Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KERJA PRAKTIK I

PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA


Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kerja Praktik di industri merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang wajib di ambil
oleh setiap mahasiswa S-1 Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS. mata kuliah kerja
praktik ini di dasari oleh kurangnya mahasiswa dalam mengetahui kondisi aktual dan praktik
dari teori – teori yang sudah dipelajari di kampus. Juga kurangnya wawasan mahasiswa dalam
pengaplikasian akan apa yang dipelajari di proses perkuliahan pada dunia kerjanya nanti. Maka
dari itu dari kegiatan Kerja Praktik ini diharapkan mahasiswa mampu aktif dan inisiatif dalam
menggali informasi tentang gambaran dunia kerja nanti dan pengaplikasian dan praktek dari
teori – teori yang telah dipelajari di Kampus.
PT. Yasa Wahana Tirta Samudera merupakan salah satu industri maritim yang mempunyai
andil besar untuk mengembangkan industri maritim di Indonesia. Oleh karena itu PT. Yasa
Wahana Tirta Samudera dinilai aktif berperan dalam membantu perkembangan Indonesia di
bidang maritim dengan adanya proyek pembangunan kapal baru dan reparasinya. Diharapkan
dengan adanya kerjasama antara pihak ITS sebagai penyedia sumber daya manusia dan PT.
Yasa Wahana Tirta Samudera sebagai pihak pengembang kualitas sumber daya bisa
menjadikan industri maritim di Indonesia ini semakin maju. Juga diharapkan dengan aktifnya
kegiatan Galangan di PT. Yasa Wahana Tirta Samudera mahasiswa dari ITS dapat belajar
banyak mengenai praktek, aplikasi teori dan wawasan pekerjaan di Galangan.

1.2. Tujuan & Manfaat

Tujuan dari kerja praktik yang dilaksanakan di galangan kapal PT. Yasa Wahana Tirta
Samudera antara lain:
1. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu teori dan aplikasinya dalam situasi dan kondisi
praktek kerja langsung dilapangan.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami wawasan alur kerja dan pekerjaan di galangan.
3. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS.
Adapun manfaat yang akan didapatkan:
1. Mahasiswa dapat mengetahui keselarasan ilmu teori yang didapat di perkuliahan dengan
ilmu yang dipraktikkan di lapangan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui wawasan alur kerja bagaimana sistematis kerja di galangan
dan peran – peran tiap departemen di perusahaan.

|1
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

1.3. Metode Penulisan

Metode Penulisan yang digunakan pada penyusunan Laporan Kerja Praktik di PT. Yasa
Wahana Tirta Samudera adalah :
1. Metode Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan tentang
proses pengerjaan dan proses lainnya.
2. Metode Wawancara, yaitu dengan mengadakan diskusi ataupun konsultasi dengan orang di
lapangan.
3. Metode Pembimbingan, yaitu pengajaran teori dan survey lapangan dari Supervisor pada
bidang terkait atau PIC bidang tersebut.
4. Metode Evaluasi, yaitu dengan mengasisstensikan hasil yang di dapat dengan Supervisor
pada bidang terkait atau PIC bidang tersebut.
5. Metode Pustaka, yaitu menggunakan buku-buku atau referensi dari sumber lainnya yang
berkaitan dengan data-data yang diangkat sebagai acuan.

|2
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

BAB II

TENTANG PERUSAHAAN
2.1. Induk Perusahaan

PT. Samudera Indonesia Tangguh (Persero) merupakan perusahaan induk dari kelompok usaha
Samudera Indonesia yang telah bermain di industri transportasi domestik dan internasional
sejak 1964. Sebagai salah satu pelopor industri pelayaran nasional, pengalaman yang
dimilikinya telah membawa Perseroan menjadi pemain utama di pasar domestik. Berbekal
pengalaman tersebut Perseroan mengembangkan kegiatan usahanya ke berbagai industri
terkait. Salah satunya adalah PT Yasa Wahana Tirta Samudera (Samudera Shipyard)

Gambar 2.1. Logo Samudera Indonesia


Saat ini kegiatan usaha Perseroan meliputi delapan bidang jasa sebagai berikut:

 Samudera Agency
 Samudera Stevedoring
 Samudera Shipping
 Samudera Logistic
 Samudera Salvage
 Samudera Shipyard
 Samudera Property
 Samudera Terminal
Adapun untuk hirarki PT. Samudera Indonesia Tangguh (Persero) adalah sebagai berikut:

|3
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 2.2. Struktur Perusahaan PT. Samudera Indonesia Tangguh (Persero)

|4
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

2.2. Sejarah dan Perkembangan PT. Yasa Wahana Tirta Samudera

PT. Yasa Wahana Tirta Samudera (YWTS) adalah perusahaan yang bergerak di dunia galangan
yang didirikan pada tahun 1976 di Semarang, tepatnya di kawasan pelabuhan Tanjung Emas
sebagai anak perusahaan PT. Samudera Indonesia. Pada awalnya, pendirian PT. YWTS
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam perbaikan kapal-kapal milik PT. Samudera
Indonesia dengan nama PT. Samudera Indonesia Unit Perbengkelan.
Pada tahun 1977, perusahaan ini sudah mampu melengkapi fasilitas mesin-mesinnya seperti
workshop, slipway, dan building berth dan lain sebagainya dan akhirnya perusahaan ini dapat
bergerak pada pembangunan kapal baru (building) dan perbaikan kapal (repairing), dan
perbaikan alat mekanis kelautan sehingga perusahaan dijadikan 1 nama perusahaan baru PT.
Yasa Wahana Tirta Samudera.
PT. Yasa Wahana Tirta Samudera mempunyai induk perusahaan pelayaran yang pusatnya di
Jakarta, yaitu PT. Samudera Indonesia Tbk. Perusahaan induk ini adalah penyumbang
costumer terbanyak bagi PT. Yasa Wahana Tirta Samudera dan 1 anak perusahaan PT.
Samudera Indonesia yang lain yaitu PT. Wahana Jaya Samudera, dikarenakan setiap terjadi
kerusakan pada kapal-kapal akan langsung diserahkan kepada kedua anak perusahaan ini.
PT. Yasa Wahana Tirta Samudera saat mampu melayani rata-rata 80 kapal docking dan
repairing per tahun untuk jenis tugboat dan tongkang. Sebagian diantaranya adalah function
modification, piping and construction. Hingga sekarang PT. Yasa Wahana Tirta tidak hanya
memiliki keahlian dalam bidang reparasi teknis ataupun keahlian personil namun juga PT. Yasa
Wahana Tirta Samudera mampu menjamin kepuasan pelanggan dengan mengacu pada standar
operational prosedur yang sudah menerapkan ISO 9001 dan ISO 14001 sesuai dengan class
dan regulasi yang ada. Selain itu juga diterapkan pula OHSAS 18001 untuk Safety Management
System.
Saat ini. PT. Yasa Wahana Tirta Samudera sedang melebarkan sayapnya dengan membangun
galangan baru yaitu Galangan Samudera Madura (GSM) yang berlokasi di Bangkalan, Pulau
Madura.

|5
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 2.3. Perkembangan PT. YWTS dari 1976 – saat ini

2.3. Visi & Misi Perusahaan

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas perusahaan serta agar segala sesuatu yang dikerjakan
perusahaan ada suatu pencapaian maka PT. Yasa Wahana Tirta Samudera memiliki visi dan
misi yaitu :

2.3.1. Visi :

“Menjadi perusahaan galangan kapal yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar
global”
2.3.2. Misi :

1. Menjadikan perusahaan adalah partner yang baik terhadap galangan internal maupun
eksternal dan menciptakan karyawan yang memiliki keahlian di bidang industri perkapalan
untuk pembangunan, perbaikan & konversi kapal.
2. Bertekad untuk menjadi perusahaan jasa pemeliharaan, pembangunan dan konversi kapal
yang memegang teguh komitmen untuk memberikan kualitas dan nilai tambah bagi
stakeholder.
3. Perusahaan selalu meningkatkan kualitas dan ahklah sumberdaya manusia guna menunjang
kinerja perusahaan yang diikuti dengan efisiensi di segala bidang untuk mencapai
keuntungan maksimal yang bermanfaat bagi kesejahteraan karyawan dan pengembangan
perusahaan.
4. Selalu melakukan aktivitas penelitian yang didukung oleh tenaga ahli yang professional
serta melakukan kerja sama dengan pihak luar guna pengembangan di industri perkapalan.
5. Memiliki dan memberikan kontribusi dalam pembangunan bagi kemajuan perekonomian
untuk bangsa dan negara.
6. Menjamin kehidupan yang lebih baik dan rasa aman dalam bekerja melalui perhatian penuh
pada keselamatan dan kesehatan kerja serta berupaya untuk menghasilkan pekerjaan yang
ramah lingkungan.

