Anda di halaman 1dari 103

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR KM 62 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNGPINANG
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 17


Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015, setiap
pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan;
b. bahwa Rencana Induk Pelabuhan untuk Pelabuhan
Utama dan Pelabuhan Pengumpul ditetapkan oleh
Menteri Perhubungan setelah terlebih dahulu
mendapat rekomendasi dari Gubernur dan
Bupati/Walikota mengenai kesesuaian dengan Tata
Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
c. bahwa Rencana Induk Pelabuhan Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau disusun dengan telah
memperhatikan Rencana Induk Pelabuhan Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungpinang,
keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain
terkait di lokasi Pelabuhan Tanjungpinang, kelayakan
teknis, ekonomis dan lingkungan serta
keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal;

d. bahwa ...
-2 -

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, serta
untuk memberikan pedoman bagi pembangunan dan
pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang perlu
menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang
Rencana Induk Pelabuhan Tanjungpinang Provinsi
Jambi.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah ...


-3-

5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5731);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
10. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

11. Peraturan Menteri ...


-4 -

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62


Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2018
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara
Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1184);
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 311) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1867);
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129
Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan
Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112
Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1710);

15. Peraturan Menteri ...


- 5-

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 76


Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1183);
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1756);
17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432
Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan
Nasional;

Memperhatikan: 1. Surat Rekomendasi Gubernur Kepulauan Riau Nomor


077/097.a/set tanggal 29 Januari 2016 perihal
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Kota Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau;
2. Surat Rekomendasi Walikota Tanjungpinang Nomor
552.3/464/5.5.03/2015 tanggal 7 Mei 2015 perihal
Rekomendasi Rencana Induk Pelabuhan
Tanjungpinang;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNGPINANG.

PERTAMA Menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Tanjungpinang,


Provinsi Kepulauan Riau, sebagai pedoman dalam
pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan
dan penentuan batas-batas Daerah Lingkungan Kerja
(DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
Pelabuhan Tanjungpinang.

KEDUA ...
-6 -

KEDUA : Untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan pada


Pelabuhan Tanjungpinang yang meliputi pelayanan jasa
kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan ekonomi dan
pemerintahan lainnya, serta pengembangannya sesuai
Rencana Induk Pelabuhan Tanjungpinang, dibutuhkan
areal daratan total seluas 12.29 Ha serta areal perairan
terdiri atas:

a. areal tempat sandar seluas 2,68 Ha;


b. areal kolam putar seluas 7.02 Ha;
c. areal tempat labuh seluas 12,86 Ha;
d. areal alur pelayaran seluas 23,05 Ha;
e. areal barang berbahaya dan beracun seluas 5,9 Ha;
f. areal keperluan kapal darurat seluas 6,48 Ha;
g. areal penunjang keselamatan pelayaran seluas
16.919,48 Ha;

KETIGA : Rencana pembangunan dan pengembangan Pelabuhan


Tanjungpinang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
jasa kepelabuhanan dilakukan berdasarkan perkembangan
angkutan laut, sebagai berikut:

a. jangka pendek, dari Tahun 2015 sampai dengan


Tahun 2019;
b. jangka menengah, dari Tahun 2015 sampai dengan
Tahun 2024; dan
c. jangka panjang, dari Tahun 2015 sampai dengan
Tahun 2034;
dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.

KEEMPAT : Penyelenggara Pelabuhan Tanjungpinang menyusun


dokumen desain teknis untuk pelaksanaan pembangunan
dan pengembangan fasilitas Pelabuhan Tanjungpinang.

KELIMA : ...
-7 -

KELIMA : Fasilitas Pelabuhan Tanjungpinang yang direncanakan

untuk dibangun dan dikembangkan sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini,

dilaksanakan dengan mempertimbangkan prioritas

kebutuhan, tingkat penggunaan fasilitas pelabuhan yang

sudah terbangun dan kemampuan pendanaan sesuai

peraturan perundang-undangan serta wajib dilakukan

dengan memperhatikan aspek lingkungan, didahului

dengan studi lingkungan.

KEENAM : Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk

keperluan peningkatan pelayanan jasa kepelabuhanan,

pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi

lainnya serta pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang

dan sekitarnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

KETUJUH : Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan lahan

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEENAM terdapat

areal yang dikuasai pihak lain, maka pemanfaatannya

harus didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-

undangan.

KEDELAPAN : Rencana Induk Pelabuhan Tanjungpinang dapat ditinjau

dan dikaji ulang 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun atau

sesuai kebutuhan.

KESEMBILAN : ...
-8 -

KESEMBILAN : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melakukan


pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan
Keputusan Menteri ini.

KESEPULUH : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2019

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;
3. Menteri Dalam Negeri;
4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
5. Menteri Perindustrian;
6. Menteri Perdagangan;
7. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
8. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
9. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
10. Gubernur Kepulauan Riau;
11. Walikota Tanjungpinang;
12. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal dan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;
13. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II
Tanjungpinang.

jai dengan aslinya


3ALA BlKO HUKUM '

WAHJU ADJI H.. SH, DESS


Pembina Utama Madya (IV/d)
19651022 199203 1 001
Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor : k m 62 t a h u n 201 9
Tanggal : 13 M a r e t 2019

RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PINANG


PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

i
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.7.4 Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh..............................................3-16


DAFTAR ISI 3.8 PERAMALAN GELOMBANG (HINDCASTING) PERAIRAN TANJUNGPINANG................3-17
3.8.1 Estimasi Kecepatan Angin Permukaan..............................................3-17
3.8.2 Penentuan Area Pembangkitan Gelombang (Fetch).............................3-19
3.8.3 Peramalan Gelombang (Hindcasting) ..............................................3-19
3.8.4 Rangkuman Hasil Peramalan Gelombang.......................................... 3-22
BAB 4. ANALISIS PERAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN LAUT................................4-1
4.1 METODE ANALISIS................................................................................ 4-1
KATA PENGANTAR............................................................... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Metode Analisis Kependudukan....................................................... 4-1
DAFTAR IS I........................................................................................................... ii 4.1.2 Metode Analisis Potensi Ekonomi..................................................... 4-1
4.2 ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH .......................................................... 4-2
DAFTAR TABEL..................................................................................................... iv
4.2.1 Analisis Penduduk.......................................................................4-2
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... vi 4.2.2 Analisis Ekonomi Wilayah Kota Tanjungpinang..................................... 4-2
4.2.2.1 Kontribusi Sektor Terhadap Pembentukan PDRB......................4-2
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................ 1-1
4.2.2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi..............................................4-3
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................1-1
4.3 POTENSI EKONOMI WILAYAH................................................................... 4-4
1.2 DASAR HUKUM....................................................................................1-1
4.3.1 Pertanian Tanaman Pangan........................................................... 4-4
1.3 Maksud dan Tujuan..............................................................................1-2
4.3.2 Peternakan.............................................................................. 4-5
1.3.1 Maksud....................................................................................1-2
4.3.3 Sektor Perikanan........................................................................ 4-5
1.3.2 Tujuan....................................................................................1-2
4.3.4 Sektor Perindustrian................................................................... 4-6
1.4 HIERARKI PELABUHAN...........................................................................1-2
4.3.5 Sektor Perdagangan.................................................................... 4-6
1.5 LOKASI STUDI.....................................................................................1-3
4.3.6 Sektor Pariwisata....................................................................... 4-6
BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH......................................................................... 2-1 4.4 ANALISIS PERGERAKAN.......................................................................... 4-7
2.1 GAMBARAN UMUM PROVINSI KEPULAUAN RIAU...............................................2-1 4.4.1 Realisasi Arus Penumpang dan Kunjungan Kapal di Pelabuhan
2.1.1 Umum.....................................................................................2-1 Tanjungpinang Sri Bintan Pura........................................................ 4-8
2.1.2 Letak dan Administrasi Wilayah.......................................................2-1 4.4.2 Proyeksi Transportasi Laut Pelabuhan Sri Bintan Pura...........................4-9
2.1.3 Fisik dan Klimatologi....................................................................2-1 4.4.2.1 Proyeksi Penumpang dan Kebutuhan Kapal............................ 4-9
2.1.4 Kependudukan...........................................................................2-1 4.4.2.2 Analisis Tingkat Pemakaian Dermaga...................................4-10
2.1.5 Perekonomian Wilayah.................................................................2-2 4.4.3 Proyeksi Transportasi Laut Pelabuhan Sri Payung Batu Anam..................4-12
2.1.6 Potensi Ekonomi.........................................................................2-3 4.4.3.1 Proyeksi Arus Penumpang dan Kebutuhan Kapal..................... 4-12
2.1.6.1 Potensi Investasi Bidang Pangan..........................................2-3 4.4.3.2 Analisis Tingkat Pemakaian Dermaga (BOR)..........................4-15
2.1.6.2 Potensi Investasi Bidang Energi...........................................2-4
BAB 5. RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN......................................................... 5-1
2.2 GAMBARAN UMUM KOTA TANJUNGPINANG...................................................2-4
5.1 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNGPINANG.............................. 5-1
2.2.1 Letak Geografis..........................................................................2-4
5.2 INDIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN TANJUNGPINANG..... 5-1
2.2.2 Batas Administratif......................................................................2-4
5.2.1 Pelabuhan Sri Bintan Pura............................................................ 5-1
2.2.3 Kondisi Fisik Wilayah....................................................................2-6
5.2.1.1 Fasilitas Darat................................................................5-1
2.2.4 Kondisi Demografi/Kependudukan....................................................2-8
5.2.1.2 Fasilitas Perairan............................................................5-4
BAB 3. KONDISI EKSISTING PELABUHAN................................................................... 3-1 5.2.2 Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam ....................................... 5-9
3.1 GAMBARAN UMUM PELABUHAN.................................................................3-1 5.2.2.1 Fasilitas Darat................................................................5-9
3.1.1 Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura.................................................3-1 5.2.2.2 Fasilitas Perairan.......................................................... 5-12
3.1.2 Kondisi Pelabuhan/Terminal Sri PayungBatu Anam.................................3-3 5.2.3 Pelabuhan/Terminal Dompak........................................................ 5-18
3.2 PELABUHAN/TERMINAL DI SEKITAR LOKASI STUDI...........................................3-4 5.2.3.1 Fasilitas Darat.............................................................. 5-18
3.3 HINTERLAND PELABUHAN.......................................................................3-7 5.2.3.2 Fasilitas Perairan......................................................... 5-199
3.4 KONDISI AKSES DARI DAN KE PELABUHAN.....................................................3-7 5.2.4 Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh............................................. 5-200
3.5 KONDISI PASANG SURUT.........................................................................3-7 5.2.4.1 Fasilitas Darat............................................................. 5-205
3.6 KONDISI ARUS DAN GELOMBANG...............................................................3-8
BAB 6. ANALISIS FINANSIAL PELABUHAN TANJUNGPINANG............................................ 6-1
3.7 KONDISI FASILITAS DARAT PELABUHAN...................................................... 3-11
6.1 Potensi Pendapatan Pelabuhan Tanjungpinang............................................. 6-1
3.7.1 Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura............................................... 3-11
6.2 ANALISIS NILAI INVESTASI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNGPINANG............. 6-2
3.7.2 Pelabuhan/Terminal Sri Payung BatuAnam........................................ 3-13
6.3 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PELABUHAN TANJUNGPINANG.......................... 6-3
3.7.3 Pelabuhan/Terminal Dompak........................................................ 3-15
6.4 ANALISIS EKONOMI PELABUHAN TANJUNGPINANG.......................................... 6-4

ii
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

BA3 7. KAJIAN KONA AWAL LINGKUNGAN....... ............................. ........................... 7-1


7.1 Rona Lingkungan Awal............................................. 7-1
7.2 Langkah-Langkah Pencegahan Dampak.......................................................7-1
7.2.1 Kencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKl ) ........ ............................. 7-1
7.2.2 Rekomendasi Jenis Studi Lingkungan................................................. 7-2
7.3 Prakiraan Dampak Lingkungan................................................................. 7-3

iii
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

DAFTAR TABEL Tabel 4-6. Produksi Buah - Buahan Menurut Jenis Per Kecamatan di Kota Tanjungpinang
Tahun 2008-2012 ............................................................................... 4-5
Tabel 4-7. Produksi Ternak Besar Menurut Jenis Per Kecamatan di Kota Tanjungpinang
Tahun 2008-2012 ............................................................................... 4-5
Tabel 4-8. Produksi Unggas Menurut Jenis Per Kecamatan di Kota Tanjungpinang Tahun
2008-2012 ....................................................................................... 4-5
Tabel 1-1. KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional........................... 1- Tabel 4-9. Perkembangan Volume dan Nilai Produksi Perikanan Kota Tanjungpinang Tahun
Tabel 2-1. Kependudukan di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2010...................................... 2- 2008-2012 ....................................................................................... 4-5
Tabel 2-2. Luas Panen Tanaman Bahan Makanan Menurut Jenisnya se-Prov. Kep. Riau Tabel 4-10. Perkembangan Jumlah Industri dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota
Tahun 2010........................................................................................2-2 Tanjungpinang Tahun 2008-2012............................................................. 4-6
Tabel 2-3. Populasi Ternak (ekor) 2006 - 2010 ............................................................2-2 Tabel 4-11. Perkembangan Volume Eksport dan Import Melalui Pelabuhan Tanjungpinang
Tabel 2-4. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenisnya (ton), 2010................................ 2-3 Tahun 2008-2012 (Kg)........................................................................... 4-6
Tabel 2-5. Inflasi Kota-Kota Besar di wilayah Sumatera Tahun 2009-2011 ............................2-3 Tabel 4-12. Obyek Wisata Di Kota Tanjungpinang......................................................... 4-7
Tabel 2-6. Potensi Sumberdaya Alam Mineral dan Energi di Prov. Kepulauan Riau.................. 2-4 Tabel 4-13. Realisasi Arus Penumpang di Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2005­
Tabel 2-7. Wilayah Administrasi Kota Tanjungpinang.................................................... 2-6 2013 (Orang)..................................................................................... 4-8
Tabel 2-8. Kemiringan Lereng di Kota Tanjungpinang.................................................... 2-6 Tabel 4-14. Realisasi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura 2005­
Tabel 2-9. Identifikasi Kegiatan Pengembangan di Wilayah Kelautan.................................. 2-8 2013 (GT)......................................................................................... 4-8
Tabel 2-10. Jumlah Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2008.......................................... 2-8 Tabel 4-15. Realisasi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura 2005­
Tabel 2-11. PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kota Tanjungpinang.................................... 2-9 2013 (Call)........................................................................................ 4-9
Tabel 3-1. Daftar Fasilitas Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Sri Bintan Pura...................... 3-1 Tabel 4-16. Proyeksi Penumpang Dalam Negeri Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun
Tabel 3-2. Arus Penumpang Tujuan Dalam Negeri Pelabuhan Sri Bintan Pura Tahun 2009­ 2015-2034........................................................................................ 4-9
2013................................................................................................3-2 Tabel 4-17. Proyeksi Penumpang Luar Negeri Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun
Tabel 3-3. Arus Penumpang Kapal Tujuan Luar Negeri Pelabuhan Sri Bintan Pura 2009­ 2015-2034 ....................................................................................... 4-9
2013................................................................................................3-2 Tabel 4-18. Proyeksi Kebutuhan Kapal Dalam dan Luar Negeri Pelabuhan/Terminal Sri
Tabel 3-4. Daftar Fasilitas Di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam......................................... 3-3 Bintan Pura 2015-2034 (Call).................................................................4-10
Tabel 3-5. Daftar Peralatan Di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam.......................................3-4 Tabel 4-19. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura (Dermaga Dalam Negeri) Tahun 2005­
Tabel 3-6. Jumlah Bongkar Muat Barang Dalam Negeri Pelabuhan Sri PayungBatu Anam 2013 (eksisting).................................................................................4-11
Tahun2009-2013 (Ton)...........................................................................3-4 Tabel 4-20. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura (Dermaga Luar Negeri) Tahun 2005-2013
Tabel 3-7. Jumlah Bongkar Muat Barang Luar Negeri Pelabuhan Sri Payung Batu Anam (eksisting).......................................................................................4-11
Tahun 2009-2013 (Ton)..........................................................................3-4 Tabel 4-21. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura (Dermaga Dalam Negeri) Tahun 2014­
Tabel 3-8. Daftar Pelabuhan/Terminal di Kota Tanjungpinang.........................................3-5 2034..............................................................................................4-11
Tabel 3-9. Data Pengukuran Arus Pelabuhan Tanjungpinang............................................3-8 Tabel 4-22. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura (Dermaga Luar Negeri) Tahun 2014-2034.... 4-12
Tabel 3-10. Distribusi Angin Bulan Januari-Juni pada Tahun 2005-2015 di Lokasi Tabel 4-23. Realisasi Arus Barang di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam 2005-2013
Tanjungpinang (blowing from)............................................................... 3-17 (Ton/m3)........................................................................................4-13
Tabel 3-11. Distribusi Angin Bulan Juli-Desember pada Tahun 2005-2015 di Lokasi Tabel 4-24. Realisasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Tahun
Tanjungpinang (blowing from)............................................................... 3-18 2005-2013 (Call)................................................................................4-13
Tabel 3-12. Hasil Perhitungan Panjang Garis Pembangkitan Efektif................................... 3-19 Tabel 4-25. Realisasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Tahun
Tabel 3-13. Tinggi Gelombang Maksimum Tiap Arah Tiap Tahun....................................... 3-20 2005-2013 (GT).................................................................................4-13
Tabel 3-14. Distribusi Gelombang Bulan Januari-Juni pada Tahun 2005-2015 di Lokasi Tabel 4-26. Proyeksi Barang Ekspor & Impor Serta Kebutuhan Kapal (International) Di
Tanjungpinang (blowing from)............................................................... 3-20 Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Tahun 2015-2034 (Ton)...................4-14
Tabel 3-15. Distribusi Gelombang Bulan Juli-Desember pada Tahun 2006-2016 di Lokasi Tabel 4-27. Proyeksi Barang Dalam Negeri dan Kebutuhan Kapal (Antar Pulau) di
Pelabuhan Tanjungpinang (propagating from)............................................. 3-21 Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Tahun 2015-2034 (Ton)...................4-15
Tabel 4-1. Proyeksi Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2034............................... 4-2 Tabel 4-28. Analisis BOR Kapal Dalam Negeri Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
Tabel 4-2. PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kota Tanjungpinang................................... 4-2 Tahun 2005-2013...............................................................................4-16
Tabel 4-3. PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tabel 4-29. Analisis BOR Kapal International Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
2000 Tahun 2009-2013...........................................................................4-3 Tahun 2005-2013...............................................................................4-16
Tabel 4-4. Produksi Bahan Makanan Menurut Jenis Per Kecamatan di Kota Tanjungpinang Tabel 4-30. Analisis BOR Kunjungan Kapal Dalam Negeri (Antar Pulau) Di Pelabuhan Sri
Tahun 2008-2012.................................................................................4-4 Payung Batu Anam Tahun 2014-2034........................................................4-16
Tabel 4-5. Produksi Sayur - Sayuran Menurut Jenis Per Kecamatan di Kota Tanjungpinang Tabel 4-31. Analisis BOR Kunjungan Kapal Luar Negeri Negeri (International) Di Pelabuhan
Tahun 2008-2012.................................................................................4-4 Sri Payung Batu Anam Tahun 2014-2034....................................................4-17

iv
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 5 1. Tingkat Pemakaian Dermega (Hasil Analisis BOR) di Pelaouhan/Terminal Sri


Bintan F’ura Tahu i 2014-2034................................................................. 5-2
Tabel 5 2. Taliapan Pengembangan Pelabuian/Terminal ‘>ri Bintan Pura.............................5-4
Tabel 5 3. Rencana Karakteristik Kapal di Pelabuhan Sri Bintan Pura...,............................. 5-4
Tabel 5 4. Analisis Kebutuhan Zonasi Peraihan Felabuan Sri Bintan Pura .............................5-7
Tabel 5 5. Hasil Aralisi; BOR Dermaga International dan Antar Pulau Pelabuhan Sri Payung
Batu Anam ........................... ,........................... ,........................... 5-9
Tabel 5 6. Rencana Pengembangan Pelabuhan /Terminal Sri Payung Batu Anam.................. 5-12
Tabel 5 7. Rencana Karakteristik Kapal.......... ............................. 5-12
Tabel 5 8. Analisis Kebutuhan Zonasi Perai'an Felabuan Sri Payung Batu Anam ................... 5-15
Tabel 5 9. Titik Koordinat Sbnp Pelabuhan Sri Bintar Puran Dan Sri Payung Batu Anam:......... 5-15
Tabel 5 10. Rencana Pengembangan Pelabuhan Dompak sampa Tahun 2034....................... 5-18
Tabel 5-11. Rencana Karakteristik Kapal di Pelabuhan Dompak........... ,......................... 5-19
Tabel 5 12. Analisis Kebutuhan Zonasi Peraihan Felabuan Dompak.................................... 5-20
Tabel 5 13. Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Mocoh....................................... 5-23
Tabel 5 14. Rencana Karakteristik Kapal di Pelabuhan Tanjung Mocoh.............................. 5-25
Tabel 5 15. Analisis Kebutuhan Zonasi Perai/an Felabuan Tanjung Mocoh........................... 5-26
Tabel 6 1. Potensi Pencapatan Pelabuhan Tanjungpinang (dalam Juta Rupiah).................... 6-1
Tabel 6 2. Peihitungan Biaya Investas Pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang.................. 6-2
Tabel 6 3. Perhitungan Kelayakan Finansia Pelabuhan Tanjungpinang (dalam Ju.a Rupiah].... 6-3
Tabel 7 1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Tanjungpinang.............................. 7-1
Tabel 7 2. Jenis Rencara Usaha dan/etau Kegiatan Yang //ajib Memilih AMDAL........... 7-2
Tabel 7 3. Prekiran Dampak Lingkungan........ ............................. 7-3

v
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

DAFTAR GAMBAR Gambar 4-13. Grafik Proyeksi Barang Ekspor dan Impor (International) Di Pelabuhan/Terminal
Sri Payung Batu Anam (Ton) Tahun 2015-2034.............................................4-14
Gambar 4-14. Grafik Kebutuhan Kapal Barang Ekspor & Impor (International) Di Pelabuhan Sri
Payung Batu Anam Tahun 2015-2034 (Unit)........................................ 4-14
Gambar 4-15. Grafik Kebutuhan Kapal Barang Dalam Negeri (Antar Pulau) di
Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Tahun 2015-2034 (Unit)...................4-15
Gambar 1-1. Batas-Batas DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjungpinang dan Sei Kolak Kijang............ 1- Gambar 4-16. Grafik Proyeksi Barang Dalam Negeri (Antar Pulau) Di Pelabuhan/Terminal Sri
Payung Batu Anam Tahun 2015-2034 (Ton)......................................... 4-15
Gambar 1-2 Peta Orientasi Lokasi Studi...................................................................... 1- Gambar 5-1. Rencana Pengembangan Jangka Pendek (2015-2019) Pelabuhan/Terminal Sri
Gambar 2-1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010 Provinsi Kepulauan Riau.................... 2- Bintan Pura.........................................................................................5-5
Gambar 2-2. Peta Administrasi Kota Tanjungpinang........................................................2- Gambar 5-2. Rencana Tata Guna Darat Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura...........................5-6
Gambar 3-1. Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjungpinang 2009 2013 ....................... 3- Gambar 5-3. Rencana DLKR Darat Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura.................................5-8
Gambar 3-2. Grafik Arus Penumpang Tujuan Luar Negeri 2010 - 2013.................................. 3- Gambar 5-4. Rencana Pengembangan Jangka Pendek (2015-2019) Pelabuhan/Terminal Sri
Gambar 3-3. Grafik Arus Penumpang Tujuan Dalam Negeri 2009 - 2013 ............................... 3-2 Payung Batu Anam .............................................................................. 5-13
Gambar 3-4. Grafik Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam 2009-2013 ..........3-4 Gambar 5-5. Rencana DLKR Darat Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam....................... 5-14
Gambar 3-5. Peta Sebaran Pelabuhan/Terminal Sekitar Pelabuhan Tanjungpinang.................. 3-6 Gambar 5-6. Peta Penataan Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Puran dan Sri Payung
Gambar 3-6. Hinterland Pelabuhan Tanjungpinang......................................................... 3-7 Batu Anam........................................................................................ 5-16
Gambar 3-7. Grafik Pasang Surut Pelabuhan Tanjungpinang..............................................3-8 Gambar 5-7. Peta Penempatan SBNP Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Puran dan Sri
Gambar 3-8. Peta Bathymetri Area Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura................... 3-9 Payung Batu A nam .............................................................................. 5-17
Gambar 3-9. Peta Bathymetri Area Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam......... 3-10 Gambar 5-8. Layout Pelabuhan Dompak..................................................................... 5-18
Gambar 3-10. Lay Out Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura............................................. 3-11 Gambar 5-9. Rencana Dlkr Darat Pelabuhan Dompak.....................................................5-21
Gambar 3-11. Situasi Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura............................................... 3-12 Gambar 5-10. Rencana Dlkr Perairan Pelabuhan Dompak.................................................5-22
Gambar 3-12. Lay Out Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam....................................3-13 Gambar 5-11. Layout Pelabuhan Tj Mocoh.................................................................... 5-24
Gambar 3-13. Situasi Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam ....................................... 3-14 Gambar 5-12. Peta DLKR Darat Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh.................................... 5-26
Gambar 3-14. Layout Dan Kondisi Pelabuhan Dompak.................... 3-15 Gambar 5-13. Peta DLKR Perairan Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh............................... 5-27
Gambar 3-15 Lay Out Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh............................................... 3-16 Gambar 5-14. Peta DLKR dan DLKP Pelabuhan Tanjung Pinang............................................5-28
Gambar 3-16. Distribusi Angin 10 Tahunan (2005-2015) Di Wilayah Tanjung Pinang...................3-17
Gambar 3-17. Garis Pembangkitan Gelombang (Fetch) di lokasi Pelabuhan Tanjungpinang......... 3-19
Gambar 3-18. Diagram Alir Hindcasting........................................................................3-20
Gambar 3-19. Distribusi Gelombang 10 Tahunan (2005-2015) Di Wilayah Tanjungpinang............ 3-20
Gambar 4-1. Grafik PDRB Kota Tanjungpinang Tahun 2013............................... 4-2
Gambar 4-2. Grafik PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2010-2013 ................................................................ 4-3
Gambar 4-3. Grafik PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2013 .........................................................4-4
Gambar 4-4. Potensi Wisata Kota Tanjungpinang............................................................4-7
Gambar 4-5. Grafik Arus Penumpang Dalam Negeri Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura
Tahun 2005-2013.................................................................................. 4-8
Gambar 4-6. Grafik Arus Penumpang Luar Negeri Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun
2005-2013 .......................................................................................... 4-8
Gambar 4-7. Grafik Kunjungan Kapal Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2005-2013
(GT)..................................................................................................4-9
Gambar 4-8. Grafik Kunjungan Kapal Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2005-2013
(CALL)............................................................................................... 4-9
Gambar 4-9. Grafik Proyeksi Penumpang (Dalam dan Luar Negeri) Pelabuhan/Terminal Sri
Bintan Pura 2015 - 2034........................................................................ 4-10
Gambar 4-10. Grafik Proyeksi Kebutuhan Kapal (Dalam dan Luar Negeri) Pelabuhan/Terminal
Sri Bintan Pura 2015 - 2034.....................................................................4-10
Gambar 4-11. Grafik Arus Barang di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam 2005-2013
(Ton/m3).......................................................................................... 4-13
Gambar 4-12. Grafik Realisasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
Th 2005-2013 (Call)..............................................................................4-13

vi
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

BAB 1. PENDAHULUAN 4 Undang;-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran;


5. Undang:-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 96, Tambanan Lembaran Negara Nomor 5025;
6 Undang-Undang Nomor 32 Tanun 20C9 Tentang Perlindungan dam Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
1.1 LATAP. BELAKANG
7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerirtah Oaerah;
Tanjungpinang merupakan daerah berkembang, masih sangat membutuhkan sarana 8 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
prasarana penunjang, salah satunya dengan adanya pelabuhan Tanjungpinang. Nasional;
Saat in pembangunan pelabuhan Tanjungpinang belum maksimal, sehingga bjtuh perhatian 9 Peraturan F'emerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan sebagaimana telah
lebih pemerintah pusat, mengingat aktivitas pelabuhan Tanjungpinang semakin padat, diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015
pembangunan dermaga guna kemajuan pelabuhan sangat di harapkan. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian;
Tl. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan Lingkungan Maritim;
Kunjungan kapal barang saat ini sudah semakin banyak secara otcmatis pendapatan
12. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan
perkap ta kepu auan Riau naik dengan adanya aktivitas keluar masuk barang, sangat di
Pemerintah Nomor 20 Tahun 201 C' tentang Angkutan Di Perairan
sayangkan fasili :as pelabuhan Tanjungpinang belum memadai.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahur 2 0 16 Tentang Jeni:; Dan Tarif Atas Jenis
Kondisi pelabuhan Tanjungpinang belum bisa menapung kecatargan kapal, kondisi dermaga Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kernenterian Perhubungan;
yang ada belum bisa menampung beberapa kap.al, akibatnya kapal lainnya harus antri 14. Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2007 Temiang Fasilitas Umum;
menunggu selesai pembongkaran. 15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Dengan adanya pelayanan maksimal sarana transportasi lau:, pembangunan Kepu auan Riau
Hidup.
akan se-makin kelihatan. Dukungan dari segala pihak sangat di harapkan gura pemingkatan
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2C11 Tentang Telekomunikasi
pennbangunan Kepulauan Riau kedepan.
Pelayaran;
Berdasarkan kondisi di atas, maka prasarema transportasi menjadi perlu dan penting untuk 17. Peraturan Menteri F'erhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 Tentarg Alur Pelayaran Di
dikembangkan bagi wilayah Kota Tanjungpinang dan sekitarnya, <arena sebagai daerah Laut dan/Bangunan Instalasi di Perairan;
terbuka membutuhkan mobilitas manusia dan distribusi ba'ang yang relatif tinggi. Adanya 18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2C13 Tentang Penyelenggaraan can
peningkatan kebutuhan terhadap pelayanan transportasi laut yang memadai seiring dengan Pengusahaan Angkutan Laut;
meningkatnya intensitas pembangunan di Kota Tanjungpinang, maka diperlukan 19. Nomor PM 189 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kernenterian Perhubungan
pengembangan pelabuhan umum sebagai pendukung kegiatan pelabuhan di Tanjungpinang, 20. Peraturan Atenteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2015 Tentang Stancar Keselamatan
sehingga penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang merupa<an kebutuhan Pelayaran;
mendesak untuk segera direalisasikan dan Rencanai Induk ini nantinya merupakan dokumen 2 1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 37 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayaran
acuan bagi pengembangan sarana dan prasarana transportasi laut di Pelapuhan Penumpang Angkutan Laut sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Tanjungpinang. Perhubungan Nomor PM 119 Tahun 2015;
22. Peraturan Menteri Perhubungan Nonor PM 74 Tahun 2016 Tentamg Perubahan A.as
1.2 DASAF! HUKUM Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 33 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan can
Pengusahaan Angkutan Laut;
Da;ar hukurn y a ig dgunakan dalam penyusunan RIP Pelabuhan Tanjungp nang ini adalah :
2.3. Peraturan Menteri °erhuburgan Nomor 3M !»7 Tahun 2015 Tentang Pemanduan can
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 Tentang Peraturan Dasa.r Pokok-Pokck Agraria; Penuncaan Kapal;
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2304 Tentang Jalan;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2307 Tentang Penataan Ruang;

1-1
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 135 Tahun 2015 Perubahan Atas Peraturan Tabel 1-1. KP 432 Tahun 2017
tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Menteri Perhubungan No PM 36 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
IV. Provinsi Kepulauan Riau
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.
52 Batam 1 Batam/Batu Ampar PU PU PU PU •
25. Keputusan Menteri Perhubungan 31 Tahun 2006 Tentang Pedoman Perencanaan di
53 Batam 2 Pulau Sarnbu PP PP PP PP •/TK
Lingkungan Departemen Perhubungan.; 54 Bintan 3 Soi Kolak Kijang PP PP PP PP •

26. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 Tentang Penetapan Rencana 55 Bintan 4 Tanjung Borakit PP PP PP PP

Induk Pelabuhan Nasional. 56 Bintan 5 Tanjung Uban / Teluk Sa sa h PR PR PR PR
57 Karimun 6 Malarko PP PP PP PP
58 Karimu n 7 Parit Rompak PL PL PL PL

1.3 Maksud dan Tujuan 59 Karimun 8 Tanjung Balai Karimun PP PP PP PP
60 Karimun 9 Tanjung Batu Kundur PP PP PP PP •

61 Karimun 10 Tanjung Tiram PL PL PR PR


1.3.1 Maksud
62 Kop Anam bas 11 Tarempa PP PP PP PP */TL

Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang adalah sebagai pedoman 63 Kop Anam bas 12 Letung PR PR PR PR
64 Lingga 13 Dabo Singkop PR PR PP PP •
perencanaan penanganan pelabuhan dan merupakan panduan bagi pelaksanaan kegiatan
65 Lingga 14 Pekajang PL PL PR PR
pembangunan sehingga dapat dilakukan secara terstruktur, menyeluruh dan tuntas, mulai •
66 Lingga 15 Senayang PL PL PR PR
dari perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pembiayaan serta partisipasi 67 Natuna 16 Selat Lampa PP PP PP PP TL
masyarakat dalam proses pemeliharaan pelabuhan yang sudah terbentuk 68 Natuna 17 Midai PL PL PL PL
69 Natuna 18 Pulau Seluan PL PL PL PL
70 Natuna 19 Pulau Laut PL PL PL PR
1.3.2 Tujuan
71 Natuna 20 Ranai PR PR PR PR

Merupakan dokumen acuan dalam pelaksanaan penanganan pelabuhan di Tanjungpinang, 72 Natuna 21 Sedanau PL PL PL PL
73 Natuna 22 Serasan PR PR PR PR
sehingga kegiatan pembangunan yang ada dapat optimal dalam mengurangi permasalahan
74 Natuna 23 Subt PL PL PR PR
yang akan timbul pada waktu operasional pelabuhan “ 7 “
75 Tanjung Pinang 24 Tanjung Pinang PP PP PP PP
76 Tanjung Pinang 25 Dompak PR PR PR PR -----------------1
______ i
77 Tanjung Pinang 19 Tanjung Mocoh PP PP PP PP i
1.4 HIERARKI PELABUHAN t.

