Anda di halaman 1dari 11

INAPORTNET

Pengertian Inaportnet

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 157 Tahun 2015


tentang Penerapan Inaportnet(Indonesian Port Integration) Untuk Pelayanan Kapal
dan Barang di Pelabuhan. “Inaportnet adalah sistem layanan tunggal secara
elektronik berbasis internet/web untuk mengintegrasikan sistem informasi
kepelabuanan yang standar dalam melayani kapal dan barang secara fisik dari
seluruh instansi dan pemangku kepentingan di pelabuhan”.
Pada dasarnya Inaportnet merupakan sistem yang berbasis jaringan
internet/Web Service terkait dalam pelayanan kedatangan maupun keberangkatan
kapal serta kegiatan bongkar muatnya. Sistem yang dibuat agar pengguna jasa
(Perusahaan Pelayaran maupun Perusahaan Bongkar Muat) dalam malakukan
permohonan pelayanan atau yang sering kita dengar di dunia pelayaran clearance
in dan clearance out untuk melakukan kegiatan kedatangan dan keberangkatan
kapal maupun terkait Rencana Kegiatan Bongkar Muat untuk muatan di kapal tidak
harus datang ke instansi pemerintah untuk melakukan clearance, atau dengan kata
lain meminimalisir pengguna jasa bertatap muka dengan petugas pemerintah yang
berwenang.
Tidak semua kapal dapat dilayani dengan sistem online Inaportnet atau dengan kata
lain pelayanan yang digunakan dengan cara manual. Ada pun kapal – kapal yang tidak
dilayani menggunakan sistem Inaportnet sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Nomor: HK.103/3/II/DJPL-15 tentang Tata Cara Pelayanan Kapal dan
Barang Menggunakan Inaportnet di Pelabuhan (Pasal 2, Ayat (2) adalah sebagai berikut :

1. Kapal pelayaran rakyat.

2. Kapal yang berukuran 35 GT kebawah.

3. Kapal yang beroperasi tetap pada daerah pelayaran tertentu dengan waktu pelayaran
kurang dari 6 (enam) jam.

4. Kapal Perikanan.
Pada peraturan tersebut diatas juga (Pasal 17) menerangkan “Dalam hal
terjadi kerusakan/gangguan pada Inaportnet sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, penggunaan melalui system elektronik untuk sementara
waktu diganti dengan cara manual dan Sistem Level Agreement (SLA) tidak berlaku
sampai dengan Inaportnet dapat berfungsi kembali”. Sebelum lanjut kita
membahas tata cara pelayanan Inaportnet terlebih dahulu, untuk bisa
menggunakan layanan tersebut pengguna layanan harus memiliki hak akses
langsung ke system Inaportnet, untuk dapat mendapatkan pelayanan, pengguna
layanan harus mengajukan permohonan akses pengguna melalui system
inaportnet.
Inaportnet pada dasarnya sebagai sistem untuk melayani

kedatangan/keberangkatan (clearance in/out) kapal maupun untuk rencana

kegiatan bongkar muatnya. Sehingga yang dapat mengakses sistem ini

hanya yang memiliki kepentingan di pelabuhan yaitu :

1. Otoritas Pelabuhan

2. Kesyahbandaran

3. Badan Usaha Pelabuhan (BUP Pelindo I - IV)

4. Perusahaan Pelayaran/Agent

5. Perusahaan Bongkar muat (PBM)

6. Jasa Pengurusan Transportasi (JPT)


Karakteristik
1. Berbasis web Selalu dapat diakses dimana saja dan kapan saja

2. Mudah digunakan

3. Aman pertukaran data dan informasi terjamin kerahasiaannya

4. Cerdas (Intelligent) sistem dapat menyesuaikan dengan kondisi pengguna.

5. Netral tidak memihak, sistem hanya memberikan akses sesuai dengan tingkat
kepentingan pengguna.

6. Otomasi Bisnis Proses existing sistem hanya mengotomasi / streamline bisnis


proses yang ada (sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku)

7. Layanan terintegrasi.
Manfaat
Dengan ciri tersebut maka Inaportnet akan memberikan manfaat bagi
komunitas logistik, antara lain sebagai berikut :

1. Single submission.

2. Layanan online, Hemat waktu dan biaya

3. Percepatan proses secara keseluruhan

4. Kemampuan tracing dan tracking.

5. Minimisasi kesalahan pemasukan data dan dokumen

6. Menerima integrasi data secara elektronis

7. Dapat melakukan monitoring atas proses.

8. Meningkatkan daya saing pelaku industri


Penerapan Inaportnet di Pelabuhan Ciwandan dan Cigading
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut terus
mendorong terwujudnya digitalisasi pelabuhan termasuk di Banten, Penggunaan aplikasi
Inaportnet pada Pelabuhan Banten telah diterapkan sejak tahun 2017.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Dirlala), Capt Mugen Sartoto mengungkapkan
implementasi Inaportnet tahap awal dimulai dari Pelabuhan Ciwandan dan Cigading. Kedua
pelabuhan tersebut digawangi oleh dua badan usaha pelabuhan yakni Pelindo dan Krakatau
Bandar Samudera.
“Dan pada tahun 2022 pelabuhan Banten berkomitmen untuk melakukan kegiatan
oprasionalnya full sistem menggunakan Inaportnet,” ujar Dirlala.
Seiring berjalannya waktu, implementasi tahap awal ini sudah mulai merambah pelabuhan
lain yakni pengusulan Pelabuhan Merak dan Bojonegoro. Dan akan segera disusul dengan
Terminal Khusus (Tersus) dan Terminal Kepentingan sendiri (TUKS) di wilayah Banten
yang telah mempersiapkan infrastruktur dan kelengkapan pendukung operasionalnya.
Sebelumnya, KSOP Kelas I Banten telah melakukan digitalisasi Pelabuhan Banten
melalui aplikasi KSOP Online. Aplikasi ini mengakomodir kapal-kapal Pelayaran
Rakyat serta kapal di bawah 35 GT. Hal ini dilakukan karena digitalisasi dinilai
dapat meningkatkan transparansi dalam pelayanan.
“Sehingga tidak terjadi praktik pungutan liar kalau semuanya serba digital. Aplikasi
kSOP Online ini mengcover yang belum ada di Inaportnet. Karena sebelumnya,
kapal Pelayaran Rakyat dan kapal di bawah 35GT memang tidak terakomodir di
Inaportnet, begitu juga pergerakan kapal penyeberangan SPB dan SPOG ditarik
PNBP itu bukan per kegiatan tapi 30 hari sekali, dikenakan labuh tambatnya,” ujar
Dirlala.
Namun, Dirlala menegaskan saat ini sudah disepakati aplikasi yang digunakan di
Pelabuhan Banten hanya Inaportnet, dan kebijakan free zonasi (untuk BUP
Pemanduan).
“Operator Kapal dibebaskan memilih BUP pemanduan tidak dibagi-bagi zonasinya
sehingga nanti diharapkan data hanya dari satu pintu, Inaaportnet,” ujar Dirlala.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai