Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

MODA TRANSPORTASI LAUT


DOSEN PENGAMPU : CHIRST ANDY V S,M.T

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


1. NURHALIZA(MICII7002)
2. ANDRE SUPRIADI(M1C117030)
3. DIANA NOVITA SUKMA(M1C117052)
4. MUHAMMAD GHUFRON(M1C117006)
5. ANTONIUS FRENGKY(M1C117054)
6. KENNY ARIEL L(M1C117024)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JAMBI

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang transportasi laut

Adapun makalah tentang transportasi laut ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah agama ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang agama ini


dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.

Jeuram, 15 Nopember 2014

Penyusu
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Transportasi laut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian


dunia dimana pengangkutan barang merupakan bagian terpenting dalam bisnis
transportasi laut dimana lebih dari tujuh miliar ton barang dikirim lewat jalur
laut setiap tahunnya. Bisnis pengangkutan ini mencapai puncaknya pada tahun
2005 [1]. Keefektifan terhadap operasional pelayaran akan menurunkan
biaya operasional yang memberikan dampak yang besar baik bagi konsumen
maupun penyedia layanan transportasi itu sendiri. Perlu diketahui bahwa
kontribusi transportasi laut menjadi semakin penting karena nilai biaya yang
dikeluarkan adalah paling kecil bila dibandingkan dengan biaya transportasi
darat ataupun udara. Selain itu efisiensi dalam proses transportasi dan distribusi
menjadi salah satu hal yang penting karena proporsi biaya transportasi bisa
mencapai 66 % dari keseluruhan biaya logistik.

Manajemen transportasi yang efektif sangat diperlukan dalam menentukan


prosedur suplai dan distribusi suatu produk. Perencanaan transportasi yang baik
secara langsung akan berdampak pada biaya total yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk mendistribusikan produk-produknya. Salah satu dampak tidak
langsung dari manajemen transportasi yang baik adalah diperolehnya
kepercayaan dari konsumen. Secara sederhana untuk mengurangi biaya total
yang diakibatkan oleh transportasi dapat dicapai dengan mengoptimalkan rute
yang ditempuh oleh tiap kendaraan dengan cara memilih rute yang memiliki
jarak terpendek. Karakteristik permasalahan dalam transportasi ini
dikategorikan kedalam vehicle routing problem (VRP).

Sedangkan permasalahan dalam integrasi penentuan rute dan ketersediaan stok


dikenal dengan nama IRP (Inventory Routing Problem). Moin dan Salhi [2]
dalam makalahnya mengatakan bahwa IRP dapat dikatakan sebagai
pengembangan dari VRP dimana jika pada VRP jumlah produk yang
didistribusikan tergantung dari order yang dilakukan oleh konsumen dalam satu
periode sedangkan dalam IRP distribusi dari produk dikontrol dan ditentukan
oleh
penyuplai dengan suatu input yang diperoleh dari konsumen. Dalam hal ini
keputusan yang diambil tidak hanya didasarkan pada penentuan rute tetapi
keputusan juga didasarkan untuk menjawab pertanyaan pada berapa banyak dan
kapan produk tersebut didistribusikan dengan harapan bahwa konsumen
tidak akan mengalami kekurangan stok akan produk. Dengan kata lain IRP
dapat dikatakan sebagai medium term problem sedangkan VRP dikategorikan
sebagai short term problem.

Pada awal kemunculannya VRP maupun IRP lebih banyak diaplikasikan untuk
memecahkan masalah pada bidang transportasi darat. Namun masalah VRP
maupun IRP juga dapat dijumpai pada transportasi laut yang mana kapal
digunakan sebagai sarana angkut. Ronen[3] mengkategorikan permasalahan ini
dengan nama marine inventory routing problem. Permasalahan VRP memiliki
pembagian beberapa kategori diantaranya: split and delivery, multiple trips,
multiple product and multiple compartement. Split and delivery VRP memiliki
karakteristik bahwa satu konsumen dapat disuplai oleh beberapa atau lebih dari
satu buah vehicle (kendaraan). VRP dengan multiple trips memiliki
karakteristik bahwa sebuah kendaraan memungkinkan untuk menempuh lebih
dari satu rute dalam satu periode operasinya.Sedangkan pada multiple produk &
compartemen adalah jika beberapa produk dapat diangkut oleh sebuah
kendaraan yang memiliki beberapa kompartemen untuk memisahkan masing-
masing produk dari ketercampuran. Jika melihat dari karakteristik kendaraan
yang digunakan secara umum dapat dibedakan menjadi kendaraan homogenous
dan heterogeneous fleet dimana keduanya memiliki perbedaan pada kapasitas.
BAB I

PENDAHAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000 pulau
dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat
keempat dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta jiwa).
Tanpa sarana transportasi laut yang memadai maka akan sulit untuk
menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand)
akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-
ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional,
regional, dan lokal.

Sarana transportasi yang ada di laut memegang peranan vital dalam aspek
sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang
lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila
sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mesti nya sehingga
transportasi dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai
wilayah di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas, maka permasalahan


yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:

1. Pengertian transportasi laut

2. Karakteristik dan keunggulan transportasi laut

3. Sejarah transportasi laut

4. Demand transpotasi laut

5. Sarana dan prasarana transportasi laut

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetaui secara umum tentang karakteristik dari transportasi laut


secara keseluruhan dan mendalami nya.

2. Untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan transportasi laut


di Indonesiaa saat ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TRANSPORTASI LAUT


Pengertian transportasi laut menurut kamus bahasa indonesia mendefinisikan
kapal sebagai kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut. Sedangkan
di dalam UU palayaran kapal di definisikan sebagai kendaraan air dengan
bentuk dan jenis tertentu yang di gerakakan dengan tenaga angin, tenaga
mekanik dan tenaga energi lainnya termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan di bawah permukaan air dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.

B. KARAKTERISTIK UTAMA

Perairan pedalaman mempunyai empat karakteristik utama:

1. Perairan pedalaman merupakan koridor yang mencakup beberapa wilayah


kabupaten/kota bahkan propinsi, sehingga langkah yang diambil oleh daerah
yang satu dengan daerah lainnya harus terkoordinasi dengan baik.

2. Terminal/dermaga dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan


penumpang atau barang untuk selanjutnya dengan moda jalan disalurkan
dengan tujuan akhir.

3. Rute yang dilalui biasanya tunggal, kecuali bila dari satu sungai dengan
sungai lainnya terhubungkan dengan Anjir seperti yang terdapat di Kalimantan
Tengah dengan Kalimantan Selatan.

4. Pengendalian navigasi perlu dikendalikan bila lintas alur pelayaran


pedalaman ini digunakan untuk berbagai keperluan, angkutan barang,
penumpang dan wisata.

Untuk mendapatkan suatu sistem tranportasi perairan pedalaman yang baik,


perlu dilakukan perawatan, pengendalian dan pengaturan dan bila diperlukan
dengan menetapkan tarip untuk penggunaan alur pelayaran seperti yang
dilakukan di Ambang Barito.

a) Keunggulan
Secara teknis, karakteristik angkutan perairan daratan memberikan keunggulan
kepada moda tersebut untuk bersaing dengan moda lain. Keungggulan-
keunggulan penggunaan angkutan di perairan daratan tersebut antara lain:

1. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk


transportasi, maka tidak perlu dibangun infrastruktur baru selain dermaga
bongkar muat karena telah tersedia secara alami.

2. Infrastruktur sungai hanya perlu di pelihara dengan biaya yang murah


sehingga kapasitas infrastruktur umum nya akan mencukupi.

3. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area) di


mana konstruksi jalan belum atau mahal untuk di bangun.

4. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi di bandingkan angkutan


jalan dari aspek kecepatannya yang rendah, terutama bila di lengkapi dengan
peralatan keselamatan yang memadai.

5. Amat cocok untuk angkutan wisata, seperti yang sudah mulai di


kembangkan di sungai-sungai besar Kalimantan maupun di sungai Musi.

6. Mampu mengangkut dengan volume besar, sepanjang kedalaman dan


lebar alur sesuai dengan kapal yang di gunakan.

7. Penggunaan bahan bakar lebih efisien, walaupun semakin tinggi kecepatan


kapal penggunaan bahan bakar akan meningkat secara eksponensial, sehingga
angkutan perairan lebih sesuai untuk barang dengan nilai rendah dan volume
besar.

b) Kelemahan

Pada sisi lain karakteristik angkutan perairan juga mempunyai kelemahan


antara lain:

1. Mempunyai hambatan alam (tergantung pada kedalaman dan kelebaran


alur).

2. Rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai.

3. Kecepatan relatif lebih rendah.

4. Tingkat reliabilitas kurang terjaga.


5. Kurang fleksibel karena jangkauan daerah (catchment area) yang kecil di
sepanjang aliran alur saja.

6. Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan.

7. Ada kecenderungan angkutan untuk over capacity.

8. Investasi tinggi untuk kapal baru.

9. Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang.

10. Peran yang kecil (modal share) pada sistem transportasi.

11. Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana
bantu navigasi yang terbatas.

Angkutan perairan daratan bisa berkembang bila ada faktor-faktor lain yang
mendukung, seperti:

1. Kemacetan di jalan raya.

2. Disediakan fasilitas pergudangan di atas air (gudang yang mengambang).

3. Efisiensi angkutan perairan daratan ditingkatkan.

4. Terjadi peningkatan biaya pada transportasi jalan raya.

C. SEJARAH TRANSPORTASI LAUT INDONESIA

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 1800
pulau. Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat, sehingga untuk
menghubungkan antara pulau satu dengan yang lainnya dibutuhkan sarana
tranportasi yang memadai.