Berdasarkan kebijakan pengembangan pelabuhan yang tertuang di dalam KP 432 tahun


2017 tentang "Rencana Induk Pelabuhan Nasional, disebutkan bahwa hierarki Pelabuhan 1.5 Batas - Batas Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Tanjungpinang dan Pelabuhan Tanjung Mocoh ditetapkan sebagai Pelabuhan Pengumpul (DLKp) Pelabuhan Tanjungpinang
(PP). sedangkan untuk pelabuhan Dompak ditetapkan sebagai Pengumpan Regional (PR).
Batasan Dlkr dan Dlkp Pelabuhan Tanjungpinang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Untuk jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut. Menteri Perhubungan Nomor KM 53 tahun 2017 tentang Batas Batas Daerah Lingkungan
Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Tanjungpinang.
Gambar Batasan DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjungpinang sebagai berikut :

1-2
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

D IK R
&
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN 1.6 LOKASI STUDI
DLKP KM S3 TAHUN 1997
Secara nomenkelatur Pelabuhan Tanjungpinang terdiri dari 2 terminal yakni:

> Tanjung Pinang (Sri Bintan Pura (penumpang) dan Sri Payung Batu Anam (barang))
> Dompak (penumpang)
> Tanjung Mocoh (barang)

1. Sri Bintan Pura yang terletak di Jl. Merdeka Kecamatan Tanjungpinang Kota adalah
pelabuhan nasional dan Internasional yang berada di kota Tanjungpinnag yaitu di
pantai barat pulau Bintan, provinsi Kepulauan Riau. Rencana ke depannya, akan
difungsikan khusus terminal domestik. Pelabuhan ini menghubungkan kota
Tanjungpinang dengan pelabuhan-pelabuhan di sebelah utara (pelabuhan Lobam dan
BATAS - BATAS DAERAH
LINGKUNGAN KERJA DAN pelabuhan Bulang Linggi), dengan kepulauan di sebelah barat, seperti pelabuhan
LINGKUNGAN KEPENTINGAN
PERAIRAN PELABUHAN Tanjung Balai (pulau Karimun), pelabuhan Telaga Punggur di pulau Batam, serta
TANJUNGPINANG kepulauan di sebelah selatan seperti pulau Lingga dan Singkep. Untuk pelayaran ke
luar negeri, pelabuhan Sri Bintan Pura juga mempunyai jalur perhubungan ke
L A M P «A N SURAT KEPUTUSAN MENTERI
PERMJBUNGAN
B A T A S -B A T A S D AERAH LINGKUNGAN KERJA CAN LINGKUNGAN KEP E N TIN G A N P E R A IR A N
P E L A B U H AN SEI KOI A K KIJANG
NOMOR
TANGGAL
' KM 59 TAHUN »997
»9 DESEMBER 1997 Singapura (HarbourFront dan Tanah Merah) serta Malaysia (Stulang Laut).
t- mo

• 0 4 * * 0 ‘ 00 ? BT •04 * io'O O * BT
DO " B 4
104 " 40
30
OO
LU
BT
2. Sri Payung Batu Anam merupakan pelabuhan Bongkar Muat (Container Yard)
52. 59 LU
" 35 52 BT
Tanjungpinang, terletak di jl. RE Martadinata Batu (km) 6 Kecamatan Tanjungpinang
Timur dikelola oleh BUMN - PT. Pelabuhan Indonesia I. Possisi geografis berada pada
OO ■ so* 07 • LU
104 •
OO ■
59 52 BT
4 7 ' 17 ' LU
koordinat : 00’ 55' 35” LU / 104’ 28’ 50” BT.
104 • 59 ' 92 1 BT 3 9 ’ 52
«? . • 3 0 “ LU ,, 9° •
104 •' 39 OJ BT 104* 40 0 0 *8 1

Sitrfk&W DLKP SEBELAH TIMOR « 3. Pelabuhan Dompak yang terletak di Pulau Dompak Kecamatan Bukit Bestari dekat
<2=. AA, 99-y?:
A A ' «04 * 41 12 BT
P. P E N ^ ^ ^ A T bbi 99. : 1?;
’ 4 0 ' 5 « ' BT kawasan pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau pada perairan Selat Dompak, berada
SELAT

CIKARANG SOREH pada koordinat : 43' 86' 43” LU / 97' 8' 69” BT. Pelabuhan ini difungsikan untuk
rr ' 104 • 38 ' 42 ' BT terminal penumpang International yang selama ini di Terminal Sri Bintan Pura.
“ ■a ••«■!?•'!#
1 8 4
39! BT
op.** $$*_02
3 2
wu *“ Pelabuhan Dompak berada di dalam DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjungpinang
«04* 3 & ' s T ' BT

fb4* s f ' 0 2 ' BT


DLKP SEBELAH BARAT eksisting.
OO • 54 ' IO ~ LU
1(5»’ S6 12 a f *** fo$r*-3a-iS-£r
"°*&S-& &W 4. Pelabuhan Tanjung Mocoh, yang terletak di Kecamatan Bukit Bestari perairan Selat
«i
P RANGGA S /l OO '• 4 8 '
104 - 55
30 ‘
55 •
LU
BT “ i f&'n'-'tr-# Riau berada pada pada koordinat : 44' 43' 71” LU / 92' 8' 56” BT, berfungsi sebagai
OO •• 5 0 '
. 0 4 '3 6
59*
30 '
LU
Si «* &HS:
pelabuhan barang dengan kapal-kapal besar berbobot di atas 500 DWT. Pelabuhan
KETERANGAN

( Mocoh berada di dalam DLKr dan DLKp Pelabuhan Sei Kolak Kijang.
~1 B ATAS-BATAS OLKf» I
J SEI KOLAK KIJANG I

MENTERI PERHLOJNGAN

ltd
Ot HARYANTO OHANOTlWTO

Gam bar 1-1 .Batas-Batas DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjungpinang dan Sei Kolak Kijang

1-3
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

PETA ADMINISTRASI KOTA


SINGAPORE
T A M T T T M r .P IM A W P ,
t jr ; » r
Ku:

Singapore

P. t o s S#r>09«r*fvj
P A l'lf K O CfAN
PTtPMAAI KECAMATAN TANJUNG PINANG KOTA
TlMrMUhJ' 'Vrf.V t<» »V»*
SRI PAYUNG BATU
Su*Rrrt
*;<
ji4» ; jI Tw!j<j. j ' P. P E N Y E N G A T KECAMATAN TANJUNG PINANG TIMUR

M i'jlj’

RIAU tPiiiuuK
KECAMATAN TANJUNG PINANG
Kw'tnfl
SJ3 I »
ttitlek
ar.vlvr
DO MP-

lorfiniMiang PETA KOTA TANMONGPINANG


I t «t i J II C l ' *i} _ X''
Koc Bukjl Besloni
\
•n fM'V. tNWV *»M

TANJUNG
MOCOH

in a m a m

Dompak Tanjung Mocoh

T t M OCO

Gambar 1-2. Peta Orientasi Lokasi Studi

1-4
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

BAB GAMBARAN UMUM WILAYAH Provinsi Kepulauan Riaj terdiri dari 5 kabupaten dan 2 <ota, dengan lbu<ota Provinsi di
Kota Tanjungpinang. Kabupaten dengan wilaiyah paling luas adala-h Kab. Karimun, diikuti
oleh kab. .ingga dan Kcib. Natuna.

Meskipun demikian, penduduk paling be nyai: justru terdapat di Kota Batam dengan luas
2.1 GAMBARAN UMUM PROVINSI KEPULAUAN RIAU wilayaih yang terbilang kecil (770,27 Km2), yaitu dengan penduduk mencapai lebih dari 900
ribu jiwa, atau dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu mencapai lebih dari 1.226 jiwa
2.1.1 Umum per Krn2. Jumlah penduduk Riau secara keseluruhan mencapai lebihi dari 1,6 juta jiwa.

Prov. Kepulauan Riau terbentik berdasarkan IJndang-undarig Nomcr 2!5 tahun 20C2
2.1.3 Fisik dan Klimatologi
merupcikan provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam,
KaP. Bintan, Kal). Karimun, Kab. Natuna, dan Kab. Lingga. Secara keseluruhan Wilayah. Kondisi iklim Provinsi Kepulauan Riau adalah beriklim trcpis dengan temperatur rata-rata
terendah 23,9 C dan tertinggi rata-rata 31,8° C dengan kelembaban udara sekitar 87 %.
Dengan letcik geografis yang strategis (antara i.aut Cina Selatan, Selat Malaka dengan Selat
Setiap selengah tahun berubah antara musim kemarau dan musim hujan. Kemudian
Karima ta) sertai didukung potensi alam yang sangat pctensial, Prov. Kepulauan Riau
berdasarkan arah mata angin berlaku musim utara, musim selatan, musim barat dan musim
dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumouhan ekoncmi bagi Republik
timur. Musim tersebut sangat bepengaruh terhadap usaha perikanan d Provinsi Kepulauan
Inconesia dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di Kepulauan Riau (Batam,
Riau taik usaha panangkapan maupun usaha budidaya.
Bintan, dan Karimun) tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) melalui keijasama dengan Pemeiintan Singapura.
2.1.4 Kependudukan
Penera can kebijakan KLK di Batam-Bintan-Karimun, merupakan bentuk kerjasama yarg
Kepulauan Riau terdiri cari 5 kabupaten dan l kota, 42 kecamatan serta 256
erat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan partisipasi dunia usaha. KEK ini
kelurshan/desa dengan jumlah 2.408 pulau b^sar dan kecil dimana 40% belum bernama can
nantinya merupakar/ simpul-simpul dari pusat kegiatan ekonomi uriggulan, yang didukurg
berpenduduk.
baik fasilitas pelayanan prima maupjn kapasitas piasarana yang berdaya sairg
internasional. Setiap pelaku usaha yang berlckasi di dalamnya, akar, memperoleh
Tabel 2-1. Kependudukan di Provinsi Kepulauan R au tahun 2010
pelayanan dan fasilitas yang mutunya dapat oersaing dengan oraktik-praktik terbak dari
kawasan sejenis di Asia-F’asif k. Kepadatan
Luas Wilayah Jumlah
No. Kabupaten/Kota Penduduk
(Km2) Penduduk (Jiwa)
(Jlwa/Km2)
2.1.2 Letak dan Administrasi Wilayah
1 Kab. Karimun 2.873,20 | 212.561 | 74j
KeiDulauan Riau mempunyai luas seoesar 252.601 krn2, namun sekitar 9!5% merupakan
2 Kab. Bintan 1 946,13 142.300 73
lautan dan hanya sekitar 5% daratan.
3 Kab. Natuna 2.058,45 69.003 ! 34
Secara geografi:; Provinsi Kepulauan Riau terletak antara kcrdinat : 1° 10’ Lintang Selatan - 4 Kab. Lingga 2.117,7 2 86.244 41 j
5° 10' lintang Utara dan 102e 50' - 109° 20' Bujjur Timur.
5 Kab. Kep. Anambas 590,14 37.411 63
Provinsi Kepulauan P.iau memiliki batas wi ayali :
6 Kota Batam 770,27 944.285 i , 1.226 j
• Sebelah Utara dengari Laut Cina Selatan,
7 Kota Tanjung Pinang 239,50 187.359 782
• Sebelah Timur dengan Negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat,
• Sebelah Selatan dengan Pfovinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi, dan Prov. Kepd 10 595,41 1.679.163,00 158,48
• Sebelah Baret dengan negara Singapura, Me lays a, dan Provinsi Riau. Sumber BPS Provinsi Kepulauan Riau
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah 2. Luas Panen Tanaman Bahan Makanan Menurut Jenisnya se-Prov. Kep. Riau Tahun
sebesar 2,23 persen di Kabupaten Kepulauan Anambas hingga yang tertinggi sebesar 56,24 2010
persen di Kota Batam. Penduduk laki-laki Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 862.144 jiwa
Tanaman ubi kayu secara keseluruhan masih merupakan tanaman pangan yang paling
dan perempuan sebanyak 817.019 jiwa. Seks Rasio adalah 106, berarti terdapat 106 laki-
dominan di wilayah Kep. Riau, utamanya di daerah Bintan dan Karimun.
laki untuk setiap 100 perempuan. Seks Rasio menurut kabupaten/kota yang terendah
adalah Kota Tanjungpinang sebesar 103 dan tertinggi adalah Kabupaten Kepulauan Sementara itu jagung dan padi juga banyak ditanam, yang terkonsentrasi di wilayah
Anambas sebesar 108. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 107, kelompok umur 5-9 Karimun dan Bintan.
sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 87 s/d 130,
dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 108. Tabel 2-2. Luas Panen Tanaman Bahan Makanan Menurut Jenisnya
se-Prov. Kep. Riau Tahun 2010
Kacang
2.1.5 Perekonomian Wilayah No K a b /K o ta Padi J agu n g
Tanah
Ubi Kayu U b i Jalar

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010
1 Kab. K a rim u n m 130 | 118 1_____1 25 m 142 K 38
2 Kab. B in ta n 35 | 1?4
1 35 154 48
Sebagaimana diketahui, perekonomian Propinsi Kep. Riau sangat ditopang oleh sektor 3 K ab. N a tu n a m r 15<J 51 30 143 ' 36

4 Kab . Lin g ga ....r 15 | 35 25 82 f 39


industri pengolahan yang kontribusinya terhadap PDRB mencapai 47%, yaitu mencapai
5 Kab. Kep. A n a m b a s w 55 | 45 18 73 B 28
Rp33,48 triliun dari total PDRB Kep. Riau sebesar Rp71,61 triliun. Sektor perdagangan, 6 K o ta B a ta m - B r.i 16 120 1 32
hotel dan restoran mempunyai kontribusi yang cukup besar juga, yaitu di kisaran 20% 7 K o ta T a n ju n g P in a n g i 2j 20 T 7 T 62 f 11

atau sekitar Rp14,18 triliun, sementara yang paling rendah adalah sektor listrik, gas P ro v Kepri 396 454 156 776 232
dan air minum yang hanya memiliki kontribusi sekitar 1%.
Sumber BPS Provinsi Kepulauan Riau

Pertambangan Pengangkutan dan


Perdagangan, Hotel 3. Populasi Ternak
8% Komunikasi
dan Restoran
4% Dari segi jumlah hewan ternak, nampak bahwa jumlah ternak babi jauh lebih tinggi
20 % Bangunan dan
Jasa-Jasa
Konstruksi dibandingkan hewan ternak lainnya. Ternak kambing dan sapi potong juga relatif
3%.
7%
banyak dan dari tahun ke tahun dan masih terus mengalami peningkatan.

Pertanian Tabel 2-3. Populasi Ternak (ekor) 2006 - 2010


O th e r 5%
18%

Keuangan, Listrik, Gas dan Air


Persewaan dan Minum Sumber BPS Provinsi Kepulauan Riau
Jasa Perusahaan 1%
5%

Gambar 2-1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010 Provinsi Kepulauan Riau

2-2
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

4. Perikanan Eudidaya
Tabel 2-5. Inflasi Kota-Kota Besar di wilayah Sumatera Tahun 2009-2011
Terdapat 2 daerah yang paling mendominasi produksi ikan di wilayah Prov. Kep.Riau
yai:u Kota Batam (38%) dan Kab. Karimuo (37%), utamanya yang bersumber dari budi 2009 2010 2011
DAERAH
Desember Tahunan Desember Tahunan Desember Tahunan
daya laut. Hasil produksi ikan dari di wilayah Prov. Kep. Riau mencapai lebih dari 54
1 KOTA BANDA ACEH -0,23 3,49 1,18 4,58 0,91 3,33
ribu ton yang sebagian be*sar (99%) adalah oudidaya laut.
2 KOTA LHOKSEUMAWE U I 3.92 2,97 7,04 0,15 3,54
i KOTA SIBOLGA -0,71 1,62 2,94 113 1,82 3,74
Tabel 2 4. Produksi Perikanan Budldaya Menurut Jenisnya (l:on), 2010
4 KOTA PEMATANG SIAN TAR -0,53 2,72 2,6 9,33 0,57 4,23
S KOTA MEDAN 0,74 2,67 1,48 7.45 0,46 3,55
G KOTA PADANGSIDIMPUAN •0,17 1,86 2,63 7,23 0,63 4,62
7 KOTA PADANG -0.65 2,06 2 7,61 0,48 5,38
8 KOTA PEKANBARU -0,1 1,93 1,33 6,8 0,69 5
9 KOTA DUMAI -0,16 0,84 2,4 8,78 1,03 3,14
10 KOTA JAMBI -0,31 2,5 1.83 10,3 2 0,66 2,79
11 KOTA PALEMBANG 0,03 1.83 0,54 5,88 0,35 3,74
12 KOTA BENGKULU -0,23 2,89 1.41 8,81 0,04 3,95
13 KOTA BANDAR LAMPUNG -0,25 4,17 0,77 9,54 0,19 4,18
14 KOTA PANGKAL PINANG 0,94 2,17 1,3 9,01 0,4 4,99
15 KOTA BATAM -0,12 1,88 0,61 7, J7 0,09 3,72
16 KOTA TANJUNG PINANG 0,08 1,45 0,26 6,04 0,02 3.28

Sumber BPS Provimi Kepulauan Riau Sumber BPS Provinsi Kepulauan Riau

5. Inflasi
2 1.6 Potensi Ekonomi
Dua kota di Kep Riau yaitu Tanjungpinang; dan Batam merupakan dua diantara 6<> kota
yarg dipantau inflas.inya secara rutin. Terdapat 16 kota di seluruh Sumatera. Pada
2,1.6 1 Potensi Investasi Bidang Pangan
tahun 2011, inflasi tahunan Kota Batam lebih tinggi sedikit dibandingkan Kota
Tarijung'pinang. Di Pulau Sumatera, tingkat inflasi Kota Batam dan Kota Tanjungpinang Rumput laut dapat diolah menjadi berbc'gai jenis makanan yang sangat enak dan memiliki
termasuk yaitu di kisaran 3%. gizi tinggi, sehingga dijadikan sebagai bahan baku utama pada beberapa restoran. Melalui
pengolahan

tersebut maka dapat meningka:kan nilai ekonomi rumput laut, ^gar dapat leaih efisien,
maka kegiatan budidaya dan pengolahan akan diupayakan dilakukan secara terintegrasi di
satu kawasan. Kawasan yang menjadi prioritas adalah Kab. Bintan kare na rnemTiki potensi
yang besar untuk komoditas ini.

D' Prcv. Kepulauan Riau sektor pangan merupakan sektor yang strategis terutama di Kab.
B ntari, Kab. Karimun, dan Kota Batam. Disainping palawija dan holtikultura, tanaman lain
se?perti kelapa, kopi, gambir, nenas, cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian
juga di Kab. Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayuram. Di beberapa
pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit.

2-3
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

2.1.6.2 Potensi Investasi Bidang Energi bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, juga terletak pada posisi
Potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik silang perdagangan dan pelayaran dunia, antara timur dan barat, antara Samudera Hindia
berupa bahan galian A (strategis), bzahan galian B (vital) maupun bahan galian golongan C dan Laut Cina Selatan, menjadi aset berharga yang turut berperan terhadap pertumbuhan
yang dapat dilihat sebagai b erikut: perdagangan regional dan nasional.

Kota Tanjungpinang dapat dijangkau dengan pesawat udara dari kota-kota besar Indonesia
Tabel 2-6. Potensi Sumberdaya Alam Mineral dan Energi maupun dunia, melalui Bandara Internasional Hang Nadim Batam dan dilanjutkan dengan
di Prov. Kepulauan Riau
kapal Ferry menuju ke Pulau Bintan, atau melalui Bandara Raja Ali Haji Fisabililla. Dari
] No Jenis Bahan Galian Kabupaten/Kota Jumlah Cadangan Singapura dan Johor, Kota Tanjungpinang dapat ditempuh dengan waktu 2 jam
1 Minyak bumi Natuna 298,81 MMBO
2 Gas Alam Natuna 55,3 TSCF
menggunakan kapal ferry ke pelabuhan Seri Bintan Pura.
3 Timah Karimun, Lingga 11.360.500 m3
Bintan, Karimun, Lingga 3.832.500 m3
4 Bauksit 2.2.2 Batas Administratif
Tanjungpinang 1.150.000 m3
5 Pasir besi Lingga, Natuna
Kota Tanjungpinang berbatasan langsung dengan Kota Batam dan Kabupaten Bintan, yaitu
6 Zircon Lingga
7 Antimon Natuna sebagai berikut :
4.204.840 ton
8 Granit Karimun, Bintan, Natuna, Lingga • Sebelah utara : Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan dan Kota Batam
19.662.288.605 m3
9 Pasir darat Karimun, Bintan, Lingga 16.800.000 m3 • Sebelah Selatan : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan
10 Pasir laut Karimun, Bintan 7.164.348.267 ton
11 Kuarsa Karimun, Natuna, Lingga 84.930.000 m3
• Sebelah Barat : Kecamatan Galang Kota Batam
12 Granulit Natuna • Sebelah Timur : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan
13 Diorit Natuna, Lingga 882.000.000
14 Andesit Karimun, Natuna 20.000.000 m3 Kota Tanjungpinang terbentuk berdasarkan PP No. 5 Tahun 2001 sebagai daerah otonom
15 Rijang Natuna kota. Sebelumnya Kota Tanjungpinag memiliki status sebagai Kota Administratif
16 Feldspar Lingga
17 Kaolin Lingga Tanjungpinang dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Riau. Melalui pembentukan Kota
18 Batu setengah permata Lingga Tanjungpinang sebagai salah satu daerah otonom di Indonesia, maka statusnya sebagai kota
19 Homfels Natuna 43.240.000 m3
20 Batuan ultrafamic
administratif dihapus. Kota Tanjungpinang terdiri dari: 4 (empat) kecamatan dan 18
Natuna 36.555.921.955 m3
(delapan belas) kelurahan, sebagai b erikut:

■ Kecamatan Tanjungpinang Barat, terdiri dari 4 kelurahan, yaitu : Kelurahan


2.2 GAMBARAN UMUM KOTA TANJUNGPINANG Tanjungpinang Barat, Kamboja, Kampung Baru dan Bukit Cermin;
■ Kecamatan Tanjungpinang Kota, terdiri dari 4 kelurahan, yaitu : Kelurahan
2.2.1 Letak Geografis Tanjungpinang Kota, Penyengat, Kampung Bugis dan Senggarang;
■ Kecamatan Tanjungpinang Timur, terdiri dari 5 kelurahan, yaitu : Kelurahan Kampung
Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan yang memiliki luas
Bulang, Melayu Kota Piring, Air Raja, Batu IX dan Pinang Kencana; dan
sekitar 23.950 Ha, yang terdiri dari 33 daratan, lautan dan
■ Kecamatan Bukit Bestari, terdiri dari 5 kelurahan yaitu : Kelurahan Tanjungpinang
beberapa pulau seperti : Pulau Dompak, Pulau Penyengat, Pulau
Timur, Tanjung Unggat, Tanjung Ayun Sakti, Dompak dan Sei Jang.
Terkulai, Pulau Los, Pulau Basing. Pulau Sitakap dan Pulau Bayan.
Dari total luas tersebut, daratan memiliki luas sekitar 13.154 Ha,
dan sisanya 10.796 Ha merupakan luas wilayah lautan. Secara
geografis Kota Tanjungpinang berada pada posisi 00 50’ sampai
dengan 00 59’ Lintang Utara dan 1040 23’ sampai 1040 34’. Posisi Kota Tanjungpinang
sangat strategis, disamping berdekatan dengan Kota Batam sebagai kawasan perdagangan

2-4
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

KCCAJMATAN T C I U K O INTAN K E C A M A T A N T C I U K BIN TAN

Tg G

’ cJs '■
P. (LOS S e n g g a ra n g KoJ A y R .1..T K C C A W A T A » ! B lN T A N t im u r

P T{f?*CULAl
KECAMATAN TANJUNG PINANG KOTA
SRI BlNTAN PURA SRI PAYUNG BATU E N A M

K
0> S J L-----M
P BAYAJ^k*.
P. PENYENGAT
KECAMATAN TANJUNG PINANG TIMUR

Batu IX
tpj BARAT TPI TjMUR
KECAMATAN TANJUNG IPINANIG BAI&A1
Dompak

R DOM PAK
« **** .• ^

PETA KOTA TANJUNGPINANG


~ K e c . B ukit B e s fa ril
KICAMMVi NNTA*.

K c c . TPI T im u r

K e c . TPI B a r a t

K e c . TPI K o ta

Gambar 2-2. Feta Administrasi Kota Tanjungpinang

2-5
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 2-7. Wilayah Administrasi Kota Tanjungpinang 2. Klimatologi


J u m la h L u a s W ila y a h Pada umumnya daerah Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan temperatur
No K e c a m a ta n
K e lu ra h a n Km 2 (%) berkisar antara 18°C - 30°C. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2008 sekitar 86 %,
I. Tanjungpinang Barat 4 34,50 14%
sedangkan yang tertinggi mencapai 99 % dan terendah 58 %. Gugusan kepulauan di Kota
li Tanjungpinang Timur 5 83,50 35%
Tanjungpinang mempunyai curah hujan cukup dengan iklim basah, berkisar antara 2000
lii Tanjungpinang Kota 4 52,50 22%
- 2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per hari ± 17,0 milimeter, dengan jumlah hari
Iv Bukit Bestari 5 69,00 29%
hujan sebanyak ± 16,8 per bulan..
Kota Tanjungpinang 18 239,50 100%
' Sum ber: BPS Kota Tanjungpinang, 2013 Curah hujan tertinggi tahun 2008 terjadi pada bulan Maret Desember (472,5 mm),
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei (135,2 mm). Temperatur rata-
rata terendah 22.50C dengan kelembaban udara 83%-89%. Kota Tanjungpinang
2.2.3 Kondisi Fisik Wilayah mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu:
1. Topografi • Bulan Desember-Februari : Angin Utara
Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada • Bulan Maret-Mei : Angin Timur
umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai. Kota • Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan
Tanjungpinang memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan • Bulan September-November : AnginBarat
kemiringan lereng berkisar dari 0-2 % hingga 40 % pada wilayah pegunungan.
Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kota Tanjungpinang 3. Hidro Oceanografi
berkisar antara 0 - 50 meter di atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an
Pembahasan mengenai hidro-oseanografi yang berkaitan dengan karakteristik fisik
meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kota
kelautan merupakan hal penting dalam mengkaji potensi pengembangan wilayah di
Tanjungpinang relatif datar, umumnya didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar
Kota Tanjungpinang. Hal ini terkait dengan kondisi Kota Tanjungpinang sebagai wilayah
antara 0% - 2% dengan luas wilayah mencapai 75,30 Km2, dan kemiringan lereng 2 - 1 5
pesisir dan kelautan, yang memiliki luas wilayah perairan sekitar 10.796 Ha (45,08 %)
% mempunyai luas sekitar 51,15 Km2. Sedangkan kemiriringan lereng 15 - 40 % memiliki
dari total luas wilayah Kota Tanjungpinang.
luas wilayah paling sedikit yaitu 5,09 Km2.
Bentuk dasar laut dan garis pantai semua perairan akan berpengaruh terhadap gerakan
Tabel 2-8. Kemiringan Lereng di Kota Tanjungpinang massa air perairan pantai. Hal ini disebabkan karena dasar laut dan garis pantai akan
membelokkan massa air yang sedang bergerak melewatinya. Sebaliknya, gerakan massa
K e m irin g a n L e re n g (K m 2 )
No K e c a m a ta n J u m la h (K m 2 ) air dapat berpengaruh terhadap garis pantai kalau gerakan tersebut (disertai dengan
0 -2 % 2 -1 5 % 1 5 -4 0 %
gelombang yang menghantam pantai) mengakibatkan terjadinya erosi, dan sedimen
1. Kecamatan Tanjungpinang Barat 0,32 2,97 0,00 3,29 yang terpecah diangkut oleh gerakan massa air ke tempat lain
2. Kecamatan Tanjungpinang Kota 10,71 18,04 0,25 29,00
Air merupakan media yang sangat penting untuk kehidupan biota laut dan pertumbuhan
3. Kecamatan Bukit Bestari 24,14 14,56 0,31 39,01
plankton sebagai salah satu sumber makanan alami biota laut. Kualitas air memiliki
4. Kecamatantanjungpinang Timur 40,13 15,57 4,53 7,53
peranan penting bagi produksi budidaya berbagai jenis biota laut yang memiliki nilai
JUMLAH 75,30 51,15 5,09 131,54 ekonomis penting dimana biota tersebut berada pada saat pertumbuhannya. Kualitas
Sumber : Hasil Perhitungan dari Peta Digital Elevation Model Et Suthel Radar Topgraphic Map, 2009
air yang sangat penting diperhatikan terutama faktor Kimia Oceanografi meliputi :
BOD, COD, Oksigen terlarut (DO), salinitas, suhu, amoniak, pH air laut, dan H2S. Fisik
Oseanografi antara lain gelombang, arus laut, pasang surut, temperatur, kekeruhan,

2-6
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

dan kecerahan. Sedangkan bio-oceanografi menyangkut organi5me penempel, limbah perairan Pulau Bintan rnerupakam mmbctan pasang dari Laut Cina Selatan yang
sampah, dan organisme pemangsa. identik dengan pasang di perairan Batam. Pole pasang surut cenderung semi diurnal
A. Gelombang Laut (mixed tide prevailing semidiurnal), terjadi dua kal pasang dan due kali surut
dalam sehari. Namun dua pasang tersebut tidak sama besarnya.
Gelombang laut umumnya dibangkitkan oleh angin yang bertiup dia'ias permukaan
laut. Bentuk gelombang yang dihasilkan tergantung pada faktor faktor pembangkit D. Temperatur Air Laut

gelombang ir.u sendir seperti kecepatan angin, waktu dimana angin sedarg bertiup, Sunu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak
dan jarak rintangan yang dilalui. Rata-rata tinggi gelomoang di peraiiran Kota geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan udara, seperti
Tanjungpinang mencapai 0,3 meter. alih panas (heat), penguapan, dan hembusan angin. Berdasarkan peta Oseanografi
B. Arus Laut wilayah perairan Indonesia (BRKP, 2002» tempeiatur air permukaan di perairan
sekitar Pulau Bintan, pada Monsun Barat (Desember-Februari) berkisar 27-28 "C,
Aru; di perairan Kota Tanjungpinang termasuk arus yang cukup kompleks sebagai
Monsuri peialihan dari barat ke timur (Maret-Mei) 29-29,5 °C, Monsun timur (Juni-
hasil interaksi berbagai arus yang terdiri dari arus tei:ap musiman, serta faktor-
Agustus) 31-31,5 °C. Monsun peralihan dari timur ke barat (September November)
faktor lain yang mempengaruhi arus seperti topografi perairan, situasi garis pantai
29-29,5 °C. Variasi suhu air laut di perairan Ke-pulauan Riau masih termesuk kisaran
dan sebagairiya. Arus utama yang terdapat di perairan Pulau Bintan dipengaruhi dan
suhu normal air laut.
mengikuti pola arus _aut Natuna secara umum, yang sangat tergantung dari angin
Muson. Perairan barat Indonesia termasuk Kepulauan Riau secara umum pada musim Barat
memiliki kisaran suliu sekitar 28°C - 29°C, musim Timur mencapai kisaran antara
Pergerakan pasang surut suatu daerah memegang peranan sangat penting dalam
26’C - 29°C, sedangkan musim selatan kisaran antara 29°C - 30 °C sedangkein data
mempertahankan sumbe'daya alam seperti terumbu karang, magrove, lamuri, lain pada bulan Agustus berkisar antara 'I0°C. Secara umum suhu di perairan Kota
daerah estuaria dan sebagainya. Selain arus dan kecepatan arus serta pasang surut
Tanjungpinang adalah berkisar aitara 27,5°C - 30‘C dengan rata-rata total sebesar
juga mempengaruhi oergerakan berbagai polutan kimia, pencemaran, minyak dan 29’ C.
lain-lain.
E. pH Air Laut:
Pos si geogrtifis v/ilayahnya yang terletak pada pertemuan perambatan pasang surut
Samudera Hindia melalui Selat Malaka dan dari Samudera Pasifik melalui Laut Cira Sifat kesadahan (pH) sangat bercaitan dengan jumlah ion HC03- yang terdisosiasi
Selatan menyebabkan pe'airan Kepulauan Riau memiliki arus pasang surut dengan dalam perairap. Kondisi pH perairan berada dalarr keadaan basah (>7) yang
pola bolak-balik (revering tide-k current). berfungsi sebagai penyangga (buffer) keh dupan seluruh organisme lautan. Jumlah
ion Hydrogen dalam suatu larutan merupakan salah satu telok ukur keasaman
C. Pasang Surut
larutar. U rutan yang bersifat basah banyak mengandung ion OH- dan sedikit
Pasang surut adalah salah satu faktor dasar dalam pengkajian arus dilaut. Kenaikan mengandung ion H+.
massa air laut samudera atau laut luas secara vertikal adalah gaya tarik benda-
Sifat-sifat pH air laut bisa disebabkan kehadiran C02 dengan sistem asam karbonat-
benda angkasa terutama bulan dan matahari. Massa air yarig naik akan merambat
bikarbonat dan sifat basah yang <uat dari ion natriun, kaliun, dan kalsium. Tingkat
dari samudera atau laut lepas secara horizontal ke perairan dalam seperti perairan ph air dari pengamatan dan pengukuran semua sHasiun rata-raita 7,9-8 1. Sebaran
Indonesia, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah posisi bulan dan
nilai pH masih berada dalam kondisi ideal untuk berbagaii kepentingan budidaya
matahari terhadap bumi serta situasi morfologi setempat seperti berkurangnya
dan sebagainya.
kedalaman, keadaan ini terjadi pada tempat-tempait yang sempit seperti teluk dan
selat, sehingga menimbulkan dominasi arus pasang surut.

Sebagian wilayan Kota Tanjungpinang di pengaruhi oleh pasang surut air lau:,
tingkat muka air sungai bervariasi,, atau te'jadi banjir lokal oleh air laut. Pasang di

2-7
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

F. Kedalaman Laut bermanfaat dalam meningkatkan mutu kehidupan & kesejahteraan masyarakat secara
Kedalaman laut di perairan wilayah Kota Tanjungpinang berdasarkan peta kedalam umum.
laut dari Dinas Hidro-Oseanografi di bagi dalam 4 tingkat kedalaman, yaitu Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk kota Tanjungpinang mengalami laju
kedalaman 1 - 5 meter, 5 - 10 meter, 10 - 20 meter dan >20 meter. pertambahan yang berarti. Menurut data Disdukcapil Kota Tanjungpinang, pada
Di perairan Kota tanjungpinang kedalam 1 - 5 meter yaitu kedalaman yang ada di tahun 2011 jumlah penduduk Kota Tanjungpinang tercatat sebesar 230.380 jiwa,
sekitar pantai dan tersebar di seluruh wilayah Kota Tanjungpinang. Untuk dengan tingkat pertumbuhan mencapai 4,39 %. Akan tetapi di tahun 2012 (berdasarkan
kedalaman 5 - 1 0 meter adalah perairan antar pulau-pulau yang termasuk wilayah data sementara Disdukcapil, Mei 2013), jumlah penduduk di Kota Tanjungpinang masih
Kota Tanjungpinang. Kedalaman 10 - 20 meter adalah perairan antara pulau di stagnan di angka 230.380 jiwa.
wilayah Kota Tanjungpinang dengan wilayah lain. Sedangkan kedalaman lebih dari Walaupun penyebaran penduduk belum merata pada setiap kecamatan tetapi
20 meter adalah perairan laut bebas, seperti Laut Natuna dan Laut Cina Selatan. kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang terus meningkat setiap tahunnya dan hal ini
Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kedalaman 1 - 5 meter masuk akan terus terjadi mengingat Kota Tanjungpinang masih akan terus berkembang seiring
dalam pengembangan wilayah pesisir, kedalaman 5 - 10 meter adalah dengan Visi RTRW Kota Tanjungpinang yang akan mewujudkan Tanjungpinang sebagai
pengembangan wilayah laut dangkal, dan kedalaman 1 0 - 2 0 serta >20 adalah kota perdagangan jasa, industri, pariwisata serta daerah pusat kebudayaan melayu.
pengembangan wilayah laut dalam. Dari kepadatan penduduk setiap kecamatan terlihat bahwa penduduk terpadat berada
di Kecamatan Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak 61.493 jiwa dan
Tabel 2-9. Identifikasi Kegiatan Pengembangan di Wilayah Kelautan luas wilayah 34,5 km2. Hal ini dapat diartikan bahwa di setiap Km2 wilayah Kecamatan
Tanjungpinang Barat terdapat penduduk sebanyak 1.782 jiwa. Selanjutnya diikuti oleh
W ila y a h Pesisir Laut D a n g ka l Laut D a la m
Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 975 jiwa/Km2 dan Kecamatan Bukit Bestari
(1-5 m eter) - 10 m eter)
(5 ( 1 0 - 2 0 dan > 2 0 m)
• Rawa Pesisir • Terumbu karang • Habitat Laut serta Kecamatan Tanjungpinang Kota masing-masing dengan 925 jiwa/Km2 dan
• Mangrove •JalurPelayaran • Jalur Pelayaran 450 jiwa/Km2. Jumlah dan kepadatan penduduk di Tanjungpinang mulai dari tahun 2009
• Satwa Liar yang dilindungi, Internasional dan Antar Internasional - 2012 ditunjukkan taabel di bawah ini.
guapantai Pulau • Perikanan
• Renang/Senam/Olahraga • Pelayaran Antar Pulau Sementara untuk perkiraan/proyeksi pertambahan kepadatan penduduk di masing-
Mancing, selancar air • Perikanan masing kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungpinang ditunjukkan pada tabel berikut
• Pelabuhan • Pertambangan ini.
• Rambu Navigasi
• Feri penumpang Tabel 2-10. Jumlah Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2008
• Budidaya perikanan
Kepadatan Penduduk Per
• Pertambangan Jumlah Penduduk (Jiwa) Tingkat Pertumbuhan
Ha
Kecamatan
j Sumber : Penggelolaan Sumber Daya Pesisir dan Kelautan Secara Terpadu, 2001
2009 2010 2011 2012 2010 2011 2012 Rata' 2010 2011 2012
paj a,
.
rata rata
1. Bukit Bestari 61298 61375 63800 63.800 0,13% 4% 0,00% 1,36% 16 16 16 16
2. Tanjungpinang 78952 79028 81452 81.452 0,10% 3% 0,00% 1,06% 13 14 14 14
Timur
3.Tanjungpinang 21133 21210 23635 23.635 0,36% 11% 0,00% 3,93% 7 8 8 8
2.2.4 Kondisi Demografi/Kependudukan Kota
4.Tanjungpinang 58993 59069 61493 61.493 0,13% 4% 0,00% 1,41% 180 187 187 185
a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Barat
TANJUNGPINANG 220.376 220.682 230.380 230.380 0,01 23% 0,00% 7,76% 216 225 225 222
Sebagai modal dasar pembangunan, penduduk dapat dikatakan sebagai aset penting I Sumber: Draft BPS Kota Tanjungpinang, 2013
dalam menggerakkan roda pembangunan suatu daerah. Bukan hanya dengan jumlah
yang besar saja, akan tetapi tetapi kualitas yang baik jauh lebih berguna dan

2-8
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

b. Kondisi Perekonomicin Tabel 2-11. PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kota Tanjungpinang
I No S e k to r 2010 2011 2012 2013
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
1 Pertanian 94.690.90 100,294.00 106,383.90 112,761.20
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, dan pemerataan
2 PeTtarr bangan dan Penggcilian 2,984.30 3,215.70 3,573.30 3,910.40
pendapatan mas/ara<at. Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah maupun
3 Industri Pergolahan 809,363.30 873,570.50 941,913.60 1,016,119.70
Bank Indonesia untuk terus melakukan pemulihan ekonomi dengan tetap menjaga
4 Listrik dan Air Bersih 40 791.90 43,505.60 48,799.10 '53,391.10
kestabilan ekonomi nakro pada tahun 2003-2007 menunjukkan hasil yarg positif. Hal
5 Bengunan 983,198.10 1,157,536.70 1,291,431.60 1,430,620.00
ini terlihat dari membaiknya beberapa indikator ekonomi seperti tingkat inflasi yang Perdagangan, Hotel dan
rendah, suku bunga yang turun, serta nilai tukar rupian yang cenderung; menguat dan 6 1,513 646.70 1,673,753.60 1,838,595.70 2,026,373.40
Re-storan
stabil selama tahun 2003-2007. Membaiknya beberapa ind kator ekonomi makro 7 Angkutan dan Kcmunikasi 864 193.00 948,861.30 1,049,759.30 1,1 56,997.30
tersebut juga diikuti oleh membaiknya kondisi perekonomian nasional. Ke-uangan, Persewetan dan
8 400 115.50 4.53,867.40 494,025.40 549,064.90
Jasa Perusahaan
Pembangunan bidang ekonomi di daerah/kota berupaya mendorong peningkatan 9 Jasa-jasa 467 994.70 505,393.20 549,136.90 594,8^-3.30
pertumbuhan ekonomi yang: tinggi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi PDRB de ngari Migas 5,176,978.40 5,759,993.00 6,323,618.70 6,994,081.30
diharapkan strukiur perekonomian di didaemh/kota akan tumbuh dar berkembang serta PDRB tanpa Migas 5,173,994.90 5,756,782.30 6,320,045.40 6,990,170.80
tangguh, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2013
meningkatkan pendapatan masyarakat secara lebih merata.

