Nomor :
a
Tanggal :
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIREKTORAT KEPELABUHANAN
KATA PENGANTAR
DIREKTUR KEPELABUHANAN
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk-Nya sehingga Revisi buku Petunjuk Teknis Penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan ini dapat dilaksanakan.
Buku ini berisi pPetunjuk Penyusunan Dokumen Rencana Induk Pelabuhan digunakan
sebagai pedoman pedoman pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan dokumen yang
dapat menggambarkan kondisi wilayah, kebijakan, rencana pembangunan dan
pengembangan suatu pelabuhan sesuai dengan kebutuhan.
Revisi Buku Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan ini merupakan
perbaikan dari buku Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan yang telah
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
PP.001/2/19/DJPL – 14 tanggal 5 Agustus 2014 untuk menyesuaikan substansi
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan terhadap adanyadengan
perubahan kebijakan, lingkungan strategis dan perkembangan kebutuhan dokumen
perencanaan teknis lainnya serta sebagai aksi lanjut arahan Menteri Perhubungan agar
melakukan simplifikasi proses penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan.
Diharapkan pPetunjuk Tteknis ini juga dapat digunakan oleh berbagai pihak terkait
penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan sehingga dapat membantu dan
meningkatkan kualitas substansi dokumen.
Kami menyadari bahwa buku Petunjuk Teknis ini masih belum sempurna, sehingga s. Oleh
karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya bersifat membangun sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan buku Petunjuk Teknis ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
sehingga buku Petunjuk Teknis ini dapat disusun.
Akhir kata, semoga buku pPetunjuk teknis Teknis ini dapat memberikan manfaat bagi para
seluruh pihak yang terlibat dalam perencanaan pembangunan pelabuhan.
SUBAGIYO
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan Hidayah-Nya maka Revisi buku Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan dapat disusun.
Diharapkan buku Petunjuk Teknis ini dapat diterapkan oleh seluruh pemangku
kepentingan untuk memperoleh hasil perencanaan yang baik, matang dan menyeluruh
dalam rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan buku pPetunjuk Tteknis ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dan kendala serta permasalahan
yang perlu diantisipasi dalam upaya mewujudkan rencana pembangunan/pengembangan
pelabuhan. Oleh karena itu diharapkan saran perbaikan, sumbangan pemikiran dan
masukan serta kritikan dalam penyempurnaan buku Petunjuk Teknis ini.
ARIF TOHA
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 5
BAB II TATA CARA PENYUSUNAN ..................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sistem transportasi, pelabuhan merupakan suatu simpul dari mata rantai
kelancaran muatan angkutan laut dan darat, yang selanjutnya berfungsi sebagai
kegiatan peralihan antar moda transportasi.
Dasar hukum penyusunan Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan adalah
sebagai berikut:
r. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran
di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan;
s.
u. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;
v. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Laut;
w. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
x. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
y. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2013;
z. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2011;
aa. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Pelabuhan Batam;
bb. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP);
cc. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2021 tentang Terminal Khusus
dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri;
dd. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan
Reklamasi;
ee. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 53 Tahun. 2011 tentang Pemanduan;
ff. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2011 tentang Alur pelayaran di
Laut;
gg. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama;
hh. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;
jj. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan PM 71 Tahun 2021;
kk. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 KP. 414 432 Tahun 2013
tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 172 Tahun 2021.
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan dalam
penyusunan Rencana Induk Pelabuhan. Penerapan penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan disesuaikan dengan kondisi eksisting di masing-masing pelabuhan, dan
direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan hierarki pelabuhan tersebut.
Maksud dari disusunnya Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan adalah
sebagai panduan bagi penyelenggara pelabuhan dan setiap pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam menyusun Rencana Induk Pelabuhan. Sedangkan tujuan dari
penyusunan petunjuk teknis ini untuk meningkatkan kualitas Rencana Induk Pelabuhan
agar memenuhi standar aspek perencanaan, teknis, keselamatan, dan keamanan
pelayaran.
