Anda di halaman 1dari 143

LAPORAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN INSTALASI POMPA SISTEM PEMADAM


KEBAKARAN PADA KMP. PERINTIS 500 DWT

Anang Wahyu Mahardika


NRP. 6311030005

Dosen Pembimbing:
Sudiyono, ST, MT.
NIP. 196910041997021001

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2014

i
LAPORAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN INSTALASI POMPA SISTEM PEMADAM


KEBAKARAN PADA KMP. PERINTIS 500 DWT

Anang Wahyu Mahardika


NRP. 6311030005

Dosen Pembimbing
Sudiyono, ST, MT
NIP. 196910041997021001

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2014
FINAL PROJECT

INSTALLATION PLANNING ON FIRE PUMP SYSTEM IN


PASSENGER SHIP PERINTIS 500 DWT

Anang Wahyu Mahardika


NRP. 6311030005

Counsellor Lecturer
Sudiyono, ST, MT
NIP. 196910041997021001

MARINE ENGINEERING STUDY PROGRAM


DEPARTMENT OF MARINE ENGINEERING
SURABAYA SHIP BUILDING STATE OF POLYTECHNIC
2014
ABSTAK
PERENCANAAN INSTALASI POMPA SISTEM PEMADAM
KEBAKARAN PADA KMP PERINTIS 500 DWT

Nama Mahasiswa : Anang Wahyu Mahardika


NRP : 6311030005
Jurusan : Teknik Permesinan Kapal, PPNS
Dosen Pembimbing : Sudiyono, ST, MT.

ABSTRAK
KMP PERINTIS 500 DWT merupakan kapal penumpang seperti halnya kapal
lain. Kapal ini juga dipasang instalasi pompa sistem pemadam untuk kenyamanan
ABK dan para penumpang. Agar instalasi pompa sistem pemadam ini terinstal
dengan baik maka digunakan aturan – aturan menurut Standart Nasional Indonesi
(SNI) dan National Fire Protection Association (NFPA). Selain itu perhitungan
kapasitas pompa untuk memenuhi atau mensuplai kebutuhan sistem harus sesuai
dengan standart yang berlaku. Pada tugas akhir ini standart yang digunakan untuk
perhitungan kapasitas pompa adalah menurut standart BKI volume III.
Untuk menunjang sistem ini dapat berfungsi dengan baik, maka pada tugas
akhir ini dilakukan perhitungan kapasitas pompa dan juga perancangan instalasi
pompa sistem pemadam kebakaran pada KMP PERINTIS 500 DWT. Dalam
perhitungan dan perancangan tersebut nantinya dapat diketahui pula berapa panjang
pipa yang di gunakan untuk instalasi pompa sistem pemadam kebakaran ini.
Berdasarkan perhitungan daya pompa yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan sistem pemadam kebakaran pada KMP Perintis 500 DWT ini adalah
14,85 kW, head pompa 97,44 meter. Sedangkan pada software head pompa diketahui
99,194 meter. Jenis pompa yang digunakan adalah merk CALPEDA jenis pompa
sentrifugal. Kemudian panjang instalasi pipa pemadam kebakaran sebesar 465 meter
untuk pipa cabang dan 101 meter untuk pipa utama.

Kata kunci : Jenis Pompa, Perencanaan daya pompa, Jalur instalasi sistem, Standart
SNI, NFPA, dan BKI.

v
ABSTACK
INSTALLATION PLANNING ON FIRE PUMP SYSTEM IN PASSENGER
SHIP PERINTIS 500 DWT

Name : Anang Wahyu Mahardika


NRP : 6311030005
Department : Marine Engineering, PPNS
Counsellor Lecturer : Sudiyono, ST, MT

ABSTRACT
Perintis 500 DWT passenger ship is a passenger ship as well as the other
boats. The ship was also fitted to the pump system installation Department for the
convenience of the passengers and crew on board. In order for the installation
of fire pump system is installed properly and used the rules – the rules according
to Standard National Indonesia (SNI) and the National Fire Protection Association
(NFPA). In addition to the calculation of the capacity of the pump to meet or
supplying the needs of the system must comply with the applicable sandartd. In this
final task is the standard used for the calculation of the capacity of the
pump is according to standard BKI volume III.
To support this system can function properly, it is in this final task performed
the calculation capacity of the pump and also the design of fire pump system
installation on passenger ship Perintis 500 DWT. In the calculation of the design
and later can be known how long the pipe used for the installation of fire
fighting system pumps it.
Based on the calculation of the pump power required to meet the needs of fire
fithing system on passenger ship Perintis 500 DWT is 14,85 kW and head pump is
97,44 meters. And than the result head pump from software is 99,194 meters. Types
of pumps used are brands of CALPEDA centrifugal pump type. Then the length
of the pipe installation Fire Department of 465 meters for pipeline branch and
101 metres to the main pipeline.

Keyword: the type of pump, pump power planning track system installation, SNI
standartd, NFPA (National Fire Protection Association), and BKI.

vi
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur hanya kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang berjudul : “PERENCANAAN INSTALASI POMPA SISTEM
PEMADAM KEBAKARAN PADA KMP. PERINTIS 500 DWT”.
Tugas Akhir ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih
kelulusan sebagai Ahli Madya pada program studi Tekni Permesinan Kapal di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang tak terhingga atas segala sesuatu yang diberikan kepada penulis khususnya
kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan
baik moral ataupun materiil selama penulis studi di PPNS, serta doa yang selalu
tercurahkan atas terselesainya Tugas Akhir ini.
2. Ir. M. Mahfud, MMT. selaku Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Subagio So’im ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Permesinan Kapal di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Sudiyono ST, MT,. selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan, kritik dan saran selama pengerjaan Tugas Akhir.
5. Budi Prasojo, ST, MT selaku dosen koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik
Permesinan Kapal.
6. Subagio So’im ST, MT, selaku dosen wali dikelas VI A Jurusan Teknik
Permesinan Kapal
7. Bapak dan Ibu dosen penganjar pada Program Studi Teknik Permesinan Kapal
yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan kepada penulis selama
menempuh pendidikan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
8. PT. F1 PERKASA Banyuwangi yang telah meberikan kesempatan untuk
melaksanakan on the job training (OJT) sekaligus pengerjaan Tugas Akhir.
9. Teman – teman kontrakan 27 yang membantu penulis dalam penyegaran otak,
dan teman - teman seperjuangan Program Studi Teknik Permesinan Kapal
angkatan 2011.

vii
10. Semua pihak yang terkait dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat mengharap segala bentuk saran dan kritik yang membangun guna
penyempurnaan Ttugas Akhir ini. Sebagai akhir penulis berharap agar tugas akhir ini
dapat bermanfaat dan menjadi kajian bagi banyak pihak.

Surabaya, 12 Mei 2014

Penulis

viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
BUKTI PERNATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................ iiiv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ................................................................................ 2
1.5 Kegunaan ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
2.1 Sistem Perpipaan................................................................................ 4
2.1.1 Bahan Pipa ............................................................................. 5
2.1.2 Ketentuan yang Harus Dipenuhi Bahan Pipa ......................... 5
2.1.3 Perhitungan Diameter Dalam Pipa ......................................... 6
2.2 Pengenalan Pompa ............................................................................. 6
2.2.1 Pengertian Pompa .................................................................. 6
2.2.2 Dasar Pemilihan Pompa ......................................................... 7
2.2.3 Pengertian Pompa Sentrifugal ................................................ 8
2.2.4 Klasifikasi Pompa Sentrifugal ............................................... 9
2.2.5 Pompa Pemadam .................................................................. 10
2.2.6 Pengertian Head Pompa ....................................................... 10
2.3 Jenis Aliran ...................................................................................... 15
2.3.1 Aliran Turbulen .................................................................... 15
2.3.2 Aliran Laminer ..................................................................... 16

ix
2.4 Sistem Pemadam Kebakaran ........................................................... 16
2.4.1 Bahan yang Mudah Terbakar ............................................... 16
2.4.2 Sumber Panas yang Dapat Menimbulkan Api ..................... 17
2.4.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran ......................................... 18
2.4.4 Proses Terjadinya Kebakaran............................................... 18
2.4.5 Klasifikasi Kebakaran .......................................................... 19
2.4.6 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ..................................... 20
2.5 Sprinkler........................................................................................... 26
2.5.1 Klasifikasi sprinkler ............................................................. 26
2.5.2 Ketentuan Pemasangan Sprinkler ........................................ 27
2.5.3 Jumlah Deretan Kepala Sprinkler ........................................ 28
2.5.4 Susunan Cabang Sprinkler ................................................... 29
2.5.5 Jenis Sprinkler ...................................................................... 30
2.6 Detector ............................................................................................ 31
2.6.1 Macam Detector ................................................................... 32
2.6.2 Ketentuan Pemasangan Detector ......................................... 32
2.7 Alarm ............................................................................................... 32
2.7.1 Jenis Alarm .......................................................................... 33
BAB III MOTODE PENELITIAN ...................................................................... 35
3.1 Metode Penelitian ............................................................................ 35
3.2 Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir ..................................................... 35
3.3 Tempat Tugas Akhir ........................................................................ 35
3.4 Diagram Alir .................................................................................... 36
3.5 Tahapan Tugas Akhir....................................................................... 37
3.6 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir .......................................................... 39
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................... 40
4.1 Cara kerja sistem pemadam kebakaran ............................................ 40
4.2 Spesifikasi Teknis ............................................................................ 41
4.2.1 Spesifikasi Umum KMP Perintis 500 DWT ........................ 41
4.2.2 Jenis-jenis Ruangan.............................................................. 41
4.2.3 Gambar Rencana Umum Kapal ........................................... 42
4.3 Pengolahan Data .............................................................................. 42

x
4.3.1 Diagram blok sistem pemadam kebakaran .......................... 42
4.3.2 Gambar PID instalasi sistem pemadam ............................... 45
4.3.3 Gambar isometri instalasi sistem pemadam ......................... 46
4.4 Detail Perhitungan ........................................................................... 49
4.4.1 Perencanaan Sprinkler.......................................................... 49
4.4.2 Perencanaan Pompa ............................................................. 52
4.4.3 Perhitungan panjang total pipa instalasi............................... 61
4.4.4 Estimasi Biaya Instalasi ....................................................... 63
4.5 Perancangan Instalasi Pompa Sistem Pemadam Kebakaran ............ 64
BAB V PENUTUP............................................................................................... 66
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 66
5.2 Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xiv
LAMPIRAN .......................................................................................................... xv
LAMPIRAN I - IDENTITAS PENULIS
LAMPIRAN II - RENCANA UMUM KAPAL
LAMPIRAN III - SPESIFIKASI SPRINKLER
LAMPIRAN IV - NOMINAL PIPE SIZE
LAMPIRAN V - SPESIFIKASI POMPA
LAMPIRAN VI - CARA INPUT SOFTWARE
LAMPIRAN VII - HASIL RUNNING SOFTWARE
LAMPIRAN VIII - BUKTI LEMBAR ASISTENSI
LAMPIRAN IX - BUKTI LEMBAR REKOMENDASI
LAMPIRAN X - BUKTI LEMBAR REVISI
LAMPIRAN XI - JURNAL TUGAS AKHIR

xi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pompa sentrifugal ................................................................................... 9