■ Produk Domestik Regional Bruto (PDREi) Kota Tanjungpinang

Salah satu indikator agregat ekonomi makro yang lazim digunakam untuk mengukur
kondisi ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (FDRB).
Dimana PDRB adalah hasil penjumlahan nilai tambah bruto yang cihasilkan oleh
seluruh unit kegiatan ekonomi dalam batas-batas suatu wilayah pada periode
tertentu yang umumnya adalah satu tahun.

■ Struktur Ekonomi Kota dan Kontribusinya Terhadap PDRB Kota Tanj ungpinang

Struktur perekonomian Kcta Tanjungpinang pada periode tahun 2010-2013 relatif


tidak baryak mengalami perubahan. Berdasarkan data PDREi terlihat bahwa sektor
yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB tahun 20I3 di Kota
Tanjungpinang adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (28,97%), kemudian
diikuti oleh sektor Bangunan (21,17%) dan sektor Angkutan dan Kcmunikasi (16,54%).
Ketiga sektor terbesar tersebut secara total memberikan kontribusi sebesar 66,68%.
Sektor-sektor lain yang memberikan kontribusi cukup signifikan adalah sektor
Industri Fengolaham (14,53%), sektor Jasa-jasa (8,5091), sektor Pertanian (1,61%).
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

a. Hidrografi
BAB 3. KONDISI EKSISTING PELABUHAN
Pantai sekitar Pelabuhan Tanjungpinang terdiri dari batu karang dengan dasar lautnya
berpasir dan berlumpur. Sungai-sungai di Pulau Bintan umumnya kecil-kecil dang
dangkal sehingga tidak dimanfaatkan untuk sarana transportasi. Sedangkan daratannya
cukup datar, dengan ketinggian bervariasi antara 3 - 4 m LWS. Demikian pula
3.1 GAMBARAN UMUM PELABUHAN
kedalaman kedua Pelabuhan bervariasi, yaitu :
Kota Tanjungpinang secara geografis terdiri beberapa pulau, sehingga alat transportasi
• Pelabuhan Sri Bintan Pura :3.5-4mLWS
antar pulau menggunakan kapal laut/perahu. Sehingga, setiap pulau memiliki
• Pelabuhan Sri Payung/Batu Anam : 3.5 - 4 m LWS
pelabuhan/terminal baik yang dikelola oleh pemerintah maupun milik perorangan.
Alur pelayaran Pelabuhan panjangnya 3,9 - 10 mile dengan lebar 50 - 400 m dan
Dalam studi penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Laut Pelabuhan Tanjung Pinang ini,
kedalaman 3,5 - 10 m LWS.
lokasi pelabuhan/terminal yang di-desain untuk pengembangan ke depan sesuai hasil FGD
{Focus Group Discussion) adalah : b. Kondisi Fasilitas Pelabuhan Sri Bintan Pura

■ Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura, khusus sebagai pelabuhan penumpang domestik Berikut adalah daftar fasilitas yang ada di Pelabuhan Sri Bintan Pura.
dan International.
■ Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam, khusus sebagai pelabuhan barang. Tabel 3-1. Daftar Fasilitas Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Sri Bintan Pura
P a n ja n g Lebar T inggi Luas
Pelabuhan Tanjungpinang ini merupakan pelabuhan Nasional yang secara hirarki ditetapkan No U ra ia n
(M ) ‘ (M) (M 1) (M 2)
sebagai Pelabuhan Pengumpul (PP) dan telah dilengkapi dengan adanya Kantor UPT Ditjen 1 Dermaga terminal dalam negeri 92 15 - 1380
Hubla. 2 Dermaga terminal luar negeri 30.5 6.9 - 210.45
3 Dermaga ponton dalam negeri 15 5 75
3.1.1 Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura 4 Dermaga ponton luar negeri 16 8 128
Dermaga ponton ferrocement dalam
5 15 6 90
Pelabuhan Sri Bintan Pura berada di pantai Barat Pulau Bintan dengan kordinat 0 ’55’55”LU negeri
dan 104C26’06”BT. Secara administrative Pelabuhan Sri Bintan Pura masuk ke dalam Dermaga ponton ferrocement luar
6 16 10 160
negeri
wilayah Kelurahan Tnjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang
7 Trestle terminal dalam negeri 213 4.5 958.5
- Provinsi Kepulauan Riau. 8 Trestle terminal luar negeri 219 4.5 958.5
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 53 Tahun 1997 tentang 9 Kantor Tanjungpinang - - 773.88
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) 10 Lapangan parkir - - 2216
Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Sri Bintan Pura, dengan luas kawasan Pelabuhan adalah 11 Terminal penumpang dalam negeri - - 2185.6
12 Terminal penumpang luar negeri - - 557.5
11.690 m2 milik Kemenhub. Sedangkan batas-batas lokasi kawasan Pelabuhan Sri Bintan
Sumber : Data Pelindo Tanjungpinang 2014
Pura adalah :

Sebelah Utara : Kolam Pelabuhan


Sebelah Selatan : Perkantoran dan permukiman penduduk
Sebelah Barat : Kolam Pelabuhan
Sebelah Timur : Perkantoran, pertokoan dan permukiman

3-1
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

c. Alur Pelayaran

Dermaga an:ar pulau melayani kapal - kapal bertujuan Dabo Singkep, Senayang -
Lingga, Moro, Tg Batu, Bengkalis, Dumai.

Selain itu juga melayani angkutan perintis dengan trayek :

• U- 6 : Tanjungpinang - Tambelan - Pontianak - Serasan - Subi - Ranai • P. Laut •


Kelarik - Sedanau - Pulau Tiga - Midai - Tarempa - Kuala A\ara:. - Tanjungpinang
• R - 7 : Tanjurgpinang - Senayang - Dabo Singkep - P. Berhala - Dabo. S - P Pekajang
• Blinyu-P. Pekajang - Dabo. S - Tambelan - Pontianak - Tambelan - Tanjungpinang.

d. Data Kegiatan Pelabuhan Sri 8intan Pura

Aktivitas kurjunsan penumpang peda Felabuhan Sri Bint.an Pura menunjul<an pergerakan Gambar 3-1. Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjungpinang 2009 - 2013
yang fluktuatif. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel :i-2. Arus Penumpang Tujuan Dalam Negeri


Pelabuhan Sri Bintan Pura Tahun 2009-2013
No. Tahun Turun Naik Jumlah ■ Tiba W N I (org)
j 2009 501.423 625.426 1.126.849 ■ Tiba W N A (org)
_ 2_ 2010 607.424 695.788 1.303.212 ■ Berangkat W N I (org)
J 201 j 582.302 607.907 1.190.209
■ Berangkat W N A (org)
4 2012 690.429 84.801 773.230
!i 201:1 681.090 816.0.T9 1.497.129
Sumber : K Pelindc Tarijun$Dinang
Tahun 20U 200 !) 2010 2011 2012 2013

Gambar 3-2. Grafik Arus Penumpang Tujuan Luar Negeri 2010 - 2013
Tabel 3-3. Arus Penumpang Kapal Tujuan Luar Negeri
Felabuhan Sri IJintan Pura 2009-2013
Turun Naik
No Tahun Jumlah
WNI WNA WNI WNA
1 2009 87466 82016 81557 81559 332628
2 2010 91176 84957 83330 83203 342666
3 2011 102^69 97025 96485 85487 38 466
4 *2012 116£ 78 99009 114452 97799 428138
5 2013 118C57 99217 127097 95172 443543
Sumber : h' Pelindo Tanjungpinang 20U1

Gambar 3-3. Grafik Arus Penumpang Tujuan Dalam Negeri 2009 - 2013

3-2
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.1.2 Kondisi Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Tabel 3-4. Daftar Fasilitas Di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam
D aya
Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Sri Payung Batu Anam berada ± 6 Km di sebelah barat No
P a n ja n g Lebar T in g gi Lu a s K e d a la m a n
Dukung
U raian
(M) ' (M) (M 1) (M 2) (M. LW S)
pusat pemerintahan Kota Tanjungpinang, secara geografis posisinya pada kordinat 0°55’40” (T on/M 2)
LU dan 104°28’40” BT. Pelabuhan ini termasuk Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan 1 Dermaga Beton I 50 10 500 -4 2.5
2 Dermaga Beton II 50 9 450 -4 2.5
Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Luas wilayah Kelurahan
Dermaga Beton
Kota Piring 400 Ha, sedangkan luas wilayah Kecamatan Tanjunpinang Timur 83,5 Km2. 3 70.25 9 632.25 -4 2.5
III
Dermaga Beton
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 53 Tahun 1997 tentang 4 40 9 360 -4 2.5
IV
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) 5 Gudang 202 50 24 1.200
Pelabuhan Tanjungpinan, luas kawasan Pelabuhan ini adalah 53.916 m2 dengan status 6 Gudang 203 40 20 800
lahan sertifikat milik Kemenhub. 7 Kantor 74
8 Pos Bea Cukai 28
Sedangkan batas-batas lokasi kawasan Pelabuhan Sri bintan Pura adalah : 9 Lapangan Parkir 2.132
Sumber : K Pelindo Tanjungpinang 2014
■ Sebelah Utara : Sungai Payung
■ Sebelah Selatan : Sungai Globar
■ Sebelah Barat : Permukiman Penduduk
■ Sebelah Timur : Kolam Pelabuhan

a. Hidrografi

Pantai sekitar Pelabuhan Tanjungpinang terdiri dari batu karang dengan dasar lautnya
berpasir dan berlumpur. Sungai-sungai di Pulau Bintan umumnya kecil-kecil dang
dangkal sehingga tidak dimanfaatkan untuk sarana transportasi. Sedangkan daratannya
cukup datar, dengan ketinggian bervariasi antara 3 - 4 m LWS. Demikian pula
kedalaman ketdua Pelabuhan bervariasi, yaitu :

• Pelabuhan Sri Bintan Pura :3.5-4mLWS


• Pelabuhan Sri Payung/Batu Anam: 3.5 - 4 m LWS

Alur pelayaran Pelabuhan panjangnya 3,9 - 10 mil dengan lebar 50 - 400 m dan
kedalaman 3,5 - 10 m LWS.

b. Fasilitas Pelabuhan Sri Payung Batu Anam

Pelabuhan Sri Payung Batu Anam melayani kegiatan bongkar/muat barang antar pulau
dan Luar Negeri.

3-3
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

"abel 3-5 Daftar Peralatan


Di Pelabuhan Sri Payung Batu Aram
No N am a A la t M e rk M e sin K a p a sita s
1 Mobil Crane Sennebogen 5 Ton
2 Mobil Crane Tadano 15 Ton
3 Mobil Crane Tadano 10 Tori
4 Headtruck Hino 44 Ton
5 Chc'.ssis - 40 Tori
6 Forklift No. 3 Datsun 2 Ton
7 Forklift No.4 Datsun 2 Ton
8 Forklift No.1 Clark 2,5 Ton
9 Forklift FI 30 Komaisu 2 Ton
Suniber : Data Peiindo Tanjungpinang 2014

Data Kegiatan Pelabuhan Sri Payung Eatu Anam

Aktivitas bongkar muat pada Pelabuhan Sri Payung Batu Anam menunjukan pergerakan
yang fluktuatif. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tcbel berikut.

Gambar 3-4, Grafik Uongkar Muat Barang di PeUibuhan Sri Payung Batu Anam 2009-2013
Tabel 3-6. Jumlah Bongkar Muat Barang Dalam Negeri
Pelabuhan Sri Payung Batu Anam Tahun2009-2013 (Ton)
No. Tahun Bongkar M uat J u m la h
1 2009 223.043 10.89 5 233.928 3.2 PELABUHAN/TERMINAL DI SEKITAR LOKASI STUDI
2 2010 205.167 14.977 220.144
Transportasi yang paling utama di Kota Tanjungpinang dan sekitarnya adalah transportasi
3 2011 235.5 10.612 246.112 laut berupa feri, kapal, perahu, sampan, speedboat dan pomponv.. Karena Tanjungpinang
4 2012 254.571 14.867 269.438 merupakan sebuah kota yang terletak di daerah kepulauar, mcika transoortasi laiut menjadi
5 2013 254.571 14.867 269.428 je*nis transportasi utama. Hubungan antar pulau baryak dihubungi oleh transportasi Iciut
Sumber : Peiindo Tanjungpinang 2014
rrilik perusahaan Pelni dan kapal-kapal swasta.

Di Kepulauan Riau, pelabuhan utama terdapat di Batsm, Bintan, dan Tanjungpinang.


Tabel 3-7. Jumlah Bongkar Muat Barang Luar Negeri Pelabuhan tersebut diantaranya Pelabuhan Sri Binr.an Pura, Pelabuhan Bulang Linggi,
Pelabuhan Sri Payurg Batu Anam Tahun 2009-2013 (Ton) Pelabuhan Norgsa, Pelabuhan Telaga Punggur, Pelabuhan Sekupang dan Pelabuhan Batam
Bongkar M uat Centre. Pelabuhan pelabuhan ini memiliki tujuan domestik ke kota-kota sesama Kepulauan
No Tahun J u m la h
(Im p ort) (E k sp o rt) Riau, kota-kota di Sumatera, Jawa, Kalimantan, bahkan Sulawesi. Tujucm internasional
1 20C9 9.335 11.343 20.678 juga dilaksanakan, khususnya tujuan ke Malaysia, Singapura, dan beberapa kapal-kapal
2 2010 5.870 8.901 14.771 pesiar atau wisata dari Jepang, Korea Selatan, Taiwar, Hongkong, Tiongkok, Filipina,
3 2011 6 683 11.044 17.727 Brunei Darussalam, Thailand, Kamboja, can Vietnam.
4 2012 5 457 9.882 ' 15.339
5 2013 5.457 9.882 15.339 Di Kota Tanjungpinang, tercatat ada 28 Pelabuhan/Terminal yang tersebar di seluruh
I Sumber : Peiindo Tanjungpinarg 2014 pulau, seperti terlinat dalam tabel dan gambar berikut.

3-4
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Kemudian, seiring dengan dinamika Kota Tanjungpinang dan situasi kondisi eksisting No Pelabuhan/Terminal Lokasi
pelabuhan Sri Bintan Pura (penumpang) dan Sri Payung Batu Anam (barang) yang secara 23 Tanjung Geliga Tanjungpinang Barat
teknis kurang memadai dengan permasalahan : 24 Tanjung Lanjut Kota Tanjungpinang
25 Tanjung Sebauk Tanjungpinang Kota
a. Sri Bintan Pura, berada pada kawasan padat dan lahan darat yang sangat terbatas, 26 Tanjung Siambang Bukitbestari
sehingga terjadi ke-sembraut-an pada kawasan pelabuhan. 27 Tanjung Unggat Bukitbestari
b. Sri Payung Batu Anam, berada pada kawasan perairan yang dangkal sehingga 28 Wisata Penyengat Tanjungpinang Kota
Sum ller: K o m b a in d ata K P e lin d o K o ta T an ju n g p in a n g dan K P 4 1 4 2013.
operasional kapal tergantung air pasang.

Oleh karena hal tersebut di atas, maka kebijakan Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk
operasional kedua pelabuhan ke depannya dibagi dua dan sebagian dipindahkan dengan
pembagian :

a. Pelabuhan Sri Bintan Pura (khusus untuk penumpang domestik), sedangkan Pelabuhan
Dompak (khusus untuk penumpang International).
b. Pelabuhan Sri Payung Batu Anam (khusus untuk barang domestik antar pulau) sedangkan
Pelabuhan Tanjung Moco (khusus untuk barang international).

Sebagai gambaran letak pelabuhan dan terminal di sekitar Pelabuhan Tanjungpinang, dapat
dilihat pada gambar 3.5.

Tabel 3-8. Daftar Pelabuhan/Terminal di Kota Tanjungpinang

No Pelabuhan/Terminal Lokasi
1 Sri Payung Batu Enam Tanjungpinang Timur
2 Tanjungpinang/Sri Bintan Pura Tanjungpinang Kota
3 Tg. Moco Bukitbestari
4 Balai Adat Indra Sakti Kota Tanjungpinang
5 Daeng Celak Tanjungpinang Kota
6 Daeng Marewa Kota Tanjungpinang
7 Dompak Bukitbestari
8 Dompak Sebrang Bukitbestari
9 Kampung Bugis Tanjungpinang Kota
10 Kampung Lama Dompak Bukitbestari
11 Kelam Pagi Bukitbestari
12 Madong Tanjungpinang Kota
13 P. Penyengat Tanjungpinang Kota
14 Pelantar Asam Tanjungpinang Kota
15 Pelantar I Tanjungpinang Kota
16 Pelantar II Tanjungpinang Kota
17 Sei Jang Bukitbestari
18 Sei Ladi Bukitbestari
19 Sekatap Darat Kota Tanjungpinang
20 Senggarang Tanjungpinag Kota
21 Tanjung Ayun Bukitbestari
22 Tanjung Duku Kota Tanjungpinang

3-5
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

KABUPATEN B N IA N
Pel. Senggarang

LOKASI STUDI

P^L Sebauk KEC. TANJUNGPINANG

gPaURetoator i
>• *»*V
Pel. Tj Unggat

Pel. W i s a t a ___ _______ \ KEC. TAMJUNGPIMANC


.Peoyengau H k e c . t a n j u n g p in a n g

Pel. Tj G^liga

fe l. Dompak

KEC. B JKIT

«I
Pel. Kelam Pagi Pel. T1 Moco

Gambar 3-Ei. Peta Sebaran Pelabuhan/Terminal Sekitar Pelabuhan Tanjungoinang

1-6
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.3 HINTERLAND PELABUHAN

Hinterland Pelabuhan Tanjungpinang meliputi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kota


Batam, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga dengan komoditi meliputi Karet, Kelapa,
Kelapa Sawit, Cengkeh, Ubi Kayu, Makanan Ternak, Bijih Logam, Kertas/Karton, Ikan dan
Udang.

Untuk lebih jelasnya, hinterland Pelabuhan Tanjungpinang dapat dilihat pada gambar
berikut.

3.4 KONDISI AKSES DARI DAN KE PELABUHAN

Karena Pelabuhan Tanjungpinang berada pada kawasan pusat kota, maka untuk menuju
Pelabuhan sangat mudah dan dapat ditempuh melalui berbagai angkutan yakni :

a. Akses Laut, dari dan ke Pelabuhan Sri Bintan Pura mudah dijangkau dari Batam
(Pelabuhan Telaga Punggur) menggunakan kapal fery perjalanan + 1 jam setiap hari.
b. Akses Darat, di wilayah daratan Kota Tanjungpinang menggunakan angkutan umum
atau ojeg dengan kondisi jalan aspal lebar 6 m.
c. Akses Udara, dari Jakarta menuju Bandar Udara Fiisabilillah di Kota Tanjungpinang
dengan jarak dari masing-masing Pelabuhan/Terminal adalah sebagai berikut :
• Dari Pelabuhan Sri Bintan Pura ke Bandar Udara + 15 km (25 menit).
• Dari Pelabuhan Sri Payung Batu Anam ke Bandar Udara + 8 km (15 menit).

3.5 KONDISI PASANG SURUT

Sifat pasang adalah campuran, condong keharian berganda. Tunggang air rata-rata pada
pasang purnama 124 cm, dan pada saat pasang mati 56 cm. Muka surut (Zo) adalah 130 cm
dibawah DT.

Gambar 3-6. Hinterland Pelabuhan Tanjungpinang

3-7
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

I30 3.0 0.2 d 0.6 0.050 turun


8 8/3:8/14 4:00 I30 3.0 C.6 d 1.8 0.050 0 050 turun
I30 3.0 C.8 d 2.4 0.050 turun
60 3.0 0.2 d 0.6 0.020 turun
9 8/28/14 5:00 60 3.0 0.6 d 1.8 0.020 0 020 turun
60 3.0 0.8 d 2.4 0.020 turun
20 3.0 0.2 d 0.6 0.000 turun
10 8/3:8/14 6:00 20 3.0 0.6 d 1.8 0.000 0 000 turun
20 3.0 0.8 d 2.4 0.000 turun
20 3.0 C.2 d 0.6 0.010 naik
11 8/7.8/14 7:00 20 3.0 0.6 d 1.8 0.010 0 010 naik
20 3.0 C.8 d 2.4 0.010 naik
20 3.0 C.2 d 0.6 0.080 naik
8/20/14 0:00 8/2 >/14 0:30 a 24/14 0:00 8/26/14 0:00 8 /28'14 0:C0 8/00/14 0:00 0/1/14 0:00 9/3/14 0:00
12 8/3:8/14 8:00 20 3.0 0.6 d 1.8 0.080 0 080 naik
-----------O ala —- ■ Ran lalan 20 3.0 0.8 d 2.4 0.080 naik
i
I00 3.0 0.2 d 0.6 0.040 naik
13 8/3'.8/14 9:00 I00 3.0 0.6 d 1.8 0.040 0 040 naik
Garrbar 5-7. Grafik Pasang Surut Pelabuhan Tanjungpinsng I00 3.0 0.8 d 2.4 0.040 nail;
I20 3.0 0.2 d 0.6 0.040 naik
14 8/28/14 ?0:00 120 3.0 0.6 d 1.8 0.040 0 040 nail:
120 3.0 0.8 d 2.4 0.040 naik
3.<» KONDISI ArtUS DAN GELOMEANG 140 3.0 C.2 d 0.6 0.050 naik
15 8/28/14 *1:00 140 3.0 0.6 d 1.8 0.050 0 050 nail;
Kondisi muka laut di perairan Selat Pule u Bintan umumn/a tenang. Pada periode Bulan 140 3.0 0.8 d 2.4 0.050 naik
140 3.0 0.2 d 0.6 0.040 naik
Oktober - /Aaret keadaan laJt agak louruk. Iri disebabkan pergaruh angina Muson Bara:,
16 8/28/14 *2:00 140 3.0 0.6 d 1.8 0.040 0 040 naik
tinggi gelombang daoat mencapai 2 m. Kecepatan arus maksimum sekitar 0,91 - 1 knot. 140 3.0 C.8 d 2.4 0.040 nail:
160 3.0 0.2 d 0.6 0.080 naik
17 8/28/14 *3:00 160 3.0 0.6 d 1.8 0.080 0 080 nail;
Tabel 3-fi. Date, Pengukiran Arus Pelabuhan Tanjungpinang 160 3.0 C.8 d 2.4 0.080 nail:
180 3.0 0.2 d 0.6 0.000 nail:
Lckasi : Pelabuhan Tanjung Pinang 18 8/28/14 /4:00 180 3.0 0.6 d 1.8 0.000 0 000 nail;
Tsl. Pengukuran : 27 - 28 Agustus 2014 180 3.0 0.8 d 2.4 0.000 naik
Alat Ukur : A-OTT CM2 Xi 4 57.0 5.5 240 3.0 0.2 d 0.5 0.000 turun
Yj 102.615/5 19 8/28/14 *5:00 240 3.0 0.6 d 1.8 0.000 0 000 turun
Kedalaman Titik A :±3m 240 3.0 0.8 d 2.4 0.000 turun
L TM WGS 84 Zona 48 N
280 3.0 0.2 d 0.6 0.020 turun
Ko
Arah Kedalaman Rata* tiap
Jam V (m/s) Ket 20 8/28/14*6:00 280 3.0 0.6 d 1.8 0.020 0 020 turun
(der.tjat) Oasar Penjukuran lapisan
280 3.0 0.8 d 2.4 0.020 turun
23 3.0 0 .7. d 0.6 0.010 naik
I 8/27/14 21:00 23 3.0 0.0 d 1.8 260 3.0 0.2 d 0.6 0.040 turun
0.010 0.040 naik
23 21 8/28/14*7:00 260 3.0 0.6 d 1.8 0.040 0 040 turun
3.0 0.0 d 2.4 0.010 naik
33 260 3.0 0.8 d 2.4 0.040 turun
C_

3.0 0.6 0.030 naik


O

;; 8/27/14 22:00 33 3.0 0.0 d 1.8 0.0 30 0.050 naik 120 3.0 0.2 d 0.6 0.020 turun
33 3.0 0.0 d 2.4 0.0 50 22 8/23/14 8:00 120 3.0 0.6 d 1.8 0.020 0 020 turun
naik
120 3.0 0.8 d 2.4 0.020 turun
CL

73 3.0 0.6 0.0!0 naik


O

$ 8/27/14 23:00 73 3.0 0.0 d 1.8 0.020 0.020 naik 140 3.0 0.2 d 0.5 0.010 nail;
73 3.0 0.0 d 2.4 0.020 23 8/28/14 9:00 140 3.0 0.6 d 1.8 0.010 0 010 nail:
naik
43 3.0 0.2: d 0.6 0.010 naik 540 3.0 0.8 d 2.4 0.010 nail;
4 8/28/14 0 00 43 3.0 0.0 d 1.8 0.010 0.040 naik 20 3.0 0.2 d 0.5 0.040 naik
43 3.0 0.0 d 2.4 0.010 naik 24 8/2B/14 3’.0:00 20 3.0 0.6 d 1.8 0.040 0 040 naik
Cl

2*0 3.0 0.6 0.000 turun 20 3.0 0.8 d 2.4 0.040 naik
O

!) 8/28/14 1 00 2*0 3.0 0.0 d 1.8 0.000 0.000 turun 20 3.0 0.2 d 0.5 0.050 naik
2*0 3.0 0.0 d 2.4 0.000 turun 25 8/28/14 2:1:00 20 3.0 0.6 d 1.8 0.050 0 050 naik
2*0 3.0 0.2: d 0.6 0.0 50 turun 20 3.0 0.8 d 2.4 0.050 naik
ij 8/28/14 2 00 230 3.0 0.0 d 1.8 0.050 0.050 turun Sumbe-: Hasil survey tel-nls
220 3.0 0.0 d 2.4 0.0 50 turun
2CO 3.0 0.3: d 0.6 0.080 turun
7 8/28/14 3 00 200 3.0 0.0 d 1.8 0.080 0.C80 turun Untuk lebih jelasnya, kondisi bathymetri Terminal Sri Eintan Pura dan Sri Payung Batu
200 3.0 0.0 d 2.4 0.080 turun Anam dapat dilihat pada gambar berikut.

i-8
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

LEGENDA

I C-APIS KONTUR ♦% POHON RIMBUN

f |] j BENCH MARK (B M ) BATAS AREA DARAT PELABUHAN

» - ■ - * ■1 GARIS PANTAI PENGAMATAN ARUS

PACAR / BENTENG PASUT

JALAN
m MENARA SUAR

□ BANGUNAN NOL LWS

BAKAU

DAFTAR KOORDINAT REFERENSI ELEVASI


PEfEREN SlUTW -W GS34J 485 K ATAS PATOK* »2,677 m

) iM £!
SKALA LLWS
X(E) 1
1(1
1 2fc ATASTANAHa * 2-366'TI~ ^ ]

BM 437
.i W?d’23« 6
91.
000 1 0
2 .5
85,0
00 .4
*6 T(W 55’5103*IS ♦3 461*5
9M21 «37.69
1,OM 102899,693♦3 .2
351«
0
4'2f 25« *6 T« T55'51WLS
ARUSAW2 437085.000 1 03605.000-
8'M0 3*E H00’55'4 7.01
’LS
A
R USB1 437626.009 1 03500,000
0
**26'2 1.0
8*B ICO"56'1009’IS - -
PASUT1 437 52
1.000 103077,000
0
4*26'18.04'B IOO155'57.01'LS - -
M E NARA SUAP
Y
EN
SU E(LO W N tt) S(lA OIU
OC) «1
A 10
4*26’23.08'BI 05'55'41OK15 -
B
C
PEMBERI TUGAS

^ KEMENTER1 AN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
Jalon Merdeko Borot No.8 JAKARTA
NAMA PEKERJAAN
RENCANA INDUK PELABUHAN (RIP) LAUT
T A N J U N G P I N A N G
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014
LOKASI KONSULTAN

PELABUHAN SRI BITAN PURA


GAMBAR 3.10
PETA BATHYMETRI
PELABUHAN SRI BITAN PURA
D IG A M B A R D IR E N C A N A K A N D IP E R IK S A SKA LA J M L LE M B A R N O LE M B A R

1 : 1.500

CATATAN
KOORDINATUTMW GS04. EON*52S
ELEVASI TERHADAPLLW
S
JARAKDALAMSATUANM ETER

Gambar 3-8. Peta Bathymetri Area Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura

3-9
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

LEGENDA
u
"lir GARIS KONTUR | f% POHON R IM BU tl

BENCH MARK (B M ) « *•» BATAS AREA D vRAT P E '.A B J H A f

CARIi. PANTA PASU


GARIS PANT/1
PACAR / BENTENG M ENARx SUAR
.
JALAN NOL LV.'S

BANC J NAN DERMA'JA CARCO

K AMPUI IG MEIAYJ INDAH BAKAJ

DAFTAR KOORDINAT R E F E R E N S I E LEVAiSI

4& ' reffrcmsi u tm - wgs m i «b ATASPATH


»*2677'i
ILfc ATASTA
HVH
»♦23» ,'’T",
♦37.691,00)
S<AUPAL-'V
LA
HAf: «J7M1.C6». li
kosoa IMI*2 'X n i. ****
Ifti J
♦37 626, Mi) 1 7
70 3SSi* *.^ 1
\
♦3L5Z1.0Q) fljji 5
IX o;;,OOP li,
FASUT
J
MENAPA SUAA C419 «: r.. -
l (laugrix) S(iAinuPC

ftl J
PEM BERI rUGAJ
PEPCLOAf CAN
swast ;

MREKTOFAT JENDERAL PI'R H UBIM AN U I T


Jo ion A e rd ek o B o ro l N o .8 JAKARTA

NAMA PEKERJAAN
PEF.HlOANIJAR
.**51» RENCANA IN D U K PELABUHAN (R IP ) LAU T

NOL LW t a n j u n g p i n a n g
P R O V IN S K E P U .A U A N R IA U TAHUN 2014

LOKASI KONSULTAN
P E LA B JH A N SRI B lT A N P U R A

GAVIBAR 3.11
F'ETA BATH YMETRI
PELABUHAN SFI PAYUNG BATU ANAM
O IG A M B A T O IR E U C A N A K A H D IP E R IK S A S KAU
PERU.'
5*1 ST»

1 : 1.710

CATATAN
K O O R 'I N A I U T J W O S E * . Z O N A 52 S
El e v a s i terhadap llvs
JARA E D A L A I» S A T U A N V E T E R

Gambar 3-9. Peta Bathymetri Area Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam

3 10
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.7 KONDISI FASILITAS DARAT PELABUHAN

3.7.1 Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura

Lokasi Pelabuhan Sri Bintan Pura berada pada kawasan padat pusat Kota Tanjungpinang
dengan luas lahan 1,17 ha milik Kemenhub bersertifikat. Sehingga banyak fasilitas penunjang
pelabuhan di atas wilayah perairan menggunakan tiang pancang. Adapun kondisi situasi
lingkungan, terlihat pada gambar beikut.

LEGENDA

CArjIS KONTUR P O H O N R iM b 'J N

BENCH MARK ( B U ) BATAS AREA CARAT PELABUHAN

CAR'S PANTAI PENGAM ATAN AK U S

PACAR , BENTENG T-

«03100 M ENARA S'JAR

TERMINAL NTERNASIONAL
J BANGUNAN
PASUl
tv ■
GARIS PANTAI

TERMINAL DOMESTIK
TERMINAL DOMESTIK
.• T E R M IA L 'N TEBNASlO H AL

AREA PELABUHAN

.....
DAFTAR KOORDINAT REFERENSI ELEVASI

«AlAfcuni
*il t?l,064

m-t1M
«”vy*c
Y - 10?W
tjuxanct)

PEMBERI TUGAS
IUAS: 1.17
KE EN T E R A \ PERIILHl N C W
JiREKTuRAT JENDERAL PERHUBUNCAN LAUT
Jolcir» M e rd e k a F o ro t lio . 8 JAKARTA

NAMA PEKERJAAN
RENCANA INDUK PELABUHAN TRIP) LAIJT
Y * 10? 800 T A N J U N C P I N A N G
PROVINSI K E P U LA U A N RIAU TAHUN 2 0 M
LOKASI KONSU LTAN
-it-
PELA E U H A N SRI E lT A N PURA

G AM BAR 3.12

/M A PETA LA Y OUT
P E L A B U H A N SRI B lT A N PUPA

Y c 101* 700
< ^ 0 y \ A \
CATATAN
KOOdO'NAT UTM #CS »*. ZONA
£l £\A$ i TERHAOAP LL*S
JARAK OALAU SATUAN MC1CR

Gambar 3-10. Lay Out Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura

3-11
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 3-11. Situasi Pelabuhan/Terminal Sri Biritan Pura

1. Kondisi Dermaga
2. Kondisi Ponton
3. Kondisi Gerbang Pelabuhan
4. Situasi Jalan Utama Arah Masuk Pelabuhan
5. Kondisi Gedung Pelindo
6. Kondisi Lingkungan Luar Pelabuhan (Gedung Daerah Prov. Kepulauan
Riau)
7. Situasi Parkir Kawasan Pelabuhan
8. Kondisi Trestel Domestik
9. Kantor Kesehatan Pelabuhan
10. Kantor Imigrasi

312
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.7.2 Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam

Adalah Pelabuhan Bongkar Muat (Container Yard) barang dalam dan luar negeri yang memiliki
luas 53.916 m2 (5,39 ha) ber-sertifikat milik Kemenhub. Situasi dan kondisi lingkungan saat ini
dapat dilihat pada gambar berikut.
LEG END A

& A R IS KONTUR | | POHON R IM B U N

* | BEH CH M ARK (B M ) B A T A S AR E A D AR AT P E L A B U H A N
S
j G A R iS P A \ T A i j P A 5UT

PAGAR / BENTENG M ENARA SUAR

JALA N
EZ3 N O L IW S

BANGUNAN
B ' OCRMAGA

BAKAU

D A F T A R K O O R D IN A T

1 Rf/OTNS» UTW-HCS 04 l M S
K ll
MO V(M) MX?
W W /» 1J2 » 5 ,0 «
«n ♦3J40 1 «
104* ?8' 1 3 » * 8T « • 55' 5103* i *
4J7»U »4 102 0 » / »
BW 1 ♦ 3 .2 »
104- X 23 04’ 01 C C *» 5100* LS
AWS A «3'oasdooo 102 5A0CC
W W 0403* BI p in n c m
437 626.0JC — i
A im * e -
»04* 2t l\ 00* 0T « * » • 1 0 » * 15
457.5J1JJ0C 1 0 3 0 i;.0 «
PASUT - -
•04- n 1 & V BI CC* » 57.01* is
L'LHARA SUAR
VCWSU C (lONOTUOfl 5 (U T lT U t) «I
w y jv x r e? oor sa» o i r cs

PEM BERI

KEMENTER1AN P E R H U B U N G A N
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBINCAN U U T
Jolon Merdeko Bo»*at No.B JAKARTA

N AM A PE K E R JA A N

R E N C A N A INDUK P E L A B U H A N (RIP) LAUT


T A N J U N G P I N A N G
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 20 U
LO K A S I K O N SU LTAN

P E L A B U H A N S R I B IT A N P U R A

G A M B A R 3.14

LAY OUT P E L A B U H A N / T E R M IN A L
SRI PAYUNG BATU ANAM
0K JA M 6A R D IR E N C A N A K A N D IP E R IK S A AA L. L E U D A R N O LEVB A R

CATATAN

■JARAK O A L A U S A T U A N U C T E R

Gambar 3-12. Lay Out Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam

3-13
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

■S 1

Gambar 3-13. Situasi IPelabuhan/Terminsl Sri Payung IJatu Anam


1. Perudangan dan Lahan Parkir
2. Kondisi Gudang
3. Kondisi Area Parkir
4. Kantor Wilker Sri Payung Batu Anam
5. Dermaga dan Aktifitas Bongkar Muat
6. Area Perairan Samping Dermaga
7. Kondisi Dermaga

~ -i

n *

..

3 14
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.7.3 Pelabuhan Dompak

Pelabuhan Dompak yang memiliki luas


38.172 m2 (3,8 Ha) berlokasi diperairan
dompak berada di bawah Kantor
Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP)
Kelas II Tanjungpinang Propinsi
Kepulauan Riau. Secara hierarki
Pelabuhan Dompak ini ditetapkan
sebagai Pelabuhan Pengumpul.
Kedalalaman perairan di depan dermaga
phonton -3 m LWS, dengan kapal
rencana Jet Express dengan bobot 60 S E LA T D O M PAK
S E LA T D O M PAK
GT.

Fasilitas darat pelabuhan Dompak yang


dibangun sejak tahun 2009 relatif
lengkap dan siap untuk dioperasikan. ■>p ok ~ ,7
Namun demikian, karena belum ada - - ■—•

penyelesaian masalah lahan


(penyerahan) oleh Pemerintah Kota
Tanjungpinang sehingga fasilitas yang
ada dalam kondisi rusak.

Lebih jelasnya, layout dan kondisi


fasilitas pelabuhan Dompak dapat
dilihat pada gambar berikut.
SW ft
H UTAN BAKAU
H UTAN BAKAU

a TTTTTTMJ u t m u mhmI ranum pnauimm


«B U BU
( ja m n
■M
mss&st
If K TTTTTTT TTTTTTTTn
KONSULTAN -----

5EEBN

Sumber: Dirjen Hubla

Gambar 3-14. Layout Dan Kondisi Pelabuhan Dompak

3-15
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

lEGKNOA

3.7.4 Pelabuhan Tcinjung Mocoh G A R IS PANTAJ

iSISI DARAT |— -
Pelabuhan Tanjung Mocoh yang terletak ci Kecamatan Bukit Bestari perairan
Selat Riau Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau berfungsi sebagai
pelabuhan khusus bcirang. Secara operasional berada di bawah Unit Pengelola
Teknis (UPT) Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas li
Tanjungpinang.

Pelabuhan Tanjung Mocoh yang dibangun sejak tahun 2010 dengari hierark'
sebagai Pelabuhan Pengumpul.