1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
3. Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari;
10. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau
badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk pelayaran;
11. Badan Usaha Pelabuhan adalah Badan Usaha yang kegiatan usahanya khusus di
bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya;
13. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan
pelabuhan;
16. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pedoman dalam penetapan lokasi,
pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan, dan penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan;
18. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara
termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya;
19. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang;
20. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
22. Trafik adalah arus lalu-lintas moda angkutan darat dan laut termasuk pergerakan
muatannya di kawasan pelabuhan.
Terhadap usulan yang memenuhi kriteria dapat dilanjutkan ke proses usulan program
kebutuhan anggaran. Terhadap lokasi yang telah disetujui untuk mendapatkan alokasi
anggaran penyusunan studi rencana induk pelabuhan, akan disampaikan melalui surat
pemberitahuan kepada penyelenggara pelabuhan
USULAN PENYUSUNAN
2.1.1 RENCANA
Tahapan Penyusunan INDUK
Rencana Induk PELABUHAN
Pelabuhan melalui dana APBN
Penyelenggara Pelabuhan
DIREKTUR
JENDERAL
PERHUBUNGAN
LAUT
EVALUASI PERMOHONAN
PENYUSUNAN RENCANA INDUK
PELABUHAN KRITERIA EVALUASI a.l :
DIREKTORAT TEKNIS KETERSEDIAAN ANGGARAN;
ADA TIDAKNYA STUDI YANG
Usulan penyelenggara yang PERNAH DILAKUKAN
belum disusun, sebagai bahan SEBELUMNYA;
pengajuan program pada tahun PENGUSULAN PROGRAM
RIPN;
anggaran selanjutnya KEADAAN KAHAR;
PERUBAHAN KONDISI
SURAT PEMBERITAHUAN PENYUSUNAN STRATEGIS WILAYAH;
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk
STUDI RENCANA INDUK Pelabuhan KEBIJAKAN NASIONAL.
10
PEMAPARAN KONSULTAN
SURVEY
LAPORAN DOKUMEN LAPANGAN
ANTARA SOSIALISASI AWAL
/DISKUSI/FGD/
PEMAPARAN KONSULTAN
PEMAPARAN
LAPORAN DOKUMEN SEMI
OP/KSOP/UPP/PEMDA/
RAMPUNG PEMERINTAH /INSTANSI
TERKAIT
PEMAPARAN KONSULTAN
LAPORAN DOKUMEN
RAMPUNG
2.1.2 Tahapan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan melalui dana Non APBN
PENYELENGGARA PELABUHAN
PROSES PENYUSUNAN
DOKUMEN RENCANA INDUK
LAPORAN DOKUMEN
PENDAHULUAN
PEMAPARAN KONSULTAN
LAPORAN DOKUMEN
RAMPUNG
Gambar 2. 2 Skema Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Umum melalui dana non APBN
Untuk menjamin substansi dan materi dalam dokumen studi rencana induk pelabuhan
yang disusun dengan dana non APBN memenuhi ketentuan dalam petunjuk teknis,
maka kepada Pemerintah Daerah / Badan Usaha Pelabuhan / Pemrakarsa penyusun
studi rencana induk pelabuhan agar sekurang-kurangnya melaksanakan rapat
pembahasan dengan mengundang Direktorat Kepelabuhanan pada Laporan
Pendahuluan dan Laporan Dokumen Semi Rampung. Dokumen Studi Rencana Induk
Pelabuhan yang telah memenuhi ketentuan dalam petunjuk teknis ini akan diberikan
rekomendasi teknis dan selanjutnya akan diserahkan kepada penyelenggara pelabuhan
untuk selanjutnya dapat dilanjutkan untuk proses lanjut penetapan sesuai dengan
hierarki pelabuhan.