Gambar 2. 2 Teori segitiga api................................................................................... 18
Gambar 2. 3 Diagram fenomena kebakaran .............................................................. 18
Gambar 2. 4 Jari-jari jangkauan sprinkler ................................................................. 28
Gambar 2. 5 jarak antar kepala sprinkler ................................................................... 29
Gambar 2. 6 Susunan cabang sprinkler ..................................................................... 29

Gambar 3. 1 Diagram alir pelaksanaan tugas akhir ................................................... 36

Gambar 4. 1 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada lower main deck dengan
menggunakan media sprinkler ................................................................................... 43
Gambar 4. 2 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada ruangan-ruangan yang
terdapat di main deck ................................................................................................. 43
Gambar 4. 3 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada ruangan-ruangan yang
terdapat di poop deck ................................................................................................. 43
Gambar 4. 4 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada ruangan-ruangan yang
terdapat di navigation deck ........................................................................................ 43
Gambar 4. 5 Diagram blok sistem pemadam kebakaran dari sisi starboard view..... 44
Gambar 4. 6 PID sistem pemadam kebakaran ........................................................... 45
Gambar 4. 7 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada navigation deck ... 46
Gambar 4. 8 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada poop deck ............ 46
Gambar 4. 9 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada main deck ............ 47
Gambar 4. 10 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada lower main deck 47
Gambar 4. 11 Isometri instalasi pompa sistem pemadam kebakaran secara
keseluruhan ................................................................................................................ 48
Gambar 4. 12 Grafik pemilihan pompa ..................................................................... 61
Gambar 4. 13 Menginput data dimensi valve pada software Pipe Flow Expert ........ 64
Gambar 4. 14 Menginput data dimensi pipe pada software Pipe Flow Expert ......... 64

xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Koefisien kekerasan pipa untuk Hazen - Williams................................... 13


Tabel 2. 2 Nilai koefisien kerugian gesek untuk kelengkapan instalasi perpipaan ... 14
Tabel 2. 3 Tingkat Suhu pada Sambungan Lebur ...................................................... 27
Tabel 2. 4 Tingkat Suhu pada Warna Cairan di Tabung ........................................... 27

Tabel 3. 1 Jadwal kegiatan tugas akhir ...................................................................... 39

Tabel 4. 1 Spesifikasi umum KMP Perintis 500 DWT.............................................. 41


Tabel 4. 2 Jenis-jenis ruangan yang dipasang instalasi pompa sistem pemadam
kebakaran otomatis (sprinkler) .................................................................................. 41
Tabel 4. 3 Hasil perhitungan jumlah sprinkler pada ruangan-ruangan yang terdapat di
poop deck ................................................................................................................... 51
Tabel 4. 4 Hasil perhitungan jumlah sprinkler pada ruangan-ruangan yang terdapat di
navigation deck .......................................................................................................... 51
Tabel 4. 5 Ukuran pipa bilga ..................................................................................... 53
Tabel 4. 6 Ukuran pipa fire ........................................................................................ 54
Tabel 4. 7 Kompilasi koefisien dan harga dari jenis aksesoris pada pipa suction ..... 55
Tabel 4. 8 Kompilasi koefisien dan harga dari jenis aksesoris pada pipa discharge . 57
Tabel 4. 9 Jenis pompa untuk system pemadam ........................................................ 61
Tabel 4. 10 Perhitungan panjang pipa instalasi pompa sistem pemadam kebakaran
pada kapal. ................................................................................................................. 62
Tabel 4. 11 Estimasi biaya instalasi pipa dari sistem pemadam kebakaran .............. 63

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kapal laut merupakan sarana dalam bidang perhubungan dan
perekonomian di Indonesia seperti halnya kapal penumpang. Kapal penumpang
merupakan kapal yang dirancang untuk mengangkut manusia. Peristiwa
kebakaran adalah suatu peristiwa yang tidak di inginkan dan memiliki banyak
kerugian. Kebakaran tidak melihat tempat, waktu, dan korban. Untuk itu pada
suatu kapal yang akan dibangun diperlukan sistem pemadam kebakaran. Sistem
pemadam kebakaran merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi
bayaha kebakaran yang terjadi pada suatu kapal.
Pada KMP PERINTIS 500 DWT yang sedang dibuat di galangan PT. F1
PERKASA Banyuwangi ini, keberadaan sistem pemadam kebakaran sangatlah
penting. Dengan adanya sistem pemadam kebakaran yang terinstal dengan
baik, maka dapat membuat para ABK dan penumpang tidak perlu kawatir akan
trerjadinya bahaya kebakaran yang akan terjadi pada kapal ini.
KMP PERINTIS 500 DWT ini mempunyai banyak ruangan–ruangan
yang digunakan untuk ABK dan penumpang. Untuk menanggulangi kebakaran
yang terjadi harus mempunyai instalasi pompa sistem pemadam dengan baik
dan sesuai dengan standar yang berlaku. Selain itu harus dipasang pemadam
otomatis pada tiap–tiap ruangan dengan media sprinkler. Perencanaan instalasi
pompa sistem pemadam kebakaran ini harus mengikuti aturan–aturan yang
berlaku, misalnya Standart Nasional Indonesia (SNI) dan National Fire
Protection Association (NFPA). Dan juga digunakannya aturan BKI Volume
III Section 12.
Pada KMP PERINTIS 500 DWT ini, aturan yang dipakai adalah Standart
Nasional Indonesia (SNI) dan National Fire Protection Association (NFPA 14)
untuk sistem pemadam kebakaran. Sedangkan untuk perencanaan kapasitas
pompa digunakan aturan munurut BKI volume III rules Fire Protection and
Fire Extinguishing Equipment. Pada tugas akhir ini akan dirancang sistem
pemadam kebakaran pada bagian ruangan – ruangan yang ada di kapal. Pada

1
tugas akhir ini akan diketahui berapa kapasitas pompa yang layak di gunakan
untuk memenuhi sistem pemadam kebaran, dan juga akan di ketahui instalasi
pipa pemadam kebakaran dikapal. Diharapkan KMP PERINTIS 500 DWT ini
memiliki sistem pemadam yang baik.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana cara menentukan jumlah sprinkler yang di pakai dalam sistem
pemadam kebakaran pada KMP PERINTIS 500 DWT ?
2. Bagaimana cara menentukan kapasitas pompa yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sistem pemadam pada KMP PERINTIS 500 DWT ?
3. Bagaimana cara menentukan panjang total pipa yang digunakan untuk
instalasi sistem pemadam pada KMP PERINTIS 500 DWT ?
4. Bagaimana cara menghitung biaya estimasi harga material dari instalasi
sistem pemadam pada KMP PERINTIS 500 DWT ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui berapa jumlah sprinkler yang digunakan pada instalasi
pompa sistem pemadam kebakaran pada KMP PERINTIS 500 DWT.
2. Untuk mengetahui kapasitas pompa yang digunakan pada KMP PERINTIS
500 DWT.
3. Untuk mengetahui panjang total pipa instalasi pompa sistem pemadam
kebakaran pada KMP PERINTIS 500 DWT.
4. Untuk mengetahui biaya estimasi harga material dari instalasi pompa
sistem pemadam kebakaran pada KMP PERINTIS 500 DWT.

1.4 Batasan Masalah


1. Perancangan instalasi pompa sistem pemadam kebakaran dilakukan di
KMP PERINTIS 500 DWT.
2. Perhitungan kapasitas pompa untuk KMP PERINTIS 500 DWT pada tugas
akhir ini terbatas hanya pada sistem pemadam kebakaran.
3. Perencanaan instalasi sistem pemadam pada tugas akhir ini menggunakan
software AUTO CAD dan Pipe Flow Expert.

2
4. Pada tugas akhir ini pemadam kebakaran yang digunakan adalah jenis
pemadaman api menggunakan air laut.
5. Tidak membahas mengenai spesifikasi sistem instalasi listrik yang
berhubungan dengan sistem yang dibahas pada tugas akhir ini.
6. Tugas akhir ini tidak membahas sistem perpipaan secara mendalam seperti
pengelasan dan penyambungan pipa.
7. Tidak meliputi kamar mesin.

