Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Nama Generik

Ibu profen

2.2 Deskripsi

2.2.1 Struktur Kimia

Dalam Ibuprofen terkandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih

dari 103,0% C13H18O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Nama kimia ibuprofen

adalah asam 2-(4-isobutil-fenil)-propionat dengan berat molekul 206.29

g/mol dan rumus molekul C13H18O2. . Ibuprofen seperti turunan 2-

arylprorionat lainnya (termasuk ketoprofen, flurbiprofen, naproxen, dll),

berisi stereosenter di posisi-α dari propionat. Dengan demikian, ada dua

kemungkinan enansiomer ibuprofen, dengan potensi efek biologis yang

berbeda dan metabolisme untuk masing-masing enantiomer. Memang

ditemukan bahwa S-ibuprofen dan dexibuprofen adalah bentuk aktif

baik secara in vitro dan in vivo. Ada potensi untuk meningkatkan selektivitas

dan potensi formulasi ibuprofen oleh pemasaran ibuprofen sebagai-

enantiomer produk tunggal (seperti yang terjadi dengan naproxen). 6,11


Gambar 1. Rumus kimia Ibuprofen

Ibuprofen berbentuk serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau

khas lemah. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam

etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam

etil asetat. Ibuprofen hanya sangat sedikit larut dalam air. Kurang dari 1 mg

ibuprofen larut dalam 1 ml air namun, jauh lebih mudah larut dalam alkohol

atau campuran air.6,11

Sifat Fisikokimia Ibuprofen termasuk senyawa Model BCS kelas II


yang mempunyai permeabilitas membran yang tinggi dan kelarutan rendah
(absorpsi dapat mencapai 100 %), sehingga Laju disolusi menjadi tahap
penentu kecepatan pada proses absorpsi ibuprofen dalam saluran cerna jika
diberikan melalui rute peroral (Newa et. al., 2007)

2.1 Indikasi
Efek analgesik dan antiinflamasi ibuprofen dapat digunakan untuk

meringankan gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi, gejala arthritis,

osteoarthritis, dan non-sendi. Juga dapat digunakan untuk meringankan

gejala-gejala akibat trauma otot dan tulang atau sendi (trauma

muskuloskeletal). Meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri

pada dismenore primer (nyeri haid), nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan

gigi, nyeri setelah operasi dan sakit kepala.20

Ibuprofen juga umumnya bertindak sebagai vasodilator, dapat

melebarkan arteri koroner dan beberapa pembuluh darah lainnya. Ibuprofen

diketahui memiliki efek antiplatelet, meskipun relatif lebih lemah bila

dibandingkan dengan aspirin atau obat lain yang lebih dikenal sebagai

antiplatelet. Dapat digunakan pada neonatus dengan paten duktus arteriosus,

disfungsi ginjal, nekrotizing enterokolitis, perforasi usus, dan perdarahan

intraventrikular, efek protektif neuronal.21, 22

Ibuprofen lisin diindikasikan untuk penutupan duktus arteriosus

paten pada bayi prematur dengan berat antara 500 dan 1.500 gram, yang tidak

lebih dari 32 minggu usia kehamilan saat restriksi cairan, diuretik, dukungan

pernafasan tidak efektif.23

6 Dosis(Depkes, 1995)

Dewasa
 Dosis peroral untuk nyeri pada dewasa adalah 1,2-1,8 gr perhari dalam
dosis terbagi. Dosis maintenance bisa diberikan 600-1200 mg perhari
dalam dosis terbagi.
 Dosis peroral untuk mengatasi demam pada dewasa adalah 200-400 mg
setiap 4-6 jam maksimal 1,2 gr perhari.
 Dosis maksimum dewasa di UK 2,4 gr perhari sedangkan di USA 3,2 gr
perhari.

