PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan jasa angkutan dibutuhkan oleh seluruh rakyat di
berbagai wilayah di Indonesia agar dapat mempermudah
konektivitas dan ekonomi antar daerah. Transportasi laut menjadi
kunci strategis dalam membangun hubungan antar wilayah dan
pulau, terutama yang belum dapat terjangkau oleh moda darat dan
udara. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki
sumber daya yang beraneka ragam baik dalam varietas dan
jumlahnya.
Kondisi transportasi laut yang dimiliki oleh Indonesia masih
mengalami keterbatasan dalam pengembangan dan
penggunaannya, dibandingkan dengan transportasi darat dan udara
yang berkembang pesat. Di lain sisi, kebutuhan transportasi laut
yang dapat terjangkau oleh berbagai wilayah Indonesia semakin
meningkat. Indonesia sebagai negara kepulauan menjadikan
pergerakan barang, baik antar pulau atau antar negara, didominasi
oleh transportasi laut. Transportasi laut dapat menjadi sarana untuk
membangun keterjangkauan bagi pulau yang berada di wilayah
depan (luar). Selain itu juga diharapkan adanya transportasi yang
dapat mengakses perairan sungai yang berguna untuk menjangkau
daerah pedalaman dan daerah terpencil.
Salah satu jenis moda transportasi laut yang dapat dimanfaatkan
adalah sarana pengangkut jenis RO-RO (Roll On-Roll Off). Sarana
pengangkut RO-RO memiliki multifungsi serta memiliki draft
(kebutuhan clearance bawah permukaan air) minimum.
Keuntungan lainnya adalah Angkutan Laut RO-RO dapat
memberikan biaya pengangkutan yang relatif lebih murah, baik
bagi penumpang maupun barang, karena dapat melakukan
kegiatan bongkar muat barang yang tidak terlalu lama
dibandingkan kapal lain. Hal ini menjadi salah satu alasan
mengapa sistem Angkutan Laut RO-RO diperlukan untuk
dikembangkan sebagai tulang punggung sistem transportasi laut
nasional. Angkutan Laut RO-RO juga memiliki keunggulan dalan
memperpendek lead time pengiriman barang, dilihat dari
perspektif sistem logistik nasional. Hal ini disebabkan barang yang
dibawa melalui Angkutan Laut RO-RO diangkut dalam kendaraan
E. Output
Keluaran (output) dari pekerjaan ini adalah 4 buku laporan yang
terdiri dari Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Draft Laporan
Akhir, dan Laporan Akhir yang memuat konsep pengembangan
angkutan transportasi Angkutan Laut RO-RO sebagai sarana
A. Transportasi Laut
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran, angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut
dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan
menggunakan kapal. Angkutan Laut Khusus adalah kegiatan
angkutan untuk melayani kepentingan usaha sendiri dala
menunjang usaha pokoknya. Kegiatan angkutan laut dalam negeri
disusun dan dilaksanakan secara terpadu, baik intra-maupun
antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi
nasional.
Berdasarkan UU No 17 Tahun 2007, jenis angkutan di perairan
terdiri atas:
1 angkutan laut
2 angkutan sungai dan danau
3 angkutan penyeberangan
C. Tinjauan Kebijakan
Pengembangan kapal RO-RO tidak lepas dari fungsi transportasi
laut yang menjadi tulang punggung sistem logistik nasional. Maka
dalam pengembangan kapal RO-RO ini, perlu diperhatikan
beberapa kebijakan yang memuat informasi mengenai
pembangunan transportasi, serta fungsi transportasi untuk
mendukung ekonomi nasional.
1. RPJP/RPJM
Sasaran pembangunan transportasi nasional jangka panjang
untuk periode 2005-2025 adalah:
a. Terwujudnya pertumbuhan sektor transportasi minimal
dua kali pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka
memberikan sumbangan terhadap kesinambungan
TUJUAN
• Meningkatkan daya saing dalam perdagangan global dan pelayanan jasa transportasi
• Meningkatkan daya saing jasa kepelabuhanan, mengurangi biaya pelabuhan dan
• meningkatkan pelayanan jasa pelabuhan
• Mensinergikan pelabuhan dengan pembangunan sistem transportasi nasional, sistem logistik
• nasional dan pembangunan ekonomi
• Mengembangkan kapasitas pelabuhan untuk memenuhi permintaan kebutuhan jasa transportasi
• Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia dalam sektor kepelabuhanan.