Perairan di depan dermaga memiliki kedalaman -7 m LWS dengan peruntukan


kapal berbcbot 3.000 DWT.
SISI LAUT
Pembangunan fasilitas pelabuhan sampai saat ini belum dilanjutkan, karena,
pada tahun 2016 belum ada serah terima lahan dari Pemerintah Kota P E K E R J A A N A 8 U IM L N T
TA M U H A N G G A R A N 2 0 ' 4

Tanjungpinang.

Fasilitas yang sudah ada adalah : P EM BAN G U N AN T M f lT lE TA i U p i i i


TAH UNAN ) \
100 m ISI LAUT
■ Lahan darat hasil pematangan : 20.32:1 m2 (2,03 ha)
P E M B A N G U N A N O E N iO T A P C
■ Trestel : 600 x 8 m TAHUN ANGGARAN 201S

■ Dermaga : 30 x 12 m

Untuk lebih jelasnya, lihat ge,mbar berikut.


P H M A W K jN V i T a t i T U TAHAP
200 m TAHUNVAXAKVI XT1

P E A F R iA A N U P P E R T R E S T 1 6
TAHUN ANGGAKAN 20 3

P E M B A N G U N A N TKESTLE * P e J e S & * N -
TA H U N A N G G A K A N 2015

«WOCTAN

iiumber: Dirjen Hubla •MUC,

Gambar 3-15 l.ay Cut Pelabuhan Tanjung Mocoh

3 16
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.8 PERAMALAN GELOMBANG (H IN D C A S T IN G ) PERAIRAN TANJUNGPINANG W ln d ro se Legen d

2005 . 2015 D 5 - 2 rr/s


4 nVs
Angin membangkitkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk 4 • t nVs
B- B nVs
memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi rencana. Mengingat ketidak tersediaan 10 m /s
> - 10 rn/s
data gelombang hasil pengukuran lapangan, data tersebut tidak dapat mewakili kondisi
gelombang secara keseluruhan. Untuk perencanaan struktur pelabuhan ini akan digunakan
hasil ramalan gelombang berdasarkan data angin. Data angin diperlukan sebagai data B tn tan g f?urZr

• *-1y
S n P a y u n g B alu An a m #
masukan dalam peramalan gelombang sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana. Data
Ia n ju n g P in a n g
angin untuk prediksi gelombang secara normal didapat melalui cara observasi langsung di -\ i %
• ?■
titik fetch dengan memproyeksikan harganya di titik fetch (daerah pembentukan vD om pak
»
gelombang) yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan dari % .

pengamatan di darat. Arah dan kecepatan angin maksimum harian akan digunakan untuk
memprediksi tinggi dan perioda gelombang maksimum yang dapat dibangkitkan angin
dalam perioda ulang waktu tertentu.
C> < X ) Q l c e a r t h
ir.nnVjii lA
t‘AH lv-W.-tV f
3.8.1 Estimasi Kecepatan Angin Permukaan

Hindcasting adalah satu metode peramalan gelombang di satu lokasi berdasarkan kejadian Gambar 3-16. Distribusi Angin 10 Tahunan (2005-2015) Di Wilayah Tanjung Pinang
yang sudah lewat. Hindcasting ini menggunakan data angin Berdasarkan data NCER NOAA,
data angin lokasi di perairan diambil pada koordinat 104.526741° BT dan 0.921662° LU
yang terletak di Bandar Udara Raja H. Fisabilillah untuk data angin 2005 - 2015. Sumber
data tersebut hanya berjarak kurang dari 20 km sehingga dapat mewakili data angin untuk
Tabel 3-6. Distribusi Angin Bulan Januari-Juni pada Tahun 2005-2015
kondisi perairan di kawasan perairan Tanjung Pinang. Titik pembangkitan gelombang di Lokasi Tanjungpinang (blowing from)
terletak pada laut dalam sehingga efek transformasi gelombang akibat kedalaman tidak
terjadi dengan koordinat 104.445° BT dan 0.7385° LU.

Penyajian kondisi angin di lokasi studi dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.

3-17
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

NORTH NORTH
Tabel 3-11. Distiibusl Angin Bulan Juli-Dese Tiber pada Tahun 2005-2015
-I —-. di Lokasi Tanjungpinang (blowing from)

WEST

VMNDSPHED AVC6PSD
("Va; (wra)
■ -WO ■ *■ wo
fetuftanlVector ■ »o.100 Ratu*antVector r j ao. too
eod*j-6i% ' SOUTH n «o >o I0»dffl-S9*' south H I eo- ao V\t©SP€ED At©SPEED
■I

40- 0.0
20- 4.0
Hi ao. a.o (nVa) (i»*ft)
Hi 20- 4.0 ■ -WO Hi -WO
H Oft- 2 0 ■ Oft. 2.0 ReutanlVector n eo-io.o feiuitantVector so-too
CRwi 0012S
C a m S0I2H
129d«fl-66% H| eo- «o 130deg-68X n eo ao
■ 40.10 HI 40- ao
■I 20- 40 20- A#
Maret April ■ Oft- 20
CaHia »2 8 1 *
■ Oft 20
C<m» ftftOIN
NORTH NORTH
Juli Agustus
ION 20N
e\

EAST Li ' I

Wt©SPEED WWOSPttD
(nV#> (wra)
*•»0.0 ■ —wo
• 0. WO R s t J U n l Vector Hi ao- 10,0
• 0- 1.0 126dtfl -61%‘ H i ao- ao V R O S P ffO
(«**) AtOSPffD
«■W
40- ao ■ 40- a.o
20- 40 ■ 20- 40 ■ -to o Hi **»oo
■ OS- 20 ■ OS- 20
vector H i a o -to o ■ ao too
car** aoaov C#»i 01S4H ‘29d«g 06N ■ B a o - ao HI ao- aa
H I « o - ao Hi ao. ao
Hi 20- 40 ■ 20- 40
H o».20 HI OS 20
Mei Juni Caftr» W f t 'S c*n8/yr.

September Oktober

AfOSFttO ANDSPEED
(W'#)
(mill
■ —too Hi -wo
Ne*iK1wilVo«tof RHUlmtVector H i so -w o
Hi a.o.too r»0*o 4ON I I a o .a o
103d*fl -m H i ao- ao H i < o . ao
Hi ao. ao H i 2 0 - 40
HI 20. AO Hi OS-20
Hi 05- 20 C tfn i 17.21*
cr™ «s<s

Novermber Desember

3 18
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.8.2 Penentuan Area Pembangkitan Gelombang (Fetch) 3.8.3 Peramalan Gelombang (H indcastins)
Fetch efektif dihitung dari garis-garis fetch yang dibuat sebanyak 72 garis berinterval 5° Prediksi Gelombang disebut hindcasting jika dihitung berdasarkan kondisi meteorologi yang
masing-masing pada kedua sisi kiri dan kanan garis fetch arah mata angin. Garis tiap telah lalu dan disebut forecasting jika berdasarkan kondisi meteorologi hasil prediksi.
interval ini kemudian dihitung rata-ratanya untuk setiap 8 arah mata angin. Namun Prosedur penghitungan keduanya sama, perbedaannya hanya pada sumber data
penarikan garis fetch di lokasi Tanjung Pinang hanya memiliki 5 arah angin dari Timur ke meteorologinya.
Barat karena lokasi terlindung ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Dalam laporan ini penghitungan gelombang (yang dibangkitkan angin) dilakukan dengan
cara hindcasting berdasarkan formulasi yang tersusun di dalam buku Shore Protection
Manual, Department of The Army, Coastal Engineering Research Center (1984). Peramalan
gelombang dilakukan dengan mempergunakan metoda SMB (Sverdrup Munk Neider) dengan
formula sebagai berikut.
U 2 g F 'a
H = 1 .6 a 10 J
g t/ 2
T = 2 .8 5 7 a 10 -i — F ' ' 3
g u 2
gF 2' 2
t = 6 .8 8 a 10 —
g U2

Peramalan yang digunakan untuk kondisi pembentukan gelombang (fully developed)


dinyatakan sebagai berikut:
g// = 2 .4 3 3 x 10
1
U ?A
^ -^ = 8.134

= 7 .1 5 a lO 4
UA
Gambar 3-17. Garis Pembangkitan Gelombang (Fetch) di lokasi Pelabuhan Tanjungpinang
dimana:

H : tinggi gelombang (m);


Dapat dilihat pada gambar diatas, pembentukan gelombang dari arah Barat Laut, Utara,
T : perioda gelombang (detik);
dan Timur Laut memiliki fetch yang sangat kecil. Oleh karena itu panjang garis fetch
F : panjang fetch (m);
efektif dari ketiga arah tersebut dianggap sangat kecil.
t : durasi angin (detik);
Ua : kecepatan angin setelah koreksi (m/s);
Tabel 3-12. Hasil Perhitungan Panjang
Garis Pembangkitan Efektif S : percepatan gravitasi (m/s2).

F E lr c H Dengan mempertimbangkan durasi angin yang bertiup, diperoleh gelombang untuk


Direction Length (m) kecepatan angin yang berbeda-beda. Garis fetch efektif yang diambil, sesuai dengan posisi
Timur 28736 daratan terhadap arah datang gelombang adalah Timur (East), Tenggara (South West),
Tenggara 87023 Selatan (South) ,Barat Daya (South West), dan Barat (West) seperti ditunjukkan pada Tabel
Selatan 41153
sebelumnya.
Barat Daya 34577
Barat 14935

3-19
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Sii Bintgng Puta


W a veR o se 2005-2015
SriiPayurtg Batg.Anan)
Legend Tanjung Minang City®
0 0 t-02m
0 02-0 5m
0 0 5 -1 m
0 1- 2 m
0 2 -4 m i Pul.#i Polo
0 >=4m

Gambar 3-18. Diagram Alir Hindcastinq

Tinggi gelombang nraksimum tiap tahun (200!) - 2015) ditunjukkan pada gambar dibawah
ini. Gambar 3-T>. Distribusi Gelombang 10 Tahunan (2005-2015) Di Wilayah Tanjungpinang
Tabel 3-13. Tinggi Gelombang Maksimum
Ticip Arah Tiap Tahuri.
Tabel 3-14. Distribusi Gelombang Buian Januari-Jtni pada Tahun 2005-2015
W.ave Height Max (m) di Lokasi Tanjungpinang (blowing from)
Tahun
E SE S :>W W
2005 0.88 0.79 0.79 1.44 0.59
2006 0.98 1.44 1.48 1.06 0.75
2007 0.88 1.17 1.17 1.17 0.93
2008 1.06 0.88 1.06 2.82 1.30
2009 1.15 1.78 0.89 1.41 0.74
2010 0.88 0.79 1.15 0.89 1.02
2011 1.32 0.89 0.88 0.89 1.19
2012 0.89 0.89 1.32 0.79 1.18
2013 1.06 0.79 4.07 1.15 1.30
2014 0.89 I.00 1.26 0.89 0.68
2015 0.88 0.79 0.88 0.79 1.12

3 20
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

NORTH NORTH
Tabel 3-15. Distribusi Gelombang Bulan Juli-Desember pada Tahun 2006-2016
di Lokasi Pelabuhan Tanjungpinang (propagating from)

NORTH U--RTM


•6 .
‘2% i:-.

WtJOSFSD
T
W fCSPSO
<"V*> tmfo»
■ -40 ■ ..40
ResuSarl Vector ■ 30-<0 91 30. 40
SOUTH 89 10- 30 LJ 10- 30
■ OS. 1.0 91 os. i.o
02- 0.5 ■ 02 . 0 $
9 1 0 1.03 ■ 01.03 Rraucont Vector RMuSart Vector
C*ni 0S4IH C * nt 75 W , 12900? 66% 130 0«? 60% ■3 10-20
■ OS- 10
M 02-05 ■ 02-05
■ 01-03 91 01-02
Maret April Carol »<*s C **l 54 20%

NORTH NORTH
Juli Agustus

V5R40 SPEED
cm
n» i-^S!
■ ^ 40 • -•
feeuUAt Vector ■ 30- 40 Rnutaot Veen 30 40
12900? 66% BI 10- 30 107 deg - 60%
■ I o*. 10
91 02- OS 9 02-65
91 01.02 ■ 01. 02
C«*l 9
0Ws Cant 7154%

September Oktober

VMTOSPEED VVNDSPEFD
l"»«) (W«l
91 ~ 40 ■ -««O
vector ■ 20 40 Rh oism vector 9 1 20- 40
103 0«? - 49% E3 «0-30 09 Oe? 49% E3 10-20
91 os- io 9 1 OS- 10
9 1 o.2 < as ■ 9 02. OS
91 0 1 - 0 2 91 01.02
C«M 40 3)% cam 01 14%

November Desember

3-21
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

3.H.4 Rangkuman Hasil Peramalan Gelombang

Dari parameter - parameter yang didapatkan melalui hindcasting, didapatkan hasil analisa
sebagai b erikut:

a. Angin dominan berasal dari arah utara dan selatan dengan persentase kejadian rricising -
masing 7.93 % dan 8.44 %.
b. Angin pailing besar yang pernah terjadi sebesar £9,3 m/s dari arah selatan.
c. Kejadian angin tenang sebesar 59.47 %.
d. Musim Utara terjadi pada bulan Desember - Maret.
e. Musim selatan terjadi pada bulan Juni • September.
f. Gelombang dominan berasal dari arah Selatan dengan persentase kejadian 33.11 %.
g. Tinggi gelombang perairan dalam sebesar > 0.5 meter hanya terjadi dengan jumlah
kejadian 33.92 %.

Tinggi gelombang paling tinggi yang pernah terjadi di titik pembangkitan gelombang
sebesar 4.07 meter dari arah selatan.

3 22
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

BAB 4. ANALISIS PERAKIRAAN Dimana :


LQ = Kemampuan sektor
PERMINTAAN JASA ANGKUTAN LAUT Si = Jumlah sektor i di daerah yang diselidiki
S = Jumlah seluruh sektor di daerah yang diselidiki
Ni = Jumlah sektor i di wilayah yang lebih luas
N = Jumlah seluruh sektor di wilayah yang lebih luas

4.1 METODE ANALISIS LQ banyak digunakan sebagai alat yang sederhana untuk mengukur spesialisasi relatif suatu
daerah pada sektor-sektor tertentu, sehingga dalam suatu daerah akan diketahui kegiatan-
4.1.1 Metode Analisis Kependudukan kegiatan ekonomi mana yang menjadi kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kategori
Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya. kegiatan ekonomi mampu dan potensi yang hasil kegiatan ekonominya dapat melayani
Tambahan jumlah penduduk dianggap akan membawa konsekwensi bertambahnya daerahnya sendiri maupun daerah yang ada di sekitarnya, juga diketahui kegiatan ekonomi
tambahan jumlah penduduk. Hal ini analog dengan "bunga berbunga" atau disebut “bunga yang termasuk dalam kategori belum mampu namun potensi untuk dikembangkan di mana
berganda”, sehingga rumus yang digunakan: hasil kegiatan ekonominya hanya dapat digunakan untuk melayani daerahnya sendiri atau
lokal. LQ memberikan penilaian kriteria analisis sbb:
Pt+@ = P t ( 1 +r)@ 1. LQ. < 1, sektor ini merupakan sektor nonmampu namun berpotensi untuk dikembangkan
dan memilki negatif export employment, artinya wilayah dalam keadaan minus untuk
Pt+@ = jumlah penduduk pada tahun (t+@) sektor ini, sehingga daerah tersebut cenderung mengambil dari luar daerah.
r = rataan persentase tambahan jumlah penduduk daerah kajian berdasarkan 2. LQ = 1, sektor ini dapat mencukupi kebutuhan di daerahnya sendiri dan sisanya
data masa lampau. merupakan kemampuan ekspor sektor tersebut, atau dengan kata lain terdapat
keseimbangan antara ekspor dan impor.
Dengan anggapan bahwa perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan
3. LQ > 1, sektor ini merupakan sektor mampu dan potensi sehingga memiliki sifat positif
sendirinya, maka teknik ini tidak mem pertimbangkan kenyataan empiris bahwa sesudah
export employment, artinya wilayah dalam keadaan surplus untuk sektor ini sehingga
waktu tertentu (jangka panjang) derajat pertambahan relatif menurun. Dengan kata lain,
daerah tersebut cenderung mengirim ke luar daerah (mengekspor).
kurva perkembangan jumlah penduduk mempunyai "batas atas".
Ada beberapa kepentingan yang dikaji dengan analisis perekonomian ini, diantaranya
4.1.2 Metode Analisis Potensi Ekonomi untuk:

Untuk mengetahui potensi dan permasalahan mengenai aktivitas ekonomi wilayah sebagai 1. Potensi yang mempunyai nilai ekonomis dan mempunyai prospek pengembangan dimasa
bahan pertimbangan untuk pengembangan aktivitas ekonomi di masa yang akan datang yang akan datang.
akan dilakukan kajian terhadap potensi ekonomi wilayah, potensi ekonomi masyarakat, dan 2. Sektor-sektor unggulan daerah.
potensi dan permasalahan ekonomi wilayah. 3. Mencari potensi kegiatan untuk investasi.
4. Jenis-jenis usaha yang mampu untuk berkembang.
Kajian terhadap potensi ekonomi wilayah dilakukan dengan mengkaji potensi ekonomi
wilayah dengan menggunakan berbagai teknik analisis. Cara analisis yang dilakukan adalah
Teknik Analisis Location Quetient (LQJ. Untuk mengetahui kemampuan dan potensi
ekonomi di kawasan perencanaan yaitu merupakan teknik perhitungan untuk menghitung
konsentrasi kegiatan ekonomi atau untuk menentukan perbedaan kemampuan ekonomi
masyarakat dengan cara membandingkan peranan ekonomi daerah tersebut dengan skala
yang lebih luas.

4-1
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

4 .2 ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH 4.2.2.1 Kontribusi Sektor Terhadap Pembentukan PDRB

Struktur perekonomian Kota Tanjungpinang pada periode tahun 2010-2013 relatif tidak
4.2.1 Analysis Penduduk
banyak mengalami perubahan. Berdasarkan data PDRB terlihat bahwa sektor yang
Perkembangan penduduk secara kuantitas akan sangat mempengaruhi pola sebaran memberikan kontribusi terbesar dalcim pembentukan PDRB tahun 2013 di Kota
kegiatan yang muncul Jumlah penduduk merupakan aset utama dalam kegiatan Tanjungpinang adalah <;ektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (28,97%), kemudian diikuti
pembangunan, meskipun dlsisi lain akan berdampak pula pada timbulnya berbagai oleh sektor Bangunan (21,17%) dan sektor Angkutan dan Komunikasi (16,54%). Ketiga sektor
permasalahan akibat pertambahannya. Selain dipengaruhi oleh pertambahan alamiah terbesar tersebut secara total memberikan kontribusi sebesar 66,68%. Sektor-sektor lain
(kelahiran dan kematian), pertambahan penduduk juga dipergaruhi oleh adanya proses yang memberixan kontribusi cukup signifikan adalah sektor Industri Pengolahan (14,53%),
migrasi yang terjadi. sektor Jasa-jasa (8,50%), sektor Pertanian (1,61%).

Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2004 sampai dergan tahun 2008, dapat dihiturg
proyeksi penduduk untuk tahun 2010 hingga tahun 2030. Dari hasil perhitungan proyeksi Tabel 4-2. PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kota Tanjungpinang
penduduk, diperkirakan penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun 2 0 '0 dan tahun 2030 No Sektor 2010 2011 2012 2013
akan berjumlah 194.774 jiwa dan 368.546 jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1 Pertanian 94,690.90 100,294 00 106,333.90 112,761.20
2 Peitamfcangan dan Penggalian 2,984.30 3,215 70 3,573.30 910.40
3,2:4%. Dilihat dari sebaran penduduknya, kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk
terbesar sampai tahun 2030 terdapat di Kecamatan Eiukit Bestari, yaitu sebesar 117.809 3 1 Listrik
4
Industri Pengolahan
dan Air Bersih
309,363.30 873,570 50 941,913.60 1,016,119.70
40,791.90 43,505 60 48,799.10 5:1,391.10
jiwa. Sedangkc.n kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terkecil berada di 5 Bangunan 983,198.10 1,157,536 70 1,3.91,431.60 1,480,620.00
Kecamatan Tanjungpinang Kota, yaitu sebesar 41.779 jiwa. Untuk lebih jelasnya, proyeksi 6 Peidagangan, Hotel dan Restoran 1,513,646.70 l~ 1,673,753 60 1,838,595.70 2,026,373.40
penduduk Kota Tanjjngpinang dapat dilihat pada tabel berikut. 7 Angkutan dan Komunikasi 364,193.00 948,861 30 1,049,759.30 1,156,997.30
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 400,115.50 453,867 40 494,025.40 549,064.90
Perusahaan
Tabel 4-1. Proyeksi Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2034 9 Jasa-jasa/ 467,994.70 505,393 20 549,136.90 594,843.30
Proyeksi Penduduk (jiwa) PDI1B dengan M igas 5,176,978.40 5,759,998 00 6,323,618.70 6,994,081.30
No Kecamatan
2010 2016 2021 2026 2034 PDRB tanpa M iga s 5,173,994.00 5,756,782 30 6,320,045.40 6,990,170.80
_1 Bu<it Bestari 62.262 73.023 85.645 100.448 117.809 1 Sumber : Draft BPS Kota Tanjugrtpinang 2014
_ 2_ Tg. Pinang Timur 51.379 60.260 70.675 82.891 97.2:18
3 Tg. Pinang Kota 22.080 25.897 30.37:-! 35.622 41.779 ■ 1 P e rta n ia n
391(1.4
4 Tg. Pinang; Barat 59.053 69.260 81.232 95.272 111.739
■ 2 P e r ta m b a n g a n d a n
| Kota Tanjungpinang 194.774 228.440 267.924 314.233 368.546 1 1 2 7 6 1 .2
P e n g g a lia n
| Sumber: Haiil Analisa R rRW 5 4 9 0 6 4 .9 5 9 4 8 4 3 .3 ■ 3 In d u s tri P e n g o la h a n
1016119.7

■ 4 L is trik d a n A ir Ber sih

4.2.2 Analisis Ekonomi Wilayah Kota Tanjungpinang 14(10620 ■ 5 Bangunan

Berdasarkan Data yang diperoleh dari Tanjungpinang Dalam Angka 2012, menunjukkan ■ 6 P e rd a g a n g a n , H o te l
d a n R e s to ra n
adanya beberapa potensi dari berbagai sektor seperti pertanian tanaman pangan, sayuran, ■ 7 A n g k u ta n d an

buah-buahan hingga peternakan. Hanya saja potensi dari berbagai sektor yang ada di K o m u n ik a s i

■ 8 K e u a n g a n , P e rs e w a a n
Tanjungpinang tidak di ekspor/impor keluar Kota Tanjungpinang melainkan hanya sebagai d a n Jasa P e ru s a h a a n

kebutunan lokal, saja mengingat tidak terlalu besarnya produktifitas dari berbagai sektor 9 Jasa-jasa

yang ada di Kota Tanjungpinang.


Gamb ar 4-1. Grafik PDF;B Kota Tanjungpinang Tahun 2013

4-2
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

4.2.2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB, - PDRB


Pa — x lO O
Berdasarkan sumber data angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi dari Badan Pusat PDRB.
Statistik (BPS) Kota Tanjungpinang, data inflasi Tanjungpinang tahun 2014, 2,46%, lebih
Pe P D R B n i, ~ P D R B ytn x l ^
rendah dibandingkan inflasi nasional 3,35% atau pun inflasi kota batam 4,73% padahal
PDRB 2011
infrastruktur di Kota Batam lebih baik dibandingkan Tanjungpinang.

Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang tahun 2014 yaitu 5,98% lebih p m 2.901394.64 -2.709.497.S4
2.709.497 54
tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional
4,79%. Dan sektor penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor
P e ■ 7,08]
konstruksi dan sektor perdagangan.

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Kota Tanjungpinang dalam menggerak
perekonomian Kota Tanjungpinang, selain masih mengandalkan Anggaran Pendapatan Perhitungan diatas menunjukkan bahwa petumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang pada
Belanja Daerah (APBD), juga berusaha mengambil dana-dana pusat baik itu DAK maupun tahun 2013 sebesar 7,08. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan usaha tertentu telah
TP. Tujuannya bukan hanya untuk pembangunan infrastruktur saja, namun juga untuk tumbuh secara signifikan. Gambar berikut menunjukkan pertumbuhan lapangan usaha di
menggerakan perekonomian dengan terserapnya tenaga kerja yang ada di Tanjungpinang. Kota Tanjungpinang.
Untuk meningkatkan lajunya perkonomian di Kota Tanjungpinang, saat ini pemko bersinergi
3000 27.99 27.94 27.80 27.53 P e rta n ia n
dengan BUMD, BUMN dan Pihak Swasta dalam mempercepat pembangunan, melalui dana
CSR atau disebut juga PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). 2 5 .0 0
■ P e rta m b a n g a n d a n
22.72 22.47 21.9» 21.90 P e n g g a lia n
Berikut merupakan gambaran PDRB Kota Tanjungpinang atas dasar harga konstan 2000 pada A---------
2000 H
tahun 2010 hingga tahun 2013. 15.»8 — ae— listrik , ga s d a n air b e rsih
15.8» 15.85 15.88

1500 ■ — +■ ■ B a n g u n a n
Tabel 4-3. PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Lapangan Usaha 15.41 15.87
14.2» 14»4
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 8.41 8 33 8 21 8.02 — • — P e rd a g a n g a n , h o te l d a n
1000 •
re st o ra n
LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013 — r— P e n g a n g k u ta n d a n
8 04 8.10 8 24 8 23
1. Pertanian, Peternakan, 46,880.44 48,185.06 49,956.35 51,638.72 500 - K o m u n ik a si
Kehutanan dan Perikanan
1.99 1 90 1 &4 1.7«
-------K e u a n g a n , P e r s e w a a n d e n
2. Pertambangan dan Penggalian 1,313.41 1,358.19 1,400.51 1,445.19 Jasa
* ‘ ------- W » - ■ r W »
-------Jasa-Jasa
3. Industri Pengolahan 536,879.70 568,750.56 595,880.70 635,501.99 2009 2010 2011 2012
4. Listrik, gas dan air bersih 14,645.19 17,702.76 18,793.15 20,824.23
Sumba: data pnmei jnabsu lapown BPS Xanjuogpinans
5. Bangunan 337,794.15 370,526.40 417,436.66 460,576.62
6. Perdagangan, hotel dan restoran 661,444.05 707,083.05 747,844.57 798,807.37 Gambar 4-2. Grafik PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Lapangan Usaha
7. Pengangkutan dan Komunikasi 375,598.67 401,136.40 432,492.34 460,865.64 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2013
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 189,928.13 205,087.63 223,169.77 238,910.72
9. Jasa-Jasa 198,804.22 210,875.70 222,523.49 232,824.16
TOTAL 2,363,287.96 2,530,705.75 2,709,497.54 2,901,394.64 Grafik diatas menunjukkan bahwa lapangan usaha tertinggi yang berkontribusi pada
| Sumber: data primer analisis laporan BPS Tanjungpinang peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan, hotel dan restoran; industri
pengolahan; pengangkutan dan telekomunikasi; dan bangunan; memperhatikan trend
dalam empat tahun terakhir maka terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran;
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dihitung tingkat pertumbuhan ekonomi dengan
industry pengolahan; serta pengangkutan dan komunikasi cenderung stabil. Sedangkan
metode sederhana yaitu :
sektor bangunan mengalami peningkatan yang signifikan.

4-3
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Jika lapangan usaha dikelompokkan menjadi sektor primer, sekunder dan tersier maka Tabel 4-4. Produksi Bahan Makanan Menurut Jenis Per Kecamatan
dl Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012
distribusi pertumbuhan ekonomi digambarkan sebagai berikut.
P ro d u k si (ton)
No K e cam atan Ubi U bi Padi K acang
70 00 Jagung
K ayu Jalar Saw ah T anah
60 oo 1 Bukit Bestar i 4.30 10.99 - - - !
2 Ts nju n gp in a n g T im ur 19.62 30.12 - - 1.88
so oo
3 T an ju n gp in a n g Kota 6.54 32.97 - 17.30 -
40 00
Wh ♦ PRlVER 4 T an ju n gp in a n g Barat ‘ - - - -

30 00 $E<OSOER 2012 30.52 74.08 - 17.30 1.88


* JASA 2011 84.00 171.00 14.00 13.00 3.00
20 00
2010 21.00 9 9 0 .0 0 35.00 12.00 1.00
10 00 2009 22.00 18 72 .00 40.00 7.00 110.00
♦- 2008 38 0.0 0 56 0.0 0 - - 12.00
-f
I Sumber: Tanjungpinang Dalam Angkc
2009 2010 2011 2012
Sumber: data primer analisis laporan BPS Tanjungpinang
Tabel 4-5. Produksi Sayur - Sayuran Menurut Jenis Per Kecamatan
Gambar 4-3, Grafik PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Lapangan Usaha di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2013
P ro d u k si (ton)
No K ecam atan
Saw i Kac. Panjang C abe T erung K e tim u n Kangkung Bayam
Gambar d iatas menunjukkan bahwa lapangan usaha yang berkontribusi tertinggi terhadap 1 Bukit Bestari 115 11 14 3 25 - -
pembangunan ekonomi di Kota Tanjungpinang adalah sekor Jasa dan pertumbuhan dalam 2 T anju ngp ina ng T im ur 108 - 14 - 22 32 30
empat tahun terakhir cenderung stabil. 3 T anju ngp ina ng Kota - 10 8 - 7 58 36
4 T anju ngp ina ng Barat - - - - - - -
2012 223 21 35 3 54 90 66
2011 38 8 40 65 8 31 39 4 266
4..'l POTENSI EKONOMI WILAYAH 2010 131.5 75 121 28 5.5 205 206
2009 204 29 4 438 20 308 25 6 111
4.3.1 Pertanian Tanaman Pangan 2008 38 2 143 99 56 269 263
| Sum ber: Tanjungpinang Dalam Angka
Sub sektor tanaman pangan yang berada di Kota Tanjungpinang yaitu tanaman jagung, ubi
kayu, ubi jalar, talas, can kacang tanah Dari kelima tanaman tersebut, jagung dcin ubi
kayu merupakan tanaman yang bisa diandalkan produksinya. Jenis sayur-sayuran yang produksinya di atas 100 ton pada tahun 2013 adalah sawi.
Sedangkan Produksi buah-buahan yang paling banyak pada tahun 2012 adalah nangka, yakni
Pada tahun 2012, luas panen tanaman jagung mencapai 14 hektar dengan produktifitas
mencapai 143, 9 ton.
sebesar 30,52 ton. Sedangkan ubi kayu mencapai 7 hektar dengan produksi 74,08 ton.

4-4
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 4-6. Produksi Buah - Buahan Menurut Jenis Per Kecamatan Tabel 4-8. Produksi Unggas Menurut Jenis Per Kecamatan
di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012 di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012
P ro d u k si (ton) P ro d u k si (ekor)
No K ecam atan
M angga R a m b u ta n Nangka Pe paya P isan g Nanas Lainnya No K ecam atan A y a m Ras A y a m Ras Ayam
Itik
1 Bukit Bestari 2.1 6 5 3 13 1 11 P e d a g in g Petelu r Kam pung
2 T an ju n gp in a n g T im ur 2.1 5 40 32 30 0.4 44 1 Bukit Bestari - - 1650 -
3 T anju ngp ina ng Kota 26.2 10 98 34 62 5 216 2 T an ju n gp in a n g Tim ur 5000 51000 20 0 2478
4 T an ju n gp in a n g Barat 0.6 0.2 - 0.2 0.5 3 T anju ngp ina ng Kota 3000 8000 1350 -
2012 31 21 144 69 106 6 272 4 T anju ngp ina ng Barat - - - -
2011 7 144 60 133 9 359 2012 8000 59000 3200 2478
2010 53.5 48 337 111 116 2 103 2011 41000 51000 40666 2649
2009 98 22 2 196 168 535 94 34 8 2010 29900 48000 38 0 4 1 2649
20 0 8 97 250 430 184 82 73 20 0 9 29000 51000 20 00 2 2941
1 Sum ber: Tanjungpinang Dalam Angka 2 0 08 24000 59500 38041 873
Sum ber: Tanjungpinang Dalam Angka

Tanaman buah-buahan di Kota Tanjungpinang pada tahun 2013 mengalami sedikit


Populasi ternak unggas yang banyak di pelihara adalah ayam ras petelur dan ayam ras
penurunan produksi bandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun 2008 jumlah produksi total
pedaging. Walaupun tidak tertalu banyak, populasi ayam ras petelur dan ayam pedaging
buah-buahan adalah sebanyak 1.116 ton, sedangkan pada tahun 2012 hanya berjumlah
pada tahun 2012 masing-masing 59.000 dan 8.000 ekor.
648,6 ton.

4.3.3 Sektor Perikanan


4.3.2 Peternakan
Sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling dominan dan menonjol diantara sub
Pada tahun 2012 populasi sapi berjumlah 190 ekor, populasi kambing berjumlah 193 ekor,
sektor pertanian lainnya. Produksi perikanan laut dari tahun ke tahun mengalami
dan populasi babi berjumlah 810 ekor. Populasi ternak sapi, kerbau, dan babi meningkat
peningkatan yang cukup berarti dan diharapkan untuk masa yang akan masih dapat lebih
akan tetapi populasi kambing menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu.
ditingkatkan. Dengan berlakunya Hukum Laut Internasional Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
diharapkan akan mendorong lebih banyak lagi pengusaha perikanan laut yang ada. Produksi
Tabel 4-7. Produksi Ternak Besar Menurut Jenis Per Kecamatan
di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012 perikanan laut tahun 2012 berjumlah sebanyak 2.514,470 ton, mengalami penurunan
dibandingkan dengan jumlah produksi ikan laut tahun 2011 yang mencapai 3.184,601 ton,
P ro d u k si (ekor)
No K ecam atan yang diikuti juga dengan penurunan nilai produksinya.
Sapi K e rb a u K a m b in g Babi
1 Bukit Bestari 25 - 86 -
2 T anju ngp ina ng Tim ur 135 - 76 - Tabel 4-9. Perkembangan Volume dan Nilai Produksi Perikanan
3 T an ju n gp in a n g Kota 30 7 16 810 Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012
4 T an ju n gp in a n g Barat - - 15 -
No T ah u n P ro d u k si (ton) Nilai (Rp x 1000)
20 1 2 19 0 7 193 810
1 2 0 12 2.514,470 10.057.880
20 11 145 2 20 2 50 0
2 2011 3.184,601 10.184.484
2010 124 4 130 50 0
3 2010 2.707,344 4.763.169
2009 74 2 141 650
4 2009 21 5,3 35 4.879.233
2 0 08 152 302 600
5 2008 8.453,630 33.919.387
Sum ber: Tanjungpinang Dalam Angka
Sum ber: Tanjungpinang Dalam Angka

4-5
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Dari total luas Kota Tanjungpinang 2.5.950 Ha, sekitar 45 % dari luas tersebut atau sekitar 4,3.5 Sektor Perdagangan
10,796 Ha merupakan wilayah lautan, dengan demikian sub sektor perikanan merupakan
Dari hasil pengolahan BPSnilai ekspor di Tanjungpinang paria tahun 2012 sebesar 79.373.591
salah satu komoditi penentu yang dapat meningkatkan perekonomian Kota Tanjungpiinang,
US$. Kalau diband ngkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 201.034.854 US$, telah
sekaligus menirigkalan pendapatan tumahtargga nelayan. Potensi perikanan di wilayah
terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 60,53%.
perairan Tanjungpinang semakin terbuka dengan ditetapkannya hukum laut internasional
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Dari Negara tujuan ekspor, nilai ekspor terbesar ditujukan ke Cina senilai 51.254 juta US$
atau 64.57% dari total ekspor, selanjutanya ke Singapura sebesar 24,957 juta US$ atau
4..1.4 Sektor Perindustrian 31.44%

Pada tahun 2012 terdapat 13 perusahaan industri besar dan sedang di Kota Tanjungpinang Volurre nilai impor d'i Tanjungpinang juga mengalami penurunan dibandingkan tahun
yang mampu menyerap 1.147 tenaga tenaga kerja. Dibandingkan dengan tahun 2011, sebelumnya. Nilai impor pada tahun 2012 sebesar 16.747.764 US$, turun sebesar 60,72%
jumlah perusahaan berkurang tiga perusahaan dan tenaga kerja yang diserap bertambah dari nilai im po' tahun sebelumnya.
sebanyak 40 orang. Komoditas berupa mesin/peralatan listrik senilai 3,13 juta US5 atau 18,68% dari total niali
Jenis industri yang terdapat di Kota Tanjungpinang adalah industri ruman tangga, kecil dan impor. Negara asal impor terbesar yaitu Singapura, dengan total nilai impor senilai 7,346
menengah. Industri Rumah tangga merupakan komoditas utama yang cukup potensial dan juta US$ atau sekitar 43,868% dari nilai impor. Selanjutnya adalah Negara Cina dengan nilai
memiliki pasar yang baik di Kota Tanjungpinang. Adapun produksi hasil industri kecil dan impor 2,366 juta US$ atau sekitar 14,128%.
rumah tangga yang potensial dan sudah banyak dipasarkan baik lokal, maupun antar daerah,
adalah seperti kain tenun makanan, dan hasil kerajinan laut. Sedangkan industri Tabel 4-11. Perkembangan Volume Eksport clan Import
Melalui Pelabuhan Tanjungpinang Tahun 2008 2012 (Kg)
menengah yang sudah berkembang dan mendapat pasar adalah industri kowensi/garmen
dan industri pertanian. N eraca
No Tahun E k s p o it Im p o rt

Saat iri wilayah yang potensial untuk dikembangkan- sebagai kawasan industri di Kota 1 2 0 12 3.3 33 .85 2.99 7 12.748.816 62.625.827
Taijungpinang adalah kawasan Madorg dan Dompak dengan luas yang diperuntukan sebesar 2 2011 4.7 55 .41 9.46 1 35.611.168 158.401.842
136,141 Ha. Potensi ini merupakan prospek yang baik dalam mendukung visi pembangunan 3 2010 7.103.841.951 18.426.365 180.269.115
Kota Tanjungpinang sebagai kota perdagangan dan industri. 4 2009 4.696.174.4136 3.219.443 77.352.201
5 2 0 08 5.373.742.7 L8 27.62C.722 42.410.331
Sum ber: Tanjungpinang Dalam A n gk a , 2012
Tabel 4-10. Perkembangan Jumlah Industri dan Penyerapan Tenaga Kerja
di Kota Tanjungpinarg Tahun 2008-2012
2012 2011 201C
No Kecamatan Tenaga Tenaga Tenaga
4.3.6 Sektor Pariv/isata
Perusahaan Perusahaan Perusahaan
Kerja Kerja Kerja Dalarr rangka mewujudkan visi pembangunan Kota Tanjungpinang sebagai Pusat
1 Bukit Bestari 2 65 2 35 3 92
Perdagangan dan Jasa Industri serta Pusat 3udaya Atelayu dalam Lingkungan Masyarakat
2 Tj.pinarg Timur 7 906 7 1.636 12 1.024
yang Agamis sejahtera Lahir dan Bathiri Pada Tahun 2020, maka pembangunan disektor
3 j Tj.pinang Kota 4 176 1 165 3 174
parawisatn harus terus ditingkatkan. Kota Tanjungpinang merupakan wilayah ysng
4 Tj.pinarig Barat - - - 34 - -
Jum lah 13 1.147 9 1.920 18 1.290 d kelililingi oleh lautan, namun walaupun demikian pemanfaatan terhadap potensi lautan
1 Sumber: Tanjungpinang Dalam Angka untuk kawasan wisata di Kota Tanjungpinang belum bisa dilakukan secara optimal, belum
ada satu kelurahan yang memanfaatkan lautan untuk tujuan wisata laut.