PENGUMPULAN DATA
PERSIAPAN
ditujukan untuk
persiapan survey, kajian
literatur,dan identifikasi
0 memperoleh data
sekunder maupun primer
awal wilayah studi
1 yang dibutuhkan dalam
kegiatan analisis
02
ANALISIS
RENCANA
PENGEMBANGAN
ditujukan untuk
menghasilkan besaran
kebutuhan pengembangan 0ditujukan untuk menyusun
pentahapan pengembangan
0
di wilayah daratan dan
perairan 3daratan
dan penzonasian baik
maupun perairan
4
a. Laporan Pendahuluan
1) organisasi pelaksanaan pekerjaan, antara lain struktur organisasi dan susunan tim
pelaksana/tenaga ahli dan pendukung;
2) pendahuluan, antara lain latar belakang, maksud tujuan, lingkup pekerjaan, lokasi
studi, hierarki pelabuhan, landasan hukum, dan sistematika penulisan;
3) gambaran umum wilayah studi, antara lain letak administrasi wilayah, profil
demografi, perekonomian/PDRB, potensi wilayah, dan jaringan transportasi;
4) metodologi pekerjaan, antara lain alur pikir, metode pengumpulan data, metode
analisis dan proyeksi, metode perhitungan kebutuhan fasilitas daratan dan perairan,
serta metode rancangan DLKr/DLKp;
, berdasarkan kriteria evaluasi yang digunakan antara lain : Penyusunan Studi Rencana
Induk Pelabuhan adalah sebagai berikut:
3. Ada / tidaknya studi Rencana Induk Pelabuhan dalam 5 (lima) tahun terakhir;
4. Keadaan Kahar (seperti antara lain : bencana alam, perubahan administrasi, dll).
Untuk usulan yang memenuhi kriteria, akan disampaikan surat persetujuan penyusunan
dokumen rencana induk pelabuhan kepada penyelenggara pelabuhan dan selanjutnya
diteruskan kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Pelabuhan guna dapat dilanjutkan
dalam proses berikutnya.
Surat persetujuan penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan tersebut menjadi dasar
Pemerintah Daerah/Badan Usaha Pelabuhan untuk melaksanakan tahapan penyusunan
dokumen rencana induk.
Selanjutnya, Pemerintah Daerah / Instansi terkait pemrakarsa yang telah menerima surat
persetujuan penyusunan rencana induk selanjutnya akan berkoordinasi dengan
Penyelenggara Pelabuhan dan Pemerintah Pusat Direktorat Kepelabuhanan untuk proses
pelaksanaan serta menyampaikan rencana kerja (time line) penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan.
1) pendahuluan, antara lain latar belakang, maksud tujuan, lingkup pekerjaan, lokasi
studi, hierarki pelabuhan, dan sistematika penulisan;
2) tinjauan kebijakan, antara lain landasan hukum, Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kota/Kabupaten, dan Rencana Induk Pelabuhan nasional;
4) hasil survei lapangan, antara lain peta bathimetri dan topografi, pasang surut, arus,
gelombang, sedimen, data hasil kuesioner dan wawancara, dan dokumentasi;
7) analisis awal prakiraan permintaan jasa angkutan laut, antara lain metode analisis,
asumsi, analisis pergerakan barang, penumpang, dan kapal, asal tujuan, rencana
spesifikasi kapal, dan pola operasi angkutan laut;
9) rona awal lingkungan, antara lain analisis sumber dampak pencemaran, kondisi
fasilitas penampung dan pengolah limbah, konsep ecoport, kebutuhan ruang terbuka
hijau, studi/ijin lingkungan eksisting.
1) pendahuluan, antara lain latar belakang, maksud tujuan, lingkup pekerjaan, lokasi
studi, hierarki pelabuhan, dan sistematika penulisan;
2) tinjauan kebijakan, antara lain landasan hukum, Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kota/Kabupaten, dan Rencana Induk Pelabuhan nasional;
7) analisis prakiraan permintaan jasa angkutan laut, antara lain metode analisis,
asumsi, analisis pergerakan barang, penumpang, dan kapal, asal tujuan, rencana
spesifikasi kapal, dan pola operasi angkutan laut;
10) rona awal lingkungan, antara lain analisis sumber dampak pencemaran, kondisi
fasilitas penampung dan pengolah limbah, konsep ecoport, kebutuhan ruang terbuka
hijau, studi/ijin lingkungan eksisting, arahan studi lingkungan yang diperlukan; dan
11) Analisis ekonomi dan/atau finansial, antara lain metode analisis, biaya
pengembangan, dan analisis kelayakan ekonomi dan/atau finansial.
