Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN OBSERVASI

PT. TWIN SCREEN PRINTING

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Resiko Bisnis

Dosen Pengampu : Yono Maulana, S.Kom.,MM.,MPM.

Disusun Oleh : Kelompok 7

Deden Barokah Muharom (117020234)

Dina Ismi Fauziah (117020237)

Rio Sandy Ilham Tohjaya (117020236)

Zihan Fadila Septiani (117020235)

Kelas : Manajemen G/ Semester 5

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi,
yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan inayah nya kepada penulis sehingga
proposal ini dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu.

Shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa dilimpahkan oleh Allah


kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa panji islam dan
penerang hati umat insani.

Pembuatan proposal ini dapat diselesaikan dengan baik, dengan adanya


bimbingan dan andil dari teman-teman serta dosen. Oleh karena itu kami atas penulis
proposal ini mengucapkan terimakasih.

Kami menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kekurangan dan
kekhilapan. Oleh sebab itu kepada para mahasiswa lainnya penulis mengharapkan saran
dan kritik kontruktif demi kesempurnaan pada proposal yang lainnya. Atas saran dan
kritiknya sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih.

Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para mahasiswa pada umumnya.

Cirebon, 11 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Sejarah Twin Screen Printing.........................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................27
3.1 Profil Perusahaan...........................................................................................27
3.2 Sasaran Pelaksanaan Proses Manajemen Resiko...........................................36
3.3 Operasional Proses Manajemen Resiko.........................................................41
3.4 Jadwal.............................................................................................................43
3.5 Sumber Daya yang Diperlukan......................................................................44
3.6 Evaluasi Kineja..............................................................................................61
3.7 Laporan Pada setiap Unit Kerja.....................................................................71
BAB VI PENUTUP..................................................................................................74
A. Kesimpulan....................................................................................................74
B. Saran...............................................................................................................74
LAMPIRAN..............................................................................................................75

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen Risiko merupakan salah satu elemen penting dalam mengelola
sebuah bisnis, dengan pengelolaan resiko yang baik maka sebuah bisnis dapat
terhindar dari kerugian ataupun kebangkrutan. Terhindar dari resiko yang
merugikan merupakan tujuan hampir semua orang, baik itu kerugian harta milik
pribadi ataupun kerugian asset milik suatu usaha. Banyak yang tidak menyadari
pentingnya manajemen atau pengelolaan resiko bagi sebuah usaha, padahal ada
banyak manfaat yang menguntungkan dan memudahkan proses manajemen usaha
secara keseluruhan jika pihak pengelola sudah mampu melakukan identifikasi dan
pengendalian dari resiko-resiko yang mungkin dialami oleh sebuah kegiatan
usaha.

Ada beberapa proses penting dalam manajemen resiko agar dapat memberi
manfaat sebesar mungkin bagi sebuah kegiatan usaha:

1. Melakukan identifikasi atas resiko-resiko yang mungkin dialami oleh


sebuah kegiatan usaha.
2. Dilakukannya evaluasi terkait dengan pengelolaan kegiatan usaha pada
saat tersebut terkait dengan resiko-resiko yang mungkin terjadi. Dari hasil
evaluasi akan ditemukan strategi dan metode mengendalikan resiko serta
system pengawasan resiko untuk menghindarkan sebuah kegiatan usaha
mengalami resiko-resiko yang sudah di identifikasi sehingga mengalami
kerugian.
3. Dibutuhkan keterampilan dan kemampuan analisis yang baik bagi
siapapun untuk melakukan identifikasi resiko hingga membuat system
pengawasan dan strategi pengendalian resiko yang mungkin dialami
sebuah kegiatan usaha.

i
Salah satu cara untuk memiliki keterampilan dan kemampuan identifikasi,
evaluasi dan menyusun system pengawasan resiko adalah dengan mengikuti
tentang pelatihan Manajemen Resiko dan pengendalian resiko. Dibutuhkan dasar
ilmu dan juga keterampilan untuk dapat menjalani proses identifikasi hingga
seorang pengelola kegiatan usaha mampu melakukan pengendalian resiko dan
memanfaatkannya untuk keuntungan sebuah kegiatan usaha. Sebuah strategi
manajemen kegiatan usaha yang baik pasti meliputi penerapan system
pengawasan resiko dan strategi pengendaliannya. Tanpa dua elemen tersebut,
maka kerugia dapat terjadi akibat terlambatnya merespond kondisi beresiko yang
gagal di identifikasi dan dikelola sehingga dampak seminimal mungkin bagi
kegiatan usaha.

Di era jaman sekarang percetakkan sablon sangatlah dibutuhkan oleh


banyak kalangan. Percetakan sudah menjadi tren dimana-mana dan menghasilkan
banyak produk yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Contoh produk
yang dihasilkan oleh percetakan sablon adalah seperti gambar pada atau tulisan
pada kaos, bendera, spanduk, undangan, dll. Salah satunya yang paling tren saat
ini adalah kaos. Barang kebutuhan primer ini sangatlah banyak jenis gambarnya
yang merupakan hasil dari percetakan sablon.

Pada awalnya percetakan sablon digunakan untuk mencetak baju kimono


yang bermotif. Pada saat itu muncul larangan penggunaan kimono dengan tulisan
tangan sehingga berkembanglah penyablonan kimono pada waktu itu. Kaisar
melarang karena harga kimono sangat tinggi jika menggunakan teknik menulis
tangan.
Setelah di Jepang berkembang, kemudian percetakan sablon dikenal di
Eropa pada tahun 1851-1862 dan 1868. Diperkenalkan oleh Joseph Swan yang
mendirikan usaha di bidang percetakan sablon. Kemudian Samuel Simmon
mendapatkan hak paten mengenai teknik percetakan sablon yang ia ciptakan pada
tanggal 1 Juli 1907. Teknik tersebut menggunakan bahan Chiffon sebagai pola
dalam mencetak. Setelah berkembang di Inggris, mulailah merambah Amerika
Serikat dan muncul teknik silk screen printing.

ii
Setelah perang dunia ke-2 perkembangan teknik sablon semakin gencar.
Inovasi mengenai cetak sablon mulai modern dengan teknik cetak saring.
Percetakan di jaman sekarang sudah berkembang sangat pesat, dan adapun
jenis percetakan sablon yaitu manual dan modern. Percetakan manual masih
menggunakan tenaga manusia yaitu dengan alat screen sejenis alat penyaring yang
bentuknya kotak tipis dan datar pastinya. Sedangkan percetakan modern sudah
tidak menggunakan tenaga manusia, hanya dengan printer khusus sablon yang
dihubungkan ke komputer printer sudah bisa mencetak gambar pada kain.

1.2 Sejarah Twin Screen Printing


Twin Screen Printing awal berdiri pada tahun 2004. Perusahaan ini awalnya
dijalankan oleh Bapak Wahyudin. Nama Twin Screen Printing sendiri terinspirasi
karena Bapak Wahyudin mempunyai anak kembar. Tetapi pada tahun 2010 Bapak
Wahyudin memutuskan untuk vacum dari usahanya dikarenakan lebih sibuk
dengan pekerjaan kantornya sebab usaha ini hanya sebagai sampingan dan juga
peminatnya belum terlalu banyak.

Kemudian pada tahun 2015 usaha tersebut kembali produktif dengan


dilanjutkan oleh anaknya yaitu Yogi Wahyu Saputra hingga sekarang. Alasan
diteruskan oleh anaknya karena ia mempunyai basic di bidang konveksi dan pada
saat duduk di bangku SMK Yogi mengambil jurusan grafika sehingga
kemampuannya tersebut dikembangkan melalui usaha sablon tersebut. Pada saat
dijalankan oleh Bapak Wahyudin usaha tersebut hanya fokus pada produksi
sablon kaos saja, tetapi saat ini usaha tersebut tidak hanya memproduksi sablon
kaos melainkan menambah produksi di bidang percetakkan undangan. Twin
Screen Printing melakukan pemasaran tidak hanya di wilayah Kuningan saja
melainkan keluar wilyah Kuningan contohnya ke Jakarta, Bandung, Malang, dan
Kediri.

iii
BAB II

KAJIAN TEORI

Pengertian Resiko

Resiko proyek adalah resiko yang secara potensial dapat


mendatangkan kerugian dalam upaya mencapai sasaran proyek. Resiko
proyek diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Resiko Usaha (Business Risk)
atau Speculative Risk dan Resiko Murni. Resiko hanya boleh diambil
bilamana potensi dan manfaat keberhasilannya lebih besar dari pada biaya
yang diperlukan untuk menutupi kegagalan yang mungkin terjadi. Dalam
hubungannya dengan proyek, resiko dapat diartikan sebagai dampak
kumulatif terjadinya ketidakpastian yang berdampak negatif terhadap
sasaran proyek.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi biasanya standar spesifikasi
telah ditentukan dengan memperhitungkan biaya dan jadwal untuk
mencapainya, sehingga pengendalian dan pencegahan terhadap resiko
dalam pelaksanaan yang tepat menjadi suatu hal yang sangat penting
dalam menghindari dampak negatif. Hal ini berarti bahwa jika resiko yang
timbul dalam proyek dan mempengaruhi satu dari kinerja proyek seperti
waktu proyek yang mengalami keterlambatan maka resiko selanjutnya
akan meningkatkan biaya dalam proyek.

Manajemen Resiko

Manajemen resiko juga bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah


aktivitas proyek yang telah ditetapkan. Menurut Project Management
Institut Body of Knowledge, manajemen resiko didefinisikan sebuah
proses yang berkaitan dengan identifikasi, analisis, tanggapan terhadap
ketidakpastian termasuk memaksimalkan hasil dari peristiwa positif dan
meminimalkan dampak dari peristiwa sebaliknya. Pendekatan yang
dilakukan terhadap resiko yaitu mengidentifikasi serta mengevaluasi
resiko proyek dapat mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap

iv
dampak yang ditimbulkan, kemungkinan pengalihan resiko kepada pihak
lain, atau bagaimana mengurangi resiko yang terjadi. Manajemen resiko
memiliki tujuan pokok untuk membatasi kemungkinan terjadinya dan
dampak resiko dari kegiatan proyek yang bersifat negatif. Proses
manajemen resiko proyek terdiri dari identifikasi, penilaian, tanggapan,
serta pemantauan dan pengendalian terhadap resiko.
Salah satu cara yang sering digunakan untuk melakukan penilaian
resiko dengan memakai metode matriks resiko atau Risk Matrix. Resiko
proyek ditandai oleh faktor-faktor berikut:
a. Peristiwa Resiko menunjukkan dampak negatif
b. Probabilitas terjadinya peristiwa.
c. Kedalaman (severity) dampak dari resiko yang terjadi.
Total bobot dampak negatif (R) besarnya sama dengan probabilitas
terjadinya peristiwa (L) dikali kedalaman dampak yang terjadi (I).
Hubungan antara probabilitas kemungkinan terjadinya resiko (L) dengan
dampak yang ditimbulkan (I) dapat dinyatakan dalam rumus:
𝑅=𝐿𝑥I
Keterangan:
𝑅 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
𝐿 = 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
𝐼 = 𝐷𝑎𝑚𝑝𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
Langkah-langkah dalam metode Risk Matrix adalah:
1. Menentukan peristiwa resiko yang akan dianalisis, misalnya
keterlambatan jadwal penyelesaian suatu pekerjaan.
2. mengkaji probabilitas terjadinya peristiwa keterlambatan pada langkah
pertama. Berbagai metode dapat dipakai untuk maksud tersebut.
3. Menilai ke dalam dampak resiko yang dapat timbul, yaitu dengan
memperkirakan kekritisan serta bobotnya.
4. Mengkategorikan tingkat keparahan resiko yang berbeda-beda ke
dalam penilaian matriks resiko. Matriks 5 x 5 yang setiap elemen
dengan elemen mewakili nilai yang berbeda terhadap dampak dan
kemungkinan.

v
5. Dengan telah dilakukannya penilaian probabilitas terjadinya,
kedalaman dampak, serta bobotnya, maka selanjutnya merencanakan
atau menentukan tanggapan yang diperlukan. Misalnya menyediakan
kontinjensi, atau menutup asuransi untuk insurable risk.
6. Tahap akhir adalah memantau dan mengambil tindakan koreksi bila
pelaksanaan tanggapan menyimpang dari perencanaan.