Objek wisata yang ada di Kota Tanjungpinang, dantaranya merupakan wisata sejarah dan
agama, hal ini dikarenakan Kota Tanjungpinang menurut sejarah dulunya merupakan pusat

4-6
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

kerajaan Riau Lingga. Peninggalan sejarah ini bisa dilihat di Kelurahan Penyengat
Kecamatan Tanjungpinang Kota. Peninggalan sejarah yang masih ada diantaranya yaitu
Gedung Istana, Kantor Gedung Tengku Bilik, Mesjid Penyengat, Makam Engku Putri dan
Makam Raja Haji. Keberadaan peninggalan bersejarah itu perlu dijaga kelestariannya agar
tidak mengalami kepunahan karena merupakan salah satu daya tarik yang mampu menarik
minat wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk datang ke Tanjungpinang. Selain di
Kelurahan Penyengat, wisata religi lainnya ada di Kelurahan Senggarang, dikelurahan
tersebut terdapat Klenteng yang menjadi tempat yang wajib dikunjungi oleh masyarakat
Kong hu cu baik dari Kota Tanjungpinang maupun umat Kong hu cu dari luar negeri seperti
dari Singapura dan Malaysia.

Potensi wisata sejarah dan agama lainnya yang bisa dikembangkan yaitu Makam Sultan
Sulaiman dan Biram Dewa di Kelurahan Batu sembilan dan Komplek Makam Belanda di Gambar 4-4. Potensi Wisata Kota Tanjungpinang
Kelurahan Kemboja Kecamatan Tanjungpinang Barat. Selain wisata sejarah dan Agama, di
Kelurahan Air Raja Kecamatan Tanjungpinang Timur terdapat taman rekreasi yang cukup
potensial dikembangkan, yaitu Taman Rekreasi Hanaria, yang mengoleksi berbagai binatang
4.4 ANALISIS PERGERAKAN
diantaranya burung kasuari, danau buatan dan kolam renang.
A. Zona Internal
Potensi pariwisata merupakan obyek dan daya tarik wisata yang belum mendapatkan
penanganan sehingga secara ekonomi dan sosial belum memberikan kontribusi yang berarti Yang dimaksud dengan zona internal pada pembahasan ini adalah zona dimana alur
bagi masyarakat maupun bagi Kota Tanjungpinang. Untuk itu pembangunan kepariwisataan pelayaran Pelabuhan Sri Bintan Pura ini beroperasi dalam melayani pengangkutan
di Kota Tanjungpinang perlu lebih mendapat perhatian mengingat Kota Tanjungpinang penumpang skala nasional dan internasional. Berdasarkan RTRW Kota Tanjungpinang,
merupakan wilayah bahari yang memiliki potensi pengembangan wisata bahari. alur pelayaran Pelabuhan Sri Bintan Pura meliputi : Kabupaten Bintan, Kabupaten
Karimun, Kota Batam, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga dan Kota
Tabel 4-12. Obyek Wisata Di Kota Tanjungpinang Tanjungpinang untuk pelayaran domestik sedangkan alura pelayaran internasional
meliputi Malaysia - Singapura, sehingga zona internal pelabuhan pengumpul Sri Bintan
K e ca m a ta n O b je k W isa ta Jenis O bjek W isa ta
Pura adalah: Kab. Bintan, Kab. Karimun, Kota Batam, Kab. Natuna, Kab. Lingga, Pulau
T an ju n gp in a n g T im ur M a k a m Sultan Su la im a n dan Biram D ew a Sejarah/Budaya/A gam a
T a m a n Rekreasi H anaria
Singkep, Kota Tanjungpinang.
W isa ta A lam /B uatan
T a n ju n gp in a n g Kota G e d u n g Istana Sejarah/Budaya/A gam a B. Zona Eksternal
K antor G e d u n g T engku Bilik Sejarah/Budaya/A gam a
M e sjid Pe nyengat Sejarah/Budaya/A gam a
Pelabuhan Sri Bintan Pura terletak di Kelurahan Kota Tanjungpinang yang saat ini
M a k a m Engku Putri Sejarah/Budaya/A gam a melayani aktifitas naik/turun penumpang. Keunggulan pelabuhan ini memiliki jarak
M a k a m Raja Haji Sejarah/Budaya/A gam a yang relatif dekat dengan Negara-negara tetangga . Oleh karena itu, yang menjadi zona
K elenteng S e n gg ra n g Sejarah/Budaya/A gam a pergerakan eksternal Pelabuhan Sri Bintan Pura meliputi Negara Singapura dan
T an ju n p in a n g Barat K ub u ran Belanda Sejarah/Budaya/A gam a Malaysia.
Sumber: RTRW Kota Tanjungpinang 2010-2030

4-7
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

4.4.1 Realisasi Arus Penumpang dan Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjungpinang Sri
Bintan Pura

A. Trafik Penumpang

Arus penumpang yang melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura selama periode delapan tahun
terakhir 2005 sd 2012 tercatat merupakan penumpang dalam dan luar negemi dengan
pertumbuhan yang berfluktuatif hingga mengalami kenaikan secara perlahan. Dalam
kurun waktu tersebut jumlah penumpang mencapai angka tertinggi pada tahun 20C5
(2.009.870 orang) dan tahun 2011 (2.054.704 orang). Realisasi trafik penumpang selama
tahun 2005 sd 2013 adalah :
Gambar 4-6. Grafik Arus Penumpang Luar Negeri
Tabel 4-13. Realisasi Arus Penumpang di Pelabuhan/Terminal Sri Bintari Pura Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2005-2013
Tahun 2005-2.013 (Orang)
Penum pang Penum pang
No Tahun Dalam Negeri Luar Negeri Total B Trafik Kapal
Turun Naik Turun Naik
Dari data trafik kunjungan kapal yang singgah di dermaga umum selama periode tahun
1 2005 548,686 597,565 435,141 428,478 2,009,870
2005 -2012 tercatat kapal pelayaran dalam negeri dc.n luar negeri yang bersandar di
~2~ 2006 471,282. 511,070 294,432 321,246 1,698,030
Pelabunan Tanjungpinang Sri Bintan Pura. Pada tahun 2005 jumlah kunjungan kapal
~3_ 2007 526,586 590,052 289,890 289,890 1,696,418
4~ 2008 589,980 608,299 247,729 247,729 1,693,737
dalam negeri tercatat sebesar 15.914 Ccill (1.053.305 GT) turun menjadi 20.798 Call
~S~ 2009 601,927 617,756 192,771 192,771 1.605,225 (1.696.924 GT) pada tahun 2012 realisasi trafik kunjungan kapal selama tahun 2005 sd
~6~ 2010 629,769 565,783 203,345 203,345 1,702,242 2012 sebagaimana pada gambar dibav/ah ini.
~7 2011 754,125 363,686 214,139 214,139 2 046,089
Sejak tahun 2005 Jumlah kapal peyaran luar negeri cenderung menurun yaitu dari 9.025 Call
~8 2012 687,638 713,407 207,626 207,626 1.816,297
(1.495.168 GT) menurun menjadi 3.379 Call (478.875 CiT) tahun 2012. Kapal-kapal yang tambat
~9 2013 723,569 726,286 230,256 230,256 1,910,367
| Sum ber: Data Pelindo Tanjungpinang 2014
di dermaga selama tahun 2005-2013 juga didominasi oleh kapal-kapal pelayaran dalam negeri.
Jumlah call pelayaran luar negeri maupun dalam negeri pada tahun 2005 sd 2013 terlihat pada
tabel dan gambar dbeikut ini.

Tabel 4-14. Realisasi Arus Kunjungan Kapal


di Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura 2005-2013 (GT)
Kunjungan Kapal Dalam Kunjungan Kapal
No T shun
Negeri Luar Negeri
1 2005 1,053,305 1,495,163 2,548,473
2 2006 964 136 682,783 1,646,924
3 2007 948.490 636,571 1,585,061
4 2008 977,911 557,865 1,535,776
5 2009 1,060 630 516,787 1,577,417
6 2010 1,133417 417,547 1,550,964
7 2011 1,699 361 400,067 2,059,428
Gambar 4-5. Grafik Arus Penumpang Dalam Negeri 8 2012 1,696924 478,875 2,175,799
Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2005-2013 9 2013 1,700,568 501,235 2,201,803
Sum ber: Data Pelindo Tanjungpinang 2014

4-8
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

4.4.2 Proyeksi Transportasi Laut Pelabuhan Sri Bintan Pura

4.4.2.1 Proyeksi Penumpang dan Kebutuhan Kapal

Pemodelan bangkitan perjalanan (Trip Generation) adalah suatu tahapan permodelan yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona dan berapa jumlah
pergerakan yang akan tertarik pada zona (Trip Attraction) .

Lebih jelasnya lihat tabel dan gambar berikut.

Tabel 4-16. Proyeksi Penumpang Tabel 4-17. Proyeksi Penumpang


Dalam Negeri Pelabuhan/Terminal Sri Luar Negeri Pelabuhan/Terminal Sri
Gambar 4-7. Grafik Kunjungan Kapal Bintan Pura Tahun 2015-2034 Bintan Pura Tahun 2015-2034
Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2005-2013 (GT)
Jumlah Penum pang Jumlah Penum pang
Tahun Tahun
(Orang) (Orang)
2014 1,527,787 2014 402,700
Tabel 4-15. Realisasi Arus Kunjungan Kapal
di Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura 2005-2013 (Call) 2015 1,576,090 2015 395,051
2016 1,632,162 2016 388,289
No Tahun Kunjungan Kapal Kunjungan Kapal Total 2017 1,696,910 2017 382,681
Dalam Negeri Luar Negeri 2018 1,771,338 2018 378,539
1 2005 15,914 9,026 24,940 2019 1,856,560 2019 376,227
2 2006 17,831 4,667 22,498 2020 1,953,810 2020 376,171
3 2007 16,683 4,383 21,066 2021 2,064,455 2021 378,863
4 2008 17,211 3,822 21,033 2022 2,190,009 2022 384,875
5 2009 16,591 3,582 20,173 2023 2,332,151 2023 394,868
6 2010 17,597 3,457 21,054 2024 2,492,738 2024 409,602
7 2011 21,036 3,432 24,468 2025 2,673,828 2025 429,955
8 2012 20,798 3,379 24,177 2026 2,877,699 2026 456,935
9 2013 22,523 3,645 26,168 2027 3,106,874 2027 491,698
Sumber: Data Pelindo Tanjungpinang 2014
2028 3,364,145 2028 535,569
2029 3,652,602 2029 590,066
2030 3,975,668 2030 656,921
2031 4,337,127 2031 738,113
2032 4,741,171 2032 835,900
2033 5.192,435 2033 952.850
2034 5.696.051 2034 1.091.891
Sum ber: Hasil Analisis Konsultan Sum ber: Hasil Analisis Konsultan

Gambar 4-8. Grafik Kunjungan Kapal


Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2005-2013 (CALL)

4-9
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 4-9. Grafik Proyeks Penumpang (Dalam dan Luar Negeri) G a m b a r 4 -1 0 . Grafik Prcyeks Kebutuhan Kapal (Dalam dan l.uar Negeri)
Pelabuhan/Terminal Sri E.intan Pura 2015 - 2034 Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura 2015 - 2034

Tabel 4-18. Proyeksi Kebutuhan Kapal Dalam dan Luar Negeri


Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura 2015-2034 (Call) 4,4.2 2 Analisis Tingkat Pemakaian Dermaga
‘ Dalam Negeri Luar Negeri
Analisis ini menggunakan metode Berth Occupancy Ratio (BOR) adalah tingkat pemakaian
Jumlah Jumlah
Tahun Kebutuhan Kapal Kebutuhan Kapal dermaga dengan perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang
Penum pang Penum pang
(Unit) 100 GT (Unit)
(Orang) (Orang) terrsedia (dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
2.014 1,527,787 15.278 402,700 2.685 persentase. Nilai persen BOR dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Bambang
2015 1,576,090 15.761 395,051 2.634
Triatmodjo,20 l1) :
2016 1,632,162 16.322 388,289 2.589
2017 1,696,910 16.969 382,581 2.551
2018 1,771,333 17.713 378,539 2.524 Vs x St
2019 1,856,560 18.566 376,227 2.508
BOR = - ................ ...... x i 00 %
2020 1,953,810 19.538 376,171 2.508
Wakt u efektif x r,
2021 2,064,455 20.645 378,363 2.526
2022 2,190,009 21.900 384,375 2.566
2023 2,332,151 23.322 394,368 2.632
Dimana :
2024 2,492,73 3 24.927 409,502 2.731
2025 2,673,823 26.738 429,955 2.866 BOR = tingkat pemakaian dermaga
2026 2,877,690 28.777 456,935 3.0461 Vs = kunjungan arus kapal rata-rata (unit/tahun)
2027 3,106,874 31.069 491,598 3.278
St = waktu pelayanan pelabuhan (jam/hari)
2028 3,364,145 33.641 535,569 3.570
2029 3,652,602 36.526 590,066 3.934 Waktu ETektif = waktu efektif pelayanan pelabuhan p>er tahun (jarn/tahun)
2030 3,975,663 39.757 656,921 4.379 n = jumlah dermaea/tsmbatan
2031 4,337,12 7 43.371 738,113 4.921
2032 4,741,171 47.412 835,900 5.573
Uatuk tingxat pelayanan dermaga itu sendiri didasarkan pada fasilitas darat pelabuhan yang
2033 5.192,435 51.924 952.850 6.352 dilihat dari kcndisi sebenarnya fasilitas dare t yang disediakan pihak pelabuhan kemudian
2034 5.696.051 56.961 1.091.891 7.279 membandingkannya dengan standart fasilitas yang dikeluarkan oleh menteri perhubungan. Data-
Keterang an: 1 Unit Kapal Kapasitas Penumpang:
data yang dibutuhkan untuk perhitungan dalam metcde ini diperoleh dengan cara mengumpulkan
- Dalam Negeri 100 orang, dan
- Luar Negeri 150 orang dari PT. PELINDO-I dan dari penelitian langsing dilapangan.
Sumber; Hasil Analisis 2014

4 10
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

a. Analisis BOR (Eksisting) Tabel 4-20. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura (Dermaga Luar Negeri)
Tahun 2005-2013 (eksisting)
Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura memiliki 2 trestel dan 2 dermaga masing-masing untuk
St = W aktu waktu efektif
domestik dan international, dengan waktu operasional 12 jam per hari (jam 6.00 - 18.00). Vs = Kunjungan n=
Pelayanan pelayanan
Tahun Kapal Rata-rata Jumlah BOR (%)
Pelabuhan pelabuhan per
Dengan menggunakan data tahun 2005-2013, jumlah kunjungan kapal terjadi fluktuatif namun Per Tahun Dermaga
(Jam/Hari) tahun (jam/tahun)
akhir tahun 2014 cenderung bertambah. 2005 9.026 12 4320 1 25.07

Berdasarkan hasil analisis BOR sampai tahun 2013 diketahui bahwa tingkat pemakaian dermaga 2006 4.667 12 4320 1 12.96

adalah : 2007 4.383 12 4320 1 12.18


2008 3.822 12 4320 1 10.62
• Dermaga domestik (dalam negeri) sebesar 62,56 %; dan
2009 3.582 12 4320 1 9.95
• Dermaga international (luar negeri) sebesar 10,13 %.
2010 3.457 12 4320 1 9.60
Jika dibandingkan dengan standar pemakaian dermaga, jika sudah di atas 70 % harus dilakukan 2011 3.432 12 4320 1 9.53
penambahan/perpanjangan dermaga. Dikaitkan dengan standar tersebut, dermaga di Pelabuhan 2012 3.379 12 4320 1 9.39

Sri Bintan Pura baik domestic maupun international sampai tahun 2013 belum memerlukan 2013 3.645 12 4320 1 10.13

penambahan/perpanjangan dermaga. Untuk jelasnya, hasil analisis BOR tahun 2005 - 2013 | Sumber: Hasil Analisis Konsultan

dapat dilihat pada tabel berikut.


b. Analisis BOR (Prediksi)
Tabel 4-19. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura
(Dermaga Dalam Negeri) Tahun 2005-2013 (eksisting) Berdasarkan hasil analisis dengan metode Berth Occupaci Ratio (BOR), diperkirakan tingkat
pemakaian dermaga penumpang dalam negeri Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura perlu
waktu efektif
St = W aktu penambahan/perpanjangan pada tahun 2031 (jangka panjang) jika menggunakan 2 dermaga
Vs = Kunjungan pelayanan
Pelayanan n = Jumlah
Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan per BOR (%) karena operasional dermaga international pindah ke Pelabuhan Dompak (sesuai kebijakan RTRW
Pelabuhan Dermaga
Per Tahun tahun Kota Tanjungpinang). Sedangkan operasional dermaga penumpang luar negeri tidak di
(Jam/Hari)
(jam/tahun)
Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura melainkan di Pelabuhan Dompak. Namun demikian,
2005 15.914 12 4320 1 44.21
berdasakan hasil analisis BOR masih cukup karena tingkat pemakaian dermaga sampai akhir
2006 17.831 12 4320 1 49.53
tahun perencanaan (2034) hanya mencapai 12,13 %.
2007 16.683 12 4320 1 46.34
2008 17.211 12 4320 1 47.81 Untuk lebih jelasnya, lihat tabel berikut.
2009 16.591 12 4320 1 46.09
2010 17.597 12 4320 1 48.88 Tabel 4-21. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura
(Dermaga Dalam Negeri) Tahun 2014-2034
2011 21.036 12 4320 1 58.43
waktu efektif
2012 20.798 12 4320 1 57.77 St = W aktu
Vs = Kunjungan pelayanan
2013 22.523 12 4320 1 62.56 Pelayanan n = Jumlah
Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan BOR (%)
Pelabuhan Dermaga
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Per Tahun per tahun
(Jam/Hari)
(jam/tahun)
2014 15.278 12 4320 1 42.44
2015 15.761 12 4320 1 43.78
2016 16.322 12 4320 1 45.34
2017 16.969 12 4320 1 47.14
2018 17.713 12 4320 1 49.20
2019 18.566 12 4320 1 51.57

4-11
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

waktu efektif waktu efektif


St = W aktu St = W aktu
Vs = Kunjungan pelayanan Vs = Kunjungan pelayanan
Pelayanan n = Jumlah Pelayanan n = Jumlah
Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan BOR (%) Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan BOR (%)
Pelabuhan Dermaga Pelabuhan Dermaga
Per Tahun per tahun Per Tahun per tahun
(Jam/Hari) (Jam/Hari)
(jam/tahun) (jam/tahun)
2020 19 538 12 4320 2 27.14 2027 1.967 12 4320 L 5.46
2021 20 645 12 4320 2 28.67 2028 2.142 12 4320 L 5.95
2022 21 900 12 4320 2 30.42 2029 2.360 12 4320 L 6.56
2023 23 322 12 4320 2 32.39 .
2030 2.628 12 4320 L 7.30
2024 24 927 12 4320 2 34.62
2031 2.952 12 4320 L 8.20
2025 26 738 12 4320 2 37.14
2026 28 777 39.97 2032 3.344 12 4320 L 9.29
12 4320 2
2027 31 069 12 4320 2 43.15 2033 3.811 12 4320 L L0.59
2028 33 641 12 4320 2 46.72 2034 4.368 12 4320 1 L2.13
2029 36 526 12 4320 2 50.73 1 Sumbar: Hasil Analisis Konsultan
2030 39 757 12 4320 2 55.22
2031 43.371 12 4320 2 60.24
2032 47 412 12 4320 2 65.85
4,4.3 Proyeksi Transportasi Laut Pelabuhan Sri Payung Batu Anam
2033 51924 12 4320 2 72.12
2034 56 961 12 4320 2 79.11
Sumber: Hasil Analisis Konsultan 4.4.3,. 1 Proy€*ksi Arus Penumpang dan Kebutuhan Kapal
Keterangan : jika padu jargka menengah (2015-2014) operational dermaga
international pindah ke Dompak. Komoditi mual: antar pulau (AP Muat) melalui dermaga umum terminal Sri Payung Batu
Anam saat ini hanya berupa batu granit dan besi beton , secangkan di tahun tahun
Tabel 4- 22. Analisis BOR Pelabuhan Sri Bintan Pura se?belumnya selain batu granit juga terdapat pasir, BBM dan barang lainnya. Selama pericde
(Dermaga Luar Negeri) Tahun 2014-2034 tahun 2005 sd 2013 komoditi AP Muat mencapai puncaknya pada tahun 2012 yaitu sebesar

St = W aktu
waktu efektif 17.064 ton dan terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 10.612 ton.
Vs = Kunjungan pelayanan
Pelayanan n = Jumlah Dalam periode tahun 2005 sd 2013 jumlah barang yang dibongkar (AP Bongkar) di dermaga
Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan BOR (%)
Pelabuhan Dermaga
Per Tahun per tahun umum juga berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat, yaitu dari 247.394 ton pada
(Jam/Hari)
(jam/tahun)
tahun 2005 menjadi 252.363 ton pada tahun 2012. Komoditi antar pulau yang dominan
2014 1 611 12 4320 1 4.47
selama periode tahun 2005 sd 2012 adalah semen , karet, dan besi beton. Arus barang
2015 1 580 12 4320 1 4.39
ekspor dan impor mengalami penurunan secara perlahan hingga mencapai yang paling
2016 1 553 12 4320 1 4.31
rendah yaitu terlihat ekspor tahun 2007 sebesar 7.898 ton, dan demikian juga dengan
2017 1 531 12 4320 1 4.25
impor barang berfluktuatif tahun 2005 terjadi 6.986 ton naik tahun 2008 menjadi 27.395
2018 1 514 12 4320 1 4.21
ton dan mengalami penurunan menjadi 5.273 ton tahun 2012.
2019 1 505 12 4320 1 4.18
2020 1 505 12 4320 1 4.18
2021 1 515 12 4320 1 4.21
2022 1 540 12 4320 1 4.28
2023 1 579 12 4320 1 4.39
2024 1 638 12 4320 1 4.55
2025 1 720 12 4320 1 4.78
2026 1 828 12 4320 1 5.08

4 12
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 4-23. Realisasi Arus Barang di Pelabuhan/Terminal Tabel 4-24. Realisasi Kunjungan Kapal
Sri Payung Batu Anam 2005-2013 (Ton/m3) di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
Tahun 2005-2013 (Call)
Antar Pulau
No Tahun Ekspor Im por Total
M ua t Bongkar Kunjungan Kapal Kunjungan Kapal
No Tahun Total
1 2005 Dalam Negeri Luar Negeri
53,486 6,986 14,905 247,394 322,771
1 2005 409 230 639
2 2006 10,488 3,946 11,476 306,594 332,504
2 2006 412 219 631
3 2007 7,898 8,620 12,855 334,344 363,717
3 2007 430 139 569
4 2008 8,388 27,395 10,781 244,197 290,761 4 2008 364 204 568
5 2009 11,343 9,335 10,895 223,043 254,616 5 2009 327 168 495
6 2010 8,901 5,870 14,977 205,167 234,915 6 2010 299 117 416
7 2011 11,044 6,683 10,612 235,500 263,839 7 2011 288 96 384
8 2012 10,066 5,273 17,064 252,363 284,766 8 2012 364 84 448
9 2013 9,525 5,354 18,124 265,124 298,127 9 2013 371 93 464
| Sum ber: Data Pelindo Tanjungpinang 2014 Sum ber: Data Pelindo Tanjungpinang 2014

Tabel 4-25. Realisasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
Tahun 2005-2013 (GT)
Kunjungan Kapal Kunjungan Kapal
No Tahun Total
Dalam Negeri Luar Negeri
1 2005 102,631 78,219 180,850
2 2006 145,524 53,673 199,197
3 2007 149,777 29,511 179,288
4 2008 118,330 42,578 160,908
5 2009 131,849 37,239 169,088
6 2010 118,025 30,917 148,942
7 2011 126,817 26,069 152,886
8 2012 145,624 21,423 167,047
9 2013 146,579 22,514 169,093
Gambar 4-11. Grafik Arus Barang Sum ber: Data Pelindo Tanjungpinang 2014
di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
2005-2013 (Ton/m3)

Gambar 4-12. Grafik Realisasi Kunjungan Kapal


di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Th 2005-2013 (Call)

4-13
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Selama tahun 2005 s/d 201 U, arus bararg di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
terjadi fultuatil' dan cenderung mengalami penurunan, demikian juga jumlah kunjungan
kapal yang terjadi.

Hal tersebut disebabkan kondisi Pelabuhan/Terminal Sri Payurg Batu Anarr terutama sisi
perairan (alur dan kolam labuh) mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Sehingga,
operasional kapal sangat bergantung kondisi air pasang, dan Pemerintah Daerah berencana
khusus angkutan barang international akari dipindankan ke Pelabuhan Tanjung Mocoh.

Untuk jelasnya, proyeksi arus barang dan kebutuhan kapal dapat dilihat pada tabe-l dan
gambar berikut.

Tabel 4-26. Proyeksi Barang Ekspor 8t Impor


Serta Kebutuhan Kapal (International)
Di Pelabuhan/Terminal Sri Payurg Batu Anam
Tahun 2015-2034 (Ton)
Barang(Ton) Total Kebutuhan Kapal
I Tahun
Ekspor Im por (Ton) 1.000 DW T (Unit) Di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam (Ton) Tahun 2015-2034
2014 10.457 5542 15999 107
2015 10.548 5624 16172 108
2016 10,647 5715 16362 109
2017 10.757 5815 16572 110
2018 10.878 5925 16803 112
2019 11.010 6046 17056 114
2020 11.156 6179 17335 116
2021 11.316 6326 17642 118
2022 11.492 6488 17980 120
2023 11.686 6667 18353 122
2024 11.899 6864 18763 125
2025 12.134 7080 19214 128
2026 12.391 7319 19710 131
2027 12.675 7582 20257 135
2028 12.986 7871 20857 139
2029 13.329 8150 21519 143
2030 13.7C6 8542 22248 148
2031 14.120 8929 23049 154
2032 14.576 9355 23931 160
2033 15.077 9.825 24902 166
2034 15.628 10.343 25971 173
Sumber. Hasil Analisis 2014 Gambar 4-14. Grafik Kebutuhan Kapal Barang likspor 8t Impor (International)
Kt teran jan : ilata-rata Muatar, Per K ap al: 50-200 ton Di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam Tahun £015-2034 (Unit)

4 14
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

1600000

1400000

1200000

lOOOOOO

800000

600000

400000

200000
B a ra n g D a la m N e g e ri

2010 2015 2020 2025 2030 2035

2010 2015 2020 2025 2030 2035


Gambar 4-16. Grafik Proyeksi Barang Dalam Negeri (Antar Pulau)
Gambar 4-15. Grafik Kebutuhan Kapal Barang Dalam Negeri (Antar Pulau) Di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Tahun 2015-2034 (Ton)
di Pelabuhan/Termina! Sri Payung Batu Anam Tahun 2015-2034 (Unit)

Tabel 4-27. Proyeksi Barang Dalam Negeri dan Kebutuhan Kapal 4.4.3.2 Analisis Tingkat Pemakaian Dermaga (BOR)
(Antar Pulau) di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
Tahun 2015-2034 (Ton) ’ a. Analisis BOR (Eksisting)
Barang Dalam Negeri Kebutuhan Kapal
Tahun Jumlah kunjungan kapal ke Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam selama kurun
(Ton) 1.000 D W T (Unit)
2014 295,547
waktu tahun 2005-2013 baik kapal domestic (antar pulau) maupun kapal international
394
2015 313,992 419 cenderung mengalami penurunan, yang otomatis pemakaian dermaga juga cenderung
2016 334,328 446 menurun. Hl tersebut dibuktikan dari hasil analisis tingkat pemakaian dermaga dengan
2017 356,750 476 metode Berth Occupaci Ratio (BOR), dimana pada tahun 2005 untuk dermaga kapal
2018 381,471 509
domestic sebesar 2,27 % dan pada tahun 2013 sebesar 2,06 %. Demikian juga dermaga
2019 408,727 545
2020 438,778 585 kapal international, dimana tahun 2005 tingkat pemakaian dermaga sebesar 1,28 % dan
2021 471,911 629 pada tahun 2013 hanya sebesar 0,52 %. Angka tersebut menunjukan belum perlunya
2022 508,441 678 penambahan/perpanjangan dermaga, yang standarnya perlu penambahan/perpanjangan
2023 548,718 732
jika melebihi angka 70 % Untuk jelasnya lihat tabel berikut.
2024 593,124 791
2025 642,085 856
2026 696,066 928
2027 755,582 1.007
2028 821,202 1.095
2029 893,551 1.191
2030 973,319 1.298
2031 1,061,266 1.415
2032 1,158,232 1.544
2033 1.265.142 1.687
2034 1.383.015 1.844
Sumber: Hasil Analisis 2014
Keterangan : Rata-rata Muatan Per Kapal 750 ton.

4-15
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 4-28. Analisis I30R <apal Dalam Negeri Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam Pelabuhan Tanjung Mocoh. Berarti, dermaga eksisting international bias difungsikan
Tahun 2005-2013
untuk sandar kapal domestic (antar pulau).
w aktu efektif
St = W aktu
pelayanan n= Lebih jelasnya, hasil analisis BOR baik dermaga kapal domestik maupun international
Vs = Kunjungan Kapal Pelayanan
Tahun pelabuhan per Jumlah BOR (%) dapat dilihat pada tabel berikut.
Rata-rata Per Tahun Pelabuhan
tahun Derm aga
(Jam/Hari)
(jam /tahun)
2005 409 2.4 4320 1 2.27 Tabel 4-30. Analisis BOR Kunjungan Kapal Dalam Negeri (Antar Pulau)
2006 412 24 4320 1 2.29 Di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam Tahun 2014-2034
2007 430 *4 4320 1 2.39
w aktu efektif
2008 354 24 4320 1 2.02 St = W aktu
Vs = Kunjungan pelayanan n=
2009 327 24 4320 1 1.82 Pelayanan BOR
Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan per Jumlah
2010 299 24 4320 1 1.66 Pelabuhan (%)
Per Tahun tahun Derm aga
2011 238 24 4320 1 1.60 (Jam/Hari)
(jam /tahun)
2012 354 24 4320 1 2.02
2014 394 12 4320 1 1.09
2013 371 24 4320 1 2.06
2015 419 24 4320 1 2.33
1 Sumber: Hasil A nalisis
2016 446 24 4320 1 2.48
2017 476 24 4320 1 2.64
Tabel 4-29. Analisis 30R Kapal International Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam 2018 509 24 4320 1 2.83
Tahun 2005-2013 2019 545 24 1 3.03
4320
Vs = Kunjungan waktu efektif pelayanan n= 2020 585 24 4320 1 3.25
St = W aktu Pelayanan
Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan per tahun Jumlah BOR (%) 2021 629 24 4320 1 3.50
Pelabuhan (Jam/Hari)
Per Tahun (jam /tahun) Derm aga 2022 678 24 4320 1 3.77
2005 230 24 43,20 1 1.28 2023 732 24 4320 1 4.06
2006 219 24 43.20 1 1.22 2024 791 24 4320 1 4.39
2007 139 24 4320 1 0.77 2025 856 24 4320 1 4.76
2008 204 24 4320 1 1.13 2026 928 24 4320 1 5.16
2009 168 24 43,20 1 0.93 2027 1.007 24 4320 1 5.60
2010 117 24 4320 1 0.65 2028 1.095 24 4320 1 6.08
2011 96 24 4320 1 0.53 2029 1.191 24 4320 1 6.62
2012 84 24 4320 1 0.47 2030 1.298 24 4320 1 7.21
2013 93 24 4320 1 0.52 2031 1.415 24 4320 1 7.86
1 Sumber: Hasil Aralisis 2032 1.544 24 4320 1 8.58
2033 1.687 24 4320 1 9.37
2034 1.844 24 4320 1 10.24
| Sumber: Hasil Analisis
b. Analisis BOR (Prediksi)

Analisis tingkat pemakaian dermaga untuk 20 (dua puluh) tahun yang akan datang
(sampai tahun 2034), sangat dipengaruhi hasil prediksi arus barang (ekspor & impor)
maupun bongkar muat barang.