1.5 Kegunaan
Dengan adanya perencanaan instalasi sistem pemadam pada KMP
PERINTIS 500 DWT ini diharapkan kapal ini memiliki instalasi sistem
pemadam yang baik sesuai dengan aturan Standart Nasional Indonesia (SNI)
dan National Fire Protection Association (NFPA) untuk sistem pemadam
kebakaran. Kemudian juga mengacu pada standar BKI vol III rules Fire
Protection and Fire Extinguishing Equipment untuk perhitungan pompa
pemadamnya. Serta dapat menjadi koreksi terhadap perencanaan instalasi
sistem pompa pemadam pada galangan PT. F1 PERKASA Banyuwangi. Selain
itu penulisan tugas akhir ini juga sebagai syarat kelulusan bagi penulis dalam
menempuh study di Jurusan Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Perpipaan


Suatu sistem perpipaan dapat terdiri atas beberapa bantuk benda yang
berbeda, yang dirangkai, membentuk suatu kesatuan kerja tertutup. Untuk
menggabungkan bagian satu dengan bagian yang lainnya, dipergunakan
perangkat sistem yang bentuk maupun fungsinya berbeda.
Tergantung dari fungsinya, pada sistem perpipaan dapat dipasangkan beberapa
bentuk benda antara lain:
 Pipa  Pemisah air
 System penggabung  Pengatur uap
 Katup  Penyembur air
 Remote control  Penyemprot air
 Pompa  Tangki
 Saringan katup  Alat – alat hidrolik
Untuk dapat merancang suatu sistem instalasi perpipaan, perlu diketahui
hal-hal yang menyangkut jenis, tekanan maupun temperature fluida yang akan
dialirkan. Dengan demikian system instalasiperpipaan dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu:
1. Kelompok 1
a. Uap air dan udara Bertekanan > 150 psi, temperature 370o F
b. Air Bertekanan > 150 psi, temperature 200o F
c. Minyak Bertekanan > 150 psi, temperature 150o F
d. Gas Untuk semua tekanan dan temperature
e. Cairan beracun Untuk semua tekanan dan temperature
2. Kelompok 2
a. Sema bentuk system perpipaan yang dirancang selain untuk di
gunakan dibawah kondisi yang tersebut pada kelompok 1.

4
Dengan adanya ketentuan yang cukup ketat tersebut, perlu diberikan pipa
yang dapat memenuhi semua ketentuan tersebut. Oleh karena itu perlu
diketahui karakteristik pipa yang akan dipasang.
2.1.1 Bahan Pipa
Dalam perancangan system instalasi perpipaan, bahan pipa perlu
dijadikan prioritas utama untuk dikemukakan. Hal ini akan dikaitkan dengan
kekuatan, kelenturan maupun keawetan system tersebut saat terpasang
ditempatnya.demikian pula perlu dirancang posisi pipa-pipa, agar mudah dalam
pemasangan, perawatan maupun pereparasian.
Bahan pipa yang dapat dipakai untuk sistem instalasi perpipaan dikapal
pada umumnya harus memenuhi syarat untuk penggunaannya. Nama pipa
tersebut sesuai dengan bahan pembuatannya, antara lain:
 Pipa baja  Pipa karet
 Pipa tembaga  Pipa fiberglas
 Pipa kuningan
2.1.2 Ketentuan yang Harus Dipenuhi Bahan Pipa
Semua pipa yang dipergunakan dalam kapal, di buat dari bahan-bahan
tertentu yang mempunyai syarat penggunaan dikapal. Persyaratan tersebut
perlu diberikan karena pada pemakaiannya diatas kapal yang pada umumnya
selalu bergetar dan berada dilaut yang bersifat korosif.
1. Semua pipa yang digunakan untuk menyalurkan bahan bakar atau fluida
yang lain yang melewati tangki yang berisi bahan bakar, diharuskan
terbuat dari baja tempa atau besi tempa.
2. Pipa yang terbuat dari timah hitam yang diperkuat, sehingga cukup kuat
terhadap kerusakan mekanis, dapat digunakan untuk seluruh suplai air laut
maupu untuk saluran sistem bilga. Pipa seperti ini tidak boleh dipasang di
dalam ruangan yang bersuhu panas atau sering dikenai api. Karena bila ada
sebagian pipa yang rusak, dapat menyebabkan kerusakan sistem instalasi
perpipaan secara keseluruhan.
3. Seamless drawn steel pipe ataupun pipa logam kuningan, dapat digunakan
untuk mengalirkan fluida jenis apapun untuk semua tujuan, bila di tempat
tersebut tidak ditentukan harus menggunakan bahan pipa tertentu.

5
Demikian pula bila temperature kerja pipa tersebut tidak lebih dari 406o F,
tetapi tidak diperbolehkan dipakai pada super heater steam yang memakai
pemanasan lanjut.
2.1.3 Perhitungan Diameter Dalam Pipa
Pengaliran fluida di dalam suatu pipa akan tergantung dari beberapa
factor, antara lain tekanan fluida yang dihasilkan pompa, ataupun reservoir.
Agar pipa tidak mengalami kerusakan atau pecah, maka kekuatan pipa perlu
diperhitungkan. Kekuatan pipa akan sangat tergantung menyangkut masalah
bahan, tebal pelat, kontruksi dan diameter. Perhitungan diameter dalam pipa
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang diberikan oleh biro
klasifikasi Indonesia voume III (BKI. Vol III), sebagai berikut:
1) Perhitungan Diameter Dalam Pipa Bilga
Pehitungan diameter dalam pipa bilga mengacu pada BKI vol III.
Section 11, N. Bahwa perhitungan tersebut dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
( (( ( .......................................... (2. 1)

Keteranga: Dh = diameter dalam pipa utama bilga (mm)


B = lebar kapal (m)
H = tinggi kapal (m)
L = Lpp kapal (m)
2) Perhitungan Diameter Dalam Pipa Pemadam
Pehitungan diameter dalam pipa pemadam mengacu pada BKI vol
III. Section 12, E 2.3 (fire main design). Bahwa perhitungan tersebut dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
....................................................................................... (2. 2)

Keteranga: Df = diameter dalam pipa pemadam (mm)


Dh = diameter dalam pipa bilga (mm)

2.2 Pengenalan Pompa


2.2.1 Pengertian Pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu
cairan dari satu tempat ke tempat yang lain denga cara menaikkan tekanan

6
cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi
hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat
berupa:
1) Perbedaan tekanan
2) Perbedaan ketinggian
3) Hambatan akibat gesekan
Klasifikasi pompa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu:
1) Pompa kerja positif (positive displasment pump)
2) Pompa kerja dinamis (non positive displasment pump)
Salah satu jenis pompa kerja dinamis adalah pompa sentrifugal yang
prinsip kerjanya mengubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi
potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing. Pada
instalasi pengolahan air (IPA) sebagian bersar pompa yang digunakan adalah
pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal adalah sebuah gaya yang timbul
akibat adanya gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung
(melingkar). Pompa ini sering digunakan karena mempunyai bentuk yang
sederhana, dan harganya relativ murah.
2.2.2 Dasar Pemilihan Pompa
Dasar pertimbangan pemilihan pompa, didasarkan pada sistem
ekonomisnya, yakni keuntungan dan kerugian jika pompa tersebut digunakan
dan dapat memenuhi kebutuhan pemindahan fluida sesuai denga kondisi yang
direncanakan. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pompa adalah
fungsi terhadap instalasi pemipaan, kapasitasp pompa, head, viskositas,
temperature kerja, dan jenis motor penggerak. Kondisi yang digunakan dalam
perancanga ini adalah sebagai berikut:
1. Kapasitas dan head pompa harus mampu dipenuhi,
2. Fluida yang mengalir secara kontinu,
3. Pompa yang dipasang pada kedudukan tetap,
4. Kontruksi sederhana,
5. Mempunyai efisiensi yang tinggi,
6. Harga awal relativ murah beserta perawatannya.

7
Melihan dan mempertimbangkan kondisi yang diinginkan dalam
perencanaan ini, maka dengan mempertimbangkan sifat pompa dan cara
kerjanya, dipilih pompa sentrifugal dalam perencanaan ini. Karena dengan sifat
pompa sentrifugal yaitu:
1. Aliran fluidanya lebih merata,
2. Putaran poros dapat lebih tinggi,
3. Rugi-rugi transmisinya lebih kecil karena dapat dikopel langsung dengan
motor,
4. Kontruksinya lebih aman dan kecil,
5. Perawatannya murah,
2.2.3 Pengertian Pompa Sentrifugal
Pompa adalah mesin atau peralatan mekanis yang digunakan untuk
menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan
cairan dari daerah bertekanan rendah kedaerah yang bertekanan tinggi dan
juga sebagai penguat laju aliran pada suatu sistem jaringan perpipaan. Hal ini
dicapai dengan membuat suatu tekanan yang rendah pada sisi masuk atau
suction dan tekanan yang tinggi pada sisi keluar atau discharge dari pompa.
Pada prinsipnya, pompa mengubah energi mekanik motor menjadi
energi aliran fluida. Energi yang diterima oleh fluida akan digunakan untuk
menaikkan tekanan dan mengatasi tahanan–tahanan yang terdapat pada
saluran yang dilalui.
Pompa juga dapat digunakan pada proses- proses yang membutuhkan
tekanan hidraulik yang besar. Hal ini bisa dijumpai antara lain pada
peralatan-peralatan berat. Dalam operasi, mesin-mesin peralatan berat
membutuhkan tekanan discharge yang besar dan tekanan isap yang
rendah. Akibat tekanan yang rendah pada sisi isap pompa maka fluida
akan naik dari kedalaman tertentu, sedangkan akibat tekanan yang tinggi pada
sisi discharge akan memaksa fluida untuk naik sampai pada ketinggian yang
diinginkan.

8
Gambar 2.1. Pompa sentrifugal
2.2.4 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara
lain:
1. Bentuk arah aliran yang terjadi di impeller. Arah aliran fluida dalam
impeller dapat berupa axial flow (aliran axial), mixed flow (campuran
aliran), atau radial flow (aliran radial).
2. Bentuk kontruksi dari impeller: impeller yang digunakan dalam pompa
sentrifugal dapat berupa open impeller, semi – open impeller, atau close
impeller.
3. Banyaknya jumlah suction inlet. Beberapa pompa sentrifugal memiliki
suction inlet lebih dari dua buah. Pompa yang memiliki satu suction
inlet disebut single – suction pump sedangkan untuk pompa yang
memiliki dua suction inlet disebut double – suction pump.
4. Banyaknya impeller, Pompa sentrifugal khusus memiliki beberapa
impeller bersusun. Pompa yang memiliki satu impeller disebut single –
stage pump sedangkan pompa yang memiliki lebih dari satu impeller
disebut multi – stage pump.

