PENDAHULUAN
1
2
karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau
lebih dengan menggunakan energi panas.
Ditemukannya logam pertama kali dirasakan sebagai suatu kemajuan
teknologi yang sungguh luar biasa tetapi pada pihak lain perkembangan baru ini
akan menimbulkan suatu permasalahan baru yaitu bagaimana proses
penyambungan dari logamlogam tersebut. Proses penyambungan logam terdiri
dari sambungan baut, sambungan keling, sambungan lipat, sambungan tempa,
patri, solder dan sambungan las (pengelasan). Dalam fabrikasi, konstruksi dan
industri proses sambungan las merupakan salah satu cara yang paling dominan
atau baik apabila dibandingkan dengan cara pengerjaan pemesinan yang lainnya
dikarenakan proses ini sangat praktis, murah dan cepat .
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi tugas montoring dan evaluasi hazard
2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis
mengenai pengolaan batu bata pada industri batu bata
4
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai Plant Survey, K3, dan
penerapannya.
2. Mengetahui masalah bahaya potensial di lingkungan kerja dan
penggunaan alat pelindung diri.
1.4.2 Manfaat bagi Perusahaan
Memperoleh masukan yang dapat dimanfaatkan bagi program
pencegahan gangguan akibat bahaya potensial di lingkungan kerja.
1.4.3 Manfaat bagi Akademi
Meningkatkan saling pengertian dan kerja sama antara mahasiswa,
staf pengajar pimpinan Institusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Jenis Kebisingan
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi
atas :
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising
ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0,5
berturut-turut. Misalnya, mesin, kipas angin, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit.
Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya ia hanya mempunyai
frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz).
Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3. Bising terputus-putus (intermitten). Bising disini tidak terjadi secara
terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. misalnya suara
5
lalu lintas, kebisingan dilapangan kapal terbang,
6
B. Tingkat Kebisingan
Tabel 1. NAB Kebisingan sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011
7
E. Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan tergantung dari penyebabnya. Karena
itu pertama kali yang harus dilakukan adalah pemeriksaan dengan tujuan
untuk mencari sumber penyebab. Bagi para pekerja industri dan juga
pabrik untuk menghindari terpapar bising sebaiknya pengelola
perusahaan menyediakan pencegahan alat atau mengurangi tingkat
kebisingan. Sementara peran orang tua dibutuhkan untuk mengawasi
anak-anaknya agar tidak terlalu sering pergi ke pusat arena permainan.
Dan selalu diingatkan apabila anak-anak memakai i-pad dalam waktu
yang lama (lebih dari 2 jam).
2.1.2 Pencahanyaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002,
penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah
satu masalah lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu
10
2.1.3 Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999).
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono,2003:35). Getaran ialah
gerakan ossilasi disekitar titik (J.M. Harrington, 1996:187).Vibrasi adalah
gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis,
misalnya mesinatau alat-alat mekanis lainnya (J.F. Gabriel, 1996:96).
Geteran merupakan efek suatu sumberyang memakai satuan ukuran hertz
(Depkes, 2003:21). Getaran adalah suatu factor fisik yangmenjalar ke tubuh
manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar
(oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam
tempat kerja (EmilSalim, 2002:253)
A. Jenis Getaran
Berdasarkan jenis pemajanannya, getaran dibedakan menjadi 2 bentuk,
yaitu :
1. Getaran seluruh badan (whole body vibration)
2. Getaran pada tangan dan lengan (hand and arm vibration)
Pengaruh whole body vibration memicu terjadinya :
a. Penglihatan kabur
b. Sakit kepala
c. Sakit pada persendian dan otot
d. Gemeteran (shakeness)
e. Kerusakan organ tubuh bagian dalam
14
B. Pengendalian Getaran
Pengendalian resiko tersebut meliputi :
1. Engineering Control : Pemasangan vibration damper untuk meredam
getaran, peredam getaran ini dapat berupa pegas atau bantalan
peredam yang dapat dibuat dari karet, gabusatau bahan lain yang
dapat meredam getaran. Design tempat kerja agar pekerja tidak
menerima beban berlebihan dari perlatan yang digunakan.
2. Administratif Kontrol : Pengaturan jadwal kerja atau pergantian shift
kerja untuk mengurangi pemaparan getaran pada pekerja.
