan adalah evaluasi kelayakan ekonomi dan finansial yang
memperhitungan perbandingan nilai biaya – manfaat dengan menggunakan
indikator ekonomi dan finansial, antara lain Benefit-Cost Ratio (BCR), Net
Present Value (NPV), Economic Internal Rate of Return (EIRR), Financial
Internal Rate of Return (FIRR), dan Payback Period.

a.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 49


b. Benefit-Cost Ratio (BCR)

BCR adalah nilai perbandingan antara total nilai arus manfaat dengan total
nilai arus biaya yang dikeluarkan. Total nilai arus manfaat ini diperoleh dari
perhitungan keuntungan langsung yang diperoleh dari pengurangan biaya
operasi kendaraan, dan penghematan waktu perjalanan. Sedangkan total
nilai arus biaya diperoleh dari total biaya konstruksi, biaya pemeliharaan
tahunan, dan pemeliharaan lima tahunan.

Dalam hal ini indikator BCR dapat dinyatakan dalam bentuk rumusan
sebagai berikut :

BCR = (B – (E – C))/C

Dimana :

BCR : Indikator Benefit Cost Ratio


B : Benefit (Manfaat / Pendapatan)
C : Biaya Konstruksi
E : Total Biaya
Besaran nilai indikator BCR tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

 BCR > 1 : mengindikasikan bahwa rencana proyek (pembangunan)


menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan biaya yang
dikeluarkan sehingga pembangunan dapat dilaksanakan;

 BCR = 1 : mengindikasikan bahwa rencana proyek (pembangunan)


memberikan keuntungan yang hanya cukup untuk menutup biaya
konstruksi;

 BCR < 1 : mengindikasikan bahwa rencana proyek (pembangunan)


tidak menghasilkan keuntungan, atau akan menghasilkan keuntungan
pada jangka waktu yang cukup lama.

c.

d. Net Present Value (NPV)

NPV diperoleh dari total manfaat yang diperoleh dari pembangunan selama
umum proyek dikurangi dengan total biaya selama umur proyek dan dihitung
berdasarkan nilai sekarang (present value). NPV memperhitungkan nilai waktu

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 50


terhadap uang. Untuk itu discount rate ditetapkan an digunakan untuk menilai
seluruh biaya dan pendapatan di masa datang ke dalam nilai sekarang. NIlai
NPV diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya dan pendapatan yang telah
disesuaikan nilainya.

 NPV > 0 : artinya bernilai positif, maka proyek layak secara finansial;

 NPV < 0 : artinya bernilai negatif, maka proyek tidak layak.

e.

f. NPV diperoleh dari total manfaat yang diperoleh dari pembangunan selama
umum proyek dikurangi dengan total biaya selama umur proyek dan dihitung
berdasarkan nilai sekarang (present value). NPV memperhitungkan nilai waktu
terhadap uang. Untuk itu discount rate ditetapkan an digunakan untuk menilai
seluruh biaya dan pendapatan di masa datang ke dalam nilai sekarang. Dengan
menjumlahkan seluruh biaya dan pendapatan yang telah disesuaikan nilainya
tersebut, maka diperoleh NPV.

NPV > 0 : artinya bernilai positif, maka proyek layak secara finansial;
NPV < 0 : artinya bernilai negatif, maka proyek tidak layak.

g. Economic Internal Rate of Return (EIRR)

EIRR dinyatakan sebagai suatu tinggkat diskonto (suku bunga) dimana


nilai sekarang dari keuntungan adalah sama besarnya dengan nilai
sekarang dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, EIRR
merupakan tingkat diskonto (suku bunga) pada kondisi nilai NPV = 0 atau
nilai BCR = 1.

Metode ini dirumuskan sebagai berikut :

EIRR = DF + internal (NPVn / (NPVp – NPVn))

Dimana :

EIRR : Tingkat Pengembalian Ekonomi dan Finansial Rata-Rata


DF : faktor diskonto (suku bunga)
Interval : perbedaan antara faktor diskonto (suku bunga) rata – rata
NPVp : NPV pada diskonto rata – rata positif
NPVn : NPV pada diskonto rata – rata negatif.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 51


e.

f. Financial Internal Rate of Return (FIRR)

Adalah suatu nilai bunga (rate) yang menjadikan net present value antara
manfaat dan biaya menjadi sama atau selisihnya menjadi nol. Apabila nilai FIRR
adalah lebih tinggi dari opportunity rate berarti investasi dapat dinilai cukup
menguntungkan dibandingkan dengan penyimpanan uang tersebut yang
menghasilkan bunga bank

Adalah suatu nilai bunga (rate) yang menjadikan net present value antara manfaat
dan biaya menjadi sama atau selisihnya menjadi nol. Apabila nilai FIRR adalah
lebih tinggi dari opportunity rate berarti investasi dapat dinilai cukup
menguntungkan dibandingkan dengan penyimpanan uang tersebut yang
menghasilkan bunga bank.

f. Payback Period

g. Adala, yaitu h jangka waktu dalam tahun yang diperlukan untuk


pengembalian suatu investasi.

2. Analisis kelayakan ekonomi

3.

4. Analisis kelayakan ekonomi

Tolak ukur peniliaian kelayakan ekonomi, yaitu EIRR, NPV, dan BCR sehingga
dapat dinyatakan apakah kegiatan pengembangan/pembangunan layak
secara ekonomi atau tidak.

Manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dengan adanya proyek


pembangunan/pengembangan pelabuhan, antara lain harus dapat
menguraikan dan menjelaskan :

a. Penghematan biaya angkutan kapal sehubungan dengan berkurangnya


biaya angkut barang dan penumpang dibandingkan dengan biaya angkut
yang harus dibayarkan di pelabuhan terdekat;

Contoh ulasan :

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 52


Dengan hierarki yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan lokallak
maka jarak mil yang dilayani kurang lebih mendekati jarak mil angkutan
penyeberangan. Dengan dikelolanya pelabuhan oleh UPT, maka tarif jasa
pelabuhan relatif kecil sehingga berdampak tarif atau biaya angkut
penumpang dan barang juga akan lebih kecil. Tarif angkutanpenumpang
di pelabuhan terdekat yaitu pelabuhan ...A... (komersial) adalah
Rp.31.800,- sedangkan tarif angkutan penumpang di pelabuhan ..B..
dimaksud (non komersial) adalah Rp.3.700,- karena dikelola UPT
sehingga diperoleh manfaat tarif penumpang sebesar Rp.28.100,-.
Perhitungan serupa juga diberlakukan terhadap angkutan barang.

b. Penghematan waktu perjalanan darat penumpang serta biaya angkut


darat barang dari dan menuju pelabuhan;

Contoh ulasan :

Terdapat selisih biaya transportasi darat dari menuju ke Pelabuhan ...A...


semula sebesar Rp.30.000,- menjadi Rp.15.000,- karena jarak pelabuhan
yang menjadi lebih dekat dari ibukota kabupaten, sehingga diperoleh
manfaat biaya transportas darat sebesar Rp.15.000,-. Selain itu, terdapat
manfaat akibat berkurangnya waktu perjalanan. Secara umum, terdapat
percepatan waktu tempuh rata-rata 3 jam. Rata-rata pendapatan per
kapita penduduk per bulan adalah Rp.3,4juta per bulan untuk waktu kerja
produktif 24 x 8 jam = 192 jam per bulan. Dengan adanya penghematan
waktu perjalanan selama 3 jam, maka berkontribusi pada efektivitas
waktu perjalanan yang berjalan di siang hari (jam kerja) senilai Rp.5.160,-
per penumpang.

c. Manfaat tidak langsung dengan meningkatnya kegiatan ekonomi nasional


dan regional; dan

d. Manfaat tidak langsung sehubungan dengan meningkatnya kegiatan


pengiriman barang maupun ekspor.

Sumber daya pokok yang digunakan dalam proyek pengembangan pelabuhan


adalah tanah, buruh, dan material (laokal dan impor). Berhubungan harga
pasar lokal tidak selalu sama dengan harga pasar dunia, maka seringkali
biaya ekonomis dihitung dengan menggunakan “shadow price” dari harga
komersialnya.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 53


Biaya ekonomis terdiri dari dua komponen, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya investasi untuk pembebasan lahan,
pengadaan dermaga, gedung terminal, lapangan parkir, serta fasilitas dan
peralatan terminal lainnya sehingga dapat dihitung biaya investasi
pembangunan pelabuhan, biaya pembebasan lahan dan komponen biaya
tetap lainnya. Sedangkan biaya variabel terdiri dari perawatan dan biaya
operasional. Apabila biaya operasional dibiayai oleh pemerintah, maka biaya
variabel yang dihitung dalam analisa ekonomi adalah hanya biaya perawatan
yang biasanya ditetapkan sebesar 1,5 % dari biaya konstruksi.

Hasil perhitungan kelayakan ekonomi selanjutnya disampaikan dengan


menyampaikan besarnya nilai EIRR (EIRR = ...%) , nilai NPV (NPV = Rp.....juta,
pada discount rate ...%), dan nilai BCR (BCR = ....., pada discount rate ...%),
sehingga dari ketiga tolak ukur tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pembangunan/pengembangan pelabuhan layak atau tidak layak secara
ekonomis.

3. Analisis kelayakan finansial

Tolak ukur penilaian kelayakan finansial, yaitu FIRR, NPV, BCR, dan Payback
Period sehingga pengembangan/pembangunan layak secara finansial atau
tidak.

Analisa kelayakan keuangan diperlukan untuk melihat apakah rencana


investasi suatu pengembangan pelabuhan dapat secara finansial cukup baik.

Untuk kepentingan analisa keuangan, maka faktor penerimaan yang


merupakan pendapatan untuk pihak yang membangun adalah sangat penting
untuk diperhitungkan.

Contoh penghitungan pendapatan :

Dalam perhitungan pendapatan dalam kasus penyediaan terminal penumpang,


diperoleah dari pelayanan penumpang dan barang. Tarif jasa pelabuhan
ditetapkan besaran tarif sebagai berikut :

 Pas masuk untuk penumpang naik sebesar Rp.1.700,-

 Jasa sandar sebesar Rp.15.460,-

 Kapal 700 GT dan jasa penumpukan barang yang rata – rata diperkirakan 3
hari sebesar Rp.600,- per ton.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 54


Asumsi kenaikan tarif sebesar 14 % setiap 2 tahun dengan pertimbangan
penyesuaian terhadap inflasi dan peningkatan mutu pelayanan. Pada tahun
pertama operasi, diasumsikan sudah naik 14 %.

Adapun untuk faktor biaya, terdapat tiga komponen biaya yang akan
diperhitungkan dalam analisis, yaitu biaya investasi pengadaan tanah,
pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya, dan biaya pemeliharaan.

Contoh :

Biaya pemeliharaan diperhitungkan adalah 1,5 % dari biaya konstruksi. Biaya


pemeliharaan akan meningkat mengikuti inflasi sebesar 7 % per tahun. Biaya
operasional yang meliputi biaya pegawai, biaya bahan, dan biaya administrasi
umum (termasuk pajak dan asuransi) diasumsikan dibayar oleh pemerintah
dengan skenario pengelolaan oleh UPT.

Hasil perhitungan kelayakan finansial selanjutnya disampaikan dengan


menyampaikan besarnya nilai FIRR (FIRR = tercapai / tidak tercapai) , nilai
NPV (NPV = Rp.....juta, pada discount rate ...%), nilai BCR (BCR = ....., pada
discount rate ...%), dan Payback Period = ........., sehingga dari keempat tolak
ukur tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pembangunan/pengembangan pelabuhan layak atau tidak layak secara
finansial.

Bab VII Identifikasi Kajian Rona Awal Dampak Lingkungan

Dalam melakukan kajian ini, agar berpedoman pada peraturan antara lain Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin LIngkungan,
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup, dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Kajian antara lain mengulas tentang :

1. Uraian singkat tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang disesuaikan
dengan lingkup kegiatan yang sedang dilaksanakan.