9
2.2.5 Pompa Pemadam
2.2.5.1 Kapasitas Pompa Pemadam
Perhitungan kapasitas pompa pemadam dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus dari BKI vol. III sec. 12. E. tabel 12.2. Yaitu kapal
dibawah 500 GTR dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
.......................................................................... (2. 3)

Keteranga: Dh = diameter dalam pipa utama bilga (mm)


Q = kapasitas pompa pemadam (m3/s)
2.2.5.2 Daya Pompa Pemadam
Daya pompa ini di hitung untuk menentukan jenis pompa apa yang
dipakai. Perhitungan kapasitas pompa pemadam dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
......................................................................... (2. 4)
Maka daya pompa adalah sebagai berikut:
.............................................................................. (2. 5)
Keteranga: ρ = massa jenis air laut (1,025 kg/m3)
Q = kapasitas pompa pemadam (m3/s)
Hpump = head total pompa (m)
g = grafitasi (9.8 m2/s)
Pw = daya poros (Watt)
ɳpump = efisiensi pompa
2.2.6 Pengertian Head Pompa
Head di dalam perpompaan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
energi tiap satuan berat. Head dari instalasi pompa dapat dibedakan menjadi
head statis dan head dinamis. ada beberapa persamaan dalam perhitungan head
pompa, yaitu:
2.2.6.1 Head Statis Pompa
Head statis adalah penjumlahan dari head elevasi dengan head
tekanan yang merupakan perbedaan tinggi antara sumber dan tujuan dari
cairan yang dipompakan. Head statis terdiri dari head statis sisi masuk
(head statis suction) dan sisi keluar (head statis discharge).

10
Head statis sisi masuk dihasilkan dari pengangkatan cairan relatif
terhadap garis pusat pompa. Head statis nilainya positif jika ketinggian
cairan diatas garis pusat pompa dan negatif jika ketinggian cairan berada
dibawah garis pusat pompa. Persamaannya adalah sebagai berikut :

( )............................................................................. (2. 6)

Head statis sisi ke luar merupakan jarak vertikal antara garis pusat
pompa dan permukaan cairan dalam tangki tujuan. Persamaannya adalah
sebagai berikut :

( ) ........................................................................... (2. 7)

Dari head statis sisi masuk (head statis suction) dan sisi keluar (head
statis discharge) maka diperoleh head statis total. Persamaannya adalah
sebagai berikut :

( ) .................................................. (2. 8)

Dari persamaan head statis total diatas dapat di sederhanakan lagi


menjadi seperti di bawah ini:
.......................................................................... (2. 9)
Keteranga: Hs = head statis pompa (m)
Z1 = tinggi permukaan air sisi hisap (m)
Z2 = tinggi permukaan air sisi tekan (m)
2.2.6.2 Head Tekanan
1. Tekanan pada sisi hisap (P1)
............................................................................. (2. 10)
Keteranga: P1 = tekanan pada sisi hisap (kg/ms2)
ρair laut = massa jenis air laut (1,025 kg/m3)
h1 = tinggi permukaan air sisi hisap (m)
g = gravitasi (9,8 m2/s)
2. Tekanan pada sisi tekan (P2)
Untuk hal ini telah deketahui Tekanan absolut pada pemadam
sebesar 6,9 bar (sumber: NFPA 14), sehingga tekanan pada (P2) adalah:
.................................................................... (2. 11)

Keteranga: Pabsolut = tekanan pada sisi hisap (bar)

11
Patm = tekanan atmosfir (1 bar)
P2 = tekanan pada sisi tekan (kg/ms2)
3. Head tekanan pada pipa (Hp)

.................................................................................. (2. 12)

Sumber: sularso 1996


Keteranga: Hp = head tekanan pada pipa (m)
P1 = tekanan pada sisi hisap (kg/ms2)
P2 = tekanan pada sisi tekan (kg/ms2)
ρair laut = massa jenis air laut (1,025 kg/m3)
g = gravitasi (9,8 m2/s)
2.2.6.3 Head Losses
Head losses adalah kerugian yang terjadi pada instalasi pipa, entah itu
kerugian akibat gesekan didalam pipa (mayor losses) ataupun akibat
sambungan-sambungan (minor losses) yang ada pada instalai pipa tersebut.
1. Mayor losses
Mayor losses adalah kerugian akibat gesekan didalam pipa.
Kerugian ini terjadi di sepanjang pipa. Untuk menghitung besarnya
kerugian dapat digunakan persamaan dari Hazen-Williams, sebagai
berikut:
.............................................................................. (2. 13)

Setelah nilai (k) ketemu maka barulah mayor losses dapat dihitung
dengan persamaan dibawah ini:
...................................................................... (2. 14)

Keteranga: C = konstanta = 120 untuk pipa baja


Q = kapasitas pompa (m3/s)
Df = diameter dalam pipa fire (m)
L = panjang total pipa (m)
hfmayor = kerugian gesek sepanjang pipa (m)

12
Tabel 2. 1 Koefisien kekerasan pipa untuk Hazen - Williams

Material Koefisien Hazen-Williams (C)


ABS – Styrene Butadine Acrylonite 130
Alumunium 130 – 150
Asbes semen 140
Lapisan aspal 130 – 140
Kuningan 130 – 140
Brick selokan 90 – 100
Cast iron baru tak bergaris (SIP) 130
Cast iron 10 tahun 107 – 113
Cast iron 20 tahun 89 – 100
Cast iron 30 tahun 75 – 90
Cast iron 40 tahun 64 – 43
Cast iron aspal dilapisi 100
Cast iron semen 140
Cast iron aspal berjajar 140
Cast iron laut berlapis 120
Cast iron tanpa polos 100
Semen lapisan 130 – 140
Beton 100 – 140
Beton berjajar, bentuk-bentuk baja 140
Beton berjajar, bentuk kayu 120
Beton tua 100 – 10
Tembaga 130 – 140
Corrugated metal 60
Ulet pipa besi (DIP) 140
Ulet besi, semen berbasis 120
Serat 140
Pipa fiber glas 150
Besi berlapis seng 120
Kaca 130
Pipa metal – sangat halus 130 – 140
Plastic 130 – 150
Polyethylene, PE, Peh 140
Polivinil kloroda, PVC, CPVC 130
Pipa halus 140
Baja baru tak bergaris 140 150
Baja bergelombang 60
Baja dilas dan mulus 100
Baja membatu, terpaku spiral 90 – 110
Timah 130
Vitrifikasi clay 110
Besi tempa, polos 100
Kayu 120
Kayu stave 110 -120
Sumber: Http://Engineeringtoolbox.com/Hazen-Cofficients-d798.html

13
2. Minor losses
Minor losses adalah kerugian akibat sambungan-sambungan yang
terdapat pada pipa. Untuk menghitung besarnya kerugian dapat
digunakan persamaan sebagai berikut:

( ) ..................................................................... (2. 15)

Keteranga: f = total koefisien minor losses


v = kecepatan aliran (m/s)
g = gravitasi (9,8 m2/s)
hfminor = kerugian gesek akibat aksesoris pipa (m)
Tabel 2. 2 Nilai koefisien kerugian gesek untuk kelengkapan instalasi
perpipaan
Item Loss Coefficient, K
Entrance loss from tank to pipe
Flush connection 0,5
Projecting connection 1
Exit loss from pipe to tank 1
Sudden contraction
d1/d2 = 0,5 0,37
d1/d2 = 0,25 0,45
d1/d2 = 0,1 0,48
Sudden enlargement
d1/d2 = 2 0,54
d1/d2 = 4 0,82
d1/d2 = 10 0,9
Fitting
90o bend – screwed 0,5 – 0,9
90o bend – flanged 0,2 – 0,3
Tee 1,5 – 1,8
Gate valve (open) 0,19
Chek valve (open) 3
Globe valve (open) 10
Butterfly valve (open) 0,3
Ball valve (open) 0,11 – 0.05
Sumber: Ram S. Gupta. Hydrology and Hydraulic System, Prentice Hall.
London. 1989.
2.2.6.4 Head Total Sistem
Head total sistem adalah total kerugian yang terjadi pada instalasi pipa
tersebut. Head total sistem dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

14
( ) ....................................... (2. 16)

Sumber: sularso 1996.


Keteranga: Hs = head statis pompa (m)
Hp = head tekanan (m)
hltotal = head losses total sisi hisap & tekan (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
2.2.6.5 Head Pompa
Perhitungan head pompa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

( ) ( ) ............. (2. 17)

( ) .................................. (2. 18)

Karena kecepatan fluida sama maka persamaan head pompa akan menjadi
sebagai berikut:

( ) ................................................ (2.19)

Sumber: sularso 1996


Keteranga: Hpump = head pompa (m)
Hltot = head losses total sisi hisap & tekan (m)
ΔZ = beda ketinggian (m)
ΔP = beda tekanan (Pa)
ρ = massa jenis air laut (kg/m3)

2.3 Jenis Aliran


2.3.1 Aliran Turbulen
Aliran laminer adalah aliran partikel - partikel fluida yang bergerak
secara paralel (tidak saling memotong), atau aliran berlapis. contohnya: aliran
lambat dari cairan kental. Perlu diingat suatu aliran fluida (gas/cair) dapat
berupa aliran laminer atau turbulen ditentukan (dihitung) berdasarkan angka
Reynold Number (Re). Contoh lagi (keadaan tanpa ada angin yang berhembus
atau keadaan tenang), asap rokok yang mengalir naik keatas, pada bagian dekat

15
rokok berupa aliran laminer, agak keatas daerah aliran transisi, dan keatas lagi
terjadi aliran turbulen.
2.3.2 Aliran Laminer
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang tidak
laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara
satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan ciri dari airan turbulen tidak
adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur,
kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah.
Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran–pusaran
dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel-
partikel cairan di seluruh penampang aliran.
Untuk membedakan aliran tersebut apakah turbulen atau laminer,
terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold Number
(Re). Angka reynolds number ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut ;
(
........................................................................................ (2. 20)
Sumber: sularso 1996
Keteranga: v = kecepatan aliran (m/s)
Dh = diameter dalam pipa bilga (m)
V' = nilai viskositas cairan (1,79 x 10-6)
Menurut hasil percobaan oleh Reynold, jenis aliran dapat dibedakan
menjadi 3 jenis. Yaitu apabila angka Reynold kurang daripada 2000, aliran
biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih besar
daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan 4000
aliran dapat laminer atau turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi atau sering di sebut dengan aliran transisi.