Kapal laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara
masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini juga
menyebabkan bahwa bangsa indonesia mendapat julukan sebagai bangsa pelaut,
karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah Nusantara.

http://3.bp.blogspot.com/-
yzTChBFiFlc/TvnCGdVLgWI/AAAAAAAADlI/dMLcCWo8fAY/s400/perahu
+pinisi+makassar.jpg

Perahu Pinisi Makassar


Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah memanfaatkan
kapal-kapal sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti yang
tergambar pada relief-relief Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik
yang telah mampu berlayar sampai ke Pulau madagaskar (Afrika). Juga
pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi
Selatan.

Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang


sangat pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah
bangsa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan
pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern.

D. DEMAND TRANPORTASI LAUT DI INDONESIA

Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu daerah dengan daerah
lainnya memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan barang untuk dapat
memenuhi kebutuhan manusia. Sementara adanya perpindahan atau pergerakan
(movement) dari penumpang dan barang merupakan dasar terjadinya
perdagangan. Adannya bisnis perdagangan baik di dalam maupun luar negeri
(Export & Import) mempengaruhi permintaan jasa angkutan laut di Indonesia
karena angkutan laut menjadi pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia
dalam melakukan aktivitas pengiriman barang.

Produksi angkutan laut Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan,


seiring meningkatnya produksi laut Indonesia maka jumlah muatan yang
tersedia untuk angkutan laut juga semakin bertambah setiap tahunnya, seperti
terlihat pada grafik berikut ini:

http://2.bp.blogspot.com/-J5bim-
rXexw/T1n74JmPnhI/AAAAAAAAAEA/dbRU5F1AbbM/s400/7.jpg
Gambar 1 Jumlah Produksi Angkutan Laut Indonesia

Seperti terlihat pada grafik tersebut setiap tahunnya produksi angkutan laut
Indonesia terus meningkat baik untuk di dalam negeri maupun di luar negeri,
dengan produksi angkutan laut yang meningkat jumlah muatan yang tersedia
untuk angkutan laut juga meningkat pada setiap tahunnya pada akhir tahun 2009
jumlah total muatan yang tersedia mencapai 836,668,838 ton. Pertumbuhan
produksi angkutan laut Indonesia, seperti tampat pada grafik 2 dibawah ini:

http://4.bp.blogspot.com/-J7s5jhu7nQI/T1n7-8QwFFI/AAAAAAAAAEI/5HM-
SrYdLuQ/s400/8.jpg

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Produksi Angkutan Laut Indonesia

Meskipun sempat turun pada tahun 2006 – 2008 karena krisis ekonomi yang
terjadi di dunia, namun tidak sampai minus (-) dan pada akhirnya pertumbuhan
produksi angkutan laut Indonesia kembali naik pada tahun 2009 seiring
membaiknya perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan mencapai
7.43%. Permintaan akan jasa transportasi laut tidak hanya terbatas pada
pengiriman barang tetapi juga pada jasa penyeberangan penumpang. Mengingat
indonesia adalah negara kepulauan yang wilayah daratannya dipisahkan oleh
wilayah lautan yang luas, maka dibutuhkan jasa penyeberangan dengan
angkutan laut. Permintaan akan jasa penyeberangan dengan transportasi laut
bisa dikatakan sangat tinggi, terlihat dengan banyaknya jumlah penumpang
pada setiap tahunnya.

http://1.bp.blogspot.com/--
9DZfDw23CU/T1n8Cwy0ECI/AAAAAAAAAEQ/dWr_-Dz8vGk/s400/9.jpg

Gambar 3. Jumlah Penumpang Transportasi Laut di Indonesia

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan (demand) akan


transportasi laut. Faktor-faktor tersebut, antara lain:

a. Faktor Ekonomi

Ø Perkembangan GDP (Gross Domestik Product) suatu negara.

Ø Kondisi perdagangan di dalam dan luar negeri.


Ø Kebijakan ekonomi (tarif pajak, bunga dll) yang dikeluarkan.

Ø Struktur ekonomi.

b. Faktor Politik

Ø Terjadinya peperangan.

Ø Adannya aliansi politik (MEC, APEC, ASEAN dll).

Ø Preference terhadap negara tertentu.

c. Faktor Teknologi

Ø Teknologi transportasi laut.

Ø Teknologi telekomunikasi.

http://1.bp.blogspot.com/-
Un9dpmcPz_E/TvnCRfxnlWI/AAAAAAAADlU/CXIkyTyK7os/s400/relief+pe
rahu+bercadik+borobudur.jpg

Relief Perahu Bercadik Di Candi Borobudur

Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal.


Kemudian bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan
membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT.
Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT. PELNI). Industri kapal Indonesia
dimotori oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN.
Pendiri perusahaan kapal ini telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa
pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini
dimunculkan oleh Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Nama
perusahan itu adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie.

Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud di
daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 1893 pemerintah Hindia Belanda
mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi sebagai
sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan
jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan
perbaikan kapal-kapal angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan
Kaigun. Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda
dan baru diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat
itu nama perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran Angkatan
Laut (PAL).

Pada athun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum)
PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL
diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (saat itu
menjabat sebagai menristek). PT. PAL memproduksi berbagai jenis kapal,
mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat, tanker, kapal
penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan PT. PAL adalah kapal Baruna
Jaya VIII milik LIPI.

Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang


trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas
infrastruktur yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal pengangkut
barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-
dermaga. hal itu bertujuan untuk lebih memperlancar lalu lintas antar pulau,
meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia.

E. SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI LAUT

a) Sarana Transportasi laut

Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai


dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup
besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah
inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil.
Berabad-abad lamanya kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai
atau lautan.

Feri, adalah sebuah sebuah kapal transportasi jarak dekat.Feri mempunyai


peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai,
membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil
dibandingkan jembatan atau terowong.

b) Prasarana Transportasi Laut


Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai atau danau untuk
menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk
memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan
gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak
swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas
penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang.

Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal


laut. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya
kapal-kapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan.

Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu: Pelabuhan Perikanan Pantai,


Pelabuhan Perikanan Nusantara, dan Pelabuhan Perikanan Samudera.

Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi :

1. Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)

2. Perlindungan dari angin, ombak, dan petir

3. Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk

4. Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk memperbaiki


dan membuat kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa yacht, armada militer,
cruisine line, pesawat barang atau penumpang.

F. PENGARUH SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI LAUT

Transportasi yaitu perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan


menggunakan alat pengangkutan. Kelancaran proses transportasi dipengaruhi
oleh kondisi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Jalan dan jembatan
termasuk sebagai suatu prasarana pasif yang yang mendukung lancarnya
transportasi di suatu daerah. Daerah pedesaan, masih sangat terbatas dalam
ketersediaan maupun kelancaran sarana dan prasarana transportasinya.

Pada dasarnya, transportasi merupakan suatu tolak ukur interaksi keruangan


antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses
perkembangan suatu wilayah. Selain itu, transportasi juga berperan menunjang
keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat, tak terkecuali di daerah pedesaan.Sarana dan prasarana transportasi
memiliki beberapa dampak yang secara langsung maupun tidak langsung dalam
masyarakat.

BAB III

PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

1. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand)


akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya.

2. Sarana transportasi yang ada di laut memegang peranan vital dalam aspek
sosial ekonomi melalui fungsi di stribusi antara daerah satu dengan daerah yang
lain.

3. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai atau danau


untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya.

2.2 SARAN

1. Untuk memajukan transportasi berbagai moda di Indonesia, pemerintah


harus menaruh perhatian besar pada pembangunan infrastruktur pelabuhan.
Selain itu yang tak kalah penting adalah terus berupaya meningkatkan
pelayanan dan pemeliharaan infrastruktur-infrastruktur tersebut.

2. Selain membangun berbagai infrastruktur trasnportasi, pemerintah kiranya


perlu untuk selalu menyediakan transportasi yang murah dan terjangkau bagi
masyarakat masyarakat kurang mampu.
A. Keunggulan

Secara teknis, karakteristik angkutan perairan daratan memberikan keunggulan


kepada moda tersebut untuk bersaing dengan moda lain. Keungggulan-
keunggulan penggunaan angkutan di perairan daratan tersebut antara lain:

1. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk


transportasi, maka tidak perlu dibangun infrastruktur baru selain dermaga
bongkar muat karena telah tersedia secara alami. Di India, dengan panjang jalur
transportasi yang sama, biaya untuk mengembangkan angkutan perairan daratan
hanya sekitar 5% hingga 10% dari biaya mengembangkan jalan tol 4 lajur
ataupun membangun jaringan kereta api.

2. Infrastruktur sungai hanya perlu dipelihara dengan biaya yang murah


sehingga kapasitas infrastruktur umumnya akan mencukupi. Di India, dengan
panjang jalur transportasi yang sama, biaya pemeliharaan angkutan perairan
daratan hanya sekitar 20% dari biaya pemeliharaan jalan;

3. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area)


dimana konstruksi jalan belum atau mahal untuk dibangun;

4. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan angkutan


jalan dari aspek kecepatannya yang rendah, terutama bila dilengkapi dengan
peralatan keselamatan yang memadai;

5. Amat cocok untuk angkutan wisata, seperti yang sudah mulai


dikembangkan di sungai-sungai besar Kalimantan maupun di sungai Musi ;

6. Mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut dalam ke


perairan daratan dan sebaliknya.

