DI
PT. INDONESIA POWER KAMOJANG POMU
(POWER GENERATION AND O&M SERVICE UNIT)
02 September – 30 September 2019
Disusun oleh:
20160130142
DI
20160130142
Telah diseminarkan
Pada tanggal, 07 Desember 2019
Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Teknik Mesin FT UMY
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DI
PT. INDONESIA POWER KAMOJANG POMU
(POWER GENERATION AND O&M SERVICE UNIT)
Disusun oleh :
NIM : 20160130142
Fakultas : Teknik
....................................................
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan
iii
SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTIK
iv
BALASAN SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTIK
v
LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTIK
Keterangan :
A = 80 – 100
B = 75 – 79
C = 65 – 74
D = 55 – 64
E = 50 – 54
Penilai,
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik
yang berjudul “Prosedur Pemeriksaan Bantalan Pada Rotor Turbin Berdasarkan
American Petroleum Institute (API) 687”. Laporan ini disusun guna melengkapi
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik Program
Studi S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Laporan kerja praktik ini berisi tentang prosedur dalam perbaikan rotor
turbin berdasarkan American Petroleum Institute (API) 687. Dalam hal ini pula
penulis sajikan komponen pada PLTP Kamojang serta peralatan instrumen dan
control beserta fungsinya.
Tim Penulis
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Tim Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2.4 Lokasi PT. Indonesia Power Kamojang POMU ........................................ 6
2.5 Sekilas PT. Indonesia Power Kamojang POMU........................................ 7
2.5.1 Sejarah Sub Unit PLTP Kamojang ................................................... 8
BAB III PROSES PRODUKSI ............................................................................ 9
3.1 Proses Produksi Energi Listrik PLTP Kamojang ....................................... 9
3.2 Komponen Utama PLTP Kamojang ........................................................ 11
3.2.1 Steam Receiving Header ................................................................ 11
3.2.2 Vent Valve ..................................................................................... 12
3.2.3 Separator ...................................................................................... 13
3.2.4 Demister ........................................................................................ 15
3.2.5 Turbin ........................................................................................... 16
3.2.6 Generator ...................................................................................... 17
3.2.7 Transformator................................................................................ 18
3.2.8 Switch Yard ................................................................................... 18
3.2.9 Kondensor ..................................................................................... 19
3.2.10 Cooling Tower ............................................................................. 20
BAB IV PEMBAHASAN TUGAS KHUSUS KERJA PRAKTIK ..................... 22
4.1 Pembongkaran Casing Bantalan ............................................................. 22
4.2 Inspection ............................................................................................... 22
4.2.1 Initial Inspection ........................................................................... 22
4.2.2 Visual Inspection ........................................................................... 23
4.2.3 Pivot Inspection ............................................................................. 26
4.2.4 Nondestructive Tests ...................................................................... 27
4.2.5 Temperature Sensing Devices ........................................................ 27
4.3 Dimensional Inspection of New or Reused Bearings ............................... 28
4.3.1 Pemeriksaan Dimensi .................................................................... 28
4.3.2 End Seals ...................................................................................... 31
4.3.3 Thrust Bearings ............................................................................. 32
4.4 Pengecekan Clearance Pada Journal Bearing ......................................... 33
4.4.1 Lift Check ...................................................................................... 33
4.4.2 Pemeriksaan Benjolan ................................................................... 34
x
4.4.3 Pemeriksaan Mandrel .................................................................... 35
4.4.4 Pemeriksaan Tinggi Stack .............................................................. 35
4.4.5 Soft solid or plastic check .............................................................. 36
4.5 Tutorial Pemasangan Bearing dibagian Casing ....................................... 36
4.5.1 Pemasangan Journal Bearing ........................................................ 36
4.5.2 Pemasangan Thrust Bearing .......................................................... 38
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 39
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 39
5.2 Saran ...................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 40
LAMPIRAN ...................................................................................................... 41
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Turbin uap merupakan suatu mesin penggerak yang mengubah energi panas
bumi menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. Putaran pada
poros turbin nantinya akan dikopel dengan generator sehingga menghasilkan
energi listrik. Kerusakan yang terjadi pada turbin dapat mengakibatkan kerugian
yang sangat fatal. Sehingga perlu adanya perawatan yang terjadwal agar
kerusakan pada turbin dapat diminimalisasi.