Anak

 Dosis peroral anak di UK untuk mengatasi nyeri dan demam adalah 20-30
mg/KgBB perhari dalam dosis terbagi.
 Dosis alternatif perhari yang diberikan adalah berdasarkan usia, yaitu: 6-
12 bulan 150 mg; 1-2 tahun 150-200mg; 3-7 tahun 300-400 mg; 8-12
tahun 600-800 mg;
 40 mg/KgBB perhari bisa diberikan pada juvenile arthritis idiopatik jika
dibutuhkan
 Ibuprofen tidak direkomendasikan pada anak dibawah 7 kg
 Beberapa referensi menyarankan tidak boleh melebihi 500 mg perhari
untuk anak dibawah 30 kg
 Untuk mengatasi demam post imunisasi dosisnya 50 mg setiap 6 jam
 Untuk infant 2-3 bulan dosis yang diberikan 50 mg untuk mengatasi
demam
 Di USA dosis yang disarankan untuk anak demam adalah 5-10 mg/KgBB
perdosis tergantung beratnya demam
 Untuk nyeri dosis anak 10 mg/KgBB diberikan setiap 6-8 jam
 Dosis maksimal untuk anak 40 mg/KgBB perhari
 Di USA untuk juvenile arthritis idiopatik dosisnya 30-40 mg/KgBB dalam
dosis terbagi.
2.2 Mekanisme Kerja

Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase

sehingga konversi asam arakidonat menjadi terganggu. Ada dua jenis

siklooksigenase, yang dinamakan COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat pada

pembuluh darah, lambung, dan ginjal, sedangkan COX- 2 keberadaannya

diinduksi oleh terjadinya inflamasi oleh sitokin dan merupakan mediator

inflamasi. Aktivitas antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi dari ibuprofen

berhubungan dengan kemampuan inhibisi COX-2, dan adapun efek samping

seperti perdarahan saluran cerna dan kerusakan ginjal adalah disebabkan

inhibisi COX-1. Ibuprofen menghambat COX-1 dan COX-2 dan membatasi

produksi prostaglandin yang berhubungan dengan respon inflamasi. 4,12,13,14

Seperti yang telah disebutkan, Ibuprofen bekerja

dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang mengubah asam

arakidonat menjadi prostaglandin H2 (PGH2). Prostaglandin H2, pada

gilirannya, diubah oleh enzim lain untuk prostaglandin bentuk lain (sebagai

mediator nyeri, peradangan, dan demam) dan tromboksan A2 (yang

merangsang agregasi platelet dan menyebabkan pembentukan bekuan

darah).15,16
Gambar 2. Mekanisme kerja Ibuprofen12

Seperti aspirin, indometasin, dan kebanyakan OAINS lainnya,

ibuprofen dianggap non-selektif COX inhibitor yang menghambat dua

isoform siklooksigenase yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagai

analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi, yang dicapai terutama melalui

penghambatan COX-2, sedangkan penghambatan COX-1 akan bertanggung

jawab untuk efek yang tidak diinginkan pada agregasi platelet dan saluran

pencernaan. Namun, peran isoform COX untuk analgetik, anti inflamasi, dan

efek kerusakan lambung dari OAINS tidak pasti dan senyawa yang berbeda

ini menyebabkan perbedaan derajat analgesia dan kerusakan lambung. Dalam

rangka untuk mencapai efek menguntungkan pada ibuprofen dan OAINS

lainnya tanpa mengakibatkan gastrointestinal ulserasi dan perdarahan,


selektif COX-2 inhibitor dikembangkan untuk menghambat COX-2 isoform

tanpa terjadi penghambatan COX-1.15

2.3 Farmakodinamik

Ibuprofen hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah

sampai sedang, dan efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi

atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek

analgesik opioat, tetapi tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan

efek samping sentral yang merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik,

ibuprofen bekerja pada hipotalamus, menghambat pembentukan

prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi reseptor

rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.3

Ibuprofen akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan

demam. Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua

mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan syaraf

pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1

pada hipotalamus. Ibuprofen menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh

pembentukan prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat terhadap

interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus

dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi.3,15

Sebagai antiinflamasi, efek inflamasi dari ibuprofen dicapai apabila

penggunaan pada dosis 1200-2400 mg sehari. Inflamasi adalah suatu respon

jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan


ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,

bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang

berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Ibuprofen

dapat dimanfaatkan pada pengobatan muskuloskeletal seperti artritis

rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Namun, ibuprofen hanya

meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya

secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau mencegah

kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal.3

2.4 Farmakokinetik

Absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum

dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2

jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat pada protein plasma. Onset