2.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Secara umum, struktur organisasi PT Yasa Wahana Tirta Samudera adalah sebagai berikut ;

|6
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 2.4. Struktur organisasi peruahaan

|7
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

2.4.1. Department Marketing

Kepala departemen marketing membawahi 2 divisi yaitu marketing control supervisor dan
marketing planning supervisor. Tugas dan wewenang dari departemen marketing ini adalah :

 Menghubungi, mencari dan mengkontak owner kapal yang kapalnya sudah waktunya untuk
reparasi atau maintenance (order masuk)
 Mencari tender – tender pemerintah yang sesuai dan compatible dengan galangan secara
online
 Negosiasi dan penawaran cost dengan owner kapal
 Membuat dan menyebarkan repair list yang sudah di approve owner
 Mengestimasi biaya

2.4.2. Departemen PE ( Planning and Engineering )

Kepala Departemen Planning and Engineering atau biasa disebut dengan PPC membawahi
supervisor PPC dan supervisor pembelian. PPC ini bekerja overall di bagian jasa dan
Purchasing ini bekerja overall di pengadaan material.
Tugas dan wewenang untuk Supervisor PPC ini detailnya adalah sebagai berikut :

 Perencanaan pekerjaan dan time schedule untuk tiap-tiap proyek


 Monitoring progres pekerjaan sub-kontraktor
 Pembuatan laporan hasil pekerjaan (SN)
 Membuat IPP ( Perintah Kerja )
 Monitoring progres pekerjaan sub-kontraktor (bersama dengan Kepala Proyek) untuk tiap-
tiap proyek
 Membuat master schedule
Tugas dan wewenang untuk Supervisor Purchasing ini detailnya adalah sebagai berikut :

 Menyediadan kebutuhan material, alat dan spare part


 Memonitor kebutuhan-kebutuhan project dan pemakaiannya
 Mengkordinasi antara vendor dengan keuangan
 Mengarsip nota

2.4.3. Departemen Produksi

Kepala departemen produksi membawahi kepala proyek, supervisor konstruksi, dan outfitting,
supervisor permesinan dan listrik, dan supervisor dok dan fasilitas. Tujuan adanya departemen
ini adalah agar pengerjaan baik dan sesuai dengan prosedur ahli.
Tugas dan wewenang untuk Department Produksi ini dibagi menjadi dua yaitu :

 Supervisor Construction & Hull yang bertugas dan berwenang untuk :

|8
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

o Melaksanakan pengawasan, perencanaan dsn scheduling untuk pekerjaan replating,


welding, outfitting, pipa instalasi/konstruksi, valve, serta sandbalasting dan coating
o Membuat laporan rutin volume pekerjaan setiap proyek.
 Supervisor Mechanical & Electrical yang bertugas dan berwenang untuk :
Melaksanakan pengawasan , perencanaan dan schedule untuk pekerjaan perbaikan propulsi,
overhoule mesin, kelistrikan, pealatan navigasi kapal serta pekerjaan permesinan di bengkel/
workshop dan membuat laporan rutin volume pekerjaan setiap proyek.

2.4.4. Departemen Quality Safety and Facility

Tugas dan tanggung jawab departemen Quality Safety and Facility adalah sebagai berikut:

 Melaksanakan perawatan dan perencanaan untuk pekerjaan shifting, docking & undocking
 Melaksanakan pengawasan dan perencanaan untuk pekerjaan pemeliharaan fasilitas
galangan dan fasilitas umum
 Melaksanakan kordinasi dengan bagian lain yang terkait perawatan / perbaikan fasilitas
galangan dan fasilitas umum
 Membuat laporan aktifitas galangan dan pemeliharaan fasilitas galangan dan fasilitas
umum.
 Melaksanakan perawatan rutin peralatan dan fasilitas galangan.

2.4.5. Department Keuangan dan Administrasi

Kepala Departemen Keuangan dan Administrasi membawahi supervisor keuangan, supervisor


akuntan, dan supervisor human resources. Tugas dari Departemen Keuangan dan Administrasi
adalah sebagai berikut :

 Mengontrol warehouse/gudang dan administrasinya


 Mengurus dan mengatur kepegawaian baik yang tetap maupun kontrak (melaui
subkontraktor)
 Melaksanakan kegiatan keuangan yang berkaitan dengan kegiatan produksi serta
kepegawaian.
 Mencari subkontraktor yang sesuai dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan

2.5. Fasilitas & Sarana Galangan

Fasilitas dan sarana yang dimiliki PT. Yasa Wahana Tirta Samudera memiliki peran yang
sangat penting karena dapat menunjang jalannya kegiatan produksi. Fasilitas dan sarana yang
terdapat di PT. Yasa Wahana Tirta Samudera adalah sebagai berikut:

2.5.1. Gudang (Warehouse)

Gudang berfungsi untuk penyimpanan material untuk pengerjaan kapal baik itu material
perusahaan atau material titipan owner, serta sebagai tempat untuk mengatur keluar masuk

|9
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

barang proyek perusahaan. Di gudang terdapat barang-barang seperti LPG, cat, mur, baut, plat
tipis, CO2, dll. Gudang harus menyediakan kebutuhan untuk 3 bulan kedepan.
Untuk pengambilan material, subkon yang mengambil barang yang dibutuhkan biasanya
membawa nota yang ditanda – tangani oleh orang produksi untuk diserahkan ke orang gudang.
Sehingga setelah barang diambil dapat di data, dan jelas pengeluarannya untuk apa – apa saja.

Gambar 2.5. Gudang

2.5.2. Workshop

Di ruang ini terdapat 6 alat yaitu: 2 mesin bubut besar dan kecil, 2 mesin bor besar dan kecil,
1 mesin frais, dan 1 mesin sekrap. Mesin bubut besar yang ada di sini biasa digunakan untuk
pengerjaan shaft dengan maksimal diameter 300 mm dan panjang 8 m. Mesin bubut kecil
biasanya untuk membuat drat pada pipa, baut, dll.
Pada workshop juga sering dikerjakan berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan rudder,
propeller, dan juga shaft kapal. Selain itu juga terdapat ruangan semi terbuka untuk pengerjaan
pipa dan valve

| 10
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 2.6. Workshop

Gambar 2.7. Workshop pipa & valve

2.5.3. Workshop CNC

Workshop CNC (Computer Numerical Control) merupakan ruangan semi terbuka yang
berfungsi untuk memotong dan membentuk plat yang akan digunakan untuk membangun atau
mereparasi kapal. Terdapat 2 jenis mesin CNC (Computer Numeric Control), yaitu 1 Mesin
CNC kecil dan 1 Mesin CNC besar. Mesin CNC berjenis flame. sedangkan mesin CNC besar
memiliki 3 jenis keluaran, 1 plasma dan 2 flame. Jenis flame menggunakan campuran antara
LPG dan CO2 sedangkan plasma menggunakan campuran listrik dan angin

| 11
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 2.8. Workshop CNC

2.5.4. Area Slipway

Slipway merupakan landasan yang dibangun untuk meluncurkan ke laut ataupun menaikkan
kapal dari dan ke daratan baik untuk membangun ataupun mereparasi kapal. Perusahaan ini
memiliki enam slipway yang terdiri dari tiga dock yang menggunakan cradle dan tiga dock
lainnya akan menggunakan air bag. Untuk menggunakan keenam slipway tersebut, dibutuhkan
sebanyak tiga motor wind untuk menarik kapal yang akan di docking. Karateristik kapal yang
sering di-docking oleh PT. YWTS merupakan kapal yang berukuran 60-80 meter. Hal ini
disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di PT. YWTS yang mempunyai kapasitas slipway
yang kecil.

 Area Slipway A

Di area ini pengedokan menggunakan metode cradle dengan kapasitas 2500 DWT. Panjang
cradle 20 m dan lebar 6 m. Luas area slipway A 100m x 30m

 Area Slipway B
Di area slipway B pengedokan menggunakan metode cradle, dengan kapasitas 2500 DWT.
Panjang cradle 25m dan lebar 9m. Luas area slipway B 100m x 30m

 Area Slipway C
Di area slipway C pengedokan menggunakan metode cradle, dengan kapasitas 2500 DWT.
Panjang cradle 20m dan lebar 6m. Luas area slipway A 100m x 30m

| 12
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 2.9. Slipway A, B, dan C

 Area Slipway D
Di slipway D pengedokan menggunakan metode air bag, dengan kapasitas 5000 DWT.
Panjang air bag 12 m dengan diameter 1,5m atau 1,8m. Luas area slipway D 105m x 30m

Gambar 2.10. Slipway D

 Area Slipway E
Di slipway E pengedokan menggunakan metode air bag sistem, dengan kapasitas 2000
DWT. Panjang air bag 12 m dengan diameter 1,5m atau 1,8m. Luas area slipway E 70m x
24m

| 13
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 2.11. Slipway E

2.5.5. Area Building Berth

Building Berth merupakan tempat untuk pembuatan kapal baru. Luas area ini 60 m x 17 m.

Gambar 2.12. Building Berth

2.5.6. Kelistrikan

Dalam proses produksi dan reparasi dalam perusahaan, tenaga listrik di PT Yasa Wahana Tirta
menggunakan :

 Sumber dari PLN

| 14
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Sumber listrik dari PLN digunakan untuk semua keperluan, mencakup keperluan kantor
dan proses produksi di dalam bengkel maupun sebagai penyuplai listrik akomodasi kapal
disaat docking dan memiliki daya 1 x 345 KVA dengan pemakaian 22.000 watt.

 Diesel Engine (Generator Set)


Sumber listrik dari diesel digunakan untuk menunjang kegiatan produksi disaat listrik dari
PLN sedang turun. Genset ini mempunyai daya 250 KVA – 750 KVA.

2.5.7. Kompresor

Kompresor digunakan untuk supply udara bertekanan di galangan yang biasanya digunakan
untuk sandblasting, pengecetan (airless), pengisian air bag, penggunaan blender potong dll.
tanki kompresor di galangan ini berkapasitas maximum 10 bar dan penggunaanya di sebar
menggunakan manifold.

Gambar 2.13. Kompresor

| 15
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

BAB III

ISI
3.1. Alur Bisnis Galangan

Gambar 3.1. Alur Bisnis Galangan


| 16
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

1. Pemesanan Docking Space – ACC Penawaran Awal (Pelanggan & Marketing).


- Pelanggan melakukan pemesanan Docking Space ke Pihak Galangan via Email,
Telepon dll (atau sebaliknya).

- Pihak Galangan memberikan konfirmasi ketersediaan Dock Space setelah


berkoordinasi dengan pihak Departemen Fasilitas, atas konfirmasi tsb pihak Galangan
mengajukan Penawaran Harga & Repair List kepada Pelanggan.

- Pelanggan & Galangan melakukan negosiasi terhadap harga yang akan disepakati.

- Pelanggan & Galangan bersepakat atas hasil negosiasi dari harga penawaran awal,
dalam tahap ini pihak pelanggan mengirimkan bukti ACC Quotation.

2. Distribusi Repair List (Marketing ke PPC).


- Marketing mendistribusikan dokumen Repair List yang telah disepakati oleh
Pelanggan ke Piahk PPC.

