Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN SISTEM TRANSPORTASI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Batasan Masalah........................................................................................6
1.4 Tujuan dan Sasaran...................................................................................6
1.4.1 Tujuan................................................................................................6
1.4.2 Sasaran...............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Terminal....................................................................................................8
2.1.1 Perencanaan Terminal........................................................................9
1.4.3 Jenis-jenis Terminal.........................................................................10
2.2 Stasiun Kereta Api...................................................................................12
2.2.1 Pengertian Stasiun Kereta Api.........................................................12
2.2.2 Fungsi dan Manfaat Stasiun Kereta Api..........................................12
2.3 Bandara....................................................................................................14
2.4 Pelabuhan................................................................................................16
BAB III ANALISIS..............................................................................................21
3.1 Analisis Terminal....................................................................................21
3.2 Analisis Stasiun KA................................................................................36
3.3 Analisis Bandara......................................................................................38
3.4 Analisis Pelabuhan..................................................................................38
BAB IV KEBUTUHAN DATA............................................................................41
4.1 Terminal..................................................................................................41
4.2 Stasiun KA..............................................................................................41
4.3 Bandara....................................................................................................42
4.4 Pelabuhan................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap menentukan langkah dalam suatu pembangunan, diperlukan


rencana yang matang agar menguntungkan di segala aspek dan berkelanjutan.
Apabila salah langkah, tentunya akan berpengaruh besar terhadap kelanjutan
pembangunan kota.  Tujuan  dalam merencanakan suatu kota atau desa adalah
untuk menyejahterakan masyarakat, menyamankan masyarakat untuk tinggal dan
berkegiatan di kota/desa tersebut, dan agar kota/desa tersebut berkelanjutan. Kita
akan sering mendengar kata-kata ini di dunia perencanaan. Kota yang
berkelanjutan atau  sustainable city adalah kota yang dapat ditinggali dan
dimanfaatkan sumber daya nya oleh masyarakat hingga turun temurun.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan suber daya yang
terhitung. Perencanaann dilakukan dengan beberapa cara, yaitu memanfaatkan
potensi sumber daya manusia atau sumber daya alam. Perencanaan merupakan
suatu bagian yang paling penting dalam kehidupan masa depan suatu wilayah.
Dalam perencanaan dilakukan perubahan-perubahan pada aspek-aspek yaitu
seperti perubahan secara fisik, ekonomi, social, budaya maupun lingkungan.
Perencanaan transportasi adalah suatu kegiatan perencanaan sistem
transportasi yang sistematik, yang bertujuan untuk menyediakan layanan
transportasi, baik sarana maupun prasarananya, disesuaikan dengan kebutuhan
transportasi bagi masyarakat di suatu wilayah, serta tujuan-tujuan kemasyarakatan
yang lain. Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai
hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam
transportasi pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk,
terciptanya penurunan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya
pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi dan perbaikan
kualitas / sifat dari jasa-jasa pengangkutan tersebut. Secara langsung atau tidak
langsung, transportasi yang efektif dan efisien sangat menentukan perkembangan
pembangunan perekonomian pada umumnya.

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Terminal, stasiun KA, pelabuhan, bandara?


2. Apa yang dimaksud dengan sarana Terminal, stasiun KA, pelabuhan,
bandara?
3. Bagaimana analisis untuk Terminal, stasiun KA, pelabuhan, bandara?
4. Apa saja kebutuhan data untuk analisis Terminal, stasiun KA, pelabuhan,
bandara?

1.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah tidak meluas, dan menyebabkan ketidaksesuaian


dengan tujuan penelitian, maka diberikan beberapa batasan masalah sebagai
berikut :
1. Pengertian Terminal, stasiun KA, pelabuhan, bandara
2. Analisis yang digunakan untuk menentukan jenis Terminal, stasiun KA,
pelabuhan, bandara
3. Analisis yang digunakan untuk menentukan kebutuhan Terminal, stasiun
KA, pelabuhan, bandara
4. Kebutuhan data untuk analisis kebutuhan Terminal, stasiun KA, pelabuhan,
bandara

1.3 Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan serta sasaran dari studi ini dirinci sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan
Studi ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian Terminal, stasiun KA, pelabuhan, bandara beserta
jenisnya dan pengertiannya.
2. Mengetahui analisis untuk Terminal, stasiun KA, pelabuhan, bandara.
3. Mengetahui kebutuhan data untuk analisis Terminal, stasiun KA, pelabuhan,
bandara