7. Mampu mengangkut dengan volume besar, sepanjang kedalaman dan


lebar alur sesuai dengan kapal yang digunakan;

8. Penggunaan bahan bakar lebih efisien, walaupun semakin tinggi kecepatan


kapal penggunaan bahan bakar akan meningkat secara eksponensial, sehingga
angkutan perairan lebih sesuai untuk barang dengan nilai rendah dan volume
besar;

http://upload.wikimedia.org/wikibooks/id/thumb/4/45/Konsumsibahanbakar.jpg
/300px-Konsumsibahanbakar.jpg
Hubungan antara konsumsi bahan bakar dengan kecepatan kapal jarak tempuh
untuk mengangkut satu ton muatan dengan konsumsi bahan bakar yang sama

B. Kelemahan

Pada sisi lain, karakteristik angkutan perairan daratan juga mempunyai


kelemahan antara lain:

· Mempunyai hambatan alam (tergantung pada kedalaman dan kelebaran


alur);

· Fluktuasi air pada musim kemarau;

· Pada musim hujan terkadang terjadi banjir;

· Rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai;

· Kecepatan relatif lebih rendah;

· Tingkat reliabilitas kurang terjaga;

· Kurang fleksibel karena jangkauan daerah (catchment area) yang kecil di


sepanjang aliran alur saja;

· Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan;

· Ada kecenderungan angkutan untuk over capacity;

· Investasi tinggi untuk kapal baru;

· Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang;

· Budaya yang konservatif dan tradisional pada operasional penyediaan


jasa angkutan perairan daratan;

· Peran yang kecil (modal share) pada sistem transportasi; dan

· Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan
sarana bantu navigasi yang terbatas.

B. SEJARAH TRANSPORTASI LAUT


Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir merupakan bangsa yang pertama
kali menggunakan kapal sebagai alat untuk perniagaan sekitar tahun 6000 SM.
Pada waktu itu Mesir memperdagangkan gandumnya ke kawasan Libanon yang
menghasilkan tekstil untuk bahan pakaian.

Bangsa Punisia merupakan pelaut-pelaut yang berani pada zaman dahulu.


Mereka mendiami daerah pantai diantara pegununganLibanon dan laut Tengah.
Bangsa ini telah menjelajahi seluruh seluruh pelosok laut tengah dengan kapal-
kapalnya. Bahkan mereka telah berhasil menelusuri pantai hingga ke tanah
Inggris. Kapal-kapal bangsa Punisia disebut Galley. Yang dibuat dari kayu
sejenis pohon cemara, memakai tenaga layar sertabeberapa orang pendayung.
Kapal jenis ini pada waktu itu berlayar sangat cepat serta lebih mudah dari
kapal layar biasa. Pada kedua sisi kapal, terdapat sederetan tempat duduk bagi
para pendayung. Bangsa Punisia terkenal sangat berani melakukan pelayaran ke
negara-negara lain sehingga perdagangan sangat ramai dan juga penyebaran
ilmu.

Pada abad ke 5 lalu lintas laut tengah sudah sangat maju. Pada waktu itu
ditemukan layar sejenis lateen yang berbentuk segitiga. Memasangnya
membujur sepanjang tubuh kapal. Sebelum penemuan penemuan layar bentuk
lateen, layar berbentuk segi empat, dipasang melintang terhadap tubuh kapal.
Tanpa menggunakan navigasi pelaut-pelaut zaman dahulu telah berani
mengarungi lautan, salah satu pedoman yang mereka gunakan hanyalah garis
pantai, disamping tanda pengenal tertentu yang nampak dari lautan.

Bukti tertua mengenai penggunaan kapal di Nusantara ditemukan di situs


kerajaan Sriwijaya di daerah Palembang, namun sangat tidak lengkap. Indikasi
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sudah menggunakan kapal sebagai
sarana transportasi baik untuk kepentingan militer maupun untuk kepentingan
ekonomi ditemukan pada relief candi Borobudur yang dibangun pada abad IX
Masehi. Kapal yang dipahatkan di candi tersebut mempunyai kesamaan dengan
kapal jenis kora-kora sebagaimana yang telah digambarkan oleh orang-orang
Eropa pada saat pertama kali datang ke Indonesia. Lambung kapal Borobudur
memiliki sepasang penggandung (outrigger) yang terapung dan berfungsi
sebagai penyeimbang serta tempat para pendayung. Kapal Borobudur memiliki
dua tiang layar berkaki tiga untuk mengibarkan layar empat persegi yang pada
kapal-kapal Yunani kuno disebut sebagai artemon
Seiring perkembangan zaman kapal pun mengalami perkembangan yang
kemudian dibedakan dalam beberapa jenis kapal diantaranya.

1. Kapal layar

Kapal layar adalah sebuah kapal besar yang bergerak dengan menggunakan
layar yang memanfaatkan tenaga angin sebagai pendorongnya. Konstruksi
Kapal ini umumnya terbuat dari kayu dan cukup lama digunakan sebagai tulang
pungung pelayaran baik bersifat sipil maupun militer sampai penemuan mesin
uap dan kapal besi/baja pada abad ke 19 seiring dengan ramainya Revolusi
Industri yang dipelopori oleh Inggris melalui penemuan mesin uap oleh James
Watt. Kapal layar ini akan berkecepatan tinggi apabila semakin kencang angin
yang berhembus. Tapi apabila ada badai , layar dari kapal tersebut pun mungkin
bisa sobek karena tidak kuat menahan kuatnya angin. Pada awalnya, kapal layar
digerakkan oleh tenaga manusia dan layar. Model dari kapal jenis ini dapat
dilihat pada kapal viking, kapal Mesir Kuno, kapal Romawi Kuno, dan kapal
yang dipakai oleh para penjelajah pulau atau kapal perompak (bajak laut). Pada
masa kini umumnya kapal layar dilengkapi dengan mesin tempel untuk
menghadapi kemungkinan tidak bertiupnya angin pada daerah daerah tertentu
agar tetap melanjutkan perjalanannya. Seiring dengan perkembangan, maka
digunakan kapal layar bercadik seperti yang dijumpai di Indonesia, Kapal
dengan menggunakan layar segitiga seperti yang dijumpai di Timur Tengah dan
Kapal layar segi empat yang digunakan oleh Bangsa bangsa Eropa menjelang
memasuki abad penjelajahan, Serta kapal layar lipat dengan model yang
dijumpai di Jepang ataupun China. Sedangkan kapal layar tradisional bangsa
Mesir dibuat sekitar tahun 3500 SM pada era Kerajaan Lama. Kapal ini
digunakan untuk mengarungi Sungai Nil.

2. Kapal Uap

Setelah pembuatan kapal layar makin berkembang dan kebutuhan berlayar yang
lebih cepat mulai dirasakan, kapal uap kemudian menjadi primadona
transportasi baru. Kapal uap atau yang disebut juga sebagai a steamer, adalah
kapal yang digerakkan dengan tenaga uap yang menggerakkan propeler ataupun
roda kayuh. Kapal uap atau Steamships disingkat menjadi SS, S.S. atau S/S.
Kapal uap mulai digunakan setelah ditemukannya mesin uap di Inggris oleh
James Watt yang memunculkan revolusi industri yang juga merupakan revolusi
bahan bakar sebab pada masa itu mulai digunakan batu bara dengan skala yang
lebih luas menggantikan kayu bakar. Pada pelayaran, ditemukan oleh John Fitch
pada tahun 1787 dengan melayari Sungai Delaware, Amerika Serikat, kemudian
Robert Fulton pada 1802. Cara kerja mesin uap pada kapal tersebut adalah
dengan mengandalkan mesin uap yang menggerakkan roda kayuh yang ada di
buritan. Gerakan roda tersebut menyebabkan kapal bisa terdorong dengan lebih
kencang.

Awalnya dulu, kapal mesin uap digunakan di sepanjang rute sungai untuk
mengangkat barang-barang perdagangan, lalu mulai dipakai untuk mengangkut
penumpang juga. Sedangkan kapal uap yang ukurannya lebih besar lagi dan
digunakan khusus untuk mengangkut penumpang, disebut kapal
samudra.Umumnya kapal tersebut memang digunakan untuk mengarungi
samudra dan dengan konsep yang lebih mewah. Hingga saat ini, sejumlah kapal
uap masih digunakan di beberapa negara untuk kepentingan wisata. Kegunaan
kapal uap adalah untuk membawa barang dagangan sepanjang rute sungai.
Namun, lama-lama berkembang untuk transportasi penumpang. Seiring
berjalannya waktu, kapal uap tidak hanya digunakan sepanjang rute sungai, tapi
juga sepanjang lautan yang luas.

3. Kapal Diesel

Perkembangan dunia perkapalan semakin pesat. Segala inovasi baru


bermunculan untuk meningkatkan mutu pelayaran. Tahun 1892, Rudolf Diesel
mendapat hak paten atas ciptaannya, mesin diesel. Beberapa tahun kemudian,
mesin diesel mulai merambat ke dunia perkapalan. Kapal tanker dari Rusia
bernama Vandal menandai lahirnya era baru dalam industri perkapalan. Vandal
merupakan kapal laut pertama yang menggunakan mesin diesel sebagai
penggerak utamanya. Perjalanan perdana Vandal dimulai di perairan Volga-
Baltic dan mesin diesel yang dipakai untuk pembuatan kapal menjadi tren baru
di industri perkapalan. Tahun 1920-an, USS Tennesse menjadi kapal pertama
yang menggunakan mesin turbin elektrik. Mesin turbin elektrik kelak akan
digunakan seterusnya sebagai mesin utama dalam pembuatan kapal. Hampir
semua kapal perang bertenaga uap langsung di tiadakan, dan diganti dengan
kapal bermesin diesel yang memiliki banyak keuntungan.