RENCANA AKSI
A. Pendekatan
Studi pengembangan Angkutan Laut RO-RO ini menggunakan
pendekatan deskriptif dan kuantitatif, yang ditunjang oleh data
primer hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara serta data
sekunder berupa data statistik, kepustakaan dan peraturan
perudang-undangan. Kerangka studi Pengembangan Angkutan
Laut RO-RO harus mencakup program nasional seperti MP3EI,
Sislognas, Sistranas dan RPJP/RPJM, serta situasi dan kondisi.
Langkah selanjutnya adalah proyeksi perkembangan sosio-
ekonomi dan permintaan pelayanan Angkutan Laut RO-RO di
masa yang akan datang.
Analisa masalah
Permintaan muatan
(penumpang & kargo)
Sarana / prasarana
Situasi dan kondisi saat ini Proyeksi masa depan
Transportasi RORO Nasional Tarif / struktur biaya Sosio-Ekonomi di lokasi survey
Sosio-Ekonomi di lokasi survey Estimasi permintaan
Cuaca & Kondisi Pelabuhan
Operasional Transportasi Transportasi RORO di lokasi
RORO di lokasi survey survey
Kebijakan & Regulasi
Estimasi biaya
pengembangan
e. Fenomena Tsunami
Tsunami adalah fenomena gelombang raksasa yang
melanda ke daratan. Fenomena ini dapat terjadi karena
gempa bumi atau gangguan berskala besar di dasar laut,
seperti longsoran bawah laut atau erusi letusan gunung api
di bawah laut (Skinner dan Porter, 2000). Gelombang
tsunami dapat merambat sangat cepat mencapai kecepatan
950 km/jam, panjang gelombangnya sangat panjang, dapat
mencapat panjang 250 km. Indonesia pernah mengalami
bencana tsunami yang terjadi karena erupsi letusan
gunung api Krakatau pada tahun 1883 di Selat sunda dan
yang terjadi karena longsoran bawah laut pernah terjadi
pada tahun 1998 di sebelah utara Papua.
Bagi Kepulauan Indonesia yang posisi geografisnya yang
diapit oleh dua samudera (Samudera Pasifik dan Hindia),
serta posisi tektonik yang terletak di kawasan interaksi tiga
lempeng kerak bumi utama, dan kehadiran gunung api
bawah laut membuatnya menjadi sangat potensial untuk
terkena bencana tsunami. Secara garis besar dapat
3) Kunjungan Kapal
Kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok dalam
statistik pelabuhan dibedakan dalam dua pengelompokan,
yaitu berdasarkan atas jenis pelayaran dan atas jenis kapal.
Berdasarkan jenis pelayaran, kapal dibedakan menjadi
kapal niaga dan kapal non-niaga. Kapal non-niaga pada
umumnya adalah kapal negara atau kapal tamu. Sedangkan
kapal niaga, dibedakan menjadi kapal pelayaran luar
negeri yang mengangkut barang perdagangan luar negeri
atau internasional, dan kapal pelayaran dalam negeri yang
mengangkut perdagangan domestik atau antar pulau.
Kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran di Pelabuhan
Tanjung Priok sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2010 adalah sebagaimana terlihat pada gambar dibawah
ini.
No Uraian Besaran
Luas Terminal Penumpang :
- Embarkasi 2.371,65 M2
1
- Debarkasi 201 ,50 M2
- Teras Sisi Barat 294,25 M2
2 Kapasitas Terminal Penumpang 700 Orang
3 Draft -7,2 M.LWS
4 Panjang Dermaga 140 M
Luas Lapangan Parkir :
- Truk (Besar dan Kecil) 3.870 M2
5
- Sedan / Sejenis 515 M2
- Kendaraan ex bongkaran 1.912,5 M2
6 Kapasitas Parkir Mobil 250 Kendaraan
7 Tempat Ibadah (Mushollah) 32 M2
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak
3. Pelabuhan Makassar
Pelabuhan Makassar termasuk pelabuhan utama strategis
Indonesia yang berada di bawah PT Pelabuhan Indonesia IV,
terletak pada posisi titik koordinat 050 – 08’ -08” LS 1190 -24’ -
02” BT. Pelabuhan Makassar terletak di bagian barat kota
Makassar, menyusuri pantai jalur Selat Makassar, Sulawesi
Selatan. Keberadaan Pelabuhan Makassar karena fungsinya
sebagai jembatan antara Pulau Jawasa dengan daerah timur
Indonesia, sehingga menjadi pintu pelabuhan utama untuk
mendukung aktivitas di Indonesia Timur.
