Anda di halaman 1dari 18

TOL LAUT

Oleh:

Dwi Putri Meliana 0302517001

Meri Herlina 0302517008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan yang memiliki laut yang luas dan garis pantai yang
panjang, sektor maritim dan kelautan berperan penting bagi Indonesia baik dalam
aspek ekonomi dan lingkungan, social budaya, hukum dan keamanan (Forum
Rektor Indonesia, 2015). Posisi geografis Indonesia sangat strategis. Indonesia
terletak di antara persilangan dua benua dan dua samudra, hal tersebut menjadikan
wilayah laut Indonesia sebagai urat nadi perdagangan dunia. Hal itu dapat
dibuktikan dari Selat Malaka dan jalur ALKI yang secara umum merupakan jalur
perdagangan strategis yang dilalui kapal-kapal perdagangan dunia dengan volume
perdangangan mencapai 45 persen dari total nilai perdagangan seluruh dunia
(Nugroho, 2014). Özpeynirci, et. al (2012) menyatakan bahwa struktur geografis
merupakan alasan utama suatu negara atau wilayah untuk menentukan sistem
transportasi yang digunakannya.

Melihat fakta-fakta struktur geografis Indonesia, dimana wilayah laut


Indonesia lebih luas dari wilayah daratannya, seharusnya transportasi laut menjadi
prioritas penggunaan, pengembangan dan perbaikan. Transportasi laut berperan
penting dalam menghubungkan satu daerah dengan pulau lain sehingga dapat
merangsang pertumbuhan ekonomi daerah (transport promote the trade) serta
menunjang perekonomian yang telah berkembang (trade follow the ship). Fakta
lapangan memperlihatkan bahwa transportasi laut di Indonesia belum menjadi
prioritas penggunaan, pengembangan dan perbaikan. Aktivitas distribusi barang di
Indonesia masih menggunakan jalur darat yaitu sebesar 90%, sementara jalur laut
hanya dimanfaatkan sebesar 9% dan 1% menggunakan kereta api (Neraca, 2014).

Kualitas pelabuhan Indonesia berada di peringkat 96 dunia, sementara kualitas


pelabuhan Singapura dan Malaysia masing-masing di peringkat 2 dan 19 dunia.
Kualitas ini dinilai dari durasi dwelling time di Indonesia pada akhir 2015 yang
membutuhkan waktu selama 5-6 hari, sedangkan di Malaysia kurang dari 4 hari,
dan di Singapura hanya kurang dari 2 hari (Martono, 2016). Pembangunan
infrastruktur Indonesia (baik infrastruktur pelabuhan maupun jalan dan jembatan)
mayoritas masih terpusat di Pulau Jawa, sehingga pengiriman barang ke wilayah
timur Indonesia menjadi mahal. Kapal yang penuh mengangkut barang ke wilayah
Timur juga seringkali kembali ke Pulau Jawa dalam keadaan kosong atau hanya
memuat sedikit barang saja. Tidak adanya barang yang diangkut dari Indonesia
Timur inilah yang menyebabkan kebanyakan perusahaan pelayaran enggan untuk
menentukan jadwal yang tetap untuk keberangkatan kapal pengangkut barang ke
dan dari Indonesia Timur (ship follow the trade).

Berbagai permasalahan diatas menimbulkan kesenjangan harga barang-barang


antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur, atau yang biasa kita kenal dengan
disparitas harga. Solusi atas masalah disparitas harga yang terjadi antara wilayah
barat dan wilayah timur Indonesia tersebut diberikan Presiden RI Joko Widodo
dengan meluncurkan program tol laut.