Dalam proses pengumpulan data awal dan sekunder, dikumpulkan data pendukung
yang harus diperoleh antara lain : seperti berikut ini:
b. Data Sosial Ekonomi Wilayah, Gambaran umum wilayah studi, meliputi antara lain:
2) Peta pola ruang dan peta struktur ruang tata guna lahan di sekitar lokasi rencana
pelabuhan; dan
3) Peta laut dari Dishidros TNI AL, dan peta geospasial dari Badan Informasi
Geospasial.;
5) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pembangunan pelabuhan.
5)
Data spesifikasi kapal eksisting dan data kapal yang telah beroperasi di
wilayah sekitarnya;
7) Dinas Kelautan dan Perikanan, antara lain untuk mendapatkan informasi awal
terkait Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K), Tata
Ruang Laut dan kebijakan lainnya di Sektor Kelautan;
8) Operator sarana angkutan laut, antara lain untuk mengetahui sarana angkutan
laut eksisting, trayek, frekuensi, jumlah penumpang dan barang, kendala
operasional dan rencana pengembangan sarana;
Kuesioner diisi oleh masyarakat sekitar pelabuhan dengan tujuan mengetahui karakteristik
masyarakat di sekitar pelabuhan dan yang menjadi pengguna transportasi laut,
seperti kondisi fisik, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.
Mendapatkan data primer mengenai kondisi dan karakteristik transportasi laut yang
meliputi : kondisi pelabuhan, jaringan transportasi laut, zona asal dan tujuan barang /
penumpang, jenis dan ukuran kapal, serta hambatan-hambatan.
Mendapatkan.
f. Karakteristik Laut
a. Survey Topografi
b. Survey Bathimetri
1) Survey Bathimetri
3) PengPengukuranukuran a Arus
Sedimen layang (total suspended solid) diambil sebanyak 2 (dua) titik sampel
dan pada masing-masing titik sampel dilakukan pengambilan sedimen layang
pada 3 (tiga) kedalaman yaitu 0,2 d, 0,6 d dan 0,8 d untuk memperoleh nilai
sedimen layang sebagai indikator awal ada tidaknya potensi pendangkalan di
perairan pelabuhan.
Data angin digunakan sebagai bahan kajian penentuan arah dan besar angin
dominan (wind rose), yang diperoleh antara lain dari Badan Meteorologi
Klimatologi Geofisika (BMKG) dengan kebutuhan minimal data 10 (sepuluh)
tahun terakhir. Selanjutnya data tersebut disimulasikan dengan program
komputer sehingga diperoleh perkiraan arah dominan dan tinggi gelombang
maksimum di perairan pelabuhan serta perkiraan waktu layan operasional
pelabuhan dalam satu tahun. .
Survey lapangan untuk permintaan jasa angkutan laut dilakukan bila tidak tersedia
data operasional yang memadai untuk dijadikan bahan analisis kebutuhan
a. Analisis kebijakan
b. Analisis Teknis
1) Kajian hasil survey topografi yang menggambarkan kondisi elevasi area darat
untuk memperkiraan rencana kegiatan area darat yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan pembangunan/ pengembangan pelabuhan;.
6) Evaluasi Kajian kondisi fisik dan daya dukung lahan di lokasi rencana pelabuhan;
8) ;
4) Kajian terhadap kendala kondisi alam yang menjadi batasan dalam pengembangan
pelabuhan.
2) Analisis Asal Tujuan Lalu Lintas Kapal (Origin Destination Analysis); dan
08022018
d. Analisis Operasional
4) kajian alur dan kawasan perairan pelabuhan bila ada pelabuhan lain
disekitarnya;
Analisis kebutuhan jenis fasilitas pelabuhan dan termasuk kebutuhan lahan harus
berdasarkan pada mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional berdasarkan hierarki pelabuhan yang ada dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional.
Analisis kebutuhan biaya agar yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dan
atau satuan harga pasar yang berlaku setelah memperhatikan hasil analisa ekonomi
a) Dermaga;
b) gudang lini 1;
d) terminal penumpang;
f) terminal ro-ro;
h) fasilitas bunker;
n) car terminal;
o) terminal multipurpose;
a) kawasan perkantoran;
i) kawasan perdagangan;
a) alur-pelayaran;
j) terminal terapung.