3. Subtitution : Penggantian metode kerja, misalnya dengan automasi
atau mekanisasikerja. Dan penggantian alat yang sudah tua, yang
memiliki vibrasi tinggi dengan alat-alatyang tingkat getarannya
rendah.
4. Maintenance : Melakukan pemeriksaan secara berkala tentang
vibrasi yang terdapat padaperalatan atau mesin dengan alat ukur
getaran unutk mengetahui tingkat vibrasi mesin.
5. Alat Pelindung Diri (APD) : Dalam memilih APD yang sesuai harus
diperhatiakn tipevibrasinya, untuk getaran menyeluruh sebaiknya
menggunakan APD full Body protection yang terbuat dari bahan
15
karet atau kulit, selain itu pakaian pelindung ini harus juga bisa
menjaga pekerja tetap hangat dan kering untuk mencegah terjadinya
pengembangan Vibration White Finger. Sedangkan untuk getaran
setempat atau hand-arm vibration sebaiknya menggunakan sarung
tangan yang terbuat dari bahan karet atau kulit.
6. Pemeriksaan Kesehatan : Penyediaan pemeriksaan kesehatan pada
semua pekerja sangat penting, hal ini dilakuakan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor kesehatan pekerja yang mengakibatkan
seorang pekerja mengalami resiko vibrasi.
Tujuan pemeriksaan kesehatan yaitu :
a. Mengidentifikasi seseorang yang terpapar getaran yang mungkin
mereka hanya mengalami resiko tertentu misalnya gangguan
pembuluh darah seperti Raynauds Disease.
b. Mengidentifikasi penyakit yang berkaitan dengan vibrasi sejak
awal pada pekerja yang terpapar terus-menerus.
c. Mencegah berkembangnya suatu penyakit yang akhirnya dapat
menyebabkan cacat
d. Mengecek kefektifan dari pengendalian vibrasi yang telah
dilakukan.
Ada 3 program pemeriksaan kesehatan yang dapat di laksanakan dalam
perusahaan :
1. Sebelum Bekerja : Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ini
dilakukan pada pekerja baruatau pekerja yang baru bekerja
dilingkungan yang terpapar getaran. Pekerja yang menderita kelainan
pembuluh darah, kelaianan jantung, arthritis, kelainan saraf harus
dihindarkan dari paparan getaran.
2. Pemeriksaan Berkala : Pemeriksaan berkala dapat dilakukan pada
pekerja yang sudah lama bekerja dan mengalami paparan,
pemeriksaan berkala ini bertujuan untuk mengontrol kondisi
kesehatan pekerja. Biasanya pemeriksaan berkala dilakukan setahun
sekali.
16
2.1.4 Suhu
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.PER/13/MEN/X/2011
tentang (klim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran
panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Menurut
Sumamur PK, iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban
udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor
tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut
dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja
adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan
udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.
Kondisi ekstrem pada lingkungan kerja sebaiknya dihindari, karena
tekanan/terpaan panas yang mengenai tubuh manusia dapat mengakibatkan
berbagai permasalahan kesehatan hingga kematian. Kematian tersebut
diakibatkan oleh berbagai penyakit yang diakibatkan oleh terpaan panas
pada tubuh. Berbagai penyakit tersebut meliputi :
1. Heat Rash merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan
penyakit akibat tekanan panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas,
kondisi lembab dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan
pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebgaian kecil area kulit atau
bagian tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi
keringat tidak akan kembali normal untuk 4 sampai 6 minggu.
2. Heat Syncope adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri
darigangguan ini adalah pening dan pingsan akibat berada dalam
lingkungan panas pada waktu yang cukup lama.
Heat Cramp merupakan penyakit yang menimbulkan gejala seperti
rasa nyeri dan kejang pada kakai, tangan dan abdomen banyak
17
2.1.5 Radiasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam
bentuk partikel atau gelombang. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya
adalah suatu cara perambatan energy dari sumber energy ke lingkungan
tanpa membutuhkan medium.