Tahun 1930, lahirlah tiga kapal tempur kelas pocket battleship dari galangan
kapal Jerman. Sekedar informasi, pocket battleship adalah jenis kapal perang
(battleship) yang berat tonasenya tidak melampaui standar berat tonase
battleship (sekitar 40.000-an ton). Biasanya, pocket battleship memiliki bobot
yang ringan, ada yang dibawah 10.000 ton tetapi ada juga yang tepat atau justru
kelebihan walaupun sedikit.

4. Kapal Selam

Kapal selam adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air, umumnya
digunakan untuk tujuan dan kepentingan militer. Sebagian besar Angkatan Laut
memiliki dan mengoperasikan kapal selam sekalipun jumlah dan populasinya di
masing-masing negara berbeda. Selain digunakan untuk kepentingan militer,
kapal selam juga digunakan untuk keperluan ilmu pengetahuan laut dan air
tawar dan untuk bertugas di kedalaman yang tidak sesuai untuk penyelaman
oleh manusia. Sejarah perancangan kapal selam dimulai pada tahun 1578 oleh
seorang ahli matematika bernama William Bourne. Ia merancang sebuah kapal
yang dilapisi oleh kulit yang kedap air, namun hal tersebut tidak dapat
diwujudkan. Kemudian pada tahun 1620, seorang warga Jerman bernama
Cornelis Drebbel, membuat kapal yang berhasil menyelam sedalam 360 sampai
450 cm dengan didayung oleh 12 orang. Seorang pastor Italia bernama
Giovanni Alfonso Borelli pada tahun 1680 juga merancang kapal selam yang
digerakkan dengan dayung dan memakai kantung-kantung pengapung dari kulit
kambing. Namun rancangan itu tetap tinggal di atas kertas, dan baru terwujud
ketika orang Inggris, Nethaniel Symons mengkopinya tahun 1747 dan menguji
perahunya di Sungai Themes. Kapal ini mampu bertahan di dalam air selama 45
menit. Kapal selam sederhana tanpa dayung serta peralatan yang lebih maju
dimulai oleh David Bushnell pada tahun 1775. Kapal selam ciptaannya
berbentuk seperti telur, terbuat dari kayu. Kapal selam dengan penggerak bukan
manusia dimulai oleh Robert Fulton. Ia menggunakan mesin uap untuk
menjalankan kapalnya dan untuk memudahkan kapal meluncur maju, kapal ini
dibuat dengan bentuk cerutu. Kapal cerutu ini membawa 2 awak kapal dan
sudah mampu menyelam selama beberapa jam. Pada tahun 1954, Angkatan
Laut Amerika Serikat membuat sejarah baru dengan meluncurkan kapal selam
pertama bertenaga nuklir bernama Nautilus. Nautilus pun menjadi kapal selam
pertama yang berhasil melintasi Kutub Utara pada tahun 1958. Prestasi lain
diukir oleh kapal selam Triton yang berhasil mengarungi seluruh lautan di dunia
pada tahun 1960. Kapal ini mampu melintasi jarak sejauh 66.970 km dalam
waktu 84 hari saja. Bukan cuma itu, pada tahun 1960 AS juga telah mulai
melengkapi kapal-kapal selam mereka dengan peluru kendali (rudal) antar
benua yang bisa melewati 1.930 km dan menghancurkan sasaran yang dituju.
C. DEMAND/ PENUMPANG TRANSPORTASI LAUT

http://3.bp.blogspot.com/-DkNB5Bp8U_Y/T1ivYQxb-
oI/AAAAAAAAABw/DqJ6eYIULGc/s760/StVincent-cruise-ship.jpg

Demand & Supply Transportasi Laut Indonesia

Indonesia merupukan negara kepulauan yang wilayah daratannya di


pisahkan oleh wilayah perairan yang sangat luas, sehingga peran transportasi
laut sangatlah penting dalam menghubungkan semua wilayah di Indonesia.
Fungsi transportasi laut pada dasarnya adalah untuk mengangkut penumpang
atau barang dari satu tempat ke tempat lain yang dipisahkan oleh wilayah
perairan. Dengan adannya transportasi laut maka dapat membantu terciptanya
pola distribusi nasional. Namun, untuk dapat mewujudkan hal tersebut
diperlukan suatu sistem transprortsi laut yang efektif, efisien dan aman.

Perpindahan atau pergerakan (movement) dari penumpang dan barang


merupakan dasar terjadinya perdagangan. Melalui sarana tranportasi laut, bahan
baku maupun barang hasil produksi dari satu daerah dapat dipasarkan ke daerah
lain. Indonesia, sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, sangat
membutuhkan angkutan laut yang dapat menjangkau seluruh wilayahnya.

Demand Tranportasi Laut di Indonesia


Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu daerah dengan
daerah lainnya memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan barang untuk
dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sementara adanya perpindahan atau
pergerakan (movement) dari penumpang dan barang merupakan dasar
terjadinya perdagangan. Adannya bisnis perdagangan baik di dalam maupun
luar negeri (Export & Import) mempengaruhi permintaan jasa angkutan laut di
Indonesia karena angkutan laut menjadi pilihan sebagian besar masyarakat
Indonesia dalam melakukan aktivitas pengiriman barang.

Produksi angkutan laut Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan,


seiring meningkatnya produksi laut Indonesia maka jumlah mutan yang tersedia
untuk angkutan laut juga semakin bertambah setiap tahunnya, seperti terlihat
pada grafik berikut ini:

http://2.bp.blogspot.com/-J5bim-
rXexw/T1n74JmPnhI/AAAAAAAAAEA/dbRU5F1AbbM/s400/7.jpg

Gambar 1 Jumlah Produksi Angkutan Laut Indonesia (Source: Direktorat


Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)

Seperti terlihat pada grafik tersebut setiap tahunnya produksi angkutan laut
Indonesia terus meningkat baik untuk di dalam negeri maupun di luar negeri,
dengan produksi angkutan laut yang meningkat jumlah muatan yang tersedia
untuk angkutan laut juga meningkat pada setiap tahunnya pada akhir tahun 2009
jumlah total muatan yang tersedia mencapai 836,668,838 ton. Pertumbuhan
produksi angkutan laut Indonesia, seperti tampat pada grafik 2 dibawah ini:

http://4.bp.blogspot.com/-J7s5jhu7nQI/T1n7-8QwFFI/AAAAAAAAAEI/5HM-
SrYdLuQ/s400/8.jpg

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Produksi Angkutan Laut Indonesia (Source:


Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)

Meskipun sempat turun pada tahun 2006 – 2008 karena krisis ekonomi
yang terjadi di dunia, namun tidak sampai minus (-) dan pada akhirnya
pertumbuhan produksi angkutan laut Indonesia kembali naik pada tahun 2009
seiring membaiknya perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan
mencapai 7.43%. Permintaan akan jasa transportasi laut tidak hanya terbatas
pada pengiriman barang tetapi juga pada jasa penyeberangan penumpang.
Mengingat indonesia adalah negara kepulauan yang wilayah daratannya
dipisahkan oleh wilayah lautan yang luas, maka dibutuhkan jasa penyeberangan
dengan angkutan laut. Permintaan akan jasa penyeberangan dengan transportasi
laut bisa dikatakan sangat tinggi, terlihat dengan banyaknya jumlah penumpang
pada setiap tahunnya.

http://1.bp.blogspot.com/--
9DZfDw23CU/T1n8Cwy0ECI/AAAAAAAAAEQ/dWr_-Dz8vGk/s400/9.jpg

Gambar 3. Jumlah Penumpang Transportasi Laut di Indonesia (Source:


Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan (demand) akan


transportasi laut. Faktor-faktor tersebut, antara lain:

a. Faktor Ekonomi

- Perkembangan GDP (Gross Domestik Product) suatu negara.

- Kondisi perdagangan di dalam dan luar negeri.

- Kebijakan ekonomi (tarif pajak, bunga dll) yang dikeluarkan.

- Struktur ekonomi.

b. Faktor Politik

- Terjadinya peperangan.

- Adannya aliansi politik (MEC, APEC, ASEAN dll).

- Preference terhadap negara tertentu.

c. Faktor Teknologi

- Teknologi transportasi laut

- Teknologi telekomunikasi.
Supply Transportasi Laut di Indonesia

Untuk memenuhi permintaan akan jasa angkutan laut yang sangat tinggi
maka diperlukan armada kapal dengan jumlah yang sangat banyak. Armada
kapal yang saat ini beroperasi di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri
dari armada nasional dan armada asing. Kedua armada kapal tersebut bersaing
untuk bisa mendapatkan muatan dengan tujuan pasar dalam negeri maupun luar
negeri (export-import). Sejalan dengan tingginya permintaan akan jasa
transportasi laut jumlah kapal yang beroperasi di Indonesia setiap tahunnya
mengalami kenaikan, seperti terlihat pada grafik 4 sebagai berikut:

http://2.bp.blogspot.com/-
uhNYsoxdqs0/T1n7XZ2DxmI/AAAAAAAAADg/Ci3wvYpQot0/s400/10.jpg

Gambar 4. Jumlah Armada Kapal di Indonesia (Source: Direktorat Jenderal


Perhubungan Laut, Desember 2009)

Dengan jumlah armada kapal nasional sebesar 9.164 unit kapal pada tahun
2009, kapasitas angkut yang mampu disediakan untuk memenuhi permintaan
adalah sebesar 3.86 juta GRT. Jumlah tersebut masih akan terus bertambah
mengikuti kenaikan jumlah permintaan jasa angkutan di Indonesia.

http://1.bp.blogspot.com/-
W3UjgWPbhTM/T1n7i1JUYnI/AAAAAAAAADo/mV3ypZhGceA/s400/11.jp
g

Grafik 5. Jumlah Kapasitas Angkut Armada Nasional (Source: Direktorat


Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)

Sebelum tahun 2005 jumlah armada asing yang beroperasi di Indonesia


adalah 2,447 unit kapal atau sekitar 30% dari total jumlah armada kapal yang
beropersi di Indonesia. Pada tahun 2005 presiden mengeluarkan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 5/2005 tentang Industri Pelayaran, adanya Inpres
tersebut sedikit demi sedikit telah membangkitkan industri pelayaran di
Indonesia. Pelan namun pasti armada kapal nasioanal setiap tahun jumlahnya
semakin bertambah sedangkan sebaliknya armada kapal asing semakin menurun
jumlahnya.