Hasil Studi Rencana Induk Pelabuhan terdiri dari 3 (tiga) 2 (dua) dokumen yang harus
diserahkan secara lengkap yaitu:
2.3.1. Buku 1 Dokumen Kompilasi Data dan Analisis Prediksi Kajian Akademis
Rencana Induk Pelabuhan
Dokumen Kompilasi Data dan Analisis Prediksi mMerupakan laporan final pelaksanaan
kegiatan studi penyusunan dokumen rencana induk pelabuhan, dan yang
mengulasmembahas secara komprehensif, dengan kerangka laporan minimal:
c. Dokumen ini menuangkan hasil analisis kebutuhan fasilitas pelabuhan kedalam rencana
pentahapan pembangunan dan pengembangan pelabuhan untuk jangka pendek (5
tahun), jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (20 tahun). Rencana
pengembangan juga dituangkan dalam layout/peta dan diberi warna yang berbeda untuk
setiap pentahapan. Dalam dokumen ini disusun pengaturan zonasi daratan dan perairan
serta rancangan DLKr/DLKp dalam bentuk peta berdasarkan perhitungan kebutuhan
fasilitas perairan.
Analisis yang disampaikan dalam dokumen ini merupakan kajian komprehensif, yang
membahas antara lain :
Bab I Pendahuluan
1. Antara lain :
antara lain menjelaskan letak georafis, batas wilayah, luas wilayah, jumlah
kabupaten/kecamatan/kelurahan.
Antara lain menjelaskan secara umum kondisi fisik dasar (antara lain kondisi
daratan, kondisi perairan, geologi/tanah, potensi bencana dll) dan kondisi
klimatologi (cuaca, iklim, suhu udara, curah hujan, angin dll).
c. Kondisi kependudukan;
Antara lain menjelaskan kondisi sosial penduduk antara lain dilhat dari
jumlah, kepadatan, mata pencarian, pendidikan dll.
d. Kondisi perekonomian;
Antara lain menampilkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan.
e. Potensi wilayah;
Antara lain :
Antara lain :
7. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K); dan
a.
c. Koordinat geografis pelabuhan (derajat, menit, detik) dan koordinat UTM dalam
peta Rupa Bumi Indonesia (one map policy);
m. Kondisi akses jalan dari dan menuju pelabuhan yang dilengkapi kelas jalan dan
foto serta rute angkutan umum;
menyampaikan kondisi arus terkecil, rata rata, dan terbesar (arah dan
besar);
c.
Data trafik pelabuhan yang disampaikan adalah data minimum 5 (lima) tahun
terakhir mencakup, antara lain :
Arus volume bongkar muat (peti kemas, barang umum/general cargo, curah
dll);
dibagi menurut jenis barang dan dipisahkan antara barang yang dibongkar
dengan barang yang dimuat, dan ;
Jumlah Muatan
No Tahun Total Barang (ton)
Bongkar (ton) Muat (ton)
1. 2016 13.956 4.575 18.531
2. 2017 16.077 4.276 20.353
3. 2018 21.169 9.265 30.434
4. 2019 21.602 22.542 44.144
5 2020 65.259 9.527 74.786
6 2021 71.084 25.323 96.407
Arus naik dan turun dipisahkan dan ditampilkan dalam tabel dan diagram
garis.
o
Arus kunjungan kapal/ship call, ;
Kunjungan Kapal
15102018
Bab ini menjelaskan Berisi hasil analisis dari data yang diperoleh baik primer
maupun sekunder. melalui pengamatan di lapangan maupun data sekunder yang telah
tersedia. Data trafik kunjungan kapal, bongkar muat barang, naik turun
penumpang di pelabuhan diproyeksikan dalam kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun ke depan untuk didapatkan perhitungan memperoleh perkiraan kebutuhan
rencana pengembangan pelabuhan (wilayah daratan dan perairan).
1. Metode Analisis
b.
Dalam setiap analisis yang digunakan, agar dilakukan proyeksi dengan lebih dari
satu metode proyeksi dengan dilengkapi analisis uji kekuatan antara variable
(antara lain uji R2 dan standar error) sehingga dari berbagai metode proyeksi
tersebut dapat disimpulkan metode proyeksi terpilih sehingga proyeksi yang
digunakan terjustifikasi merupakan metode proyeksi yang paling tepat. Dalam
penyampaian grafik hasil proyeksi agar ditambahkan persamaan dan persamaan uji
kekuatan antara variabelnya. Analisis yang dilakukan antara lain meliputi:
Jika dalam satu pelabuhan terdapat beberapa terminal, maka peta rencana
pengembangan disajikan juga untuk setiap terminal. Contoh dapat dilihat dalam
lampiran 8.