American Petroleum Institute 687 atau biasa dikenal dengan API 687
merupakan buku panduan yang berisi tentang perbaikan sebuah rotor pada mesin
turbin. Dalam buku tersebut juga disediakan panduan terkait dokumen-dokumen
yang perlu disiapkan atau dilengkapi terlebih dahulu sebelum perbaikan rotor
1
akan dilaksanakan. Sehingga dengan mempelajari dan memahami prosedur
perbaikan rotor turbin pada buku API 687 kerusakan yang fatal pada rotor turbin
dapat dicegah.
1. Bagi Perusahaan
Memberikan gambaran terkait pemeliharaan perbaikan bantalan pada
rotor turbin berdasarkan American Petroleum Institute 687.
2
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan serta menambah pengetahuan terkait dengan
perbaikan bantalan pada rotor turbin berdasarkan American Petroleum
Institute 687 serta memberikan gambaranan terkait dunia kerja.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PT. Indonesia Power memiliki sekitar 133 unit pembangkit yang tersebar di
lokasi-lokasi strategis di Pulau Jawa dan Bali. Unit-unit itu dikelola dan
dioperasikan oleh delapan Unit Pembangkit dan Jasa Pembangkitan (UPJP), yaitu
UPJP Suralaya, UPJP Priok, UPJP Saguling, UPJP Kamojang, UPJP Mrica, UPJP
Semarang, UPJP Perak Grati, UPJP Bali, serta satu Unit Bisnis Jasa
Pemeliharaan.
2.2 Visi, Misi, Motto, Kompetensi Inti, Tujuan, dan Paradigma Perusahaan
4
2.2.4 Tujuan Perusahaan
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus dalam
penggunaan sumber daya perusahaan.
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta
mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi
maupun kelestarian lingkungan.
Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat di atas saling menghargai
antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan
integritas pribadi dan profesionalisme.
5
2.3.1 Bentuk
INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis
huruf FUTURA BOOK / REGULAR dan FUTURA BOLD menandakan
font yang kuat dan tegas.
Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “TENAGA
LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
Titik atau bulatan merah (red dot) di ujung kilatan petir merupakan simbol
perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I.
Titik ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi
komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan
identitas perusahaan dapat langsung terwakili.
2.3.2 Warna
Merah
Merah, diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang
kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga
listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
Biru
Biru, diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi, efisien, aman,
dan ramah lingkungan.
6
Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah perhutani III RPH Paseh dan PPA
Kamojang.
Sebelah Barat berbatasan dengan tanah perhutani III RPH paseh dan PPA
Kamojang.
Sebelah Utara berbatasan dengan tanah perhutani III RPH paseh dan PPA
Kamojang.
PT. Indonesia Power Kamojang Power Generation and O&M Service Unit
berlokasi di daerah perbukitan sekitar 1500 meter dari permukaan laut dan 42 km ke
arah tenggara Kota Bandung. UPJP Kamojang dapat dicapai melalui Majalaya
dari arah Bandung atau melalui Samarang dari arah Garut.
7
2.5.1 Sejarah Sub Unit PLTP Kamojang
Berikut adalah sejarah pendirian PLTP Kamojang sejak tahun 1918:
Ditemukan potensi panas bumi di kamojang tahun 1916-1928. Dilakukan
pengeboran lima buah sumur oleh Netherland East Indies Volcanological
Survey. Satu sumur diantaranya masih menyemburkan uap hingga saat ini.
Tahun 1971, dimulai kerja sama penyelidikan ilmiah antara pemerintah
Indonesia dengan pemerintah New Zealand di bidang panas bumi.
Tahun 1972, dilakukan pengeboran eksplorasi oleh pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan perusahaan Geothermal Energi New Zealand Ltd.
Tahun 1979, diadakan pengeboran sumur produksi sebanyak 10 buah
untuk memasok satu unit PLTP dengan kapasitas 30 MW.