Dalam Inpres Nomor 5 tahun 2005 dimasukkan asas cabotage yang


mewajibkan pengangkutan komoditas antar-pulau di Indonesia menggunakan
kapal berbendera Indonesia secara bertahap hingga tahun 2010. Dengan adanya
asas cabotage armada kapal nasional dapat tumbuh dan perlahan mengambil
alih pasar pengiriman barang di dalam negeri yang sempat dikuasai oleh armada
kapal asing.

http://3.bp.blogspot.com/-Gzex-
w3rC70/T1n7obXBlSI/AAAAAAAAADw/i8tPGmnT5d4/s400/12.jpg

Grafik 6. Pertumbuhan Armada Kapal Nasional dan Asing (Source: Direktorat


Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)

Adanya peranan pemerintah dalam industri pelayaran antara lain dengan


mengeluarkan Inpres Nomor 5 tahun 2005 kemudian disusul dengan UU
Pelayaran nomor 17 tahun 2008, membuat pertumbuhan armada nasional
menjadi semakin tinggi sedangkan untuk armada kapal asing pertumbuhannya
menjadi minus (-) karena jumlahnya yang telah jauh berkurang, seperti terlihat
pada grafik 6 diatas.

http://4.bp.blogspot.com/-
64j8FOnkrk8/T1n7s9NJLQI/AAAAAAAAAD4/CVUa5LCKuY4/s400/13.jpg

Grafik 7. Jumlah Angkutan Penyeberangan di Indonesia (Source: Direktorat


Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)
Selain jasa pengiriman barang, permintaan akan jasa penyeberangan
dengan meggunakan transportasi laut juga mengalami mengalami kenaikan
setiap tahunnya. Transportasi laut telah menjadi pilihan masyarakat Indonesia
untuk bepergian, namun hal tersebut tidak di ikuti dengan pertumbuhan jumlah
angkutan penyeberangan. Pada grafik 7 terlihat bahwa jumlah angkutan
penyeberangan tidak mengalami kenaikan yang berarti bahkan cenderung
konstan setiap tahunnya. Dengan sejumlah angkutan tersebut pada saat-saat
tertentu misalnya saat hari raya, penumpang harus berdesakan dan bahkan tidak
mendapatkan tempat. Diperlukan penambahan angkutan penyebrangan di
Indonesia untuk dapat mencegah terjadinnya penumpukan penumpang dan
barang di pelabuhan, yang dapat menyebabkan terhambatnya proses distribusi
penumpang dan barang.

D. PRASARANA TRANSPORTASI LAUT

1. SARANA

A. KAPAL

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/1/1f/Dewaruci.jpg/300px-
Dewaruci.jpg
KRI Dewaruci, sebuah jenis kapal layar milik TNI Angkatan Laut

Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai


dsb)[1] seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya
cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam
istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih
kecil. Secara kebiasaannya kapal dapat membawa perahu tetapi perahu tidak
dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya dimana sebuah perahu disebut kapal
selalu ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau kebiasaan setempat.

Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau


lautan yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya manusia pada masa
lampau menggunakan kano, rakit ataupun perahu, semakin besar kebutuhan
akan daya muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang berukuran lebih besar
yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal
pada masa lampau menggunakan kayu, bambu ataupun batang-batang papirus
seperti yang digunakan bangsa mesir kuno kemudian digunakan bahan bahan
logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal yang kuat. Untuk
penggeraknya manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian angin
dengan bantuan layar, mesin uap setelah muncul revolusi Industri dan mesin
diesel serta Nuklir. Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin yang
berjalan mengambang di atas air seperti Hovercraft dan Eakroplane. Serta kapal
yang digunakan di dasar lautan yakni kapal selam.
Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang
sampai akhirnya pada awal abad ke-20 ditemukan pesawat terbang yang mampu
mengangkut barang dan penumpang dalam waktu singkat maka kapal pun
mendapat saingan berat. Namun untuk kapal masih memiliki keunggulan yakni
mampu mengangkut barang dengan tonase yang lebih besar sehingga lebih
banyak didominasi kapal niaga dan tanker sedangkan kapal penumpang banyak
dialihkan menjadi kapal pesiar seperti Queen Elizabeth dan Awani Dream.

B. Kapal feri

Kapal feri atau kapal penyeberangan adalah sebuah kapal transportasi jarak
dekat.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a3/Ferryamsterdam.J
PG/220px-Ferryamsterdam.JPG

Feri mempunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota
pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih
kecil dibandingkan jembatan atau terowong.

Feri pejalan kaki dengan banyak pemberhentian, seperti di Venesia, kadang kala
dikenali sebagai bis air atau taksi air.

C. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/d/d6/Sampan.jpg/250px-
Sampan.jpgSAMPAN

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/e/e9/YangtzeSampan.jpgSampan di
sungai Cibeet, perbatasan Kabupaten Bekasi-Karawang
Sampan di Sungai Yangtze (Chang Jiang), Tiongkok

Sampan (bahasa Tionghoa: 舢舨) adalah sebuah perahu kayu Tiongkok yang
memiliki dasar yang relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter
yang digunakan sebagai alat transportasi sungai dan danau atau menangkap
ikan. Sampan dapat mengangkut penumpang 2 - 8 orang, tergantung ukuran
sampan. Sampan ada kalanya memiliki atap kecil dan dapat digunakan sebagai
tempat tinggal permanen di perairan dekat darat. Sampan biasanya tidak
digunakan untuk berlayar jauh dari daratan karena jenis perahu ini tidak
memiliki perlengkapan untuk menghadapi cuaca yang buruk.

2. PRASARANA

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk
menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk
memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan
gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak
swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas
penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah
RI No.69 Tahun 2001 mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta
penyelengaraannya.

Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung


dari gelombang laut dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :

dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.

crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.

gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang
akan di pindah ke kapal.
Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah
tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan
antar negara. (Triatmodjo, 2009)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ea/Shipyard_in_klaks
vik%2C_faroe_islands.jpg/250px-Shipyard_in_klaksvik
%2C_faroe_islands.jpgGalangan kapal

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/72/DSCF6406.jpg/25
0px-DSCF6406.jpgGalangan kapal di Klaksvík, Kepulauan Faroe

Kapal yang sedangan dibangun di galangan Gdynia Shipyard

Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk memperbaiki dan
membuat kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa kapal pesiar/yacht, armada
militer, cruise line, pesawat barang atau penumpang.

Negara-negara dengan kemampuan membangun industri pembuatan kapal besar


termasuk Korea Selatan, Jepang, dan Republik Rakyat Tiongkok. Industri
pembuatan kapal di Eropa lebih terpecah dibanding dengan di Asia. Dalam
negara-negara Eropa ada lebih banyak perusahaan kecil, dibanding dengan
pembuat kapal di Asia yang lebih sedikit namun besar.

Kebanyakan pembuat kapal di Amerika Serikat dimiliki pribadi, dengan yang


terbesar adalah Northrop Grumman sebuah kontraktor pertahanan multi-miliar
dolar.

Sebuah lokasi galangan kapal besar akan berisi banyak crane, dok kering,
slipway, gudang bebas-debu, fasilitas pengecatan dan tempat yang sangat luas
untuk fabrikasi kapal-kapal tersebut.

Setelah tidak layak digunakan, kapal tersebut akan melakukan perjalanan


terakhir ke galangan penghancuran kapal, seringkali di sebuah pantai di Asia
Selatan. Dahulu pemecahan kapal dilaksanakan di dok kering di negara maju,
tetapi gaji tinggi dan peraturan lingkungan telah mengakibatkan pergerakan
industri ini ke wilayah yang sedang berkembang.

BAB II

KESIMPULAN

Industri pelayaran, bahkan transportasi Laut yang merupakan salah satu


bagiannya memiliki banyak aspek yang saling terkait. Karena itu, upaya
peningkatan daya saing pada aspek yang relevan perlu dilakukan secara
simultan. Aspek relevan tersebut meliputi Pembenahan administrasi dan
manajemen pemerintahan di laut, termasuk keselamatan dan keamanan Laut
serta perlindungan laut.
Industri transportasi laut menghadapai situasi pelik, yaitu timbulnya masalah
ketergantungan pada kapal sewa asing dan kelebihan kapasitas armada secara
bersamaan. Pangkal pelik situasi tersebut berasala dari lingkungan investasi
perkapalan yang tidak kondusif. Perusahaan pelayaran yang ingin meremajakan
armadanya , sulit memperoleh dukungan dana. Jika dibiarkan, kepelikan
tersebut akan seperti spiral yang menyeret perusahaan pelayaran kearah
keterpurukan yang semakin dalam.