sekitar 30 menit. Durasi ibuprofen berkisar antara 6-8 jam. Absorpsi jika

diberikan secara oral mencapai 85%. Metabolit utama merupakan hasil

hidroksilasi dan karboksilasi dimetabolisme dihati untuk dua metabolit utama

aktif yang dengan cepat dan lengkap dikeluarkan oleh ginjal. Ekskresinya

berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi

akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konyugata (1% sebagai

obat bebas), beberapa juga diekskresi melalui feses. Ibuprofen masuk ke

ruang synovial dengan lambat. Konsentrasinya lebih tinggi di ruang synovial

dibandingkan diplasma.4,17,18,19
2.5 Interaksi Obat3,30,31

Nama Obat Interaksan Keterangan


Ace inhibitor meningkatkan risiko
nefrotoksisitas
Obat antiperdarahan meningkatkan risiko
perdarahan
Antidiabetes meningkatkan efek
sulfonilurea
Baklofen menurunkan ekskresi baklofen
(meningkatkan risiko tosisitas)
Ibuprofen Beta-bloker menurunkan efek
antihipertensi
Glikosida jantung meningkatkan kadar glikosida
jantung dalam plasma
Kortikosteroid meningkatkan risiko
perdarahan di saluran cerna
Litium meningkatkan level serum
litium
Loop diuretik menurunkan efek diuretik
Metotreksat meningkatkan level
metotreksat
Penisilamin meningkatkan risiko
nefrotoksisitas
Takrolimus meningkatkan risiko
nefrotoksisitas
Warfarin meningkatkan risiko erosi
lambung dan perdarahan

 Derivat asam propionate mengurangi efek dieresis dari natriuresis


furosemide dan tiazid(UI, 1998)
 Mengurangi efek antihipertensi golongan B Blocker, prazosin, dan
kaptopril(UI, 1998)
 Antasida seperti magnesium hidroksida mempercepat absorbsi ibuprofen
karena mengubah keasaman GIT(Potthast, 2005)
 Absorbsi ibuprofen diperlambat bila diminum bersamaan dengan kapsul
alumunium hidroksida (Potthast, 2005)
 Intake makanan juga memperlambat absorbsi ibuprofen karena
menginduksi peningkatan pH lambung (Potthast, 2005)
 Aspirin direduksi efek kardioprotektifnya oleh ibuprofen(Depkes, 1995)
 Ada interaksi antara ibuprofen dan ciprofibrate yang merupakan obat
regulasi lemak(Depkes, 1995)
 Ibuprofen meningkatkan risiko perdarahan GI bila diberikan bersama
antikoagulan (VAPBM, 2010)
 Ibuprofen meningkatkan toksisitas methotrexate (VAPBM, 2010)
 Ibuprofen meningkatkan konsentrasi plasma litium dan menurunkan renal
clearancenya(VAPBM, 2010)
 Baclofen toksisitasnya meningkat setelah mengkonsumsi
ibuprofen(Depkes, 1995)
Interaksi Obat lain

Minum alkohol saat mengkonsumai ibuprofen dapat meningkatkan risiko


perdarahan lambung. Menurut Food and Drug Administration AS, “ibuprofen
dapat mengganggu efek antiplatelet aspirin dosis rendah, berpotensi render aspirin
kurang efektif bila digunakan untuk cardioprotection dan strokeprevention.”
Memungkinkan cukup waktu antara dosis ibuprofen dan segera-release (IR)
aspirin dapat menghindari masalah ini. Waktu berlalu direkomendasikan antara
dosis ibuprofen dan dosis aspirin tergantung pada yang diambil pertama. Ini akan
menjadi 30 menit atau lebih untuk ibuprofen diambil setelah IR aspirin, dan 8 jam
atau lebih untuk ibuprofen diambil sebelum aspirin IR. Namun, waktu ini tidak
dapat direkomendasikan untuk aspirin enterik berlapis. Tapi, jika ibuprofen
dikonsumasi hanya kadang-kadang tanpa waktu yang direkomendasikan,
pengurangan cardioprotection dan stroke pencegahan rejimen aspirin setiap hari
berdampak minimal.

Anda mungkin juga menyukai