2. Rona Lingkungan Hidup Awal, antara lain :

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 55


a. Iklim dan Meteorologi;

 Curah hujan;
 Suhu udara;

 Kelembaban udara relatif (RH);


 Tekanan Udara;

 Angin;
 Evapotranspirasi;

 Tipe iklim; dan


 Pengaruh perubahan iklim.

b. Kualitas udara ambien;


c. Kebisingan;

d. Kualitas air bersih;


e. Potensi air tanah;

f. Kondisi tanah dan potensi erosi;


g. Geologi (stratigrafi, morfologi, kemiringan, potensi gempa dan tsunami);

h. Kualitas air (sungai, air tanah, dan laut);


i. Sedimen (sedimen dasar lepas pantai, dekat pantai, dan sedimen dasar
sungai); dan
j. Oseanografi (bathimetri, gelombang, pasang surut, arus, suhu, salinitas,
dan densitas).

3. Ulasan singkat kondisi Biologi di wilayah sekitar kegiatan studi; :

4. Ulasan singkat kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya di wilayah sekitar


kegiatan studi;

5. , antara lain :

6. Program Kesehatan Masyarakat, Program Pendidikan Dasar dan Pelatihan,


Program Pengelolaan Tenaga Kerja, Program Peningkatan Pendapatan
Masyarakat, Program Penguatan Bisnis, Program Tata Kelola Kepemerintahan,
dan Program Komunikasi / Hubungan Eksternal

7. Sosial ekonomi kabupaten, kecamatan, (gambaran umum dan kependudukan,


jumlah penduduk, struktur penduduk, pola mata pencaharian dan tingkat
pendapatan, pertumbuhan usaha lokal, penggunaan sumber daya alam,
infrastruktur dan sarana transportasi, pendidikan).

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 56


8. Sosial Budaya (Kelompok etnik, persebaran masyarakat etnik dan migrasi, sistem
kepemimpinan, warisan sosial budaya, kelompok masyarakat rentan, adat
istiadat/kultural, persepsi dan ketegangan sosial, isu strategis dan peta pemangku
kepentingan.

9. Kesehatan Masyarakat Kabupaten (pola penyakit dan tingkat kesakitan, status gizi,
askes masyarakat kepada layanan kesehatan, kesehatan lingkungan).

10. Status cagar alam, konservasi, kawasan lindung dll

11. Isu – isu lingkungan yang mungkin terjadi terkait rencana kegiatan
pembangunan fasilitas pelabuhan, antara lain :

a. Pengelolaan Material Pengerukan;


b. Ekologi Laut/Pantai;

c. Emisi Udara;
d. Pengelolaan Sampah (Sampah Umum, Air Limbah, Limbah Padat);

e. Pengelolaan bahan berbahaya dan oli;


f. Kebisingan;

g. Keanekaragaman Hayati & Sumber Daya Ekologi;


h. Pertimbangan-pertimbangan lainnya;

i. Pengelolaan lalu lintas;


j. Dampak visual; dan

k. Keberlanjutan dan perubahan iklim.

6. Identifikasi permasalahan/dampak lingkungan yang ditimbulkan;

7. Arahan jenis-jenis penanganan lingkungan pada tahap prakonstruksi,


konstruksi dan operasi pelabuhan;

8. Identifikasi ijin lingkungan eksisting; dan

9. Rekomendasi untuk melakukan kajian analisis dampak lingkungan yang harus


dilakukan.

2.3.3. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Buku 2 Rencana Induk Pelabuhan

Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan komprehensif dari dokumen kompilasi data dan
analisa prediksi, dan dokumen rencana pembangunan dan pengembangan, yang dilengkapi
dengan gambar layout dan peta pendukung. Ringkasan Eksekutif menjadi lampiran dalam

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 57


Surat Keputusan Penetapan Rencana Induk Pelabuhan. Ringkasan Eksekutif dicetak pada
kertas A3 A4 dan khusus untuk gambar/peta/layout ditampilkan dalam kertas A3 dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Merupakan ringkasan dari Buku 1 Kajian Akademis Rencana Induk Pelabuhan
sebagai lampiran dalam Surat Keputusan Penetapan Rencana Induk Pelabuhan.
Dicetak dalam kertas A4 dan khusus untuk gambar/peta/layout ditampilkan dalam kertas
A3, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Halaman Sampul (Cover)


Daftar Isi
Daftar Tabel

Daftar Gambar

Bab 1 Pendahuluan
1. Latar belakang;
2. Dasar Hukum;
3. Maksud dan Tujuan;
4. Hierarki Pelabuhan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional;

5. Lokasi Studi yang disajikan dalam peta laut.

Bab 2 Gambaran Umum Wilayah


a. Gambaran Umum Wilayah Provinsi
a. Peta Administrasi;
b. Tabel luas daratan menurut Kabupaten/Kota;
c. Tabel jumlah penduduk provinsi 5 (lima) tahun terakhir;
d. Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Provinsi 5 (lima)
tahun terakhir;
e. Data/Grafik sektor unggulan potensi;
f. Peta jaringan transportasi darat (jalan, terminal, stasiun, dan
penyeberangan)dan angkutan darat/kereta api;
g. Peta jaringan transportasi Laut;
h. Peta jaringan transportasi udara;
i. Rencana pengembangan dan kebijakan;
j. Peta Struktur Ruang dan uraian kesesuaian fasilitas pelabuhan
dengan struktur ruang;
k. Peta Pola Ruang dan uraian kesesuaian fasilitas pelabuhan dengan
pola ruang;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 58


l. Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
dan uraian kesesuaian fasilitas pelabuhan dengan RZWP3K.

b. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten/Kota


a. 1) Peta Administrasi;
b. 2) Tabel luas daratan menurut Kecamatan/Desa/Kelurahan;
c. 3) Tabel jumlah penduduk Kabupaten/Kota 5 (lima) tahun terakhir;
d. 4) Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Kabupaten/Kota 5 (lima) tahun terakhir;
e. 5) Grafik sektor unggulan potensi;
f. 6) Peta jaringan jalan, terminal, stasiun, angkutan darat/kereta
api/laut/udara;
g. 7) Rencana pengembangan dan kebijakan;
h. 8) Peta Struktur Ruang dan uraian kesesuaian fasilitas pelabuhan
dengan struktur ruang; dan
i. ;

j. 9) Peta Pola Ruang dan uraian kesesuaian fasilitas pelabuhan


dengan pola ruang.;

Bab 3 Kondisi eksisting Pelabuhan


1. Gambaran Umum Pelabuhan
a. Letak administratif pelabuhan (desa/kel, kec, kab/kota, Prov), yang
dilengkapi dengan peta lokasi dan koordinat geografis (derajat,
menit, dan detik);
b. Resume wilayah kerja pelabuhan, status kepemilikan lahan,
kegiatan yang dilayani pelabuhan, foto udara kondisi wilayah
disekitar pelabuhan, gambar pemetaan pelabuhan/terminal
disekitar pelabuhan yang terindikasi terkait potensi hinterland dan
foreland, peta rencana hinterland dan foreland pelabuhan, foto
udara kondisi jalan akses;
c. Layout fasilitas eksisting yang dilengkapi dengan kontur
bathimetri dan topografi; dan ,
d. Resume pasang surut, arus, potensi sedimentasi, dan kesimpulan
analisa gelombang yang memungkinkan operasional pelabuhan
apakah dapat beroperasi sepanjang tahun atau pada bulan tertentu
saja.
2. Fasilitas Eksisting Pelabuhan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 59


a. Tabel fasilitas pokok dan penunjang pelabuhan; dan ,
b. Uraian terkait spesifikasi kapal, alur dan kolam, data peralatan
bongkar muat, dan data utilitas / sarana penunjang.
3. Data Operasional Pelabuhan
a. Data operasional pelabuhan (minimal 5 tahun terakhir) berupa
tabel dan grafik arus bongkar muat, naik turun penumpang,
kunjungan kapal;.
b. Trayek Pelni, Perintis, dan Tol Laut;
c. Tabel kinerja operasional; dan

d. Tabel data SBNP.

Bab 4 Analisis Prakiraan Jasa Angkutan Laut


1. Tabel dan grafik proyeksi kependudukan hinterland;
2. Tabel dan grafik proyeksi pertumbuhan ekonomi hinterland;
3. Tabel dan grafik proyeksi lalulintas barang;
4. Tabel dan grafik proyeksi lalulintas penumpang;

5. Tabel dan grafik proyeksi kunjungan kapal.

Bab 5 Rencana Pengembangan Pelabuhan


1. Rekomendasi dan tindaklanjut prasyarat pembangunan/pengembangan
pelabuhan;
2. Analisis kinerja operasional, dan analisis kebutuhan fasilitas sesuai
tahapan pengembangan jangka pendek, menengah, dan panjang;
3. Rencana pengembangan
a. Rekomendasi dan tindaklanjut prasyarat pembangunan
/pengembangan pelabuhan;
b. Analisis kinerja operasional, dan analisis kebutuhan fasilitas sesuai
tahapan pengembangan jangka pendek, menengah, dan panjang;
c. Tabel rekapitulasi pengembangan fasilitas daratan menampilkan
data fasilitas eksisting, dan rencana pengembangan jangka
pendek, menengah, dan panjang;
d. Tabel rekapitulasi kebutuhan fasilitas perairan berdasarkan kapal
rencana pengembangan jangka panjang;
e. Tabel rencana kebutuhan SBNP dan Sarana Telekomunikasi
Pelayaran;
f. Layout pengembangan jangka pendek, menengah, dan panjang;
g. Layout zonasi wilayah daratan;

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 60


h. Layout sirkulasi barang dan penumpang; dan

i. Rancangan DLKr dan DLKp daratan dan perairan yang disertai


koordinat dan luasan; dan

j. Superimpose dengan peta laut.

Bab 6 Kajian Ekonomi dan Finansial

1. Tabel rencana biaya pembangunan / pengembangan jangka pendek,


menengah, dan panjang;
2. Resume hasil perhitungan nilai kelayakan ekonomi (antara lain EIRR,
NPV, dan BCR) serta kesimpulan apakah kegiatan pembangunan/
pengembangan pelabuhan layak atau tidak secara ekonomis; dan

3. Resume hasil perhitungan nilai kelayakan finansial (antara lain FIRR,


NPV, BCR, dan Payback Period) serta kesimpulan apakah kegiatan
pembangunan/pengembangan layak atau tidak secara finansial.;

Bab 7 Kajian rona awal lingkungan


1. Resume rona awal lingkungan yang menyampaikan
a. dDampak rencana pembangunan terhadap kualitas udara ambien,
kebisingan, kualitas air bersih, kondisi air tanah, dan potensi
sedimentasi;
b. Ulasan singkat kondisi biologi wilayah perairan sekitar;
c. Ulasan singkat kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat
sekitar;
d. Isu lingkungan yang mungkin terjadi terkait rencana kegiatan
pembangunan/pengembangan fasilitas pelabuhan; dan
e. Status Lokasi cagar alam, konservasi dan kawasan lindung di
sekitar;
2. Identifikasi permasalahan/dampak lingkungan yang ditimbulkan;
a. Matrik arahan jenis penanganan lingkungan pada kegiatan
prakonstruksi, konstruksi dan operasional pelabuhan; dan
b. Identifikasi ijin lingkungan eksisting; dan
c. Rekomendasi studi lingkungan yang harus dilakukan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 61


BAB III
PROSEDUR PENETAPAN RIP

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran bahwa


Rencana Induk Pelabuhan disusun oleh penyelenggara pelabuhan dengan berpedoman
pada :

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 62


a) Rencana Induk Pelabuhan Nasional / Tatanan Kepelabuhanan Nasional;
b) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
c) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
e) Keserasian dan Keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi pelabuhan;
f) Kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan; dan
g) Keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan,


prosedur penetapan Rencana Induk Pelabuhan dapat dibedakan sesuai dengan hierarki
pelabuhan dan kewenangan penetapannya, sebagai berikut :

a) Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul;


b) Gubernur untuk pelabuhan pengumpan regional; atau
c) Bupati/Walikota untuk pelabuhan pengumpan lokal.