Program Evaluation and Review Technique (PERT)


Pengendalian proyek-proyek besar, sebagaimana pengendalian
sistem manajemen apa pun, melibatkan pengawasan ketat pada sumber
daya, biaya, kualitas, dan anggaran. Pengendalian berarti penggunaan loop
umpan balik untuk merevisi rencana proyek dan pengaturan sumber daya
ke mana mereka paling diperlukan. Teknik evaluasi dan pengulasan
program (dikenal luas sebagai program evaluation and review technique-
PERT) dan metode jalur kritis (umumnya disebut critical path method-
CPM) dikembangkan di tahun 1950-an untuk membantu para manajer
melakukan penjadwalan, pemantauan, serta pengendalian proyek-proyek
besar dan kompleks. PERT adalah suatu alat manajemen resiko yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian
bagianbagian pekerjaan yang ada di dalam proyek.
PERT memakai distribusi probabilitas berdasarkan tiga perkiraan
waktu (three times estimates) untuk masing-masing aktivitas, yaitu:
 a = waktu optimistis (optimistic time) Waktu tersingkat untuk
menyelesaikan aktivitas bila segala sesuatunya berjalan mulus
sesuai rencana. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam
seratus kali bila aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama.
 m = waktu realistis (most likely time) Waktu yang paling sering
terjadi atau realistis dibanding dengan yang lain bila aktivitas
dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

vi
 b = waktu pesimistis (pessimistic time) Waktu yang paling lama
untuk menyelesaikan aktivitas, yaitu bila segala sesuatunya serba
tidak baik
𝑡𝑒 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
𝑎 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑖𝑠𝑡𝑖𝑠

Resiko dan Manajemen Resiko


Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan. Sesuatu yang tidak pasti
dapat berakibat menguntungkan atau merugikan menurut wideman dalam
mamduh, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang, sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan
akibat yang merugikan dikenal dengan istilah resiko.
Resiko dapat juga diartikan sebagai suatu kemungkinan yang
menimbulkan atau mengesankan kerugian atau bahaya. Resiko pertama kali
dikenal pada tahun 2100 sebelum masehi dan dapat ditemukan pada piagam
hammurabi, yang mencetuskan  konsep "bottomry". Piagam tersebut
mencantumkan peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang untuk
membeli kargo namun bila dalam perjalanan kapalnya tenggelam atau hilang ia
tidak perlu mengembalikan uang pinjaman tersebut. Masa ini disebut dengan
zaman pertama manajemen risiko gimana perusahaan hanya melihat risiko non
entrepreneurial (seperti misalnya keamanan).
Untuk dapat menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi
diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. manajemen
risiko merupakan suatu proses dalam mengidentifikasi risiko penilaian risiko dan
pengembalian langkah-langkah untuk mengurangi resiko sehingga risiko tersebut
berada pada tingkat yang dapat diterima Clough and Sears (1994)  menyatakan
bahwa manajemen risiko di definisikan sebagai suatu pendekatan yang
komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan
kerugian.manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen untuk
yang mencoba untuk mengidentifikasi mengukur dan menangani sebab dan akibat
dari ketidakpastian pada semua organisasi.

vii
Faktor penyebab terjadinya resiko dan tipe resiko
Dua faktor penyebab risiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards).
banjir tanah longsor gempa gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh
bencana yang secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya
terbagi atas beberapa jenis:
1. Bahaya fisik (phsyical hazard) misalnya yang berhubungan dengan
fasilitas bangunan suatu perusahaan
2. Bahaya moral (moral hazard)l misalnya sikap ketidakjujuran atau ketidak
pastian
3. Bahaya morale (morale harzard) misalnya sikap yang tidak hati-hati
ataupun kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu
perusahaan
4. Bahaya karena hukum atau peraturan misalnya akibat mengabaikan
undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan
Mamduh Hanafi mengklarifikasi resiko menjadi dua, yaitu:
1. Risiko murni (Pure Risk) adalah risiko di mana kemungkinan kerugian ada
tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada.
Contoh : kecelakaan, kebakaran, kebanjiran dsb
2. Risiko spekulatif adalah risiko di mana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. 
Contoh : usaha bisnis dan membeli saham

viii
Di samping kategori murni dan spekulatif resiko juga bisa dibedakan
antara risiko yang dinamis dan statis. Risiko statis muncul dari kondisi
keseimbangan tertentu. Contoh: risiko terkena petir merupakan risiko yang
muncul dari kondisi alam yang tertentu. Karakteristik resiko ini praktis tidak
berubah dari waktu ke waktu. Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi
tertentu. Contoh: perubahan kondisi masyarakat semakin kritis, sadar akan
haknya, maka risiko hukum yang muncul karena masyarakat lebih berani
mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan akan semakin besar.

Resiko bisa bersifat subjektif dan objektif. Risiko subjektif berkaitan


dengan persepsi seseorang terhadap resiko. dengan kata lain kondisi mental
seseorang akan menemukan kesimpulan tinggi rendahnya resiko tertentu. Contoh:
untuk standar deviasi pasar yang sama sebesar 25% 2 orang dengan kepribadian
berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang risk averse
akan menganggap resiko investasi di pasar modal terlalu tinggi. Sementara bagi
orang agresif (risk seeker), resiko investasi di pasar modal dianggap tidak terlalu
tinggi. Risiko objektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter
yang objektif. 

ix
Konsep dasar manajemen risiko
Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang
sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan risiko tersebut. Ini
merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan
ketidakpastian dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan
mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko.
Ada 5 konsep dasar dalam manajemen risiko yang menurut James
Essinger dan Joseph Rosen harus terlebih dahulu dipahami oleh para pejabat
organisasi yang terlibat dalam proses manajemen risiko yaitu:
1. Manajemen risiko hanyalah sebuah pendekatan. ada banyak pendekatan
dalam menilai Risk and return dari setiap transaksi atau instrumen.
Manajemen risiko akan lebih efektif untuk portofolio yang besar dan
kompleks. tetapi manajemen risiko juga merupakan strategi yang fleksibel
karena tidak hanya diterapkan untuk portofolio yang besar tetapi juga
dapat menjadi pendekatan yang tinggi bagi portofolio yang kecil.
2. Sifat dari instrumen yang digunakan akan menentukan parameter dari
sebuah strategi manajemen risiko. secara relatif tidak ada satu strategi
manajemen risiko yang dapat diterapkan pada semua jenis pasar uang atau
semua instrumen.
3. Sistem manajemen risiko haruslah sistematis dan diikuti secara konsisten
tetapi tidak kaku dan fleksibel.
4. Manajemen risiko bukan merupakan alat sulap yang secara ajaib akan
meningkatkan return dan sekaligus mengurangi resiko. Peter L. Berstein
berpendapat bahwa manajemen risiko sendiri bisa menghasilkan risiko
baru yaitu berkurangnya kewaspadaan manajemen organisasi terhadap
seluruh organisasi yang ada. ibarat pengemudi mobil yang menggunakan
tali pinggang pengaman akan mengemudikan mobil secara kurang berhati-
hati dibandingkan apabila ia tidak menggunakan ikat pinggang pengaman.
5. Lingkungan usaha organisasi saat ini telah menyebabkan kompleksitas
manajemen risiko menjadi sangat tinggi dan merupakan proses yang
semakin sulit. Kecenderungan pasar yang semakin bergejolak,
perkembangan instrumen baru, meningkatan persaingan, meningkatnya

x
interaksi global, nasabah yang semakin menuntut dan perkembangan
perkembangan baru dalam teknologi informasi dan telekomunikasi telah
semakin mempersulit pengelolaan resiko organisasi.

Dengan diterapkan manajemen risiko di suatu perusahaan Irham Fahmi


mengatakan bahwa terdapat beberapa manfaat yang diperoleh yaitu: 
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan sehingga para manajer lebih berhati-hati dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dan melihat pengaruh-
pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari resiko dan menghindari dari pengaruh terjadi kerugian
khususnya kerugian finansial.
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko yang dirancang secara detail
maka perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara
sustainable.

Budaya manajemen risiko dan komitmen


Keberhasilan mengkomunikasikan dan mengintegrasikan manajemen
risiko dalam sebuah organisasi tidak terletak pada etniknya akan tetapi tergantung
pada manusia mengambil dan mengelola resiko tersebut. Banyak pegawai,
karakter, sikap atau attitude dan keterampilan yang berbeda dalam organisasi
menuntut adanya budaya organisasi dimana setiap orang harus menjadi manajer
resiko karena setiap pegawai bertanggung jawab atas kegiatan dan hasil kerjanya.
Pengembangan budaya manajemen risiko jauh lebih penting dibandingkan
membangun sebuah kebijakan dan prosedur yang paling komplit karena
pengelolaan risiko harus diimplementasikan kepada setiap orang dari jenjang
paling bawah sampai pada jenjang paling atas. Langkah untuk membangun
budaya risiko:

xi
1. Membentuk satuan kerja manajemen risiko sebagai pusat untuk
membangun dan menyebarluaskan kebijakan dan prosedur resiko seluruh
jenjang organisasi.
2. Menyusun manual kode etik.
3. Merekrut pegawai yang memiliki sikap yang baik untuk memberikan
pelayanan yang terbaik.
4. Menjadikan manajemen risiko sebagai syarat untuk menduduki semua
posisi manajemen.
5. Menerapkan sanksi bagi pelaksana atau mengambil resiko.
6. Memberikan insentif guna mendorong pegawai dalam mengelola risiko
dengan baik.
7. Menerapkan seperangkat aturan agar pegawai tidak berani mengambil
resiko yang berlebihan.
8. Memasukkan penilaian kinerja pengelolaan resiko dalam proses penilaian
kinerja pegawai.

Kunci sukses sebuah organisasi adalah adanya manajemen yang


berkualitas pada semua tingkatan. manajemen bisa didukung dan juga bisa di
batasi oleh organisasi yang mengelilingi dan mengawasi mereka. sebagai
pengambil keputusan di tingkat transaksi mereka akan melaksanakan pekerjaan
mereka dengan semakin baik apabila didukung oleh budaya organisasi, sistem,
struktur dan lain-lain juga harus baik. 
Mc Kinsey dalam Tampubolon menawarkan 5 hal yang perlu mendapat
perhatian dewan komisaris dan direksi dalam membangun organisasi seperti
berikut:
1. Definisikan dan komunikasikan filosofi dan tujuan organisasi.
2. Buat resiko terlihat lebih nyata dengan cara mengembangkan bahasa
Resiko yang bersifat umum bagi organisasi.
3. Identifikasi pengambilan resiko terbaik dan bangun struktur organisasi
yang kondusif di sekitar mereka.
4. Selaraskan tujuan setiap individu dalam organisasi dengan tujuan
perusahaan.

xii
5. Evaluasi ulang sistem sistem limit secara berkala.

Oleh karena itu menjadi tanggung jawab dewan komisaris dan direksi
untuk membangun organisasi yang kondusif bagi pengembalian keputusan yang
menguntungkan di tingkat transaksi dan dibagi terbangunnya komitmen organisasi
sebagai totalitas atau (total organizational commitment)

Komitmen ini harus dimulai oleh manajemen puncak yang selanjutnya


dipublikasikan dan didemonstrasikan melalui program seperti diskusi dalam rapat-
rapat memorandum kegiatan deskripsi jabatan dan sistem performance evaluation.
Terdapat banyak struktur organisasi dalam kaitannya dengan manajemen
risiko. Struktur organisasi ini dapat disesuaikan dengan tujuan dan kebijakan
usaha ukuran kompleksitas serta kemampuan suatu organisasi. Berikut ini adalah
contoh struktur organisasi yang terkait dengan manajemen risiko:
Proses manajemen risiko
Manajemen menurut Nickels, McHugh and McHugh adalah sebuah proses
yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan
berupa perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengendalian orang-orang
serta sumber daya organisasi lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Mamduh Hanafi membagi
proses manajemen risiko menjadi beberapa tahap antara lain:
1. Perencanaan
Perencanaan manajemen risiko bisa dimulai dengan menetapkan visi misi
dan tujuan yang berkaitan dengan manajemen risiko. kemudian
perencanaan manajemen risiko bisa diteruskan dengan penetapan target
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen resiko. Akan
lebih baik lagi jika visi misi kebijakan dan prosedur tersebut dituangkan
secara tertulis. dokumen tertulis semacam itu memudahkan pengarahan
sekaligus menegaskan dukungan manajemen terhadap program
manajemen risiko.

xiii
Contoh misi atau kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan
manajemen resiko dari beberapa perusahaan atau organisasi: 
Persyaratan Misi Manajemen Risiko Goldman Sach:
Misi dari departemen risiko adalah mengumpulkan menganalisis
memonitor dan mendistribusikan informasi yang berkaitan dengan risiko
pasar dari posisi perusahaan supaya traders, manajer dan proses yang
lain dalam organisasi dan terutama komite risiko memahami dan
membuat keputusan berdasarkan informasi mengenai manajemen dan
pengendalian Resiko yang diambil.
(Goldman Sach adalah perusahaan sekuritas Amerika Serikat)

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan manajemen risiko meliputi aktivitas operasional yang
berkaitan dengan manajemen risiko. proses identifikasi dan pengukuran
risiko kemudian diteruskan dengan manajemen atau pengelolaan risiko
yang merupakan aktivitas operasional yang utama dari manajemen risiko.
a. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko-resiko
apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi teknik untuk
mengidentifikasi risiko dengan menelusuri sumber risiko sampai

xiv
terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh:
kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah. Api merupakan
sumber risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah
merupakan kondisi yang meningkatkan terjadinya kecelakaan,
bangunan yang bisa terbakar merupakan eksposur yang yang
dihadapi perusahaan.
b. Evaluasi dan pengukuran risiko
Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko
dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih
baik, maka resiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang
lebih sistematis dilakukan untuk mengukur risiko tersebut. Sebagai
contoh: kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko
atau suatu kejadian jelek terjadi. Dengan probabilitas tersebut kita
berusaha mengukur risiko. Misal: ada resiko perusahaan terkena
jatuhan meteor atau komet tetapi probabilitas risiko semacam ini
sangat kecil (0, 0000001). Karena itu resiko tersebut tidak perlu
diperhatikan. Contoh lain: resiko kebakaran dengan probabilitas
misal 0,6. karena probabilitas yang tinggi maka resiko kebakaran
perlu diberi perhatian ekstra.
c. Pengelolaan risiko
Resiko harus dikelola jika tidak maka konsekuensinya bisa cukup
serius bisa kerugian yang cukup besar. resiko misal dikelola
dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan penghindaran,
resiko tersebut ditahan, melakukan diversifikasi, mentransfer
resiko, dan mengendalikan resiko dan mendanai kerugian sendiri.