1.3.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan yang telah disebutkan sebutkan sebelumnya, maka
terdapat sasaran yang harus dicapai, yaitu sebagai berikut :

1. Diketahuinya pengertian Terminal, stasiun KA, pelabuhan, bandara beserta


jenisnya dan pengertian.
2. Diketahuinya analisis untuk Terminal, stasiun KA, pelabuhan, bandara.
3. Diketahuinya kebutuhan data untuk analisis Terminal, stasiun KA,
pelabuhan, bandara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminal
Untuk transportasi jalan raya, fungsi terminal dapat muncul hampir di
sepanjang lintasan. Di daerah yang belum cukup berkembang, sering terjadi kereta
api, bus, truk dapat dihentikan di setiap tempat menurut keinginan penumpang.
Fungsi Terminal : sebuah terminal mempunyai empat fungsi pokok, yaitu :
a. Menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus.
b. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan/pergantian moda
transportasi.
c. Menyediakan sarana simpul lalu lintas, tempat konsolidasi lalu lintas.
d. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang/kendaraan.
Adapun fungsi lainnya :
1. Fungsi terminal bagi penumpang, untuk kenyamanan menunggu,
kenyamanan perpindahan dari satu moda ke moda lain, tempat fasilitas
informasi dan parkir kendaraan pribadi.
2. Fungsi terminal bagi pemerintahan, adalah dari segi perencanaan dan
manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan angkutan serta
menghindari dari kemacetan, sumber pungutan retribusi dan pengendalian
kendaraan umum.
3. Fungsi terminal bagi operator dan pengusaha, untuk mengatur operasi bis,
fasilitas istirahat dan informasi dan sebagai fasilitas pangkalan.

Klasifikasi tipe terminal :


a. Berdasarkan peranan:
o Terminal primer : beroperasi dalam wilayah regional.
o Terminal sekunder : beroperasi dalam wilayah lokal dan atau melengkapi
kegiatan terminal primer
b. Berdasarkan fungsi
Terminal utama, melayani arus jarak jauh & volume tinggi dan tempat
bongkar muat lebih besar atau sama dengan 8 ton/unit angkutan atau 40
penumpang/unit angkutan.
Terminal madya , melayani arus angkutan penumpang dan barang jarak
sedang & volume sedang dan tempat bongkar muat lebih besar atau sama
dengan 5 ton/unit angkutan atau 20 penumpang/unit angkutan.
Terminal cabang, melayani arus angkutan penumpang dan barang untuk
jarak pendek & volume kecil dan tempat bongkar muat lebih besar atau sama
dengan 2,5 ton/unit angkutan atau 10 penumpang/unit angkutan