Pintu masuk (acces channel) di Pelabuhan Makassar memiliki
lebar 150 meter sepanjang 2 mil, dengan kedalaman rata-rata -
10 hingga -14 meter. Ukuran maksimal draft Pelabuhan
Makassar adalah 16 m, 30.000 DWT.
4. Pelabuhan Balikpapan
Pelabuhan Balikpapan terletak pada teluk Balikpapan,
Kalimantan Timur. Posisi koordinat Pelabuhan Balikpapan
adalah 01° 07’ 00” LS / 116° 48’ 00” BT. Pelabuhan Semayang
Balikpapan memiliki luas DLKR Daratan sebesar 4,8 Ha dan
luas DLKR Perairan 10.395,208 Ha. Luas DLKP perairan
Pelabuhan Semayang adalah seluas 65.862,840 Ha.
5. Pelabuhan Sampit
Pelabuhan Sampit merupakan pelabuhan yang terletak di
Kalimantan Tengah. Pelabuhan Sampit memiliki fasilitas yang
mendukung kelancaran aktivitas ekspor komoditi seperti kayu
olahan, plywood, karet, jelitung, dan sebagainya. Pemerintah
juga merencanakan untuk mengembangkan Pelabuhan Sampit
agar dapat mendukung operasional kontainer, penyediaan kapal
6. Pelabuhan Pantoloan
Pelabuhan Pantoloan terletak di Teluk Palu, Sulawesi Tengah,
dengan letak koordinat 00° 42’ 03” LS / 119° 51’ 03” BT,
dengan jarak 23 Km dari pusat kota Palu. Wilayah kerja
Pelabuhan Pantoloan terdiri dari 681,9 Ha dan wilayah daratan
seluas 10,5 Ha. Pelabuhan Pantoloan berada di bawah PT.
Pelabuhan Indonesia IV. Beberapa komoditi ekspor yang
dilayani dalam proses bongkar muat di Pelabuhan Pantoloan
antara lain kopra, kayu, dan rotan. Pelabuhan Pantoloan
memiliki fungsi sebagai lokasi untuk kegiatan bongkar muat
barang ekspor-impor maupun domestik, serta melayani
No Kinerja Nilai
1 Jam Operasi 1 Hari 24 Jam
2 TRT (Rata-rata) 63 Jam
3 Effective Time 54 %
4 BOR 67 %
5 SOR 31 %
6 YOR 65 %
Produktivitas Gencar
7 52
(Ton/Ship/Jam)
Produktivitas Peti Kemas
8 20
(Box/Ship/Jam)
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV Cabang Pantoloan
PERALATAN
1 Kran Darat % - - - - -
Reach
2 Stacker % - - - - -
3 Forklift % - - - - -
Kapal Motor
4 Pandu Kpl/Grk 21.00 - 48.29 0.91 0.43
Pemadam
Kebakaran
5 (Tabung) % 1.48 2.51 2.01 - -
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV Cabang Kendari
2. Kab. Bulongan
Luas Lahan ditanami : 2.105,00 Ha
Produksi TBS : 0,00 Ton
CPO : 0,00 Ton
1. Kab. Berau
Luas Lahan ditanami : 8.226,00 Ha
Produksi TBS : 2.100,00 Ton
CPO : 504,00 Ton
7. Kab. Pasir
Luas Lahan ditanami : 58.642,00 Ha
Produksi TBS : 389.338,00 Ton
CPO : 93.441,12 Ton
2. Kab. Baritokuala
Luas Lahan Tersedia : 21.137,00 Ha 6. Kab. Tanah Bumbu
Produksi TBS : 0,00 Ton Luas Lahan Ditanami: 29.340,00 Ha
CPO : 0,00 Ton
Produksi TBS : 41.922,00 Ton
CPO : 10.061,28 Ton
7. Kab.Tanah Laut
Luas Lahan Ditanami: 23.748,00 Ha
Produksi TBS : 8.764,00 Ton
CPO : 2.103,36 Ton
8. Kab. Lamandau
Luas Lahan Ditanami: 22.675,00 Ha
Produksi TBS : 206,037 Ton
CPO : 49,448,00 Ton
2. Kab. Barito Timur
Luas Lahan Ditanami: 2.260,00 Ha
9. Kab. Seruyan Produksi TBS : 0,00 Ton
Luas Lahan Ditanami: 60.305,00 Ha CPO : 0,00 Ton
Produksi TBS : 153.871,00 Ton
CPO : 36.929,04 Ton
4. Kab. Kapuas
Luas Lahan Tersedia : 350.000,00 Ha
6. Kab. Kota Waringin Barat Produksi TBS : 0,00 Ton
Luas Lahan Ditanami: na. Ha CPO : 0,00 Ton
Produksi TBS : 841.696,00 Ton
CPO : 202.007,04 Ton
1. Kab. Barito Selatan
Luas Lahan Ditanami: 257,00 Ha
Produksi TBS : 0,00 Ton
10. Kab. Sukamara CPO : 0,00 Ton
Luas Lahan Ditanami: 26.304,00 Ha
Produksi TBS : 137.213,00 Ton
CPO : 32.931,12 Ton 7. Kab. Kota Waringin Timur
Luas Lahan Ditanami: 83.362,00 Ha
Produksi TBS : 173.502,00 Ton
CPO : 41.640,48 Ton
4. Kab. Landak
Luas Lahan Ditanami: 22.453,00 Ha
Produksi TBS : 48.097,00 Ton 8. Kab. Sekabau
CPO : 32.862,72 Ton Luas Lahan Ditanami: 42.266,00 Ha
Produksi TBS : 0,00 Ton
CPO : 0,00 Ton
7. Kab. Sanggau
Luas Lahan Ditanami: 144.659,00 Ha
Produksi TBS : 844.696,00 Ton 9. Kab.Sintang
CPO : 202.727,04 Ton Luas Lahan Ditanami: 30.499,00 Ha
Produksi TBS : 0,00 Ton
CPO : 0,00 Ton
6. Kab. Pontianak
Luas Lahan Ditanami: 5.409,00 Ha
Produksi TBS : 42.255,00 Ton 5. Kab. Melawi
CPO : 10.134,00 Ton Luas Lahan Ditanami: 14.000,00 Ha
Produksi TBS : 0,00 Ton
CPO : 0,00 Ton
3. Kab. Ketapang
Luas Lahan Ditanami: 92.342,00 Ha
Produksi TBS : 167.259,00 Ton
CPO : 40.142,16 Ton
2) Sektor Perikanan
Sulawesi Utara juga merupakan pusat pengembangan
industri perikanan. Sejak 2001, pemerintah setempat
melaksanakan apa yang disebut Gerakan
Pengembangan Komoditas Unggulan Berbasis Agri
bisnis (Gerbang Kuba) meliputi industri ikan tuna,
cakalang dan layang. Hasil penangkapan ikan di taut
merupakan produksi tertinggi di sektor perikanan. Para
nelayan kini juga tengah mengembangkan teknik-
teknik baru dalam budidaya perikanan laut, meliputi
ikan untuk umpan, ikan kerapu, baronang, rumput laut
dan kerang mutiara. Untuk budidaya perikanan darat
fokus diarahkan untuk ikan mas dan nila.
Produksi perikanan tangkap (tuna, cakalang, tongkol)
pada 2006 sebanyak 137.000 ton. Produksi ini
ditargetkan meningkat menjadi 141.000 ton pada 2007
dari 1,4 juta ton quota tangkap yang di toleransi.
Potensi ikan tangkap di sana 1,8 juta ton. Hasil
Keuntungan Kerugian
• Rendah emisi, • Waktu tempuh yang
sehingga lebih ramah diperlukan lebih lama
lingkungan daripada menggunakan
• Pengemudi truk truk
dapat beristirahat • Sangat dipengaruhi oleh
selama dalam cuaca, apabila cuaca buruk
pelayaran sangat memepengaruhi
Transportasi Laut
menggunakan kapal kinerja dari transportasi
RO-RO laut
• Dapat mempengaruhi • Sangat sulit untuk
kepadatan lalu lintas pengiriman yang
yang ada dijalanan berfrekuensi tinggi atau
pengiriman barang skala
kecil.