3. Pengendalian
Tahap berikutnya dari proses manajemen risiko adalah pengendalian yang
meliputi evaluasi secara periodik pelaksanaan manajemen risiko, output
laporan yang dihasilkan oleh manajemen risiko dan umpan balik atau
feedback. Format laporan manajemen risiko bervariasi dari satu organisasi
organisasi lainnya dan dari satu kegiatan kegiatan lainnya.

xv
Identifikasi resiko
Jika resiko tidak bisa diidentifikasi maka risiko tidak dapat diukur
sehingga kita tidak bisa mengelola resiko. Terdapat dua tipe risiko yaitu
risiko murni dan risiko spekulatif atau resiko bisnis. karena resiko
memiliki karakteristik yang berbeda-beda maka pengukurannya pun juga
berbeda-beda.
Mengidentifikasi resiko adalah hal pertama yang harus dilakukan
sebelum pengukuran risiko. Secara umum langkah-langkah dalam
identifikasi dan pengukuran risiko adalah: 
1. Mengidentifikasi resiko dan mempelajari karakteristik risiko.
2. mengukur risiko dengan melihat seberapa besar dampak risiko
tersebut terhadap kinerja perusahaan.
3. Menentukan prioritas risiko.

Terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan dalam


mengidentifikasi bahwa perusahaan atau organisasi memiliki eksposur
terhadap risiko: 
1. Analisis sekuen risiko
Resiko mempunyai sekuen atau rangkaian dari sumber risiko
sampai kemudian munculnya kerugian karena risiko tersebut.
dengan adanya analisis sekuen kita bisa melakukan pencegahan
munculnya kejadian yang tidak diinginkan dengan fokus terhadap
sekuen yang terjadi. contohnya untuk menghadapi faktor resiko
atau bangunan yang menghadapi ekspor terhadap kebakaran dapat
dilakukan dengan cara menggunakan kompor listrik, menjauhkan
minyak tanah. Dengan demikian bisa mengurangi kerusakan
gedung karena kebakaran.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko
Dengan memperluas pengamatan terhadap sumber-sumber risiko.
Sumber-sumber risiko di lingkungan sekitar kita: 

xvi
a. Lingkungan fisik : bangunan yang dimakan usia sehingga
menjadi rapuh, sungai yang menyebabkan banjir, gempa,
badai, topan.
b. Lingkungan sosial:  kerusuhan sosial, demonstrasi, konflik
dengan masyarakat lokal, pemogokan pegawai,
perampokan.
c. Lingkungan politik: perubahan perundang, perubahan
aturan, konflik antar negara yang mendorong boikot
produk perusahaan.
d. Lingkungan legal: gugatan karena gagal mematuhi
peraturan dan perundangan yang berlaku.
e. Lingkungan operasional: kecelakaan kerja, kerusakan
mesin, kegagalan sistem komputer, serangan virus
terhadap komputer.
f. Lingkungan ekonomi: kelesuhan ekonomi inflasi yang
tidak terkendali. 

Dengan mengamati sumber-sumber risiko kita bisa


memperoleh gambaran risiko apa saja yang mungkin muncul dan
membahayakan organisasi. Alternatif kategori sumber risiko adalah
sebagai berikut:
1) Konsumen: keluhan dari konsumen yang mengakibatkan
kekecewaan dan tidak mau membeli produk perusahaan,
konsumen merasa rugi kemudian menuntut perusahaan.
2) Supplier: pasokan dari supplier tidak sesuai yang diharapkan.
3) Pesaing: pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik
desain menurunkan harga yang bisa mengakibatkan
persaingan harga.
4) Regulator: perusahaan gagal mematuhi perusahaan yang
berlaku, perubahan perundangan yang berlaku maka libatkan
perusahaan rugi.

xvii
3. Teknik pendukung lainnya
a Metode laporan keuangan
metode tersebut dimulai dengan melihat rekening-rekening
dengan laporan keuangan. dari rekening tersebut kemudian
dianalisis resiko apa yang bisa muncul dari rekening yang
melibatkan rekening tersebut.
Contoh : khas merupakan salah satu rekening di neraca,
Resiko yang bisa muncul atau melibatkan khas misalnya
pencurian khas penyelewengan khas dan lain-lain
b. Menganalisis flowchart kegiatan dan operasi perusahaan
metode ini berusaha melihat sumber resiko dari flowchart
kegiatan dan operasi perusahaan. metode ini sangat sesuai
untuk resiko tertentu seperti resiko dari proses produksi.
Proses produksi dimulai dengan masuknya input,
mengerjakan input sampai menjadi output tertentu. dalam
rangkaian kegiatan produksi ada kemungkinan muncul
kegiatan yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan kerja,
kerusakan mesin dan lain-lain.
dengan mengamati proses nya kita bisa mengidentifikasi
sumber risiko yang menyebabkan kejadian negatif tersebut.
c. Analisis kontrak
Bertujuan melihat risiko yang bisa muncul karena kontrak
tertentu. Risiko ini berkaitan dengan resiko tuntutan
hukum. 
d. Catatan statistik kerugian dan laporan kerugian perusahaan
jika perusahaan mempunyai data base yang baik maka
dapat mencatat kerugian kerugian. analisis terhadap
penyimpangan dapat membantu mengidentifikasi sumber-
sumber risiko
e. Survei atau wawancara terhadap manajer, manajer paling
tahu operasi perusahaan termasuk resiko Resiko yang
dihadapi. Sebagai ilustras, Unitedi Grain Growers yang

xviii
merupakan perusahaan di bidang pertanian di Kanada
melakukan sesi brainstorming antara manajer dan konsultan
manajer risiko. Untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang
paling penting dihadapi. Hasil diskusi tersebut
menunjukkan ada 6 yang paling penting: 
1. Risiko komoditas harga komoditas yang jatuh
padahal perusahaan memegang komoditas tersebut
2. Resiko cuaca cuaca yang tidak menguntungkan
sehingga menghasilkan panen dan menurunkan
volume pertanian atau penjualan menurun
3. Resiko counterparty counterparty  perusahaan gagal
memenuhi kontraknya terhadap perusahaan
4. Risiko lingkungan perusahaan menghadapi tuntutan
hukum karena perusahaan dituduh merusak
lingkungan atau pencemaran lingkungan
5. Resiko persediaan persediaan mengalami kerusakan
atau membusuk
6. Risiko kredit counterparty gagal bayar kepada
perusahaan. Risiko komoditas merupakan risiko
yang paling dianggap paling penting oleh manajer
UGG

Mengukur risiko
Setelah risiko diidentifikasi tahap berikutnya mengukur risiko. Dengan
pengukuran risiko kita bisa melihat tinggi rendahnya Resiko yang dihadapi
perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari risiko terhadap kinerja
perusahaan sekaligus bisa melakukan prioritas risiko atau Resiko yang mana
paling relevan. Pengukuran biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko.
pengukuran dan kuantifikasi risiko sangat bergantung kepada karakteristik risiko
tersebut. tabel berikut ini menyajikan ringkasan tipe-tipe risiko dan teknik
pengukuran yang berbeda:

xix
Teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya atau tingkat
kuantifikasi, mulai dari yang paling sederhana yaitu matriks frekuensi dan
signifikasi kerugian, sampai pada stresstesting yang lebih rumit.

Matriks frekuensi dan signifikasi resiko


Matriks frekuensi dan signifikansi resiko merupakan teknik pengukuran
yang cukup sederhana dan tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit yaitu
adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi dan
signifikasi. Terdapat dua hal dalam proses tersebut yaitu:
1. Mengembalikan standar resiko
2. Menerapkan standar tersebut untuk Resiko yang telah diidentifikasi

Sebagai contoh, manusia gampang melakukan kesalahan jika mereka


kelelahan atau tidak konsentrasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap kesalahan
manusia tersebut atau human error dalam pemrosesan transaksi. berdasarkan
pengalaman masa lalu kejadian tersebut sering terjadi tetapi kerugian yang
ditimbulkan biasanya tidak terlalu besar. Berdasarkan informasi tadi, resiko

xx
kesalahan manusia dalam pemrosesan transaksi bisa dikategorikan sebagai
frekuensi tinggi dan signifikasi rendah.

Gambar diatas menjelaskan daftar risiko yang bisa dibagikan kepada


manajer untuk dievaluasi. terlihat bahwa resiko regulator dan lingkungan berada
pada kuadran signifikasi tinggi dan frekuensi rendah. Jika suatu resiko berada
dalam kuadran frekuensi rendah, mah kak monitoring secara berkala cukup
sedangkan jika resiko berada dalam kuadran frekuensi tinggi dan signifikansi
tinggi maka risiko tersebut sangat serius. Maka harus cepat-cepat diatasi agar
tidak mengalami kehancuran.
Berikut ini adalah map resiko untuk resiko pengrusakan lingkungan, di
mana resiko pengrusakan lingkungan tersebut mempunyai nilai rata-rata 2 untuk
likelihood dan signifikasi berada pada angka 7 artinya kemungkinan terjadinya
risiko tersebut jarang atau frekuensi rendah tetapi memiliki dampak yang serius
atau signifikasi tinggi. dampak yang serius tersebut muncul karena tuntutan ganti
rugi dengan nilai yang signifikasi.

xxi
Pengelolaan risiko
Risiko harus dikelola, jika tidak maka konsekuensinya bisa cukup serius
misalnya kerugian yang cukup besar. Resiko bisa dikelola dengan berbagai
alternatif antara lain:
1. Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk pengelolaan risiko adalah menghindar.
Tetapi cara semacam ini barangkali tidak optimal. sebagai contoh jika kita
ingin memperoleh keuntungan dari bisnis maka mau tidak mau kita harus
keluar dan menghadapi resiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola resiko
tersebut. 