2.1.1 Perencanaan Terminal


Kriteria pergerakan lalu lintas secara cepat dan mudah
a) membuat penumpang nyaman, aman, baik pada kegiatan naik/turun dari
bis maupun pindah ,moda.
b) seminimal mungkin mempengaruhi kondisi lalu lintas pada jaringan jalan
sekitarnya
Utama yang perlu ditetapkan dalam perencanaan terminal Faktor yang
Mempengaruhi Rencana Lokasi Terminal Aksesibilitas ; Struktur
wilayah. Lokasi lintas. biaya
c) mengantisipasi pergerakan pejalan kaki (pedestrian
d) mengantisipasi sirkulasi pergerakan bus secara cepat dan mudah
mengantisipasi
2.1.3 Jenis-jenis Terminal
1. Terminal Transportasi Darat
Jenis terminal ini meliputi terminal bus, kereta api, ataupun multi moda.
Contoh terminal multi moda transportasi darat berupa suatu terminal bertingkat,
dengan tingkat paling bawah digunakan untuk melayani angkutan rel regional,
sementara tingkat berikutnya digunakan untuk melayani angkutan rel dalam kota,
dan tingkat paling atas digunakan untuk melayani para penumpang (pembelian
tiket, dan lain-lain).
2. Terminal Transportasi Air
Peraturan Pemerintah (PP) No.69 tahun 2011 pelabuhan adalah suatu
tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas
tertentu yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselematan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
yang terlindungi dari gerakan gelombang laut, sehingga kapal dapat melakukan
olah gerak, bersandar , membuang jangkar dan bongkar muat barang dan
berpindah penumpang ke dan dari kapal dapat dilaksanakan secara aman dan
lancar
Terminal transportasi air atau pelabuhan biasanya merupakan suatu
perairan yang terlindung, di mana kapal dapat berlabuh dan memuat atau
membongkar barang dengan selamat. Jenis terminal transportasi air, menurut :
a) Jenis perairan : pelabuhan alam, semi alamiah, pelabuhan buatan.
b) Kegunaan : bisa sangat beragam, seperti pelabuhan militer, Perikanan,
perdagangan, atau untuk rekreasi. Pelabuhan juga dapat
diklasifikasikan menurut lokasinya, yaitu : pelabuhan laut, danau, dan
sungai. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, pelabuhan
biasanya dilengkapi dengan fasilitas khusus, terutama yang berkaitan
dengan
upaya untuk menahan ombak dan tempat penambatan kapal, seperti
misalnya : pemecahan ombak/gelombang (break water), penambatan kapal (jetty),
penahan tumbukan (fender), dan lain-lain. Kadang-kadang diperlukan fasilitas lain
seperti crane untuk mengangkat container, jalan rel, pipa minyak.
3. Terminal Transportasi Udara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada terminal angkutan udara, antara
lain : rencana pengembangan wilayah, jenis operasi pesawat (sipil atau militer,
lokal atau internasional, dan sebagainya), jarak ke terminal udara yang lain dan ke
moda transportasi lainnya, keadaan topografi dan cuaca, daya pandang (visibility)
dan adanya penghalang (obstruction), serta pertimbangan ekonomi. Tata letak dari
terminal udara ini sangat tergantung pada konfigurasi runway dan sistem
pengendalian operasi pesawat yang akan dilayani, apakah berdasarkan penglihatan
atau menggunakan instrumen. Daerah terminal udara meliputi : gedung terminal,
tempat parkir pesawat (apron), dan hanggar pesawat. Fasilitas yang diperlukan,
antara lain : ruang tunggu pengunjung dan penumpang, ruang pemrosesan
penumpang (beli tiket, lapor, penyerahan dan penerimaan bagasi, tempat
pemeriksaan dokumen imigrasi, dan lain-lain), menara pengawas, dan
sebagainya. Khususnya untuk terminal pada bandar udara sebagai fasilitas
perantara (interface) antara transportasi udara dengan transportasi darat,
mempunyai fungsi sebagai tempat untuk :
 Pelayanan bagi keberangkatan/kedatangan pesawat;
 Bongkar dan muat barang atau menaikkan dan menurunkan penumpang;
 Perpindahan (interchange) antar moda transportasi udara dengan moda
transportasi yang sama (transit), atau dengan moda lainnya;
 Klarifikasi barang/penumpang menurut jenis, tujuan perjalanan, dan lain-
lain;
 Penyimpanan barang (storage) selama pengurusan dokumen;
 Pengisian bahan bakar, perawatan dan pemeriksaan kondisi pesawat,
sebelum dinyatakan layak untuk terbang (laik terbang)

2.2 Stasiun Kereta Api


2.2.1 Pengertian Stasiun Kereta Api
Stasiun dalam konteks terminal pemberangkatan dan pemberhentian kereta
api dalam kaitannya sebagai angkutan manusia maupun barang dapat
didefinisikan menjadi beberapa pengertian diantaranya adalah :
 Stasiun adalah tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani
naik dan turunnya penumpang dan/atau bongkar muat barang dan/atau
untuk
 keperluan operasi kereta api. (UU No.13 Tahun 1992 Pasal 19)
 Stasiun kereta api adalah tempat menunggu bagi calon penumpang kereta
api
 dsb; tempat perhentian kereta api dsb (Depdiknas, 2008)
 Stasiun sebagai tempat kereta api berangkat, mengangkut penumpang
(manusia
 atau bias juga hewan) dan barang (Handinoto, 1999)
 Stasiun sebagai tempat kereta api bersilang, menyusul atau disusul
(Handinoto,1999)