2.4 Sistem Pemadam Kebakaran


2.4.1 Bahan yang Mudah Terbakar
Pada umumnya bahan di dunia ini dapat terbakar, namun di antara bahan-
bahan tersebut ada yang mudah terbakar, ada yang sulit terbakar, bahkan ada

16
bahan yang tidak dapat terbakar. Adanya tingkatan kesulitan terbakarnya suatu
bahan tersebut, tergantung dari tingi atau rendahnya titik nyala bahan tersebut.
Titi nyala adalah temperatur terendah suatu bahan, untuk berubah bentuk
menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api. Makin rendah titik nyala
suatu bahan, maka bahan tersebut makin mudah terbakar. Dengan adanya
tingkatan titik nyala yang dipunyai suatu bahan, maka didapatkan klasifikasi
mudah atau sulitnya suatu bahan itu terbakar. Klasifikasi ini akan menyangkut
sifat benda terhadap sifat api yang menghendaki panas tertentu yang akan
mampu membakarnya. Oleh karena itu ditinjau dari bentuk dan sifat bendana,
akan dapat diketahui benda yang mudah terbakar tersebut dapat berbentuk
benda gas, benda cair, benda padat. Ke tiga macam benda tersebut dapat
dikatakan mudah terbakar tergantung dari titik nyalanya. Ditinjau dari titik
nyalanya, bahan dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu:
1. Benda gas : acetilene, butane, LNG
2. Benda cair : bensin, alcohol, solar, oil
3. Benda padat : kertas, kayu, karet, tekstil, plastik.
2.4.2 Sumber Panas yang Dapat Menimbulkan Api
Sebuah sumber panas dapat menyalurkan panasnya ke material di
sekitarnya, sehingga dapat menaikkan temperatur benda tersebut. Apabila
temperatur benda tersebut mencapai titik nyalanya, dan tersentuh api, maka
benda tersebut akan terbakar.
Sumber panas yang ada di alam, antara lain:
1. Sinar matahari
2. Listrik
3. Panas yang terjadi dari energi mekanik
4. Panas yang terjadi dari energi kimia
5. Kompresi udara
Perpindahan panas dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu:
1. Radiasi : perpindahan panas yang memancarkan ke segala arah.
2. Konduksi : perpindahan panas melalui benda lain (perambatan).
3. Konveksi : perpindahan panas akibat perbedaan tekanan.
4. Loncatan bunga api : suatu reaksi antara energi panas dengan udara.

17
2.4.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran
1. Menurut teori segitiga api kebakaran dapat terjadi oleh 3 faktor, yaitu:
a. Oksigen
b. Panas (sumber api)
c. Bahan bakar

Gambar 2. 2 Teori segitiga api


Sumber : Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran, 2006, Dinas
Pemadam Kebakaran, Jakarta
2. Menurut Teori Tetrahedron Fire kebakaran terjadi karenan 4 faktor, yaitu:
a. Unsur penyebab kebakaran O2, Heat, Fuel.
b. Pembakaran menghasilkan CO, CO2, SO2, asap, radikal bebas (OH).
c. Dua gugus OH pecah menjadi H2O dan O.
d. O radikal menjadi umpan dalam pembakaran.
2.4.4 Proses Terjadinya Kebakaran
Proses terjadinya kebakaran dapat dilihat juga dari diagram fenomena
kebakaran di bawah ini:

Gambar 2. 3 Diagram fenomena kebakaran


Sumber: Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran, 2006, Dinas
Pemadam Kebakaran, Jakarta

18
1. Source of energi : tidak diketahui kapan & dimana awal terjadinya
api/kebakaran tetapi yg pasti ada potensi energi yang tidak terkendali.
2. Initiation : apabila energi tsb kontak dengan zat yg dpt terbakar maka akan
menyebabkan tahap awal bermula dari sumber nyala/api.
3. Growth : Apabila periode awal kebakaran tdk terdeteksi, maka nyala api
berkembang lebih besar shg menjalar ke media sekelilingnya.
4. Flashover : terjadi ketika nyala api meningkat & akan menyebarkan panas.
Biasanya setelah 3-10 menit atau ketika suhu mencapai 300 0C.
5. Full development fire : temperatur mencapai 600-1000 0C. Bangunan
konstruksi baja akan runtuh pada 700 0C. Bangunan dengan konstruksi
beton bertulang setelah terbakar 7 jam dianggap tidak layak lagi
digunakan.
6. Decay : setelah melampaui puncak pembakaran intensitas nyala akan
berkurang dan berangsur-angsur padam.
2.4.5 Klasifikasi Kebakaran
1. Berdasarkan NFPA
a. Kelas A : bahan padat yg mudah terbakar (kecuali logam), ex kertas,
kayu, plastik,arang, tekstil dll
b. Kelas B : bahan cair yg bersifat flammable dan gas yg bersifat
combustible, ex bensin, solvent, aspal, LPG
c. Kelas C : listrik yg bertegangan
d. Kelas D : bahan logam, ex magnesium, aluminium, kalium
2. Menurut LPC (Loss Prevention Comittee)
a. Kelas A : bahan padat kecuali logam, ex kayu, arang, kertas, tekstil
b. Kelas B : bahan cair, ex bensin, solar, minyak tanah
c. Kelas C : bahan gas, ex gas alam, LPG
d. Kelas D : bahan logam, ex magnesium, aluminium, kalium
e. Kelas E : peralatan listrik yg bertegangan
3. Menurut Per-04/MEN/1980
a. Kelas A : bahan padat kecuali logam
b. Kelas B : bahan cair atau gas yg mudah terbakar
c. Kelas C : instalasi listrik bertegangan

19
d. Kelas D : bahan logam
4. Menurut Kepmenaker 186/MEN/1999 :
a. Bahaya Kebakaran Ringan : tempat kerja yg mempunyai jumlah &
kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepas
panas rendah sehingga menjalarnya api juga lambat, ex ruang
perkantoran, gedung pendidikan, tempat ibadah
b. Bahaya Kebakaran Sedang 1 : tempat kerja yang mempunyai jumlah
dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan tdk lebih dari 2,5 m
dan apabila terjadi kebakaran melepas panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang, ex pabrik roti, pabrik minuman, pabrik
pengalengan
c. Bahaya Kebakaran Sedang 2 : tempat kerja yang mempunyai jumlah
dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan tdk lebih dari 4 m
dan apabila terjadi kebakaran melepas panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang, ex percetakan, pabrik tembakau, pabrik
barang kulit
d. Bahaya Kebakaran Sedang 3 : tempat kerja yang mempunyai jumlah
dan kemudahan terbakar tinggi, apabila terjadi kebakaran melepas
panas tinggi sehingga menjalarnya api cepat, ex pabrik barang plastik,
pabrik lilin, pabrik ban
e. Bahaya Kebakaran Tinggi : tempat kerja yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair, serat atau bahan
lainnya dan apabila terjadi kebakaran api cepat membesar dgn
melepas panas tinggi sehingga menjalarnya api cepat, ex pabrik cat,
pabrik kembang api, pabrik korek api, pemintalan benang atau kain.
2.4.6 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api berbentuk
tabung (berat maksimal 16 kg) yang mudah dilayani/ dioperasikan oleh satu
orang untuk pemadam api pada awal terjadi keb akaran (APAR, Petrokimia,
1988). APAR (Alat Pemadam Api Ringan) sebagai alat untuk memutuskan atau
memisahkan rantai tiga unsur (sumber panas, udara dan bahan bakar).

20
2.4.6.1 Tipe Konstruksi APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Apar memiliki dua tipe konstruksi (Depnaker, 1995), antara lain :
1. Tipe Tabung Gas (Gas Container Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya di dorong keluar oleh
gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
2. Tipe Tabung bertekanan tetap ( Stored Preasure Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar gas
kering tanpa bahan kimia aktif atau udara kering yang disimpan bersama
dengan tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
2.4.6.2 Jenis APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) menurut PT. Petrokimia Gresik, 2002
terdiri dari beberapa jenis, antara lain :
1. Jenis Air ( water)
Sejak dulu air digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan
hasil yang memuaskan ( efektif dan ekonomis ) karena harganya relatif
murah, pada umumnya mudah diperoleh, aman dipakai, mudah disimpan
dan dipindahkan.
APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure tipe
(tersimpan bertekanan) dan gas cartridge tipe (tabung gas). Sangat baik
digunakan untuk pemadaman kebakaran kelas A.
2. Jenis Busa (foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran
awal minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung aluminium sulfat
dan natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan dalam air. Hasilnya
adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh
busa merupakan sistem isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk
tidak ikut dalam reaksi.
3. Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)
Bahan pemadam api serbuk kimia kering (Dry Cheimical Powder)
efektif untuk kebakaran B dan C bisa juga untuk kelas A. Tepung serbuk
kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu:
a. Sodium Bicarbonate dan Natrium Bicarbonate