A. Resiko Radiasi
Radiasi menyebabkan terionisasinya molekul sel di dalam
jaringan tubuh..Ionisasi adalah terlepasnya elektron dari atom, yang
menyebabkan suatu atom menjadi atom bermuatan atau ion bebas. Ion
yang terbentuk menjadi lebih reaktif dan dengan mudah dapat bereaksi
atau mengoksidasi atom lain dalam suatu sel jaringan yang
menyebabkan sel menjadi rusak.
Sel jaringan juga bisa rusak karena dosis yang rendah,
sebagaimana kita setiap hari menerima radiasi pengion dari sumber
radiasi alam, akan tetapi sel jaringan dapat memperbaiki dirinya secara
alamiah dan cepat. Setiap hari jutaan sel di tubuh kita mati, dan tubuh
kita dapat menggantinya dengan cepat atau terjadi regenerasi sel, tidak
ada risiko karena matinya sel-sel jaringan tubuh.Yang perlu mendapat
perhatian adalah apabila terjadi kerusaan sel yang menyebabkan
pertumbuhan sel yang abnormal. Pada kondisi sel rusak yang tumbuh
secara abnormal dapat menjadi apa yang kita kenal sebagai kanker. Hal
inilah yang menjadi dasar meningkatnya risiko kanker karena terpapari
dengan radiasi pengion, baik dari radiasi alam maupun buatan.
B. Aturan Keselamatan Umum
1. Lakukanlah selalu pemonitoran kontaminasi setelah bekerja dengan
sumber radiasi menggunakan hand and foot monitor, contamination
monitor, GM survey meter atau instrumen lain yang sesuai.
Pemonitoran kontaminasi adalah pertahanan utama anda untuk
mencegah terjadinya pemaparan external atau internal yang
berlebihan.
Yang perlu anda monitor adalah:
21
dan atau standar teknis yang berlaku. Bila dokumen sudah dinyatakan sesuai oleh
Lembaga Verifikasi maka akan dilanjutkan ke proses berikutnya.
Proses Kedua, yaitu Pemaparan Komprehensif, rapat koordinasi untuk
mendapatkan masukan dari stake holder lainnya seperti dinas kebakaran, dinas
perindustrian, bpbd, dll terkait isi dokumen. Bila ada masukan dari stake holder
maka harus dicantumkan pada dokumen.
Setelah mewati kedua proses penelitian di atas maka dokumen berhak
mendapatkan persetujuan/pengesahan berupa SK Persetujuan Dokumen
Pengendalian Potensi Bahaya oleh Disnakertrans Kab/Kota atau Propinsi. SK
tersebut merupakan Ijin Memulai Operasi (License to Initial Start Up), pernyataan
kelayakan teknis aspek keselamatan dan kesehatan kerja untuk memulai
pengoperasian suatu instalasi.
Dan sekedar tambahan, keberadaan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya
merupakan salah satu elemen yang akan dinilai saat Audit SMK3 PP No. 50
Tahun 2012.
dan pengalaman pekerja. Potensi bahaya psikososial di tempat kerja antara lain
sebagai berikut :
Bahaya energi elektrik terkait erat dengan keberadaan listrik dan berbagai
peralatan elektrik di tempat kerja. Cidera yang diakibatkan dapat bervariasi mulai
dari luka bakar hingga meninggal seketika akibat sengatannya.
Tiga faktor yang mempengaruhi elektrik ialah:
1) Voltan iaitu perbeza keupayaan (difference of electrical potential) antara
dua titik eletrik atau litar eletronik. Unit SI bagi voltan ialah Voltan (V)
2) Arus iaitu merupakan satu kuantiti dalam sains yang menerangkan kadar
pengaliran cas elektrik Unit SI bagi arus ialah Ampere (A)
3) Rintangan yaitu sifat bagi litar di mana elektrik mengalir dan memberi
rintangan kepada arus. Unitnya (R)
Hazad Kebakaran
Kita sering mendengar kemalangan yang berpunca dari elektrik
pastinya melibatkan kebakaran. Fenomena ini berlaku berpuncak dari litar
pintas, lebihan tenaga mengalir (overload) dan lain-lain. Kegagalan ini
34
menyebabkan percikan api ataupun penjanaan tenaga haba yang tinggi yang
berpotensi dalam menyalakan api. Pelepasan cas statik juga penyebab kepada
hazad kebakaran.