Salah satu model evaluasi kelayakan ekonomi dan finansial yang dapat
digunakan adalah evaluasi kelayakan ekonomi dan finansial yang
memperhitungan perbandingan nilai biaya – manfaat dengan menggunakan
indikator ekonomi dan finansial, antara lain Benefit-Cost Ratio (BCR), Net
Present Value (NPV), Economic Internal Rate of Return (EIRR), Financial
Internal Rate of Return (FIRR), dan Payback Period.
a.
BCR adalah nilai perbandingan antara total nilai arus manfaat dengan total
nilai arus biaya yang dikeluarkan. Total nilai arus manfaat ini diperoleh dari
perhitungan keuntungan langsung yang diperoleh dari pengurangan biaya
operasi kendaraan, dan penghematan waktu perjalanan. Sedangkan total
nilai arus biaya diperoleh dari total biaya konstruksi, biaya pemeliharaan
tahunan, dan pemeliharaan lima tahunan.
Dalam hal ini indikator BCR dapat dinyatakan dalam bentuk rumusan
sebagai berikut :
BCR = (B – (E – C))/C
Dimana :
c.
NPV diperoleh dari total manfaat yang diperoleh dari pembangunan selama
umum proyek dikurangi dengan total biaya selama umur proyek dan dihitung
berdasarkan nilai sekarang (present value). NPV memperhitungkan nilai waktu
NPV > 0 : artinya bernilai positif, maka proyek layak secara finansial;
e.
f. NPV diperoleh dari total manfaat yang diperoleh dari pembangunan selama
umum proyek dikurangi dengan total biaya selama umur proyek dan dihitung
berdasarkan nilai sekarang (present value). NPV memperhitungkan nilai waktu
terhadap uang. Untuk itu discount rate ditetapkan an digunakan untuk menilai
seluruh biaya dan pendapatan di masa datang ke dalam nilai sekarang. Dengan
menjumlahkan seluruh biaya dan pendapatan yang telah disesuaikan nilainya
tersebut, maka diperoleh NPV.
NPV > 0 : artinya bernilai positif, maka proyek layak secara finansial;
NPV < 0 : artinya bernilai negatif, maka proyek tidak layak.
Dimana :
Adalah suatu nilai bunga (rate) yang menjadikan net present value antara
manfaat dan biaya menjadi sama atau selisihnya menjadi nol. Apabila nilai FIRR
adalah lebih tinggi dari opportunity rate berarti investasi dapat dinilai cukup
menguntungkan dibandingkan dengan penyimpanan uang tersebut yang
menghasilkan bunga bank
Adalah suatu nilai bunga (rate) yang menjadikan net present value antara manfaat
dan biaya menjadi sama atau selisihnya menjadi nol. Apabila nilai FIRR adalah
lebih tinggi dari opportunity rate berarti investasi dapat dinilai cukup
menguntungkan dibandingkan dengan penyimpanan uang tersebut yang
menghasilkan bunga bank.
f. Payback Period
3.
Tolak ukur peniliaian kelayakan ekonomi, yaitu EIRR, NPV, dan BCR sehingga
dapat dinyatakan apakah kegiatan pengembangan/pembangunan layak
secara ekonomi atau tidak.
Contoh ulasan :
Contoh ulasan :
Tolak ukur penilaian kelayakan finansial, yaitu FIRR, NPV, BCR, dan Payback
Period sehingga pengembangan/pembangunan layak secara finansial atau
tidak.
Kapal 700 GT dan jasa penumpukan barang yang rata – rata diperkirakan 3
hari sebesar Rp.600,- per ton.
Adapun untuk faktor biaya, terdapat tiga komponen biaya yang akan
diperhitungkan dalam analisis, yaitu biaya investasi pengadaan tanah,
pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya, dan biaya pemeliharaan.