Tol Laut merupakan sistem jalur distribusi logistik menggunakan angkutan


kapal barang dengan rute terjadwal dari ujung barat hingga timur dan dari utara ke
selatan Indonesia. Tol laut bertujuan untuk mengembangkan ekonomi maritim,
dengan menjadikan laut sebagai basis konektivitas produksi dan pemasaran antar
daerah/pulau di Indonesia dan regional. Pemerintah berharap dengan adanya
program tol laut ini dapat menurunkan biaya logistik yang selama ini memegang
kunci penting untuk disparitas harga yang terjadi antara pulau Jawa dan pulau
non-Jawa. Sehingga, stabilitas harga barang maupun komoditas antar daerah dapat
terjaga

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep tol laut?
2. Bagaimanakah kondisi tol laut di Indonesia?
3. Bagaimanakah kebijakan tol laut di Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep tol laut
2. Memahami kondisi tol laut di Indonesia
3. Menganalisis kebijakan tol laut di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tol Laut

1) Pengertian Tol Laut

Pengertian Tol Laut yang ditekankan oleh Presiden Joko Widodo merupakan
suatu konsep memperkuat jalur pelayaran yang dititikberatkan pada Indonesia
bagian Timur. Konsep tersebut selain untuk mengkoneksikan jalur pelayaran dari
barat ke timur Indonesia juga akan mempermudah akses niaga dari negara-negara
Pasifik bagian selatan ke negara Asia bagian Timur. Ide dari konsep tol laut
tersebut akan membuka akses regional dengan cara membuat dua pelabuhan besar
berskala hub international yang dapat melayani kapal-kapal niaga besar diatas
3.000 TEU atau sekelas kapal panamax 6000 TEU. Melalui realisasi rencana
tersebut diharapkan Indonesia dapat memiliki peran yang signifikan dalam
mendukung distribusi logistik internasional.

2) Sebab Munculnya Gagasan Tol Laut

Pemerintah mengungkapkan pentingnya pembangunan tol laut guna


meningkatkan konektivitas antar wilayah di Indonesia. Sebab, terkoneksinya antar
wilayah dari Sabang hingga Merauke mampu memberi dampak positif.
Pemerintah memaparkan, dengan berfungsinya tol laut berupa kapal laut yang
bergerak dari barat ke timur Indonesia, dapat memudahkan pengiriman barang,
dari barat Indonesia ke wilayah timur misalnya. Pemerintah meyakini bahwa
dengan tersambungnya pulau-pulau di Indonesia dengan tol laut, diharapkan
mampu menekan perbedaan atau disparitas harga yang tinggi antara wilayah barat
dan timur Indonesia. Namun, kendala yang ada terkait infrastruktur tidak bisa
dijadikan alasan untuk menunda pembangunan infrastruktur, khususnya tol laut.
Dengan adanya tol laut diharapkan harga-harga barang bisa lebih terkendali.
Dengan begitu, disparitas harga bisa diminimalkan.
3) Cara Yang Dilakukan Pemerintah Menjalankan Fungsi Tol Laut
Strategi dan kebijakan pemerintah yang banyak memusatkan fitur pada jalan
darat membuat banyak pengirim barang memilih jalur ini. Sayangnya,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi membuat lalu lintas kargo tumbuh secara
eksponensial lebih pesat di luar pertumbuhan jalan raya yang dibangun, tak ayal
menyebabkan adanya kemacetan. Hal ini menjadi masalah yang signifikan bagi
sistem logistik. Disisi lain, program tol laut ini akan siap mengakomodasi
pengalihan muatan kargo dari jalan darat menuju transportasi laut.
Demi mengatasi masalah konektivitas secara efektif, baik pemerintah maupun
masyarakat Indonesia harus mengubah paradigma, evaluasi, dan mendefinisikan
ulang strategi besar yang ada. Sebagai kebijakan baru dan belum
diimplementasikan, program tol laut berpotensi berdampak untuk mengatasi
masalah konektivitas.
Lantas, sebenarnya, apa langkah-langkah penting yang harus dilakukan
pemerintah untuk menjadikan tol laut sebagai konektivitas yang efisien?
Demi memenuhi standar tersebut, pemerintah harus membentuk satuan tugas
antar kementerian terkait, seperti Kementerian BUMN, Kementerian
Perhubungan, Kementerian PUPR, dan Kementerian Keuangan yang berjalan
selaras baik dalam koordinasi, program maupun kebijakan di bawah Kementerian
Koordinasi Maritim.
Selanjutnya, Kementerian BUMN perlu menugaskan BUMN Pelabuhan
Indonesia untuk terlibat langsung dalam pengembangan, peningkatan, dan
pengoperasian pelabuhan. PT Marga Jasa dan PT Kereta Api Indonesia
memprioritaskan pengembangan jaringan transportasi jalan raya dan kereta api
antara pelabuhan dan daerah pedalamannya. Adapun PT Pelayaran Nasional
Indonesia akan mengoperasikan kapal kontainer di koridor laut utama dan
lilitannya.
Selanjutnya, Kementerian Perhubungan mengevaluasi dan menganalisa
kebijakan dan logistik yang berdampak pada program tol laut. Hal yang sama
berlaku bagi Kementerian PUPR yang berperan sebagai ortoritas dan regulator
pada konsesi jalan raya.
Kemudian, Kementerian Keuangan menyiapkan kebijakan insentif fiskal untuk
mendorong pengiriman kargo dari angkutan darat ke angkutan laut serta
merelokasi dan membangun pabrik di Kawasan Timur Indonesia.
Sebagai koreksi terhadap strategi besar yang ada, program tol laut tidak
diragukan lagi merupakan solusi yang paling tepat bagi Indonesia untuk
mengatasi masalah konektivitas, dan tingginya biaya logistik serta pembangunan
yang tidak merata karena terbukti secara teoritis banyak negara maju mengakui
bahwa transportasi laut adalah transportasi yang paling efisien.