Tanggal 22 Oktober 1982, Unit 1 PLTP Kamojang mulai masuk jaringan.
Tanggal 7 Februari 1983, Unit 1 PLTP Kamojang diresmikan oleh
presiden Indonesia.
Tanggal 29 Oktober 1987, Unit 2 PLTP Kamojang mulai masuk jaringan.
Tanggal 13 September 1987, Unit 3 PLTP Kamojang mulai masuk
jaringan.
8
BAB III
PROSES PRODUKSI
9
yang bertekanan 6.5 bar dialirkan menuju flowmeter untuk mengetahui jumlah
aliran yang akan masuk ke separator. Uap yang sudah masuk ke dalam separator
selanjutnya dipisahkan dari partikel padat yang terbawa dari sumur produksi
dengan menggunakan gaya sentrifugal yang mengakibatkan partikel padatan jatuh
sedangkan uap terdorong keatas. Padatan material yang telah jatuh akan
ditampung pada dust collector. Uap yang sudah terpisah dengan padatan partikel
selanjutnya masuk ke demister untuk dipisahkan dari butiran air yang berasal dari
panas bumi. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya vibrasi, erosi, dan
pembentukan kerak pada sudu ataupun nozzle turbin.
10
Sistem pendinginan di PLTP merupakan sistem pendinginan dengan
sirkulasi tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan air kondensat
yang terjadi kemudian direinjeksi ke dalam sumur reinjeksi. Prinsip penyerapan
energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan mengalirkan udara
pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus/cross flow. Proses ini
terjadi di dalam cooling tower
Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam
cooling tower, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali kedalam cooling tower.
Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan,
mengurangi ground subsidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi
reservoir. Aliran air dari cooling tower disirkulasikan lagi oleh primary pump
dimasukkan kembali ke dalam kondenser
11
Gambar 3.2 Steam Receiving Header
Bila terjadi kelebihan tekanan pada steam receiving header, kelebihan uap
akan dilepas ke lingkungan melalui vent valve system hingga tekanan uap
kembali turun ke tekanan yang dijaga. Steam receiving header juga dilengkapi
dengan safety valve yaitu rupture disc untuk keadaan darurat saat terjadi trip
pada pembangkit atau pada kondisi jika vent valve system tidak dapat
menurunkan tekanan uap ke keadaan normal. Tekanan kerja rupture disc adalah
9 bar.
12
bertujuan agar semua katup memiliki beban kerja yang sama sehingga katup
tidak cepat rusak.
Vent valve system berada di sebuah bangunan yang biasa dikenal dengan
vent structure. Bentuk bangunan ini berupa bak persegi panjang terbuat dari
beton yang di dalamnya dipenuhi oleh tumpukan batu. Uap kering dengan
kapasitas besar yang dilepas ke lingkungan menimbulkan kebisingan yang
tinggi. Penumpukan batu dalam bangunan vent structure ini berfungsi sebagai
peredam suara untuk menurunkan tingkat kebisingan.
3.2.3 Separator
Separator berfungsi sebagai alat untuk membersihkan uap dari partikel-
partikel berat, seperti silica, kerikil dan lumpur. Separator yang dipakai adalah
jenis cyclone, artinya uap yang masuk ke dalam separator akan berputar,
13
kemudian akibatnya pengaruh gaya sentrifugal akan mengakibatkan partikrl berat
terlempar ke dinding-dinding separator yang sudah dipasangi saringan dan
akhirnya jatuh, sementara uap yang yang sudah bersih akan mengalir ke
demister.
14
Gambar 3.6 Dust Collector
3.2.4 Demister
Uap yang dibutuhkan untuk memutar turbin adalah uap kering
superheated, sementara uap keluaran separator seringkali masih mengandung
butir-butir air dan tidak boleh masuk ke dalam turbin. Hal ini dapat
menyebabkan penurunan efisiensi turbin dan kerusakan pada sudu-sudu turbin
seperti vibrasi erosi, bolong-bolong, korosi, atau kavitasi. Oleh karena itu, uap
harus dibersihkan sekali lagi untuk memisahkan butiran air dari uap.