Contoh :
Dalam melakukan kajian ini, agar berpedoman pada peraturan antara lain Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin LIngkungan,
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup, dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
1. Uraian singkat tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang disesuaikan
dengan lingkup kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Curah hujan;
Suhu udara;
Angin;
Evapotranspirasi;
5. , antara lain :
9. Kesehatan Masyarakat Kabupaten (pola penyakit dan tingkat kesakitan, status gizi,
askes masyarakat kepada layanan kesehatan, kesehatan lingkungan).
11. Isu – isu lingkungan yang mungkin terjadi terkait rencana kegiatan
pembangunan fasilitas pelabuhan, antara lain :
c. Emisi Udara;
d. Pengelolaan Sampah (Sampah Umum, Air Limbah, Limbah Padat);
Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan komprehensif dari dokumen kompilasi data dan
analisa prediksi, dan dokumen rencana pembangunan dan pengembangan, yang dilengkapi
dengan gambar layout dan peta pendukung. Ringkasan Eksekutif menjadi lampiran dalam
Daftar Gambar
Bab 1 Pendahuluan
1. Latar belakang;
2. Dasar Hukum;
3. Maksud dan Tujuan;
4. Hierarki Pelabuhan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
PERBAIKAN YAJENDERAL
DIREKTUR
PERHUBUNGAN LAUT
TIDAK
EVALUASI DOKUMEN RENCANA
INDUK PELABUHAN
MENTERI PERHUBUNGAN
PENETAPAN
Cq. SEKRETARIS JENDERAL
YA
LEGALISASI (DILEMBAR NEGARAKAN)
MENTERI PERHUBUNGAN
KEMENKUMHAM
PUBLIKASI
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut akan melakukan evaluasi dokumen Rencana Induk
Pelabuhan. Dari hasil evaluasi tersebut, dokumen Rencana Induk Pelabuhan yang perlu
dilakukan perbaikan akan diberikan batas waktu perbaikan sampai dengan 2 (dua) bulan
dari tanggal diterbitkannya surat Direktur Pelabuhan dan Pengerukan kepada
Penyelenggara Pelabuhan tentang penyampaian perbaikan dokumen Rencana Induk
Pelabuhan.
Menteri Perhubungan Cq. Sekretaris Jenderal akan mengevaluasi RPM dan dokumen
Rencana Induk Pelabuhan dimaksud untuk proses penetapannya oleh Menteri
Perhubungan.
PERBAIKAN
EVALUASI PERMOHONAN
PENETAPAN RENCANA
TIDAK INDUK PELABUHAN
PEMERINTAH PROVINSI
YA
PENETAPAN
GUBERNUR
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 65
DISAMPAIKAN KEPADA
PENYELENGGARA PELABUHAN
DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Cq. DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
Pemerintah Provinsi akan mengevaluasi dokumen Rencana Induk Pelabuhan. Dari hasil
evaluasi tersebut, Penyelenggara Pelabuhan harus menyampaikan perbaikan dokumen
Rencana Induk Pelabuhan dimaksud.
Rencana Induk Pelabuhan akan ditetapkan oleh Gubernur dan diserahkan kepada
Penyelenggara Pelabuhan sebagai aset barang tak berwujud. Penyelenggara Pelabuhan
menyampaikan Rencana Induk Pelabuhan yang sudah ditetapkan oleh Gubernur kepada
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Cq. Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan.
PERBAIKAN
EVALUASI PERMOHONAN
TIDAK PENETAPAN RENCANA
INDUK PELABUHAN
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
YA
PENETAPAN
BUPATI/WALIKOTA
DISAMPAIKAN KEPADA
Gambar 3. 3 Skema Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpan Lokal
PENYELENGGARA PELABUHAN
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan 67
DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DAN GUBERNUR
Rencana Induk Pelabuhan akan ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan diserahkan kepada
Penyelenggara Pelabuhan sebagai aset barang tak berwujud. Penyelenggara Pelabuhan
menyampaikan rencana induk pelabuhan yang telah ditetapkan kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Cq. Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan dan kepada Gubernur.