4) Dampak Tol Laut


Efek program tol laut yang menjadi andalan pemerintahan Jokowi-JK, dengan
salah satunya peningkatan fasilitas pelabuhan diyakini mulai terasa dengan
menekan biaya logistik dan membuat harga murah. Diterangkan sejauh ini sudah
terdapat penurunan harga di luar Jawa serta membuat biaya produksi lebih
efesien.
Tol laut dapat membuat harga menjadi lebih murah, lantaran kapal kini
terjadwal untuk datang sehingga pembangunan juga lebih cepat terlaksana. Tol
laut merupakan jalur pelayaran bebas hambatan, menghubungkan pelabuhan-
pelabuhan antar pulau di Indonesia. Setelah terhubung dengan tol laut, maka
diharapkan tidak ada lagi kelangkaan barang seperti sembako, kelangkaan BBM,
dan semen.

B. Tol Laut di Indonesia

1) Kondisi Transportasi Laut Indonesia

Peringkat Indonesia dalam Logistic Performance Index (LPI) naik dari


peringkat 59 pada tahun 2012 menjadi peringkat 53 pada tahun 2014. Namun
demikian, kenaikan tersebut masih menempatkan Indonesia dibawah negara-
negara tetangga seperti Singapura (peringkat 5), Malaysia (peringkat 25),
Thailand (peringkat 35), bahkan Vietnam (peringkat 48).

Dalam enam komponen yang diukur di dalam Logistics Performance Index


(LPI), menunjukkan sektor kepelabuhanan memiliki permasalahan yang paling
besar dimana komponen custom, infrastruktur dan international shipments masih
berada dibawah rerata LPI.

Gambar 1. Logistics Performance Index (LPI) 2014


Sumber: Buku Tol Laut

Dalam laporan UNCTAD 2014, jumlah akumulasi berat kapal (DWT)


yang berbendera Indonesia menempati urutan ke-20 terbesar dunia, sementara dari
jumlah unit kapal menempati posisi tujuh. Hal tersebut menunjukkan bahwa kapal
yang beroperasi untuk pergerakan domestik di Indonesia umumnya adalah kapal
kecil. Hal tersebut dapat disebabkan oleh karena faktor fleksibilitas kapal ukuran
kecil yang mampu menjangkau wilayah yang memiliki dukungan infrastruktur
kepelabuhanan yang minimum

2) Kontribusi PDB Indonesia Berdasarkan Pulau

Saat ini transportasi angkutan laut domestik masih terpusat melayani wilayah
yang memiliki aktifitas ekonomi tinggi yaitu di wilayah Barat Indonesia meskipun
karakteristik kepulauan di wilayah Timur Indonesia telah menjadikan transportasi
laut sebagai tulang punggung aktivitas pergerakannya saat ini. Konsep tersebut
dikenal sebagai konsep pembangunan ship follow the trade dimana konsep
tersebut memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap percepatan pertumbuhan
ekonomi nasional.