3. Penyusunan & Distribusi IPP ( PPC ke Seluruh Dept. & Sub Dept.).
- Pihak PPC melakukan penyusunan Dokumen IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyek) dari
Repair List diterima dari Marketing.

- IPP Distribusikan ke seluruh Departemen & Sub Departemen di Galangan.

4. Distribusi ACC Quotation (Marketing ke Keuangan).


- Setelah terbit IPP, maka Pihak Marketing mendistribusikan ACC Quotation ke Pihak
Keuangan sebagai dasar penagihan Uang Muka Jasa Pengedokan.

5. Survei Pengedokan & Arrival Meeting (Produksi & Owner/Perwakilannya).


- Sebelum proses perbaikan dilakukan, maka diawali dengan proses Survei Pengedokan
& Arrival Meeting antara Pihak Produksi (Layek) dengan Owner/Perwakilannya).

- Hal ini dilakukan untuk memastikan cakupan Item Pekerjaan di Repair List & Item
Pekerjaan Tambahan.

6. Permohonan Survei (Owner ke Class).


- Pihak Owner melakukan Permohonan Survei ke Class.

7. Survei (Class & QC).


- Pelaksanaan Survei Class, dilakukan untuk memastikan kesesuain item Repair List
dengan item peraturan Class.

8. Memorandum Final (Owner ke Produksi/Layek).

| 17
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

- Setelah terbit Memorandum, pihak Owner biasanya melakukan negosiasi terhadap


item – item yang ada dalam Memorandum tsb.

9. Permohonan Pekerjaan Tambah (Dept. Produksi/Layek ke Sub Dept PPC).


- Setelah menerima Memorandum final & Hasil Survei, maka Layek menyusun Daftar
Pekerjaan Tambah.

10. Distribusi Daftar Permohonan Pekerjaan Tambah (PPC ke Marketing).


- Pihak melakukan pendataan Daftar Permohonan Pekerjaan Tambah &
Mendistribusikannnya ke Dept. Marketing untuk dilakukan proses Persetujuan oleh
Pelanggan.

11. Tahapan Penawaran Biaya, Negosiasi & Persetujuan Daftar Pekerjaan Tambah
(Marketing ke Pelanggan).
- Pihak Marketing menyusun penawaran Biaya dari Daftar Pekerjaan Tambah dari Dept.
PPC.

- Pihak Marketing mengajukan Penawaran Biaya Pekerjaan Tambah ke Pelanggan.

- Pihak Marketing & Pelanggan melakukan proses Negosiasi Biaya.

- Pelanggan menyepakati Biaya Perkerjaan Tambah.

12. ACC Pekerjaan Tambah (Marketing ke PPC).


- Pihak Marketing mendistribusikan ACC Pekerjaan Tambah ke Sub Dept. PPC.

13. Distribusi ACC Pekerjaan Tambah (Marketing ke PPC).


- Pihak PPC melakukan pendataan & distribusi ACC Pekerjaan Tambah ke Seluruh
Dept. Di Galangan.

14. Penunjukan Sub Con Harian (Layek ke SubCon Harian).


- Pihak Produksi/Layek menunjuk SubCon harian tertentu untuk melaksanakan
pekerjaan perbaikan kapal (Pokok/Tambah).

15. Pengajuan & Persetujuan Permintaan Material Produksi (SubCon Harian & Layek).
- SubCon Harian tertentu mengajukan Permintaan Material kepada Layek.

- Layek menyetujui pengajuan Permintaan Matearial oleh SubCon.

16. Pengeluaran Material oleh Gudang (SubCon Harian & Gudang) – ADA MATERIAL.
- SubCon Harian tertentu mengajukan Permintaan Material via ACC Bon Pengeluaran
Material ke Gudang.

- Gudang menyerahkan Material sesuai Jumlah Material pada Bon.

| 18
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

17. Permohonan Pengadaan Barang oleh Layek Terkait – TIDAK ADA MATERIAL.
- Layek Mengajukan Bon Permintaan Barang (via SIAGA).

18. Release Bon Permintaan Barang oleh Gudang (Gudang ke Pengadaan).


- Gudang melakukan peninjauan terhadap stok gudang atas Bon Permintaan Barang
yang ada, kemudian Staff Gudang melakukan Release Bon Permintaan Barang untuk
kemudian di Proses menjadi PO.

19. Request Penawaran – Penerbitan Invoice oleh Supplier (Pengadaan & Supplier).
- Pihak Pengadaan mengajukan permintaan penawaran ke pihak Supplier.

- Pihak Supplier mengajukan Penawaran ke Pihak Pengadaan.

- Penunjukan Supplier & Penerbitan Purchase Order dari Pengadaan ke Supplier.

- Penerbitan Invoice (+Faktur Pajak) dari Supplier ke Pengadaan.

20. Distribusi PO & Invoice (Pengadaan ke Keuangan).


- Sub Dept. Pengadaan mendistribusikan PO & Invoice ke Dept. Keuangan sebagai
dasar Pembayaran Pembelian Material Produksi.

21. Bukti Terima & Pembayaran Invoice Supplier (Keuangan ke Supplier).


- Pihak Keuangan mengirimkan bukti Terima Invoice Supplier.

- Pihak Keuangan melakukan pembayaran atas Invoice yang masuk dari Supplier.

22. engiriman atas Pembelian Material (Supplier ke Gudang).


- Supplier mengirimkan Material ke Gudang.

23. Pengecekan Kedatangan Material Produksi (Gudang & Pengadaan ke Supplier).


- Pihak Gudang bersama dengan Pihak Pengadaan melakukan pengecekan terhadap
kesesuaian antara Barang dengan Purchase Order serta Delivery Order.

- Setelah dinilai sesuai, maka pihak Gudang memberikan Tanda Terima Gudang
(Rangkap 3), untuk Gudang, Supplier & Pengadaan.

24. Pertanggung-Jawaban Pengadaan Material (Pengadaan ke Keuangan).


- Pihak Pengadaan menyerahkan PO, DO serta BA/Tanda Terima Gudang ke Dept.
Keuangan sebagai Bukti Pertanggung Jawaban Pengadaan Material.

25. Kembali ke Langkah 15 & 16.


26. Permohonan & Persetujuan : Peminjaman Alat & Perintah Kerja Alat.
- SubCon mengajukan Permohonan Pinjam Alat & Perintah Kerja Alat kepada Layek.

| 19
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

- Layek memberikan persetujuan terhadap Permohonan Pinjam Alat & Perintah Kerja
Alat.

27. SPK Peminjaman Alat & atau Perintah Kerja Alat (Selain CNC & Workshop).
- SubCon menyerahkan ACC Peminjaman Alat & atau Perintah Kerja Alat (Selain CNC
& Workshop) ke Sub Dept. Fasilitas.

28. Perintah Kerja Alat (Sub Con ke CNC & Workshop).


- SubCon menyerahkan ACC Perintah Kerja Alat ke CNC & Workshop.

29. Negosiasi & Kesepakatan Biaya Jasa Sub Con Harian (PPC & Sub Con Harian).
- SubCon menyerahkan Perintah Kerja, Lembar Opname & Absensi.

- Pada Lembar Opname, Sub Con menyerahkan List Pekerjaan Mingguan (Tanpa
disertai Harga).

- Pihak PPC memberikan harga jasas pada tiap List Pekerjaan Sub Con Harian.

- Sub Con Harian & PPC melakukan Negosiasi terhadap Harga Jasa hingga tercapai
kesepakatan harga.

30. Distribusi Rekap Opname Mingguan (PPC ke Keuangan).


- PPC menyerahkan Data Rekap Opname Mingguan ke Pihak Keuangan yang kemudian
akan menjadi Invoice Sub Con Harian.

31. Pembayaran Tagihan Sub Con Harian (Keuangan ke Sub Con Harian).
- Dept. Keuangan melakukan pembayaran atas Tagihan Rekap Opname Mingguan
(SubCon Harian).

32. Pengujian Kualitas Pekerjaan SubCon Harian (Produksi ke QC).


- Setelah item pekerjaan selesai dilakukan, maka Dept. Produksi menyusun permohonan
pengecekan kualitas pekerjaan ke Dept. QC.

33. Pengujian oleh QC (QC & Produksi).


- Dilakukan Pengujian Internal Kualitas Pekerjaan SubCon oleh QC.

- Approval kualitas pekerjaan oleh QC ke Produksi.

- Jika belum memenuhi standar kualitas, maka pekerjaan harus diperbaiki.

- Namun jika sudah masuk kriteria, Pihak QC menerbitkan Dokumen Hasil Pemeriksaan
& Pengujian.

- Pihak QC mengundang Class, untuk dilakukan pemeriksaan oleh Class.

| 20
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

34. Permohonan Inspeksi Class (QC ke Class).


- QC mengajukan permohonan Inspeksi ke Pihak Class.

35. Inspeksi & Approval Class (Class ke QC).


- Pihak Class melakukan Pemeriksaan & Pengujian terhadap item Pengecekan.

- Pihak Class memberikan Hasil Pemeriksaan & Pengujian, antara lain :


o Approve
o Re-Inspect
o Re-Inspect by QC.
o Approve with Comment.

- Pihak QC menginformasikan kepada Pihak Produksi terkait Hasil Approval Class.

36. Penagihan Jasa Inspeksi oleh Class (Class ke QC).


- Pihak Class menyerahkan Lembar Penagihan (Invoice) ke Pihak Galangan melalui
QC.

37. Pengecekan Lembar Penagihan Jasa Inspeksi Class (QC ke PPC).


- Pihak QC melakukan pengecekan terkait dengan kesesuain antara Berita Acara
Pemeriksaan Class dengan Lembar Penagihan.

- Setelah dinilai sesuai, maka Pihak QC menyerahkan Invoice & BA ke Pihak PPC untuk
dilakukan pendataan.

38. Tanda Terima Invoice (PPC ke Class).


- Pihak PPC mengirimkan Dokumen Tanda telah Diterimanya Invoice ke Class.