Hazad Renjatan
Renjatan elektrik adalah hazad utama pada manusia. Renjatan elektrik
terjadi bila badan atau anggota badan bersentuhan dengan sumber arus
elektrik. Arus ini akan mengalir di dalam badan manusia dan terus ke bumi
untuk dineutralkan. Kesan renjatan elektrik ini memberi kesan yang serius dan
boleh membawa maut. Arus yang mencukupi menyebabkan fungsi anggota
badan terjejas seperti kekejangan otot, kegagalan jantung dan melumpuhkan
sistem pernafasan.
Berikut adalah antara contoh-contoh keadaan dan kelakuan yang
terdedah kepada potensi bahaya elektrik :
1. Pepasangan dilakukan oleh orang yang tidak kompeten.
2. Mengganggu pergerakan jangka.
3. Membuat penyambungan dari rumah ke rumah.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik
dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2),
tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang
menggunakan media air.
4. Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum,
alumunium, natrium, kalium, dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering,
dry powder khusus.
Tabel 4. Klasifikasi Kebakaran
RESIKO MATERIAL ALAT PEMADAM
Dry Chemichal Multiporse dan
Class A Kayu, kertas, kain
ABC soda acid
Dry Chemichal foam ( serbuk
Bensin, Minyak tanah,
Class B bubuk ), BCF (Bromoclorodiflour
varnish
Methane), CO2, dan gas Hallon
Bahan bahan seperti
Dry Chemichal, CO2, gas Hallon
Class C asetelin, methane,
dan BCF
propane dan gas alam
Uranium, magnesium dan Metal x, metal guard, dry sand
Class D
titanium dan bubuk pryme
Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D,
biasanya untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu
tabunng / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.
40
B. Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat
menimbulkan bermacam-macam akibat, antara lain korban jiwa dan harta
benda. Tentunya kejadian tersebut tidak kita inginkan, oleh karena itu
dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya. Pada umumnya
penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan
meliputi :
1. Mencegah Terjadinya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan dilakukan guna mencegah terjadinya
kebakaran. tindakan tersebut harus dilakukan oleh setiap orang untuk itu
diharapkan pengertian dan kesadaran agar dapat melaksanakan apa yang
menjadi tujuan, maka perlu adanya pengarahan dan bimbingan mengenai
pencegahan bahaya kebakaran kepada semua orang, khususnya yang
berada dilingkungan kerja .
2. Perlindungan Bahaya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan yang dilakukan guna melindungi dari
bahaya kebakaran sehingga tidak turut terbakar dalam batas waktu tertentu
atau mencegah meluasnaya kebakaran ketempat lain sebelum
pnanggulangan lebih lanjut
3. Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penanggulangan
kebakaran bersifat represif.
BAB III
41
41
PROFIL PERUSAHAAN
manual handling, brief survey, rula, reba, WTS (Walk Through Survey) dan
SDS (Survey Diagnosis Stress).
c. Metode Kuesioner
Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada
orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat
mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan
jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip
penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip
Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
1) Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
2) Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan
responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-
istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa
Inggris, dsb.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika
pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih
jawaban yang disediakan.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun
sebelumnya. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar
pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah
menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
BAB V
PEMBAHASAN
d) Radiasi 56
c. Perakitan kapal
Kegiatan perakitan kapal, mengelas bagian-bagian besi yang akan
disatukan atau dirangkai ke badan kapal, alur ini terdapat beberapa bahaya
potensial terjadi seperti :
1) Bahaya potensial fisik
a) Kebisingan
Dibagian perakitan kapal tidak terdapat bising yang berlebih atau
bisingnya dibawah NAB sehingga tidak beresiko menimbulkan
ketulian.
b) Pencahayaan
Cahaya yang digunakan adalah cahaya alami matahri yang
dimanfaatkan. Metode ini ada kekurangan dan kelebihannya yaitu
cahaya yang tidak menentu tetapi tidak memerlukan dana,
pencahayaan yang dapat beresiko menimbulkan PAK yaitu
pencahayaan dari alat las pada saat mengelas
59
c) Getaran
Pada alur ini getaran yang akibatkan termasuk tidak ada
dikarnakan menggunakan mesin otomatis
d) Radiasi
Radiasi yang disebabkan oleh alat las besi yaitu panas karna
banyaknya percikan-percikan api dari alat
e) Suhu
Suhu yang ada di alur ini tidak menetap karna diruang terbuka
akan tetapi memiliki suhu yang agak panas mengakibatkan
pekerja menjadi gerah
2) Bahaya potensial kimia
Bahaya kimia yang ada di perakitan kapal yaitu debu atau serbuk-
serbuk besi yang berterbangan yang bisa masuk dalam pernapasan,
karat/korpsit.