3.1 Prosedur Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Utama/Pengumpul

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 63


SURAT PERMOHONAN PENETAPAN
REKOMENDASI
PENYELENGGARA PELABUHAN (UTAMA/PENGUMPUL) GUBERNUR/BUPATI
PERBAIKAN DOKUMEN /WALIKOTA
(MAKS 2 BLN)
MENTERI PERHUBUNGAN
PENYELENGGARA Cq. DIREKTUR JENDERAL
PELABUHAN PERHUBUNGAN LAUT
TIDAK EVALUASI DOKUMEN RENCANA
INDUK PELABUHAN

PERBAIKAN YAJENDERAL
DIREKTUR
PERHUBUNGAN LAUT

TIDAK
EVALUASI DOKUMEN RENCANA
INDUK PELABUHAN

MENTERI PERHUBUNGAN
PENETAPAN
Cq. SEKRETARIS JENDERAL

YA
LEGALISASI (DILEMBAR NEGARAKAN)
MENTERI PERHUBUNGAN
KEMENKUMHAM
PUBLIKASI

DISAMPAIKAN KEPADA PENYELENGGARA


PELABUHAN
WEBSITE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Gambar 3. 1 Skema Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Utama/Pengumpul

Penyelenggara Pelabuhan mengajukan permohonan penetapan Rencana Induk Pelabuhan


kepada Menteri Perhubungan Cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dengan
melampirkan:

4. rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota mengenai kesesuaian


dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota;
5. hasil kajian rencana induk pelabuhan.

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut akan melakukan evaluasi dokumen Rencana Induk
Pelabuhan. Dari hasil evaluasi tersebut, dokumen Rencana Induk Pelabuhan yang perlu
dilakukan perbaikan akan diberikan batas waktu perbaikan sampai dengan 2 (dua) bulan
dari tanggal diterbitkannya surat Direktur Pelabuhan dan Pengerukan kepada
Penyelenggara Pelabuhan tentang penyampaian perbaikan dokumen Rencana Induk
Pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 64


Dokumen Rencana Induk Pelabuhan dimaksud adalah dokumen Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary) yang berisikan ringkasan komprehensif dari hasil kajian rencana induk
pelabuhan.

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut akan menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri


Perhubungan (RPM) tentang penetapan Rencana Induk Pelabuhan dan dokumen Rencana
Induk Pelabuhan untuk menjadi lampiran surat usulan penetapan Rencana Induk Pelabuhan
oleh Menteri Perhubungan.

Menteri Perhubungan Cq. Sekretaris Jenderal akan mengevaluasi RPM dan dokumen
Rencana Induk Pelabuhan dimaksud untuk proses penetapannya oleh Menteri
Perhubungan.

Setelah ditetapkan oleh Menteri Perhubungan, selanjutnya Rencana Induk Pelabuhan


dimaksud akan disampaikan kepada Penyelenggara Pelabuhan sebagai aset barang tak
berwujud dan dipublikasikan di website Kementerian Perhubungan.

3.2 Prosedur Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpan Regional

SURAT PERMOHONAN PENETAPAN

PENYELENGGARA PELABUHAN (PENGUMPAN REGIONAL)


REKOMENDASI
BUPATI/WALIKOTA
PERTIMBANGAN TEKNIS
GUBERNUR DJPL

PERBAIKAN

EVALUASI PERMOHONAN
PENETAPAN RENCANA
TIDAK INDUK PELABUHAN

PEMERINTAH PROVINSI

YA

PENETAPAN

GUBERNUR
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 65
DISAMPAIKAN KEPADA
PENYELENGGARA PELABUHAN

DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Cq. DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Gambar 3. 2 Skema Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpan Regional

Penyelenggara Pelabuhan mengajukan permohonan penetapan Rencana Induk Pelabuhan


kepada Gubernur dengan melampirkan:

b) rekomendasi dari bupati/walikota mengenai kesesuaian tata ruang wilayah


kabupaten/kota;
c) pertimbangan teknis dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
d) hasil kajian rencana induk pelabuhan.

Pemerintah Provinsi akan mengevaluasi dokumen Rencana Induk Pelabuhan. Dari hasil
evaluasi tersebut, Penyelenggara Pelabuhan harus menyampaikan perbaikan dokumen
Rencana Induk Pelabuhan dimaksud.

Dokumen Rencana Induk Pelabuhan dimaksud adalah dokumen Ringkasan Eksekutif


(Executive Summary) yang berisikan ringkasan komprehensif dari hasil kajian rencana induk
pelabuhan.

Rencana Induk Pelabuhan akan ditetapkan oleh Gubernur dan diserahkan kepada
Penyelenggara Pelabuhan sebagai aset barang tak berwujud. Penyelenggara Pelabuhan
menyampaikan Rencana Induk Pelabuhan yang sudah ditetapkan oleh Gubernur kepada
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Cq. Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 66


3.3 Prosedur Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpan Lokal

SURAT PERMOHONAN PENETAPAN

PENYELENGGARA PELABUHAN (PENGUMPAN LOKAL)


PERSETUJUAN TEKNIS
DJPL
BUPATI / WALIKOTA

PERBAIKAN

EVALUASI PERMOHONAN
TIDAK PENETAPAN RENCANA
INDUK PELABUHAN
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

YA

PENETAPAN

BUPATI/WALIKOTA

DISAMPAIKAN KEPADA
Gambar 3. 3 Skema Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpan Lokal
PENYELENGGARA PELABUHAN
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 67
DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DAN GUBERNUR

Penyelenggara Pelabuhan mengajukan permohonan penetapan Rencana Induk Pelabuhan


kepada Bupati/Walikota dengan melampirkan pertimbangan teknis dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut dan hasil kajian rencana induk pelabuhan.