15
permukaan basah dari penyaringan tersebut. Butiran air akan dikumpulkan di
bagian bawah demister untuk selanjutnya dibuang, sementara uap yang kini
sudah bersih dan kering seutuhnya akan mengalir keluar demister melalui pipa
alir di bagian atas demister untuk selanjutnya terbagi ke dalam dua aliran, yaitu
aliran uap masuk ke dalam turbin dan aliran uap masuk ke dalam auxiliary steam
system.
3.2.5 Turbin
Turbin berfungsi untuk menghasilkan energi mekanik yang kemudian
energi mekanik tersebut diubah menjadi energi listrik oleh generator yang
dikopel langsung dengan poros turbin. Jenis turbin yang digunakan di PLTP
Kamojang adalah double flow condensing turbine yang masing-masing terdiri
dari lima tingkat. Dua tingkat pertama merupakan turbin aksi (impulse) dan tiga
tingkat berikutnya adalah turbin reaksi. Turbin pada Unit 2 dan 3 masing-masing
berkapasitas 55 MW dan memiliki kecepatan putar 3000 rpm. Dari
manufakturnya, turbin ini telah didesain khusus untuk digunakan pada
pembangkit dengan fluida kerja uap panas bumi. Data teknik yang lengkap
mengenai turbin Unit 2 dan 3 dapat dilihat pada lampiran.
Uap kering memasuki turbin melalui dua pipa aliran utama. Pada masing-
masing aliran dilengkapi dengan tiga buah katup, yaitu main stop valve, electric
control valve, dan governor valve yang berfungsi mengatur jumlah uap yang
masuk turbin. Uap kering memasuki turbin lewat steam chest di tingkat pertama,
kemudian uap menggerakkan sudu-sudu turbin, berekspansi hingga terjadi
penurunan tekanan pada sudunya. Proses tersebut terjadi di setiap tingkat turbin
hingga akhirnya uap keluar dari turbin dalam kondisi suhu dan tekanannya sudah
turun akibat ekspansi tersebut.
16
Gambar 3.8 Turbin
3.2.6 Generator
Jenis generator yang digunakan adalah turbo generator berkutub silindris
dengan sistem eksitasi penguat medan tanpa sikat (brushless exciter) tipe AC
dan penyearah (rotating rectifier). Generator terdiri dari rotor dan stator dan
digunakan untuk mengkonversi energi mekanik dari putaran turbin menjadi
energi listrik. Rotor dialiri arus dari exciter yang dihubungkan ke sistem
automatic voltage regulator (AVR) untuk menghasilkan medan magnet dengan
satu pasang kutub. Oleh karena generator dikopel langsung dengan turbin, maka
putaran generator pun 3000 rpm. Putaran ini menginduksi belitan stator dan
mengalirkan listrik dari stator dengan tegangan 11.8 kV dan frekuensi 50 Hz
yang diatur oleh AVR. Tegangan kemudian dinaikkan oleh transformator
menjadi 150 kV dan dihubungkan ke switch yard sebagai hasil akhir proses
PLTP.
17
3.2.7 Transformator
Transformator utama yang digunakan ialah tipe ONAN dengan tegangan
13,8 kV pada sisi primer dan 150 kV pada sisi sekunder. Tegangan output
generator 13,8 kV kini kemudian di step up melalui trafo menjadi 150 kV untuk
diparalelkan dengan sistem 150 kV.
18
3.2.9 Kondensor
Jenis kondenser yang digunakan di PLTP Kamojang adalah direct contact
condenser yang dipasang langsung tepat di bawah turbin. Pada bagian dalam,
kondenser ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kondensasi utama (main
condensation chamber) dengan tipe spray dan bagian pendingin gas (gas cooling
zone) dengan tipe cascade.
Aliran air pendingin dari cooling tower dikontrol oleh katup kondenser
untuk menjaga keseimbangan antara tekanan vakum, ketinggian air kondensat,
dan suhu air masuk dan keluar kondenser.
19
(MCWP) menuju cooling tower untuk didinginkan sebelum disirkulasikan
kembali.