Namun untuk mewujudkan pemerataan, diperlukan pembangunan dengan


konsep ship promote the trade, dimana pembangunan konektivitas di wilayah
Timur Indonesia diharapkan mampu meningkatkan aktivitas ekonomi dan
perdagangannya. Pengembangan pelayanan transportasi laut sebagai tulang
punggung distribusi logistik yang menghubungkan wilayah Barat dan Timur
Indonesia diharapkan mampu menurunkan biaya logistik sehingga mempercepat
pertumbuhan ekonomi disertai terwujudnya pemerataan.

Gambar 2. Kontribusi PDB Indonesia Berdasarkan Pulau


Sumber: Buku Tol Laut

3) Arus Perdagangan Menggunakan Armada Laut

Pada periode pembangunan jangka menengah 2015-2019, konsep Tol Laut


diimplementasikan diantaranya untuk tujuan peningkatan kinerja transportasi laut
melalui perbaikan jaringan pelayaran domestik dan internasional, penurunan
dwelling time sebagai penghambat utama kinerja pelabuhan nasional, serta
peningkatan peran transportasi laut Indonesia yang saat ini baru mencapai 4% dari
seluruh transportasi Indonesia, dimana share tersebut sangat kecil bagi sebuah
negara kepulauan.

Melalui sinergi implementasi konsep Tol Laut diharapkan berdampak


terhadap terciptanya keunggulan kompetitif bangsa, terciptanya perkuatan industri
nasional di seluruh hinterland pelabuhan strategis, serta tercapainya PDB tertinggi
di Asia Tenggara yang disertai pemerataan nasional dan disparitas harga yang
rendah.

Gambar 3. Arus perdangan menggunakan armada laut


Sumber: Buku Tol Laut

4) Produktivitas Angkutan Laut

Layanan angkutan laut dalam negeri yang saat ini telah didominasi oleh
armada laut berbendera Indonesia yang menunjukkan keberhasilan implementasi
asas Cabotage. Namun untuk layanan angkutan laut luar negeri (internasional),
saat ini masih didominasi oleh armada asing, sehingga menyebabkan defisit
transaksi jasa dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Di Tahun 2012 untuk
pangsa muatan 9,8% defisit sekitar USD 10 milyar. Peningkatan pangsa muatan
angkutan luar negeri menggunakan armada nasional atau implementasi asas
Beyond Cabotage perlu segera direalisasikan, diantaranya melalui perubahan
term-of-trade dan pengembangan pelabuhan Hub International.

Saat ini total jumlah pelabuhan di Indonesia baik komersial maupun non-
komersial yaitu berjumlah 1.241 pelabuhan, atau satu pelabuhan melayani 14
pulau (14,1 pulau/pelabuhan) dengan luas rerata 1548 km2/pelabuhan. Keadaan
infrastruktur tersebut masih belum berimbang jika dibandingkan negara kepulauan
lainnya di Asia, misalnya: Jepang 3,6 pulau/pelabuhan dan 340 km2/pelabuhan;
serta Filipina 10,1 pulau/pelabuhan dan 460 km2/pelabuhan. Keadaan tersebut,
disertai tingginya jumlah armada laut di Indonesia seperti telah dijelaskan,
menyebabkan tingginya antrian sandar kapal di Indonesia.

Gambar 4. Produktivitas Angkutan Laut


Sumber: Buku Tol Laut

5) Sebaran Pelabuhan di Indonesia

Gambar 5. Sebaran Pelabuhan di Indonesia


Sumber: Buku Tol Laut
Jumlah terminal khusus (Tersus) dan terminal untuk kepentingan sendiri
(TUKS) yang banyak menunjukkan tingginya kebutuhan dan potensi
pengembangan infrastruktur transportasi laut. Saat ini jumlah pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan internasional cukup banyak (141 pelabuhan) yang
umumnya digunakan untuk kegiatan eksport. Kegiatan import saat ini telah
terkonsentrasi di pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan
Makassar. Sedangkan RIPN telah menetapkan dua pelabuhan sebagai Hub
Internasional yaitu pelabuhan Bitung dan Kuala Tanjung, dimana terletak di
wilayah luar Indonesia.

