Anda di halaman 1dari 3

Kajian Kapal Ikan

Kasus Kapal Ikan China Long Xing 629 (2019-2020)


Total terdapat 22 ABK yang diberangkatkan untuk bekerja di Kapal Long Xing 629. Selain dua orang
yang masih dicari, sebanyak 14 kru kapal telah kembali ke Indonesia, empat orang meninggal, dan dua
orang lainnya masih berlayar.

Kronologi
13 Februari 2019 : Ke-22 ABK diterbangka ke Busan, Korea Selatan
15 Februari 2019 : ABK WNI mulai berlayar di Kapal Long Xing 629
15 Maret 2019 : Dua ABK atas nama Edo dan Idris dipindahkan ke Kapal Long Xing 630 karena
Kapal Long Xing 630 membutuhkan penambahan ABK
22 Desember 2019 : Satu ABK bernama Sepri meninggal dunia karena sakit danlangsung dilarung di
laut dari kapal
23 Desember 2019 : 3 ABK lainnya juga sakit dan dipindahkan ke Kapal Long Xing 802
27 Desember 2019 : Salah satu dari ketiga pasien ABK bernama Alfatah meninggal dan jenazahnya
dilarung ke laut
28 Desember 2019 : 2 ABK lain yang sakit dipulangkan ke Tanah Air
8 Maret 2020 : 16 ABK tersisa dipindahkan ke Kapal Tian Yu 8 karena 16 ABK meminta pulang
namun Kapal Long Xing 629 tidak memiliki izin Kembali
2 April 2020 : Satu ABK bernama Ari meninggal saat di perjalanan dan jenazah dilarung
14 April 2020 : 15 ABK yang tersisa tiba di Busan, Korea Selatan dan menjalani karantina di
Busan
26 April 2020 : Satu ABK atas nama Efendi meninggal saat karntina

Fakta Hukum
A. JK dari PT SMG, WG dari PT APJ, dan KMF dari PT LPB ditetapka sebagai tersangka oleh
penyidik POLRI atas modus memberi iming-iming gaji sebesar 4.200 dollar AS untuk 14 bulan
bekerja di kapal berbendera Korea Selatan namun korban yang diberangkatkan PT APJ tidak
menerima gaji sama sekali sementara korban yang diberangkatkan PT SMG hanya menerima
upah 1.350 dollar AS selama 14 bulan bekerja, dan korban yang diberangkatkan PT LPB malah
dipotong dan hanya menerima 650 dollar AS
B. Ketiga tersangka dijerat UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang dan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara serta denda paling banyak
Rp600.000.000,00

Kasus Kapal Ikan China Lu Qing Yuan Yu 623 (2020)


Korban berinisial H meninggal di atas kapal dan dilarung di perairan Somalia

Kronologi
16 Januari : Almarhum berinisial H meninggal dunia
23 Januari : PT MTB mengaku sudah mengirim Surat Keterangan Kematian dan Pemakaman,
Tembusan Kemlu, Kemenaker dan BP2MI
8 Mei : Kemlu menerima informasi dari pengaduan
9 Mei : Indonesia melalui KBRI di Beijing telah mengirim nota diplomatic kepada China untuk
melakukan penyelidikan kasus lebih lanjut
10 Mei : KBRI meminta Konsul Kehormatan RI di Somalia meminta informasi dari pihak
setempat, namun nihil
13 Mei : Kemenhub menyatakan PT MTB tidak terdaftar sebagai perusahaan yang mendapat izin
untuk merekrut dan menempatkan pekerja migran Indonesia luar negeri
14 Mei : Kemenaker menginformasi bahwa PT MTB tidak memiliki izin resmi sebagai
perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia
16 Mei : Kemlu RI mengadakan pertemuan dengan PT MTB Bersama kuasa hukum dan keluarga
korban untuk menindaklanjuti kasus.