Hanya ada satu persyaratan yang dibutuhkan, agar perusahaan pelayaran


nasional dapat keluar dari keterpurukan tersebut, yaitu iklim investasi yang
kondusif. Kondusivitas tersebut diperlukan untuk memberdayakan perusahaan
pelayaran, sehingga perusahaan pelayaran tersebut memiliki beberapa
karakteristik kemampuan dalam hal: mengakses sumber dana keuangan untuk
pengadaan kapal yang dibutuhkan menikmati laba bisnis yang stabil
menghindari kemrosotan asset kapal dalam jangka menengah dan panjang
melakukan reinvestasi pada armada yang lebih berdaya saing.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut di antara


pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu berbagai pulau, daerah
dan kawasan Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau , antar pantai,
kesatuan Indonesia dapat terwujud. Pelayaran yang menghubungkan pulau-
pulau, adalah urat nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan Negara
Indonesia. Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata
bahwa kejayaan suatu Negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui
keunggulan Laut. Karenanya, pembangunan industry pelayaran nasional sebagai
sektor strategis, perlu diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing
Indonesia di pasar global. Karena nyaris seluruh komoditi untuk perdagangan
internasional diangkut dengan menggunakan sarana dan prasarana transportasi
Laut, dan menyeimbangkan pembangunan kawasan (antara kawasan timur
Indonesia dan barat) demi kesatuan Indonesia, karena daerah terpencil dan
kurang berkembang (yang mayoritas berada dikawasan Indonesia timur yang
kaya sumber daya alam) membutuhkan akses ke pasar dan mendapat layanan,
yang seringkali hanya bisa dilakukan dengan transportasi Laut.

Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan


diperaiaran, kepelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya. Secara garis
besar pelayaran dibagi menjadi dua yaitu pelayaran niaga (yang terkait dengan
kegiatan komersial) dan pelayaran Non Niaga (yang terkait dengan kegiatan non
komersil seperti pemerintahan dan bela Negara).

Angkutan diperairan (dalam makalah ini disepadankan dengan


transportasi Laut) adalah kegiata pengangkutan penumpang, dan atau barang,
dan atau hewan, melalui suatu wilayah perairan (laut, sungai, dan danau
penyeberangan) dan teritori tertentu (dalam negeri atau luar negeri), dengan
menggunakan kapal, untuk layanan khusus dan umum. Wilayah perairan terbagi
menjadi :

1. Perairan laut : wilayah perairan laut.

2. Perairan sungai dan danau : wilayah perairan pedalaman, yaitu : sungai,


danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan.
3. Perairan penyeberangan : wilayah perairan yang memutuskan jaringan
jalan atau jalur kereta api. Angkutan penyeberangan berfungsi sebagai jembatan
penggerak, penghubung jalur.

Teoriti Pelayaran terbagi menjadi :

1. Dalam negeri : untuk angkutan domestik, dari satu pelabuhan ke


pelabuhan lain di wilayah Indonesia.

2. Luar negeri : untuk angkutan internasional (ekspor/import), dari pelabuhan


Indonesia (yang terbuka untuk perdagangan luar negeri ) ke pelabuhan luar
negeri, dan sebaliknya.

Angkutan Dalam Negeri diselenggarakan dengan kapal berbendera Indonesia,


dalam bentuk :

1. Angkutan Khusus, yang diselenggarakan hanya untuk melayani


kepentingan sendiri sebagai penunjang usaha pokok dan tidak melayani
kepentingan umum, di wilayah perairan laut, dan sungan dan danau, oleh
perusahaan yang memperoleh ijin operasi untuk hal tersebut.

2. Angkutan Umum, yang diselenggarakan untuk melayani kepentingan


umum, melalui : pelayaran rakyat, oleh perorangan atau badan hukum yang
didirikan khusus untuk usaha pelayaran, dan memiliki minimal satu kapal
berbendera Indonesia jenis tradisional (kapal layar, atau kapal layar motor
tradisional atau kapal motor berukuran minimal 7GT), beroperasi di wilayah
perairan laut, dan sungai dan danau di dalam negeri.

Pelayaran Nasional, oleh badan hukum yang didirikan khusus untuk usaha
pelayaran, dan yang memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia jenis
non tradisional, beroperasi di semua jenis wilayah perairan (laut, sungai dan
danau, penyeberangan) dan teritori (dalam negeri dan luar negeri). Pelayaran
perintis yang diselenggarakan oleh pemerintah di semua wilayah perairan (laut,
sungai dan danau, penyeberangan) dalam negeri untuk melayani daerah
terpencil (yang belum dilayani oleh jasa pelayaran yang beroperasi tetap dan
teratur atau yang moda transportasi lainnya belum memadai) atau daerah belum
berkembang (tingkat pendapatan sangat rendah), atau yang secara komersial
belum menguntungkan bagi angkutan laut.

Angkutan luar negeri diselenggarakan dengan kapal berbendera Indonesia dan


asing, oleh : perusahaan pelayaran nasional yang memiliki minimal satu kapal
berbendera Indonesia, berukuran 175GT; perusahaan pelayaran patungan,
antara perusahaan asing dengan perusahaan nasional yang memiliki minimal
satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000GT; dan perusahaan pelayaran
asing, yang harus diageni oleh perusahaan nasional dengan kepemilikan
minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000GT untuk pelayaran
internasional atau minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 175GT
untuk pelayaran lintas batas.

1.2 Sejarah Transportasi Laut Indonesia

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 1800
pulau. Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat, sehingga untuk
menghubungkan antara pulau satu dengan yang lainnya dibutuhkan sarana
tranportasi yang memadai.

Kapal laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara
masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini juga
menyebabkan bahwa bangsa indonesia mendapat julukan sebagai bangsa pelaut,
karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah Nusantara.

http://3.bp.blogspot.com/-
yzTChBFiFlc/TvnCGdVLgWI/AAAAAAAADlI/dMLcCWo8fAY/s400/perahu
+pinisi+makassar.jpg

Perahu Pinisi Makassar

Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah memanfaatkan


kapal-kapal sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti yang
tergambar pada relief-relief Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik
yang telah mampu berlayar sampai ke Pulau madagaskar (Afrika). Juga
pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi
Selatan.

Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang


sangat pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah
bangsa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan
pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern.

http://1.bp.blogspot.com/-
Un9dpmcPz_E/TvnCRfxnlWI/AAAAAAAADlU/CXIkyTyK7os/s400/relief+pe
rahu+bercadik+borobudur.jpg

Relief Perahu Bercadik Di Candi Borobudur

Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal.


Kemudian bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan
membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT.
Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT. PELNI). Industri kapal Indonesia
dimotori oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN.
Pendiri perusahaan kapal ini telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa
pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini
dimunculkan oleh Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Nama
perusahan itu adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie.

Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud di
daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 193 pemerintah Hindia Belanda
mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi sebagai
sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan
jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan
perbaikan kapal-kapal angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan
Kaigun. Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda
dan baru diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat
itu nama perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran Angkatan
Laut (PAL).

Pada athun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum)
PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL
diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (saat itu
menjabat sebagai menristek). PT. PAL memproduksi berbagai jenis kapal,
mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat, tanker, kapal
penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan PT. PAL adalah kapal Baruna
Jaya VIII milik LIPI.
http://2.bp.blogspot.com/-
Mg9Xv6AprDc/TvnBQYkwWqI/AAAAAAAADk8/HDnWPZEN9cA/s400/Ba
runa+jaya+VIII.jpg

Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang


trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas
infrastruktur yang ada, seperti pen

gadaan kapal Feri dan kapal pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-


pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. hal itu bertujuan
untuk lebih memperlancar lalu lintas antar pulau, meningkatkan perdagangan
domestik dan internasional Indonesia.

Perkembangan trasportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan
teknologi tersebut telah membuat bangsa Indonesia dapat memproduksi kapal
angkut penumpang yaitu Palindo jaya 500. kapal tersebut diluncurkan pertama
kali pada bulan Agustus 1995. Kapal tersebut dibuat untuk menunjang sarana
trasportasi laut yang lebih cepat dan aman. Dengan demikian, kegiatan
trasportasi laut akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara

BAB II

TRANSPORTASI LAUT DI INDONESIA

1. Usaha Angkutan Jasa Transportasi Laut

Usaha jasa angkutan memiliki beberapa bidang usaha menunjang, yaitu


kegiatan usaha yang menunjang kelancaran proses kegiatan angkutan, seperti di
uraikan di bawah ini:

1. Usaha bongkar muat barang, yaitu kegiatan usaha pembongkaran dan


barang dan atau hewan dari dan ke kapal.

2. Usaha jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), yaitu kegiatan


usaha untuk pengiriman dan penerimaan barang dan hewan melalui angkutan
darat, laut, dan udara.
3. Usaha ekspedisi muatan kapal laut, yaitu kegiatan usaha pengurusan
dokumen dan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan
muatan yang diangkut melalui laut.

4. Usaha angkutan di perairan pelabuhan, yaitu kegiatan usaha pemindahan


penumpang dan atau barang atau hewan dari dermaga ke kapal atau sebaliknya
dan dari kapal ke kapal, di perairan pelabuhan.

5. Usaha penyewaan peralatan angkutan laut atau alat apung, yaitu kegiatan
usaha menyediakan dan penyewaan peralatan penunjang angkutan laut dan atau
alat apung untuk pelayanan kapal.

6. Usaha tally, yaitu kegiatan usaha perhitungan, pengukuran, penimbangan,


dan pencatatan muatan kepentingan pemilik muatan atau pengangkut.