2. Ditahan (Risk Retention)


Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika perusahaan menghadapi
sendiri risiko tersebut atau menahan risiko tersebut atau Risk rentention. Jika
resiko tersebut benar-benar terjadi, maka perusahaan harus menyediakan dana
untuk menanggung resiko tersebut. Resiko yang ditahan bisa didanai dan bisa
juga tidak ditandai. jika perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus
ditujukan untuk mendanai risiko tersebut tertentu, jika resiko tersebut tidak
muncul, maka resiko tersebut tidak didanai.

xxii
Dalam beberapa situasi alternatif tersebut merupakan pilihan yang masuk
akal. Dalam situasi tersebut perusahaan bisa mendanai risiko tersebut.
Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa cara seperti menyisihkan dana
cadangan, Self insurance, dan captive insures.
a. Dana Cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditunjukkan
untuk membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu.
b. Self Insurance dan Captive Insures
Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam
asuransi untuk internal perusahaan sendiri (Self-Insurence). meskipun ada
keberatan izin tidak mengirim tifikasi adanya transfer risiko ke pihak luar.
Resiko masih berada di perusahaan.
Dengan self insurance perhitungan dilakukan lebih teliti untuk
menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan berapa besarnya
tanggungan yang bisa diberikan.
Captive insurance lakukan dengan mendirikan anak perusahaan
asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam perusahaan
bisa diasuransikan ke captive insurance tersebut

xxiii
3. Transfer risiko
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan resiko
ke pihak lain atau mentransfer risiko ke pihak lain. pihak lain tersebut
biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan
risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa
mendiferensiasikan resiko lebih baik. Resiko transfer dilakukan melalui
beberapa cara:
1) Asuransi
Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum
khususnya untuk resiko murni atau pure risk. asuransi adalah
kontrak perjanjian antara yang diasuransikan dan perusahaan
asuransi dimana insurer bersedia mendirikan kompensasi atas
kerugian yang dialami pihak diasuransikan dan pihak asuransi
memperoleh premi asuransi sebagai balasannya. Empat hal yang
diperlukan dalam transaksi asuransi: 
 Perjanjian kontrak
 Pembayaran premi
 Tanggungan yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti
yang disebutkan dalam kontrak
 Penggabungan sumber daya oleh perusahaan asuransi yang
diperlukan untuk membayar tanggungan

2) Hedging
Hedgingatau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko
kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola resiko lebih baik
melalui transaksi instrumen keuangan. cara kerja hedging mirip
dengan asuransi yaitu jika kita rugi karena risiko tertentu kita
memperoleh kompensasi dari kontrak lainnya. Jika di asuransi,
asuransi diberikan oleh perusahaan asuransi. Sedangkan untuk
hacking dengan instrumen derivatif kompensasi diberikan oleh

xxiv
pihak lain atau counterparty yang menjual kontrak derivatif
tersebut.

3) Incorporated
Incorporated atau membentuk perseroan terbatas
merupakan alternatif transfer risiko karena kewajiban pemegang
saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang
disetorkan.

4) Teknik lainnya
Selain teknik transfer risiko yang disebutkan diatas adanya
banyak teknik transfer risiko lainnya

4. Pengendalian resiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. untuk
risiko yang tidak bisa dihindari organisasi perlu melakukan pengendalian
resiko. Dengan menggunakan dua dimensi yaitu probabilitas dan severity.
pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya
kejadian mengurangi tingkat keseriusan atau keduanya.
Ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya
risiko antara lain:
1. Teori domino
Teori ini mengatakan bahwa kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan
5 tahap berikut:
 lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu misal mempunyai
tempramen tinggi sehingga gampang marah.
 Personal fault atau kesalahan individu, di mana individu
tersebut tidak mempunyai respon yang tepat atau benar
dalam situasi tertentu.

xxv
 Unsafe act or phsyical hazard atau tindakan yang berbahaya
atau kondisi fisik yang berbahaya
 Kecelakaan
 Cidera 

2. Rantai risiko ( Risk Chaim)


Menurut Mekhofer 1987 Resiko yang muncul bisa
dipecahkan ke dalam beberapa komponen:
 Hazard atau kondisi yang mendorong terjadinya risiko
 Lingkungan dimana Hazard tersebut berbeda
 Interaksi Hazard dengan lingkungan
 Hasil dan interaksi
 Konsekuensi dari hasil tersebut

xxvi
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan

TWIN SCREEN PRINTING


Owner : Yogi Wahyu Saputra
Alamat : Perum Korpri Cigintung RT 15 RW 06 Blok C Kuningan
Jawa Barat.
Produk & Jasa :
1. Sablon t-shirt
2. Hoodie
3. Zipper
4. Sweater
5. Cetak Undangan
6. Stiker
7. Dll
No Hp : 08980477498

2.1.1 Visi dan Misi


a. Visi

xxvii
“Menjadi perusahaan sablon yang professional, inovatif, produktif yang
dapat menghasilkan suatu nilai tambah baru yang dapat memberi
manfaat,serta mampu membuka lapangan pekerjaan yang
menguntungkan bagi sesama.”

b. Misi
1. Membangun usaha sablon kaos yang mampu memberikan pelayanan
dan kepuasan bagi pelanggan.
2. Mengedepankan kualitas produksi dengan harga yang terjangkau.
3. Menghadirkan lapangan pekerjaan yang professional dengan situasi
kerja yang produktif.

2.1.2 Pengorganisasian

Susunan Struktur Organisasi Twin Screen Printing

KEPALA

DIVISI DISTRIBUSI DIVISI DIVISI


PRODUKSI PEMBELIAN

JAHIT SABLON

DIVISI
FINISHING

xxviii
2.1.2.2 Job Description
1. Kepala
 memutuskan dan menentukan peraturan dan kebijakan dalam
sebuah usaha.
 Bertanggung jawab dalam memimpin dan menjalankan sebuah
usaha
 Bertanggung jawab atas kerugian juga keuntungan dalam sebuah
usaha
 Merencanakan serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan
dan pembelanjaan kekayaan sebuah usaha.
 Bertindak sebagai perwakilan dalam hubungan dunia luar usaha.
 Menetapkan strategi-strategi yang strategis untuk mencapai visi
misi usaha.
 Mengangkat dan memberhentikan karyawan
 Mengkordinasi dan mengawasi semua kegiatan usaha.

2. Divisi Distribusi
 Bertanggung jawab dalam mengatur pengiriman barang agar
barang dapat terkirim tepat jumlah barang, tepat jenis barang,
tepat tujuan dan tepat waktu.
 Merencanakan dan mengatur jadwal pengiriman barang ke
costumer.
 Memastikan ketersediaan kendaraan angkutan baik internal
maupun eksternal (ekspedisi, transporter).
 Memerintahkan proses muat barang ke kendaraan angkutan sesuai
dengan kualitas.
 Memastikan bukti serah terima barang (delivery note) asli
dikembalikan oleh pengiriman barang.

3. Divisi Produksi
a. Jahit

xxix
 Menerima bahan dan work order dari kepala perusahaan.
 Melakukan proses potong sesuai work order.

 Apabila terjadi kekurangan bahan langsung melaporkan ke


kepala.
 Melakukan quality control dan pemisahaan ukuran sebelum
diberikan ke divisi sablon.
 Untuk proses potong kombinasi (yang belum ada pola potongnya)
dikonsultasikan dengan kepala.
 Sebelum proses jahit diwajibkan membaca ketentuan work order
dengan teliti, agar tidak terjadi kesalahan dalam proses jahit
 Melakukan proses jahit dengan arahan kepala berdasar jadwal
deadline
 Apabila terdapat kekurangan atau reject langsung melapor ke
kepala agar bisa langsung dicarikan solusi
 Bekerja sesuai target perusahaan

b. Sablon
 Menerima work order dari kepala perusahaan
 Afdruk film sesuai jadwal produksi dan dikerjakan urut sesuai
dengan urutan jadwal produksi
 Melakukan proses cuci screen
 Pengerjaan afdruk film di bawah quality control dari kepala
 Cek screen setelah afdruk hingga siap untuk naik produksi sablon
 Setting ulang screen untuk menjaga kualitas
 Menerima bahan yang sudah ready sablon dari divisi jahit
 Melakukan mixing color sesuai desain
 Quality control untuk kualitas kain (berlubang/tidak)
 Melakukan proses sablon sesuai dengan jadwal produksi (mana
yang didahulukan untuk mengejar deadline)

xxx
 Lembur apabila tidak memungkinkan menyelesaikan produksi
sablon dengan jam kerja reguler (untuk mengejar deadline)
 Bekerja sesuai target perusahaan

4. Divisi Pembelian
 Bertanggung jawab dalam menjaga kelancaran pemesanan yang
dibutuhkan dalam kegiatan usaha.
 Berwenang dalam masalah pembelian bahan bahan produksi.
 Mengecek dan membeli bahan bahan produksi yang berkualitas.
 Merencanakan pembelian bahan bahan produksi ekspor dan
impor untuk kelancaran produksi.
 Menusun pesanan pembelian dan daftar permintaan untuk
memsan bahan, barang, dan persediaan.
 Memeriksa pengiriman pesanan.
 Melacak status pesanan.
 Mengurus barang-barang yang tidak ter suplay, dibawah jumlah
pesanan atau rusak.

5. Divisi Finishing
Sesuai arahan kepala perusaan berdasar jadwal deadline untuk orderan
mana yang didahulukan.
 Melakukan proses finishing atau membersihkan sisa benang
sampai bersih dan rapi
 Melakukan proses packing dengan rapi (lipatan konsisten dan
rapi) dan menutup plastik cetik/OPP dengan rapat
 Melaporkan ke kepala perusahaan untuk order sudah selesai
dipacking’
 Bersedia lembur untuk membantu divisi lain (untuk mengejar
deadline
 Bekerja sesuai target perusahaan

xxxi
 Mengecek kualitas atau quality control, sehingga kaos yang lolos
prpses finishing ini adalah kaos yang benar-benar memiliki
kualitas seperti yang di inginkan.

2.1.3 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran perusahaan


1. Segmentasi
Segmentasi pasar dari usaha kaos sablon Twin Screen Printing sebenarnya
dapat masuk ke dalam berbagai segmen, namun segmen utama dari usaha
ini adalah kalangan anak muda yang ingin tampil modis dan fashionable.

2. Target
Target pasar dari usaha sablon Twin Screen Printing adalah:
 Pelajar SMP dan SMA yang ada di sekitar Kabupaten Kuningan dan
sekitarnya.
 Kalangan remaja yang ingin tampil modis dan fashionable terutama
dalam hal berpakaian.
 Perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang banyak.
 Orang pemeritahan yang sedang punya hajat pemilu.
 Komunitas organisasi masyarakat.
 Para event organizer.
 Pengusaha clothing line.

3. Posisi
Posisi perusahaan ini berada di sebuah komplek perumahaan yang berada
di Perum Korpri Cigintung RT 15 RW 06 Blok C Kuningan Jawa Barat.
Karena posisi perusahaan yang jauh dari jalan raya yang kurang dilalui
oleh orang banyak menjadikan posisi perusahaan ini tidak strategis.
Menurut kami sebaikya ketika perusahaan mempunyai cukup modal untuk
membeli/menyewa kios yang lebih strategis, akan memberikan peluang
untuk konsumen mengetahui letak perusahaan tersebut. Dengan lokasi

xxxii
yang lebih strategis maka akan lebih banyak mendatangkan konsumen
sehingga meningkatkan peluang majuya perusahaan yang besar.

4. Diferensiasi

Proses sablon di Twin Scren Printingtidak hanya dilakukan secara manual


dengan menggunakan alat sablon konvensional, tetapi juga menggunakan
cara yang lebih modern yaitu dengan menggunakan digital printing. Hal
ini yang membuat perbedaan dengan usaha sablon lainnya. Dengan
menggunakan digital printing hasil sablon akan lebih bagus, halus, indah,
cepat, dan praktis penggunaannya.

2.1.4Taktik Perusahaan
1. Product/Produk
Produk yang dihasilkan Twin Screen Printing adalah sablon t-shirt atau
kaos, hoodie, zipper, sweater, undangan, dan sticker. Namun Twin
Screen Printing lebih fokus memproduksi sablon t-shirt atau kaos. Kaos
tersebut tersedia dengan berbagai ukuran (XS, S, M, L, XL, 2XL, 3XL,
dan 4XL), model (lengan pendek dan lengan panjang), dan jenis bahan
(cotton combed, cotton cardet, dan teteron cotton/TC).

2. Price/Harga
Harga yang ditetapkan sesuai dengan banyaknya warna sablon, ukuran
kaos, dan jenis kain. Berikut rinciannya :
1) Ukuran XS-XL
a. Semi katun, sablon lebih dari 3 warna : Rp 78.000,-
b. Semi katun, sablon kurang dari 3 warna :Rp 73.000,-
c. Katun, sablon lebih lebih dari 3 warna : Rp 81.000,-
d. Katun, sablon kurang dari 3 warna : Rp 76.000,-
2) Ukuran 2XL, 3XL,4XL.
a. Semi katun, sablon lebih dari 3 warna : Rp 83.000,-
b. Semi katun, sablon kurang dari 3 warna :Rp 78.000,-
c. Katun, sablon lebih lebih dari 3 warna : Rp 86.000,-

xxxiii
d. Katun, sablon kurang dari 3 warna : Rp 81.000,-

Ps : Semi katun = cotton cardet dan teteron cotton (TC)


Katun = cotton combed
Jika ukuran gambar besar dan gambarnya banyak makahargaditambah
Rp 2.000,- dari harga asli. Dan jika kaos berlengan panjangmaka harga
ditambah Rp 3.000,- dari harga asli.