Fakta Hukum
A. Berdasar PT MTB hak gaji sudah dibayar, santunan sudah dibayar, asuransi dalam proses
administrasi.
B. 2 Agen PT MTB tersangka kasus eksploitasi dan perbudakan WNI ABK ditetapkan
C. Akta pendirian PT Mandiri Bahari serta Nomor Induk Berusaha ditahan
D. Nota Kesepakatan tentang Pendidikan dan Latihan keterampilan kepelautan PT. Seaman Jaya
Raya dan PT. MTB ditahan

Regulasi Hukum
1. UU No. 39 Tahun 2004
Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
2. Permen KKP No. 42 Tahun 2016
Tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan
3. Permen KKP No. 2 Tahun 2017
Tentng persyaratan dan Mekanisme Sertifikat Hak Asasi Manusia
4. UU No. 45 Tahun 2009, Pasal 35 A
“kapal perikanan yang berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah
Indonesia diwajibkan untuk menggunakan nahkoda atau anak buah kapal yang
berkewarganegaraan Indonesia.3Kapal perikanan berbendera asing yang menangkap ikan di
wilayah Zona Ekonomi Eklusif Indonesiajugawajib mempekerjakan anak buah kapal yang
berkewarganegaraan Indonesia minimal 70 % dari jumlah anak buah kapal.”
5. Permen KKP No. 5 Tahun 2008 Pasal 75
“setiap orang atau badan hukum Indonesia yang akan mempekerjakan tenaga kerja asing di atas
kapal perikanan dan/ atau kapal pengangkut ikan, wajib terlebih dahulu mendapatkan surat
rekomendasi penggunaan tenaga kerja asingdari Direktur Jenderal.”
6. UU No. 18 Tahun 2017
Tentang Hak-hak ABK yang bekerja di Kapal Asing dimana berstatus buruh migran
Hak-hak sebagai berikut :
A. Mendapatkan pekerjaan di luar negeri dan memilih pekerjaan sesuai dengan kompetensinya
B. Memperoleh akses peningkatan kapasitas diri melalui Pendidikan dan pelatihan kerja
C. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, tata cara penempatan, dan kondisi
kerja di luar negeri
D. Memperoleh pelayanan yang professional dan manusiawi serta perlakuan tanpa diskriminasi
pada saat sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja
E. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut
F. Memperoleh upah sesuai dengan standard upah yang berlaku di negara tujuan penempatan
dan/atau kesepakatan kedua negara dan atau Perjanjian Kerja
G. Memperoleh perlindungan dan bantuan hukum atas Tindakan yang dapat merendahkan harkat
dan martabat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia dan di
negara tujuan penempatan
H. Memperoleh penjelasan mengenai hak dan kewajiban sebagaimana tertuang dalam Perjanjian
Kerja
I. Memperoleh akses berkomunikasi
J. Menguasai dokumen perjalanan selama bekerja
K. Berserikat dan berkumpul di negara tujuan penempatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di negara tujuan penempatan
L. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan Pekerja Migran
Indonesia ke daerah asal
M. Memperoleh dokumen dan Perjanjian kerja Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau Pekerja
Migran Indonesia
7. UU No. 17 Tahun 2008 (Pasal 151)
Tentang Kesejahteraan Para Anak Buah Kapal
“Setiap AwakKapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi: gaji, jam kerja dan jam
istirahat,jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke tempat asal, kompensasi
apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami kecelakaan,kesempatan mengembangkan
karier, pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan/minuman, dan pemeliharaan dan
perawatan kesehatan serta pemberian asuransi kecelakaan kerja.”
8. PP No. 7 Tahun 2000 Pasal 21
“seorang anakbuahkapal bekerja selama 8 jam setiap hari dengan 1 hari libur setiap minggu dan
hari libur resmi, waktu istirahat paling sedikit 10 jam dari waktu 24 jam. Anak buah kapal yang
masih berusia 16 sampai 18 tahun tidak diperbolehkan bekerja melebihi 8 jam seharidan waktu
istirahat.”
9. Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007
Tentang Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan merupakan sebuah konvensi yang bertujuan untuk
memberikan kelayakan kerja di atas kapal bagi para anak buah kapal. Konvensi ini mengikat bagi
kapal dengan panjang 24 meter atau lebih; kapal yang berlayar di laut selama lebih dari tujuh
hari; kapal dengan rute melaut berjarak lebih dari 200 mil laut garis pantai; kapal dengan rute
melaut lebih dari garis terluar landas kontinen; dan pekerja yang berada di kapal penangkap
ikan.Dalam konvensi ini juga mengatur tentang kesehatan dan keselamatan anak buah kapal yang
harus dihormati oleh kapten kapal (Pasal 8 ayat 2 b). Karena dalam prakteknya banyak terjadi
kekerasan yang dilakukan oleh kapten kapal.

Anda mungkin juga menyukai