C. Kebijakan Tol Laut

Kebijakan tol laut merupakan produk kebijakan publik sebagai


pengejawantahan Nawacita Presiden Jokowi berupa konektivitas laut secara
efektif dengan kapal yang berlayar secara rutin dan terjadwal. Tujuan kebijakan
tol laut untuk menekan disparitas harga dan kepadatan lalu lintas. Dampak
kebijakan tol laut terhadap aspek lingkungan yaitu hadirnya tol laut membuat
meningkatnya kepadatan lalu lintas menjadi ramai, adanya kerusakan jalan di
dalam pelabuhan.

Gambar 6. Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi Antar Wilayah


Sumber : Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik-Vol 4 No. 1.

Kebijakan publik selalu memiliki tujuan, seperti kebijakan pemerintah


membangun Tol Laut untuk menggerakkan roda perekonomian secara efisien dan
merata dan mengurangi kepadatan lalu lintas yang terjadi di Pelabuhan Bakauheni
dan saat Hari Libur Nasional ataupun Perayaan Umat Islam.
1) Implementasi Tol Laut
Pemerintah atau PT PELNI sebagai pelaksana program tol laut memiliki
rute yang lebih panjang jika dibandingkan dengan perusahaan pelayaran swasta.
Untuk ketiga trayek yang dimilikinya, tol laut melalui masing-masing 6 kota,
sedangkan perusahaan pelayaran swasta untuk setiap rute yang mereka miliki,
hanya melalui 2 sampai 5 kota. Rute yang dijalankan dalam program Tol Laut
adalah rute baru.
Perbedaan jumlah frekuensi pelayaran milik PT PELNI dan perusahaan
pelayaran swasta untuk ke pelabuhan-pelabuhan di Indonesia Timur disebabkan
oleh 2 faktor, yaitu panjangnya rute dan jumlah kapal yang dimiliki. Lebih
panjangnya rute yang dimiliki tol laut menyebabkan kapal-kapal tol laut
membutuhkan waktu berlayar yang lebih lama dibandingkan dengan kapal-kapal
perusahaan pelayaran swasta yang memiliki rute yang lebih pendek. Untuk trayek
1 dan trayek 3 kapal tol laut membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan pulang-
pergi, sedangkan untuk trayek 2 kapal tol laut membutuhkan waktu kurang lebih 2
bulan untuk pulang pergi. Selain karena perbedaan panjang rute yang dimiliki,
perbedaan jumlah kapal yang dimiliki PT PELNI dan perusahaan pelayaran
swasta juga mempengaruhi frekuensi pelayaran keduanya. PT PELNI yang
sebelumnya hanya melayani kapal penumpang, hanya memiliki 1 kapal barang
untuk masing-masing trayek, sedangkan untuk menjalankan tiap-tiap rutenya,
perusahaan pelayaran swasta memiliki minimal 2 kapal. Faktor-faktor inilah yang
akhirnya menjadi penyebab perbedaan frekuensi pelayaran antara tol laut dan
perusahaan pelayaran swasta.
Pada awal mula dijalankannya program tol laut, sebagian besar kapal tidak
memiliki muatan yang cukup. Namun, berdasarkan data penelitian, jumlah
muatannya terus mengalami kenaikan. Rata-rata muatan tiap kapal sebesar 100
TEUs ke atas yang menyebabkan kapal-kapal tol laut berhasil memenuhi sekitar
95% s/d 100% dari kapasitas maksimal muatan kapal untuk setiap keberangkatan.
Gambar 7. Muatan 3 Kapal dari 3 Trayek Tol Laut (dalam TEUs)
Sumber : Laporan Rekapitulasi Kapal Tol Laut (PT. PELNI 2015-2016; diolah)