21
b. Gas CO2 atau Nitrogen sebagai pendorong
Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti magnesium,
titanium, zarcanium, dan lain-lain digunakan metal-dry-powder yaitu
campuran dari Sodium, Potasium dan Barium Chloride.
4. Jenis Halon
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) jenis Halon efektif untuk
menanggulangi kebakaran jenis cairan mudah terbakar dan peralatan
listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C). Bahan pemadaman api gas
Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti : chlorine, flourine,
bromide dan iodine. Macam-macam Halon antara lain:
a. Halon 1211
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F), Chlorine (Cl),
Bromide (Br). Halon 1211 biasa disebut Bromochlorodifluormethane
dan lebih populer dengan nama BCF. Biasanya APAR Alat
Pemadam Api Ringan) jenis BCF dipasang di bangunan gedung,
pabrik dll (Petrokimia Gresik, 1988).
b. Halon 1301
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F) dan Bromide (Br)
sehingga Halon 1301 juga disebut Bromotrifluormethane atau BTM.
5. Gas Pasca Halon
Setelah ditemukannya lubang pada lapisan Ozone atmosfir bumi
oleh The British Artic Survey Team (1982), dimana salah satu unsur yang
merusak Ozone tersebut adalah gas Halon, maka sesuai perjanjian
Montreal (Montreal Protocol – Canada) gas halon tidak boleh
diproduksi terhitung 1 Januari 1994. Halon 1301 memiliki potensi
merusak lapisan Ozone sebesar 16%. Adapun selain merusak lapisan
Ozone, beberapa dampak negatif dari unsur pembentuk Halon antara
lain:
a. Fuorine Non – metal sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan
elemen lain.
b. Chlorine
 Gas sangat beracun

22
 Bila bercampur dengan air membentuk acid dan hydrocloric.
 Berupa elemen yang sangat reaktif serta bersifat oksidator.
 Dapat menimbulkan bahaya peledakan bila tercampur turpentine,
ether, gas amonia, hydrocarbon, hydrogen dan bubuk metal.
 Bila bereaksi dengan acetylene menimbulkan akibat yang sangat
hebat.
c. Bromide
 Unsur ini pada temperatur ruang bisa melepas uap berbahaya.
 Cairannya bisa menimbulkan bahaya terbakar bila kontak
langsung dengan kulit.
 Bersifat oksidator dan dapat menimbulkan bahaya kebakaran pada
bahanbahan terbakar bila terjadi kontak.
d. Iodine
 Berwarna violet gelap, bentuk padatan akan menyublim dengan
cepat serta melepas uap beracun dan dapat bereaksi dengan bahan
oksidator.
 Tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol sebagai
obat antiseptik.
6. Jenis CO2
Bahan pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan kebakaran
kelas B (minyak) dan C ( listrik ). Berfungsi untuk mengurangi kadar
oksigen dan efektif untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di dalam
ruangan (indoor) pemadaman dengan menggunakan gas arang ini dapat
mengurangi kadar oksigen sampai di bawah 12 %.
2.4.6.3 Pemasangan dan Pemeliharaan APAR
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/
MEN/ 1980, ketentuan-ketentuan pemasangan APAR adalah sebagai berikut :
a. Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.

23
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam api ringan yang
bersangkutan.
c. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai
dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
d. Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengn lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
e. Semua tabuing alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
f. Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang
didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
g. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan)
menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan
kontruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box)
yang tidak dikunci.
h. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
i. Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau
digembok atau diikat mati.
j. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus
disesuaikan dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam
lemari atau peti (box) sehingga mudah dikeluarkan.
k. Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga
bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari
permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical)
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat
pemadam api ringan tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.
l. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau
tempat dimana suhu melebihi 49oC atau turun sampai 4oC kecuali apabila
alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus unutk suhu diluar batas
tersebut.

24
m. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus
dilindungi dengan tutup pengaman.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/
MEN/ 1980 setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu:
1. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan., pemeriksaan tersebut meliputi:
a. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam
tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung
bertekanan mekanik penembus segel.
b. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan
label harus selalu dalam keadaan baik.
c. Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang
tidak boleh retak atau menunjukkkan tanda-tanda rusak.
d. Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa dengan
cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras di
luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR tersebut dapat
dipasang kembali.
e. Untuk APAR jenis busa dapat diperiksa dengan mencampur sedikit
larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar tabung, bila
sudah cukup kuat maka APAR tersebut dapat dipasang kembali.
f. Untuk APAR jenis CO2 harus diperiksa dengan cara menimbang serta
mencocokkan dengan berat yang tertera pada APAR tersebut, bila
kekurangan berat 10 % tabung APAR tersebut harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan.
2. Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan. Untuk pemeriksaan dalam jangka 12
bulan sekali dilakukan seperti pemeriksaan jangka 6 bulan namun ada
beberapa tambahan pemeriksaan sebagai berikut :
a. Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah
ditentukan.
b. Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh
tersumbat atau buntu.
c. Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran
penyemprotan tidak boleh tersumbat.

25
d. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan
bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau
paking harus masih dalam keadaan baik.
e. Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik.
f. Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacat
karena karat.
g. Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan larutannya
harus dalam keadaan baik.
h. Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus masih
dilak dengan baik.
i. Lapiran pelindung diri tabung gas bertekanan, harus dalam keadaan
baik.
j. Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.

2.5 Sprinkler
Sistem sprinkler adalah suatu sistem yang bekerja secara otomatis
dengan memancarkan air bertekanan ke segala arah untuk memadamkan
kebakaran dan mencegah meluasnya kebakaran yang terjadi.
2.5.1 Klasifikasi sprinkler
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 pasal 7.15 klasifikasi kepala sprinkler dibagi
menjadi berikut:
1. Arah pancaran dibedakan menjadi:
a. Pancaran keatas
b. Pancaran kebawah
c. Pancaran ke arah dinding.
2. Tingkat suhu sprinkler otomatis dibagi menjadi:
a. Tingkat suhu untuk jenis sambungan lebur, warna segel:

26
Tabel 2. 3 Tingkat Suhu pada Sambungan Lebur
No Warna segel Suhu (oC)
1 Putih 93
2 Biru 141
3 Kuning 182
4 Merah 227
5 Tidak berwarna 74
Sumber: http://adheacoast.blogspot.com
b. Warna cairan dalam tabung gelas:
Tabel 2. 4 Tingkat Suhu pada Warna Cairan di Tabung
No Warna segel Suhu (oC)
1 Jingga 53
2 Merah 68
3 Kuning 79
4 Hijau 93
5 Biru 141
6 Ungu 182
7 Hitam 260
Sumber: http://adheacoast.blogspot.com
2.5.2 Ketentuan Pemasangan Sprinkler
Seluruh pemipaan sistem springkler harus dipasang sedemikian rupa
sehingga dapat dikeringkan, sejauh memungkinkan seluruh pemipaan harus
diatur untuk dapat dikeringkan melalui katup pengering yang berukuran
sekurang-kurangnya 50 mm untuk hunian bangunan perkantoran dan semua
katup yang disambungkan pada penyediaan air dan pipa penyediaan sistem
springkler harus dari jenis katup penunjuk yang menunjukkan keadaan katup
terbuka atau tertutup yang dibenarkan. Jarak maksimum antara gantungan tidak
boleh lebih dari 3,5 mm untuk pipa berukuran 25 mm dan 32 mm, serta tidak
lebih dari 4,5 mm untuk pipa berukuran 40 mm dan yang lebih besar (mengacu
pada SNI 03-3989-2000), untuk pipa tegak harus ditahan dengan pengikat
langsung pada pipa tegaknya atau dengan gantungan yang ditempatkan pada
offset datar yang dekat pada pipa tegak, penahan pipa tegak harus disediakan
pada setiap lantai dan pemasangan klem penahan pipa pada bagian bangunan
harus kuat menahan pipa. Perencanaan splinker sebagai berikut:

27
S = Perencanaan penempatan kepala sprinkler pada pipa cabang.
D = jarak antara deretan kepala sprinkler.
Nilai S danD :
1. Untuk bahaya kebakaran ringan, maksimum 4,6 m
2. Untuk bahaya kebakaran sedang, maksimum 4,0 m
3. Untuk bahaya kebakaran berat, maksimum 3,7 m
2.5.3 Jumlah Deretan Kepala Sprinkler
Untuk ruangan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 3,7 m, cukup
dilengkapi dengan sederet sprinkler sepanjang ruangan. Untuk ruangan yang
lebarnya antara 3,7 m sampai 7,4 m harus dilengkapi dengan deretan sprinkler.
Untuk ruangan yang panjangnya lebih dari 9,2 m (bahaya kebakaran
ringan) atau lebih dari 7,4 m (bahaya kebakaran sedang) deretan sprinkler
harus dipasang selang-seling, sehingga setiap kepala sprinkler terletak pada
garis tengah antara dua kepala sprinkler yang berhadapan.
Untuk ruangan yang lebarnya lebih dari 7,4 m deretan kepala sprinkler
jenis konvensional (dipasang pada langit-langit) harus dipasang pada langit-
langit di tengahtengah antara dua deret kepala sprinkler sebagai tambahan
sepanjang ruangan pada tiap sisinya.
Berdasarkan NFPA 15 jarak maksimum antar sprinkler 3,7 meter
sehingga jari – jari jangkauannya adalah 1,85 meter. Kemudian dapat dihitung
jumlah kepala sprinkler tiap luas bangun, yaitu:

Gambar 2. 4 Jari-jari jangkauan sprinkler


(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

28
2
Luas Sprinkler/perlindungan =
Luas Bangunan =P L ....................................... (2. 21)
Jumlah Sprinkler =

= .......................................... (2. 22)

Keterangan: R = Jari-jari sprinkler (1,85 m)


P = Panjang conveyor (m2)
L = Lebar conveyor (m2)
Dalam perencanaan ini jarak antar sprinkler menurut model E Spray nozzles vk
810 – vk 817 yang digunakan adalah 3 meter agar area perlindungan bisa
terjangkau seluruhnya.