20
Air kondensat dari kondenser dipompa dan didistribusikan ke dalam bak
penampung (hot water basin) yang berada di bagian atas cooling tower. Bak
tersebut dilengkapi dengan nozzle yang berfungsi menyemprotkan air sehingga
berbentuk butiran halus. Air tersebut didistribusikan ke fill bar yang berfungsi
memecah aliran air sebagai upaya untuk menambah luas permukaan agar air
lebih mudah didinginkan. Udara dingin lingkungan yang masuk melalui louvers
menyentuh butiran air secara langsung dengan bantuan fan yang ada di puncak
cooling tower. Louvers yang memenuhi dinding cooling tower berperan sebagai
jalur masuk udara, serta berfungsi untuk menyamakan aliran udara dan menahan
air dalam colling tower.Sementara fan berfungsi menghisap dan mengarahkan
udara dingin lingkungan.
21
BAB IV
PEMBAHASAN TUGAS KHUSUS KERJA PRAKTIK
4.2 Inspection
22
toughness), sifat mampu bentuk (formability), dan karakteristik fisik lainnya.
Metode NDE yang dapat diterapkan antara lain adalah ultrasonik atau pewarna
inspeksi penetran. Berikut ini adalah contoh dari inspeksi dengan metode
ultrasonik dan pewarna inspeksi penetran.
23
ditransimisikan dari benda uji yang dicitrakan dengan perangkat sensitif
terhadap cahaya, seperti mata manusia.
Kerusakan umum atau keausan yang perlu diamati minimal sebagai
berikut :
a. Cracks (Retak)
Cracks merupakan kerusakan yang disebabkan karena pembebanan yang
terlalu berat, memberikan pelumas dengan metode yang tidak tepat, serta
kecepatan yang terlalu tinggi.
24
c. Flaking (Pengelupasan)
Flaking atau pengelupasan merupakan kerusakan pada bantalan yang
disebabkan karena beban aksial yang berlebih, serta pemasangan bearing
yang tidak pas dengan poros.
Pada tahapan visual inspection kita juga perlu untuk memeriksa lubang
masuk oli dan nozel semprot agar komponen ini tetap terbuka dan terbebas dari
endapan apa pun, sehingga tidak menghambat proses pelumasan pada mesin.
Kemudian tidak lupa untuk memeriksa lokasi dari RTD atau Thermocouple
sensor. Kita perlu memeriksa posisi kabel jangan sampai pemasangan kabel
tersebut terjepit atau menghambat perputaran poros.
25
4.2.3 Pivot Inspection
Pada bagian ini hal yang harus kita lakukan adalah mengevaluasi kerja dari
pivot pada tilt pad journal bearing dan thrust bearing. Pemeriksaan ini
dilakukan secara visual untuk mengetahuai apakah terjadi keausan pada
komponen tersebut. Pivot point cukup rentan terhadap spalling, galling, atau
pitting yang dapat meningkatkan keausan. Spalling merupakan kerusakan berupa
terlepasnya suatu bagian dari komponen.
Gambar 4. 6 Spalling
Galling adalah salah satu keausan yang disebabakan karena adhesi atau
gaya tarik-menarik antara permukaan geser. Ketika suatu material direngkuh,
sebagian darinya ditarik dengan permukaan yang bersentuhan, terutama jika ada
sejumlah besar gaya yang menekan permukaan secara bersamaan. Kombinasi
gesekan dan adhesi antara permukaan, diikuti tergelincirnya serta sobeknya
struktur kristal di bawah permukaan menimbulkan beberapa material tersangkut
atau bahkan terjadi gesekan dilas ke permukaan yang bersebelahan, sedangkan
material yang terluka akan tampak seperti tercungkil.
