Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PENUTUP

RIZKY FAJAR ADYS HERMAWAN


04211841000016
4.1 Pertanyaan

A. Jelaskan cara centering benda kerja bubut dengan cekam rahang 4 independent!
Agar benda kerja dapat berada tepat ditengah-tengah cekam, kita membutuhkan sebuah

alat bernama dial indicator. Dengan adanya magnet pada dial indicator maka alat ini dapat
berdiri dan memudahkan kita dalam centering daripada melakukannya dengan kira-kira

tanpa bantuan dial indicator. Pertama, Pasang as hidrolik lalu kencangkan semua rahang
pada cekam namun biarkan tetap longgar jangan terlalu kencang. Lalu, Pasang dial indicator,

pastikan jarum bersentuhan dengan as hidrolik dan pastikan juga jarum Indikatornya telah
bergerak searah jarum jam. Kemudian, putar saklar magnet sehingga dial indikator berdiri
kokoh. Setelah itu, Putar benda kerja dengan memutar cekam dengan tangan. Selajutnya,
Perhatikan jarum indikator. Anggap benda kerja belum center atau lurus. Jika pada rahang 1

jarum indikator berada pada angka 1 dan pada rahang 3 (yang berlawanan dengan rahang 1)
berada pada angka 2 maka ini artinya rahang 1 harus dikendurkan dan rahang 3 harus

dikencangkan. Lalu, Pindah ke rahang 2 dan 4. Jika rahang 2 jarum indikator berada pada
angka 1 dan rahang 4 berada pada angka 2. Lakukan langkah tersebut berulang ulang

sampai jarum indikator benar benar diam pada satu angka ketika benda kerja diputar.

B. Jelaskan cara pembacaan jangka sorong!

Gambar 4.1 Pengukuran Jangka Sorong


Sumber: (https://www.studiobelajar.com/jangka-sorong/)
Perhatikan hasil pengukuran diatas. Cara membaca jangka sorong untuk melihat hasil
pengukurannya hanya dibutuhkan dua langkah pembacaan:

1) Membaca dan menentukan skala utama: pada gambar 4.1, 21 mm (2,1 cm)
merupakan angka tepat di sebelah kiri angka 0 yang ada pada skala nonius.

Sehingga kita dapat skala utama yang terukur adalah 21 mm atau 2,1 cm.
2) Membaca dan skal vernier: Cari dengan teliti garis pada skala nonius yang

berdempetan pada garis pada skala utama sehingga membentuk garis lurus. Pada
gambar diatas, garis lurus yang terbentuk dimiliki oleh angka 3 pada skala nonius.

Jadi, skala nonius yang terukur adalah 0,3 mm atau 0,03 cm.
Setelah melakukan dua langkah diatas, jumlahkan pembacaaan pada skala utama

dengan pembacaan pada skala vernier agar mendapat hasil pengukuran akhir. Sehingga
didapat hasil pengukuran diatas sebesar 21 mm + 0,3 mm = 21,3 mm atau 2,13 cm.

C. Buatlah rancangan gambar teknik sebuah benda kerja bubut dengan poses pembubutan

berupa:
a. Ulir

b. Alur segi 4
c. Tirus

d. Champer 450
Gambar 4.2 Rancangan Gambar Teknik

Sumber: (Dokumentasi Pribadi)


a. Ulir

Gambar 4.1 Ulir segitiga


Sumber: (http://staff.uny.ac.id/ )

1) Menentukan terlebih dahulu dimensi ulir yang akan dibuat, misalnya M 25 x 6,

hal ini berarti major diameternya adalah 25 mm dan kedalaman makan 6 mm

2) Memajukan pahat pada diameter luar


3) Setting ukuran pada eretan atas menjadi 0 mm
4) Geser pahat sehingga berada diluar benda kerja kira-kira sejauh 10 mm
5) Atur handel kisar menurut tabel kisar yang ada di mesin bubut, geser handel

gerakan eretan bawah untuk pembuatan ulir


6) Masukkan pahat dengan kedalaman potong sekitar 0,1 mm

7) Jalankan mesin sampai panjang ulir yang dibuat terdapat goresan pahat,
kemudian hentikan mesin dan tarik pahat keluar

8) Periksa kisar ulir yang dibuat dengan menggunakan kaliber ulir (screw pitch
gage). Apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan. Kalau kisar

belum sesuai periksa posisi handel pilihan kisar pada mesin bubut
9) Gerakkan pahat mundur dengan cara memutar spindel arah kebalikan, hentikan

setelah posisi pahat di depan benda kerja (Gerakan seperti gerakan pahat untuk
membuat poros lurus).

10) Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan memajukan eretan
atas.

11) Langkah dilanjutkan seperti no 7) sampai kedalam ulir maksimal tercapai


12) Pada kedalaman ulir maksimal proses penyayatan perlu dilakukan berulang-

ulang agar beram yang tersisa terpotong semuanya.


13) Setelah selesai proses pembuatan ulir, hasil yang diperoleh dicek ukuranya

(Diameter mayor, kisar, diameter minor, sudut).

b. Alur segi 4
Langkah-langkah membuat alur segi empat

1) Persiapkan benda kerja, mata pahat alur dan dimensi pengerjaannya.


2) Pasang benda kerja pada cekam, pastikan benda berada ditengah-tengah

cekam, lalu tumpu ujung lainnya dengan dead center pada tail shock.
3) Pasang pahat alur segi empat pada rumah pahat. Pastikan pahat benar-benar

tepat dengan posisi sumbu benda kerja


4) Pahat benda sesuai pengukuran yang diinginkan
Beberapa petunjuk penting yang harus diperhatikan ketika melakukan
pembubutan adalah:

1) Kecepatan pemotongan dikurangi 50% dari kecepatan potong bubut rata


2) Gerak makan dikurangi 20% dari gerak makan bubut rata

3) Penyayatan pertama dimulai dari diameter terbesar untuk mencegah


berhentinya pembuangan beram

4) Ujung pahat diatur pada sumbu benda kerja


5) Posisi pahat atau pemegang pahat tepat 90 derajat terhadap sumbu

benda kerja
6) Dipilih batang pahat yang terbesar

7) Cairan pendingin diberikan sebanyak mungkin


8) Panjang pemegang pahat atau pahat yang menonjol ke arah benda kerja

sependek mungkin agar pahat atau benda kerja tidak bergetar

Gambar 4.2 Alur segi empat


Sumber: (http://staff.uny.ac.id/)

c. Tirus
Terdapat empat cara untuk membubut berbentuk tirus, yaitu:

1) Dengan memiringkan eretan atas pada sudut tertentu


Pada metode ini gerakan pahat (pemakanan) dilakukan secara manual yaitu
memutar hendel eretan atas. Kekurangan dari pengerjaan dengan cara ini adalah

memakan waktu cukup lama.

Gambar 4.3 Proses membubut tirus luar dan tirus dalam dengan memiringkan
eretan atas, gerakan penyayatan ditunjukkan oleh anak panah

Sumber: (http://staff.uny.ac.id/ )

2) Dengan alat bantu tirus (taper attachment)


Pembuatan tirus dengan alat ini biasanya untuk meniruskan benda dengan sudut

kecil (dibawah 10 derajat). Karena alat ini bekerja otomatis, maka proses pembubutan
relatif lebih cepat.

Gambar 4.3

Proses membubut tirus dengan bantuan alat bantu tirus (Taper attachment).
Sumber: (http://allgearedlathemachine.blogspot.co.id/)
3) Dengan menggeser kepala lepas (tail stock)

Pengerjaannya sama dengan pembubutan turning namun tail stock tidak sejajar
dengan chucknya. Benda kerja tirus terbentuk karena benda kerja tidak sejajar

dengan pahatnya. Untuk cara ini sebaiknya hanya untuk sudut tirus yang sangat
kecil, karena apabila sudut tirus besar bisa merusak senter jalan yang dipasang pada

kepala lepas.

Gambar 4.4 Proses membubut tirus dengan menggeser kepala lepas

Sumber: (http://staff.uny.ac.id/)

4) Dengan menggunakan alat potong berbentuk miring

Pada metode ini kemiringan alat potong disesuaikan dengan sudut yang
diinginkan.