7. Usaha depo peti kemas, yaitu kegiatan usaha penyimpanan, penumpukan,


pembersihan, perbaikan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pengurusan peti
kemas.

2. Kronologi Ringkas Kebijakan Transportasi Laut Indonesia

Pada tahun 1985 diterbitkan Instruksi Presiden nomor 4 yang bertujuan


meningkatkan ekspor nonmigas menekan biaya pelayaran dan pelabuhan.
Pelabuhan yang melayani perdagangan luar negeri ditingkatkan jumlahnya
secara drastis, dari hanya 4 menjadi 127. Untuk pertamakalinya pengusaha
pelayaran Indonesia harus berhadapan dengan pesaing seperti feeder operator
yang mampu menyewakan biaya lebih rendah. Liberasi berlanjut pada tahun
1988 ketika pemerintah melongarkan proteksi pasar domestic. Sejak itu,
pendirian perusahaan pelayaran tidak lagi disyaratkan memiliki kapal
berbendera Indonesia. Jenis ijin pelayaran dipangkas, dari lima hanya menjadi
dua. Perusahaan pelayaran memiliki fleksibilitas lebih besar dalam rute
pelayaran dan penggunaan kapal (bahka penggunaan kapal berbendera asing
untuk pelayaran domestic). Secara de facto , prinsip cabotage tidak lagi
diberlakukan.

Pada tahun ini pula diberlakukan keharusan men-scrap kapal tua dan
pengadaan kapal dari galangan dalam negeri. Undang-undang pelayaran nomor
21 tahun 1992, semakin memperkuat pelonggaran perlindungan tersebut.
Berdasarkan UU 21/92 perusahaan asing dapat melakukan usaha patungan
dengan perusahaan pelayaran nasional untuk pelayaran domestic. Melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 1999, pemerintah berupaya mengubah
kebijakan yang terlalu longgar, dengan menetapkan kebijakan sebagai berikut:

1. Perusahanaan pelayaran nasional Indonesia harus memiliki minimal satu


kapal berbendera Indonesia, berukuran 175 GT.

2. Kapal berbendera asing diperbolehkan beroperasi pada pelayaran domestic


hanya dalam jangka waktu terbatas (3 bulan).

3. Agen perusahaan pelayaran asing kapal harus memiliki satu kapal


berbendera Indonesia, berukuran 5,000 GT.

4. Di dalam perusahaan patungan, perusahaan nasional harus memiliki


minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000 GT (berlipat dua dari
syarat deregulasi 1988 yang 2,500). Pengusaha agen kapal asing memprotes
keras, sehingga pemberlakuan ketentuan ini diundur hingga Oktober 2003.

5. Jaringan pelayaran domestic dibagi menjadi 3 jenis trayek, yaitu utama


(main route), pengumpan (feeder route) dan perintis (pioneer route). Jenis ijin
operasi pelayaran dibagi menurut jenis trayek tersebut dan jenis muatan
(penumpang, kargo umum, dan kontener).

Rangkaian regulasi dan deregulasi tersebut di atas menjadi salah satu faktor
terhadap kondisi dan masalah yang dihadapi sector transportasi Laut Indonesia,
dari waktu ke waktu.

3. Profil Armada Transportasi Laut Di Indonesia

Dari sisi besaran DWT, kapasitas kapal konvesional dan tanker


mendominasi armada pelayaran yang uzur (umur rata-rata kapal di Indonesia 21
tahun, 2001, dibandingkan dengan Malaysia yang 16 tahun, 2000, atau
singapura yang 11 tahun, 2000). Meskipun demikian, justru pada kapasitas
muatan dry-bulk dan liquid bulk pangsa pasar domestic armada nasional paling
kecil. Pada umunya, kapal Indonesia mengankut kargo umum, tapi sekitar
setengah muatan dry-bulk dan liquid-bulk diangkut oleh kapal asing atau kapal
sewa berbendera asing. Secara keseluruhan armada nasional meraup 50%
pangsa pasar domestic. Sekitar 80% liquid-bulk berasal dari PT Pertamina.
Penumpang angkutan laut bukan feri terutama dilayani oleh PT Pelni yang
mengoperasikan 29 kapal (dalam lima tahun terakhir, PT Pelni menambah 10
kapal). Perusahaan swasta juga membesarkan armada dari 430 (1997) menjadi
521 unit (2001).

Armada Pelayaran Rakyat, yang terdiri dari kapal kayu (misalnya jenis
Pinisi, seperti yang banyak berlabuh dipelabuhan Sunda Kelapa) membentuk
mekanisme industry transportasi laut yang unik. Kapal-kapal yang berukuran
relatif kecil (tapi sangat banyak) melayani pasar yang tidak diakses oleh kapal
berukuran besar, baik karena alasa financial (kurang menguntungkan) atau fisik
(pelabuhan dangkal). Industri Pelayaran Rakyat berperan sangat penting dalam
distribusi barang dan dari pelosok Indonesia. Armada pelayaan rakyat
mengangkut 1.6 juta penumpang(sekitar 8% penumpang bukan feri) dan 7.3 juta
Metric Ton barang (sekitar 16% kargo umum). Tapi kekuatan armada ini
cenderung melemah, terlihat dari kapasitas 397,000 GRT pada tahun 1997
menjadi 306,000 GRT pada tahun 2001. (sumber data: Stramindo, berdasarkan
statistic DitJen HubLa).

4. Manajemen Transportasi Laut

DALAM UU.NO.17 Th.2008, Ttg PELAYARAN :

1. PELAYARAN ADALAH SATU KESATUAN SISTEM YANG


TERDIRI ATAS ANGKUTAN DI PERAIRAN, KEPELABUHANAN,
KESELAMATAN DAN KEAMANAN, SERTAPERLINDUNGAN
LINGKUNGAN MARITIM

2. ANGKUTAN DI PERAIRAN ADALAH KEGIATAN


MENGANGKUT DAN/ATAU MEMINDAHKAN PENUMPANG
DAN/ATAU BARANG DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL
KEPELABUHANAN ADALAH SEGALA SESUATU YANG BERKAITAN
DENGAN PELAKSANAAN FUNGSI PELABUHAN UNTUK
MENUNJANG KELANCARAN, KEAMANAN,DAN KETERTIBAN ARUS
LALU LINTAS KAPAL DAN/ATAU BARANG, KESELAMATAN DAN
KEAMANAN BERLAYAR, TEMPAT PERPINDAHAN INTRA DANATAU
ANTARMODA SERTA MENDORONG PEREKONOMIAN NASIONAL
DAN DAERAH DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN TATA RUANG
WILAYAH

3. KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ADALAH


SUATU KEADAAN TERPENUHINYA PERSYARATAN KESELAMATAN
DAN KEAMANAN YANG MENYANGKUT ANGKUTAN PERAIRAN,
KEPELABUHANAN DAN LINGKUNGAN MARITIM

http://4.bp.blogspot.com/-
iwVpoJ4PKo4/UHArI3ChlhI/AAAAAAAAAMU/T8ewhy_7DWM/s400/manaj
emen+trabsportasi+laut.jpg

WAYS

1. DITATA SECARA TERPADU INTRA DAN MODA


TRANSPORTASIMENDORONG DAN MENUNJANG SEKTOR
PEMBANGUNAN

2. DITATA DALAM JARINGAN PELAYANAN UTAMA, DAN


PENGUMPANAN.

3. DITETAPKAN PERSYARATAN PEMBANGUNAN,


PENGOPRASIAN DAN

4. PEMELIHARAAN UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN.

5. DELENGKAPI DENGAN SARANA UNTUK KEAMANAN,


KETERTIBAN DAN

6. KELANCARAN DALAM BERLALULINTAS


7. DITETAPKAN PENANGGUNG JAWAB PEMBINAAN,
PEMBANGUNAN,

8. PENGOPRASIAN SERTA PEMELIHARAAN.

9. IATUR TARIF UNTUK SETIAP PENGGUNAANNYA.

10. DIATUR SANKSI PIDANA UNTUK SETIAP


PELANGGARAN/TINDAK PIDANA

VEHICLES

· DI TETAPKAN PERSAYARATAN TEKNIS UNTUK


KELAIKANNYA.

· DIATUR KETENTUAN PENGUJIAN GUAN PEMENUHAN


PERSYARATAN LAIK OPERASI.

· DIATUR KEWAJIBAN UNTUK


MENDAFTARKAN/MEMPEROLEH TANDA KEBANGSAAN.

· DITETAPKAN AMBANG BATAS EMISI GAS


BUANG/KEBISINGAN DALAM RANGKA

· PELESTARIAN LINGKUNGAN.

· DITETAPKAN PERSYARATAN KESELAMATAN SELAMA


PENGOPRASIAN.

· DITETAPKAN TATA CARA PENGOPRASIAN SERTA


PEMELIHARAAN.

· DILAKUKAN PENGUJIAN SECARA BERKALA UNTUK


TETAP MENJAMIN KELAIKAN.

· DIATUR PERIZINAN, PENGUSAHAAN DAN TARIF


ANGKUTAN ORANG DAN BARANG, SERTA TANGGUNG JAWAB
PENGANGKUT DAN ASURANSI

· DILAKUKAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


OLEH PEJABAT YANG BERWENANG.
· DITETAPKAN LARANGAN DAN SANKSI PIDANA.