Gambar 2. 5 jarak antar kepala sprinkler


(Sumber: SNI 03-3989- 2000)
2.5.4 Susunan Cabang Sprinkler

Gambar 2. 6 Susunan cabang sprinkler


Sumber: SNI 03-3985-2000

29
2.5.5 Jenis Sprinkler
1. Antifreeze Sprinkler System (a wet system)
Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai sprinkler otomatis
dengan sistem pemipaan yang mempunyai penyelesaian untuk mencegah
pembekuan (antifreeze) dan terhubung dengan suplai air. Penyelesaian
pencegahan pembekuan adalah dengan dibuangnya bersamaan dengan air
saat sistem sprinkler bekerja setelah ada panas dari suatu kebakaran yang
terjadi.
2. Circulating Closed – Loop Sprinkler System
Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai anti proteksi kebakaran
yang sudah terhubung ke sistem sprinkler otomatis dalam sistem susunan
yang tersirkulasi (Close loop piping arrangement) dengan tujuan untuk
meningkatkan pemipaan sprinkler ke air yang ada untuk pemanasan dan
pendinginan dimana air terjebak atau tidak bisa dipindahkan atau
digunakan dari sistem tapi hanya disirkulasi melewati sistem pemipaan.
3. Combined Dry Pipe – Preaction Sprinkler System
Sistem sprinkler pipa basah yang dikendali dengan sistem sprinkler
otomatis yang sudah terhubung ke sistem pemipaan yang mempunyai
udara di bawah tekanan dengan tambahan sistem deteksi yang terpasang
pada daerah yang sama dengan sistem sprinkler. Cara kerja dari sistem
deteksi memanfaatkan alat trip actuator dengan katup pipa kering terbuka
secara tiba-tiba tanpa kehilangan tekanan udara dalam sistem, yang juga
bisa terjadi dengan cara memasang atau membuka katup udara buang di
ujung dari umpan utama yang mana biasanya pembukaan dari kepala
sprinkler. Sistem deteksi juga melayani secara otomatis sistem fire alarms.
4. Deluge Sprinkler Sistem
Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler sistem terbuka yang
sudah terhubung pemipaan dengan suplai air lewat katup yang dibuka oleh
sistem deteksi yang terpasang pada daerah yang sama dengan dengan
sprinkler, ketika katup terbuka, air mengalir ke dalam sistem pemipaan dan
dibuang melalui sprinkler jika terjadi kebakaran dalam suatu ruangan atau
tempat-tempat lainnya.

30
5. Dry Pipe Sprinkler System
Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler otomatis yang sudah
terhubung dengan sistem pemipaan yang terdiri dari udara atau gas
nitrogen dibawah tekanan, sprinkler akan terbuka jika tekanan air ke katup
terbuka yang diketahui melalui katup pipa kering lalu air mengalir ke
dalam sistem pemipaan dan keluar dari sprinkler yang terbuka.
6. Gridded Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang mana mempunyai persilangan di pipa
utama yang terhubung ke banyak pipa cabang. Cara kerja sistem sprinkler
akan menerima air dari kedua ujung pipa cabang pada saat cabang lain
membantu memindahkan air antara persilangan utama.
7. Looped Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang mana percabangan utama yang banyak
secara bersama-sama untuk ditetapkan lebih dari satu jalur untuk air yang
mengalir ke sistem sprinkler yang bekerja dan pipa cabang yang tidak
terhubung bersama.
8. Preaction Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan
sistem pemipaan yang terdiri dari udara yang bertekanan dan tidak
bertekanan dengan tambahan sistem deteksi yang terpasang dalam area
yang sama dengan sprinkler.
9. Wet Pipe Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan
sistem pemipaan yang terdiri dari air yang dihubungkan ke suplai air dan
air dibuang lagi secepat mungkin dari sprinkler yang terbuka akibat panas
dari suatu kebakaran.

2.6 Detector
Detektor adalah sebagai pengindera kebakaran dan penyampaian isyarat
sedini mungkin untuk dapat mencegah atau menanggulangi kebakaran
sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar, baik jiwa, harta benda
maupun lingkungan.

31
2.6.1 Macam Detector
1. Detektor asap (smoke detector)
Smoke Detector adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
adanya gumpalan asap. Contoh smoke detector misalnya Smoke Detector
2 Wire alat ini memiliki sistem kerja 2 kabel, sensor ini dapat
diintegrasikan dengan fire alarm panel. Sensor ini menggunakan teknologi
photoelectric sehingga meningkatkan akurasi dan meminimumkan
terjadinya false alarm.
2. Detektor panas (heat detector)
Heat Detector / Alat Pendeteksi Panas adalah sensor yang digunakan
untuk mendeteksi temperatur tinggi. Heat Detector ada banyak macam,
ada beberapa heat detector misalnya saja Heat Detector 4 Wire,
yaitu detektor panas yang dapat diintegrasikan dengan panel controller
(security alarm). Alat ini telah dilengkapi fitur auto-reset apabila
mengalami trigger alarm. Dengan desain stylish, alat ini dapat ditempatkan
pada ceiling ruangan dengan berbagai pola interior.
3. Detektor Gas
Detector gas adalah detektor yang kerjanya berdasarkan kenaikan
konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lain yang
mudah terbakar.
2.6.2 Ketentuan Pemasangan Detector
1. Detektor tidak boleh dipasang pada jarak kurang dari 10 cm dari dinding
dan 30 cm dari langit langit.
2. Tidak boleh dipasang pada jarak kurang dari 1,5 m dari lubang udara
masuk atau lubang udara keluar.
3. Detektor tidak boleh dipasang pada atap balok.

2.7 Alarm
Fire Alarm System adalah alat yang berfungsi untuk memberikan tanda
bahaya (alert) bila terjadi potensi kebakaran atau kebocoran gas. Cara Kerja
Fire Alarm System adalah alat ini mendeteksi potensi-potensi kebakaran seperti
gumpalan asap (smoke detector), temperatur tinggi (heat detector), dan adanya

32
gas yang berbahaya (gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran
tersebut maka alat ini akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert)
seperti membunyikan bell.
2.7.1 Jenis Alarm
Berdasarkan SNI 03-3985-2000, Alarm dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Alarm Audio : Bel atau Buzzer
Pemasangan alarm audio harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Alarm audio harus memiliki bunyi atau irama yang khas.
b. Bunyi alarm audio memiliki frekuensi kerja antara 500 – 1000 Hz dengan
tingkat kekuatan suara minimum 65 dB.
c. Untuk ruangan dengan tingkat kebisingan yang tinggi, tingkat kekerasan
suara alarm audio minimal 5 dB di atas tingkat kebisingan normal.
d. Untuk ruangan yang digunakan untuk tidur, tingkat kebisingan suara
minimal 75 dB.
e. Pada semua lokasi panel kontrol dan panel bantu harus dipasang alarm
audio.
f. Semua bagian ruangan dalam bangunan harus dapat dijangkau oleh
isyarat alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi yang khusus
untuk ruangan tersebut.
g. Alarm audio harus terdengar keseluruhan ruangan pada lantai yang
bersangkutan.
h. Alarm audio dipasang di ruangan khusus dimana suara-suara dari luar
tidak dapat terdengar.
i. Semua alarm audio harus di cat dengan warna merah.
2. Alarm Visual : Lampu Indikator
Pemasangan alarm visual harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Alarm visual atau lampu indikator harus dipasang pada tempat – tempat
dimana alarm audio terpasang, digunakan untuk back up mana kala alarm
audio gagal beroprasi.
b. Alarm visual harus dipasang diruangan khusus, seperti pada tempat
perawatan orang tuli dan sejenisnya.

33
c. Pemasangan alarm visual harus sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan sebagai penentu arah masuk anggota pemadam kebakaran dari
luar.
d. Penempatan alarm visual harus ditempatkan di tempat yang mudah
terlihat dan tidak terhalang.
e. Semua warna alarm visual harus berwarna merah.

34
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III
MOTODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelititan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman
untuk melakukan penelitian, agar dapat diperoleh hasil yang baik dan
memperkecil kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi untuk mencapai tujuan
penelitian yang direncanakan. Langkah-langkah dalam melaksanakan
penelitian akan dijelaskan dalam bab ini beserta diagram alirannya. Metode
yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dilakukan
dengan cara pendekatan secara teoritis.

3.2 Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir


Tugas akhir ini dimulai sesuai jadwal on the job training (OJT), dimulai
dari tanggal 03 februari 2014 s/d 12 april 2014. Pelaksanaan tugas akhir ini
secara tertulis dimulai sejak minggu ke-2 bulan pertama (OJT) dengan
melakukan studi literatur dan observasi untuk mendapatkan topik atau focus
untuk bahasan tugas akhir. Kemudian berlanjut menentukan rumusan masalah
pada tugas akhir ini. Pengumpulan data dilakukan selama on the job training
(OJT), dimulai dari minggu ke-3 s/d minggu ke-10. Pada minggu ke-11 s/d
minggu ke-17 digunakan untuk pengolahan data dan juga analisa. Penyusunan
tugas akhir dilakukan pada minggu ke-16 s/d minggu ke-20, sebagai wujud
pertanggung jawaban kegiatan dan juga sebagai syarat untuk mengikuti sidang
tugas akhir dan mendapatkan gelar kelulusan sebagai Ahli Madya. Selama
penyusunan tugas akhir ini, kegiatan diskusi yang intensif dengan dosen
pembimbing minimal dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali, untuk mendapatkan
penguasaan materi, persyaratan, serta kesiapan sidang.

3.3 Tempat Tugas Akhir


Tempat pelaksanaan penelitian adalah kapal penumpang Perintis 500
DWT yang sedang di bangun milik dinas perhubungan jakarta (dishub) yang
berlokasi di galangan PT. F1 Perkasa Banyuwangi.