A. Fasilitas Daratan
1. Panjang Dermaga
Keterangan
n : jumlah tambatan
L : panjang dermaga yang terdiri dari n tambatan
Keterangan:
2
A : luas gudang (m )
T : Throughput per tahun (muatan yang lewat tiap tahun, ton)
TrT : transit time/dwelling time (waktu transit, hari)
Sf : Strorage factor (rata-rata volume untuk setiap satuan berat komoditi, m3/ton;
misalkan tip 1 m3 muatan mempunyai berat 1,5 ton; berarti Sf =
1/1,5=0,6667)
Sth : Stacking height (tinggi tumpukan muatan, m)
BS : Broken Sewage of Cargo (volume ruang yang hilang diantara tumpukan
muatan dan ruangan yang diperlukan untuk lalu lintas alat pengangkut seperti
fortklift atau peralatan lain untuk menyortir, menumpuk dan memindahkan
muatan, %)
365 : Jumlah hari dalam satu tahun
B. Fasilitas Perairan
AREAL R = L + 6D + 30 METER
TEMPAT R : Jari-jari areal untuk labuh per kapal
BERLABUH L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air
AREAL R = L + 6D + 30 METER
ALIH MUAT R : Jari-jari areal untuk labuh per kapal
KAPAL L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air
AREAL D = 2L
KOLAM PUTAR D : diameter areal kolam putar
L : Panjang kapal maksimum
AREAL R = L + 6D + 30 METER
PINDAH LABUH R : Jari-jari areal untuk pindah labuh
KAPAL L : kapal
D : Panjang kapal maksimum
Kedalaman air
AREAL
PERCOBAAN Faktor yang perlu diperhatikan adalah
BERLAYAR ukuran kapal rencana
AREAL
FASILITAS Faktor yang perlu diperhatikan adalah
PEMBANGUNAN DAN ukuran kapal maksimum yang
PEMELIHARAAN dibangun atau diperbaiki
BAB V
PENUTUP
Sarana Bantu Satu Lampu Pelabuhan, satu Light Buoy, empat Light
Navigasi Pelayaran House
Telepon PT Telkom
Satua Eksisti
Fasilitas 2005 2010 2020
n ng
Terminal Multipurpose
120 x
1 Total Panjang Dermaga m 210 x 12 210 x 12 300 x 12
12
42 x 6 2 x 63 x
2 Penambahan Trestel m - 63 x 10
10
1
Penambahan Jalan m 70 - -
0
1 160
Kantor m2 160 160 160
1
1
Penambahan Pagar m 300 230 -
0
1
Penambahan Gerbang nos 4 - -
1
1
Timbangan Truk nos 3 - -
2
1
Penambahan Jalan m 100 - -
3
1
Kantor Terminal Dermaga Barang Curah m2 1,600 - -
4
1
Ruang Perawatan Peralatan m2 684 - 360
5
1
Ruang Kontrol m2 144 - 144
7
di
JAKARTA
Berkenaan dengan butir 1 (satu) tersebut di atas, dengan hormat diusulkan agar kegiatan
studi penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (nama Pelabuhan) dapat ditampung /
dimasukkan dalam program kegiatan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Tahun
Anggaran (tahun anggaran)
Demikian disampaikan untuk proses lebih lanjut, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih.
……………………………………..
Tembusan: Pangkat (Gol)
Sekretaris Direktorat Jenderal NIP. ………………………………
Perhubungan Laut.
di
TEMPAT
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 73 ayat (1)
bahwa setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan, dan pada pasal 76
disebutkan pula bahwa penetapan Rencana Induk Pelabuhan harus sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pelabuhan (nama Pelabuhan) sesuai dengan hierarki peran dan fungsi dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional adalah pelabuhan (Utama/Pengumpul/Pengumpan Regional) yang
penetapannya oleh (Menteri Perhubungan/Gubernur).
Tembusan: ……………………………………..
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Pangkat (Gol)
Kementerian Perhubungan; NIP. ………………………………
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan,
Ditjen Hubla.
di
TEMPAT
GUBERNUR/WALIKOTA/BUPATI
Tembusan: ……………………………………..
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan;
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan, Ditjen
Hubla;
Kepala Kantor (Otoritas
Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan.
di
TEMPAT
……………………………………..
Tembusan:
Menteri Perhubungan RI;
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan;
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan, Ditjen
Hubla;
Kepala Kantor (Otoritas
Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan.