Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 01

TRANSPORTASI DAN LOGISTIK LAUT

KL3107

“MANFAAT, KEKURANGAN, TANTANGAN, DAN HAL YANG


BISA DITINGKATKAN DARI TOL LAUT”

Disusun oleh:

Fauzi Sudrajat 15521050

Program Studi Teknik Kelautan

Institut Teknologi Bandung

2023
Daftar Isi
Daftar Isi ....................................................................................................................... 1
Pendahuluan ................................................................................................................. 2
Manfaat Tol Laut .......................................................................................................... 3
Kekurangan Tol Laut .................................................................................................... 3
Tantangan Tol Laut ....................................................................................................... 4
Hal Yang Bisa Ditingkatkan dari Tol Laut.................................................................... 5
Penutup ......................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 7

1
I. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 16.766
pulau (BPS, 2021). Negara Indonesia memiliki sekitar 3,4 juta km2 wilayah laut
yang terdiri dari laut pedalaman, kepulauan, dan laut teritorial, serta sekitar 2,9 juta
km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Indonesia juga memiliiki garis pantai sekitar
108.000 km (Pushidros, 2015). Kondisi negara yang berupa kepulauan menyebabkan
sektor maritim menjadi sektor paling strategis yang memengaruhi hampir setiap
bidang kehidupan, di antaranya ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan negara,
lingkungan, dan sosial budaya. Namun, perkembangan sektor maritim Indonesia
masih sangat terbatas.
Besarnya potensi kelautan di Indonesia belum cukup dimanfaatkan untuk
meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia, salah satunya yaitu terkait transportasi
laut. Pertumbuhan ekonomi selama ini hanya terpusat di Pulau Jawa yang
mengakibatkan inefisiensi transportasi laut di Indonesia karena ketidakseimbangan
muatan balik dari wilayah-wilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah,
khususnya di Indonesia bagian Timur (Susanto, et al., 2021). Transportasi laut
sebagai jantung konektivitas antarpulau merupakan bidang yang memegang peranan
penting dalam pembangunan suatu negara. Pemerataan distribusi logistik di
Indonesia hingga saat ini masih menemui hambatan yang seringkali disebabkan oleh
minimnya fasilitas penghubung antarwilayah. Jika dilihat dari sektor transportasi dan
perniagaan, aktivitas transportasi laut di Indonesia masih sangat rendah yakni hanya
4% dari total keseluruhan transportasi di Indonesia. Padahal 90% kegiatan
perdagangan di dunia, baik domestik maupun internasional menggunakan
transportasi laut sebagai sarana distribusi (Bappenas, 2019). Angka tersebut tentu
termasuk sangat kecil bagi negara dengan klaim negara kepulauan terbesar di dunia.
Terlebih, laut Indonesia merupakan jalur strategis yang menghubungkan negara-
negara Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pemerintah membuat suatu program yang bernama tol laut.
Seperti yang tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan UU No. 32 Tahun 2014
tentang Kelautan, pemerintah berupaya untuk mewujudkan visi kelautan Indonesia
menuju poros maritim dunia dengan menyasar pembangunan infrastruktur dan

2
konektivitas transportasi laut yang handal dan kuat dengan membuat program tol
laut. Tol laut adalah sebuah program pengangkutan logistik ke berbagai daerah
dengan menggunakan sarana transportasi laut. Menurut website Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia, tujuan tol laut adalah untuk
mengurangi disparitas harga yang terjadi di Indonesia bagian Timur (Widiastuti, et
al., 2022). Tol laut dirancang oleh pemerintah sejak tahun 2014 untuk menghidupkan
kembali jiwa maritim Indonesia yang telah lama ditinggalkan (Salamah, 2021).

II. Manfaat Tol Laut


Pembangunan tol laut dapat meningkatkan konektivitas antar wilayah di
Indonesia menghubungkan hampir seluruh pelabuhan di Indonesia. Tol laut
merupakan suatu bentuk integrasi transportasi laut yang memanfaatkan potensi
geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Tol laut juga merupakan salah satu
strategi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap jalur pelayaran
internasional yang melewati Selat Malaka dan Selat Sunda. Beberapa manfaat lain
dari tol laut adalah sebagai berikut:
1. Dapat menstimulasi sektor-sektor produktif seperti industri, pertanian,
perikanan, pariwisata, dan lain-lain.
2. Mewujudkan Nawacita, yaitu agenda prioritas Presiden Joko Widodo untuk
memperkuat jati diri Indonesia sebagai negara maritim.
3. Meningkatkan kesejahteraan semua lapisan masyarakat, dengan menurunkan
disparitas harga kebutuhan pokok di berbagai wilayah Indonesia.
4. Meningkatkan kemandirian dan jumlah pendapatan daerah, dengan membuka
akses pasar bagi produk-produk lokal.

III. Kekurangan Tol Laut


Pada kenyataannya, pelaksanaan program tol laut belum dapat mencapai tujuan
awal program ini. Setelah enam tahun berjalan, pada tahun 2019 penurunan disparitas
harga yang menjadi tujuan utama program tol laut belum tercapai secara optimal.
Harga barang yang tinggi masih menjadi pokok masalah terhambatnya
perkembangan perekonomian masyarakat pulau-pulau kecil di Indonesia.

3
Menurut Kementerian Perhubungan, apabila dilihat dari struktur biaya logistik,
porsi biaya angkut laut hanya 19% dari total rangkaian biaya logistik. Hal utama yang
menyebabkan tingginya disparitas harga di daerah barat dan timur adalah karena
banyaknya praktik monopoli yang dilakukan oleh penyalur barang yang sudah terjadi
berpuluh-puluh tahun.
Menurut Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), pemerintah terlalu banyak
memberikan subsidi dalam bidang pelayaran yang seharusnya menjadi lebih efektif
jika digunakan untuk pembangunan infrastruktur pelabuhan. Pemberian subsidi bagi
jasa pelayaran juga rawan akan adanya penyelewengan oleh pihak perusahaan.
Pemberian subsidi juga dapat menyebabkan ketergantungan, di sisi lain kondisi
pelabuhan belum sepenuhnya mendapat perawatan yang memadai.
Program tol laut belum bisa mendorong peningkatan muatan dari Indonesia
timur. Seringkali kapal yang bersandar di Indonesia bagian Timur kembali dalam
keadaan kosong, padahal semestinya kapal tersebut membawa barang muatan hasil
bumi dari daerah-daerah tersebut sehingga biaya pelayaran dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Selama program tol laut dilaksanakan, tingkat angkut muatan barang tertinggi
masih dari Tanjung Priok, yakni 14.717.243 ton atau sekitar 43% dari total barang
dalam negeri yang dimuat di pelabuhan utama. Lalu, di urutan kedua Pelabuhan
Balikpapan yaitu 9.562.032 ton atau sekitar 28%, diikuti Pelabuhan Tanjung Perak
dengan 4.728.030 ton atau sekitar 14%, Pelabuhan Makassar 4.228.552 ton atau
sekitar 13%, dan Pelabuhan Belawan di urutan terakhir dengan total angkut muatan
732.512 yang mana hanya sekitar 2% dari total barang yang dimuat di pelabuhan
utama (Supply Chain Indonesia, 2020).

IV. Tantangan Tol Laut


Daerah tujuan 3TP (Terluar, Terdepan, Tertinggal, dan Perbatasan) terkendala
dengan sulitnya mengontrol harga jual oleh pedagang yang mendatangkan barang
dari Pulau Jawa. Pedagang yang telah terlebih dahulu menguasai distribusi logistik
di daerah 3TP memiliki armada lain yang digunakan untuk pendistribusian ke daerah
yang jauh dari pelabuhan. Sehingga keterbatasan armada yang dimiliki pemerintah
juga menjadi kendala dalam upaya pendistribusian ke konsumen di daerah 3TP. Hal

4
ini mengakibatkan harga menjadi tidak terkendali. Hal utama yang menyebabkan
tingginya disparitas harga di daerah barat dan timur adalah karena banyaknya praktik
monopoli yang dilakukan oleh penyalur barang yang sudah terjadi berpuluh-puluh
tahun.
Tantangan lain pada operasional program tol laut yaitu upaya menjaga
frekuensi kapal agar dapat berlayar secara rutin dan tepat waktu sesuai dengan
jadwal. Selama ini kapal kargo sering terlambat berangkat menuju Indonesia bagian
Timur karena harus menunggu konsolidasi muatan yang belum siap saat kapal sudah
datang. Hal ini merupakan buntut dari sering terjadinya kemacetan lalu lintas darat
di jalur menuju pelabuhan. Selain itu, di Indonesia masih sangat sedikit pelabuhan
yang telah menyediakan peralatan bongkar muat modern.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, menyampaikan
total pelabuhan di Indonesia, baik pelabuhan komersial maupun nonkomersial,
berjumlah 1.241 pelabuhan, dengan jumlah pelabuhan yang terhubung dalam tol laut
ada 100 pelabuhan lebih. Dari jumlah total pelabuhan yang ada, berarti Indonesia
memiliki rata-rata 14 pulau per satu pelabuhan atau dari 1.548 km2 terdapat satu
pelabuhan. Jumlah tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara
kepulauan lainnya di Asia, yaitu Jepang yang memiliki empat pulau dengan satu
pelabuhan atau 340 km2 /pelabuhan, dan Filipina 10 pulau dengan satu pelabuhan
atau 460 km2 /pelabuhan.