Gambar 4. 7 Galling
26
Lokasi set pivot untuk journal bearing sangat penting untuk pemeriksaaan
bantalan yang tepat. Beberapa journal bearings memiliki pivot yang bertumpu
pada diameter bagian dalam rumah bantalan dan inspeksi harus dilakukan untuk
memastikan bahwa rumah ini tidak diindentasi dari pivot. Jika area pivot
menunjukan tanda adanya keausan berarti kita perlu mengganti atau
memperbaiki. Jika komponen tidak menunjukan tanda-tanda kerusakan atau
keausan berlebih maka kita melakukan pemasangan kembali bantalan. Langkah
selanjutnya yaitu memasang babbit menghadap ke bawah pada permukaan yang
rata serta besih dan memastikan bahwa semua komponen terpasang dengan
benar di tempatnya. Kita perlu meletakkan beban secara merata di atas bantalan
dan memastikan bahwa semua bantalan terpasang dengan benar di tempatnya.
Kemudian letakkan tangan kita di atas bantalan dan memastikan bantalan bebas
untuk dimirngkan dari sisi ke sisi. Jika terjadi suatu ikatan kita perlu menyelidiki
lebih lanjut.
27
Pada proses pemeriksaan kita perlu untuk mempertimbangkan beberapa hal
berikut ini :
- Bahan pendukung
- Backing thickness
- Ketebalan babbit
- Komposisi babbit
- Metode penggantian perangkat suhu
- Pengetahuan tentang dimensi bantalan
28
a. Tilt Pad Journal Bearings
Pada Tilt Pad Journal Bearings kita perlu melakukan pengecekan berikut
ini dengan dua lokasi aksial :
Outer Shell
• Memeriksa kebulatan dan ukuran dengan mengukur diameter luar
di kedua sisi horizontal split, dari atas ke bawah, dan pada 45 °
dari split line.
• Diameter luar harus bulat dalam 76 μm (0,003 in.), tergantung
ukuran.
Bearing Case Bore
• Memeriksa kebulatan dan ukuran dengan mengukur diameter
bagian dalam di kedua sisi horizontal split, dari atas ke bawah,
dan pada 45 ° dari split line.
• Bore adalah rata-rata bacaan yang diambil di sekitar bore.
Bearing Case untuk Outer Shell
• Kesesuaian harus 0 hingga 51 μm (0,000 hingga 0,002 in.). tight
untuk penyangga bearing yang tepat.
Preload Check
• Dengan menggunakan poros, atau mandrel dengan diameter yang
sama dengan poros, beri warna biru pada setiap bantalan dan
amati lokasi indikasi kontak. Bantalan harus memiliki preload
positif yang akan ditunjukkan oleh tampilan kebiruan di tengah
bantalan, bukan pada setiap ujung bantalan. Gambar 4.8
menunjukkan hubungan preload.
29
Gambar 4. 8 Preload Variations
30
• Untuk bantalan bundar dan untuk bantalan yang diharapkan
bundar saat dipasang, lubang yang diset adalah rata-rata semua
lima bacaan.
• Untuk bantalan bor elips, bor set adalah diameter minor elips
yang merupakan diameter dalam dari atas ke bawah dan bantalan
semacam itu hanya dapat digunakan jika bermunculan pada
sambungan horizontal atau diameter utama berada pada arah
horizontal.
Bearing Case untuk Bearing Fit
• Kesesuaian harus 0 hingga 51 μm (0,000 hingga 0,002 in.) tight
untuk penyangga bearing yang tepat.
Bearing Bore Concentricity
• Ketebalan dinding pada setiap ujung bantalan harus berada dalam
jarak 25 μm (0,001 in.).
Dengan bantalan multi-lobe, bantalan terdiri dari lebih dari satu lobus dan
setiap lobus dipotong dari pusat yang berbeda. Lubang bantalan seperti itu jauh
lebih sulit untuk kita evaluasi dan gambar rinci mungkin diperlukan untuk
mengevaluasi.
31
4.3.3 Thrust Bearings
Dalam memudahkan pemahaman kita terkait dengan thrust bearing,
perhatikan gambar berikut ini.
32
- Memverifikasi permukaan pelat menggunakan height gauge.
Height gauge atau pengukur tinggi merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mengukur ketinggian atau memeriksa ukuran tinggi benda kerja dan
sekaligus dapat difungsikan sebagai penanda atau pelukis pada bagian benda
yang diukur atau garis gambar.