3. Place/Tempat
Posisi perusahaan ini berada di sebuah komplek perumahaan yang
berada di Perum Korpri Cigintung RT 15 RW 06 Blok C Kuningan
Jawa Barat. Karena posisi perusahaan yang jauh dari jalan raya yang
kurang dilalui oleh orang banyak menjadikan posisi perusahaan ini
tidak strategis.
Menurut kami sebaikya ketika perusahaan mempunyai cukup
modal untuk membeli/menyewa kios yang lebih strategis, akan
memberikan peluang untuk konsumen mengetahui letak perusahaan
tersebut. Dengan lokasi yang lebih strategis maka akan lebih banyak
mendatangkan konsumen sehingga meningkatkan peluang majuya
perusahaan yang besar.

4. Promotion/Promosi
Media promosi yang digunakanoleh Twin Screen Prining yaitu :
 Internet (blog)
 Social media (instragram,whatsapp, line, facebook)
 Manusia (menggunakan teknik word of mouthatau dari mulut ke
mulut, pemberitahuan dari teman ke teman)

2.1.5Strategi Keuangan
Pada awalnya pihak perusahaan mempunyai modal awal sebesar Rp.
1.410.000,.dengan segala keterbatasan peralatan, yang hanya memiliki

- Screen = 10unit x 30.000 = 300.000

xxxiv
- Bahan 9kg = 9kg x 90.000 = 810.000
- Tinta 2 warna = 2 x 100.000 = 200.000
- Rakel = 5unit x 20.000 = 100.000
Modal awal = 1.410.000

Setelah berjalan satu tahun dan sudah mempunyai modal yang cukup untuk
membeli peralatan juga pengelolaan sitem keuangan yang cukup baik. Perusahaan
berhasil memiliki peralatan / mesin yang diperlukan, yaitu :

- Mesin press = 3.500.000


- Mesin print ukuran besar = 2.500.000
- Pengering otomatis baju = 1.500.000
= 7.500.000

Pelaksanaan keuangan yang diterapkan di perusahaan ini yaitu ketika


mempunyai orderan dari pihak konsumen pihak perusahaan meminta uang muka
sebesar 25% dari harga penjualan. Misal harga produk jadi sebesar Rp. 80.000/
pcs dan konsumen menginginkan satu lusin berarti 80.000 x 12 = Rp. 960.000.
25% dari hasil tersebut adalah Rp. 240.000.Pengambilan keuntungan untuk
perusahaan dalam satu pcs yaitu sebesar 20% per pcs.

Contoh :

Ukuran Jumlah Harga/pcs Laba transportasi Bahan


produksi
L 12 Rp. 78.000 20% 10% Semi
katun
2XL 12 Rp. 83.000 20% 10% Semi
katun

Keterangan :

Ukuran L dengan jumlah 12 pcs dengan harga Rp. 78.000/pcs. Maka jumlah total
sebesar Rp.936.000. pengambilan keuntungan dari hasil tersebut diambil 20%

xxxv
untuk laba produksi yaitu sebesar Rp.187.200. dan biaya trasnport sebesar 10%
yaitu Rp. 93.600.

3.2 Sasaran Pelaksanaan Proses Manajemen Resiko


Resiko - resiko yang ada di Twin Screen Printing sesuai dengan Mind
Map adalah sebagai berikut:
a. Resiko Internal
1. Resiko Produksi:

- kerusakan alat produksi

Kerusakan alat produksi dalam sebulan dapat terjadi 3 kali


kerusakan yang di akibatkan oleh faktor usia alat, maka perlu
adanya perawatan alat yang dilakukan setiap akan melakukan
proses produksi sehingga proses produksi tidak terhambat dan
pengiriman pun akan sesuai dengan deadline yang ditentukan.
- Listrik Mati
Kemungkinan besar terjadi dalam sebulan sebanyak 4 kali, yang di
akibatkan dari konslet nya listrik atau dari pusat (PLN). untuk
mengantisipasi terjadinya listrik mati dan proses produksi tetap
berjalan maka Twin Screen Printing menggunakan genset yang
otomatis menyala jika listrik padam.
- Penggunaan Alat Tidak Stabil
Hampir tidak mungkin terjadi di Twin Screen Printing karena
kepala usaha selalu memberikan pengarahan kerja terlebih dahulu
kepada semua karyawan terutama karyawan di divisi produksi.
Penggunaan alat tidak stabil biasanya terjadi pada proses
pengeringan sablon dengan menggunakan hot gun karena dengan
menggunakan hot gun apabila hot gun terlalu dekat dengan kaos
maka kaos akan gosong dan apabila penggunaan hot gun terlalu
jauh maka pengeringan sablon tidak merata sehingga hasil sablon
tidak sempurna (retak).

2.Resiko SDM

xxxvi
- Karyawan Sakit
Di Twin Screen Printing kemungkinan kecil terjadi karyawan sakit,
bisa dihitung kemungkinan 2 kali dalam sebulan. Untuk
mengantisipasinya kepala Twin Screen Printing melakukan
penjadwalan ulang yaitu dengan cara menyesuaikan jam kerja
sesuai dengan pekerjaan yang ada. Apabila pekerjaan tidak begitu
banyak, maka karyawan mendapatkan libur kerja.
- Miss Komunikasi
Kemungkinan kecil terjadinya miss komunikasi di Twin screen
Printing karena sebisa mungkin kepala usaha mengadakan waktu
bersama dengan cara makan bersama diluar, liburan bersama,
sharing , sehingga tidak terjadi miss komunikasi antar karyawan
maupun kepada kepala langsung.

3.Resiko Keuangan
- Pelunasan konsumen tidak tepat waktu
Resiko ini hampir sering terjadi di Twin Screen Printing, dengan
salah satu alasan konsumen yaitu uang belum terkumpul semua.
Twin screen printing akan mencoba melakukan pengendalian
dengan cara konsumen harus membayar biaya 100% di awal atau
paling sedikit 80% dari total biaya seluruhnya.

4.Resiko Distribusi
- Keterlambatan Pengiriman
Twin Screen Printing pernah mengalami keterlambatan pengiriman
kepada konsumen, hal ini terjadi di akibatkan adanya hambatan
pada proses produksi. Akibat dari keterlambatan pengiriman
tersebut, konsumen complain karena pengiriman tidak sesuai
deadline. Untuk mengurasi resiko ini Twin Screen Printing akan
meningkatkan kualitas kerja khususnya di divi produksi dan divisi
distribusi.

xxxvii
b. Resiko Eksternal:
1. Resiko Customer
- Complain barang tidak sesuai
Sangat kecil terjadi complain dari kostumer. Karena Twin Screen
Printing selalu teliti dan melakukan pengecekan terlebih dahulu
sebeluk barang di kirim kepada kostumer.
2. Resiko Pesaing
- Kualitas lebih baik
Resiko pesaing merupakan resiko yang paling tinggi untuk Twin
Screen Printing. Salah satunya adalah pesaing memiliki kualitas
lebih baik dalam hasil sablon nya karena pesaing sudah
menggunakan alat yang lebih modern. Untuk memenangkan
persaingan tersebut Twin screen Printing mengikuti perkembangan
teknologi sehingga mampu bersaing dan bisa memiliki peralatan
yang modern.

- Peralatan Lebih Modern


Dengan adanya pesaing yang memiliki peralatan lebih modern,
kepala usaha selalu melakukan pengumpulan modal yang banyak
agar dapat membeli dan mengikuti perkembangan teknologi
sehingga Twin Screen Printing mampu bersaing dengan pasa pesaing
usaha yang sama. Biasanya pesaing menggunakan sablon digital
sedangkan Twin Screen Printing menggunakan sablon manual, tetapi
walaupun menggunakan sablon manual Twin Screen Printing tetap
meningkatkan kualitan hasil produksi nya.

3. Resiko Supplier
- Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku
Hampir pasti terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku dari
supplier yang di akibatkan oleh macet nya perjalanan sehingga
proses produksi tertunda karena proses produksi tidak akan berjalan
apabila bahan baku belum ada. Bahan baku yang digunakan adalah

xxxviii
bahan kaos cutton combad dengan kualitas yang bagus. Untuk
mengantisipasi terjadinya keterlambatan pengiriman bahan baku,
maka divisi pembelian melakukan pembelian langsung ke supplier.
Misalnya pembelian bahan kaos langsung ke Bandung.
Adapun cara untuk mencapai sasaran yang efektif, yaitu dengan
membuat tabel SMART agar memenuhi kriteria yang berlaku. Tabel
SMART adalah tabel yang digunakan untuk membantu menetapkan
target, dan tujuan, misalnya dalam project management, employee
performance management, atau personal development.
SMART adalah :
S -Specific, Significant, Stretching, Simple
M -Measurable, Meaningful, Motivational, Manageable
A -Attainable, Appropriate, Achievable, Adjustable, Ambitious,
Aligned
R-Relevant, Result-Based, Result-oriented, Resourced, Resonant,
Realistic
T -Timely, Time framed, Timed, Time based, Time-bound, Time-
Specific, Timetabled.
TABEL SMART TWIN SCREEN PRINTING

Langkah ATRIBUT URAIAN ELEMEN SASARAN


1. Spesific Meningkatkan kualitas produk Memiliki peralatan yang
terutama hasil sablon dan modern atau mengikuti
membuat pelanggang atau perkembangan zaman,
costumer merasa puas. tidak membuat costumer
kecewa.
2. Measureable Target mendapatkan orderan Rp 70.000 – Rp 75.000
sebanyak 400pcs.
3. Achievable Menggunakan bahan dan Membeli ke supplier yang
peralatan yang berkualitas terpercaya dan banyak
tinggi. pelanggannya.
4. Relevan & Realistic Menambah dan mencari Melakukan promosi di
customer lebih banyak lagi. media social dengan
sasaran utama adalah

xxxix
kalangan remaja dan
komunitas organisasi.
5. Time Bound Waktu pencapaian selama satu Dimulai dari tanggal 28
bulan. November 2019 dan
berakhir pada tanggal 28
Desember 2019.
6. Sasaran Twin Screen Printing memiliki
target selama satu bulan
dimulai dari tgl 28 November
2019 – 28 Desember 2019
untuk meningkatkan kualitas
produk dan tidak membuat
customer kecewa. Diikuti
dengan melakukan mencari
customer yang lebih banyak
lagi dengan cara promosi di
setiap media social yang utama
nya ditujukan kepada kalangan
remaja dan komunitas
organisasi. Target tesebut akan
mencapai orderan 400 pcs
dalam kurun waktu 1 bulan.

xl
3.3 Operasional Proses Manajemen Resiko

Divisi
Konsumen Kepala Pembelian

Penjahit
Sablon Divisi Produksi

Desain

Finishing Packing Divisi


Distribusi

Take away Delivering

Tahapan proses produksi konveksi kaos sablon pada perusahaan Twin Screen
Printing :

1. Konsumen
Tahap pertama ini konsumen bernegosiasi dengan kepala perusahaan
untuk menentukan harga dan desain yang diinginkan oleh konsemen.
2. Tahap penerimaan oleh kepala
Tahap ini merupakan kesepakatan yang diterima oleh pihak kepala untuk
melanjutkan kegiatan produksi.
3. Tahap pemilihan bahan
Tahap dalam proses produksi kaos sablon adalah pemilihan bahan kaos.
Bahan kaos yang biasa digunakan adalah cotton. Ada beberapa jenis bahan
cotton, yang sering digunakan untuk kaos kualitas distro adalah jenis
cotton combed. Selain cotton ada pula jenis bahan polyster. Pemilihan

xli
bahan kaos disesuaikan dengan kebutuhan atau bisa juga berdasarkan
pemesanan.
4. Tahap pembelian bahan
Tahap tersebut merupakan tahap pembelian bahan yang disesuaikan
dengan pesanan konsumen.
5. Tahap pembuatan desain
Dalam pembuatan desain kaos selalu melihat minat pasar terhadap desain-
desain kaos yang sedang diminati. Pembuatan desain dilakukan oleh
bagian desain. Selain dibuat oleh bagian desain, pelanggan juga bisa
membuat desain sendiri sesuai yang diinginkan. Sebelum memulai
penyablonan, desain dikonfirmasi terlebih dahulu kepada pelanggan.
6. Tahap penjahitan
Setelah potongan pola kain kaos selesai disablon, tahap selanjutnya adalah
penjahitan kain. Penjahitan dilakukan oleh bagian penjahitan. Tahap
penjahitan kaos dilakukan dengan menggunakan beberapa mesin, antara
lain mesin jahit, mesin obras, mesin obras, mesin overdeck, tergantung
dari bagian kaos yang dijahit (penjahitan kerah dalam, berbeda dengan
penjahitan lengan) dan jenis jahitan yang dinginkan.
7. Tahap penyablonan
Setelah kain dipotong dan menjadi pola, tahap selanjutnya adalah
penyablonan. Penyablonan dilakukan di bagian khusus sablon.
8. Tahap finishing
Setelah tahap penjahitan kaos selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah
proses finishing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan hasil produksi
jahitan kaos, seperti membersihkan kaos, memotong dan merapikan
benang, tahap pengecekan kualitas atau quality control, sehingga kaos
yang lolos proses finishing ini adalah kaos yang benar-benar memiliki
kualitas seperti yang diinginkan. Tahap finishing juga melakukan
pengepress an hasil sablon pada kaos yang sudah jadi.
9. T-shirt packaging
Proses akhir dari produksi konveksi kaos sablon adalah tahap pengemasan.
Tahap ini bisa dilakukan dengan berbagai macam jenis kemasan. Kemasan

xlii
plastik bening adalah kemasan yang banyak digunakan karena alasan
kepraktisan dan ekonomis.
10. Distribusi
Tahap pengiriman barang yang sudah jadi kepada pihak konsumen.
11. Take away
Pihak konsumen mengambil barang yang sudah jadi ke perusahaan.