Pemerintah Kabupaten/Kota akan mengevaluasi dokumen Rencana Induk Pelabuhan. Dari


hasil evaluasi tersebut, Penyelenggara Pelabuhan harus menyampaikan perbaikan
dokumen Rencana Induk Pelabuhan dimaksud.
Dokumen Rencana Induk Pelabuhan dimaksud adalah dokumen Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary) yang berisikan ringkasan komprehensif dari hasil kajian rencana induk
pelabuhan.

Rencana Induk Pelabuhan akan ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan diserahkan kepada
Penyelenggara Pelabuhan sebagai aset barang tak berwujud. Penyelenggara Pelabuhan
menyampaikan rencana induk pelabuhan yang telah ditetapkan kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Cq. Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan dan kepada Gubernur.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 68


BAB IV
PERHITUNGAN KEBUTUHAN FASILITAS DARATAN DAN PERAIRAN

A. Fasilitas Daratan

1. Panjang Dermaga

Keterangan
n : jumlah tambatan
L : panjang dermaga yang terdiri dari n tambatan

2. Ruang tunggu penumpang

3. Luas kantor pelabuhan

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 69


4. Luas gudang dan lapangan penumpukan

Keterangan:
2
A : luas gudang (m )
T : Throughput per tahun (muatan yang lewat tiap tahun, ton)
TrT : transit time/dwelling time (waktu transit, hari)
Sf : Strorage factor (rata-rata volume untuk setiap satuan berat komoditi, m3/ton;
misalkan tip 1 m3 muatan mempunyai berat 1,5 ton; berarti Sf =
1/1,5=0,6667)
Sth : Stacking height (tinggi tumpukan muatan, m)
BS : Broken Sewage of Cargo (volume ruang yang hilang diantara tumpukan
muatan dan ruangan yang diperlukan untuk lalu lintas alat pengangkut seperti
fortklift atau peralatan lain untuk menyortir, menumpuk dan memindahkan
muatan, %)
365 : Jumlah hari dalam satu tahun

B. Fasilitas Perairan

8. Areal tempat berlabuh.


Areal tempat berlabuh dihitung untuk masing-masing jenis kapal dan kegiatan
yang dilayani di pelabuhan. Perhitungan kebutuhan area labuh akan
tergantung pada dimensi kapal yang direncanakan, estimasi rata-rata jumlah
kapal yang menunggu di area labuh, dan ketersediaan lahan perairan untuk
lokasi labuh kapal. Estimasi jumlah kapal yang menunggu dapat dihitung
dengan menggunakan pendekatan metode antrian, model simulasi, dan lain-
lain.

AREAL R = L + 6D + 30 METER
TEMPAT R : Jari-jari areal untuk labuh per kapal
BERLABUH L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air

Luas areal berlabuh = jumlah kapal x  x R2

9. Areal alih muat kapal (masuk rumus)

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 70


Areal alih muat kapal harus dihitung untuk pelabuhan yang membutuhkan
kegiatan alih muat antar kapal dan memiliki perairan yang memungkinkan
kegiatan alih muat antar kapal. Kebutuhan ruang alih muat kapal dihitung
dengan menggunakan rumus :

AREAL R = L + 6D + 30 METER
ALIH MUAT R : Jari-jari areal untuk labuh per kapal
KAPAL L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air

Luas areal Alih Muat Kapal = jumlah kapal x


 x R2

10. Areal tempat sandar kapal (masuk rumus)

AREAL A = 1,8L x 1,5L


TEMPAT SANDAR A : luas perairan untuk tempat sandar kapal per 1
KAPAL kapal
L : Panjang kapal

Luas Areal Tempat Sandar Kapal = jumlah kapal x A

11. Areal kolam putar (masuk rumus)

AREAL D = 2L
KOLAM PUTAR D : diameter areal kolam putar
L : Panjang kapal maksimum

Luas areal Kolam Putar = jumlah kapal x ( x


D2)/4

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 71


12. Areal keperluan keadaan darurat.

AREAL Faktor yang perlu diperhatikan adalah


KEPERLUAN kecelakaan kapal, kebakaran kapal, kapal
KEADAAN kandas dan lain-lain. Salvage area
DARURAT diperkirakan luasnya 50% dari luas areal
pindah labuh kapal.

13. Alur Pelayaran.

AREAL ALUR A = WxL


PELAYARAN DARI W = 9B + 30 Meter
DAN KE PELABUHAN A : Luas areal laut
W : Lebar alur
L : Panjang alur (draft kapal d > 1,1D)
Full draft kapal
B : Lebar kapal maksimum

14. Areal pindah labuh kapal (masukkan rumus).


Areal pindah labuh kapal harus dihitung pada pelabuhan yang membutuhkan
kegiatan pindah labuh kapal dan memiliki perairan yang memungkinkan.

AREAL R = L + 6D + 30 METER
PINDAH LABUH R : Jari-jari areal untuk pindah labuh
KAPAL L : kapal
D : Panjang kapal maksimum
Kedalaman air

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 72


Luas areal Pindah Labuh kapal = jumlah
kapal x A

15. Areal percobaan berlayar (masukkan rumus)


Areal percobaan berlayar harus dihitung pada pelabuhan yang memiliki
fasilitas dok untuk perbaikan/pembangunan kapal baru dan memiliki perairan
yang memungkinkan untuk kegiatan percobaan berlayar.