• Waktu tempuh yang • Emisi gas buang tinggi,
cenderung lebih cepat sehingga lebih tidak ramah
dibandingkan dengan lingkungan
transportasi laut. • Perjalanan jauh yang
• Relatif tidak ditempuh dapat berpotensi
Transportasi dipengaruhi oleh untuk terjadi kecelakaan
Darat keadaan cuaca • Sangat mempengaruhi
• Baik untuk keadaan lalu lintas di
pengiriman yang jalanan.
berfrekuensi tinggi
dan pengiriman
dalam skala kecil.
b. Mobilitas penumpang
Penggunaan kapal RO-RO di Filipina yang melayani
penumpang merupakan salah satu alternatif transportasi di
Filipina sendiri. Penumpang yang tidak sanggup afford
transportasi udara atau tidak coock dalam menggunakan
kapal konvensional, dapat menggunakan kapal RO-RO
karena lebih terjangkau dibandingkan perjalanan melalui
udara. Secara bertahap, terdapat peningkatan yang cukup
signifikan dalam jumlah penumpang yang menggunakan
kapal RO-RO. Dampak terhadap pembangunan area lokal
TUJUAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
ASAL DKI JAKARTA JABAR JATENG DIY JATIM BANTEN KAL.BAR KAL.TENG KAL.SEL KAL.TIM SUL.UT SUL.TENG SUL.SEL SUL.TRA GORONTALO SUL.BAR BALI NTB EXZ-1 NTT EXZ-2 MALUKU EXZ-3 PAPUA EXZ-4 SUMATERA
1 DKI JAKARTA - 388,589,781 49,617,559 4,507,574 33,779,731 107,876,133 2,803,049 1,215,193 1,946,968 1,151,547 531,800 769,447 2,843,288 840,961 314,587 393,645 1,781,765 2,015,343 1,267,602 517,335 423,338 89,291,308
2 JABAR 341,537,447 - 430,462,472 35,209,567 222,921,683 239,093,601 16,645,386 7,786,411 12,346,716 7,074,602 3,556,601 4,839,602 17,907,477 5,274,038 2,046,174 2,435,240 12,141,289 13,344,885 8,787,483 3,249,613 2,648,627 363,123,562
3 JATENG 47,692,118 413,594,682 - 170,418,947 704,785,836 100,009,830 22,893,020 13,484,464 22,585,107 11,351,495 5,309,804 7,773,114 30,765,832 8,365,012 3,158,722 4,120,184 26,026,491 25,274,588 14,514,243 5,093,442 3,976,207 218,608,954
4 DIY 5,800,102 46,183,498 255,542,393 - 120,630,772 14,458,366 3,604,653 2,027,083 3,414,926 1,833,158 857,056 1,295,514 4,969,636 1,380,566 526,137 662,420 4,496,854 4,429,675 2,886,557 841,399 638,304 30,031,744
5 JATIM 32,284,745 220,005,246 769,860,220 84,648,095 - 52,929,041 19,158,475 13,302,680 26,378,076 12,528,422 5,649,497 8,339,455 37,503,830 9,775,710 3,375,074 4,784,014 64,650,799 42,067,677 17,674,752 5,266,099 3,964,653 210,749,146
TUJUAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
ASAL DKI JAKARTA JABAR JATENG DIY JATIM BANTEN KAL.BAR KAL.TENG KAL.SEL KAL.TIM SUL.UT SUL.TENG SUL.SEL SUL.TRA GORONTALO SUL.BAR BALI NTB EXZ-1 NTT EXZ-2 MALUKU EXZ-3 PAPUA EXZ-4 SUMATERA
1 DKI JAKARTA 0.00% 5.56% 5.68% 5.23% 5.87% 5.54% 5.69% 5.20% 5.86% 5.67% 4.67% 7.46% 6.68% 6.50% 6.84% 6.70% 8.28% 7.53% 5.25% 6.13% 10.17% 5.26%
2 JABAR 5.56% 0.00% 5.62% 5.40% 5.71% 5.55% 5.62% 5.38% 5.71% 5.61% 5.11% 6.51% 6.12% 6.03% 6.20% 6.13% 6.92% 6.54% 5.40% 5.85% 7.87% 5.41%
3 JATENG 5.68% 5.62% 0.00% 5.46% 5.77% 5.61% 5.68% 5.44% 5.77% 5.67% 5.17% 6.57% 6.18% 6.09% 6.26% 6.19% 6.98% 6.60% 5.47% 5.91% 7.93% 5.47%
4 DIY 5.23% 5.40% 5.46% 0.00% 5.55% 5.39% 5.46% 5.22% 5.54% 5.45% 4.95% 6.34% 5.96% 5.87% 6.04% 5.97% 6.76% 6.38% 5.24% 5.68% 7.70% 5.25%
5. Model Jaringan
Kebutuhan pergerakan secara nyata dapat direpresentasikan
dalam jumlah bangkitan/tarikan pergerakan (dalam satuan
orang, barang, maupun kendaraan) yang keluar dan masuk
dari zona-zona tinjauan. Diikuti dengan distribusi pergerakan
tersebut dalam kawasan serta keluar masuk kawasan.