2.2.2 Fungsi dan Manfaat Stasiun Kereta Api


Moda angkutan kereta api sebagai salah satu moda transportasi darat
pilihan masyarakat memiliki keunggulan dan kelemahan dalam melakukan
fungsinya sebagai salah satu moda angkutan untuk barang dan atau orang. Adapun
keuntungan angkutan kereta api dapat dijelaskan, antara lain :
 Moda angkutan jalan rel adalah tipe moda angkutan yang memungkinkan
jangkauan pelayanan orang /barang dalam jarak pendek, sedang dan jauh dengan
kapasitas yang besar (angkutan masal).
 Energi yang digunakan relatif kecil, bahkan dengan dikembangkan tenaga
penggerak baterai dari sumber listrik yang memungkinkan penggunaan hemat
energi.
 Keandalan waktu yang cukup tinggi sehingga kecepatan lebih relative konstan
dan keselamatan perjalanan akan lebih baik dibandingkan moda lain, karena
mempunyai jalur (track) dan fasilitas terminal tersendiri. Biaya total variabel
(biaya operasional) perhitungan per hari cukup tinggi, namun biaya variabel
dalam per ton tiap km sangat rendah (karena kapasitas angkut cukup besar)
dibandingkan dari perkembangan moda.
Di dalam keuntungan, kereta api juga memiliki kerugian antara lain :
 Memerlukan fasilitas dan infrastruktur khusus yang tidak bisa digunakan
oleh moda angkutan lain, sebagai konsekuensinya perlu penyediaan alat
angkut yang khusus (gerbong dan lokomotif).
 Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi karena kereta api memerlukan
perlakuan khusus dalam proses perawatan.
 Pelayanan jasa orang/barang hanya terbatas pada jalurnya (tidak door
 to door).
 Bila ada hambatan (kecelakaan) pada jalur tersebut, maka tidak dapat
segera dialihkan ke jalur lainnya. Stasiun Kereta Api menjadi kebutuhan
utama yang diperlukan dalam pengadaan moda transportasi kereta api.
Stasiun juga memiliki berbagai fungsi yang menjadi bagian dari
keberadaannya sebagai fasilitas umum.

Menurut Alamsyah (2003) fungsi stasiun adalah sebagai berikut:


 Sebagai alat angkutan umum untuk penumpang dan barang
 Sebagai penghubung satu tempat ke tempat lainnya yang sulit
 dijangkau oleh alat transportasi lain
 Tempat untuk memuat dan membongkar barang hantaran
 Tempat pengisian bahan bakar
 Tempat penitipan barang sementara untuk penumpang
 Tempat untuk memberikan kesempatan kepada kereta lainnya untuk saling
menyusul dan bersilang
Fungsi utama stasiun yang disebutkan dalam UU No.23 Tahun 2007
stasiun berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk
melayani :
 Naik turun penumpang
 Bongkar muat barang
 Keperluan operasi kereta api

2.3 Bandara
Bandar udara adalah suatu tempat di darat, di laut atau di air dimana
pesawat udara dapat mendarat menurunkan atau mengangkut penumpang dan
barang, perbaikan atau pemeliharaan juga pengiriman bahan bakar dan kegiatan
lainnya. Secara umum suatu bandar udara harus mampu melayani aktivitas
perhubungan udara sesuai jam operasi (operating hours) dengan menjamin
keselamatan penerbangan, kelancaran dan keteraturan penerbangan.
Letak suatu Bandar Udara akan dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut :1
1. Tipe pengembangan sekitarnya
2. Kondisi-kondisi atmosfer meteorologi
3. Kemudahan untuk dicapai dengan transportasi darat
4. Ketersediaan lahan
5. Adanya Bandar Udara yang lain dan ketersediaan ruang angkasa dalam
daerah tersebut
6. Halangan sekeliling
7. Keekonomisan biaya konstruksi
8. Ketersediaan utilitas
9. Keeratan (proximity) dengan permintaan aeronotika.
Adapun istilah yang berkaitan dengan operasi penerbangan adalah sebagai
berikut :
1. Penerbangan berjadwal : adalah penerbangan secara teratur dan tetap
pada jalur-jalur tertentu untuk mengangkut penumpang, barang, dan pos.
2. Penerbangan tidak terjadwal : adalah penerbangan sewaktu-waktu pada
jalur-jalur yang diperlukan untuk pengangkutan penumpang, barang, dan pos
termasuk penerbangan carteran.
Fungsi Bandar Udara Fungsi utama
sebuah Bandar Udara sama halnya seperti sebuah terminal dimana dalam
hal ini melayani penumpang pesawat udara, sebagai tempat pemberhentian,
pemberangkatan, atapun sekedar persinggahan pesawat udara (transit). Di
dalamnya terjadi berbagai macam rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pesawat terbang, seperti mengangkut / menurunkan penumpang dan barang,
melakukan pengisihan bahan bakal, pemeliharaan pesawat, perbaikan kerusakan
pesawat, dan lain-lain. Bandar udara digunakan untuk memproses penumpang dan
bagasi untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Bandar
udara juga digunakan untuk penanganan pengangkutan barang (cargo).
Pentingnya pengembangan sub sektor transportasi udara antara lain :
1. Mempercepat arus lalu lintas penumpang, kargo dan servis melalui
transportasi udara di setiap pelosok Indonesia
2. Mempercepat wahana ekonomi, memperkuat persatuan nasional dalaam
rangka menetapkan wawasan nusantara
3. Mengembangkan transportasi yang terintegrasi dengan sektor lainnya
serta memperhatikan kesinambungan lingkungan secara ekonomis.
Transportasi udara di Indonesia memiliki fungsi strategis sebagai sarana
transportasi yang menyatukan seluruh wilayah dan dampaknya berpengaruh
terhadap tingkat pertumbuhan dan peranannya maupun dalam pengembangannya.