3.4 Jadwal
Observasi yang dilakukan di Twin Screen Printing adalah selama kurun
waktu 1 bulan, dimulai dari tanggal 28 november 2019 – 28 desember 2019.
Observasi ini dibagi menjadi 4 minggu.

1. Minggu Pertama :
Observasi ini dilakukan dengan cara membuat tabel mindmap yaitu
tabel yang dilakukan untuk mengetahui resiko apa saja yang terjadi di
Twin Screen Printing. Di tabel mindmap Twin Screen Printing dibagi
menjadi 2 resiko, yaitu resiko internal yang terdiri dari resiko
produksi, resiko sdm, resiko distribusi, resiko keuangan. Dan yang
kedua yaitu resiko eksternal yang terdiri dari resiko customer, resiko
pesaing, dan resiko supplier.

2. Minggu Kedua :
Observasi dilanjutkan dengan membuat tabel likelihood dan tabel
dampak. Tabel likelihood dilakukan untuk mengidentifikasi secara
kuantitatif dan kualitatif resiko yang muncul dari skala 1-5 (sangat
kecil, kecil, sedang, besar dan sangat besar). Tabel likelihood biasanya
tergantung dari kebijakan perusahaan tetapi Twin Screen Printing
menggunakan 1-5 skala.

3. Minggu Ketiga :
Pada minggu ini melakukan observasi dengan membuat tabel matriks
dan tabel identifikasi. Tabel matriks merupakan tabel penelitian resiko
yaitu hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu

xliii
resiko, penilaian ini dilakukan untuk menentukan kategori suatu
resiko apakah itu sangat kecil, sedang dan besar. Tabel identifikasi
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan terjadinya
suatu kerugian dan harus berhati-hati atas kemungkinan timbulnya
setiap kerugian. Selain itu tabel identifikasi berfungsi untuk
memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya resiko sehingga dapat
diperkirakan kemungkinan kerugian maksimum dari resiko yang
berasal dari berbagai sumber.

4. Minggu Keempat :
Minggu terakhir ini kami melakukan observasi dengan membuat tabel
formulir evaluasi, pemantauan dan ulasan, laporan manris pada unit
kerja.

3.5 Sumber Daya yang Diperlukan


 Sumber Daya yang diperlukan di dalam suatu usaha:
1. Man (Manusia)
Sumber Daya Manusia adalah sumber daya yang berasal dari manusia.
Dalam sebuah kegiatan usaha, manusia adalah faktor yang paling penting
sebab manusia adalah pelaku yang melaksanakan proses kerja untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Money (Uang)
Uang adalah faktor yang dibutuhkan untuk membiayai semua kebutuhan
yang diperlukan selama proses produksi. Seperti untuk pembelian bahan
baku yang akan diolah, perawatan mesin produksi ataupun untuk menggaji
para karyawan.

3. Material (Bahan)
Material adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi
sebuah usaha. Material terdiri dari bahan setengah jadi dan bahan jadi.
Biasanya para wirausahawan menggunakan bahan setengah jadi untuk

xliv
diolah menjadi bahan jadi. Biasanya para wirausahawan mencari bahan
mentah yang paling murah harganya dan kemudian diolah menjadi bahan
jadi untuk dijual.

4. Machine (Peralatan)
Mesin adalah salah satu sarana yang sangat diperlukan dalam sebuah
proses produksi. Saat ini, seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi
yang ada semakin canggih. Alat-alat yang mendukung proses produksipun
juga turut menjadi lebih canggih, sehingga dapat menghemat biaya dan
tenaga.

5. Method (Cara Kerja)


Metode adalah penetapan cara kerja atau tips-tips untuk tercapainya tujuan
dalam sebuah proses produksi. Dalam sebuah proses produksi diperlukan
sebuah metode yang membimbing seorang wirausahawan menghasilkan
produk yang baik. Tanpa sebuah metode, sang wirausahawan tidak akan
mendapat petunjuk untuk melaksanakan proses produksi, akibatnya
produk yang dihasilkan tidak memuaskan.

6. Market (Pasar)
Market atau pemasaran menjadi tujuan akhir seorang wirausahawan.
Pemasaran menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah proses produksi.
Karena apabila pemasaran tidak berjalan dengan lancar, modal produksi
tidak akan kembali, dan proses produksipun terpaksa dihentikan. Artinya
proses kerja tidak akan berlangsung. Jika proses produksi dihentikan, sang
wirausahawan akan kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, sang
wirausahwan harus dapat mengetahui produk seperti apa yang benar-benar
dibutuhkan oleh konsumen, sehingga produk yang dihasilkannya bisa
terjual dengan baik.
 Sumber Daya yang diperlukan didalam usaha sablon Twin Screen Printing
:
1. Man (Manusia)

xlv
Didalam sebuah usaha sablon Twin Screen Printing terdapat 1 kepala
usaha dan 6 karyawan (Tenaga Kerja). 6 karyawan tersebut terbagi
menjadi 4 Divisi.
 Divisi Produksi
Terdiri dari 2 karyawan yang dibagi menjadi 2 tugas yaitu
untuk proses penjahitan dan proses penyablonan. Tetapi
apabila salah satu karyawan sedang tidak ada pekerjaan maka
karyawan tersebut membantu pekerjaan karyawan yang sedang
banyak pekerjaan. Nama karyawan di Divisi Produksi bagian
penjahitan adalah Wahyu dan di bagian penyablonan adalah
Syam.

 Divisi Pembelian
Divisi Pembelian terdiri dari 1 karyawan yang bernama Aldi.
Tetapi terkadang dalam proses pembelian sesekali kepala usaha
ikut serta dalam pembelian bahan baku dan peralatan yang
dibutuhkan dalam proses produksi.

 Divisi Distribusi
Divisi Distribusi terdiri dari 1 karyawan yang bernama Azmi.
Selainmengatur pengiriman barang, Divisi Distribusi juga
terkadang membantu Divisi Pembelian dalam melakukan
proses pembelian bahan baku dan peralatan apabila Divisi
Pembelian akan melakukan banyak pembelian dan tidak bisa
ditangani sendiri atau berdua dengan kepala usaha.

 Divisi Finishing
Divisi ini terdiri dari 2 karyawan yaitu Saputra dan Fadil.
Tugas Divisi Finishing ini seperti melakukan pengepress an
hasil sablon pada kaos yang sudah jadi dan melakukan
pengecekan hasil produksi jahitan kaos. Pekerjaan tersebut

xlvi
dilakukan secara bergantian atau saling membantu satu sama
lain apabila salah satu karyawan sedang banyak pekerjaan.

2. Money (Uang)
 Beberapa Biaya pembelian Bahan Baku dan peralatan Twin Screen
Printing :
• Screen Kayu Rp 35.000/pcs
Rp. 35.000 x 25 = Rp 875.000
• Screen Alumunium Rp 160.000/pcs
Rp. 160.000 x 10 = Rp 1.600.000
• Curing Rp 2.000.000
• Hot gun Rp 500.000
• Mesin Press Rp 2.600.000
• Meja Sablon Rp 3.500.000
• Tinta Rp 100.000/kg
Rp 100.000 x 10 = Rp 1.000.000
• Jet Cleaner Rp 500.000
• Coater Rp 80.000
• Rakel Rp 150.000/pcs
Rp 150.000 x 10 = Rp 1.500.000
• Printer Besar Rp 2.500.000
• Mesin CuttingRp 600.000
• Bahan kaos Rp 110.000/roll
• Cairan M3 Rp 60.000/liter
• Meja Afdruk Rp 1.500.000

 Upah karyawan
Pemberian upah kepada karyawan dilakukan setiap 2 minggu
sekali, pekerjaan dilakukan setiap hari senin-sabtu dari pukul
08.00-16.00. Upah tersebut akan diberikan sesuai dengan
banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut.
Apabila pekerjaan yang dilakukan semua karyawan sama maka

xlvii
akan diberi upah Rp 250.000 dan apabila orderan sangat
banyak dan pekerjaan sangat padat setiap harinya maka akan
dinaik kan menjadi Rp 250.000-Rp 350.000.
Tetapi terkadang penghitungan pemberian upah dilakukan
dengan cara memberikan upah Rp 25000-Rp 30000/hari atau
bisa lebih.

3. Material (Bahan)
Bahan baku yang digunakan didalam usaha Twin Screen Printing
adalah bahan kaos. Bahan kaos yang biasa digunakan adalah cotton.
Ada beberapa jenis bahan cotton, yang sering digunakan untuk kaos
kualitas distro adalah jenis cotton combed. Bahan kaos tersebut akan
diproses ke bagian penjahitan sehingga menjadi baju yang siap untuk
di sablon.
Contoh bahan kaos yang digunakan oleh Twin Screen Printing adalah
bahan kaos dengan ketebalan 24s.

Adapun bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi yaitu


tinta dan cairan M3. Tinta sablon berfungsi untuk memberi warna pada
media cetak atau kain. Ada 2 macam tinta sablon :

xlviii
- Tinta berbahan dasar minyak sering digunakan untuk sablon kertas,
sticker, plastic, dll.
- Tinta berbahan dasar air sering digunakan untuk sablon kaos,
spanduk, kain lainnya.

Jenis tinta yang digunakan oleh Twin Screen Printing adalah jenis tinta
yang berbahan dasar air. Contohnya adalah sebagai berikut :

xlix
Adapun cairan M3 berfungsi untuk mengencerkan tinta sablon
berbahan dasar minyak, selain itu juga berfungsi sebagai penghapus film
yang sudah dibuat pada screen sablon.

4. Machine (Peralatan)
Peralatan yang mendukung proses produksi di Twin Screen Printing
adalah sebagai berikut :
a. Screen Sablon (Screen Kayu dan Screen Alumunium)
Screen adalah salah satu alat yang sudah pasti digunakan dalam
proses sablon. Screen ditujukan untuk pembentukan karakter
hasil sablon misalnya tipis atau tebalnya cat atau juga detail
suatu gambar. Biasanya bagi seorang sabloner yang sudah
berpengalaman pasti mudah untuk memilih screen yang cocok
dengan gambar (artwork). Di Twin Screen Printing
menggunakan 2 alat screen yaitu screen kayu dan screen
alumunium. Perbedaan dari screen tersebut adalah
ditegangan/kekencangan kainnya, jika screen kayu tegangannya

l
tidak lebih dari 18 newton jika lebih dari ini bisa patah kayunya.
Sedangkan screen alumunium mampu ditarik sampai 30-40
newton (tergantung kualitas alumunium). Jadi untuk saat ini
Twin Screen Printing sudah menggunakan alat screen
alumunium karena apabila semakin kencang tegangan kain
maka semakin bagus kualitas sablon secara detail, tetapi apabila
jika hanya menyablon bentuk tulisan atau sablon blok/area yang
tanpa raster maka screen kayu pun sudah cukup. Jenis screen
yang digunakan biasanya T48, T54, T61, T77,dll.