39. Distribusi Lembar Penagihan Jasa Inspeksi Class (PPC ke Keuangan).


- Pihak PPC mengirimkan Dokumen Invoice disertai BA & Bukti Terima ke Keuangan.

40. Permohonan Jasa Vendor Khusus (Produksi ke PPC).


- Pihak Keuangan melakukan pembayaran atas Tagihan Jasa Inspeksi Class.

41. Permohonan Jasa Vendor Khusus (Produksi ke PPC).


- Pihak Produksi menyusun permohonan Jasa Vendor Khusus ke Pihak PPC (sesuai
dengan Kebutuhan & Repair List).

42 – 45. Proses Penunjukan Vendor Khusus (PPC & Vendor Khusus).


- Pihak PPC mengajukan permintaan penawaran ke pihak Vendor Khusus.

- Pihak Vendor khusus mengajukan Penawaran ke Pihak PPC, Negosiasi Penawaran.

| 21
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

- Penunjukan Vendor khusus, yaitu dengan adanya penerbitan dokumen SPK Vendor
Khusus (Surat Perintah Kerja).

- Kembali ke Item No. 31 – 39 (Yaitu Pengecekan Kualitas Kerja Vendor Khusus baik
oleh QC maupun Class).

- Berita Acara Pekerjaan & Penagihan oleh Vendor Khusus ke Galangan, melalui PPC.

46. Distribusi Tagihan Vendor Khusus (PPC ke Keuangan).


- Pihak PPC menyerahkan dokumen Tagihan Vendor ke Keuangan.

47. Pembayaran Tagihan Vendor Khusus (Keuangan ke Vendor Khusus).


- Pihak Keuangan melakukan pembayaran atas Tagihan Jasa Vendor Khusus.

48. Laporan Progress (PPC ke Owner/Perwakilan).


- Selama proses Repair, Pihak PPC secara rutin menyerahkan Laporan Progress
Pekerjaan Pihak Produksi ke Owner/Perwakilan.

49. Estimasi Rekap (Marketing ke Keuangan).


- Selama proses Repair, Pihak Marketing menyusun Estimasi Biaya Perbaikan (Estimasi
Rekap) sebagai dasar Penagihan selama Progres Repair berjalan oleh Pihak Keuangan.

50. Penagihan Progres Repair (Keuangan ke Owner).


- Selama proses Repair, Pihak Keuangan melakukan Penagihan terhadap Jasa Progres
Repair kepada Pihak Owner.

51. Distribusi Quality Report – Internal (QC ke PPC).


- Setelah proses Repair & proses Pengecekan Kualitas selesai, Pihak QC menyerahkan
dokumen Quality Report ke Pihak PPC untuk dilakukan pendataan.

52. Distribusi SK Dock – Internal (Produksi ke PPC).


- Setelah proses Repair & proses Pengecekan Kualitas selesai, Pihak Produksi
menyerahkan dokumen SK Dock ke Pihak PPC untuk dilakukan pendataan.

53. Distribusi SK Dock & Quality Report (PPC ke Pihak Eksternal Terkait).
- Setelah proses Repair & proses Pengecekan Kualitas selesai, Pihak PPC menyerahkan
dokumen SK Dock ke Pihak Eksternal sebagai Bukti Laporan Docking.

54. Penerbitan SN (PPC ke Marketing).


- Pihak PPC menerbitkan dokumen SN (Daftar Pekerjaan Total Docking) kepada Pihak
Marketing sebagai acuan Penyusunan dokumen LDN.

55. Penerbitan, Negosiasi & Persetujuan LDN (Marketing ke Owner).

| 22
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

- Pihak Marketing Menerbitkan LDN kepada pihak Owner, menggunakan SN sebagai


dasar acuan.

56. Distribusi ACC LDN (Marketing ke Keuangan).


- Pihak Marketing mendistribusikan ACC LDN kepada pihak Keuangan sebagai dasar
Penagihan/Pelunasan atas Jasa Docking.

57. Penagihan Biaya Total Docking (Keuangan ke Owner).


- Pihak Marketing melakukan penagihan atas Biaya Total Docking.

3.2. Proses Docking – Undocking kapal

3.2.1. Proses Docking

Pada PT. Yasa Wahana Tirta Samudera memiliki 2 jenis pengedokan yaitu metode cradle dan
airbag. Slipway dengan metode cradle, yaitu pengedokan menggunakan semacam kereta yang
diatasnya terdapat stopblock dan kayu sebagai ganjalan kapal sedangkan metode airbag yaitu
pengedokan menggunakan balon karet besar yang diisi dengan angin.

 Proses Slipway dengan metode cradle


Metode docking dengan menggunakan kereta yang dipasang stopblock diatasnya yang
kemudian ditarik dengan menggunakan winch. Pada metode ini kami melihat proses
docking Kapal Bengkoang. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut.
1. Cradle diturunkan dengan winch

Gambar 3.2. Cradle setelah diturunkan


2. Kapal masuk dan berlabuh ke area slipway docking & ditempatkan tepat di atas cradle
dengan bantuan penyelam sekaligus menambahkan kayu apabila kapal belum tertumpu
dengan sempurna

| 23
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.3. Kapal masuk ke area slipway

Gambar 3.4. Penyelam membantu mengarahkan kapal

Gambar 3.5. Penambahan kayu


3. Setelah tepat di atas cradle kemudian cradle ditarik oleh winch sekaligus menambahkan
kayu apabila kapal belum tertumpu dengan sempurna sembari ditarik pelan – pelan.

| 24
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Dikarenakan kapal ini menggunakan bahan fiber, maka proses penarikannya dilakukan
secara pelan – pelan.

Gambar 3.6. Kapal saat ditarik

Gambar 3.7. Kondisi kapal setelah ditarik.

 Proses Slipway dengan metode airbag

Metode docking menggunakan metode airbag yang balon karet besar yang diisi dengan
angin. Pada metode ini kami melihat Kapal tongkang Cakra VII. Adapun prosesnya adalah
sebagai berikut.
1. Kapal di tepikan di area slipway D dan dipasang tali tambat dikiri kanan depan kapal.
Lambung haluan kapal dipasang bull dengan cara las. Kemudian kapal dikaitkan
dengan tali yang terhubung dengan winch.
2. Kapal diposisikan selurus mungkin dengan menarik-ulur tali tambat yang telah
dipasang.

| 25
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.8. Pengedokan Cakra VIII


3. Saat sudah lurus kapal ditarik perlahan lalu diberhentikan untuk memasang airbag,
airbag diangkat dengan crane diletakkan di bagian bawah kapal. Airbag yang berada di
bawah kapal diisi udara menggunakan kompresor. Tekanan yang digunakan dalam
mengisi airbag antara 6-8 bar.

Gambar 3.9. Penurunan airbag


4. Setelah satu airbag telah diisi udara, kapal kembali ditarik. Kemudian airbag yang
masih kosong diletakkan di depan airbag yang sudah diisi. Lalu airbag yang masih
kosong di isi kembali. Dan dilakukan berulang - ulang kali sampai seluruh bagian kapal
tidak lagi berada di air.

| 26
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.10. Cakra VIII diatas airbag


5. Kemudian stop blok dipasang di antara airbag. Jika telah dipasang kapal siap untuk di
repair.

Gambar 3.11. Stop blok dipasang

3.2.1. Proses Undocking

Undocking adalah penurunan kapal dari atas dock. Apabila kapal melakukan proses docking,
agar kapal bisa kembali berlayar maka harus melalui proses undocking. Undocking kapal di
PT. Yasa Wahana Tirta Samudera ada 2 metode yang sama seperti docking yaitu metode cradle
dan airbag.

 Proses undocking menggunakan metode cradle yaitu


1. Kapal yang sudah selesai direparasi diturun kan pelan – pelan ke dalam air.
2. Saat kapal sudah berada di air, tali lashing dilepas agar kapal dapat terapung.
3. Setelah dilepas, cradle akan diturunkan sampai kapal terapung seluruhnya.
4. Setelah kapal terapung, cradle ditarik lagi ke daratan.

| 27
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.12. Undocking kapal Indo Power II

 Proses undocking menggunakan metode airbag yaitu:


1. Airbag yang belum terisi udara di masukkan di setiap sela antara stopblock

Gambar 3.13. Proses peletakan airbag dengan bantuan crane


2. Airbag diisi udara menggunakan kompresor

Gambar 3.14. airbag setelah dipompa


3. Jika kapal sudah terangkat, stopblock dikeluarkan, skrap sisa karang yang menempel
akibat tertutup stopblok kemudian dicat.

| 28
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

4. Setelah stopblok dipindahkan semua, air dari laut dipompa ke slipway sehingga
slipway terisi air sembari kapal diturunkan ke laut pelan-pelan dengan menggunakan
winch
5. Saat bagian buritan berada di dekat ujung pintu kolam winch dihentikan dan
menunggu kapal terapung dengan sendirinya

Gambar 3.15. Proses penurunan kapal saat kapal slipway mulai terisi air

Gambar 3.16. Proses pengisian kolam


6. Setelah kapal terapung dengan sendirinya, pintu kolam dibuka dengan cara ditarik
dan airbag dikempiskan

Gambar 3.17. Kapal sudah terapung

| 29
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.18. Airbag saat dikempiskan


7. Kapal siap berlayar

3.3. Survey pada Kapal

Survey merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan sebelum kapal dilakukan
pengerjaan repair. Survey mengambil peranan penting karena biasanya hasil survey digunakan
menjadi acuan pengerjaan repair. Survey yang dilakukan digalangan biasanya dilakukan oleh
badan klasifikasi ataupun divisi quality control/quality assurance pada galangan tersebut.
Biasanya galangan akan melakukan survey internal terlebih dahulu sebelum disurvey oleh
class. Berdasarkan umur dan keadaan kapal, survey dibedakan menjadi:

3.3.1. Annual Survey

Annual survey merupakan survey yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Survey ini wajib
dilakukan untuk seluruh kapal terlebih untuk kapal penumpang. Bebereapa pengerjaan yang
dilakukan pada annual survey diantaranya adalah:

 Melakukan pengecekan bagian bottom dan lambung. Pengecekan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya deformasi, crack, doubling, ataupun piting.
 Melakukan UT (Ultrasonic Test). Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketebalan plat,
sehingga akan diketahui plat mana yang harus diganti dan tidak. UT ini dilakukan hanya
pada bagian bottom dan lambung kapal. Minimal tebal plat yang diizinkan BKI mengalami
losses sebesar 20% dari tebal awal plat saat pembuatan kapal. Jika lebih dari itu plat kapal
harus diganti atau replating.

| 30
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.19. UT pada TB. Indo Power 11

 Melakukan pengecekan valve seachest. Untuk valve biasanya dilakukan hydrostatic test
atau air test untuk mengetahui kekuatan valve tersebut.
 Melakukan clearance check. Clearance check ini biasanya dilakukan di 3 tempat utama
yakni shaft, rudder dan pintle. Pengujiannya menggunakan fuller. Untuk batas toleransinya
adalah sebagai berikut:
o Prop. Shaft: 0,01D + 3
o Rudder Stock: 0,01 + 2
o Pintle: 0,01D + 4

3.3.2. Intermediate Survey

Adalah survey yang harus dilakukan kapal setiap 2-3 tahun sekali. Survey ini sifatnya wajib
dilakukan untuk semua kapal tanpa pengecualian. Untuk surveinya sama dengan annual
survey, hanya saja ditambah dengan megger test untuk pompa dan generator.

3.3.3. Special Survey

Special survey merupakan salah satu bentuk survey yang dilakukan setiap lima tahun sekali.
Survey ini sangat wajib dilakukan untuk semua jenis kapal. Untuk surveinya sama dengan
intermediate survey, hanya saja ditambah dengan:

 Overboard sevices
 Cabut propeller dan ruuder stock untuk di test NDT (Non-Destructive Test). Untuk macam
– macam NDT adalah sebagai berikut:
o Penetrant (untuk stainless)
o UT – flow (untuk hasil pengelasan)
o Magnetic Particle Inspection (untuk baja)

| 31
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

 Overhaul Main Engine & Auxiliary Engine


 Crankshaft Deflection untuk Main Engine
Setelah dilaksanakan survey, class akan menerbitkan memorandum (list apa saja yang harus
dikerjakan/di-repair) untuk galangan

3.4. Inspeksi pada Kapal

3.4.1. Inspeksi Plat

Inspeksi plat mempunyai banyak jenis. Pada kesempatan kerja praktek ini, kami telah melihat
beberapa dari jenis inspeksi plat, yaitu vacuum test dan hose test. Tujuan dari inspeksi plat ini
adalah untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau tidak pada plat yang rata. Beberapa jenis
inspeksi plat antara lain :

 Vacuum Test
Vacuum test biasanya digunakan untuk mengetahui kondisi plat apakah terdapat kebocoran
atau tidak dengan cara menembakkan vacuum/udara bertekanan tinggi di bagian yang ingin
di tes. Pertama, sebelum melakukan vacuum test, plat yang akan di tes harus dibersihkan
dari debu dan kotoran dengan cara disemprot larutan air sabun. Kedua, plat yang telah
diolesi air sabun diberi tekanan vacuum sebesar -0.20 hingga -0.25. Setelah diberi vacuum,
diamati apakah terdapat busa/buih dari bekas larutan air sabun yang di vacuum tersebut.
Apabila tidak terdapat busa/buih, maka plat tidak terdapat kebocoran, namun apabila
sebaliknya maka plat terdapat kebocoran. Vacuum test lebih cocok digunakan pada plat
yang datar atau horizontal.

Gambar 3.20. Proses pengetesan dengan metode vacuum test.

 Hose Test
Hose test adalah metode inspeksi dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi sekitar
10 bar pada objek yang ingin dilakukan pengetesan. Hose test bertujuan untuk mengetahui

| 32
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

apakah terjadi kebocoran atau tidak pada plat-plat tertentu. Plat-plat tertentu ini adalah plat
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan vacuum test maupun tank test. Proses
pengujiannya adalah dengan memposisikan nozzle pada jarak maksimum 1,5 – 5 ft dari
plat, lalu hidupkan pompa dan semprotkan air ke plat yang ingin diinspeksi lalu dicek di
plat bagian dalamnya apakah ada kebocoran atau tidak jika ia akan keluar air.

Gambar 3.21. Hose Test pada Rampdoor KMP Berlin Nakroma.

Gambar 3.22. Hose Test pada Inner door KMP Berlin Nakroma.

 Tank Test
Inspeksi jenis ini biasa digunakan pada tangki yang ingin diinspeksi kebocorannya, hampir
sama dengan vacuum test dimana tangki diberi larutan air sabun dan ditutup semua
valvenya kecuali valve yang dimasuki compressor lalu diberi tekanan 0.2bar.

 Chalk Test

| 33
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Biasa disebut chalk solar test, yaitu mengecek kebocoran plat dengan mengolesi cairan
kapur pada pelat yang ingin diinspeksi dibagian depannya dan menuangkan solar dibagian
belakang plat yang ingin diinspeksi. Apabila terjadi kebocoran akan timbul bercak putih
dibagian belakang plat yang ada solarnya karena cairan kapur terangkat oleh solar.
Kekurangan dari metode ini adalah tidak diresmikan oleh class (BKI) dan membuang-
buang solar. Keuntungannya tidak diperlukan alat-alat khusus.

3.4.2. Inspeksi Las

Inspeksi las mempunyai banyak jenis. Inspeksi las ini bertujuan untuk mengetes apakah hasil
las terdapat kebocoran atau tidak. Pada kerja praktek kali ini, kami berkesempatan melihat
salah satu jenis inspeksi las, yaitu NDT (Non-Destructive Test). Di NDT ini juga terdapat
beberapa metode. Kami melihat metode Penetrant dan MPI (Magnetic Particle Inspection).

 Penetrant Test
Penetrant test ini merupakan tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
keretakan atau berlubang pada propeller. Pada prinsipnya metode pengujian dengan liquid
penetrant memanfaatkan daya kapilaris. Terdapat 3 bahan untuk melakukan pengujian
dengan penetrant test yaitu cleaner, developer, dan red penetrant.

Gambar 3.23. Cleaner, Developer, Red Penetrant.


Adapun langkah-langkah melakukan Penetrant Test adalah :
o Pangkal propeller dibersihkan dengan cleaner
o Setelah di lap, red penetrant disemprotkan ke bagian yang telah di lap dengan
cleaner
o Setelah itu dibiarkan selama 10 menit
o Setelah itu dibersihkan dengan kain

| 34
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

o Lalu developer disemprotkan ke bagian yang telah disemprot red penetrant


o Developer akan berubah warna menjadi putih susu.
Apabila setelah disemprotkan developer timbul bercak-bercak merah berarti artinya
terjadi porosity pada bagian yang telah di tes. Apabila terdapat garis merah setelah
disemprot developer, maka artinya pada bagian tersebut terjadi keretakan.

Gambar 3.24. Penetrant Test pada pangkal propeller MV Gas Nuri Arizona

Gambar 3.25. Penetrant Test pada propeller Tugboat.

| 35
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

 MPI (Magnetic Particle Inspection).


MPI (Magnetic Particle Inspection) ini bertujuan untuk mengetes apakah ada keretakan
pada hasil las. Peralatan yang digunakan untuk melakukan MPI (Magnetic Particle
Inspection) antara lain :

 Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan bagian yang akan diinspeksi.

 Spotcheck SKC-S Aerosol berfungsi untuk membersihkan bagian yang akan diinspeksi.

 Kain berfungsi untuk membersihkan bagian yang akan diinspeksi.

 Magnavis WCP-2 Aerosol berfungsi untuk memberikan warna putih pada bagian yang
diinspeksi sehingga hasil inspeksi dapat terlihat secara jelas.

 Yoke berfungsi untuk menghasilkan medan magnet.

 Magnavis 7HF Aerosol berfungsi untuk mengetahui hasil pengelasan yang mengalami
retakan.
Berikut adalah tahapan magnetic particle inspection (MPI):

 Hasil pengelasan yang akan diinspeksi dibersihkan terlebih dahulu menggunakan sikat
kawat dan disemprot dengan Spotcheck SKC-S Aerosol lalu di lap dengan kain untuk
membersihkan partikel-partikel kecil pada hasil las.

 Setelah dibersihkan, bagian yang akan diinpeksi disemprot dengan Magnavis WCP-2
Aerosol agar hasil inspeksi dapat terlihat dengan jelas.

 Dua buah yoke ditempelkan di sekitar bagian yang diinspeksi dan disemprotkan
Magnavis 7HF Aerosol untuk mengetahui bagian yang mengalami retakan.

 Apabila terdapat retakan, hasil las tersebut harus diperbaiki dengan cara di las ulang.

| 36
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.26. Peralatan yang digunakan.

Gambar 3.27. MPI (Magnetic Particle Inspection) pada engsel Rampdoor KMP Berlin
Nakroma.

Gambar 3.28. Retakan pada hasil las.

 UT-Flow (Ultrasonic Test-Flow)


UT-flow (Ultrasonic Test-Flow) bertujuan untuk mendeteksi kerusakan ataupun kelainan
di dalam dan permukaan berbahan metal. Metode ini menggunakan gelombang suara
dengan frekuensi tinggi sebagai media penguji.