33
ABC = LC x CF
Dimana:
Jarak bebas atau clearance yang tidak tepat dapat disebabkan oleh hal
berikut ini :
- Lokasi dan orientasi dial indikator
- Komponen tidak terpasang dengan benar
- Preload yang tidak benar
- Ukuran poros jurnal yang salah
34
4.4.3 Pemeriksaan Mandrel
Saat kita menggunakan mandrel yang diinjak, mandrel perlu kita posisikan
secara horizontal. Hal ini dikarenakan banyak tilt pad journal bearing memiliki
kemampuan penyelarasan aksial, sehingga akan ada kecenderungan pads
terkunci ketika maju ke langkah yang lebih besar pada mandrel. Sebelum kita
pindah ke langkah selanjutnya, kita perlu melonggarkan baut split line dan
ketika kita sudah melewati langkah ini kita dapat mengencangkan kembali.
Bantalan perlu kita putar pada mandrel dengan menggunakan tangan. Jika
diputar dengan bebas, kita harus memindahkan ke langkah berikutnya. Tahapan
ini dilakukan sampai terjadi sedikit perlawanan terasa ketika bantalan diputar.
Jarak minimum bantalan adalah perbedaa antara langkah terakhir bearing
fit dan diameter poros. Perawatan ekstrem perlu untuk kita lakukan ketika
menggeser bantalan ke diameter yang bertambah sehingga babbit tidak mudah
terkikis. Pemeriksaan clearance ini dilakukan dengan bantalan yang tidak
dipasang dan diikat erat.
35
4.4.5 Soft solid or plastic check
Metode ini kita gunakan pada saat memeriksa pada fixed geometry journal
bearing. Soft solid atau plastic check akan memberikan perkiraan clearance
antara bantalan dan poros. Bahan yang bersifat lunak atau yang mudah
dihancurkan harus kita tempatkan secara aksial untuk panjang penuh bantalan di
atas poros kemudian dibagian atas bantalan harus dipasang dengan hati-hati.
Selanjutnya setengah bagian atas rumah bantalan kita pasang dan kencangkan.
Ketebalan bahan yang lunak dan mudah dihancurkan ini akan diukur untuk
menentukan bearing clearance. Tipe diametral clearance untuk bantalan ini
adalah 1,5 mm / m (0,0015 in./in.) dari diameter poros.
36
Perataan lubang pasokan oli dalam case perlu kita periksa dan kita pastikan
posisi pasokan oli di bearing shell.
Kemudian sejajarkan dudukan bantalan dalam case dengan diameter luar
shell dan gulingkan bantalan ke bagian bawah case. Kita perlu mengangkat
sedikit rotor untuk memungkinkan bearing shell masuk dengan mudah. Posisi
kabel sensor suhu harus kita perhatikan bahwa kabel tersebut tidak menggulung
bantalan sehingga kawat tidak rusak.
Anti-rotation dowel di bagian bawah bearing shell perlu kita pastikan telah
sejajar dengan lubang dowel di bagian atas shell. Turunkan setengah bagian atas
bantalan ke bagian bawah dan memastikan apakah ada penyimpangan di antara
kedua bagian bantalan. Jangan coba mengencangkan baut-baut garis perpecahan
jika kedua bagian tidak rata. Baut pada bearing split line kita pasang dan
kencangkan.
Pengecekan untuk memverifikasi bantalan yang tepat sesuai kondisi
dengan menempatkan shims, tebal 125 hingga 250 μm (0,005 hingga 0,0010 in.)
di sepanjang garis case split di kedua sisi setiap lokasi baut. Strip plastigage
diletakkan sejajar dengan sumbu mesin di atas bearing shell.
Spesifikasi tipe standar desain untuk bearing shell crush adalah logam ke
logam hingga 50 μm (0,002 in.). Seharusnya kabel plastigage atau fuse dipilih
sedemikian rupa sehingga ketebalan shim pada case split line jatuh di tengah-
tengah plastigage. Selanjutnya kita pasang tutup bantalan atau tali dan
kencangkan semua baut split line. Setelah tutup bantalan telah duduk, lepaskan
tutup dan periksa plastigage. Plastigage atau fuse wire harus menunjukkan
ketebalan yang sama dengan atau kurang dari ketebalan shim yang digunakan
pada garis split. Jumlah interferensi sama dengan perbedaan antara plastigage
atau ketebalan kawat sekering dan ketebalan shim.