Perhitungan pergeseran kepala lepas pada pembubutan tirus dijelaskan dengan


gambar 4.5 dan rumus berikut.
Gambar 4.5 Gambar benda kerja tirus dan notasi yang digunakan

Sumber: (http://staff.uny.ac.id/ )

Pergeseran kepala lepas (v) pada Gambar 4.5, di atas dapat dihitung dengan rumus:

D−d
v= xL
2l

Dimana:

D = diameter mayor (terbesar) mm

d = diameter minor (terkecil) mm

l = panjang bagian tirus mm

L = panjang benda kerja seluruhnya mm

d. Champer 450
a) Menggunakan Bentuk pahat

1) Mempersiapkan benda kerja


Jepit benda kerja pada cekam sedekat mungkin dengan bagian benda kerja yang

ingin di buat chamfer agar lebih stabil dalam pengerjaannya


2) Sesuaikan bentuk pahat

Pilih susut champer yang diinginkan dan sesuaikan dengan pahatnya. Untuk
beberapa sudut standart seperti 30, 45 dan 60 derajat biasanya sudah tersedia

dipasaran. Namun untuk sudut diluar itu, pahat harus dibentuk terlebih dahulu.
Untuk sudut sembarang, pahat harus di bentuk lebih dahulu. Setelah itu yang tidak

kalah penting, sesuaikan dengan champer dengan panjang benda kerja.


3) Memasang pahat pada rumah pahat
Pertama setel eretan atas siku. Kedua, setel pahat sejajar dengan senter dan
tonjolan pahat sependek mungkin. Ketiga, kendorkan toolpos. Keempat, setel tepi

penatalan ke sudut yang dibutuhkan. Kelima, gunakan pengukur sudut atau


protector, di ukurkan dari cekam permukan lain yag sesuai. Keenam, kunci tool pos

dan periksa kembali penyetelan


4) Proses membubut champer

b) Membubut champer dengan eretan atas


Dengan cara ini akan didapat ujung yang runcing

1. Menyetel gerakan eretan atas sehingga cukup untuk di gunakan


sepanjang pembubutan champer.

2. Menyetel sudut eretan atas


Menyetel eretan atas sampai setengah sudut cakup tirus benda kerja

3. Memasang pahat pada rumah pahat


Pertama, setel pahat sejajar center. Lalu, tempatkan pahat pada

kedudukan kerja dan dengan menggunakn retan atas.


4. Membubut Champer

5. Memeriksa sudut champer


6. Menempatkan pahat untuk penatalan akhir.

4.2 Kesimpulan
1) Mesin bubut merupakan sebuah mesih yang berfungsi untuk membentuk benda kerja

dengan cara memakan benda kerja tersebut menggunakan pahat dalam keadaan
benda kerja berputar. Benda kerja dipegang oleh cekam pada satu sisi dan ditumpul

oleh dead center disatu sisi lainnya. Cekam ini terdapat pada spindle yang nantinya
akan membuat benda kerja berputar ketika mesin dihidupkan. Lalu pahat akan

memakan benda kerja sejajar dengan sumbunya.


2) Pengoperasian yang bisa dilakukan di mesin bubut antara lain adalah pembubutan

facing, turning, drilling, boring, reaming, taper, chamfer, knurling, forming, alur, dan
ulir. Pada praktikum ini kami melakukan proses turning dan alur.
3) Sebelum membubut kita harus memperhitungkan parameter-parameter yang ada
pada mesin bubut agar dapat membubut dengan efektif dan mendapat hasil yang

sesuai dengan keinginan kita. Parameter-paramater tersebut adalah: cutting time,


feeding speed, depth of cut, cutting time, dan the standart time per piece.