3) Bahaya potensial biologi
Bakteri tetanus yang sewaktu-waktu dapat berakibat tetanus, Virus
yang sewaktiu-waktu dapat menyebabkan influenzah, Jamur yang
dapat menyebabkan gatal-gatal.
4) Bahaya potensial ergonomi
Posisi kerja pada pemotongan besi tidak sesuai dengan prosedur kerja
yang di terapkan oleh aturan kerja yang ergonomi lebih mementingkan
cara kerja yang menurutnya lebih simpel dan nyaman ketika ia
bekerja, lingkungan yang kotor dengan banyak potongan besi tak
terpakai yang berserakan dan kabelyang berserakan.
5) Bahaya potensial psikososial
60
2. Kinetik
Bahaya Kinetik yang terindikasi : Tidak ada
3. Elektrik
Bahaya Elektrik yang terindikasi : Risiko tersetrum di karenakan di salah satu
kabel yang berserakan terdapat kabel yang terkelupas.
4. Kebakaran
Bahaya kebakaran yang terindikasi : konsleting listrik dan dan percikan
bunga api dari alat pengelas atau alat pemotong besi jika mengenai bahan-
bahan yang mudah terbakar.
a. Promosi kesehatan
1) Penyuluhan tentang penggunaan alat pelindung diri dan penyuluhan
kepada pekerja untuk mengenali hazard di tempat kerja
2) Pelatihan cara menggunakan alat pelindung diri.
61
2. Upaya Pengendalian
Berdasarkan hasil plant survey yang telah kami lakukan dengan melihat
beberapa hazard pada PT. IKI (Industri Kapal Indonesia) upaya pengendalian
yang dilakukan yaitu :
Hazard Kesehatan
a. Pada hazard fisik ditemukan pencahayaan dari alat pemotong dan las yang
menggunakan oksigen. Setelah dilakukan penilaian risiko, hasil dari
pencahayaan yaitu risikonya 1 dan tergolong Low Risk. Efek yang
ditimbulkan yaitu Rabun mata dan kelelahan pada mata. Upaya yang
dilakukan adalah dengan penggunaan APD berupa penggunaan kacamata
safety dan penyuluhan K3 (Administrasi kontrol).
b. Pada hazard kimia ditemukan hazard yang dapat berpotensi menganggu
kesehatan manusia yaitu Asap, debu, serbuk besi. Setelah dilakukan
penilaian risiko hasilnya yaitu risikonya 12 dan tergolong High risk. Efek
yang ditimbulkannya adalah gangguan pernafasandan ISPA. Jadi upaya
pengendalian yaitu dengan menerapkan hirarki pengendalian yg dapat di
62
terapkan yaitu dengan memakai APD berupa masker biasa, respirator dan
chemical (penjernih udara) saat bekerja serta penyuluhan K3 atau
administrasi kontrol.
c. Pada hazard biologi ditemukan bakteri ,virus, dan jamur.. Setelah dilakukan
penilaian risko hasil dari bakteri yaitu risikonya 1 dan tergolong Low risk
dan apabila tidak dilakukan pengendalian maka akan menyebabkan
Tetanus dari bakteri gangguan pencernaan, Influenzah dari virus, dan gatal-
gatai dari jamur. Dan upaya pengendaliannya yaitu menghilangkan sumber
hazard (sampah), melakukan edukasi (penggunaan masker dan sarung
tangan) saat bekerja, serta menggunakan APD, (Masker dan sarung
tangan).
d. Pada hazard ergonomi ditemukan bungkuk terlalu lama dan lengan
(gerakan berulang). Setelah dilakukan penilaian risiko yang berpotensi
menyebabkan penyakit akibat kerja adalah punggung (membungkuk terlalu
lama). Hasil dari penilaian risikonya yaitu 12 dan tergolong High risk. Efek
yang ditimbulkan adalah musculoskeletal. Upaya pengendalian yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan edukasi untuk melakukan relaksasi 1
atau 2 jam disela jam kerja dan memberi taukan posisi kerja yang baik dan
benar.
e. Pada hazard psikososial yang berpotensi mengakibatkan penyakit akibat
kerja adalah beban kerja berlebihan yang menyebabkan seseorang menjadi
stress kerja. Hasil dari penilaian riskonya yaitu 1 dan tergolong Low risk.
Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu Shift kerja atau rolling
pekerjaan, bisa juga denghan sesekalii dilakukan refreshing agar karyawan
tidak mudah stress.
Hazard Keselamatan
cedera dan cedera mata. Upaya pengendalian yang harus dilakukan adalah
engineering control (membersihkan dan merapikan lingkungan kerja),
administrasi kontrol (penyuluha K3), dan penggunaan APD (kacamata las
dan sarung tangan kulit).
g. Hazard elektrik yang ditemukan adalah kabel yang terkelupas. Setelah
dilakukan penilaian risiko hasilnya yaitu 4 dan tergolong low risk. Efek
yang ditimbulkan adalah kesetrum dan bisa mengakibatkan kematian.
Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu dengan isolasi : mengisolasi
kabel yang terkelupas, subtitusi (mengganti kabel yang baru), engineering
control : merapikan kabel, administrasi kontrol (Penyuluhan K3).
terjadi maka pekerja bisa dengan cepat mengambil dan menggunakan apar
tersebut untuk memadamkan api tersebut
2. Klinik kesehatan
Pentingnya klinik kesehatan pada perusahaan agar dapat dengan cepat
menangani keluhan kesehatan pekerja, yang lebih penting menangani dengan
cepat ketika kecelakaan terjadi di tempat kerja
3. Penyediaan APD
Dengan adanya APD sangat membantu pekerja dalam melakukan perjaan
dengan aman seperti helem melindungi kepala dari benda yang jatuh dari
atas, kecemata pelindung dan kecemata las yang bisa melindungi mata dari
pekerjaan pengelasan yang memiliki cahaya yang tidak aman utuk kesehatan
mata dan melindungi mata dari serbuk besi yang berterbangan, banyak APD
lainnya.
Alat-alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan seperti enak dipakai
,tidak mengganggu kerja, dan memberikan perlindungan efektif terhadap
jenis bahaya. Alat-alat pelindung diri beraneka ragam macamnya. Jika
digolongkan menurut bagian-bagian tubuh yang harus dilindungi (Sumamur,
1994), maka jenisnya sebagai berikut:
a. Kepala : Pengikat rambut,penutup rambut,topi dari berbagai bahan.
b. Mata : Kacamata dari berbagai bahan.
e. Kaki : Sepatu.
11. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil plant survey yang telah kami lakukan di PT. IKI
(Industri Kapal Indonesia) kami dapat menyimpulkan bahwa alur PT. IKI (Industri
Kapal Indonesia) terdiri dari Pemotongan besi, Pembentukan kerangka Kapal, dan
Post Pembentukan Kapal. Di perusahaan tersebut memiliki bahaya potensial yang
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti percikan bunga api dari alat
pemotong api dari oksigen dan alat lasnya dan bahaya potensial yang terdapat
seperi bahaya fisik, kimia, ergonomi, psikososial. Pencegahan yang dilakukan
adalah dengan menggunakan five level preventif, dan menggunakan APD umtuk
melakukan penanggulangan bahyanya dan menggunakan alternatif pengndalian
lainnya
6.2 Saran
6.2.1 Yang Ditujukan ke Perusahaan
1. Kurangnya poster tentang K3 di setiap ruangan agar
pekerja selalu ingat dengan keselamatan diri mereka
sendiri.
2. Menjaga program K3 yang sudah ada dan tingkatkan
program yang lebih baik lagi.
3. Meningkatkan pemantauan terhadap potensi bahaya
yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
4. Meningkatkan pengawasan terhadap pekerja terkait
masalah K3
6.2.2 Yang ditujukan pada pekerja
68
67