3.5. Reparasi pada Kapal

3.5.1. Replating

Replating atau penggantian plat merupakan proses pergantian plat baru pada kapal untuk
mengganti plat lama yang telah mengalami penipisan plat yang diakibatkan oleh korosi

| 37
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

maupun deformasi ataupun pembengkokan yang terjadi akibat benturan, sehingga kondisi plat
menjadi tidak sesuai dengan aturan class. Plat yang baru harus memiliki tebal yang sama
dengan plat yang digunakan oleh kapal tersebut. Adapun tahapan – tahapan replating adalah
sebagai berikut:
1. Pengecekan Ketebalan Plat
Pengecekan ini menggunakan alat ultrasonik yang ditempelkan pada titik-titik plat yang
akan diuji. Sebelum dilakukan pengecekan, plat yang akan dicek harus sudah bersih dari
karang – karang yang ada. Jika ada permukaan kapal plat yang masih tertutup cat maka cat
harus dihilangkan sedikit dengan menggunakan palu agar cat terkelupas. Selain itu alat
ultrasonik ini dikalibrasi agar kita tahu jika alat ini masih berfungsi dengan baik. BKI
mengizinkan pengurangan ketebalan plat maksimal sebesar 20% dari tebal awal plat saat
pembuatan kapal. Jika lebih dari itu plat kapal harus diganti atau replating.

Gambar 3.29. Proses kalibrasi alat

| 38
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.30. Cat dan karang dikelupas menggunakan palu

Gambar 3.31. Proses UT pada TB. Indo Power 11


2. Pemotongan Plat Lama
Sebelum dilakukan pemotongan, pelat ditandai (marking) untuk mempermudah kerja
pemotongan. Pemotongan pelat ini harus dilakukan di antara frame & frame dengan
mengenai minimal 1 frame sebagai kekuatan pelat pengganti.

| 39
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.32. Proses pemotongan plat bottom pada TB. Indo Power 11
3. Pengelasan
Pengelasan menggunakan busur las atau biasa disebut dengan SMAW atau MIG.
Pengelasan SMAW ini menggunakan elektroda, dimana diameter elektroda yang
digunakan bervariasi tergantung dengan letak pengelasan dan ketebalan pelat yang akan
dilas.

Gambar 3.33. Proses pengelasan plat bottom pada TB. Indo Power 11 (dari kamar mesin)

| 40
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.34. Proses pengelasan plat bottom pada TB. Indo Power 11 (dari luar)

Gambar 3.35. Hasil pengelasan plat bottom pada TB. Indo Power 11 (tampak luar)

| 41
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.36. Hasil pengelasan plat bottom pada TB. Indo Power 11 (tampak dari kamar
mesin)
4. Pengetesan
Hal ini berfungsi untuk memastikan tidak adanya cacat pada pengelasan. Tes yang sering
digunakan adalah vacuum test. Untuk penjelasan lebih lengkap akan dijelaskan dibagian
Pengetesan pada Kapal

3.5.2. Reparasi Propeller

Umumnya kerusakan pada propeller terjadi pada bagian daun propeller, seperti mengalami
fouling, terjadi pengikisan akibat kavitasi, terjadi keretakan dan bengkokan (bending) akibat
benturan dan sebagainya. Jika terjadi keretakan pada daun propeller.jika hal ini terjadi, terdapat
dua pilihan yang dapat owner ambil apabila propeller mengalami kerusakan yaitu antara
mengganti dengan yang baru atau memperbaikinya. Namun hal ini sudah diatur oleh class
dengan ketentuan sebagai berikut:

 Daun propeller rusak 1/3 dari bagian poros wajib diganti dengan yang baru
 Daun propeller rusak 1/3 di bagian tengah akan dilakukan diskusi terlebih dahulu antara
owner dan class untuk menetapkan langkah yang akan diambil
 Daun propeller rusak 1/3 dari bagian ujung dapat dilakukan perbaikan
Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:

 Bagian daun propeller yang retak seperti di las namun menggunakan alat yang disebut
blender, kuningan sebagai penambal dipanasi terlebih dahulu, lelehan kuningan tersebut
yang akan dijadikan penambal keretakan.
 Setelah kuningan dipanasi, kuningan yang telah sedikit leleh dicelupkan kedalam tepung
borax atau pijer gunanya sebagai perekat.

| 42
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

 Lalu dilakukan proses penambalan dengan penambahan logam agar hasil penambalan tidak
retak kembali.
 Setelah selesai logam nantinya akan diambil kembali.
 Propeller digerinda pada bagian daun propeller yang telah mengalami perbaikan sehingga
permukaan daun propeller rata.

Gambar 3.37. Proses mal pada propeller TB. SBU 89

Gambar 3.38. Proses penambahan daging (pelelehan kuningan dan pijer) pada propeller TB.
SBU 89

| 43
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

3.5.3. Balancing Propeller

Balancing propeller merupakan proses menyeimbangkan berat dari masing-masing daun


propeller, agar tiap daun propeller memiliki berat yang sama. Proses balancing propeller ini
bertujuan untuk mengurangi getaran berlebih pada badan kapal yang ditimbulkan akibat
getaran propeller. Balancing propeller ini perlu dilakukan karena daun propeller telah
mengalami perbaikan seperti perbaikan keretakan pada propeller. Berikut merupakan cara
balancing pada propeller.
1. Daun propeller diberi tanda yang berbeda, semisal huruf A hingga D atau 1 hingga 4 jika
propeller memiliki daun berjumlah 4
2. Putar daun propeller secara manual.
3. Jika putaran daun propeller terjadi posisi sama maka terdapat indikator tidak balance.
Semisal posisi awal daun propeller bertanda A berada dibawah, kemudian daun propeller
diputar, jika diputar hingga berhenti di titik yang sama maka dilakukan grinding pada
propeller. Propeller diputar sebanyak + 10 kali
4. Untuk memastikan daun propeller telah memiliki berat yang sama, dan seimbang atau
balance, ubah letak propeller misal posisi nomor 3 dan 4 yang berada dibawah dan rubah
pula arah putarnya.

Gambar 3.39. Proses balancing pada propeller TB. SBU 89

| 44
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.40. Proses penggerindaan pada propeller TB. SBU 89

3.5.4. Pemasangan Anode

Anode merupakan pelindung kapal dari korosi yang disebabkan oleh hewan-hewan laut. Anode
dipasang dibagian kapal yang terendam air laut, paling banyak didaerah buritan karena di
daerah buritan terdapat propeller dan rudder yang mudah korosi dengan jarak antar anode
adalah kurang lebih 3m. Terdapat 2 jenis anode, yaitu zink anode yang terbuat dari seng (Zn)
dan alumunium anode yang terbuat dari alumunium.

Gambar 3.41. Zinc Anode pada TB. SBU 89

| 45
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

3.5.6. Proses Coating

Coating atau painting adalah proses pengecatan ulang body kapal yang melakukan repair.
Coating ini sendiri berfungsi untuk melindungi body kapal agar tidak mudah keropos dan
mengurangi dari tempelan-tempelan binatang laut.
Tahapan coating adalah sebagai berikut:

1. Penyekrapan
Proses penyekrapan bertujuan untuk membersihkan lambung kapal dari binatang-binatang
laut serta kotoran laut yang menempel dengan cara di gosok menggunakan alat sekrap
berupa besi pipih.

Gambar 3.42. Proses Penyekrapan Bagian Underwater MV Gas Nuri Arizona

2. Pencucian Air Tawar


Proses pencucian lambung kapal dengan air tawar bertujuan untuk menurunkan kadar
garam dan menghilangkan sisa-sisa kotoran seperti debu yang menempel pada lambung
kapal sebelum dilakukan proses pengecatan. Apabila masih terdapat debu dan kadar garam
yang tinggi pada lambung kapal akan berakibat pada kurang optimalnya hasil pengecatan.
Besarnya tekanan air tawar yang disemprotkan pada lambung kapal ini sebesar 8 bar.

Gambar 3.43.Proses Pencucian Air Tawar Lambung MV Gas Nuri Arizona

| 46
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

3. Sand Blasting
Proses sandblasting berupa proses penyemprotan material yang biasanya berupa pasir
silika atau steel grit dengan tekanan tinggi pada suatu permukaan. Proses sandblasting ini
bertujuan untuk untuk menghilangkan sisa-sisa cat lama dan karat yang menempel pada
lambung kapalsebelum dilakukan pengecatan ulang. Selain itu, juga bertujuan untuk
membuat profile (kekasaran) pada permukaan plat agar dapat tercapai tingkat perekatan
yang baik antara permukaan plat dengan cat. Alat – alat yang digunakan antara lain berupa
pasir sandblasting, kompressor, sand pot, selang serta nozzle. Cara kerjanya yaitu pasir
yang ditampung pada sand pot akan disalurkan oleh selang menuju nozzle untuk
menyemprot plat dengan tekanan sekitar 7 – 9 bar yang diberikan oleh kompressor. Macam
– macam Sand Blasting

 Full Blasting : Menghilangkan cat sepenuhnya sampai cat primer juga dihilangkan.

 Sweep Blasting : Menghilangkan cat sebagian hanya sampai lapisan cat primer.

 Full – Sweep : Gabungan antara full blasting dan sweep blasting dimana sebagian ada
yang cat primernya dihilangkan karena berkarat dan sebagian tidak sampai cat
primernya dihilangkan karena dinilai catnya masih bagus.

Gambar 3.44.Proses Sandblasting Lambung Kapal MV Gas Nuri Arizona

| 47
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.45.Sand Pot

Gambar 3.46. PS Ball Sebagai Material Sandblasting


Pada metode sandblasting terdapat dua 2 macam material yaitu:

 Metal Abrasif metal antara lain yaitu steel shoot, steel grit,dan wire cut
carbon.