Setelah mengkonfirmasi himpitan yang tepat, bearing clearance harus kita
periksa. Dial indicator kita tempatkan pada bagian mesin yang tidak terpengaruh
oleh rotor atau gerakan bantalan, seperti sambungan horizontal bantalan.
Tempatkan indicator stylus di bagian atas poros dekat bearing. Ini penting
bahwa stylus ini diletakkan dekat pusat poros mati untuk mendapatkan
37
pembacaan yang akurat. Tempatkan indicator stylus lain di bagian atas bearing
shell. Perlahan kita angkat rotor, kemudian mencatat kenaikan poros pada
indikator yang sesuai. Hati-hati jangan menaikkan rotor ke dalam internal
obstruction serta jangan mengangkat rotor lebih dari dua kali jarak bebas yang
ditetapkan.
Amati indikator pada bantalan saat poros diangkat perlahan. Setelah
bantalan terangkat, seperti ditunjukkan oleh dial indicator, hentikan mengangkat
poros. Lift adalah perbedaan antara dua pembacaan indikator. Perhatikan bahwa
lift dengan bantalan kemiringan akan selalu lebih dari clearance set bantalan
yang sebenarnya karena pergerakan poros di antara bantalan. Lipat gandakan
clearance lift yang ditunjukkan dengan nilai yang sesuai pada Tabel 4.1 hingga
dapatkan izin yang sebenarnya.
Setelah clearance kita periksa, kemudian pasang tutup bantalan dan
kencangkan baut garis pemisah pada tutup bantalan.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktik kerja lapangan ini dapat ditarik kesimpulan :
1. Alur proses produksi pada PLTP Kamojang diawali dengan masuknya uap
ke steam receiving header, kemudian masuk ke separator dan dilanjutkan
masuk ke demister. Setelah itu uap yang sudah bersih akan masuk ke
turbin dengan dikopel bersama generator sehingga akan menghasilkan
listrik.
2. Alur proses perbaikan bantalan pada rotor turbin diawali dengan
pembongkaran casing, inspeksi, pemeriksaan dimensi, pemeriksaan
journal bearing, dan kemudian diakhiri dengan prosedur pemasangan
casing.
3. Kerusakan yang sering terjadi pada bantalan adalah retak, keausan
bantalan, pengelupasan, gesekan, spalling, dan galling.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dan observasi dilapangan, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
39
DAFTAR PUSTAKA
Koyo. 2013. Ball and Roller Bearings: Failures, Causes, and Cpuntermeasures.
JTEKT CORPORATION.
https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/100/inspeksi-visual-dengan-
borescope. Dikutip dari internet pada hari Selasa, 17 September 2019 pukul
09.30 WIB.
https://www.researchgate.net/figure/Turbocharger-rotor-bearing-system-
featuring-the-compressor-wheel-the-turbine-wheel-a_fig1_323348622.
Dikutip dari internet pada hari Kamis, 19 September 2019 pukul 15.46
WIB.
http://winovation.blogspot.com/2019/02/pengertian-feeler-gauge-dan-
fungsinya.html. Dikutip dari internet pada hari Rabu, 25 September 2019
pukul 13.20WIB.
http://infopemesinan.blogspot.com/2014/05/pengukur-tinggi-height-gauge-
tinggi.html. Dikutip dari internet pada hari Selasa, 25 September 2019 pukul
14.30 WIB.
https://docplayer.info/94292807-Skripsi-analisa-kerusakan-bearing-skf-6204-zz-
pada-carrier-idler-di-belt-conveyor-for-bagpacker-2bx6003-a-oleh-edu-
chahayana-marbun.html. Dikutip dari internet pada hari Selasa, 25
September 2019 pukul 15.20 WIB.
40
LAMPIRAN
41
42
43