Aktivitas pada Bandar Udara Bandar Udara merupakan suatu fasilitas sebagai
perantara (interface) antara transportasi udata dengan transportasi darat, yang
secara umum fungsinya sama dengan terminal, yakni sebagai :
1. Tempat pelayanan bagi keberangkatan / kedatangan pesawat.
2. Untuk bongkar / muat barang atau naik / turun penumpang.
3. Tempat perpindahan (interchange) antar moda transportasi udara dengan
moda transportasi yang sama (transit) atau dengan moda yang lainnya.
4. Tempat untuk penyimpanan barang (storage) selama proses pengurusan
dokumen.
5. Sebagai tempat untuk pengisihan bahan bakar, perawatan dan
pemeriksanaan kondisi pesawat sebelum dinyatakan layak untuk terbang.
Tipe Bandar Udara Bandar udara secara umum digolongkan dalam beberapa
tipe menurut beberapa kriteria yang disesuaikan dengan keperluan
penggolongannya, antara lain :
a. Berdasarkan karakteristik fisiknya, bandar udara dapat digolongkan
menjadi seaplane, base, stol port (jarak takeoff dan landing yang pendek),
dan bandar udara konvensional.
b. Berdasarkan pengelolaan dan penggunaannya, bandar udara dapat
digolongkan menjadi dua, yakni bandar udara umum yang dikelola
pemerintah untuk penggunaans ecara umum maupun militer atau bandar
udara swasta / pribadi yang dikelola / digunakan untuk kepentingan
pribadi / perusahaan swasta tertentu.
c. Berdasarkan aktivitas rutinnya, bandar udara dapat digolongkan menurut
jenis pesawat terbang yang beroperasi (enplanements) serta menurut
karakteristik operasinya (operations).
4. Berdasarkan fasilitas yang tersedia, bandar udara dapat dikategorikan
menurut jumlah runway yang tersedia, alat navigasi yang tersedia, kapasitas
hangar, dan lain sebagainya.
2.4 Pelabuhan
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, pelabuhan
diartikan sebagai tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat berkegiatan pemerintah dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal berlabuh, naik turun penumpang
dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi.
Pelabuhan sebagai prasarana transportasi yang mendukung kelancaran
sistem transportasi laut memiliki fungsi yang erat kaitannya dengan faktor-faktor
sosial dan ekonomi. Secara ekonomi, pelabuhan berfungsi sebagai salah satu
penggerak roda perekonomian karena menjadi fasilitas yang memudahkan
distribusi hasil-hasil produksi sedangkan secara social, pelabuhan menjadi fasilitas
publik dimana di dalamnya berlangsung interaksi antar pengguna (masyarakat)
termasuk interaksi yang terjadi karena aktivitas perekonomian. Secara lebih luas,
pelabuhan merupakan titik simpul pusat hubungan (central) dari suatu daerah
pendukung (hinterland) dan penghubung dengan daerah di luarnya.
Klasifikasi Pelabuhan
Dalam menjalankan perannya, pelabuhan biasanya diklasifikasikan
berdasarkan berbagai aspek yang berhubungan dengan pelabuhan itu sendiri.
Berikut ini adalah penggolongan pelabuhan yang ditinjau dari berbagai aspek.
1. Hierarkinya
Berdasarkan hierarkinya, pelabuhan digolongkan ke dalam2 (dua)
tingkatan pelabuhan yaitu pelabuhan utama (majorport) dan pelabuhan
cabang/pengumpan (feeder port). Selanjutnya kedua jenis pelabuhan ini
dibagi dalam beberapa pelabuhan, yaitu :
a. Pelabuhan Internasional Hub, merupakan pelabuhan utama primer
dan berperan sebagai pelabuhan internasional yang terbuka untuk
perdagangan luar negeri dan berfungsi sebagai alih muat
(transshipment) barang antarnegara.
b. Pelabuhan Internasional, merupakan pelabuhan utama sekunder dan
berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan pusat distribusi
peti kemas nasional dan pelayanan angkutan peti kemas