li
b. Curing
Curing membantu untuk proses pengeringan tinta sablon
khususnya tinta plastisol, dimana proses pengeringan dan
pematangannya sendiri membutuhkan beberapa waktu dengan
cara penyinaran. Mesin curing sablon sebagai solusi pengganti
untuk penyinaran langsung matahari, prosesnya juga lebih cepat,
hasil pengeringan dan pematangan lebih rata, hal ini dapat
mengurangi resiko pecah atau retak hasil sablonan ketika
beberapa kali cuci.
Contoh alat curing Twin Screen Printing :

lii
c. Hot Gun untuk sablon
Hot gun berfungsi dalam proses pengeringan cat sablon dikaos
dan waktu pengerjaan akan lebih cepat.
Contoh Hot Gan yang digunakan di Twin Screen Printing :

liii
d. Mesin Press
Fungsi Mesin Press untuk sablon :
- Meluruskan bagian yang kusut atau meratakan permukaan
kaos sebelum dilakukannya proses Pre-treatment.
- Mengeringkan cairan Pre-Treatment pada pori-pori kaos.
- Berfungsi untuk finishing setelah dilakukannya pemberian
cairan epoxy untuk merekatkan tinta tekstil benar-benar
kering, tidak luntur atau basah, dan memastikan bahwa
tinta telah menyatu kuat dengan serat kaos.
- Berfungsi membuat tinta tekstil yang telah disablon pada
kaos lebih kuat serta apabila kaos dicuci tidak mudah
luntur atau memudar.
- Berfungsi menempelkan hasil cutting polyflex maupun
transfer paper seperti nama tau nomor punggung jersey
bola serta logo atau gambar pada media kaos atau hoodie.

liv
- Berfungsi untuk membuat tekstur sablon lebih halus jika
diraba dengan tangan.
- Mampu melakukan press dengan hasil akurat dalam waktu
yang singkat secara hitungan detik.
- Mudah dalam pengoperasian, cocok untuk kebutuhan
semua jenis teknis sablon kaos, baik manual, cutting,dll.
Contoh mesin press di Twin Screen Printing:

e. Meja Sablon
Meja sablon harus memiliki media yang rata, karena akan
dijadikan tempat untuk meletakan screen sablon.
Meja Sablon di Twin Screen Printing :

lv
f. Jet Cleaner
Jet Cleaner digunakan dalam kegiatan membersihkan alat
screen sablon yang telah digunakan dalam proses produksi.
Jet Cleaner yang digunakan di Twin Screen Printing :

g. Coater
Terbuat dari alumunium sebagai tempat untuk mencampur
larutan afdruk dan alat untuk melapisi screen dengan larutan
afdruk. Kedua sisi pingginrya memiliki ketebalan yang
berbeda. Bibir coater yang tebal untuk menghasilkan lapisan

lvi
yang tebal, sedangkan bibir coater tipis untuk menghasilkan
lapisan yang tipis.
Coater yang ada di Twin Screen Printing :

h. Rakel
Rakel terbuat dari karet dengan pegangan yang biasanya
terbuat dari kayu. Fungsinya untuk menyapukan tinta pada
screen sehingga tinta meresap pada pori-pori screen.
Contoh rakel yang ada di Twin Screen Printing :

lvii
i. Printer
Prtinter yang digunakan di Twin Screen Printing adalah
printer yang berukuran besar. Karena printer yang berukuran
besar dapat memudahkan dalam pencetakan desain yang
disesuaikan dengan ukuran alat screen.

j. Mesin Cutting
Digunakan untuk memotong bahan kaos supaya hasil
pemotongan lebih rapih.
Mesin cutting yang digunakan di Twin Screen Printing :

lviii
k. Meja Afdruk
Meja ini digunakan untuk pembentukan gambar (Artwok)
dan juga berfungsi untuk menyinari kalkir agar bisa terbaca
di screen sablon (proses perekaman).
Meja Afdruk yang ada di Twin Screen Printing :

5. Method (Cara Kerja)

lix
Berarti metode yang yang ada di sreen twin printing adalah sebagai
berikut :
1. Apabila konsumen sudah deal dengan harga dan desain maka
karyawan langsung mengedit desain tersebut dicorel supaya hasil
desain lebih rapih dan desain tersebut akan di print dan dilanjutkan
untuk proses afdruk.
2. Proses afdruk :
- Mencampur obatafdruk atau emulsi dengan sensitizer
(cairan pekat terhadap cahaya).
- Pengolesan emulsi ke screen.
- Pengeringan emulsi.
- Menempatkan film atau desain ke screen.
- Penyinaran.
- Penyemprotan screen.
3. Sablon
- Siapkan bahan kaos yang sudah dipotong atau kaos jadi
kemeja sablon.
- Tuangkan tinta ke screen dan langsung disablon.
- Pengeringan dengan hot gun atau curring.

4. Finishing
- Hot press kaos yang sudah disablon.
- Apabila bahan kaos belum dijahit maka bahan kaos yang
sudah disablon dan di press akan dilakukan proses
penjahitan.
- Buang benang kaos yang sudah jadi.
- Kaos di steam atau setrika uap.
- Melakukan pengepakan atau packing.

6. Market (Pasar)
Sasaran pasar Twin Screen Printing:

lx
- Pelajar SMP dan SMA yang ada di sekitar Kabupaten
Kuningan dan sekitarnya.
- Kalangan remaja yang ingin tampil modis dan fashionable
terutama dalam hal berpakaian.
- Perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang banyak.
- Orang pemeritahan yang sedang punya hajat pemilu.
- Komunitas organisasi masyarakat.
- Para event organizer.
- Pengusaha clothing line.
Proses pemasaran di Twin Screen Printing dilakukan
dengan carapromosi di media social seperti instagram,
facebook, line, wa, dari mulut ke mulut, dll. Tetapi Twin
Screen Printing lebih banyak melakukan promosi dengan
instagram menggunakan beberapa akun.

3.6 Evaluasi Kinerja


Mechanisme pengumpulan data dan pelaporan pelaksaan proses Manajemen
Resiko dilakukan dengan 3 tahap:

1. Formulir Analisis, Evaluasi, dan Perlakuan Resiko ISO 31000


a. Internal
 R. Produksi
- Kerusakan Pada Alat Produksi
Kriteria munculnya resiko kerusakan pada alat produksi
adalah 3 kali dalam waktu 1 bulan dengan nilai consequence
3 sehingga mengakibatkan inherent risk score sebanyak 9
dengan inherent risk level berwarna kuning yang artinya
sedang, hal ini dapat dilihat dari tabel matriks tingkat resiko.
Karena resiko tersebut memiliki criteria berwarna kuning
maka kami memberikan symbol ! yang artinya resiko agak
berat. Rencana pengendalian terhadap resiko tersebut adalah
dengan cara melakukan perawatan pada alat produksi dengan

lxi
jenis pengendalian avoid, artinya kita harus menghindari
terjadinya resiko kerusakan pada alat produksi. Yang
menangani resiko ini adalah divisi produksi yang bernama
syam dan pengendalian ini dilakukan selama 1 bulan atau
dari tanggal 28 November 2018 sampai dengan 28 Desember
2018.
- Listrik Mati
Listrik mati dapat terjadi sebanyak 4 kali dalam waktu 1
bulan sesuai dengan tabel likelihood, consequence terjadinya
resiko ini sebanyak 3 yang artinya sedang dan mengakibatkan
inherent risk score sebanyak 12 dengan inhernt risk level
berwarna kuning sesuai dengan tabel matriks tingkat resiko.
Kare4na inherent risk berwarna kuning maka inherent risk
status atau symbol yang diberikan adalah !. Rencana
pengendalian pada resiko ini dengan cara memasang Mesin
Diesel sehingga didapatkan jenis pengendalian model transfer
atau dialihkan dan yang bertanggung jawab dibawah perintah
kepala usaha adalah divisi produksi yang bernama wahyu, hal
ini dikarenakan divisi produksi berbagi tugas supaya semua
resiko dapat ditangani dengan cepat.
- Penggunaan Alat Tidak Stabil
Resiko ini mengalami inherent risk level berwarna biru yang
artinya resiko sangat kecil dengan simbol √ artinya resiko
tersebut dapat di tolerance. Jenis pengendalian untuk resiko
ini adalah dengan cara avoid berarti semua karyawan dan
kepala usaha harus dapat menghindari terjadinya resiko
tersebut. Caranya adalah dengan selalu ada pengarahan kerja
dari kepala usaha yang bernama Yogi.

 Resiko SDM
- Karyawan Sakit

lxii
Resiko ini mengalami inherent risk level berwarna hijau
dengan inherent risk status bersimbol √ yang artinya resiko
tersebut dapat di tolerance dengan jenis pengendalian reduce
yang artinya resiko ini harus dikurangi dengan cara
pengendalian menyesuaikan jam kerja oleh kepala usaha.
- Miss Komunikasi
Terjadinya resiko ini sebanyak 2 kali dalam waktu 1 bulan
dengan consequence sebanyak 2 sehingga mengakibatkan
inherent risk score 4. Sesuai dengan tabel matriks tingkat
resiko, inherent risk level resiko tersebut berwarna hijau
dengan symbol √ yang artinya resiko tersebut dapat di
tolerance. Pengendalian untuk resiko tersebut dilakukan
dengan cara mengadakan waktu bersamaantar karyawan dan
kepala usaha supaya tidak terjadi miss komunikasi yang di
akibatkan oleh hubungan tidak baik antar karyawan,
pengendalian tersebut dilakukan oleh kepala usaha dan resiko
ini harus dihindari sehingga menimbulkan jenis pengendalian
avoid.

 Resiko Keuangan
- Pelunasan Konsumen Tidak Tepat Waktu
Resiko ini terjadi sebanyak 5 kali dalam 1 bulan, dilihat
dari inherent risk score senilai 15 maka resiko ini dapat
dikatakan sebagai resiko yang besar atau dengan melihat
inherent risk status X dapat dikatakan beresiko. Resiko
ini memiliki cara pengendalian yang dilakukan oleh
kepala usaha yaitu dengan cara pembayaran 100% di
awal. Resiko ini memiliki jenis pengendalian avoid
artinya kita dapat menghindari resiko.

 Resiko Distribusi
- Keterlambatan Pengiriman

lxiii
Resiko ini bersifat sedang atau agak beresiko, tetapi
resiko ini dapat dikendalikan dengan cara pengendalian
melakukan lembur kerja agar pengiriman bisa sesuai
jadwal deadline. Pekerjaan lembur kerja ini dilakukan
oleh divisi produksi, divisi distribusi, dan divisi
finishing. Jenis pengendalian resiko ini adalah reduce
yang artinya kita harus mengurangi resiko terjadinya
keterlambatan pengiriman.

b. Eksternal
 Resiko Customer
- Complain barang tidak sesuai
Resiko ini bersifat kecil memiliki inherent risk score 2
dan inherent risk status √ yang artinya resiko ini dapat di
tolerance. Resiko ini memiliki cara pengendalian yaitu
dengan selalu melakukan pengecekan barang yang akan
dikirim. Resiko ini ditangani langsung oleh kepala usaha
dengan jenis pengendalian accept yang artinya menerima
semua complain dari customer.

 Resiko Pesaing
- Kualitas Lebih Baik
Resiko ini bersifat sedang dengan inherent risk status !
yang artinya agak berat. Resiko ini memiliki cara
pengendalian yaitu dengan meningkatkan kualitas
produk yang di tekan kan langsung kepada divisi
produksi. Dan jenis pengendalian ini adalah avoid yang
artinya kita harus menghindari resiko ini.
- Peralatan Lebih Modern
Resiko ini memiliki inherent risk score12 sehingga dapat
dilihat pada tabel matriks tingkat resiko. Resiko tersebut
memiliki warna kuning dan memiliki inherent risk

lxiv
status !yang artinya agak berat. Resiko ini memiliki cara
pengendalian yaitu dengan mengikuti perkembangan
teknologi yang ditangani langsung oleh kepala usaha.
Dan resiko ini harus dapat kita hindari sehingga jenis
pengendalian resiko ini adalah avoid.

 Resiko Supplier
- Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku
Berdasarkan tabel likelihood, resiko ini memiliki
kuantitatif 5 dengan consequence 2 sehingga inherent
risk score 10 dan inherent risk level berwarna kuning
yang artinya sedang dan inherent risk status !yang
artinya agak berat. Resiko ini memiliki cara
pengendalian yaitu pembelian bahan baku langsung yang
dilakukan oleh divisi pembeliansupaya dapat
mengurangi keterlambatan pengiriman bahan baku.