 Non Metal Abrasif non metal antara lain pasir silika, aluminium oksida,
silikon, karbida, glass bead, dan walnut sheel

4. Painting
Berikut merupakan alat-alat yang diperlukan untuk proses pengecatan:
1. Airless
Airless adalah suatu alat yang digunakan untuk mengvakumkan udara dan menyedot
cat dan menyemprotkan cat menggunakan spray gun.
2. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghasilkan udara bertekanan sehingga cat dapat
disemprotkan.
3. Masker/Topeng Cat
Topeng cat berfungsi untuk melindungi pekerja dari efek kimia cat, topeng ini biasanya
full face dan terdapat selang oksigen dibagian belakang kepala
4. Staging
Staging berfungsi sebagai pijakan untuk pengecatan yang tinggi serta untuk mengatur
jarak penyemprotan cat dimana jarak penyemprotan cat yaitu 140-150 cm.

| 48
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

5. Mixer
Mixer berfungsi untuk mengaduk cat.
6. Spray Gun
Spray gun merupakan alat untuk menyemprotkan cat.

Gambar 3.47. Proses Pengecatan Cat Primer pada Underwater MV Gas Nuri Arizona

Gambar 3.48.Cat Primer

| 49
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.49. Airless

 Proses pengecatan bagian bottom kapal :


1. Proses pengecatan AC (Anti Corrosive) : Proses pengecatan ini bertujuan agar plat
dibawah tahan terhadap karat, cat jenis ini biasanya ada pigment yang berfungsi
untuk tahan karat dan dikombinasikan dengan resin atau binder sebagai perekat dan
proteksi terhadapa besi/baja/steel, dengan ketebala kurang lebih 150 mikron dan
pengeringan minimal 4 jam.
2. Proses pengecatan Intermediate : Proses pengecetan ini pada kapal ini dilakukan
AC 2 atau sealer agar bagian bawah kapal tahan karat, dengan ketebalan kurang
lebih 100 mikron dan pengeringan dengan waktu yang sam yaitu 4 jam.
3. Proses pengecatan Anti Fouling : Proses ini bertujuan untuk mencegah binatang –
binatang laut yang menempel pada kapal Bakteri Pelagiobacter variabilis UPS3.37
digunakan sebagai bahan ekstrak kasar yang diformulasikan dengan cat untuk uji
mikrofouling dan makrofouling di lapangan setelah dilakukan pengecetan anti
fouling dengan ketebalan 150 mikron dilakukan pengeringan minimal 8 jam.

 Proses pengecetan top side kapal:


1. Primer/ AC 1 (Anti Corrosive ) : Proses ini agar plat diatas tahan karat
2. Cat Finish : Proses ini digunakan untuk memperindah kapal dan biasanya ada fungsi
tambahan seperti tahan cuaca dan mengkilap untuk itu digunakan bahan campuran
seperti PiU (Poli Uretan) untuk mengkilap dan tahan cuaca dan Acid untuk
mengkilap saja

 Hal- hal yang mempengaruhi kualitas hasil pengecatan:

 Pengaruh bukaan nozzle : Diperhatikan karena mengurangi loss factor dalam


coating dan menambah efektivitas kerja , pada plat datar misalkan digunakan
bukaan besar dan pada pipa – pipa digunakan bukaan kecil.

| 50
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

 Perhitungan Area: Sebelum dilakukan pengecetan juga dilakukan perhitungan


terhadap kapal yang ingin dilakukan pengecetan ini dilakukan agar kita dapat
mengetahui besaran cat yang dibutukan dalah hitunga (square liter/ meter)

 Volume Solid/ Kekentalan Cat: Kekentalan cat pun harus sesuai contoh seperti di
kapal KM Bukit Patung ini kekentalan cat yang sesuai adalah 70-72

 Ketebalan Cat: Jika ketebalan cat ini dipengaruhi oleh faktor permintaan owner juga
biasanya 100 – 150 mikron, untuk ketebalan di hitung dalam satuan mikron

 Cat yang Digunakan: Cat yang digunakan harus sesuai dengan yang diminta oleh
owner dan kebutuhan kapal

 Kondisi Alat Kerja: Kondisi alat kerja yang dimaksud adalah layak tidak nya suatu
alat tersebut untuk melakukan proses painting.

3.5.7. Pengelasan pada Kapal

Pengelesan adalah proses penyambungan logam yang sangat sering digunakan didalam dunia
industry, apalagi industry galangan. Namun pengelasan tidak bisa dilakukan sembarangan dan
diperlukan adanya persiapan sebelum kita memulai pengelasan. Berikut ini adalah alat alat
yang perlu dipersiapkan sebelum memulai pengelasan :

 Trafo

Gambar 3.50. Trafo Las

 Kabel las dan Holder

| 51
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.51. Kabel Las dan Holder

 Kawat Las
Kawat las pun terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya yang sering digunakan adalah
E6013. Berikut ini adalah keterangan tentang Kawat Las E6013
E = Elektroda
60 = Kekuaan tarik
1 = posisi pengelasan

 1 : untuk semua posisi yang diinginkan

 2 : untuk posisi vertikal dan horizontal


3 = kandungan serbuk flux

Gambar 3.52. Kawat Las

 Topeng las

| 52
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.53. Topeng Las

 Palu chipping

Gambar 3.54. Palu Chipping


Beberapa jenis las yang digunakan oleh Galangan PT. Yasa Wahana Tirta Samudera
diantaranya adalah sebagai berikut:

 SAW (Submerged Arc Welding) adalah jenis las yang menggunakan flux yang berbentuk
pasir, dimana flux tersebut berfungsi untuk melindungi logam yang mencair ketika proses
pengelasan, agar tidak terkontaminasi oleh udara dari luar sehingga hasil las yang
dihasilkan lebih baik. Di PT. Yasa Wahana Tirta Samudera pengelasan SAW sudah
menggunakan sistem semi robotic, namun hanya untuk pengelasan yang lurus saja.
 FCAW (Flux Cored Arc Welding) adalah salah satu jenis las yang menggunakan elektode
yang terdapat flux didalamnya dan merupakan kebalikan dari SMAW. Pengelasan FCAW
ini logam cair dilindungi oleh gas pelindung CO2 dan Argon

| 53
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

 SMAW (Shield Metal Arc Welding) yang biasa disebut las busur listrik merupakan salah
satu jenis las yang menggunakan elektrode yang dibungkus serbuk flux dikawat atau
sticknya.

3.6. Outfitting pada Kapal

3.6.1. Valve

Valve adalah suatu alat yang mengatur, mengarahkan atau mengontrol aliran dari suatu fluida
(gas, cairan, padatan terfluidisasi) dengan membuka, menutup, atau menutup sebagian dari
jalan alirannya. Terdapat beberapa bahan valve diantaranya:

 Bronze ( Perunggu ) : Valve yang berbahan perunggu.

 Brass (Kuningan) : Valve yang berbahan kuningan.

 Cast Iron ( Besi tuang/cor ) : Valve yang berbahan cast iron.

 Stainless Steel (Besi Putih ) : Valve yang berbahan stainless steel.


Jenis katup – katup yang digunakan pada kapal dan dapat kami temui dan survey adalah sebagai
berikut :

 Gate Valve

 Butterfly Valve

 Globe Valve

 Angle Valve

 Ball Valve

 Quick Closing Valve

 Foot Valve

 Swing Check Valve

 Strom Angel Valve

 Safety Valve

| 54
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Penjelasan tiap – tiap valve diatas akan dijelaskan sebagai berikut :

3.6.1.1 Gate Valve

Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran dengan cara mengangkat
gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi panjang. Gate valve berfungsi juga
untuk menutup aliran dengan sangat cepat namun pembukaan dari valve ini sendiri agak
lambat. Posisi gate pada valve ini tergantung dengan kebutuhan.

Gambar 3.50. Gate Valve pada Void Tank MV Gas Nuri Arizona

3.6.1.2. Butterfly Valve

Butterfly Valve adalah valve yang dapat digunakan untuk mengisolasi atau mengatur aliran.
Butterfly valve dapat dikatakan jenis gate valve namun memiliki gate yang berbentuk disc dan
berbeda pada arah gerak gate itu sendiri dengan diopeasikan menggunakan lever ada juga
actuator yang disaat digeser menggeser pergerakan disk 45 derajat.

Gambar 3.55 . Butterfly Valve pada MV Gas Nuri Arizona

| 55
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

3.6.1.3. Globe Valve

Globe Valve adalah valve yang memiliki arah gerak linier dan dirancang untuk menghentikan
aliran, membuka aliran dan mengatur aliran. Disk globe valve bisa benar-benar menutup
sebuah aliran. selain itu valve jenis ini sangat baik untuk mengatur besar kecil nya aliran
(trotthling) karena tidak menimbulkan turbelensi aliran.

Gambar 3.56. Globe Valve

3.6.1.4. Angle Valve

Angle valve berfungsi untuk membelokan arah fludia dari vertikal ke horizontal atau
sebaliknya, sekaligus menutup/membuka/mengontrol laju fluida. Angel Valve sama seperti
globe valve, angle valve juga digunakan pada situasi dimana pengaturan besar kecil aliran
diperlukan (throttling). Namun angle valve di buat dengan sudut 90°, hal ini untuk mengurangi
pemakaian elbow 90° dan fitting tambahan.

Gambar 3.57. Angle Valve

| 56
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

3.6.1.5. Ball Valve

Ball Valve adalah sebuah Valve atau katup dengan pengontrol aliran berbentuk seperti
bola/belahan. Bola itu memiliki lubang, yang berada di tengah – tengah bola sehingga ketika
lubang tersebut segaris lurus atau sejalan dengan kedua ujung Valve, maka aliran akan terjadi.
Bola ini dihubungkan ke handwheel atau lever oleh spindel.

Gambar 3.58. Ball Valve


Ball valve banyak digunakan karena kemudahannya dalam perbaikan dan kemampuan untuk
menahan tekanan dan suhu tinggi. Tergantung dari material apa mereka terbuat, Bal Valve
dapat menahan tekanan hingga 10.000 Psi dan dengan temperature sekitar 200 derajat Celcius.

3.6.1.6. Quick Closing Valve

Quick Closing Valve adalah valve pengaman yang biasanya terpasang pada tangki bahan bakar
di kapal. Valve ini dilengkapi dengan pegas dikeliling stem yang terhubung dengan lever,
sehingga disaat dalam keadaan darurat dan lever di ditarik pegas akan menekan stem yang
terhubung dengan gate sehingga aliran berhenti dengan sangat cepat.