Distribusi pergerakan ini lebih jauh lagi ditinjau pada tingkat
ruas serta jenis/komposisi kendaraan.
Dengan teridentifikasikannya, atau paling tidak terindikasikan
besaran kebutuhan pergerakan di tingkat ruas (demand
volume), khususnya di sekitar wilayah studi pada masa yang
akan datang, maka penilaian terhadap parameter demand bagi
perencanaan fisik maupun perubahan kinerja jaringan yang
ditimbulkannya dapat dilakukan.
Beberapa langkah dasar yang harus dilakukan dalam
mengembangkan model jaringan/ lalu lintas adalah: penetapan
Keterangan Tabel:
Simpul-A : simpul awal ruas jalan (berupa nomor zona yang
diawali dengan inisial “C” atau berupa nomor
simpul persimpangan jalan)
Simpul-B : simpul akhir ruas jalan (berupa nomor zona yang
diawali dengan inisial “C” atau berupa nomor
simpul/persimpangan jalan)
Arah : arah pergerakan di ruas ( searah atau dua arah)
Kode kecepatan
atau wkt tempuh : basis pengukuran kinerja jaringan jalan
(kecepatan atau waktu tempuh)
nilai pangkat : nilai pangkat dalam kurva hubungan kecepatan-
arus (speed-flow relationship curve)
Jalur
pelayaran
Jalur Kereta
Ruas Jalan
Gambar 5.11 : Contoh Digitasi Jaringan Pelayaran dan Jalan
7. Model Pergerakan
Besaran pergerakan yang digunakan untuk model ini adalah
pergerakan orang dan barang harian. Besaran ini merupakan
besaran pergerakan dasar yang pada prosesnya akan
dikonversi kedalam satuan kendaraan, kemudian menjadi
dalam rentang waktu tahunan. Sebagai data input, pergerakan
direpresentasikan dalam bentuk matriks asal tujuan.
Pemisahan antara orang dan barang dimaksudkan agar
perbedaan pola pergerakan antara barang dan penumpang
yang seringkali terjadi di lapangan dapat diperhitungkan
dalam model ini. Dengan menggunakan pergerakan orang dan
barang sebagai dasar pemodelan, maka analisis yang
dilakukan dapat mencakup pengguna jalan dan pelayaran
yang lebih mendasar serta lebih mudah dalam melakukan
kalibrasinya, dibandingkan bila digunakan kendaraan sebagai
satuannya. Misalnya untuk menentukan satuan biaya
perjalanan, bila digunakan orang dan barang, maka satuan
Arus (ton/hari)
Pelabuhan
2015 2020 2025
Jakarta 2,871 11,006 17,906
Kumai 1,333 1,676 3,022
Surabaya 9,537 12,004 19,199
Banjarmasin 2,006 2,430 3,757
Makassar 2,191 3,050 5,728
Balikpapan 1,833 2,278 3,626
Paciran 3,371 4,617 8,451
Garongkong 3,371 4,617 8,451
Item Dimensi
LOA m 100.5
LBP m 95.8
B m 18.8
H m 8.418
Draft m 6.654
GT 4,476
NT 2,197
DWT 5539
Grain (cbm) M3 Hold No.1 : 365
Hold No.2 : 3364
Hold No.3 : 3.448
Total : 7.177
Container
(20') TEU's In Hold : 141
On deck : 364
LAMPIRAN BIAYA I
FORMULIR KUESIONER