2. Pemantauan dan Unit Kerja


a. Internal
 Resiko Produksi
Dilihat dari tabel tersebut bahwa nilai Residual Risk Score setiap
resiko yang ada di Resiko Produksi mengalami penurunan.
- Inherent Risk Score kerusakan alat produksi adalah 9 dan
didalam tabel Residual Risk Score berubah menjadi 3, karena
resiko tersebut ber status done yang artinya sudah ada
pengendalian sehingga resiko dapat ditoleransi.
- Resiko Listrik Mati yang dihadapi oleh Twin Screen Printing
menjadi resiko yang perlu mendapatkan perhatian, karena
dilihat dari Inherent Risk Score dan Residual Risk Score
resiko tersebut tetap berada pada kriteria resiko yang sedang
yakni resiko dapat terjadi, dapat juga tidak. Status

lxv
pengendalian resiko ini masih terbilang open karena
menggunakan mesin disel tidak begitu mudah.
- Resiko Penggunaan Alat Tidak stabil begitu sangat kecil
terjadi karena kepala usaha mempunyai cara pengendalian
yang cukup bagus yaitu dengan memberika pengarahan kerja
terelbih dahulu sebelum melakukan pekerjaan, sehingga
resiko tersebut mengalami penurunan dan dapat ditoleransi
karena resiko tersebut hampir tidak mungkin terjadi. Status
resiko tersebut adalah done karena kepala usaha selalu
melakukan cara pengendalian tersebut.

 Resiko SDM
- Karyawan Sakit
Resiko karyawan sakit ini tidak dapat dihindari sehingga
kepala usaha melakukan cara pengendalian dengan
menyesuaikan jam kerja karyawan. Artinya apabila orderan
sedikit karyawan tidak masuk kerja tetapi tidak akan diberi
upah. Resiko ini sudah mendapatkan pengendalian yang
dilakukan oleh kepala usaha sehingga resiko ini ber status
done dan nilai Residual Risk Scorenya pun cukup kecil.
Bisa disimpulkan bahwa resiko tersebut tidak menyebabkan
banyak masalah.
- Miss Komunikasi
Sebenarnya miss komunikasi disetiap
organisasi/usaha/bisnis selalu terjadi. Tetapi di Twin Screen
Printing sudah mendapatkan cara pengendalian untuk
mengantisipasi resiko tersebut sehingga resiko berstatus
done, kepala usaha memiliki cara pengendalian dengan
mengadakan waktu bersama salah satunya adalah sharing
antara kepala usaha dengan semua karyawannya dan cara
pengendalian ini sudah diterapkan sehingga kemungkinan
kecil terjadinya resiko tersebut.

lxvi
 Resiko Keuangan
- Pelunasan Konsumen TidakTepat Waktu
Didalam resiko ini terdapat peristiwa resiko yang terkadang
terjadi di Twin Screen Printing yaitu Pelunasan Konsumen
Tidak Tepat Waktu. Resiko ini sedikit sulit walaupun ada
cara pengendalian tetapi pengendalian tersebut sulit untuk
dilakukan, sehingga resiko tersebut ber status masih open
walaupun score resiko menurun tetapi menurun hanya
sedikit dan masih perlu adanya perhatian.

 Resiko Distribusi
- Keterlambatan pengiriman
Keterlambatan pengiriman yang terjadi begitu menurun
ketika sudah mendapatkan pengendalian (Done), walaupun
karyawan harus melakukan lembur kerja tetapi barang bisa
diantar kepada konsumen sesuai dengan jadwal deadline
yang disepakati atau ditentukan. Dengan cara pengendalian
melakukan lembur kerja resiko tersebut menurun dari agak
berat menjadi toleransi.

b. Eksternal
 Resiko Customer
- Complain Barang Tidak Sesuai
Resiko Complain Barang Tidak Sesuai sudah mendapatkan
pengendalian, hal ini dapat dilihat dari status resiko yaitu
done yang artinya resiko tersebut sudah mendapatkan
pengendalian dengan cara pengendalian yang dilakukan
oleh kepala usaha yaitu selalu melakukan pengecekan ulang
sehingga resiko tersebut berdampak kecil.

 Resiko Pesaing

lxvii
- Kualitas Lebih Baik
Status resiko tersebut adalah done artinya resiko tersebut
sudah mendapatkan pengendalian dan score nya pun
menurun dari 9 menjadi 3. Artinya resiko tersebut
kemungkinan kecil terjadi setelah adanya pengendalian.
Cara pengendalian ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan kualitas produk sendiri dan tidak kalah bagus
dengan para pesaing sehingga Twin Screen Printing mampu
menghadapi pesaing-pesaing.
- Peralatan Lebih Modern
Jenis resiko inipun sudah mendapatkan pengendalian
dengan cara selalu update dan mengikuti perkembangan
tekhnologi yang semakin maju. Ketika banyak orderan dan
pemasukan pun banyak uang tersebut selalu dikumpulkan
supaya memiliki modal untuk membeli peralatan yang lebih
modern. Walaupun jenis sablon masih manual tetapi dengan
menggunakan peralatan yang modern dan berkualitas tinggi,
maka hasil sablonnya pun akan bagus sehingga konsumen
akan senang terhadap produk kita.

 Resiko Supplier
- Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku
Perlu adanya perhatian terhadap peristiwa resiko
Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku yang terjadi akibat
macet dijalan. Pehatian tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan pengendalian yaitu membeli bahan baku
langsung yang dilakukan oleh Divisi Pembelian. Resiko ini
sudah mendapatkan pengendalian yang berarti berstatus
done tetapi hal tersebut masih perlu adanya perhatian. Score
resiko ini mengalami penurunan tetapi tetap dalam keadaan
kriteria sedang karena berwarna kuning yang artinya resiko
dapat terjadi, dapat juga tidak terjadi.

lxviii
3. Laporan Manris pada unit kerja
a. Internal
 Resiko Produksi
Status Pengendalian Peristiwa Resiko pada Kerusakan alat
produksi dan Penggunaan alat tidak stabil adalah Finish,
artinya pengendalian untuk resiko tersebut telah selesai tetapi
untuk Peristiwa Resiko Listrik mati masih berstatus In Progress
artinya pengendalian tersebut sedang berlangsung dan belum
selesai. Rata- rata Inherent Risk Level ketiga peristiwa resiko
tersebut adalah 7,66667 atau dibulatkan menjadi 7,7. Rata- rata
pada Residual Risk Level adalah 4, rata-rata Inherent Risk
Status adalah 2,33333 dan terakhir rata-rata Residual Risk
Statusnya adalah 2. Antara Risk Level dan Risk Status
mengalami penurunan yang sedikit.

 Resiko SDM
Dapat dilihat bahwa penurunan pada resiko ini sangat sedikit.
Hanya turun beberapa angka saja, karena nilai rata-rata antara
Risk Status dengan Risk Level tidak menurun besar. Walaupun
hanya menurun sedikit tetapi status pengendalian resiko
tersebut sudah selesai atau Finish.

 Resiko Keuangan
Peristiwa resiko yang terjadi dapat dikendalikan dengan cara
pembayaran 100% diawal. Pengendalian tersebut masih
berstatus In Progress artinya pengendalian tersebut sedang
berlangsung. Tetapi dilihat dari nilai rata-rata Risk Level,
pengendalian tersebut mengalami penurunan yang sangat
drastis dan diikuti dengan penurunan pada rata-rata Risk Status.

 Resiko Distribusi

lxix
Status resiko pada Peristiwa resiko keterlambatan pengiriman
ini adalah Finish, artinya pengendalian sudah selesai dengan
adanya penurunan rata-rata pada Risk Level dan rata-rata pada
Risk Status.
b. Eksternal
 Resiko Customer
Complain barang tidak sesuai dari costumer sudah dapat
dikendalikan dengan baik, sehingga pengendalian ini sudah
selesai dengan nilai rata-rata Risk Level menurun.

 Resiko Pesaing
Penurunan nilai rata-rata Risk Level begitu drastis dan rata-rata
Risk Status pun mengalami penurunan. Artinya cara
pengendalian tersebut mampu membantu mengantisipasi resiko
yang akan terjadi. Pengendalian tersebut sudah selesai
dilakukan sehingga ber status Finish.

 Resiko Supplier
Penurunan rata-rata pada Risk Level begitu drastis walaupun
tidak ada penurunan pada rata-rata Risk Status, tetapi
pengendalian tersebut sudah selesai (Finish) dengan cara
pengendalian yaitu pembelanjaan bahan baku langsung.

lxx
3.7 Laporan Pada Setiap Unit Kerja

LAPORAN MANRIS PADA UNIT


KERJA

Nama Twin Screen Printing


Tanggal 29-Nov-19
Unit
Kerja Produksi
Risk
Code R. PRO

Residual
Inherent Inherent Residual
Risk Id Peristiwa Resiko Risk
Risk Level Risk Status Risk Status
Level
R. PRO
9 3 3 2
01 Kerusakan Alat Produksi
R. PRO
12 8 3 3
02 Listrik Mati
R. PRO Penggunaan Alat Tidak
2 1 1 1
03 Stabil
7.6666666
4 2.333333333 2
  Rata-rata 7

Nama Twin Screen Printing


Tanggal 29-Nov-19
Unit
Kerja Sumber Daya Manusia
Risk
Code R. SDM

Residual
Inherent Inherent Residual
Risk Id Peristiwa Resiko Risk
Risk Level Risk Status Risk Status
Level
R.SDM
4 2 2 1
01 Karyawan Sakit
R.SDM
4 2 2 1
02 Miss Komunikasi

lxxi
  Rata-rata 4 2 2 1

Nama Twin Screen Printing


Tanggal 29-Nov-19
Unit
Kerja Keuangan
Risk
Code R. KEU

Residual
Inherent Inherent Residual
Risk Id Peristiwa Resiko Risk
Risk Level Risk Status Risk Status
Level
R. KEU Pelunasan Konsumen Tidak
15 10 4 3
01 Tepat Waktu
  Rata-rata 15 10 4 3

Nama Twin Screen Printing


Tanggal 29-Nov-19
Unit
Kerja Distribusi
Risk
Code R. DIS

Residual
Inherent Inherent Residual
Risk Id Peristiwa Resiko Risk
Risk Level Risk Status Risk Status
Level

R. DIS
Keterlambatan Pengiriman 6 3 3 1
01

  Rata-rata 6 3 3 1

Nama Twin Screen Printing


Tanggal 29-Nov-19
Unit
Kerja Customer

lxxii
Risk
Code R. CUS

Residual
Inherent Inherent Residual
Risk Id Peristiwa Resiko Risk
Risk Level Risk Status Risk Status
Level
R. CUS Complain Barang Tidak
2 1 1 1
01 Sessuai
  Rata-rata 2 1 1 1

Nama Twin Screen Printing


Tanggal 29-Nov-19
Unit
Kerja Pesaing
Risk
Code R. PES

Residual
Inherent Inherent Residual
Risk Id Peristiwa Resiko Risk
Risk Level Risk Status Risk Status
Level
R. PES
9 3 3 2
01 Kualitas Lebih Baik
R. PES
Peralatan Lebih Modern 12 4 4 2
02
  Rata-rata 10.5 3.5 3.5 2

Nama Twin Screen Printing


Tanggal 29-Nov-19
Unit
Kerja SUPPLIER
Risk
Code R. SUP

Residual
Inherent Inherent Residual
Risk Id Peristiwa Resiko Risk
Risk Level Risk Status Risk Status
Level
R. SUP Keterlambatan Pengiriman
10 5 3 3
01 Bahan Baku
  Rata-rata 10 5 3 3

lxxiii
lxxiv
BAB III

KESIMPULAN

Twin Screen Printing mempunyai tingkat resiko yang bisa di katakan


“sedang” artinya dapat terjadi, dapat juga tidak. Pasalnya dari setiap resiko Twin
Screen Printing selalu menangani dan berusaha meminimalisir dengan cepat
sehingga tingkat resiko yang terjadi tidak begitu besar. Adapun resiko terbesar
yang ada pada perusahaan adalah resiko keuangan telatnya (pembayaran) yang
masuk dari konsumen . Segmentasi utama pasar Twin Screen printing adalah
kepada remaja atau siapapun yang ingin tampil modis dan fashionable. Taktik
yang digunakan perusahaan lebih kepada meningkatkan kualitas produk dengan
harga yang terjangkau sesuai dengan kualitas bahan dan sablon. Job desc di Twin
Screen Printing sudah berjalan sesuai dengan tugas dan wewenang nya masing-
masing, guna mengurangi resiko miss komunikasi antar karyawan maupun kepala
sehingga bisa mewujudkan sebuah usaha yang sesuai di harapkan.

SARAN

Twin Screen Printing merupakan salah satu konveksi yang berada di Jln.
Korpri Cigintung, Kec/Kab. Kuningan, Jawa Barat yang sudah berdiri lama.
Awalnya usaha ini dibawah pimpinan ayah dari Yogi Syahputra yang sekarang
beliau yang menjadi pimpinan(turun temurun).

Usaha ini sudah melakukan pengiriman barang ke beberapa kota, namun


sayangnya belum memiliki cabang. Dan ini bisa dikatakan home industry
tempatnya tepat di tempat tinggal sang pemilik.

lxxv
LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN FOTO

lxxvi
lxxvii

Anda mungkin juga menyukai