4) Cara Mengoperasikan Mesin Bubut

a. Menyiapkan alat dan bahan kerja

b. Pastikan mesin bubut dalam keadaan baik (tidak rusak) dan sudah terhubung
dengan arus listrik.

c. Mengukur diameter awal benda kerja dengan menggunakan jangka sorong


d. Memasang benda kerja pada cekam (chuck) mesin bubut, periksa sehingga

sumbu benda kerja benar-benar pada posisi center. Sisi lainnya ditumpukan pada
dead center yang ada pada tail stock.

e. Memasang pahat pada rumah pahat dan mengatur ujung pahat agar pas pada
sumbu benda kerja.

f. Mengatur kedalaman potong, satu strip setara dengan 0.02 mm


g. Mengatur kecepatan putaran mesin dan kecepatan pemotongan berdasarkan

jenis pahat dan benda kerja


h. Jika pemasangan benda kerja dan pahat telah dilaksanakan, hidupkan mesin

dengan menekan tombol hijau dan pembubutan mulai berlangsung.


i. Pahat potong ditempelkan pada benda kerja dan posisi skala diatur pada posisi

nol tiap ingin mengerjakan kedalaman baru.


j. Matikan mesin bubut jika telah selesai memakainya dan jangan lupa untuk

mejaga kebersihan mesin bubut.

5) Setelah melakukan praktikum kelompok kami sudah lebih memahami bagimana agar

mesin tidak cepat rusak. Dibutuhkan perawatan serta pengoperasian yang benar serta
seksama agar mesin bubut tetap awet dan tidak mudah rusak. Prosedur perawatan

mesin bubut ini yaitu: 


a. Awasi selalu pengoperasian, jangan sampai beram-beram hasil bubut jatuh ke
meja mesin masuk dan terbawa oleh eretan

b. Sesudah selesai mengoperasikan mesin, kembalikan mesin pada keadaan


semula atau netral 

c. Benar-benar pahami komponen mesin bubut. Jangan memakai komponen


yang kita sendiri tidak tahu fungsinya

d. Selalu membersihkan mesin dari beram-beram hasil pembubutan dan cairan


pendinginan setelah mesin bubut selesai dipakai

e. Gunakan oli pelumasan mesin sesuai dengan spesifikasi mesin dan lakukan
pergantian oli dan pemberian grease secara rutin

f. Letakkan mesin bubut didalam ruangan atau di tempat yang ada atapnyta
sehingga terhindar dari sinar matahari
6) Di industri pada umunya mesin bubut dapat digunakan untuk membuat baut, mur,
penitik besi, dan poros

7) Sebagai mahasiswa teknik system perkapalan kita harus mengerti dengan baik apa
kegunaan mesin bubut di bidang maritime dan industri perkapalan. Beberapa

penerapannya di bidang maritime adalah pada saat pembuatan shaft, stern tube, prop
nut, dan kepala piston pada mesin kapal

8) Setiap mesin bubut mempunyai spesifikasinya senidiri-sendiri. Sesuaikan jenis pahat


dan benda dengan spesifikasi mesin bubut. Misalnya, jika mesin bubut mempunya

kecepatan putaran yang tinggi maka pilih pahat yang mempunyai batasan suu yang
tinggi juga

4.3Saran
1) Dalam proses pekerjaan membubut manual mahasiswa harus memperhatikan posisi

pahat, benda kerja dan juga kecepatan makan agar kinerja mesin dapat bekerja
dengan maksimal

2) Agar benda kerja tidak berkarat dan tidak kasar pada permukaannya, maka benda
kerja harus diamplas hingga permukaan benda kerja halus
3) Ukur kembali dengan menggunakan jangka sorong secara berkala agar tidak terjadi
kesalahan ukuran pada benda kerja

4) Jika pada saat proses pembubutan diameter benda kerja sudah mendekati diameter
yang diinginkan, maka perkecil kedalaman makan sehingga hasil yang didapat tidak

akan terlalu kesar yang nantinya kita akan mengalami kesusahan saat proses
penghalusan. Bahkan karena butuh banyak dikikir, bahkan diameter benda kerja bisa

berubah pada proses pengikiran


5) Tidak membersihkan benda kerja dan pahat secara berkala dapat mengakibatkan

terjadi gesekan-gesekan pada kerja sehingga dapat melukai benda kerja (bopeng dan
cekungan)

Anda mungkin juga menyukai