Gambar 3.59. Quick Closing Valve pada kapal Berlin Nakroma


Fungsi dari valve ini adalah apabila kapal dalam keadaan darurat/emergency, terjadi kebakaran
dan untuk mencegah meluasnya kebakaran ke area yang lain, maka valve ini dapat ditutup

| 57
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

sehingga terhentinya aliran bahan bakar dari tangki, hal ini dapat meminimalisir musibah
kebakaran.

3.6.1.7. Foot Valve

Fungsi teknis foot valve adalah membuka dan menutup menyesuaikan dengan kinerja yang
diperlukan. Foot Valve sering digunakan untuk ujung hisap pipa dari pipa bahan bakar, pipa
bilga, pipa air tawar, cofferdam dan pipa untuk minyak kotor.

Gambar 3.60. Foot Valve


Foot valve berfungsi untuk mencegah aliran balik karena klep yang terhubung dengan spring.
Spring berfungsi untuk menahan fluida balik. Pada foot Valve juga memiliki strainer yang
gunanya untuk menyaring/mencegah kotoran masuk.

3.6.1.8. Swing Check Valve

Swing check valve memiliki disk yang menggantung pada poros (hinge pin) di bagian atasnya.
Apabila terjadi aliran maju atau foward flow, maka disk akan terdorong oleh tekanan sehingga
terbuka, apabila terjadi aliran balik, tekanan fluida akan membuat disk tertutup rapat. Jadi
Swing Check Valve ini adalah valve yang memiliki satu arah saja.

| 58
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.61. Swing Check Valve pada MV Gas Nuri Arizona

3.6.1.9. Storm Angle Valve

Strom angle valve dapat mencegah aliran fluida balik/aliran balik, karena pada strom angle
valve memiliki katup. Selain itu, strom angle valve juga dapat menghentikannya atau menutup
aliran fluida karena dalam valve ini dilengkapi dengan handwheel.

Gambar 3.62. Angle Strom Valve pada MV Gas Nuri Arizona

3.6.1.10. Safety Valve

Safety valve adalah jenis valve yang membuka katup secara otomatis yang melepaskan zat
dari suatu sistem, ketika tekanan atau temperatur melebihi batas yang telah ditetapkan. Valve
ini untuk mencegah kerusakan pada equipment, dan yang lebih penting lagi untuk menghindari
kecelakaan.

| 59
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.63. Safety Valve pada MV Gas Nuri


Cara kerja safety valve yang secara otomatis akan terbuka jika tekanan mencapai level tidak
aman. Level tekanan pada valve ini bisa diatur sesuai dengan kemampuan jaringan yang akan
di pasang, sehingga bisa ditentukan pada level tekanan berapa valve ini akan terbuka. Ketika
tekanan kembali normal, Valve ini secara otomatis akan tertutup kembali.

3.6.1.11. Pengetesan pada Valve

Pengetesan pada valve biasa disebut dengan pressure test untuk fluida gas, sedangkan untuk
fluida cair biasa disebut dengan hidrostatic test. Pengetesan valve yang bertujuan untuk
mengetahui kebocoran pada valve serta kekuatan valve untuk menerima 1,5 kali tekanan fluida
sesuai dengan spesifikasi valve. Tetapi apabila valve yang akan di test sudah valve lama, maka
pengujiannya hanya menerima minimal sesuai dengan spesifikasi valvenya. Contohnya
spesifikasi tersebut tertera 5K-30, spesifikasi tersebut berarti jika valve mampu menerima
tekanan fluida sebesar 5 – 7,5 bar, dan memiliki diameter inlet serta outlet sebesar 30 mm. Alat
untuk pengetesan valve adalah handpump. Saat pengetesan valve, bagian inlet valve
disambungkan dengan handpump untuk diberikan fluida bertekan sedangkan bagian outlet
valve ditutup.

| 60
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.64. Hidrostatic Test pada Butterfly Valve

3.6.2. Pipa

Pada Galangan PT. YWTS ini sangat banyak proyek yang berhubungan dengan pipa, pipa-pipa
yang digunakan pada proyek-proyek ini pun beragam bahan dasarnya, diantaranya adalah :

 Pipa cast iron : adalah pipa yang biasa digunakan untuk proyek migas

 Pipa Galvanis: adalah pipa yang digunakan untuk mengalirkan air tawar dan air laut
Adapun jenis-jenis pipa yang termasuk kedalam bagian pipa yang harus diperbaiki dan diganti
pada proyek Kapal Gas Nuri Arizona diantaranya :

3.6.2.1. Cargo Pipe

Pipa kargo adalah pipa yang berfungsi sebagai saluran loading dan un-loading muatan pada
kapal ini yang berupa LPG, dimana pada kapal ini menggunakan pipa berukuran 6 inch dan 4
inch sebagai pipa kargonya.

Gambar 3.65. Pipa Cargo (Putih bergaris kuning)

3.6.2.2. Cooling Pipe di Main Deck

Cooling pipe yang terletak di main deck ini berfungsi sebagai saluran cooling water yang
berguna untuk menjaga suhu dari cargo tank agar tidak melebihi suhu max nya yaitu 45 o
Celcius, pipa yang digunakan menggunakan pipa berukuran 2 inch.

| 61
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.66. Pipa Cooling (hijau)

3.6.2.3. Emergency Shower Pipe

Pipa emergency shower yang terletak di main deck ini berfungsi sebagai saluran lewatnya air
yang berguna jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada kargo tank seperti kebakaran
ataupun panas yang berlebih dan cooling pipe saja tidak cukup untuk mendinginkan cargo tank
tersebut, dimana pipa ini memiliki ukuran 2,5 inch.

Gambar 3.67. Pipa Emergency Shower (Merah)

3.6.2.4. Pipa Ventilasi

Pipa ventilasi atau Pipa Udara pada kapal digunakan sebagai ventilasi udara di tangki – tangki
kapal dan cofferdam juga letak pipa ini biasanya diatas geladak baik main deck, rise deck dan
tepatnya berada di sisi kiri dan kanan atau mendekati dinding dari super structure atau
bangunan atas kapal pada pipa udara yang kami temui juga dilengkapi vent head yang berfungsi
sebagai pencegah percikan api karena terdapat Screen Mess dan pencegah masuknya air
karena ada katup berbentuk bulat yang disebut Float.

Gambar 3.68. Pipa Ventilasi

3.6.2.5. Pipa Railing

Pipa railing berfungsi sebagai pembatas untuk mencegah Anak Buah Kapal maupun
penumpang terjatuh saat berada di tepi kapal, pipa ini memiliki ukuran 1 inch.

| 62
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.69. Pipa Railing

3.6.2.6. Pipa Ventilasi

Pipa hydraulic adalah pipa yang berfungsi sebagai saluran lewatnya fluida yang menggerakkan
sistem hydraulic pada windlass.

Gambar 3.70. Hydraulic Pipe

3.6.2.7. Hawse Pipe

Hawse pipe atau pipa urup adalah pipa yang berfungsi sebagai tempat lewatnya rantai jangkar
pada kapal

| 63
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.71. Hawse Pipe

3.6.2.8. Pipa Ballast

Pipa ballast adalah pipa yang berfungsi sebagai aliran lewatnya air ballast dari sea chest yang
disalurkan ke tangki ballast menggunakan pompa, ukuran pipa ballast pada kapal ini adalah 6
inch sch 40.

Gambar 3.72. Pipa Ballast

3.6.2.9. Pipa Scrupper

adalah pipa yang berfungsi sebagai pipa yang menyalurkan air yang menggenang/tertampung
di atap deckhouse dialirkan ke bawah dan dibuang melalui overboard di kiri dan di kanan kapal,
dengan ukuran 4 inch

| 64
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

Gambar 3.74. Pipa Scupper

3.6.2.10. Filling Pipe

Filling Pipe/ International Shore Connection seperti namanya pipa jenis ini adalah pipa yang
berfungsi memasukkan bahan bakar dengan selang yang dihubungkan ke pengisi bahan bakar.
International Shore Connection adalah suatu perlengkapan (flanges) yang harus dimiliki setiap
kapal yang berbobot 500GRT keatas, sesuai dengan aturan Solas, diameter 2 inch.

3.6.2.11. Sounding Pipe

Adalah pipa yang berfungsi untuk mengukur volume fluida yang ada di dalam tangki, bisa
berupa muatan maupun bahan bakar dari kapal.

Gambar 3.75 dan 3.76. Filling Pipe & Sounding Pipe

| 65
LAPORAN KERJA PRAKTIK I
PT YASA WAHANA TIRTA SAMUDERA
Jl. Deli No.17, Tanjung Emas, Semarang, 50129

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN


4.1. Kesimpulan

Dari kegiatan bimbingan, survey dan pengajaran yang saya dapatkan selama 1 bulan di
Galangan. Juga dengan mengkomparasikan, menerapkan dan mengaplikasikan teori dan ilmu
yang saya dapatkan di Departemen Teknik Sistem Perkapalan dari laporan ini saya dapat
menyimpulkan yang saya dapatkan dari Kerja Praktik I saya ini adalah,

 Mahasiswa mampun memahami bagaimana proses pembangunan, Bangunan Kapal Baru


dari awal hingga akhir.
 Mahasiswa mampu memahami bagaimana teknis reparasi dan perawatan yang ada di
Galangan.
 Mahasiswa mampu memahami bagaimana prosesi inspeksi dan test – test yang dilakukan
untuk mengecek kerusakan.
 Mahasiswa mampu memahami alur bisnis, manajemen dan tiap tugas wewenangnya.

4.2. Saran

Saran yang diberikan penulis untuk galangan setelah melewati kerja praktek yaitu:

 Masih banyaknya pekerja yang tidak memakai APD dan menjalankan pekerjaan dengan
prosedur yang tidak sesuai dengan standar keselamatan, hendaknya untuk memberikan
sanksi tegas kepada seiap karyawan yang tidak memakai APD dan tidak menjalankan
prosedur keselamatan dengan baik.
 Sebagai mahasiswa kerja praktek, hendaknya praktikan bisa berhubungan (berkomunikasi)
dengan baik dengan seluruh karyawan galangan.

| 66

Anda mungkin juga menyukai