Karena rendahnya tingkat pemakaian dermaga di Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu


Anam, dimana sampai tahun 2034 hanya sebesar 10,24 %. Hal ini menunjukan belum
perlu penambahan/perpanjangan dermaga, terlebih untuk ke depannya Pemerintah
Daerah berencana untuk kapal-kapal international operasionalnya akan dipindahkan ke

416
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 4-31. Analisis BOR Kunjungan Kapal Luar Negeri Negeri (International)
Di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam Tahun 2014-2034
waktu efektif
St = W aktu
Vs = Kunjungan pelayanan n=
Pelayanan BOR
Tahun Kapal Rata-rata pelabuhan Jumlah
Pelabuhan (%)
Per Tahun per tahun Derm aga
(Jam/Hari)
(jam /tahun)
2014 107 24 4320 1 0.59
2015 108 24 4320 1 0.60
2016 109 24 4320 1 0.61
2017 110 24 4320 1 0.61
2018 112 24 4320 1 0.62
2019 114 24 4320 1 0.63
2020 116 24 4320 1 0.64
2021 118 24 4320 1 0.65
2022 120 24 4320 1 0.67
2023 122 24 4320 1 0.68
2024 125 24 4320 1 0.69
2025 128 24 4320 1 0.71
2026 131 24 4320 1 0.73
2027 135 24 4320 1 0.75
2028 139 24 4320 1 0.77
2029 143 24 4320 1 0.80
2030 148 24 4320 1 0.82
2031 154 24 4320 1 0.85
2032 160 24 4320 1 0.89
2033 166 24 4320 1 0.92
2034 173 24 4320 1 0.96
| Sumber: Hasil Analisis

4-17
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

D. Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh


BAB 5. RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN
Strategi pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Tanjung Mocoh adalah:

■ Optimalisasi pembangunan dermaga;


■ Optimalisasi pembangunan fasilitas darat sesuai kebutuhan;
5.1 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNGPINANG ■ Optimalisasi penyelesaian legalitas lahan sesuai dengan kebutuhan;
■ Optimalisasi penggunaan lahan yang ada sesuai dengan kebutuhan;
A. Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura ■ Optimalisasi jalan akses ke pelabuhan.
Strategi pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Sri Bintan Pura adalah :

■ Optimalisasi penggunaan sarana prasarana yang ada; 5.2 INDIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN TANJUNGPINANG
■ Optimalisasi penggunaan lahan yang ada sesuai dengan kebutuhan;
■ Pengadaan dan Penambahan prasarana untuk gedung terminal penumpang, area 5.2.1 Pelabuhan Sri Bintan Pura
parkir, kendaraan penumpang;
■ Merelokasi kantor Pelabuhan yang selama ini ada di Sri Bintan Pura ke Sri Bayintan 5.2.1.1 Fasilitas Darat
Kijang (Kab. Bintan), dan menjadikan karitor lokasi eksisting di Sri Bintan Pura Rencana pengembangan Pelabuhan Sri Bintan Pura yang memiliki lahan seluas + 1,2 ha
menjadi lahan parkir penumpang. akan dikembangkan secara bertahap sampai dengan tahun 2034 didasarkan pada
perkembangan arus penumpang, dalam analisa ini yang diapakai adalah berdasarkan
B. Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam
kebutuhan maksimal yang diperlukan dan pemanfaatan lahan yang ada. Pengembangannya
Strategi pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Sri Payung Batu Anam menitikberatkan pada memaksimalkan fasilitas yang ada terutama menyangkut manajerial
adalah: pengelolaannya.
■ Optimalisasi penggunaan sarana prasarana yang ada;
A. Dermaga
■ Optimalisasi penggunaan lahan yang ada sesuai dengan kebutuhan;
■ Pengadaan dan penambahan prasarana parkiran untuk truk; Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura berfungsi sebagai pelabuhan khusus penimpang,
■ Dalam pengembangan pelabuhan ini agar didukung juga dengan pendalaman alur dirnana terdapat 2 (dua) buah dermaga dengan fungsi masing-masing untuk penumpang
pelayanannya karena kondisi eksisting yang sangat dangkal dan sempit; domestik dan international.
■ Peningkatan kinerja pelabuhan, Untuk menilai tingkai pemakaian dermaga dgunakan model analisis Berth Occupancy
Ratio (BOR). Adalah tingkat pemakaian dermaga dengan perbandingan antara waktu
C. Pelabuhan/Terminal Dornpak
penggunaan dermaga dengan waktu yang tersedia (Dermaga siap operasi) dalam periode
Strategi pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang Terminal Dompak adalah: waktu tertentu yang dinyatakan dalam persentase. Nilai persen BOR dapat dihitung
■ Rehabilitasi fasilitas darat akibat kerusakan alam; dengan persamaan sebagai berikut (Bambang Triatmodjo,2011) ;
■ Optimalisasi penggunaan sarana prasarana yang ada;
• Optimalisasi penyelesaian lahan sesuai dengan kebutuhan; Vs x St
■ Optimalisasi penggunaan lahan yang ada sesuai dengan kebutuhan; BOR = - ............... v...... x 1 0 0 %
■ Peningkatan kinerja pelabuhan, Waktu efektif x n

5-1
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Dimana : B. Terminal Penumpang


BOR = tingkat pemakaian dermaga Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan terminal penumpang
Vs = kunjungan arus kapal rata-rata (unit/tahun) dikawasaan pelabuhan laut yaitu :
St = waktu pelayanan pelabuhan (jam/hari)
1. Terminal Penumpang harus dilengkapi dengan fasilitas, antara lain :
Waktu Efektif = waktu efektif pelayanan pelabuhan per tahun (jam/tahun)
• Loket,
n = jumlah dermaga/tambatan
• Ruang tunggu penumpang,
Jika angka prosentase tingkat pemakaian dermaga lebih besar dari 60 %, maka perlu • Ruang tunggu bagasi,
dilakukan pengembangan/perpanjangan. • Alarm keselamatan,
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tingkat pemakaian dermaga di Pelabuhan/ • Alat komunikasi,
Terminal Sri Bintan Pura saat ini masih mencukupi. Namun untuk jangka panjang (pada • Kantin,

tahun 2031) tingkat pemakaian dermaga mencapai 60,24 %, artinya perlu adanya • Mushola,
pengembangan/ perpanjangan. • Toilet dan
• Fasilitas pelayanan penumpang lainnya.
Untuk jelasnya, lihat tabel berikut.
2. Bangunan penumpang dan fasilitas penunjang harus dirancang untuk
menyediakan ruang gerak aman untuk orang lanjut usia dan orang cacat di kursi
Tabel 5-1. Tingkat Pemakaian Dermaga (Hasil Analisis BOR)
roda.
di Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tahun 2014-2034
3. Rancangan bangunan penumpang harus mempertimbangkan kondisi lokal,
j Tahun Tingkat Pem akaian Derm aga (%)
2014 42.44
karakteristik fasilitas dan jumlah penumpang.
2015 43.78 Perencanaan kebutuhan ruang tunggu di terminal dapat mempertimbangkan hal-hal
2016 45.34
berikut:
2017 47.14
2018 49.20 Jumlah trip kapal
2019 51.57
+ Jadwal operasi kapal di pelabuhan
2020 27.14
Jumlah penumpang maksimum, untuk terminal yang sangat sepi luas terminal cukup
2021 28.67
2022 30.42 400 m2.
2023 32.39 Bangunan penumpang seharusnya dilengkapi dengan fasilitas yang disyaratkan untuk
2024 34.62
keamanan, sanitasi dan kenyamanan penumpang. Fasilitas yang disyaratkan adalah
2025 37.14
2026 39.97 fasilitas evakuasi, sanitasi, perlengkapan pencahayaan, pemadam kebakaran dan
2027 43.15 alarm, tanda petunjuk, toilet dan telepon.
2028 46.72
Kebutuhan luas terminal dapat kita hitung sebagai berikut:
2029 50.73
2030 55.22
A = a l + a2 + a3 + a4 + a5
2031 60.24
2032 65.85
2033 72.12 Dimana:
2034 79.11
A : luas terminal penumpang
Sumber: Hasil Analisis
a1 : ruang tunggu penumpang
a2 : kantin (15% ruang tunggu)

5-2
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

a3 : kantor administrasi (15% ruang tunggu) • Tidak ditempatkan di ternpat yang menghalangi kendaraan yang menuju tempat
a4 : mushola, toilet, loket, utilitas, dll (2*5% ruang tunggu) penanganan kargo atau gudang (jika fungsi pelabuhan penumpang dan barang).
a5 : public hall (10% dari a1 + a2 + a3 + a4) ■ Tidak ditempatkan dekat tempat penanganan bahan berbahaya.
5ebagai contoh luas terminal penumpang yang dapat dibangun di Pelabuhan Sri Bintan Lebar jalan didalam tempat parkir dan untuk olah gerak (memundurkan/membelokan)
Pura adalah: mobil ke tempat parkir harus ditentukan dengan tepat sesuai tipe kendaraan, sudut
A : luas yang dibutuhkan untuk 1 orang (2 m2/orang) parkir dan metode parkir.
n : jumlah penumpang dalam satu kapal (100 orang)
Luas areal parkir dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai b erikut:
N : jumlah kapal datang/pe?rgi pada saat yang bersamaan (2 buah kapal) x : rasio
konsentrasi nilai beban (1,1 sampai 1,6) A = a * n l * N * x * v * z * l/n2
y : rasio fluktuasi (1,2)
Dirnana :
Disesuaikan dengan kondisi Pelabuban/Terminal Sri Bintan Pura diketahui:
A : luas total areal parkir yang dibutuhkan (m2)
a1 = 2 x 100 x 2 x 1,6 x 1,2
a : luas yang dibutuhkan untuk satu kendaraan (m2) mobil penumpang = 25 m2
= 768 m2
n1 : jumlah penumpang (7 orang)
a1 : 1.536 N : jumlah kapal yang datang/berangkat pada waktu yang sama (4 buah kapal)
a2 : 115 x : rasio pemanfaatan (1,0)
a3 : 115 y : rasio konsentrasi (1,0 sarnpai 1,6)
a4 : 192 z : rasio pemanfaatan kendaraan, berdasarkan kondisi penumpang, untuk
a5 : 119 penumpang yang pergi dengan kendaraan (1,0)
A = 1.536 + 115 + 115 + 192 + 119 n2 : jumlah penumpang perkendaraan (rata-rata 3 orang per kendaraan)
= 2,619 dibulatkan 2.620 m2,

Hasil analisis tersebut di atas, jika dibandingkan dengan luasan Terminal Penumpang Maka luas areal parkir dapat kita hitung sebagai berikut:
yang ada saat ini 1.800 m2 (domestik 800 m2 dan International 1.000 m2), maka perlu
A : 25 n1 : 7 N: 4 x:1,0 y: 1,6 z: 1,6 n2: 3
penambahan/pengembangan.

C. Parkir A * 2 5 * 7 * 4 * 1,0 * 1,6 * 1,6 * 1/3 « 597 m 2 dibulatkan 6 0 0 m 2

Parkir mobil di pelabuhan (berdasarkan parkir mobil yang dirancang untuk fasilitas
Kalau kita bandingkan dengan kondisi eksisting yang memiliki luas lahan 2.200 m2, maka
pelabuhan) hendaknya juga mengacu pada standar struktur dan peralatan yang
belum perlu penambahan/pengembang<tn area parkir, terlebih rencana jangka
berlaku. Tempat parkir terbesar sesuai daerah pelayanan masing -masing bangunan yaitu
menengah operasional penumpang International akan dipindahkan ke Pelabuhan
daerah sekitar dermaga dan daerah sekitar bangunan fasilitas perkantoran,
Dompak.
Ukuran dan lokasi parkir mobil hendaknya ditentukan sehingga tidak menemukan
Kondisi lapangan terlihat lahan parkir seperti tidak mencukupi, hal ini disebabkan
halangan untuk menggunakan fasilitas pelabuhan, dengan pertimbangan lalu lintas yang
adanya parkir rental mobil dan pangkalan ojeg, ditambah kurang tertibnya manajemen
digerakkan dan kondisi jalan disekitarnya. Parkir mobil sebaiknya tidak ditempatkan di
perparkiran. Sehingga, menimbulkan pemandangan yang terlihat semberawut,
jalan. Jika kondisi topografis atau alasan lainnya mengharuskannya, maka ukuran dan
lokasi parkir mobil harus memenuhi persyaratan berikut : Pengembangan Pelabuhan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, seperrti terlihat dalam tabel
berikut.
■ Tidak di jalan penghubung pelabuhan dan jalan utama,

5-3
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 5-2. Tahapan Pengembangan Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura Tabel 5-3. Rencana Karakteristik Kapal
di Pelabuhan Sri Bintan Pura
Program Pengembangan
Jangka Jangka URAIAN KETERANGAN
Fasilitas Pelabuhan/Terminal Eksisting Satuan Jangka Pendek
Menengah Panjang ■ Bobot 100 GT
(2015-2019)
(2015-2024) (2015-2034) ■ LOA (Panjang kapal) 31,7 m
Area Perairan:
■ B (Lebar kapal) 7,6 m
1. Trestel:
a. Trestel Domestik 185 m 185 185 185 ■ D (Draft kapal) 2,1 m
b. Trestel International 195 m 195 195 195 ■ Kecepatan Kapal 11,2 Knots
2. Dermaga :
a. Dermaga Domestik 90x11 m 90x11 90x11 90x11
b. Dermaga International 30x11 m 30x11 30x11 30x11 Digunakan kapal dengan dimensi terbesar yaitu kapal penumpang 100 GT. Kebutuhan
c. Phonton (2 domestik, 2 international) 4 buah 4 4 4 fasilitas perairan di Pelabuhan Sri Bintan Pura adalah sebagai berikut :
3. Karantina Tanaman (posisi di laut) 175 m2 175 175 175
4. Kantor Kesehatan (posisi di laut) 260 m2 260 260 260
5. Kantor Hukum & HAM (posisi di laut) m2
1. Areal Tempat Berlabuh
200 200 200 200
6. Cafetaria (posisi di laut) 300 m2 300 300 300
Penentuan luas areal berlabuh tergantung pada jumlah kapal dan panjang kapal yang
7. Terminal (Domestik & International) 1.800 m2 1.800 2.620 2.620
Area Darat: direncanakan akan berlabuh, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Kantor KSOP 670 m2 670 670 670
A = n x r2
2. Kantor PELINDO 1.500 m2 1.500 1.500 1.500
3. Kantor Bea & Cukai 830 m2 830 830 830 r = LOA + 6(D) + 30m
4. Kantor Pamtib 100 m2 100 100 100
5. Kantor SAR 170 m2 170 170 170
dimana:
6. GSG 200 m2 200 200 200
A : luas perairan tempat/areal labuh kapal
7. Pos/Loket Domestik + MCK 250 m2 250 250 250
8. Pos/Loket International 60 m2 60 60 60 r : jari-jari tempat/areal labuh kapal
9. Kantor Polisi & Bhayangkari 300 m2 300 300 300 L : panjang kapal yang berlabuh
10. Ruang Zenset 30 m2 30 30 30
D : kedalaman perairan tempat/areal labuh kapal
11. Area Parkir (3 area) 2.200 m2 2.200 2.200 2.200
12. Pos Masuk & Keluar 120 m2 120 120 120 Kapal direncanakan memiliki panjang kapal 31,70 m, luas areal berlabuh untuk 1 (satu)
13. Mushola 35 m2 35 35 35
14. Kantin 1 135 m2 135 135 135
unit kapal adalah :
15. Kantin 2 110 m2 110 110 110
r = 31,7 + 6 (2,1) + 30 = 74,3
16. Kantin 3 250 m2 250 250 250
17. Ruang terbuka dan akses jalan 6.990 m2 6.990 6.990 6.990 A = 3,14 x 74,3 x 74,3 = 17.334,34 m2
S u m b e r : H asil A nalisis
Jadi luas areal berlabuh yang direncanakan adalah 17.334,34 m2 (1,73 Ha)

5.2.1.2 Fasilitas Perairan 2. Areal Kolam Putar


Kebutuhan fasilitas perairan untuk Pelabuhan Sri Bintan Pura disesuaikan dengan Turning basin atau kolam putar diperlukan agar kapal dapat mudah berbalik arah. Luas
perkembangan dari Pelabuhan, yaitu direncanakan untuk kebutuhan penumpang lokal dan area untuk perputaran kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran kapal, sistem operasi dan
angkutan barang.
Berikut adalah gambar rencana pengembangan Pelabuhan Sri Bintan Pura.

5-4
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

LEGENDA

GAPr> KQNTL R POHON R lM B U I

BENCH MARK (B U ; BATAS AREA DARAT FElA0UKAN


e G A R IS PANTA, PENGAMATAN ARUS

PAGAR / BENTENG PASU/

J A L A IJ M ENARA s u a r
f = 103 ICO
TERM IN AL INTERNASIONAL
bangunan NOL IV,-S
PASUW *
B A K A iJ
<% \ GARIS PANTAI
Pencono Pengen-pongon
terminal domestik Jangko Fendek (2015-2019)
TERM INAL DO M ESTIK
I. P e rlu c s o n C e q u n g T e rm in a l D o m e s tik
• TERBINAL •MTiRNASlO'JAL R elo k a si A re a P e rk o n t jr a o ke
S ri B c iy in to n k ija n g
. P e n in ^ V o to n M o n o je m v n /P e n g .rlo lo o n
Pork

Y - 103 OCO

DAFTAR KOORDINAT REFERIENSI ELEVASI


REFERENSI U tW -W 0 S .i l Z 43 i SW fA UW S k’kspm,*«*w i

IM'.tt&OM
S M U PALi. M
437 M l.06,4
•:21b ’.Ml-n W .*
^4 U $ A
437.0ltt.«i) U&.MSOM
B
10- 500,000 mji»
I ASU1
«BMW?
y- 102.w»
IIENSU E (IQuO^Ct) S (UWUOC
104- 7£ ? H V B r r» 4}oris

PEMBERI TUGAS
LUAS: 1,17 Ha

KEMENTER AN PERH UBUNGAN


DIREKTOPAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAIT
»o lo n M e rd e ko B oro t N o .8 JAKARTA

NAMA PEKERJAAN
RENCANA IN D U K PELABUHAN (R IP ) LAU f
Y = 102.800
T A N - J L J l ' >1 O PINANG
PROVINS K E P U .A U A N RIAU fA H U N 2 0 1 4
LO<ASI KONSULTAN
PELABUHAN 5Rl B II AN PUYA
L O K \S - Ph 0 > t K

GAMBAR 5.1
5 'N £ A P d l A
PETA RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PENC'EK
(2 0 1 5 -2 0 1 9 ' PELABUHAN SRI 8I/AN PURA
D IG A M B A R D IR F N C A N A K A II D IP E R IK S A SKALA. J v L LE M B A B N O tr M B A R

f = 102T0O 1 : 1 OCO
A

CATATAN
- K O O R .D IH A T U 1 M W GS « 4 . Z O N A 5 2 S
- E l e v a s i t e p h « d a p l l v -S
- JA P A h' D A L A M 5 A IU A N U ETEP

Garnbar 5-1. Rencana Pengembangan Jangka Pendek (2015-2019) Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura

5-5
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

5-6
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

jenis kapal. Radius kolam putar diperkirakan sebesar 3 kali ukuran panjang kapal
maksimum sehingga luas kolam putar menjadi: Maka luas area sandar kapal adalah :
ATR =»jumlah kapal x ( n x D2)/4, dimana: A = (1,8 x 31,70) x (1,5x31,70) = 2.713,203 m2 (0,27 Ha)
ATR = luas kolam putar (m2)
6. Area B3
L = panjang kapal maksimum yang berlabuh di Pelabuhan (m)
D = diameter areal kolam putar (m) = (3xLOA) Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan
panjang 31,70 m dan lebar 7,61 m, maka kebutuhan area kapal B3 adalah :
Dengan jumlah yang direncanakan adalah satu dan kapal yang direncanakan memiliki
panjang kapal 31,70 m, maka luas areal kolam putar Pelabuhan : R = I. + 6D + 30 m
R = Jari-jari ctrea untuk labuh per kapal B3
A = 1 (3,14 x ((3 x 31,70)2 )/4 = 7.099,55 m2 atau = 0,71 Ha
L = Panjang kapal B3 yang berlabuh
D = Kedalaman air
3. Areal Keperluan Keadaan Dar urat
Luas area labuh kapal B3 = jumlah kapal x n x r2
Areal keperluan keadaan darurat adalah area yang kiranya akan digunakan pada saat
darurat untuk kapal. Areal ini diharapkan tidak digunakan untuk fungsi lain karena area r = 31,7 + 6 (2,1) + 30 = 74,3
ini bersifat darurat. Area ini dapat dicari luasannya, dengan ketetapan 50% dari luas A = 3,14 x 74,3 x 74,3 = 17.334,34 m2
areal labuh kapal adalah areal perbaikan kapal. Maka luas areal keperluan keadaan
Jadi luas areal labuh kapal B3 yang direncanakan adalah 17.334,34 m2 (1,73 Ha)
darurat :
Untuk lebih jelas mengenai proses analisis zoriasi perairan dapat dilihat pada tabel di
A = Vi x areal labuh kapal = Vt. x 17.334,34 m2 = 8.667,17 Ha
bawah ini.

4. Alur Pelayaran
Tabel 5*4. Analisis Kebutuhan Zonasi Perairan Pelabuan Sri Bintan Pura
Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan
panjang 63 m dan lebar 10,3 m, maka kebutuhan alur pelayaran adalah sebagai berikut: AREAL PERAIRAN PARAMETER PERSAMAAN LUAS

Lebar alur pelayaran (W) tergantung dari lebar kapal (B) terbesar yaitu : R v Jari-jari areal labuh kapal R = L + 6D + 30 (m)
1. Tempat Labuh A •= Luas areal labuh kapal A = Jumlah kapal* ur2 17.334,34 m2 (1,73 Ha)
W = 4B + 30 m
A -= Luas areal labuh kapal A = Jurplah kapal* ur2
Maka lebar alur pelayarannya adalah : 2. Sandar kapal A ==Luas areal sandar kapal A = 1,8(. * 1,5 L 2.713,203 m2 (0,27 Ha)
D = Diameter kolam putar ATR= jumlah kapal x(nx D2)/4
W = 4 (7,61 m) + 30 m = 60,44 m 3. Kolam putar 7.099,55 m2 (0,71 Ha)
A ” Luas areal kolam putar A = 1 (3,14 x ((3 x 31,70)2 )/4
Untuk panjang alur pelayarannya sebagai b e rikut:
4. Keperluan darurat A * Luas areal keperluan olarurat A = 'A * Luas areal labuh 8.667,17 m2 (0,87 Ha)
L = 18 x L.OA i= 18 x 31,70 m = 570,6 m W = Lebar alur pelayaran W = 4B + 30 (m) 60,44 m
5. Alur pelayaran
L = Panjang alur pelayaran L =18 LOA(m) 570,60 m
5. Area Sandar Kapal R * Jari-jari areal labuh kapal R = L + 6D + 30 (m)
6. Area B3 8.667,17 m2 (0,87 Ha)
A - Luas areal labuh kapal A = 'A (Jumlah kapal* nr2)
Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan
panjang 31,70 m dan lebar 7,61 m, maka kebutuhan area sandar kapal adalah sebagai
berikut:

A = Luas areal sandar kapal : A = 1,8L x 1,5L

5-7
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau
LE G E N D A

GARIS K O N TU R P O H O N R IM BU N

mu B E N C H MARK (B M ) BATAS AR E A DARAT PELA B U H A N

G AR iS PANTAI PENG AMATAN A R U S

PAGAR / B EN T EN G PASU T

JALA N
T MENARA SUAR

□ BAN G U N AN |T NOL l w s

*** BAKAU
A R FA O LK R DARAT

D AFTAR K O O R D IN A T R E F E R E N S I E LEVASI
REFERENSI UTU-VWJS B4 l 4(5 S SKALA LLWS ATAS PATOK = ‘ 2.6T7 n
KE T ATAS TANAH = *1 3 6 8
» (£ ) Y (k ) 2 (W) 120» ------
4J7.69I.C00 102 535.000
3V1 ♦ 3.4*3 L*S
104' 28' 23 09" BI 00* 55 ' S’ 03’ 1$ SKALA PAL El 1
«37 691.064 1 0 2 .8 0 6 9 8 vs?
BU 2 ♦ 3.235 L fS 1.»lm UWm
164' 28* 23 09* B I 00- 55' 5 ' 00’ IS
437 oes.coo I02.W 5.000
ARUS A - -
104' 23' 64 03* B I 00' 55' 47 01* L6
- ]
4J7 626.000 103 500.000 1270 u s i-» :
APU5 B - -
ih ' 2i i « ' e i « T K ’ ’ 0 0 9 * IS -
437 521.000 103077.000 Jb
PASUI -
H H ' 26' 1 8 0 4 ' B I OC 55' 57.01* iS
M F N A R A SUAR 0,919 loaom |

MiW Sl E (LONOiruOE) S (LATIIUOC) KET


A 104' 26' 23 08* BT CO* 55' 49.02* IS -
B -
C

P E M B E R I TU G A S

KEM ENTERIAN PE R H U B U N G A N
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
J o lo n M e rd e ko 8 a ro t N o .8 JA K A R TA

N AM A PEK ER JA AN
RENCANA INDUK PELABUHAN (R IP ) LAUT
T A M U t_J M G P I N A N G
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014
LOKASI K O N S U LTA N

P E L A B U H A N SR I B IT A N P U R A

G A M B A R 5.7
P E TA DLKR D A R A TA N
P E L A B U H A N S R I B IT A N P U R A
DIOAMBAR DIRENCANAKAN DIPERIKSA

1 : 1.500

C A TA TA N
- K O O R D IN A T U T M W G S 8 4 . Z O N A 52 S
- E LE V A S I T E R H A D A P LLW S
- JARAK DALAM SA TuAN M ETER

Gambar 5-3. Rencana DLKR Darat Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Pura

5-8
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

5.2.2 Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam * Tidak di jalan penghubung pelabuhan dan jalan utama.
* Tidak ditempatkan di tempat yang menghalangi kendaraan yang menuju tempat
5.2.2. f Fasilitas Darat penanganan kargo atau gudang.
* Tidak ditempatkan dekat tempat penanganan bahan berbahaya.
Rencana pengembangan Pelabuhan Sri Payung Batu Anam yang memiliki luas lahan + 4 ha
akan dikembangkan secara secara bertahap sampai dengan tahun 2034 didasarkan pada Lebar jalan didalam tempat parkir dan untuk olah gerak mobil ke tempat parkir harus
perkembangan arus barang. Dalam analisa ini, yang diapakai berdasarkan kebutuhan ditentukan dengan tepat sesuai tipe kendaraan, sudut parkir dan metode parkir.
maksimal yang diperlukan dan pemanfaatan lahan yang ada semaksimal mungkin. Karena
Metode parkir berdasarkan selisih terbesar antara kedatangan dan keberangkatan
pada jangka menengah operasional kapal International akan dipindahkan ke Pelabuhan
kendaraan, dimana kebutuhan lahan parkir didapatkan dengan menghitung akumulasi
Tanjung Mocohh (Kebijakan Pemkot Tanjungpinang dalam RTRW). terbesar pada suatu selang waktu pengamatan.

A. Dermaga Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir pada suatu tempat pada selang waktu
tertentu, dimana jumlah kendaraan parkir tidak akan pernah sama pada suatu tempat
Pelabuhan/Terminal Sri Payung berfungsi I Tabel 5-5. Hasil Analisis 1
Batu Anam
BOR Dermaga dengan tempat lainnya dari waktu ke waktu.
sebagai pelabuhan khusus barang, dimana terdapat 2 (dua)
International dan Antar
buah dermaga type Warf dengan fungsi masing-masing Pulau Pelabuhan Sri Karakteristik p a rk ir:
untuk barang antar pulau dan international. Payung Batu Anam
1. Durasi Parkir, untuk mengetahui lama suatu kendaraan.
Dalam menilai tingkai pemakaian dermaga digunakan Tahun Nilai B O R (% ) 2. Akumulasi Parkir, untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada
model analisis Berth Occupancy Ratio (BOR). Adalah 2014 2,78 suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu.
tingkat pemakaian dermaga dengan perbandingan antara 2015 2,93 3. Tingkat Pergantian (Parking Turn Over), diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah
waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang tersedia 2016 3,08 memanfaatkan lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir
(Dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang 2017 3,26 yang tersedia.
2018 3,45
dinyatakan dalam persentase. 4. Tingkat Penggunaan (Occupancy Rate), diperoleh dari akumulasi kendaraan pada
2019 3,66
selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tingkat 2020 3,89
100%.
pemakaian dermaga di Pelabuhan/ Terminal Sri Payung 2021 4,15
5. Volume Parkir, jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu
Saat ini masih mencukupi (nilai BOR sampai tahun 2034 2022 4,43
2023 4,74 lahan parkir tertentu dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya per hari).
sebesar 11,21 %). Terlebih jika kebijakan pemerintah
2024 5,09 6. Kapasitas Parkir, banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir
memindahkan operasional pelabuhan barang pindah
2025 5,47 selama waktu pelayanan.
keTanjung Mocohh.
2026 5,88 7. Indeks Parkir, merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang
B. Lapangan Parkir 2027 6,34 waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%.
2028 6,86
Definisi parkir adalah suatu keadaan dirnana kendaraan Luas areal parkir dapat ditentukan dengan langkah-langkah perhitungan yang disesuaikan
2029 7,41
tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu (PP No.43 thn dengan kondisi di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam, sebagai berikut:
2030 8,03
1993). 2031 8,72
Parkir mobil sebaiknya tidak ditempatkan di jalan, dan Jika 2032 9,47
2033 10,29
kondisi topografis/alasan lainnya mengharuskannya, maka
2034 11,21
luas dan lokasi parkir mobil harus memenuhi persyaratan
Sumber : Hasil analisis
b e rik u t;

5-9
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Akumulasi Parkir ■ Indeks Parkir

Akumulasi Parkir, jumlah kendaraan yang diparkir di suatu tempat pada waktu tertentu, Indeks Parkir (IP), ukuran untuk menyatakan penggunaan ruang/lahan dan dinyatakan
dan dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud perjalanan. dalam persentase ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir.

Akumulasi = Qin - Qout + Qs IP = (Akumulasi x 100%) / Petak Parkir Tersedia

IP = (27 x 100%) /2 = 13,5


Dimana:
■ Rata-Rata Durasi Parkir
Qin = Jumlah kendaraan yang masuk lokasi parkir
Qout = Jumlah kendaraan yang keluar lokasi parkir Rata-rata durasi parkir adalah nilai rata-rata lama waktu parkir dari semua kendaraan.
Qs = Jumlah kendaraan yang telah berada di lokasi parkir sebelum pengamatan
D = (d1 + d2 + ... + dn) / n
dilakukan

Qin : 26
d1 ... dn : durasi kendaraan ke 1 s/d ke n
Qout :4
n : jumlah kendaraan yang parkir
Qs :5

Akumulasi = 26 - 4 + 5 = 27 D = (8+6+6+5+5+6+8+8+8+8+6+6+8+8+4+8+6+7+5+5+5+6+8+4+4+8+8+4+5)/29 = 6,3

Durasi Parkir Jumlah Ruang Parkir

Durasi parkir adalah rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu tempat (dalam Z = ( Qp x D ) / T
satuan menit atau jam).
Qp : kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu (misal : dari jam 07:00 -
Durasi = Tout - Tin
19:00
D : rata-rata durasi parkir (jam)
Tin : waktu saat kendaraan masuk lokasi parkir
T : lamanya periode pengamatan (jam)
Tout : waktu saat kendaraan keluar lokasi parkir
Tin : 3.00 Z = (27 x 6,3)/24 = 7,09
Tout : 11.00
SRP (Satuan Ruang Parkir)
Durasi =8
Adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil penumpang, bus/truk,
Turnover (Pergantian Parkir) atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu untuk hal-hal tertentu
Turnover, tingkat penggunaan ruang parkir dan diperoleh dengan membagi volume parkir bila tanpa penjelasan (KD. No.272/HK.105/DRJD/96).
dengan jumlah ruang-ruang parkir untuk suatu periode tertentu. SRP Truk/Bus = 3,40 x 12,50 = 42,5 m2

Turnover = Qp / Petak Parkir Tersedia

Qp adalah kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu.

Turnover = 27/2 = 13,5

5-10
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

SRP untuk Bus/Truk Dimana :


B = 1,70 a1 = 0,10 Bp = B + 0 + R A = Luas gudang (m2).

Kecil T = Throughput per tahun (muatan yang lewat tiap tahun).


O = 0,80 L *= 4,70 Lp = L + a1 + a2
TrT = Transit t)me/dwelling time (waktu transit, hari),
R = 0,30 a2 = 0,20 Bp = 2,80 Lp = 5,00
Sf = Storage Factor (Rata-rata volume untuk setiap satuan berat komoditi,
B = 2,00 a1 =0,20 m3/ton, misalkan tiap 1 m3 muatan mempunyai berat 1,5 ton berarti Sf =
Sedang O = 0,80 L * 8,00 1/1,5 = 0,6667 m3/ton).
R = 0,40 a2 = 0,20 Bp = 3,20 Lp = 8,40 Sth = Stacking height (tinggi tumpukan muatan, m).
BS = Broken St or age of Cargo (Volume ruang yang hilang diantara tumpukan
B = 2,50 a1 = 0,30
muatan dan ruanganyang diperlukan untuk lalu lintas alat pengangkut
Besar O = 0,80 L = 12,00
seperti forklift atau perlatan lain untuk menyortir, menumpuk dan
R = 0,50 a2 = 0,20 Bp = 3,80 Lp = 12,50 memindahkan muatan).
365 = Jumlah hari dalam satu tahun.
Jumlah petak parkir =2 Diketahui kebutuhan luas gudang (gabungan domestik dan international) adalah sebagai
Ukuran satu petak parkir = 35 x 25 m b erikut)
Indeks Parkir (IP) =13,5

Luas lahan parkir yang dibutuhkan : 1.408.986 x 2 x 0,6667


A = ................................ 3.431 m2
= IP x jumlah petak x ukuran petak
= 13,5 x 2 x 30 x 25 365 x 2 (1-25 %)
= 20,025 m2 atau 2,0 Ha
Jika dibandingkan dengan luas lahan gudang yang ada yaitu 2.010 m2 (gabungan gudang
Kalau kita bandingkan dengan kondisi eksisting yang memiliki luas lahan 2.132 m2 (0,2
domestik 1.160 m2 dan International 850 m2), maka ke depannya perlu penambahan/
ha), maka perlu penambahan/pengembangan area parkir seluas 1,8 Ha. Pengembangan
perluasan gudang seluas 1.421 m2.
tersebut memfungsikan area terbuka/tanab kosong yang saat ini belum dimanfaatkan.
Pengembangan pelabuhan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, seperti terlihat dalam tabel
C. Gudang berikut.
Gudang atau warehouse adalah tempat untuk menyimpan barang yang diturunkan
dari kapal atau sebaliknya dalam waktu yang lama, namun tidak semua barang
yang

dibongkar dari kapal dan disimpan di gudang atau lapangan penumpukan. Sebagai
besar barang dikirim langsung ke tempat tujuan, sedang sisanya tertahan di pelabuhan
dan disimpan di gudang dan lapangan penumpukan.

Luas gudang dapat dihitung dengan dengan rumus sebagai berikut :

_ T .T r T S f
~ 3 6 5 .S t / i ( l - f l S )

5*11
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 5-6. Rencana Pengembangan 1. Areal Tempat Berlabuh


Pelabuhan /Terminal Sri Payung Batu Anam
Program Pengem bangan Penentuan luas areal berlabuh tergantung pada jumlah kapal dan panjang kapal yang
Jangka Jangka Jangka direncanakan akan berlabuh, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
Fasilitas Pelabuhan Eksisting Satuan
Pendek M enengah Panjang
(2015-2019) (2015-2024) (2015-2034) A = n x r2
1. Area Perairan : r = LOA + 6(D) + 30m
a. Dermaga 1 (type Warf) 170x9 m 170x9 170x9 170x9
b. Dermaga 2 (type Warf) 50x9 m 50x9 50x9 50x9 dimana:

A : luas perairan tempat/areal labuh kapal


2. Area D a ra t:
a. Kantor Pelindo 575 m2 575 575 575
r : jari-jari tempat/areal labuh kapal
b. Koperasi, UKK dan Kantin 240 m2 240 240 240 L : panjang kapal yang berlabuh
c. Karantina Pertanian 700 m2 700 700 700 D : kedalaman perairan tempat/areal labuh kapal
d. Pos Jaga + W C 45 m2 45 45 45
e. Gudang (1=1.160; Gudang 2= 850) 2.010 m2 2.010 3.431 3.431 Kapal direncanakan memiliki panjang kapal 63 m, luas areal berlabuh untuk 1 (satu) unit
f. Hanggar 50 m2 50 50 50 kapal adalah :
g. M CK Umum 50 m2 50 50 50
h. Ruang Zenset 20 m2 20 20 20
r = 63 + 6 (5) + 30 = 123
i. K Administrasi + Kantin (tidak aktif) 110 m2 110 110 110 A = 3,14 x 123 x 123 = 47.505,06 m2
j. Lapangan Parkir 2.132 m2 2.132 20.000 20.000
Jadi luas areal berlabuh yang direncanakan adalah 47.505,06 m2 atau 4,7 Ha.
k. Ruang Terbuka, Lahan Kosong
& Jalan Akses 36.000 m2 16.000 16.000 16.000
Sumber: Hasil Analisis 2. Areal Kolam Putar

Turning basin atau kolam putar diperlukan agar kapal dapat mudah berbalik arah. Luas
area untuk perputaran kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran kapal, sistem operasi dan
5.2.2.2 Fasilitas Perairan jenis kapal. Radius kolam putar diperkirakan sebesar 3 kali ukuran panjang kapal
Kebutuhan fasilitas perairan untuk Pelabuhan Sri Payung Batu Anam disesuaikan dengan maksimum sehingga luas kolam putar menjadi:
perkembangan dari Pelabuhan, yaitu direncanakan untuk kebutuhan penumpang lokal dan ATR = jumlah kapal x ( tt x D2)/4, dimana:
angkutan barang.
ATR = luas kolam putar (m2)
L = panjang kapal maksimum yang berlabuh di Pelabuhan (m)
Tabel 5-7. Rencana Karakteristik Kapal
D = diameter areal kolam putar (m) = (3xLOA)
di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam
Dengan jumlah yang direncanakan adalah satu dan kapal yang direncanakan memiliki
URAIAN KETERANGAN
■ Bobot 1.000 DWT panjang kapal 63 m, maka luas areal kolam putar Pelabuhan :
■ LOA (Panjang kapal) 63 m A = 1 (3,14 x ((3 x 63)2 )/4 = 28.040,98 m2
■ B (Lebar kapal) 10,3 m
atau = 2,8 Ha
■ D (Draft kapal) 3,7 m
■ Kecepatan Merapat 0,15 m/dt
3. Areal Keperluan Keadaan Darurat

Areal keperluan keadaan darurat adalah area yang kiranya akan digunakan pada saat
Digunakan kapal dengan dimensi terbesar yaitu kapal barang 1.000 DWT dengan kebutuhan
darurat untuk kapal. Areal ini diharapkan tidak digunakan untuk fungsi lain karena area
fasilitas perairan di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam adalah sebagai b erikut:

5-12
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

LE G E N D A

GARIS KO N TU R j P O H O 'J R1M 8UN

IS B E N C H M ARK (B M ) j» « s J BATAS AREA JARA T PELA B U H A N

f I G AR iS PANTAI | % j PASUT

PAGAR / BENTENG m M ENARA SUAR

JALAN ^ «j N O L LWS

n BAN G U N A N B H tiiH illlll d e r m a g a c a r g o

BAKAU

Rencono Pengem bongon


Jongka P endek (2 0 1 5 -2 0 1 9 )

Pem bangunan Gudang

L o p o n g o n P a r k ir

D A FTA R K O O R D IN A T R E F E R E N S I ELEVASI
REFTRCNSf U TU -W C S £ 4 7 I f l S
KEI
m UH) z (U)
< J ? 6 9 1.000 ID? « 5 .0 0 0
BU 1 ♦ 1 4 * 8 Lr>
lO i’ 2 * 23 M ’ 0T oo’ 55’ si ,yy is
4J7.69I.064 1 M 3 M .6 9 8
bu : ♦ 3.235 LWS
IW ' K i ?3 0B" BI 00’ 55’ 51,30* IS
•J7.065.0CO 1C? 605.000
APUS A
u>*- oeoj" ai OT 55* 4 W is
IJ7625.0CC I I! 50000
ARUS 8 - -
104- 76’ 21 . « * 91 00* 56* 10,39* IS
43Z.S21.OOOl 103 07?,000
PASOT
KP' n ' IWM’ 81 0 0 ' 55' 5 Ui\" IS
M E N « 8 5 SUAR
>(LCNcnuoc) 5(HKUtf)
nyn' »cf Bi OlTiy«M' iS

P E M B E R I TUGAS

K EM ENTERIAN P E R H U B U N G A N
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
Jolan K/erdekp Borot No.Q JAKARTA

N AM A PEK ER JA AN
RENCANA INDUK PELABUHAN (R IP) LAUT
T A N J U N G P I N A N G
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014
LOKASI K O N S U LTA N

P E L A B U H A N SRI B IT A N P U R A

G A M B A R 5.3
R E N C A N A PENG EM E?ANG AN JA N G K A P E N D E K
( 2 0 1 5 - 2 0 1 9 ) P E L A B U H A N SRI P A Y U N G B A TU A NA M
O IR E N C A N A K A N J V l LEM BAR NO LEM BAR