internasional.
c. Pelabuhan Nasional, merupakan pelabuhan utama tersier dan
berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum
nasional.
d. Pelabuhan Regional, merupakan pelabuhan pengumpan primer dan
berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpan.
e. Pelabuhan Lokal, merupakan pengumpan sekunder dan berperan
sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi,
perbatasan, daerah perbatasan yang hanya didukung oleh mode
transportasi laut.
2. Penyelenggaraannya
Ditinjau dari segi penyelengaraannya, pelabuhan, digolongkan menjadi 2
(dua) jenis pelabuhan yaitu pelabuhan umum dan pelabuhan khusus.
a. Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum sampai saat ini
masih dilakukan oleh pemerintah melalui Unit Penyelenggara
Pemerintah (BUMN : PT. PELINDO) dan Unit Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
b. Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna
menunjang kepentingan tertentu. Umumnya, pelabuhan khusus
dibangun oleh sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai prasarana
transportasi bagi distribusi hasil-hasil produksi perusahaan tersebut.
3. Pengusahaannya
Penggolongan pelabuhan berdasarkan pengusahaannya karena pertimbangan
faktor komersil pelabuhan dan lebih tertuju pada status pelabuhan.
a. Pelabuhan yang diusahakan Pelabuhan ditujukan untuk memberikan
pelayanan seoptimal mungkin bagi pengguna (maskapai pelayaran dan
masyarakat) untuk mendukung fungsi komersil pelabuhan. Pemakaian
pelabuhan ini dikenakan biaya seperti biaya jasa labuh, jasa tambat,
jasa pemanduan, jasa menumpukan, bongka muat, dan sebagainya.
b. Pelabuhan yang tidak diusahakan Status ini biasanya diterapkan pada
pelabuhan kecil yang hanya merupakan tempat singgahan kapal tanpa
fasilitas bongkar muat, bea cukai, dan sebagainya. Pelabuhan seperti
ini disubsidi pemerintah dan dikelola oleh unik pelaksana teknis.
pelabuhan menurut Pasal 1 ayat (1) PP No. 69/2001 tentang
Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Ayat (2), Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan
fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu
lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar, tempat
perpindahan intra dan/atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional
dan daerah.
Fungsi dari pelabuhan laut ialah untuk berlabuhnya kapal, bertambatnya
kapal-kapal baik itu dari dalam maupun luar negeri, serta turun dan naiknya
penumpang
Pasal 4 ayat (2) PP 69 Tahun 2001 jo KM 53 Tahun 2002 Pasal 7 ayat (1)
menyatakan Pelabuhan menurut perannya antara lain:
a) Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya;
b) Pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional dan
internasional;
c) Tempat kegiatan alih moda transportasi;
d) Penunjang kegiatan industri dan perdagangan;
e) Tempat distribusi, konsolidasi dan produksi.
Sebagai terminal dari moda angkutan laut, pelabuhan laut mempunyai
kedudukan yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi dari suatu negara,
mengingat: 27
o Pelabuhan laut dapat menyediakan suatu akses langsung ke pasaran
dunia yang merupakan kesempatan baik bagi negara sedang
berkembang untuk berdagang dengan banyak negara tanpa biaya
perantara;
o Pelabuhan laut juga dapat merupakan sumber untuk mendapatkan mata
uang asing (devisa) melalui barang atau komoditi yang diekspor;
o Dengan adanya suatu pelabuhan laut yang besar, dapat menjamin
ketidaktergantungan ekonomi atau politik kepada negara lain; dan
o Kegiatan mengimpor barangbarang konsumsi, bahan baku dan modal
dari negara industri (negara maju) melalui pelabuhan laut.
BAB III
ANALISIS