Rute pelayaran tol laut lebih panjang jika dibandingkan dengan rute
pelayaran swasta. Hal tersebut menyebabkan frekuensi pelayaran kapal tol laut
lebih sedikit jika dibandingkan dengan frekuensi pelayaran swasta, akibatnya
meskipun jumlah muatan kapal tol laut mengalami kenaikan dan memiliki garis
trend positif, tetapi volume muatan yang diangkut oleh kapal tol laut masih jauh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan volume muatan yang diangkut pelayaran
swasta.
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi pelayaran dan volume muatan kapal
tol laut untuk rute dari Surabaya ke Indonesia Timur jauh lebih kecil
dibandingkan dengan frekuensi pelayaran dan volume muatan kapal swasta
dikarenakan panjangnya rute yang ada. Selain itu frekuensi kota-kota tujuan yang
dikunjungi dalam rute-rute tol laut, seperti kota Fak-Fak, Kalabahi, Merauke, dan
Lewoleba memiliki garis trend negatif dengan kecenderungan mengalami
penurunan jumlah muatan.
Program tol laut selama ini telah dilaksanakan dengan rute dan frekuensi
yang konsisten sehingga dapat menjamin ketersediaan barang-barang kebutuhan
pokok dan barang-barang penting di kota-kota yang menjadi tujuan ketiga trayek
tol laut. Rute tol laut dari Surabaya ke Indonesia Timur dan sebaliknya merupakan
rute pelayaran baru yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan mengurangi
disparitas harga dan meningkatkan perekonomian daerah.
2) Dampak Kebijakan Tol Laut Terhadap Aspek Lingkungan
Analisis aspek lingkungan dilakukan untuk menjawab “apakah lingkungan
setempat sesuai dengan tol laut yang akan dijalankan dan apakah manfaat tol laut
bagi lingkungan lebih besar dibandingkan dampak negatifnya?’ Gagasan Tol laut
dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan sesuai
dengan kebutuhan gagasan tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar
dibandingkan dampak negatifnya bagi Indonesia. Aspek lingkungan dalam studi
kelayakan bertujuan untuk: Menganalisis dampak positif maupun negatif tol laut
terhadap lingkungan. Menganalis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan dampak negatif gagasan tol laut terhadap lingkungan.
Aspek Lingkungan dalam Tol laut harus dianalisis dengan cermat. Hal ini
disebabkan lingkungan disatu sisi dapat menjadi peluang, namun disisi lain
lingkungan juga dapat menjadi ancaman bagi perkembangan industri. Keberadaan
Tol laut dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat
maupun lingkungan ekologi yang akan dijalankan. Tol laut dapat menimbulkan
berbagai aktivitas sehingga menimbulkan dampak bagi lingkungan disekitarnya.
Perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat dari adanya aktivitas Tol laut
dapat berupa semakin ramainya lokasi disekitar lokasi, timbulnya kerawanan
sosial, timbulnya polusi lingkungan, juga meningkatnya arus lalu lintas laut.
3) Manfaat Sosial Tol Laut
Tol laut menyediakan berbagai kemudahan, di antaranya: a. Pelayanan
untuk perorangan atau kelompok, b. Pertukaran atau penyampaian informasi, c.
Perjalanan untuk bersantai, d. Memendekkan jarak, e. Memencarkan penduduk
4) Manfaat Kewilayahan Tol Laut
Selain dapat memenuhi kebutuhan pendudduk di kota,desa dan pedalaman,
keberhasilan implementasi tol laut dapat memenuhi perkembangan wilayah.
Seiring dengan meningkatnya jumlah habitat, dan semakin majunya peradaban
komunitas manusia, selanjutnya wilayah-wilayah pusat kegiatannya mengekspansi
ke pinggiran wilayah, sedangkan kawasan-kawasan terisolir semakin berkurang
dan jarak antar kota semakin pendek dalam hal waktu. Lebih dari itu kuantitas dan
kualitas baik perkotaan besar maupun perkotaan kecil tumbuh, dimana kota kecil
ditumbuh kembangkan sementara kota besar semakin berkembang, sehingga area
perkotaan semakin meluas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tol Laut merupakan konsep pengangkutan logistik kelautan yang dicetuskan


oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Pemerintah mengungkapkan
pentingnya pembangunan tol laut guna meningkatkan konektivitas antar wilayah
di Indonesia. Sebab, terkoneksinya antar wilayah dari Sabang hingga Merauke
mampu memberi dampak positif.
Efek program tol laut yang menjadi andalan pemerintahan Jokowi-JK, dengan
salah satunya peningkatan fasilitas pelabuhan diyakini mulai terasa dengan
menekan biaya logistik dan membuat harga murah. Diterangkan sejauh ini sudah
terdapat penurunan harga di luar Jawa serta membuat biaya produksi lebih
efesien.
Logistik dan transportasi laut yg efisien dan efektif menjadi tuntutan
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan semua daerah di Indonesia.
Artinya, harus ada koordinasi antar sektor yang berperan dalam kegiatan logistik
termasuk transportasi laut.
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia sehingga
transportasi laut menjadi tulang punggung untuk distribusi barang yang
berdampak langsung terhadap pengurangan disparitas harga bahan pokok dan
bahan penting antara Jawa dan luar Jawa serta konektivitas Pulau Jawa sebagai
pusat produksi dan konsumsi barang dari/ke Luar Jawa.
Muatan balik dari luar jawa ke jawa harus diperbanyak agar efisiensi
penggunaan kapal angkutan barang meningkat (angkutan barang dari jawa ke luar
jawa cukup banyak tetapi, muatan balik relatif sedikit). Hal ini menuntut adanya
pertembuhan simpul-simpul di luar jawa yang menjadi pusat produksi sehingga
menghasilkan barang yagn dapat dipasarkan di Pulau Jawa atau membawa raw
material yang dibutuhkan di pusat produksi Pulau Jawa. Usaha ini harus
dilakukan secara bersinergi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan
Swasta.
B. Saran

Adanya perbaikan akses jalan darat, efisiensi di pelabuhan yang masih belum
siap untuk mendukung tol laut dan poros maritim, dan adanya pembatasan
pelabuhan internasional demi melindungi ekonomi nasional.

Keberpihakan terhadap transportasi laut dan logistik harus dilakukan secara


terus menerus sampai terjadi keseimbangan perkembangan wilayah sehingga
angkutan laut dan logistik menjadi relatif seimbang.

Pelabuhan yang disinggahi angkutan barang (tol laut) juga harus


dikembangkan sebagai pusat pelayanan logistik antara lain seperti penerapan
Rumah Kita di beberapa pelabuhan atau kota yang telah ditunjuk agar
mendekatkan pasar dan sub distribusi logistik ke masyarakat.

Kelengkapan sarana bongkar muat serta sumber daya manusia yang


menangani kegiatan bongkar muat harus tersedia disetiap pelabuhan yang
disinggahi oleh angkutan barang (tol laut) agar terjadi efisiensi pelayanan kapal
angkutan barang (tol laut) sehingga waktu pelayanan dan pelayaran atau voyage
yang ditetapkan tercapai;.
Daftar Pustaka

Forum Rektor Indonesia. 2015. Naskah Akademik 2015. [diakses]. http://


fri2016.uny.ac.id/sites/fri2016.uny.ac.id/files/2.%20NASKAH
%20AKADEMIS.pdf [20 Sep 2016].

Martono, R.V. 2016. Mengenal Konsep Tol Laut dalam Mengurangi Biaya
Logistik Indonesia. SWA Online. [diakses]
http://swa.co.id/swa/myarticle/mengenal-konsep-tol-lautdalam
mengurangi-biaya-logistikindonesia [24 Sep 2016]

Neraca. 2014. Distribusi Barang Lewat Laut, Indonesia Bisa Hemat Rp300
Triliun. Harian Ekonomi Neraca. [diakses] http://www.neraca.co.id/
article/49073/distribusi-baranglewat-laut-indonesia-bisa-hematrp300-
triliun [20 Oct 2016].

Suparwati.dkk, T. (2015). Strategi Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim


Dunia dalam Perspektif Geografi. Jakarta: Badan Informasi Geospasial.

Andilas, D.D, Liana A.Y. 2017. Pelaksanaan Program Tol Laut PT Pelayaran
Nasional Indonesia. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik-Vol 4 No.
1.

Anda mungkin juga menyukai