5. Masalah Transportasi Laut Di Indonesia

Dalam periode 5 tahun (1996-2000) jumlah perusahaan pelayaran di


Indonesia meningkat, dari 1,156 menjadi 1,724 buah, atau bertambah
perusahaan (peningkatan rata-rata 10.5% p.a). Sementara kekuatan armada
pelayaran nasional membesar, dari 6,156 menjadi 9,195 unit (peningkatan rata-
rata 11.3% p.a). Tapi dari segi kapasitas daya angkut hanya naik sedikit, yaitu
dari 6,654,753 menjadi 7,715,438 DWT. Berarti kapasitas rata-rata perusahaan
pelayaran nasional menurun. Sepanjang periode tersebut, volume perdagangan
laut tumbuh 3% p.a. Volume angkutan naik dari 379,776,945 ton (1996)
menjadi 417,287,411 ton (2000), atau meningkat sebesar 51,653,131 ton dalam
waktu lima tahun, tapi tak semua pertumbuhan itu dapat dipenuhi oleh kapasitas
perusahaan pelayaran nasional (kapal berbendera Indonesia), bahkan untuk
pelayaran domestic (antar pelabuhan Inonesia). Pada tahun 2000, jumlah kapal
asing yang mencapai 1,777 unit dengan kapasitas 5,122,307 DWT meraup
muatan domestic sebesar 17 juta ton atau sekitar 31%.

Walhasil, saat ini industri pelayaran Indonesia sangat buruk. Perusahaan


pelayaran nasional kalah bersaing di pasar pelayaran nasional dan internasional,
karena kelemahan di semua aspek, seperti ukuran, umur, teknologi, dan
kecepatan kapal. Di bidang muatan internasional (ekspor/import) pangsa
perusahaan pelayaran nasional hanya sekitar 3% to 5%, dengan kecenderungan
menurun. Proporsi ini sangat tidak seimbang dan tidak sehat bagi pertumbuhan
kekuatan armada pelayaran nasional.

Data tahun 2002 menunjukan bahwa pelayaran armada nasional Indonesia


semakin terpuruk dipasar muatan domestic. Penguasaan pangsanya menciut
19% menjadi hanya 50% (2000:69%). Sementara untuk muatan internasional
tetap dikisaran 5%. Dari sisi financial, Indonesia kehilangan kesempatan meraih
devisa sebesar US$10.4 Milyar, hanya dari transportasi laut untuk muatan
ekspor/ import saja. Alih-alih memperoleh manfaat dari penerapan prinsip
cabotage (yang tidak ketat) industri pelayaran Indonesia malah sangat
bergantung pada kapal sewa asing. Armada nasional pelayaran Indonesia
menghadapi banyak masalah, seperti : banyak kapal, terutama jenis
konvensional, menganggur Karena waktu tunggu kargo yang berkepanjangan;
terjadi kelebihan kapasitas, yang kadang-kadang memicu perang harga yang
tidak sehat; terdapat cukup banyak kapal, tetapi hanya sedikit yang mampu
memberikan pelayanan memuaskan; tingkat produktivitas armada dry cargo
sangat rendah, hanya 7,649 ton-miles/ DWT atau sekitar 39.7% dibandingkan
armada sejenis di Jepang yang 19,230 ton-miles / DWT.

Situasi pelayaran sangat pelik, karena ketergantungan pada kapal sewa


asing terjadi bersamaan dengan kelebihan kapasitas armada domestic. Situasi
bagai lingkaran tak berujung itu disebabkan lingkungan investasi perkapalan
yang tidak kondusif. Banyak perusahaan pelayaran ingin meremajakan
armadanya, tapi sulit memperoleh pinjaman di pasar uang domestic. Dan disisi
lain lebih mudah memperoleh pinjaman dari sumber-sumber luar negeri.
Beberapa perusahaan besar cenderung mendaftarkan kapalnya di luar negeri
(flagged-out). Tapi perusahaan kecil dan menengah tidak mampu
melakukannya, sehingga tak ada alternative kecuali menggunakan kapal
berharga murah, tapi tua dan scrappy. Akibatnya terjadi ketergantungan yang
semakin besar pada kapal sewa asing dan pemrosotan produktivitas armada.

6. Masalah Investasi Transportasi Laut

Di Indonesia terdapat dua kelompok besar penyelenggara transportasi


Laut, yaitu oleh pemerintah (termasuk BUMN) dan swasta. Masing-masing
kelompok terbagi dua. Di pihak pemerintah terbagi menjadi BUMN pelayaran
yang menyelenggarakan transportasi umum dan BUMN non pelayaran yang
hanya menyelenggarakan pelayaran khusus untuk melayani kepentingan sendiri.
Pihak swasta terbagi menjadi perusahaan besar dan perusahaan kecil (termasuk
pelayaran rakyat). Ragam mekanisme penyaluran dana investasi pengadaan
kapal ternyata sejalan dengan pembagian tersebut. Masing-masing pihak di tiap-
tiap kelompok memiliki mekanisme pembiayaan tersendiri.

7. Hambatan dalam Pendanaan Kapal


Dunia pelayaran Indonesia menghadapi banyak hambatan structural dan
sistematis di bidang financial, seperti di paparka di bawah ini:

1. Keterbatasan lingkup dan skala sumber dana : Official Development


Assistance(ODA), terkonsentrasi untuk investasi public di berbagai sector
pembangunan, kecuali pelayaran. Other Official Finance (OOF), kredit ekspor
dari Jepang sedang terjadwal ulang. Foreign Direct Investment (FDI), sejauh ini
tidak ada anggaran pemerintah hanya dialokasikan untuk pengadaan kapal
pelayaran perintis. Pinjaman Bank asing tersedia hanya untuk perusahaan
pelayaran besar (credit worthby) pinjaman Bank swasta nasional hanya
disediakan dalam jumlah sangat kecil.

2. Tingkat suku bunga pinjaman domestic 15-17% p.a untuk jangka waktu
pinjaman 5 tahun.

3. Jangka waktu pinjaman yang hanya 5 tahun terlalu singkat untuk industri
pelayaran.

4. Saat ini kapal yang dibeli tidak bisa dijadikan sebagai kolateral.

5. Tidak ada program kredit untuk kapal feeder termasuk pelayaran rakyat,
kecuali pinjaman jangka pendek berjumlah sangat kecil dari bank nasional.

6. Tidak ada kebijakan pendukung.

7. Prosedur peminjaman (appraisal, penyaluran, angsuran) kurang ringkas.

8. Masa Depan Transportasi Laut

Stramindo memprediksi bahwa dalam 20 tahun ke depan (2004-2024),


volume dry cargo akan berlipat 2.8 kali, volume liquid cargo berlipat 1.4 kali,
dan secara keseluruhan volume angkutan domesik akan berlipat 2 kali. Jenis
muatan yang paling pesat pertumbuhannya adalah kargo container. Volumenya
akan berlipat 5.2 kali, dari 11 juta ton (2004)menjadi 59 juta ton (2024).
Pertumbuhan dry cargo sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan ekonomi ,
dan tidak tergantung pada ketersediaan sumber daya alam. Tingkat produksi
minyak saat ini akan terhenti pada tahun 2006, seperti yang akan diperkirakan
pemerintah. Di masa 20 tahun kedepan, volume angkutan minyak akan
menurun, sekalipun konsumsi bertambah. Struktur logistic minyak akan
berubah, sebagian volume domestic minyak mentah akan diganti dengan impor
minyak.

Sebagai akibatnya pertumbuhan volume angkutan liquid kargo (yang


didominasi minyak) tidak sepesat dry cargo. Pertumbuhan volume penumpang
(transportasi Laut maupun udara) akan sejalan dengan pertumbuhan GDP. Tapi
GDP yang semakin tinggi hanya berpengaruh positif pada transportasi udara,
dan berpengaruh negative pada transportasi laut. Karena itu diprediksi proporsi
laut-udara akan berubah 60-40 (2001) menjadi 51-49 (2024) dengan tingkat
pertumbuhan rendah 1.5 kali lipat. Proyeksi pertumbuhan volume muatan
barang dan penumpang domestic yang menggunakan transportasi Laut.

BAB III

KESIMPULAN

1. UMUM

Industri pelayaran, bahkan transportasi Laut yang merupakan salah satu


bagiannya memiliki banyak aspek yang saling terkait. Karena itu, upaya
peningkatan daya saing pada aspek yang relevan perlu dilakukan secara
simultan. Aspek relevan tersebut meliputi : Pembenahan administrasi dan
manajemen pemerintahan di laut, termasuk keselamatan dan keamanan Laut
serta perlindungan laut.

2. Finansial
Industri transportasi laut menghadapai situasi pelik, yaitu timbulnya
masalah ketergantungan pada kapal sewa asing dan kelebihan kapasitas armada
secara bersamaan. Pangkal pelik situasi tersebut berasala dari lingkungan
investasi perkapalan yang tidak kondusif. Perusahaan pelayaran yang ingin
meremajakan armadanya , sulit memperoleh dukungan dana. Jika dibiarkan,
kepelikan tersebut akan seperti spiral yang menyeret perusahaan pelayaran
kearah keterpurukan yang semakin dalam.

Hanya ada satu persyaratan yang dibutuhkan, agar perusahaan pelayaran


nasional dapat keluar dari keterpurukan tersebut, yaitu iklim investasi yang
kondusif. Kondusivitas tersebut diperlukan untuk memberdayakan perusahaan
pelayaran, sehingga perusahaan pelayaran tersebut memiliki beberapa
karakteristik kemampuan dalam hal: mengakses sumber dana keuangan untuk
pengadaan kapal yang dibutuhkan menikmati laba bisnis yang stabil
menghindari kemrosotan asset kapal dalam jangka menengah dan panjang
melakukan reinvestasi pada armada yang lebih berdaya saing.

Anda mungkin juga menyukai