3.1 Analisis Terminal

Untuk analisis terminal di ambil dalam peraturan Mentri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 40 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan
Penyelenggaraan Termianal Penumpang Angkutan Jalan.
3.2 Analisis Stasiun KA

Untuk analisis pelabuhan di ambil dalam peraturan Mentri no. 33 tahun


2011 Tentang jenis, kelas dan kegiatan di Stasiun Kereta Api.

Tata cara penetapan klasifikasi stasiun kereta api


Stasiun penumpang dikelompokkan dalam:
a. kelas besar;
b. kelas sedang; dan
c. kelas kecil.
Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:
a. fasilitas operasi;
b. jumlah jalur;
c. fasilitas penunjang;
d. frekuensi /alu lintas;
e. jumlah penumpang; dan
f. jumlah barang.
Kelas stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai
komponen.
Bobot yang diberikan untuk masing-masing kriteria sebagaimana
dimakusud da/am Pasal 14 ditentukan 100 angka kredit dengan
pembagian sebagai beikut :
a. fasilitas operasi maksimum 25 angka kredit;
b. jumlah jalur maksimum 20 angka kredit;
c. fasilitas penunjang maksimum 15 angka kredit;
d. frekuensi lalu lintas maksimum 15 angka kredit;
e. jumlah penumpang maksimum 20 angka kredit; dan
f. jumlah barang maksimum 5 angka kredit
Komponen fasilitas operasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. Peralatan Persinyalan;
b. Peralatan Telekomunikasi; dan
c. Instalasi Listrik.
Komponen jalur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(2) huruf b terdiri atas :
a. Lebih dari 10 jalur;
b. 6 sampai dengan 10 jalur; dan
c. Kurang dari 6 jalur.
Komponen fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf c terdiri atas :
a. Penunjang; dan
b. Penunjang khusus.
Komponen frekuensi lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan frekuensi pergerakan
kereta api per hari yang terdiri atas :
a. Kereta api berhenti; dan
b. Kereta api langsung.
Komponen jumlah penumpang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf e merupakan jumlah pergerakan
penumpang kereta api per hari yang terdiri atas :
a. Lebih dari 50.000;
b. 10.000 sampai dengan 50.000; dan
c. Kurang dari 10.000.
Komponen jumlah barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf f merupakan jumlah pergerakan barang dan bagasi kereta
api per hari yang terdiri atas :
a. Lebih dari 150 ton;
b. 100 sampai 150 ton; dan
c. Kurang dari 100 ton.
3.3 Analisis Bandara

Untuk analisis pelabuhan di ambil dalam Undang-undang no.1 tahun 2009


penerbangan.

Program keamanan penerbangan nasional sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 323 ayat (2) huruf b paling sedikit memuat:

a. peraturan keamanan penerbangan;

b. sasaran keamanan penerbangan;

c. personel keamanan penerbangan;

d. pembagian tanggung jawab keamanan penerbangan;

e. perlindungan bandar udara, pesawat udara, dan fasilitas navigasi penerbangan;


f. pengendalian dan penjaminan keamanan terhadap orang dan barang di pesawat
udara; g. penanggulangan tindakan melawan hukum;

h. penyesuaian sistem keamanan terhadap tingkat ancaman keamanan; serta

i. pengawasan keamanan penerbangan.

3.4 Analisis Pelabuhan


Untuk analisis pelabuhan di ambil dalam peraturan pemerintah no. 69 tahun
2001 Tentang Kepelabuhan.

Pelabuhan khusus nasional/internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal


5 ayat (3) huruf a ditetapkan dengan kriteria :

a. bobot kapal 3000 DWT atau lebih;

b. panjang dermaga 70 M' atau lebih;

c. kedalaman di depan dermaga - 5 M LWS atau lebih;


d. menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun (B3);

e. melayani kegiatan pelayanan lintas Propinsi dan Internasional.

Pelabuhan khusus regional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)


huruf b ditetapkan dengan kriteria :

a. bobot kapal lebih dari 1000 DWT dan kurang dari 3000 DWT;

b. panjang dermaga kurang dari 70 M', konstruksi beton/baja;

c. kedalaman di depan dermaga kurang dari - 5 M LWS;

d. tidak menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun (B3);

e. melayani kegiatan pelayanan lintas Kabupaten/Kota dalam satu propinsi.

Pelabuhan khusus lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
ditetapkan dengan kriteria :

a. bobot kapal kurang dari 1000 DWT;

b. panjang dermaga kurang dari 50 M' dengan konstruksi kayu;

c. kedalaman di depan dermaga kurang dari - 4 M LWS;

d. tidak menangani pelayanan barang berbahaya dan beracun (B3);

e. melayani kegiatan pelayanan lintas dalam satu Kabupaten/Kota.

Penetapan Lokasi Pelabuhan

Lokasi pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan


berdasarkan koordinat geografis. Dalam penetapan lokasi pelabuhan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), wajib memperhatikan aspek-aspek :
a. Tatanan Kepelabuhanan Nasional;

b. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang


Wilayah Propinsi;

c. kelayakan teknis;

d. kelayakan ekonomi;

e. pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial;

f. kelayakan lingkungan;

g. keterpaduan intra dan antar moda;

h. adanya aksesibilitas terhadap hinterland;

i. keamanan dan keselamatan pelayaran; dan

j. pertahanan dan keamanan negara.