AREAL
PERCOBAAN Faktor yang perlu diperhatikan adalah
BERLAYAR ukuran kapal rencana

16. Areal fasilitas pembangunan dan pemeliharaan.

AREAL
FASILITAS Faktor yang perlu diperhatikan adalah
PEMBANGUNAN DAN ukuran kapal maksimum yang
PEMELIHARAAN dibangun atau diperbaiki

BAB V
PENUTUP

Petunjuk Teknis ini merupakan pedoman/panduan dalam penyusunan Rencana Induk


Pelabuhan yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
Petunjuk Teknis ini dapat ditinjau ulang dan dilakukan penyempurnaan untuk keperluan
penyusunan, penetapan dan tinjau ulang Rencana Induk Pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 73


DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

CAPT. BOBBY R. MAMAHIT


Pembina Utama (IV/e)
NIP. 19560912 198503 1 002

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 74


CONTOH FORM SURVEY DAN WAWANCARA

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 75


Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 76
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 77
CONTOH COVER EXECUTIVE SUMMARY

Contoh Cover Rencana Induk Pelabuhan Anggrek


CONTOH TABEL FASILITAS EKSISITNG

Fasilitas yang Ada Ukuran Keterangan

Total Area Daratan 1.25 Ha.


Dermaga 120 m x 12 m Struktur beton dengan pondasi tiang pancang baja,
dibangun tahun 1997, kedalaman minimum -9 m LWS

Trestel 42 m x 6 m Struktur beton dengan pondasi tiang pancang baja

Causeway 28 m x 9 m 2 buah, konstruksi batu bulat

Talud 320 m’ Bagian atas merupakan campuran batu dan beton

Kantor Pelabuhan 16 m x 10 m Kondisi baik

Rumah Dinas 15 m x 5 m Kondisi baik

Terminal penumpang 30 m x 25 m Kondisi baik

Gudang 30 m x 20 m Kondisi baik

Pos Jaga 3mx3m Kondisi baik

Lapangan Peti 3300 m2 Kondisi baik


Kemas

Lapangan 1500 m2 Kondisi baik


Penumpukan

Jalan Width = 6 m, Kondisi baik


length = 200
m

Area Parkir 1200 m2 Aspal, kondisi baik

Rumah Generator 6mx6m Kondisi baik

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 79


Bak Air 50 m3/jam PDAM, akan diganti dengan bak air kapasitas 600
m3/jam

Pagar 320 m BRC

Sarana Bantu Satu Lampu Pelabuhan, satu Light Buoy, empat Light
Navigasi Pelayaran House

Tenaga Listrik 55 KVA PLN

Telepon PT Telkom

SRP/ Stasiun Radio SSB

Sumber :Rencana Induk Pelabuhan Anggrek Tahun 2006

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 80


CONTOH TABEL REKAP TAHAPAN PENGEMBANGAN

Satua Eksisti
Fasilitas 2005 2010 2020
n ng

Terminal Multipurpose

120 x
1 Total Panjang Dermaga m 210 x 12 210 x 12 300 x 12
12

42 x 6 2 x 63 x
2 Penambahan Trestel m - 63 x 10
10

3 Penambahan Area Reklamasi m2  29,850 - 17500

4 Penambahan Lapangan Peti Kemas m2 3500 26,250 - 17,500

5 Penambahan CFS m2  1,200 - 1,200

6 Pengadaan Fork-Lift kapasitas 5 ton nos 5 - 3

7 Pengadaan Fork-Lift kapasitas 30 ton nos 8 1 1

8 Penambahan Pagar m 540 275 -

9 Penambahan Gerbang nos 2 - -

1
Penambahan Jalan m  70 - -
0

1 160
Kantor m2 160 160 160
1

Terminal Barang Curah

1 Total Panjang Dermaga m 200 200 200

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 81


2 Penambahan Trestel m 63 x 10 - -

3 Penambahan Area Reklamasi m2  18,060 20,250 -

Penambahan Lapangan Barang Curah 1500


4 m2 14,570 16,650 -
(Jagung)

5 Penambahan Area Muat untuk Truk m2 975 1,200 -

6 Pengadaan Ship Loader (1,000 ton/jam) nos 1 - 1

7 Penambahan Silo nos  36 48 72

Penambahan Fasilitas Pengeringan


8 nos 4 3 3
Jagung (2,500 bph)

9 Penambahan Konveyer m 1,775 585 735

1
Penambahan Pagar m 300 230 -
0

1
Penambahan Gerbang nos 4 - -
1

1
Timbangan Truk nos 3 - -
2

1
Penambahan Jalan m 100 - -
3

1
Kantor Terminal Dermaga Barang Curah m2 1,600 - -
4

1
Ruang Perawatan Peralatan m2 684 - 360
5

1 Ruang Kontrol Utama m2 384 - 384

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 82


6

1
Ruang Kontrol m2 144 - 144
7

Sumber :Rencana Induk Pelabuhan Anggrek Tahun 2006


CONTOH TABEL ZONASI PERAIRAN

No Nama Areal Luas (Ha)

1 Areal Labuh Kapal Barang 12

2 Areal Labuh Kapal Penumpang 18

3 Areal Alih Muat Kapal 8.5

4 Kolam Putar 32.25

5 Areal Sandar 32.25

6 Daerah Darurat dan cadangan 328.8

  Jumlah Luasan Minimum 431.8

Sumber :Rencana Induk Pelabuhan Anggrek Tahun 200

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 83


CONTOH LAYOUT PENGEMBANGAN JANGKA PENDEK
CONTOH LAYOUT PENGEMBANGAN JANGKA MENENGAH
CONTOH LAYOUT PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG
CONTOH RENCANA ZONASI PERAIRAN DAN RANCANGAN DLKR DAN DLKP
CONTOH USULAN PENYUSUNAN RIP

Nomor : (nama tempat), (Tanggal-Bulan-Tahun)


Klasifikasi :
Lampiran :
Perihal : Usulan Penyusunan Rencana Kepada:
Induk Pelabuhan (nama Pelabuhan)
Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Cq. Direktur Pelabuhan dan Pengerukan

di
JAKARTA

Menunjuk Peraturan Pemerintah RI Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan bahwa


setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan, dengan ini disampaikan bahwa
sampai saat ini Pelabuhan (nama Pelabuhan), Kabupaten (nama Kabupaten) Provinsi
(nama Provinsi) belum memiliki Rencana Induk Pelabuhan.

Berkenaan dengan butir 1 (satu) tersebut di atas, dengan hormat diusulkan agar kegiatan
studi penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (nama Pelabuhan) dapat ditampung /
dimasukkan dalam program kegiatan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Tahun
Anggaran (tahun anggaran)

Demikian disampaikan untuk proses lebih lanjut, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih.