V. Hal Yang Bisa Ditingkatkan dari Tol Laut


Keterbatasan armada yang dimiliki pemerintah menjadi kendala dalam upaya
pendistribusian logistik ke daerah yang jauh dari pelabuhan. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk melakukan monopoli harga karena mereka
memiliki armada untuk distribusi ke daerah-daerah tersebut. Untuk menghilangkan
praktik tersebut, pemerintah mendirikan pusat penyaluran barang di daerah 3TP yang
resmi dan terorganisir untuk bertanggung jawab pada penyaluran logistik daerah 3TP
yang jauh dari pelabuhan.
Pemberian subsidi bagi jasa pelayaran rawan akan adanya penyelewengan oleh
pihak perusahaan. Pemberian subsidi juga dapat menyebabkan ketergantungan. Oleh
karena itu, subsidi semestinya bisa lebih difokuskan untuk pembangunan ataupun

5
pembenahan infrastruktur pelabuhan di daerah-daerah agar bongkar muat maupun
masa tunggu kapal tidak harus menunggu berhari-hari sehingga pelayaran dapat
berjalan rutin dan terjadwal. Selain itu, pemerintah juga perlu membuat pelabuhan
untuk pulau-pulau kecil agar distribusi tidak perlu melalui para penyalur yang sering
melakukan praktik monopoli.
Perlu ada pemangkasan biaya untuk penanganan barang di pelabuhan, karena
hal tersebut yang menjadi penyebab tingginya disparitas harga. Untuk meningkatkan
jumlah muatan dari Indonesia bagian Timur, pemerintah bisa menetapkan harga yang
lebih rendah untuk penanganan barang di pelabuhan-pelabuhan Indonesia Timur agar
masyarakat terdorong untuk melakukan pengiriman barang melalui tol laut. Selain
itu, penerapan sistem informasi logistik nasional yang terintegrasi dan transparan
untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian arus barang juga perlu dilakukan.

VI. Penutup
Pembangunan tol laut di Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan
konektivitas antarwilayah dan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di berbagai
pulau. Konsep tol laut membawa manfaat penting dalam meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Namun, ada beberapa tantangan yang
harus diatasi agar program tol laut dapat berjalan lebih efektif. Tantangan tersebut
antara lain terkait dengan disparitas harga di wilayah barat dan timur Indonesia.
Praktik monopoli dan subsidi yang belum optimal dalam sektor pelayaran menjadi
faktor penyebabnya. Di samping itu, kendala operasional seperti frekuensi kapal
yang terganggu akibat keterlambatan konsolidasi muatan serta keterbatasan peralatan
bongkar muat di beberapa pelabuhan juga perlu mendapat perhatian. Untuk
mengatasi tantangan ini, beberapa langkah perlu diambil. Pemerintah perlu
mengatasi masalah monopoli dan memastikan subsidi dialokasikan untuk
pembangunan infrastruktur pelabuhan yang memadai.
Pembangunan tol laut di Indonesia adalah proses yang kompleks. Namun
dengan komitmen dari berbagai pihak terkait, program ini dapat dijalankan lebih
efektif demi mewujudkan konektivitas yang lebih baik dan merata di seluruh penjuru
Indonesia.

6
Daftar Pustaka

Salamah, U., 2021. Perlunya Optimalisasi Tol Laut Sebagai Sarana Penunjang Peningkatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jurnal Pena Wimaya, 1(1), pp. 59-77.

Susanto, P. C., Pahala, Y. & Setyowati, T. M., 2021. Konektivitas Pelayaran Perintis Sebagai
Bagian Sistem Distribusi Logistik dalam Mendukung Keberhasilan Tol Laut. Jurnal Transportasi,
Logistik, dan Aviasi, pp. 97-109.

Widiastuti, M. M. D., Syaukat, Y., F. & Hakim, D. B., 2022. Kontribusi Program Tol Laut Rute T19
dalam Mendukung Merauke sebagai Lumbung Pangan Nasional. Agricola Journal, pp. 91-101.

Anda mungkin juga menyukai