1 1 .7 6 0

C A TATA N
- K O O R D IN A T U T M W C S B 4 . Z O N A 52 S
- E L E V A S I TERHADAP LLWS
- JA R A K D A L A M S A T U A N M ETER

Gambar 5-4. Rencana Pengembangan Jangka Pendek (2015-2019) Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam

5*13
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 5-5. Rencana DLKR Darat Pelabuhan/Terminal Sri Payung Batu Anam

5-14
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

ini bersifat darurat. Area ini dapat dicari luasannya, dengan ketetapan 50% dari luas Jadi luas areal labuh kapal B3 yang direncanakan adalah 'A dari 41.671,06 m2 =
areal labuh kapal, maka luas areal keperluan keadaan d aru ra t: 20.835,53 m2 atau 2,Q8 Ha.
A = 'A x areal labuh kapal
Untuk lebih jelas mengenai proses analisis zonasi perairan dapat dilihat pada tabel di
= 'A x 47.505,06 m2 = 23.752,53 m2 = 2,37 Ha
bawah ini.
4. Alur Pelayaran
Tabel 5-8. Analisis Kebutuhan Zonasi Perairan Pelabuan Sri Payung Batu Anam
Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam
dengan panjang 63 m dan lebar 10,3 m, maka kebutuhan alur pelayaran adalah sebagai AREAL PERAIRAN PARAMETER PERSA M AA N LUAS
berikut: R = Jari-jari areal labuh kapal R = L + 6D + 30 (m)

Lebar alur pelayaran (W) tergantung dari lebar kapal (B) terbesar yaitu : 1. Tempat Labuh A = Luas areal labuh kapal A = Jumlah kapal* nr2 47.505,06 m2 (4,7 Ha)
A = Luas areal labuh kapal A = Jumlah kapal* nr2
W = 4B + 30 m
2. Sandar kapal A = Luas areal sandar kapal A = 1,8L * 1,5L 10.716,30 m2 (1,07 Ha)
Maka lebar alur pelayarannya adalah : ATR = luas kolam putar (m2) ATR = jumlah kapal x (n x D2)/4
3. Kolam putar 28.040,98 m2 (2,8 Ha)
D = diameter area kolam putar (m) = (3xLOA)
W = 4 (10,3 m) + 30 m = 71,20 m
4. Keperluan darurat A = Luas areal keperluan darurat A = 'A * Luas areal labuh 23.752,53 m2 ( 2,37 Ha)
Untuk panjang alur pelayarannya sebagai b erikut:
W = Lebgfr alur pelayaran W = 4B + 30 (m) 71,20 m
5. Alur pelayaran
L = 18 x LOA = 1 8 x 6 3 m = 1.134m L = Panjang alur pelayaran L = 18 LOA(m) 1.134 m
R = Jari-jari areal labuh kapal R = L + 6D + 30 (m)
6. Area B3 20.835,53 m2 (2,08 Ha)
5. Area Sandar Kapal A = Luas areal labuh kapal A = % (Jumlah kapal* rcr2)

Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam Rencana pengembangan Pelabuhan Sri Payung Batu Anam dapat dilihat pada gambar-gambar
dengan panjang 63 m dan lebar 10,3 m, maka kebutuhan area sandar kapal adalah berikut.
sebagai berikut: Sedangkan untuk fasilitas perairan untuk keselematan Tabel 5-9. Titik Koordinat Sbnp
A = Luas areal sandar kapal : A = 1,8L x 1,5L pelayaran kapal, direncanakan penempatan Sarana Pelabuhan Sri Bintan Puran Dan
Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) pada 4 titik dengan Sri Payung Batu Anam:
Maka luas area sandar kapal adalah :
masing-masing titik koordinat sebagai berikut : SBNP-1 : N=435179.61
A = (1,8 x 63) x (1,5 x 63) = 10.716,30 m2 atau 1,07 Ha. E=98074.05
Berikut adalah gambar rencana penataan perairan dan
SBNP-2 : N=437057.02
6. Area B3 penempatan SBNP.
E=103122.39
Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sri Payung Batu Anam
SBNP-3 : N=440037.80
dengan panjang 63 m dan lebar 10,3 m, maka kebutuhan area kapal B3 adalah :
E=103067.10
R = L + 6D + 30 m SBNP-4 : N=442064,63
R = Jari-jari area untuk labuh per kapal B3
E=102671.18
L = Panjang kapal B3 yang berlabuh
D = Kedalaman air

Luas area labuh kapal B3 = jumlah kapal x n x r2

r = 63+ 6 (3,7) + 30 = 115,2


A = 3,14 x 115,2 x 115,2 = 41.671,06 m2

5-15
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

104 24’00’ BT 104 25’00” BT 104 26'00”BT 104 27'00" BT


00 58' qq- hj
_______
00 57' 00' LU
___
U
00 56 00' L

Gambar 5-6. Peta Penataan Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Puran dan Sri Pavunc Batu Anam

5-16
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

104 24’ 00’ BT 104 25* 00“BT 104 26* 00“ BT 104 27' 00" BT

RENCANA INDUK PELABUHAN (RIP) LAUT


TANJUNG PINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

RENCANA TATA GUNA PERAIRAN


PELABUHAN TANJUNG PINANG
SRI BINTAN PURA
Skala 1:35.000
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAUT
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
BATUAN K E R J A K ANTO R O TO RITA* P ELA B U H A N UTAMA H E LAWAN
T A H U N A N G G A R A N 2014

1 ARCA K A M L P J
A 104-24 27 U BT 0 54 S3 M ' l U
B 104' 24 35 62 BT 0 54 64 43 ' LU
C 104-24 36 26 BT 0 64 35 7J LU
O 104*24 25 61 8T OM 36 2 V L U

^ ARCA LABU H K A M I K A ft SO
C 104- ?4 24 99 BT 0 64 23 W IU
f 104- 24 40 04 BT 0 64 26 28 LU
G 104' 24 41 32 BT 0 64 6 4 1 'LU
H 104- 24 24 21 BT. 0 64 6 * r LU

ARCA LABU H K A M L PCNU M PAN G


I 104* 24 24 67 BT 0 64 4 /4* I U
J 104‘ 24 36 26 BT 0 64 «3 3* LU
K 104' 24 36 63 BT Q 64 61 53* LU
L 104- 24 22 63 6 T. 0 64 61 06 LU

m i ARCA DARURAT
M 104' 23 30 76 BT 0 64 16 56' LU
N 104-23 34 16 BT 0 64 18 6 V I O
O 104' 23 34 4 3 BT o 64 6 30' LU
P 104*23 30 51 BT 0 64 6 10* LU

Pura SBNP ALUR PELATARAN K A M L KA R G O / B A R A M S


SBNP-3 ALUR PELAYARAN K A M L PC NU M PAN G
PENYENGAT
Tanjung Pinang P tT A O R fN T A Sl

-----
------; ^ rr
Sri Payung
Batu Anam

ARCA K A M L 63
B I N T A N
JQ L
K>6
ARCA IA R L K KAPAL PC N U M R A M S

ARC A LARU H K A M I K A RG O PELABUHAN TANJUNGPINANG

pq 0« G AM BAR TANGGAL

ARCA DARURAT
QQ;
d ir e n c a n a k a n t a n g g a i

SBNP-1
DtstTUJUI TANGGAI

Garnbar 5-7. Peta Penempatan SBNP Perairan Pelabuhan/Terminal Sri Bintan Puran dan Sri Payung Batu Anam

5*17
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

5.2.3 Pelabuhan Dompak tfCtKO*

5.2.3.1 Fasilitas Darat

Lokasi Pelabuhan/Terminal Dompak terletak di Kecamatan Bukit Bestari


Pulau Dompak perairan Dompak, dibawah UPT KSOP Kelas II Tanjung
Pinang Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau.

Fungsi Pelabuhan/Terminal Dompak sebagai pelabuhan penumpang


International dengan kapal rencana 100 GT, dimana kedalaman perairan di
depan dermaga Phonton adalah -3 LWS.

Tahun Anggaran 2016 proses pembangunan pelabuhan di blokir Karena


belum ada serah terima lahan dari Pemda, dimana terdapat tanah aset SELAT DOMPAK
KIAI DOMPAK
pemda ukuran (10x300) m2 yang terletak di sisi belakang urugan areal
darat.

Untuk rencana pengembangan ke depan, seperti terlihat dalam tabel


berikut.

Tabel 5-10. Rencana Pengembangan Pelabuhan Dompak sampai Tahun 2034


■»>9PEnEJM*
Program Pengem bangan
Jangka Jangka Jangka
Fasilitas Pelabuhan Eksisting Satuan
Pendek M enengah Panjang
(2015-2019) (2015-2024) (2015-2034)
1. T restel1 230x5 m 230x5 230x5 230x5 HUTAN BAKAU
HUTAN BAKAU B K j BH
2. Trestel II 194x5 m 194x5 194x5 194x5 mm Bi&Mid
3. Dermaga Phonton 1 8x10 m 8x10 8x10 8x10
4. Dermaga Phonton II 8x10 m 8x10 8x10 8x10
5. Terminal 10.064 m2 10.064 10.064 10.064

mm.
Sumber: Dirjen Hubla
Gambar 5-8. Layout Pelabuhan Dompak

5-18
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

2. Areal Kolam Putar


5.2.3.2 Fasilitas Perairan
Turning basin atau kolam putar diperlukan agar kapal dapat mudah berbalik arah. Luas
Kebutuhan fasilitas perairan untuk Pelabuhan Dompak disesuaikan dengan perkembangan
area untuk perputaran kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran kapal, sistem operasi dan
dari Pelabuhan, yaitu direncanakan untuk kebutuhan penumpang lokal dan angkutan
jenis kapal. Radius kolam putar diperkirakan sebesar 3 kali ukuran panjang kapal
barang,
maksimum sehingga luas kolam putar menjadi:

Tabel 5*11. Rencana Karakteristik Kapal ATR = jumlah kapal x (n x D2)/4, dimana:
di Pelabuhan Dompak
ATR = luas kolam putar (m2)
URAIAN KETERANGAN L = panjang kapal maksimum yang berlabuh di Pelabuhan (m)
■ Bobot 100 GT
D = diameter areal kplam putar (m) = (3xLOA)
■ LOA (Panjang kapal) 31,7 m
■ B (Lebar kapal) 7,6 m Dengan jumlah yang direncanakan adalah satu dan kapal yang direncanakan memiliki
■ D (Draft kapal) 2,1 m panjang kapal 31,70 m, maka luas areal kolam putar Pelabuhan :
■ Kecepatan Kapal 11,2 Knots
A = 1 (3,14 x ((3 x 31,70)2 )/4 = 7.099,55 m2 atau = 0,71 Ha

Digunakan kapal dengan dimensi terbesar yaitu kapal penumpang 100 GT. Kebutuhan 3. Areal Keperluan Keadaan Darurat
fasilitas perairan di Pelabuhan Dompak adalah sebagai berikut :
Areal keperluan keadaan darurat adalah area yang kiranya akan digunakan pada saat
1. Areal Tempat Berlabuh darurat untuk kapal, Areal ini diharapkan tidak digunakan untuk fungsi lain karena area
ini bersifat darurat. Area ini dapat dicari luasannya, dengan ketetapan 50% dari luas
Penentuan luas areal berlabuh tergantung pada jumlah kapal dan panjang kapal yang
areal labuh kapal adalah areal perbaikan kapal. Maka luas areal keperluan keadaan
direncanakan akan berlabuh, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
darurat :
A = n x r2
A = Vi x areal labuh kapal = Vi x 17.334,34 m2 * 8.667,17 Ha
r = LOA + 6(D) + 30m

dimana: 4. Alur Pelayaran

A : luas perairan tempat/areal labuh kapal Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Dompak dengan
r ’ jari-jari tempat/areal labuh kapal panjang 31,70 m dan lebar 7,61 m, maka kebutuhan alur pelayaran adalah sebagai
L : panjang kapal yang berlabuh berikut:
D : kedalaman perairan tempat/areal labuh kapal Lebar alur pelayaran (W) tergantung dari lebar kapal (B) terbesar yaitu :
Kapal direncanakan memiliki panjang kapal 31,70 m, luas areal berlabuh untuk 1 (satu) W = 4B + 30 m
unit kapal adalah :
Maka lebar alur pelayarannya adalah ;
r = 31,7 + 6 (2,1) + 30 = 74,3
W = 4 (7,61 m) + 30 m = 60,44 m
A = 3,14 x 74,3 x 74,3 = 17.334,34 m2
Untuk panjang alur pelayarannya sebagai b erikut:
Jadi luas areal berlabuh yang direncanakan adalah 17.334,34 m2 (1,73 Ha)
L = 18 x LOA = 18 x 31,70 m * 570,6 m

5*19
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

5. Area Sandar Kapal 5.2.4 Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh


Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Dompak dengan
panjang 31,70 m dan lebar 7,61 m, maka kebutuhan area sandar kapal adalah sebagai 5.2.4.1 Fasilitas Darat
berikut:
Lokasi:
A = Luas areal sandar kapal : A = 1,8L x 1,5L
■ UPT Teknis : KSOP Kelas II Tanjung Pinang
Maka luas area sandar kapal adalah : ■ Kota : Tanjung Pinang
■ Provinsi : Kepulauan Riau
A = (1,8 x 31,70) x (1,5x31,70) = 2.713,203 m2 (0,27 Ha)
Fasilitas Yang Sudah Dibangun Tahun 2010 - 2015 :
6. Area B3
■ Area Darat : 250 x 150 m
Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Dompak dengan ■ Trestel : 450 x 8 m
panjang 31,70 m dan lebar 7,61 m, maka kebutuhan area kapal B3 adalah :
Data Teknis :
R = L + 6D + 30 m
■ Kedalaman : -7 LWS
R = Jari-jari area untuk labuh per kapal B3
L = Panjang kapal B3 yang berlabuh Hierari dan Fungsi Pelabuhan :
D = Kedalaman air
■ Hierarki : Pelabuhan Pengumpul (PP)

Luas area labuh kapal B3 = jumlah kapal x n x r 2 ■ Fungsi : Pelabuhan Barang

Keterangan :
r = 31,7 + 6 (2,1) + 30 = 74,3
A = 3,14 x 74,3 x 74,3 = 17.334,34 m2 ■ Tahun 2016 diblokir karena belum ada serah
terima lahan dari Pemda.
Jadi luas areal labuh kapal B3 yang direncanakan adalah 17.334,34 m2 (1,73 Ha)
■ Lahan hasil reklamasi agar disertifikatkan.
Untuk lebih jelas mengenai proses analisis zonasi perairan dapat dilihat pada tabel di ■ Perkerasan jalan akses.
bawah ini.

Tabel 5-12. Analisis Kebutuhan Zonasi Perairan Pelabuan Dompak

AREAL PERAIRAN PARAMETER PERSAMAAN LUAS

R = Jari-jari areal labuh kapal R = L + 6D + 30 (m)


7. Tempat Labuh A = Luas areal labuh kapal A = Jumlah kapal* nr2 17.334,34 m2 (1,73 Ha)
A = Luas areal labuh kapal A = Jumlah kapal* nr2
8. Sandar kapal A = Luas areal sandar kapal A = 1,8L * 1,5L 2.713,203 m2 (0,27 Ha)
D = Diameter kolam putar ATR= jumlah kapal x (n x D2)/4
9. Kolam putar 7.099,55 m2 (0,71 Ha)
A = Luas areal kolam putar A = 1 (3,14 x ((3 x 31,70)2 )/4
10. Keperluan darurat A = Luas areal keperluan darurat A = 54 * Luas areal labuh 8.667,17 m2 (0,87 Ha)
W = Lebar alur pelayaran W = 4B + 30 (m) 60,44 m
11. Alur pelayaran
L = Panjang alur pelayaran L= 18 LOA(m) 570,60 m
R = Jari-jari areal labuh kapal R = L + 6D + 30 (m)
12. Area B3 8.667,17 m2 (0,87 Ha)
A = Luas areal labuh kapal A = 'A (Jumlah kapal* nr2)

5-20
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

DLKR DARAT
NO TITIK KOORDINAT
Latitude : 0“53'14.86"
Longitude : 104°26‘47.15"
Latitude :0o53'14.93"
Longitude : 104'76'47.44"
Latitude :0"53'8.31"
LongitujJg : 104'28'54.00"
Latitude^ , : 0^3'8.61"
Longitude : 104°2G'54.29"
Latitude : 0°537.90"
Longitude : 104°26'54.94"
Latitude : O ^ 'l l ^ O "
Longitude : 104‘26'59.32"
Latitude :0°53'12.07"
Longitude :
Latitude : 0°53'12.41"
Longitude : 104°26'59.01"
Latitude :0°53'16.74"
Longitude : 104°26'54.85"
10 Latitude : 0°53'16.69"
Longitude : 104"26'54.52"
li Latitude :0°53’16.93"
Longitude : I04‘26'54.51"
12 Latitude : 0°53'17.00"
Longitude :
13 Latitude : 0°53'12.60"
longitude : I04'7G,59.15"
14 Latitude :0°53'J2.89"
'Longitude : 104°26'59.57"
15 Latitude :0°53'9.71"
Longitude : 104”27'2.03"
Latitude : 0"53,5.27"
Longitude : 104°26'55.81"
Latitude : 0“53'7.82"
Longitude : 104°26'53.41"
Latitude :0°S3'8.16"
Longitude : 104'2i5,53.72"
Latitude :0U53'14.71"
Longitude : 104°2G'47.34"
Latitude :0°53'14.70"
Longitude : 104o2G'47.19'V

Gambar 5-9, Rencana Dlkr Darat Pelabuhan Dompak

5-21
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

DLKR DAR AT (2,69 Ha|_______ I _ K O I A M P U T A H 1 (0,71 Ha) A R E A LABUH (4,7 Ha) AR EA B3 (0,87 Ha) AR EA D A R U R A T |0,87 Ha)

n o t ih k I KO O RD IN Af N O TITIK KO O RD IN AT N O TITIK KO O RD IN AT N O TITIK KO O RD IN AT N O TITIK K O O R D IN A T

la t itu d e : 0*5314.86'N 25 Latitu d e ii5 3 7 7 6 t n i_ 41 L a titu d e : 0*53*24.29"N 45 Latitu d e : 0*53'16.43'N 19 L a titu d e : 0"53'16.46"N
L o n g itu d e : 104“26'47.15HE lo n g itu d e : H)476'50 .4 9"E Lo n g itu d e : 104"26‘41.25''E lo n g it u d e : 104*2676.30"F L o n g it u d e : 104'26*22.32"E
2 Latitude 0 53 14 9 3 'N 26 la tit u d e : 0“53'16 30"N 42 la t it u d e : 0*5370 89"N 46 L a titu d e : 0'53'13.43'N 50 L a titu d e : 0*53'13.48"N
Lon gitud e : 104*2t>'4/ 44"E Lo n gitud e : 104*26'52.23"E Lo n g itu d e : 104*2676.26'E lo n g it u d e : 101*2672.37' E
lo n g it u d e : 104"26'40.81"E DLKR PERAIRAN (282,5 Ha)
3 Latitude : 0*53 8 31"N 7/ La titu d e : 1>53'14,55"N 43 L a titu d e : 0*5371.30"N 47 la tit u d e : 0“53'13.52"N 51 la tit u d e : 0"53'13.50"N
NO 111 IK KOORDINAJ
lo n g itu d e : 104*26'54.00**E _ lo n g it u d e : 104 76'S0.90"F lo n g it u d e : 104*7673.78"F lo n g it u d e : 104’ 26'19.35"E
L o n g it u d e : 104*26*35.71"E 5 la titu d e I Qf5378.48"N
la titu d e : 0‘ 5 3 '8 6 1 'N 28 la t it u d e : 0*53*15 70**N 48 L a titu d e : 0*53* 16.44'N 52 La titu d e : 0*53'16.55"N
44 L a titu d e : 0*5374.77"N lo n g itu d e ; 104'2678.70"E
Longitude : 104*26*54 29'T L o n g itu d e : 104*26'49.24"E L o n gitud e : 1IM 3671 17 '1 L o n g it u d e : 104*76'19.39“ E
I o n g itu d e 104‘7 6 ‘35.99"E ,1 latitude 0*537 7.82"N
5 L a lilu d e 0 '5 3 7 .9 0 'N
Longitude : 104'278.09"l
lo n g it u d e : 104*26*54 94"E A R E A S A N D A R 2 (0,27 Ha) 55 la titu d e : 0~53'14.37"N
6 Latitude : 0"53T1.40'N N O TITIK | KO O RD IN AT lo n g itu d e : 104‘ 27'9.05"F
lo n g itu d e : 104*26*59.32"E 29 L atitu d e : 0"53’ 15.44"N 56 la titu d e : [ o r53'12,91"N
7 Latitude : 0'5312(>7'N 1 Lo n g itu d e : 104‘ 26*45.74*T lo n g itu d e : 1104*273.% ”E
lo nnggitud
Lo itu d ee 104*26*58 63“ C 30 La titu d e : 0 “53'13.01"N 57 la titu d e : 0'53'4 0 / n
8 L a lilu d e : 0"53')2 4 I"N Lo n g itu d e : 104*26*46.72'E Longitude: 104*26*54.37"E
lo n g itu d e : 104*26*59 UI" E 58 la titu d e : 0*52*55.74' N
31 La titu d e : 0*53*12 5 8 'N
la titu d e ^ 0*53*16.74'N _ Lo n g itu d e : 104'26'45.74'E ________ L o n g itu d e : 104*26'48.80"E
lo n g it u d e : 104*26'S4.85"F 59 Latitude 0‘ 52'56.19'N
32 La titu d e : 0*53'1S.06"N
l a titu de . Q'S316 69 N Lo n gitud e: 1104*26*45.33“ E
L o n g it u d e : 104'26'44.75" E
lo n g itu d e 1 0 4 ' 2 6 *5 4 5 2 " f 60 Latitude : <r53'1.74*N
11 Latitude : 0*53'16.93'N lo n g it u d e : 104*26'40.03"E^
lo n g itu d e IU 4 >i■'.-1 M " l 61 ___la titu d e : 0*53*2.11"N
12 Latitude : tr 5 3 '1 7 .0 0 * N | __L o n g itu d e : |104*2636.45"E
Lon g it u d e : 104‘ 26'S4.89*E 63 la titu d e ir j i'o uo"N
13 Latitude : 0'53'12.60"N i lo n g itu d e : 104*2679.12*‘t
lo n g itu de : 104 26'S9. 15**E
14 Latitude : trs n Z .W N
Longitude : 104,26'59.57,E
1S Latitude : 0*53*9 71"N
Longitude 104*277 03"E
16 Latitude 0*53'5.27"N K O LA M PUTAR 2 (0,71 Ha)
Longitude UH"26'SS K I "I N O TITIK KO O RD IN AT
36 3 6 -3 ^ ° 1
17 Latitude : 0*537.87'N 33 Latitu d e : 0*53'14.78"N
lo n g it u d e : 10 4'26'53.4rE Lon gitud e : KVl 26*43.17 "E
18 Latitude : 0*53*8.16"N 34 la titu d e : 0*53*13.71"N
Lo n g itu d e : 104'26'5372"E Lo n gitud e : 104*26*45.11 "E
19 Latitude : 0'53'14./1"N 35 Latitude : 0*53*11.83"N
lo n g itu d e 104’ 2 6 * 4 / M " l Lo n gitud e : 104*26*44 08 "C
20 Latitude : 0*S3*1470'N 36 Latitude : 0'53*12.84'N
Lo n g itu d e : 104*26*47.19"E |L o n g itu d e : |104*26*42.16 "l 'i f
AREA S A N D A R 1(0,27 Ha) ALUR PELA YA R A N (3,42 Ha)
I
N O TITIK K O O RD IN AT N O TITIK K O O RD IN AT
71 la lilu d e : 0°53'17.63"N 37 la titu d e : 0*53 18.41"N
Lo n gitud e : I04*26‘53.42"E L o n gitud e : 104*26*48 34 'C
22 Latitude : 0 ‘ 53'1S.24'*N 38 Latitu d e : 0*5 3*16.39"N
Lo n gitud e : 104*26*53.77" E L o n g it u d e : 104*76*48.24'E
23 Latitude : 0*53*15.13"N 39 Latitude : 0*53*17.26' N
Lon gitud e : 104*26*57.56'T Lo n gitud e : 104*26*28 9S 'E 1
'"© '2017 AfnGIS (Ply) Ltd
24 Latitu d e : 0*53*17.49"N
Lo n gitud e : 104*2(757 78"E
40 Latitu d e
L o n g it u d e :
: 0 53*19.15'N
104' 2679 03 *E
Im age © 2017 DigitalGlobe
© 2 0 1 7 Google
Image © 2 0 1 7 TerraMetncs
GooaleE
a

Gambar 5-10. Rencana Dlkr Perairan Pelabuhan Dompak

5-22
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Pelabuhan/Terminal Tanjung Mocoh yang terletak di Kecamatan Bukit Bestari


perairan Selat Riau Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau berfungsi
sebagai pelabuhan khusus barang,

Secara operasional berada di bawah Unit Pengelola Teknis (UPT) Kantor


Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Tanjungpinang.

Pelabuhan Tanjung Mocoh yang dibangun sejak tahun 2010 dengan hierarki
sebagai Pelabuhan Pengumpul.

Perairan di depan dermaga memiliki kedalaman -7 m LWS dengan peruntukan


kapal berbobot 3.000 DWT.

Pembangunan fasilitas pelabuhan sampai saat ini belum dilanjutkan, karena


pada tahun 2016 belum ada serah terima lahan dari Pemerintah Kota
Tanjungpinang.

Fasilitas yang sudah ada adalah :

■ Lahan darat hasil pematangan : 20.321 m2 (2,03 ha)


■ Trestel : 600 x 8 m
■ Dermaga : 30x12 m

Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut.

Tabel 5-13. Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Mocoh


Sampai Tahun 2034
Program Pengembangan
Jangka Jangka Jangka
Fasilitas Pelabuhan Eksisting Satuan
Pendek Menengah Panjang
(2015-2019) (2015-2024) (2015-2034)
1. Trestel 600x8 m 600x8 600x8 600x8
2. Dermaga 84x12 m 84 x 12 84xJ2 84x12
3. Kantor Pelabuhan - m2 80 80 80
4. Jalan Lingkungan
r m2 250x8 250x8 250x8
Pelabuhan
5. Gudang r m2 80 80 80
6. Rumah Dinas r unit 1 1 1
7. Pos jaga T m2 9 9 9
8. Lampu/Penerangan T unit 12 12 12

5-23
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

X -4 M M
♦ 22 U K S KOWTUfl

< ttm PANTAI

C A R S M X LWS

J J A N M A P O C E K (2 0 1 5 -2 0 1 9 )

H JANGKA UCNCNGAH (3 0 1 9 -2 0 2 « )

^ JANGKA PANJANG (2 0 1 3 -2 0 3 4 )

Fosllitas Pelabuhan :

1. Oerm oga (84x12) m2


2. Trestel (6 00x8 ) m2
3. Kontor Pelabuhan 80 m2
4. Jalan Lingkungan (250x8) m2
5. Gudang 80 m2
6. Rum oh Dinas 1 unit
7. P o s Ja g o 9 m2
8. Lom pu Penerongan 12 unit

■g-KASl-EEKERJAAM..

3£ M B £ R I T U G A S

N AM A P E K E R JA A N
RENCANA MX* PE1ABUHAN TANJUNG PIWC
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kangorror

£AT aW

Gambar 5-11. Rencana Pengembangan Pelabuhan Tj Mocoh (2015-2034)

5-24
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

5.2.4.2 Fasilitas Perairan ATR = jumlah kapal x ( tt x D2)/4, dimana:


Kebutuhan fasilitas perairan untuk Pelabuhan Tanjung Mocoh disesuaikan dengan ATR = luas kolam putar (m2)
perkembangan dari Pelabuhan, yaitu direncanakan untuk kebutuhan penumpang lokal dan L = panjang kapal maksimum yang berlabuh di Pelabuhan (m)
angkutan barang. D = diameter areal kolam putar (m) = (3xLQA)
Tabel 5^14. Rencana Karakteristik Kapal Dengan jumlah yang direncanakan adalah satu dan kapal yang direncanakan memiliki
di Pelabuhan Tanjung Mocoh
panjang kapal 63 m, maka luas areal kolam putar Pelabuhan :
URAIAN KETERANGAN
■ Bobot 1.Q00 DWT A = 1 (3,14 x ((3 x 63)2 )/4 = 28.040,98 m2
■ LOA (Panjang kapal) 63 m atau = 2,8 Ha
■ B (Lebar kapal) 10,3 m
■ D (Draft kapal) 3,7 m 3, Areal Keperluan Keadaan Darurat
■ Kecepatan Merapat 0,15 m/dt
Areal keperluan keadaan darurat adalah area yang kiranya akan digunakan pada saat
Digunakan kapal dengan dimensi terbesar yaitu kapal barang 1.000 DWT dengan kebutuhan darurat untuk kapal, Areal ini diharapkan tidak digunakan untuk fungsi lain karena area
fasilitas perairan di Pelabuhan Tanjung Mocoh adalah sebagai b e rikut: ini bersifat darurat. Area ini dapat dicari luasannya, dengan ketetapan 50% dari luas
areal labuh kapal, maka luas areal keperluan keadaan darurat :
1. Areal Tempat Berlabuh
A = Vi x areal labuh kapal
Penentuan luas areal berlabuh tergantung pada jumlah kapal dan panjang kapal yang
= Vi x 47.505,06 m2 = 23.752,53 m2 = 2,37 Ha
direncanakan akan berlabuh, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

A = tt x r2 4. Alur Pelayaran
r = LOA + 6(D) + 30m Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mocoh dengan
dimana: panjang 63 m dan lebar 10,3 m, maka kebutuhan alur pelayaran adalah sebagai berikut:

A : luas perairan tempat/areal labuh kapal Lebar alur pelayaran (W) tergantung dari lebar kapal (B) terbesar yaitu :
r ; jari-jari tempat/areal labuh kapal W = 4B + 30 m
L : panjang kapal yang berlabuh
Maka lebar alur pelayarannya adalah ;
D : kedalaman perairan tempat/areal labuh kapal
W = 4 (10,3 m) + 30 m = 71,20 m
Kapal direncanakan memiliki panjang kapal 63 m, luas areal berlabuh untuk 1 (satu)
unit kapal adalah : Untuk panjang alur pelayarannya sebagai b e rikut:

r = 63 + 6 (5) + 30 = 123 L = 18 x LOA = 18 x 63 m = 1.134 m


A = 3,14 x 123 x 123 = 47.505,06 m2
5, Area Sandar Kapal
Jadi luas areal berlabuh yang direncanakan adalah 47.505,06 m2 atau 4,7 Ha.
Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mocoh dengan
2. Areal Kolam Putar panjang 63 m dan lebar 10,3 m, maka kebutuhan area sandar kapal adalah :

Turning basin atau kolam putar diperlukan agar kapal dapat mudah berbalik arah. Luas A = Luas areal sandar kapal : A = 1,8L x 1,5L
area untuk perputaran kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran kapal, sistem operasi dan Maka luas area sandar kapal adalah :
jenis kapal. Radius kolam putar diperkirakan sebesar 3 kali ukuran panjang kapal
maksimum sehingga luas kolam putar menjadi: A * (1,8 x 63) x (1,5 x 63) = 10.716,30 m2 atau 1,07 Ha.

5425
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

6. Area B3

Berdasarkan dari karakteristik kapal yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mocoh dengan
panjang 63 m dan lebar 10,3 m, maka kebutuhan area kapal B3 adalah :

R = L + 6D + 30 m
DLKR D A R A T
R = Jari-jari area untuk labuh per kapal B3 N O TITIK K O O R D IN A T

l.it it u d e : 0 ‘ SO'2G. 18"


L = Panjang kapal B3 yang berlabuh lo n g it u d e : 104V.9'54 93

D = Kedalaman air 2 la t it u d e : 0 r50'18.79"


lo n g it u d e : 104‘ 29'54.73
3 la t it u d e : 0'50'19.06"
Luas area labuh kapal B3 = jumlah kapal x n x r2 lo n g it u d e : 104“29'56.85
4 la t it u d e : 0°50'4.54"
r = 63+ 6 (3 ,7 )+ 30 = 115,2 L o n g itu d e : 104“29'57 04
5 la t it u d e : 0"50'4.S3"
A = 3,14x 115,2 x 115,2 = 41.671,06 m2
L o n g itu d e : 104"29'57.31'
6 la t it u d e : 0*50'19.09"
Jadi luas areal labuh kapal B3 yang direncanakan adalah Yi dari 41.671,06 m2 = L o n g itu d e ; IU4"?9'57 17'

20.835,53 m2 atau 2,08 Ha. 7 la t it u d e . 0"B0'19.06" 84 Ha


lo n g it u d e : 104”30'1.30"
8 la t it u d e : 0'50'20.99"
Untuk jelas mengenai analisis zonasi perairan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. lo n g it u d e : I04'30'1.17"
9 la t it u d e : O-SO'20.99"
L o n g itu d e : 104"30'0.76"
10 L a titu d e : 0*50'21.36"
Tabel 5-15. Analisis Kebutuhan Zonasi Perairan Pelabuan Tanjung Mocoh L o n g itu d e : 104“30'0.49"

A R E A L P E R A IR A N PARAM ETER PERSAM AAN LU AS 11 L a titu d e : 0'50'21.47"

R = J a ri-ja ri a r e a l la b u h k a p a l R = L + 6 D + 3 0 (m) Lo n g itu d e : 104°30'0.08”

1. T e m p a t la b u h A = L u a s a r e a l la b u h k a p a l A = J u m la h k a p a l* n r 2 4 7 .5 0 5 ,0 6 m 2 (4 ,7 H a)
12 la t it u d e : 0"50'27.04"
L o n g itu d e : 104'29'59.79'
A = L u a s a r e a l la b u h k a p a l A = J u m la h k a p a l* n r 2
13 L a titu d e : 0'50'32.76"
2. Sandar kapal A = Luas a re a l s a n d a r k ap al A = 1 ,8 L * 1 ,5 L 1 0 .7 1 6 ,3 0 m 2 (1 ,0 7 Ha)
L o n g itu d e : 104'29'59.85“
ATR = lu a s k o la m p u t a r (m 2 ) ATR = j u m la h k a p a l x (n x D 2)/4
3. K o la m p u t a r 2 8 .0 4 0 ,9 8 m 2 (2,8 H a) 14 La titu d e :0°50'32.7S"
D = d ia m e t e r a r e a k o la m p u t a r (m) = (3 x L O A )
L o n g itu d e . 10 4'29'59.49"
4. K e p e r lu a n d a r u r a t A = L u a s a r e a l k e p e r lu a n d a r u r a t A = K * L u a s a r e a l la b u h 2 3 .7 5 2 ,5 3 m 2 ( 2 ,3 7 Ha)
15 La titu d e : 0"S0'27.24“
W = L e b a r a lu r p e la y a r a n W = 4 B + 3 0 (m ) 7 1 ,2 0 m
S. A lu r p e la y a r a n L o n g itu d e : 104 2959.28
L = P a n ja n g a lu r p e la y a r a n L = 1 8 LO A (m ) 1 .1 3 4 m
R = J a ri- ja ri a r e a l la b u h k a p a l R = L + 6 D + 3 0 (m )
6. A re a B3 2 0 .8 3 5 ,5 3 m 2 (2 ,0 8 H a)
A = L u a s a r e a l la b u h k a p a l A = 5'i ( J u m la h k a p a l* n r2 )

Gambar 5-12. Peta DLKR Daratan Pelabuhan Taniuns Mocoh

5-26
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau
D I K R P E R A I R A N ( 2 8 2 ,5 H a )
D I K R I.JARA I (Xj<4 Ha)
N O T ir iK K O O R D IN A T 4*
N O 11IIK K O O R O lf lT t f " /
40 L a t it u d e 0' 5 0 '3 2 . 0 3 " N // 1 L a t it u d e : 0" 50'20*28" N
L o n g it u d e 104*29*8 3 7 " E
L o n g it u d e : 1 0 4 ^ 5 4 ,5 3 * * 1 '
41 L a t it u d e 0 ' 49 * 5 1 .3 5 " N
2 L a t it u d e : 0**50* 1 8 .7 9 "N
L o n g it u d e 104' 2 9 8 . 3 4 " E
L o n g it u d e : 104"29 '54.73 "F
42 L a t it u d e 0 ' 4 9 '5 3 . 2 1 " N
3 L a t it u d e : 0-50' L 9 .0 6 "N
1o n g i t u d e 1 0 4 " 3 0 '2 7 .5 5 " F
?4 0 ’ L o n g it u d e : 1 0 4 '2 9 '5 6 .8 5 "F
43 L a t it u d e 0' 50 *26.5 2 " N
4 L a t it u d e : 0*50*4.5 4 " N
L o n g it u d e 1 0 4 " 3 0 ’2 7 8 0 "F
L o n g it u d e : 104“ 2 9 '5 7 .0 4 "C
44 la t it u d e 0 '5 0 '2 8 . 5 2 " N
5 L a t it u d e : 0 ” 50'4.53'*N
lo n g it u d e 10 4' 3 0 1 9 . 1 8 " !
L o n g it u d e : 1 0 4‘ 2 9 '5 7 .3 1 "E
45 L .il i t u r i e 0 '5 0 * 2 8 .7 3 " N
6 L a t it u d e : 0 " 5 0 '1 9 .0 9 " N
1o n g i t u d e 104' 30 * 6 .8 2 " E
L o n g it u d e : J 0 4 "29*57.17*'t
46 L a t it u d e 0 “ 5 0 * 2 6 .9 9 " N
7 L a t it u d e : 0*50*19.06" N
lo n g it u d e 104' 30*3 3 S "F
L o n g it u d e : 104*30*1.30" L
47 L a t it u d e : 0 5 0 *27.24 "N
8 L a t it u d e : 0 ” 50*20.9 9 " N
L o n g i t u d e : 1 0 4 * 2 9 * 5 9 .2 7 " 1
L o n g it u d e : 1 0 4 "3 0 '1 .1 7 "E
48 la t it u d e : 0 50*26.18'" N
9 L a t it u d e : 0*50*20.9 9 " N
L o n g it u d e : 1 0 4 ” 2 9 '5 4 . 5 3 " t
L o n g it u d e : 104°30'0.76*'E
49 L a t it u d e : 0 ' 50*26 5 4 " N
10 L a t it u d e 0*50*21 3 6 " N
L o n g it u d e : 10 4 " 2 9 '5 2 .7 6 " l
L o n g it u d e : 104*30*0.4 9 "E
50 L a t it u d e : 0"'*>(1*24.6 2 " N
11 L a t it u d e : 0°50*21,4 7 " N
1o n g i t u d e : 104' 2 9 * 4 9 .9 0 " t -29> 16 i
51 L a t it u d e : 0 " 50*26.2 6 " N c28" L o n g it u d e : 1 0 4 '3 0 '0 .0 8 "E
1? L a t it u d e : 0*50*27 0 4 " N

52
L o n g i t u d e : 1 0 4 ' 29*49.5 2 " l
la t it u d e : 0 "5 0 * 2 8 6 0 " N
l c23
J 2' L o n g it u d e : 1 0 4“ 2 9 '5 9 .7 9 "F

_?3n: S30- 13 L a t it u d e : 0*50*32 7 6 "N


L o n g i t u d e : 1 0 4 -2 9 * 5 0 .7 5 "!
«27' ° "S > 4 L o n g it u d e . 10 4°29'59.85 "E
53 la t it u d e . 0' 50*30.53'" N
o — ‘22 °
L o n g it u d e : 1 0 4 " 2 9 '5 0 .54**1 c4 ,- ------25 ” °42 14 L a t it u d e : ()*50'32.75"N
L o n g it u d e : 104 29*59.49*'F
54 L a t it u d e : 0*'50*31.15**N
15 L a t it u d e : 0*50'27 2 4 " N
lo n g it u d e : 104' 2 9 '4 9 . 8 8 " l
3 6 9 3 7 +% 2 " Cj33 1L o n g it u d e : 104*29*59.28" E

A R E A S A N D A R (1 ,0 7 H a)
3 5 ,__
c3 '9 '_c^f3 « S 4
N O D 1IK K O O R D IN A r
16 L a titu d e ' 0*50*3.H 7"N
1o n g itu d e : 104-79*53 84"E
17 L a titu d e ■ 0' 50'4 .13 "N
L o n g itu d e : 104” iO '0 .16" E
IH l.itltu d e 0 *50*7.36"N
L o n g itu d e : 1 0 4 *3 0 'O H l"E
19 la t it u d e • 0 *5 0 ’? .0 9 "N
L o n g itu d e : 10 4"2 9 '5 3 .9 4 "L

A R F.A O A R U R A F (7, W H a ) A R E A B 3 (2 ,0 8 H a ) A R E A L A B U H ( 4 ,7 H a ) A L U R P E L A Y A R A N ( 8 ,0 7 H a ) K O L A M P U E A R (2 ,8 H a )
no link K O O R D IN A I NO II U K K O O R D IN A 1 NO I I I IK K O O R D IN A 1 NO IIH K _________ K O O R D I N A 1 NO IIIIK K O O R D IN A 1
36 L a t it u d e ()"4 9 ,'1 7 .9 0 " N 32 L a t it u d e : 0 * 4 9 '4 7 . 7 5 " N 28 la lilu d e : 0 '5 0 * 1.94 "N 24 la t it u d e : 0 " 4 9 '5 b . 4 4 " N 70 L a t it u d e : 0 * 5 0 '2 .4 4 " N
L o n g i t u d e : 1 0 4 * 2 9 '1 3 ~ 3 9 "E L o n g i t u d e : 1 0 4 '2 9 '1 9 . 0 0 " E L o n g it u d e : 104*29* 3 6 .5 4 " E L o n g it u d e : 10 1 30*0.5 / " l L o n g it u d e : ll) 4 ” 2 9 '5 7 .1 6 " E
37 I a lit u d n 0 * 4 9 * 4 7 .9 8 " N 33 L a t it u d e : 0 " 4 9 '4 7 . 7 6 " N 29 L a t it u d e : 0 " 5 0 '2 3 G "N 25 L a t it u d e : 0* 49*5 4.2 7 " N 21 la t it u d e 0* 49*5 9.58" N
L o n g i t u d e ^ 1 0 4 ‘ 2 9 '1 7 . 8 6 " E L o n g i t u d e : 1 0 4 * 2 9 * 2 3 .1 2 " E L o n g it u d e : 1 0 4 * 2 9 * 4 6 .0 2 " E L o n g it u d e : 1 0 4 * ^ b '0 .4 1 "E lo n g it u d e : 1 0 4 '3 0 * 0 .4 5 " h
38 L a t it u d e 0 * 4 9 * 4 2 .4 0 “ N 34 L a t it u d e : 0 * 4 9 * 4 3 .1 5 " N 30 L a t it u d e : 0 " 4 9 '5 7 . 0 4 " N 76 L a t it u d e : 0 * 4 9 '5 2 . 4 9 " N 2? la t it u d e :
I o n g it u d e . 101 7 * V 1 K O* I " |
1s L o n g it u d e : 1 0 4 * 29 *23 .1 2 " E
0*49*56.1 5 " N
L o n g i t u d e : 1 0 4 ' 2 9 * 2 3 .3 6 " E L o n g it u d e : 1 0 4 * 2 9 * 4 6 .3 3 " t a L o n g it u d e : 1 0 4 "7 9 "5 7 .4 9 "E
Im a g e «> 201 7 D ig d a lG io te
w
39 L a t it u d e : 0 * 4 9 '4 2 . 2 7 ,,N 35 L a t it u d e : 0 * 4 9 * 4 3 .0 7 " N 31 L a t it u d e : 0 '4 9 '5 6 . 6 1 " N s JZ_
Im a g e O 201 7 T e rra M o Irit Jt_ L a t it u d e : 0 * 4 9 '5 4 . / 9 " N 23 la t it u d e : 0*49*59.35 "N
L o n g i t u d e : 1 0 4 " 2 9 '1 3 . 6 8 " E L o n g i t u d e : 104*29* 1 9 . 2 4 " L lo n g it u d e 1 0 4 '2 9 '3 6 . 9 6 " E © 2 0 1 7 A f n O I S (P ly ) Ltd L o n g it u d e : 1 0 4 ' 29*22.9 7 " t 1o n g i t u d e : 1 0 4 '7 9 * 5 4 .1 9 " L

no4Q,<;A 1ru io Q1

Gambar 5-12. Peta DLKR Perairan Pelabuhan/Terminal Taniuns Mocoh

5-27
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

POfU UNTANG BtBUR


TP-AA 0* 52' 35,28" 104' 24' 57,22*
TP-BB 0' 51* 40,67* 104* 25' 40,26*
TF-CC 0' 51’ 30,52” 104’ 27'32,24*
TP-DO 0* 52112,41* 104* 29'04,30*
TP-EE 0’ 51’ 06,46" 104* 28’ 23,22*
TP-FF O’ 521 35,28’ 104'24'57,22*
TP-GG 0’ 46' 12,45“ 104* 28’ 22,86"
TP-HH 0* 51' 34,84“ 104* 23' 15,25*
TP-II 0’ 53' 44,91“ 104* 22' 20,40*
TP-JJ 0’ 57 31,79* 104* 24'08,68"
TP-KK 0’ 55' 45,76* 104* 24' 29,55"
TP-U 0’ 49’ 01,80“ 104* 33' 02,95"
Luas d l k r cTaoiunq)Pmana-eitv
3.948 Ha

fTP-AA .
TP-D D IT P-EE

TPBB ' * TPCC ^


TR'8B * TP FF t <■
C m ^ 1

. f

Luas DLKP
12.472 Ha

Gambar 5-13. Peta DLKR dan DLKP Pelabuhan Tanjung Pinang

5-28
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

BAB 6. ANALISIS FINANSIAL PELABUHAN TANJUNGPINANG Tabel 6-1. Potensi Pendapatan Pelabuhan Tanjungpinang
(dalam Juta Rupiah)

I Tahun
1
2 0 15
2
2 0 16
3
2017
4
2018
5
2019
Pendapatan pelayanan kapal barang
6.1 Potensi Pendapatan Pelabuhan Tanjungpinang Registrasi 214.16 131.59 153.82 163.35 187.67
T am b at Kapal 37.93 40.19 46.99 49.90 57.32
1. Pendapatan pelayanan kapal Labuh Kapal 99.33 105.27 123.06 130.68 150.14
Komponen biaya dari pendapatan pelayanan kapal adalah sebagai berikut: Pendapatan pelayanan kapal
penum pang
s Biaya registrasi Rp 550; per GT per kunjungan Registrasi 99.00 101.75 115.10 118.28 133.43
s Biaya tambat kapal Rp 42; per GT per etmal T am b at Kapal 30.24 31.08 35.16 36.13 40.76
s Biaya labuh Rp 55; per GT per etmal, asumsi rata-rata lama kapal berlabuh adalah 4 Total pendapatan pelayanan kapal 390.66 409.88 474.12 498.33 569.32
etmal. Pendapatan jasa pelayanan barang
s Selain itu, diasumsikan bahwa tarif akan mengalami kenaikan sebesar 10% setiap 2 Jasa pelayanan b o n g k a r m u at se m b a k o 15.05 15.43 17.30 17.62 19.74
Jasa d e rm aga pelayanan m u at barang
tahun.
lain 126.82 135.45 158.57 168.13 195.47
2. Pendapatan pelayanan barang
Jasa gu d a n g 54.82 58.20 67.70 71.38 82.57
Jasa pelayanan bongkar muat dibedakan menjadi dua komoditi utama yatu barang Jasa lapangan p e n u m p u k a n 8.70 9.24 10.75 11.33 13.11
pokok dan selain barang pokok yang dibongkar maupun yang dimuat pada dermaga. Total pendapatan jasa pelayanan
Selain itu ada pula jasa untuk barang yang disimpan di gudang maupun pada lapangan barang 205.39 218.32 254.31 268.46 310.88
Pas p e n u m p a n g 237.37 237.37 268.80 276.49 312.61
penumpukan.
Pas pen gantar/p enjem put 149.79 149.79 169.47 174.17 196.76
S Biaya jasa pelayanan bongkar muat barang pokok adalah Rp. 500,-/ton. Pas kend araan p e n u m p a n g 23 9.6 6 23 9.6 6 271.15 27 8.6 7 314.81
S Biaya jasa pelayanan bongkar muat selain barang pokok adalah Rp. 800,-/ton. Pas kend araan barang 107.00 107.00 124.93 132.11 153.21
s Jasa penyimpanan di gudang : Rp. 300,- per ton per m3/hari dengan asumsi rata-rata Total pendapatan 1535.26 15 80 .34 1817.1 1896.69 2168.48
6 7 8 9 10
penyimpanan di gudang adalah 7 hari. Tahun
2020 2 0 21 2022 2023 2 0 24 j
s Jasa penyimpanan di lapangan penumpukan : Rp. 200,- per ton per m3/hari dengan
Pendapatan pelayanan kapal barang
asumsi rata-rata penyimpanan pada lapangan penumpukan adalah 5 hari.
Registrasi 200.48 24 0.6 6 275.80 28 1.8 4 368.48
3. Jasa Pelayanan Penumpang dan Kendaraan T am bat Kapal 36.74 44.11 50.55 51.65 70.35
Asumsi yang digunakan adalah pendapatan pas penumpang hanya pada penumpang Labuh Kapal 96.23 115.52 132.38 135.28 110.55
Pendapatan pelayanan kapal
yang akan naik kapal. Sedangkan pengantar/penjemput diasumsikan tiap dua orang
penum pang
penumpang yang naik dan turun diantar atau dijemput oleh satu orang. Besaran tarif
Registrasi 136.76 154.28 158.12 177.96 182.19
adalah sebagai b erikut:
T am bat Kapal 41.77 47.13 48.30 54.36 55.65
S Pas penumpang : Rp. 2.500,- per orang per sekali masuk. Total pendapatan pelayanan kapal 511.99 606.71 691.05 706.61 816.78
s Pas pengantar/penjemput : Rp, 2.500,- per orang per sekali masuk. Pendapatan jasa pelayanan barang
Jasa pelayanan b o n g k a r m u at se m b a k o 20.10 22.90 25.63 26.06 29.14
s Pas kendaraan penumpang : Rp. 4.000,- per kendaraan per sekali masuk.
Jasa derm aga pelayanan m uat barang
s Pas kendaraan barang : Rp. 6.000,- per kendaraan per sekali masuk.
lain 20 5.9 9 24 9.7 4 287.45 300-18 344.20
Total potensi pendapatan Pelabuhan Tanjungpinang dari tahun 2015 - 2034 dapat dilihat Jasa gu d a n g 86.61 104.18 119.50 124.40 142.23
pada tabel berikut ini : Jasa lapangan p e n u m p u k a n 13.75 16.54 18.97 19.75 22.58

6-1
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Total pendapatan jasa pelayanan Pendapatan jasa pelayanan barang


barang 326.46 393.36 451.55 470.39 538.16 Jasa pelayanan b o n g ka r m uat se m b a k o 38.15 42.60 43.24 48.26 48.96
Pas p e n u m p a n g 32 1.0 7 362.49 37 1.8 0 41 9.2 2 42 9.4 6 Jasa derm aga pelayanan m uat barang
Pas pengantar/p enjem put 201.93 227.81 233.50 263.10 269.36 lain 501.22 569.99 588.63 668.00 688.50
Pas kend araan p e n u m p a n g 32 3.0 8 364.49 37 3.5 9 42 0.9 6 43 0.9 7 Jasa gu d a n g 204.71 232.35 239.53 271.37 279.26
Pas kend araan barang 161.10 185.89 194.57 223.58 233.12 Jasa lapangan p e n u m p u k a n 32.49 36.88 38.02 43.08 44.33
Total pendapatan jasa pelayanan
Total pendapatan 21 7 2 .0 8 25 34.11 27 67 .61 29 74.25 3.256 barang 776.58 881.83 909.42 1030.71 1061.06
11 12 13 14 15 Pas p e n u m p a n g 65 3.4 0 733.73 748.73 84 0.0 9 856.59
1 Tahun
2025 2026 2027 2028 2 0 29 Pas pengantar/p enjem put 40 8.4 8 458.49 467.65 52 4.5 0 534.57
Pendapatan pelayanan kapal barang Pas kendaraan p e n u m p a n g 653.58 733.59 748.25 8 3 9 .2 0 855.32
Registrasi 36 8.4 8 386.20 43 2.6 2 45 2 .1 0 512.32 Pas kendaraan barang 38 6.5 4 43 9.1 8 45 3.1 6 513.85 529.23
T am b at Kapal 70.35 73.73 82.59 86.31 97.81 Total pendapatan 4 8 61 .33 5489.63 5643.56 63 72 .63 6530.42
Labuh Kapal 110.55 115.86 129.78 135.63 153.70 Sumber: Hasil analisis konsultan
Pendapatan pelayanan kapal
penum pang
Registrasi 20 4.8 4 209.27 235.55 240.42 269.82
T am b at Kapal 62.57 63.92 71.95 73.44 82.42
6.2 ANALISIS NILAI INVESTASI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNGPINANG
Total pen d a p a tan pelayanan kapal 81 6.7 8 84 8.9 8 95 2.4 9 98 7.9 0 1116.70 Perhitungan biaya investasi Pelabuhan Tanjungpinang didasarkan dengan menggunakan
Pendapatan jasa pelayanan barang
acuan biaya sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 78 Tahun 2014. Biaya
Jasa pelayan an b o n g ka r m uat se m b a k o 29.14 29.62 33.11 33.63 37.58
tersebut hanya biaya investasi sehingga tidak dapat dijadikan acuan untuk biaya konstruksi
Jasa d e rm aga pelayanan m uat barang
lain
pembangunan.
34 4.2 0 358.21 40 9.4 4 42 4.8 4 48 4.2 7
Jasa g u d a n g 142.23 147.62 168.31 174.24 198.19
Jasa lapangan p e n u m p u k a n 22.58 23.43 26.72 27.66 31.46 Tabel 6-2. Perhitungan Biaya Investasi Pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang
Total pendapatan jasa pelayanan Biaya Konstruksi
barang 538.16 558.89 637.58 660.38 751.50 No Fasilitas Satuan Jangka Pendek Jangka M en en gah Jangka Panjang
Pas p e n u m p a n g 48 3.6 7 49 4.9 4 55 6.8 2 56 9.2 1 63 9.7 7 (2015-2019) (2015-2025) (2015-2034)
Pas pengantar/p enjem put 303.18 310.06 348.64 356.21 40 0.1 6 A Infrastruktur Kaw asan

Pas ke n d ara an p e n u m p a n g 4 8 5 .0 9 49 6.1 0 557.82 569.93 640.25 1. Lahan Pelabuhan m2 - - -

2. Jalan lingkungan pelabuhan m2 2.442.896.517 - -


Pas kend ara an barang 26 6.9 4 277.44 316.74 32 8.3 0 373.84
3. Talud m2 - 1.395.287.956 -
Total pendapatan 34 3 1 .9 7 35 4 5 .2 9 4 0 0 7 .6 7 41 32 .3 4 6 73 .72
4. Drainase m2 638.853.600 - -

16 17 18 19 20
Tahun B Fasilitas Pokok
2030 2 0 31 2032 2033 2034 j
1. Derm aga 1 m2 - - -
Pendapatan pelayanan kapal barang
2. Derm aga II m2 20.636.864.610 5.896.247.031 23.584.988.125
Registrasi 52 7.3 2 596.56 62 0.1 4 705.50 723.65
3. Trestle 1 m2 - 2.514.658.173 -

T a m b a t Kapal 161.07 182.22 189.42 21 5.5 0 211.04


4. Trestle II m2 - 4.670.079.464 -

Labuh Kapal 158.20 178.97 186.04 211.65 217.10 5. Gudang m2 969.688.500 239.570.100 479.140.200
Pendapatan pelayanan kapal 6. Terminal Penum pang m2 1.633.432.500 - -

penum pang 7. Lapangan Penumpukan m2 - - -

Registrasi 257.45 308.89 315.08 353.07 359.88 8. Fasilitas Pem adam Kebakaran m2 149.607.344 -

T am b at Kapal 84 .14 94.35 96.24 107.85 109.93 9. Fasilitas Perbaikan dan


m2 365.059.200 -
Total pendapatan pelayanan kapal 1206.18 1360.99 1406.93 1593.57 1632.60 Perawatan
10. Lampu Navigasi Pelabuhan buah 103.710.000 103.710.000 207.420.000

6-2
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Biaya Konstruksi Tabel 6-3. Perhitungan Kelayakan Finansial


I No Fasilitas Satuan Jangka Pendek Jangka M en en gah Jangka Panjang Pelabuhan Tanjungpinang (dalam Juta Rupiah)
(2015-2019)
C | Fasilitas Penunjang
(2015-2025) (2015-2034)
I Tahun
1
2015
2
2016
3
2017
4
2018
5
2019
1. Kantor Pelabuhan m2 - -
Total pendapatan 1.329,86 1.362,01 1.562,77 1.628,23 1.857,58
2. Rurnah Dinas Kepala m2 - - -
Operasi dan Pemeliharaan 265,97 272,40 312,55 325,65 371,52
3. Rumah Dinas Karyawan m2 - - -
Arus Kas Operasi 1.063,89 1.089,61 1.250,22 1.302,58 1.486,07
4. Lahan Parkir Truk m2 - - -
Biaya Pengembangan 6.112,65 9.168,98 9.168,98 6.112,65 0,00
5. Lahan Parkir Umum - - -
Arus Kas (5.048,76) (8.079,37) (7.918,76) (4.810,07) 1.486,07
6. Kantin m2 398.246.400 - - Kumulatif (5.048,76) (13.128,13) (21.046,89) (25.856,96) (24.370,89)
7. M ushola m2 - - -
6 7 8 9 10
8. Toilet Umum m2 59.736.960
Tahun
- - 2020 2021 2022 2023 2024 ■
9. Rumah pompa m2 62.226.000 - -
Total pendapatan 1.845,63 2.103,38 2.173,53 2.469,46 2.539,92
10. Reservoir/ Bak Air m3 68.448.600 91.264.800 -
Operasi dan Pemeliharaan 369,13 420,68 434,71 493,89 507,98
11. Rumah Genset m2 - - -
Arus Kas Operasi 1.476,50 1.682,71 1.738,82 1.975,57 2.031,94
12. R e c e p t io n F a c ilitie s Biaya Pengembangan 3.258,72 4.888,09 4.888,09 3.258,72 0,00
m2 119.473.920 - -
(Pengolahan Limbah) Arus Kas (1.782,22) (3.205,38) (3.149,26) (1.283,16) 2.031,94
13. Ruang Radio / Telekomunikasi m2 74.671.200 -
Kumulatif (26.153,11) (29.358,49) (32.507,76) (33.790,91) (31.758,98)
14. Pos Jaga unit 20.534.580 - -
n 12 13 14 15
15. Pintu Gerbang unit 41.069.160
Tahun
- -
2025 2026 2027 2028 2029 i
16. Pagar Pelabuhan m 580.776.000 - -
Total pendapatan 2.893,81 2.986,40 3.370,09 3.471,94 3.921,57
17. Bungker BBM m2 68.448.600 - -
Operasi dan Pemeliharaan 578,76 597,28 674,02 694,39 784,31
18. Kantor Agen m2 - - -
Arus Kas Operasi 2.315,05 2.389,12 2.696,07 2.777,55 3.137,26
19. Garbarata unit 2.074.200.000 - -
Biaya Pengembangan 4.898,56 7.347,84 7.347,84 4.898,56 0,00
20. Ruang Terbuka Hijau m2 55.312.000 - 221.248.000 Arus Kas (2.583,51) (4.958,72) (4.651,77) (2 .1 2 1 ,0 1 ) 3.137,26
21. Forklift 5 ton unit - - -
Kumulatif (34.342,48) (39.301,20) (43.952,97) (46.073,98) (42.936,72)
22. Forklift 25 ton unit - 1.382.800.000 -
*6 17 18 19 20
23. M o b ile C ra ne unit 2.074.200.000
Tahun
- -
2030 2031 2032 2033 2034 \
24. R ea ch Sta cker unit - 2.074.200.000 -
Total pendapatan 4.084,76 4.607,82 4.734,14 5.341,91 5.468,37
JUMLAH 3p.563.255.691 16.293.617.525 24.492.796.325 Operasi dan Pemeliharaan 816,95 921,56 946,83 1.068,38 1.093,67
1 S u m b e r : analisis konsultan Arus Kas Operasi 3.267,81 3.686,25 3.787,31 4.273,53 4.374,70
Biaya Pengembangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Arus Kas 3.267,81 3.686,25 3.787,31 4.273,53 4.374,70
Kumulatif (39.668,91) (35.982,66) (32.195,35) (27.921,82) (23.547,12)
6.3 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PELABUHAN TANJUNGPINANG | Sumber : analisis konsultan

Perhitungan analisis kelayakan finansial didasarkan dengan menggunakan variabel potensi


pendapatan Pelabuhan Tanjungpinang dengan nilai investasi Pelabuhan Tanjungpinang Perhitungan kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan asumsi jangka waktu
mulai dari jangka pendek sampai dengan jengka panjang. Berikut adalah perhitungan proyek adalah 20 tahun dengan perolehan parameter, yakni:
analisis kelayakan finansial Pelabuhan Tanjungpinang.

6-3
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Parameter kelayakan hingga tahun 2034 ❖ Manfaat Sosial


FIRR < 0, nilai investasi belum
FIRR = -6 ,3 4 %
kem bali Manfaat sosial akan dapat dirasakan berupa dampak sosial yang diakibatkan antara lain
NPV = (Rp. 23.629,63 juta) Nilai N P V < 0, proyek tidak layak oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemudahan dalam pergerakan
BCR = 0,72 Nilai BCR < 1, proyek tidak layak
transportasi untuk menjangkau lokasi Kota Tanjungpinang.
BEP = 2 4 tahun Dilihat dari manfaat ekonomi yang besar, maka pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang
mempunyai kelayakan secara ekonomi. Sehingga meskipun tidak memenuhi aspek
Dari hasil perhitungan dan analisis kelayakan secara finansial, maka pengembangan kelayakan secara finansial, pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang tetap dapat
Pelabuhan Tanjungpinang sampai dengan jangka panjang masih belum layak secara dilakukan.
investasi dan finansial.

6.4 ANALISIS EKONOMI PELABUHAN TANJUNGPINANG

Manfaat yang akan diperoleh para pihak yang terkait dengan adanya pengembangan
Pelabuhan Tanjungpinang ini berupa manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan
manfaat sosial,

❖ Manfaat langsung

Manfaat langsung yang akan diperoleh dengan investasi pengembangan Pelabuhan


Tanjungpinang antara lain :

a. Keamanan dan kenyamanan aktivitas pelabuhan akibat dari adanya fasilitas


fungsional dan penunjang.
b. Aktivitas para tenaga kerja pelabuhan akan bertambah, sehingga menyerap tenaga
kerja masyarakat di sekitarnya.
c. Bertambahnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat terutama generasi muda di
sekitar pelabuhan untuk ikut beraktivitas di Pelabuhan Tanjungpinang karena adanya
peningkatan aktivitas muatan baik orang maupin barang, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

❖ Manfaat tidak langsung

Manfaat tidak langsung dalam pembangunan Pelabuhan Tanjungpinang ini merupakan


efek multiplier ekonomi akibat adanya investasi itu sendiri. Efek multiplier adalah
dampak turunan akibat peningkatan jumlah muatan dan pembangunan sarana dan
prasarana pelabuhan, termasuk di dalam keuntungan tidak langsung adalah adanya
aktivitas baru yang muncul dan atau berkembang setelah adanya pembangunan
pelabuhan laut, seperti pariwisata, perdagangan, dan industri.
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 7-1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Tanjungpinang


BAB 7. KAJIAN RONA AWAL LINGKUNGAN
TUJUAN REN C AN A
TOLOK UKUR/
No. D A M P A K PENTING SUM BER DAM PAK PENGELOLAAN KELOLA
PA RAM ETER
LINGKUNGAN LIN G KU N G AN
TAHAP O PERASIO N AL
A. Fisika - Kimia
7.1 Rona Lingkungan Awal 1 Kualitas Udara • Gas buang S 0 2 = 532 pg/m 3 • Mencegah agar M em asang filter
kendaraan N 0 2 = 318 tidk terjadi polusi pada gas buang
Penyajian rona lingkungan bukan merupakan telaah terhadap dampak atau prediksi • Ceceran tanah akbat gas buang dan pemeliharaan
Mg/ ™ 3
dampak. Rona lingkungan awal menjelaskan kondisi/data awal baik yang berkaitan dengan urug Debu = 230 kendaraan. mesin.
kondisi fisik lingkungan, kondisi alam secara umum termasuk pula kondisi ekonomi, sosial, Mg/ ™ 3 • Perbaikan secara

budaya. Rona lingkungan awal menjelaskan data-data dalam garis-garis pokok kajian yang NH 3 = 2.00 ppm berkala
NO = 15000
diharapkan dapat menjadi panduan untuk ditelaah lebih tajam pada dokumen rona
Mg/ ™ 3
lingkungan awal dalam penyusunan dokumen AMDAL ataupun dokumen UKL/UPL. 2 Kebisingan dan Suara mesin Penurunan Mencegah • Pemilihan
getaran; bunyi suara kendaraan tingkat bising penggunaan armada armada yang
dan getaran pengangkut barang dan getaran yang tidak layak layak
7.2 Langkah-Langkah Pencegahan Dampak • Pemeliharaan
alat secara
Langkah-langkah pencegahan dan penanganan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
periodik
pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang adalah dengan menyusun • Penggunaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup filter/ peredam
(RPL). suara
3 Kualitas air laut
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan suatu rencana yang memuat • Kandungan minyak • Ceceran minyak Terjadi Mencegah agar tidak • Pemeliharaan
upaya-upaya mencegah, mengendalikan, dan menanggulangi dampak besar dan penting di laut dari kapal peningkatan terjadi pencemaran mesin
• Kekeruhan air laut • Sam pah dari hulu padatan terlarut di laut • Mengontrol
Lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul
sungai dan minyak di seal olie
sebagal akibat dan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. laut • Mencegah
Sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan upaya untuk ceceran
sampah ke laut
memahami fenomena-fenomena yang terjadi atau penlaku dampak yang timbul akibat
usaha dan/atau kegiatan. Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan 4 Hidro Oceanografi • Lalu lintas kapal • Perubahan Mencegah • Perbaikan talud
terhadap komponenlparameter lingkungan hidup yang terkena dampak. Dengan memantau (Endapan) • Arus dan arus dan pendangkalan
kedua hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai mengenai efektifitas kegiatan pengelolaan • Arus dan gelombang gelombang perairan yang dapat
gelombang • Jumlah membahayakan
lingkungan hidup yang dijalankan.
• Endapan endapan di keselamatan
dalam kolam pelayaran
7.2.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) B Sosial Ekonomi dan Budaya
1 Infrastruktur (sarana • Lalu lintas darat Kerusakan jalan, Mencegah agar tidak • Pengaturan lalu
Evaluasi dampak untuk Pelabuhan Tanjungpinang didasarkan pada KepMen LH No 45 tahun dan prasarana yang keluar saluran drainase terjadi keruskan lintas dan
2005 tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana umum) masuk dan tempat jalan yang lebih pemasangan
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), dari berbagai dampak yang mungkin terjadi terhadap • Genangan Air pelabuhan. parkir. parah kemacetan rambu
• Kerusakan jalan- • Lalu lintas darat lalu lintas • Pemeriksaan
lingkungan, maka prioritas kegiatan dan komponen lingkungan yang pelu dikelola dan
jalan di dalam dan yang keluar muatan truk
dipantau adalah sebagai b erikut: luar pelabuhan masuk dermaga tidak boleh
serbaguna melebihi

7-1
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

TUJUAN RENCANA No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus


TOLOK UKUR/
No, DAMPAK PENTING SUMBER DAMPAK PENGELOLAAN KELOLA d. Fasilitas Terapung £ 10.000 DWT Berpotensi menimbulkan dampak berupa
PARAMETER
LINGKUNGAN LINGKUNGAN (Floating Facility) gangguan alur pelayaran, perubahan
kapasitas batimetri, ekosistem, dan mengganggu
• Pengaturan proses-proses alamiah di daerah pantai
pasa saat terutama apabila yang dibongkar muat
pengangkutan minyak mentah yang berpotensi
2 Lalu lintas k ap al: Lalu lintas kapal Sering terjadi Mengindari agar M em antau arus menimbulkan pencemaran laut dari
• Jumlah kapal yang masuk antrlan kapal tidak terjadj lalu lintas keluar tumpahan minyak.
• Jenis kapal yang pelabuhan untuk bersandar penumpukan kapal masuk kapal Su m b e r : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012
masuk pelabuhan di dermaga yang berlabuh
Sumber : analisis konsultan, 2014
Untuk rencana pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Tanjungpinang, yang memiliki
luas kurang dari 5 HA namun memiliki panjang dermaga lebih dari 200 meter, maka
7 .2 .2 Rekomendasi Jenis Studi Lingkungan kegiatan pembangunan Pelabuhan Tanjungpinang masuk dalam kategori Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib memiliki AMDAL. Sehingga direkomendasikan untuk studi dampak
Jenis terhadap jenis studi lingkungan didasarkan pada Peraturan Menteri Negara
lingkungan yang harus dilakukan adalah AMDAL.
Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam bidang
pembangunan pelabuhan, jenis kegiatan yang wajib AMDAL adalah sebagai berikut :

Tabel 7-2. Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Pembangunan pelabuhan Berpotensi menimbulkan dampak penting
dengan salah satu fasilitas terhadap perubahan arus
berikut: pantai/pendangkalan dan sistem hidrologi
a. Dermaga dengan bentuk ekosistem, kebisingan dan dapat
konstruksi sheetpile atau mengganggu proses-proses alamiah di
open pile daerah pantai (coastal processes).
- Panjang, atau £ 200 m
- Lua? 2> 6.000 m2
b. Dermaga dengan Semua besaran Berpotensi menimbulkan dampak terhadap
konstruksi masif ekosistem, hidrologi, garis pantai dan
batimetri serta mengganggu proses-proses
alamiah yang terjadi di daerah pantai
c. Penahan gelombang Berpotensi menimbulkan dampak berupa
(talud) dan/ atau pemecah emisi, gangguan lalulintas, aksesibilitas
gelombang (break water) transportasi, kebisingan, getaran, gangguan
- Panjang > 200 m pandangan, ekologis, dampak sosial dan
keamanan disekitar kegiatan serta
membutuhkan area yang luas.
Kunjungan kapal yang cukup tinggi dengan
bobot sekitar 5.000-10.000 DW T serta draft
kapal minimum 4-7 m sehingga kondisi
kedalaman yang dibutuhkan menjadi - 5 s/d
- 9 m LWS

7-2
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

7.3 Prakiraan Dampak Lingkungan Memperbaiki saluran drainase Mencegah terjadinya genangan air
halaman parkir kendaraan yang menyebabkan rusaknya aspal
Kota Tanjungpinang beriklim tropis dengan kelembapan udara sekitar 86%. Pengamatan
data iklim termasuk salah satu factor yang dibutuhkan dalam penyusunan Rencana Induk
pelabuhan
© lapangan parkir.

Pelabuhan Tanjungpinang. Hal ini perlu diamati mengingat kondisi iklim juga dapat Mengeruk (dredging) dan merawat Mencegah terjadinya kapal fery cepat
mempengaruhi terhadap aspek fisik serta kualitas parameter lingkungan. Selain itu juga kolam pelabuhan dari sedimentasi yang kandas pada saat pasang surut

sangat erat hubungannya dengan sebaran dampak


operasional Pelabuhan baik di daratan maupun di perairan Pelabuhan.
yang diakibatkan dri kegiatan © yang akan menghambat kelancaran
pelayaran

Kajian terhadap dampak lingkungan yang timbul di sekitar Pelabuhan dan perairannya
3 Kesempatan Bekerja memfasilitasi pembangunan kios Menambah tingkat pendapatan
akibat kegiatan pengembangan Pelabuhan diprakirakan berdasarkan kepentingan dampak dan berusaha tempat berjualan barang-barang penduduk lokal dan memudahkan
yang timbul. Hasil prakiraan dan evaluasi dampak tersebut menjadi pertimbangan untuk
pengembangan Pelabuhan seperti yang tercantum table berikut :
penduduk kerajinan dalam areal pelabuhan
© pengunjung membeli cendermata
kerajinan penduduk lokal pulau ini do
pelabuhan
Tabel 7-3. Prakiran Dampak Lingkungan

No Aspek Lingkungan Kegiatan Prakiraan Evaluasi Dampak


Dampak
1 Ruang dan lahan Pembangunan dermaga baru Lokasi perluasan dermaga pelabuhan
diatas lahan yang direklamasi di harus sesuai dengan pengembangan
tepi perairan pelabuhan ke sebelah
kanan dermaga lama © wilayah daerah menurut RUTR
pemerintah Kota Tanjung Pinang
tahun berjalan 4 Peningkatan debu Kegiatan transportasi kendaraan Berlangsung selama kegiatan operasi
dalam udara ambien taksi, kendaraan pengantar dan pelabuhan operasi pelabuhan
pelabuhan penjemput serta motor ojek yang mengganggu kenyamanan dan
beroperasi di pelabuhan berpotensi menimbulkan penyakit
ISPA
5 Peningkatan Bunyi aktifitas kendaraan taksi, Berlangsung selama kegiatan operasi
kebisingan di areal pengantar, penjemput dan motor pelabuhan dan dampak bersifat
pelabuhan ojek
© kumulatif

2 Peningkata Fasilitas Membangun ruang tunggu (waiting memberi kenyamanan bagi


Pelabuhan room) pelabuhan
© penumpang yang akan berangkat dan
menunggu jemputan
6 Penurunan kualitas
perairan pelabuhan
Buangan air limbah toilet
penumpang kapal feery cepat,
Berlangsung selama kegiatan operasi
pelabuhan dan dampak bersifat

©
kantor dan kantin pelabuhan serta kumulatif
limbah domestik penduduk sekitar
Memperluas lapangan parkir Mengatasi kesemerawutan lalu lintas
kendaraan pelabuhan pelabuhan dan ceceran BBM dari
di jalan pelabuhan
kamar mesin kapal fery cepat

©
7 Kondisi sanitasi kebutuhan volume air bersih Menjada kebersihan fasilitas dermaga
membangun gedung kantor mengatasi lapangan parkir pelabuhan
lingkungan pelabuhan yang tidak cukup dan menambah nili estetika
pelabuhan bertingkat dan
memanfaatkan lantai bawah
gedung sebagai lapangan parkir ©
yang terlalu sempit yang
menyebabkan terjadinya kemacetan
lalu lintas
© pelabuhan

kendaraan
.

7-3
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau

8 Peningkatan volume Sampah kantor pelabuhan, Mencegah berkembangnya vektor


sampah penumpang kapal, kantin dan
penduduk sekitar pelabuhan

Tamanisasi halaman pelabuhan


O penyakit seperti lalat, tikus, kecoa dll

menambah kenyamanan penumpang


9 Sikap dan persepsi
masyarakat dan karyawan dan nilai estetika
pelabuhan

10 Keamanan dan Diversifikasi/penambahan Meningkatnya tindak pidana sosial


Ketertiban
masyarakat
kegiatan dalam pelabuhan
O antar pekerja jasa pelabuhan

Keterangan :
© Diperkirakan Menimbulkan Dampak Penting
O Diperkirakan Menimbulkan Dampak Tidak Penting

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

i dengan aslinya,
BIRO HUKUM

itu > ---p


H.. SH, DESS
tama Madya (IV/d)
9651022 199203 1 001

7-4

Anda mungkin juga menyukai