PENYELENGGARA PELABUHAN (nama Pelabuhan)

……………………………………..
Tembusan: Pangkat (Gol)
Sekretaris Direktorat Jenderal NIP. ………………………………
Perhubungan Laut.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 89


CONTOH PERMOHONAN REKOMENDASI

Nomor : (nama tempat), (Tanggal-Bulan-Tahun)


Klasifikasi :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Rekomendasi Rencana Kepada:
Induk Pelabuhan (nama Pelabuhan)
Yth. Gubernur/Walikota/Bupati
(nama Provinsi/Kota/Kabupaten)

di
TEMPAT

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 73 ayat (1)
bahwa setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan, dan pada pasal 76
disebutkan pula bahwa penetapan Rencana Induk Pelabuhan harus sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pelabuhan (nama Pelabuhan) sesuai dengan hierarki peran dan fungsi dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional adalah pelabuhan (Utama/Pengumpul/Pengumpan Regional) yang
penetapannya oleh (Menteri Perhubungan/Gubernur).

Rencana Induk Pelabuhan (nama Pelabuhan) dipergunakan sebagai acuan dalam


pelaksanaan program pembangunan dan pengembangan pelabuhan sebagai salah satu
sarana penunjang perekonomian di Kabupaten/Kota khususnya dan Provinsi pada
umumnya.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 90


Berkenaan dengan butir-butir tersebut di atas, mohon kiranya (bapak/ibu) (Gubernur,
Bupati/Walikota) dapat memberikan rekomendasi kesesuaian Rencana Induk Pelabuhan
(nama Pelabuhan) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (Provinsi/Kota/Kabupaten).

Demikian disampaikan sebagai bahan pertimbangan, atas perkenan (Bapak/Ibu)


(Gubernur/Bupati/Walikota) diucapkan terima kasih.

PENYELENGGARA PELABUHAN (nama


Pelabuhan)

Tembusan: ……………………………………..
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Pangkat (Gol)
Kementerian Perhubungan; NIP. ………………………………
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan,
Ditjen Hubla.

CONTOH REKOMENDASI DARI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PENETAPAN RIP


UTAMA/PENGUMPUL

Nomor : (nama tempat), (Tanggal-Bulan-Tahun)


Klasifikasi :
Lampiran :
Perihal : Rekomendasi Rencana Kepada:
Induk Pelabuhan (nama pelabuhan)
Yth. MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

di

TEMPAT

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 91


Menindaklanjuti surat Kepala Kantor (Otoritas Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan) (lokasi pelabuhan) Nomor (nomor surat) tanggal
(tanggal surat) tentang (perihal surat), dengan hormat dapat kami sampaikan sebagai
berikut:
Rencana Induk Pelabuhan (lokasi pelabuhan) diperlukan untuk mendukung pengembangan
Pelabuhan (lokasi pelabuhan) sebagai salah satu sarana penunjang perekonomian di
Kabupaten/Kota (nama Kabupaten/Kota) khususnya dan Provinsi (nama Provinsi) pada
umumnya;
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor (nomor perda) Tanggal (tanggal perda) tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (Provinsi/Kota/Kabupaten), dapat disampaikan bahwa
Pemerintah (Provinsi/Kota/Kabupaten) telah menetapkan lokasi Pelabuhan (nama
Pelabuhan) berada pada peruntukan kawasan pelabuhan;

Sesuai dengan butir 1 (satu) di atas, Pemerintah (Provinsi/Kota/Kabupaten) memberikan


rekomendasi kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (Provinsi/Walikota/Kabupaten)
untuk Rencana Induk Pelabuhan (nama Pelabuhan).

Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka pada prinsipnya Pemerintah


(Provinsi/Walikota/Kabupaten) mendukung penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (nama
Pelabuhan).

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

GUBERNUR/WALIKOTA/BUPATI

Tembusan: ……………………………………..
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan;
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan, Ditjen
Hubla;
Kepala Kantor (Otoritas
Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 92


CONTOH REKOMENDASI DARI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI UNTUK
PENETAPAN RIP PENGUMPAN REGIONAL

Nomor : (nama tempat), (Tanggal-Bulan-Tahun)


Klasifikasi :
Lampiran :
Perihal : Rekomendasi Rencana Kepada:
Induk Pelabuhan (nama pelabuhan)
Yth. GUBERNUR (nama Provinsi)

di

TEMPAT

Menindaklanjuti surat Kepala Kantor (Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan/Unit


Penyelenggara Pelabuhan) (lokasi pelabuhan) Nomor (nomor surat) tanggal (tanggal surat)
tentang (perihal surat), dengan hormat dapat kami sampaikan sebagai berikut:
Rencana Induk Pelabuhan (lokasi pelabuhan) diperlukan untuk mendukung pengembangan
Pelabuhan (lokasi pelabuhan) sebagai salah satu sarana penunjang perekonomian di
Kabupaten/Kota (nama Kabupaten/Kota) Provinsi (nama Provinsi);
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor (nomor perda) Tanggal (tanggal perda) tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (Kota/Kabupaten), dapat disampaikan bahwa Pemerintah
(Kota/Kabupaten) telah menetapkan lokasi Pelabuhan (nama Pelabuhan) berada pada
peruntukan kawasan pelabuhan;

Sesuai dengan butir 1 (satu) di atas, Pemerintah memberikan rekomendasi kesesuaian


Rencana Tata Ruang Wilayah (Walikota/Kabupaten) untuk Rencana Induk Pelabuhan
(nama Pelabuhan).

Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka pada prinsipnya Pemerintah


(Walikota/Kabupaten) mendukung penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (nama
Pelabuhan).

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 93


WALIKOTA/BUPATI

……………………………………..
Tembusan:
Menteri Perhubungan RI;
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan;
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan, Ditjen
Hubla;
Kepala Kantor (Otoritas
Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan.

Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 94

Anda mungkin juga menyukai