2 BAB IV
KEBUTUHAN DATA

4.1 Terminal
Adapun data yang diperlukan untuk sistem transportasi terminal diambil
dalam praturan mentri perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132 tahun
2015 tentang Penyelenggaraan terminal penumpang angkutan jalan yaitu sebagai
berikut:
 Jenis Terminal
o Tipe A
o Tipe B
o Tipe C
 Kondisi
o Baik
o Buruk
o Sedang
 Jumlah Terminal
 Lokasi Terminal
 Luas Lahan
 Kapasitas
 Rute
 Jumlah Trayek
 Potensi dan Masalah
 Upaya Pengembangan dan penanganan
 Status Tanah/Lahan

4.2 Stasiun KA
Adapun data yang diperlukan untuk sistem transportasi terminal diambil
dalam praturan mentri perhubungan Republik Indonesia Nomor PM yaitu sebagai
berikut:
 Jalur Kereta Api
 Jalur
 Sempadan Rel Kereta Api
 Wilayah Aman KA
 Dimensi Rel Ka
 Penampang
 Stasiun
 Jenis
o Penumpang
o Barang(Gas, cair, padat)
 Kapasitas
 Fasilitas Pendukung
 Sistem transportasi lain
 Pos penjagaan
 Portal
 Potensi dan masalah
 Upaya pengembangan dan penanganan
 Status tana/lahan

4.3 Bandara

 Jalur penerbangan
 Sistem informasi penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 375
paling sedikit meliputi:
a. peraturan penerbangan sipil nasional;
b. target dan hasil pencapaian kinerja keselamatan penerbangan;
c. jumlah badan usaha angkutan udara nasional dan asing yang
beroperasi; d. jumlah dan rincian armada angkutan udara nasional;
d. rute dan kapasitas tersedia angkutan udara berjadwal domestik dan
internasional;
e. jenis pesawat yang dioperasikan pada rute penerbangan;
f. data lalu lintas angkutan udara di bandar udara umum;
g. tingkat ketepatan waktu jadwal pesawat udara;
h. tingkat pelayanan angkutan udara;
i. kelas dan status bandar udara;
j. fasilitas penunjang bandar udara; serta
k. hasil investigasi kecelakaan dan kejadian pesawat udara yang tidak
digolongkan informasi yang bersifat rahasia.

4.4 Pelabuhan

 Jalur Pelayaran

 Dermaga
 Pelabuhan
o Fasilitas
o Gudang
 Penyebrangan
 Trayek
 Asal penumpang dan barang
 Tujuan penumpang dan barang
 Jenis kapal
 Alur pelayaran
 Potensi dan masalah
 Upaya pengembangan dan penanganan
 Status tanah/lahan
 Rencana peruntukan lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a,
untuk penyediaan kegiatan :

1) fasilitas pokok, antara lain :

a. dermaga;
b. gudang lini 1;
c. lapangan penumpukan lini 1;
d. terminal penumpang;
e. terminal peti kemas;
f. terminal ro-ro;
g. fasilitas penampungan dan pengolahan limbah;
h. fasilitas bunker;
i. fasilitas pemadam kebakaran;
j. fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun (B3);
k. k) fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana
Bantu      Navigasi Pelayaran (SBNP).
2) fasilitas penunjang, antara lain :
a. a) kawasan perkantoran;
b) fasilitas pos dan telekomunikasi;
c) fasilitas pariwisata dan perhotelan;
d) instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi;
e) jaringan jalan dan rel kereta api;
f) jaringan air limbah, drainase dan sampah;
g) areal pengembangan pelabuhan;
h) tempat tunggu kendaraan bermotor;
i) kawasan perdagangan;
j) kawasan industri;
k) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, tempat rekreasi,
olahraga, jalur hijau dan kesehatan).

 Rencana peruntukan perairan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf


b, untuk penyediaan kegiatan:

1) fasilitas pokok, antara lain :


a) alur pelayaran;
b) perairan tempat labuh;
c) kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;
d) perairan tempat alih muat kapal;
e) perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang
berbahaya;
f) perairan untuk kegiatan karantina;
g) perairan alur penghubung intra pelabuhan;
h) perairan pandu;
i) perairan untuk kapal pemerintah.

2) fasilitas penunjang , antara lain:

a) perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;


b) perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan
kapal;
c) perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);
d) perairan tempat kapal mati;
e) perairan untuk keperluan darurat;
f) perairan untuk kegiatan rekreasi (wisata air).
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/33779/5/1602_chapter_I.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2997/3/2TA12303.pdf

Anda mungkin juga menyukai