35
3.4 Diagram Alir

MULAI

Persiapan

Melakukan pengamatan
Study Pustaka
secara langsung

Pengumpulan data  Rencana Umum


 Harga material

Pengolahan data

 Perhitungan jumlah sprinkler


 Perhitungan pompa berdasarkan
beban sprinkler dan hydrant
 Perhitungan panjang pipa instalasi
 Perhitungan biaya kebutuhan sistem

Pengecekan Tidak
perhitungann

Ya
Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Sidang

SELESAI

Gambar 3. 1 Diagram alir pelaksanaan tugas akhir

36
3.5 Tahapan Tugas Akhir
Tugas akhir ini merupakan sebuah pengamatan terhadap suatu teknologi
yang ditemui di lokasi on the job training (OJT) sebagai salah satu syarat untuk
meraih kelulusan sebagai Ahli Madya. Secara urutan, tahapan tugas akhir ini
dapat di uraikan sebagai berikut:
1) Persiapan
Langkah ini merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk memulai
kegiatan Tugas Akhir yakni menyiapkan perijinan yang diperlukan
misalnya on the job training (OJT). Kemudian kita harus memilih obyek,
topic, dan tema untuk di jadikan bahan membuat proposal Tugas Akhir.
2) Pengamatan lapangan dan studi literature
Tahap pengamatan lapangan bertujuan untuk mengetahui rancangan
umum kapal Perintis 500 DWT. Secara teknis, pengamatan lapangan lebih
banyak dilakukan dengan berdiskusi dengan pembimbing on the job
training (OJT). Dari diskusi ini mendapatkan gambar rencana garis,
rencana umum, system pemadam kapal, letak pompa pemadam, dan
instalasi pipa pemadam.
Stiudi literature melengkapi tahap ini untuk memudahkan diskusi,
serta menyiapkan konsep teori yang dibutuhkan selama pengerjaan tugas
akhir ini. Studi literatur ini juga sangat diperlukan untuk melengkapi
standar teknis yang di gunakan dalam perhitungan atau pengolahan data.
3) Perumusan masalah
Tahap perumusan masalah merupakan kunci dari tugas akhir ini,
sebagai realisasi dari gagasan yang dianalisa berdasarkan dukungan data
yang telah di dapatkan. Dalam perumusan masalah, batasan masalah harus
di sertakan untuk menghindari analisa yang melebar/ tidak terarah dengan
tujuan semula dari tugas akhir ini.
4) Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengikuti dan memahami
letak pompa dan instalasi system pemadam kebakaran yang akan di desain
selama period on the job training (OJT). Data yang di peroleh disesuaikan
dengan kebutuhan dalam pengerjaan tugas akhir. Data ini didapat dari

37
pembimbing yang ada di tempat on the job training (OJT) dan dari kondisi
lapangan yang ada di sana.
5) Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan
sudah terkumpul. Dalam tugas akhir ini pengolahan data meliputi
perhitungan daya pompa pemadam, perhitungan panjang total instalasi
pipa pemadam, dan juga perhitungan biaya dari instalasi pipa pemadam
yang dikeluarkan.
6) Analisa dan pembahasan
Analisa dan pembahasan delakukan dengan metode diskriftif
didukung sejumlah data kompilasi serta rujukan yang relevan dengan
pokok bahasan. Hasil dari analisa merupakan kesimpulan dari tugas akhir
ini, serta dapat berupa beberapa usulan gagasan penelitian berbasis studi
kasus atau perbaikan berbasis pada apliasi sains dan teknologi.
7) Kesimpulan
Langkah kesimpulan untuk tugas akhir ini ditarik dari hasil analisa
dan pembahasan, untuk penyelesaian tugas akhir ini.
8) Sidang
Tahap ini merupakan bentuk pertanggung jawaban dari penyusunan
tugas akhir, yang telah dibuat. Sidang tugas akhir dilakukan dengan cara
presentasi dan Tanya jawab dengan tim penguji. Adapun pemberian kritik
dan saran serta diskusi untuk perbaikan tugas akhir ini.

38
3.6 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir
Tabel 3. 1 Jadwal kegiatan tugas akhir
Minggu ke
No Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Pelaksanaan OJT
2 Pemilihan obyek, topik, dan focus
3 Observasi dan studi literatur
4 Perumusan masalah
5 Pengajuan proposal Tugas akhir
6 Pengumpulan data
7 Pengolahan data
8 Sidang proposal
9 Revisi 1
10 Sidang progres
11 Revisi 2
12 Kesimpulan
13 Penyusunan tugas akhir
14 Sidang
Keterangan bulan februari s/d bulan juli 2014

39
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Cara kerja sistem pemadam kebakaran


Metode pemadam kebakaran aktif didasarkan pada prinsip – prinsip berikut ini:
1) Mendinginkan benda yang terbakar dengan menggunakan media air.
2) Mengurangi jumlah udara di dalam kompartment atau ruangan sampai
15%, yang mana konsentrasi pembakaran akan berhenti.
3) Mengisolasi benda terbakar dari udara dengan selaput/ lapisan yang tidak
mudah terbakar.
Rules yang digunakan untuk merancang instalasi sistem pemadam kebakaran
meliputi jumlah pompa, tekanan, dan kapasitas dari pompa pemadam
kebakaran sesuai dengan BKI Vol. III Sec. 12 adalah sebagai berikut:
1) Untuk kapal penumpang yang mempunyai GTR < 500, harus dipasang
satu buah pompa.
2) Pada kapal yang mempunyai GTR < 2000, kapasitas pompa tidak boleh
kurang dari 25 m3/h.
3) Pompa pemadam api darurat harus mampu mensuplai air ke semua bagian
dari kapal jika terjadi suatu kebakaran.
4) Pompa pemadam api darurat harus mampu beroprasi dalam segala kondisi
seperti trim, rolling, atau pitching seperti pada kondisi normal.
5) Untuk kapasitas minimal dari pompa pemadam untuk kapal dengan bobot
dibawah 500 GRT ialah 3,8 . 10 –3 dH2 ( dimana ; dH ialah Diameter
teoritis dari pipa bilga utama).
6) Untuk kapal dibawah 500 GRT harus dipasang minimal satu buah hydrant,
yang ditempatkan di tempat yang dapat menjangkau semua bagian.

40
4.2 Spesifikasi Teknis
4.2.1 Spesifikasi Umum KMP Perintis 500 DWT
Diketahui spesifikasi umum dari kapal penumpang ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Spesifikasi umum KMP Perintis 500 DWT
Keterangan Spesifikasi Satuan
Panjang seluruh (LOA) 51.8 meter
Panjang antara garis tegak (LPP) 40 meter
Lebar (B) 10.4 meter
Tinggi (H) 4.2 meter
Sarat air (T) 2.85 meter
Kecepatan (Vs) 12 kenots
Daya mesin 2 x 650 PS
Jarak jelajah kapal 3500 mile laut
ρ air laut 1.025 kg/m3
gravitasi 9.8 m/s2
4.2.2 Jenis-jenis Ruangan
Pada KMP Perintis 500 DWT ini, Pemasangan instalasi pompa sistem
pemadam kebakaran otomatis dilakukan pada ruangan yang ada dikapal.
Ruangan-ruangan yang akan dipasang sprinkler adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Jenis-jenis ruangan yang dipasang instalasi pompa sistem pemadam
kebakaran otomatis (sprinkler)
No Ruangan Keterangan
1 Captain room Kamar untuk satu orang
2 Owner room Kamar untuk satu orang
3 Chief eng. Room Kamar untuk satu orang
4 Comparador room Kamar untuk satu orang
5 Wheel house Ruangan Navigasi kapal
6 Crews room 1 Kamar untuk ABK
7 Officer room Kamar untuk officer
8 Crews room 2 Kamar untuk ABK
9 Crews mess Ruangan untuk makan
10 Crews room 3 Kamar untuk ABK

41
11 Galey Tempat penyajian makanan
12 Cadets room Kamar untuk cadet
13 Crews room 4 Kamar untuk ABK
14 Policlinic room Ruangan untuk yang sakit
15 Pasengers room Berkapasitas 172 orang (tempat tidur)
16 Pasengers seat Ruangan ini berkapasitas 78 orang
Enam belas ruangan diatas akan dikondisikan untuk di beri sistem pemadam
kebakaranyang baik sesuai dengan standard yang berlaku.sebelum mendesain
sistem emadam kebakaran pada KMP PERINTIS 500 DWT, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah mengetahui tata letak semua ruangan yang ada di
Rencana Umum. Kemudian menggambar dsiain sistem pemadam kebakaran
dalam software autocad dengan mengacu pada rencana umum. Hasil
perancangan dari sistem dapat dilihat pada gambar 4. 1.

4.2.3 Gambar Rencana Umum Kapal


Gambar rencana umum adalah gambar yang merencanakan isi dari kapal.
Penentuan ini berupa penentuan ruangan-ruangan untuk penumpang maupun
untuk ABK, menentukan segala peralatan yang dibutuhkan dan diatur sesuai
letaknya, dan juga menentukan jalan untuk mencapai ruangan-ruangan yang
lainnya. Rencana umum ini juga digunakan untuk menentukan letak dari
sprinkler yang akan di pasang pada kapal ini. Gambar rencana umum dapat
dilihat pada lampiran 2.

4.3 Pengolahan Data


4.3.1 Diagram blok sistem pemadam kebakaran
Diagram blok sistem adalah gambar yang menunjukkan jalur sistem
pemadam kebakaran, yang terlihat dari penampang atas dan juga dari
penampang samping. Diagram ini di rancang dari tiap deck pada kapal Perintis
ini. Diagram blok ini dapat dirancang secara detail sesuai dengan Rencana
Umum yang telah di buat. Di bawah ini adalah gambar dari diagram blok yang
telah di rencanakan.

42
Gambar 4. 1 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada lower main deck dengan
menggunakan media sprinkler

Gambar 4. 2 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada ruangan-ruangan yang


terdapat di main deck

Gambar 4. 3 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada ruangan-ruangan yang


terdapat di poop deck

Gambar 4. 4 Diagram blok sistem pemadam kebakaran pada ruangan-ruangan yang


terdapat di navigation deck

43
Gambar 4. 5 Diagram blok sistem pemadam kebakaran dari sisi starboard view

44
4.3.2 Gambar PID instalasi sistem pemadam

Gambar 4. 6 PID sistem pemadam kebakaran

45
4.3.3 Gambar isometri instalasi sistem pemadam

Gambar 4. 7 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada navigation


deck

Gambar 4. 8 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada poop deck

46
Gambar 4. 9 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada main deck

Gambar 4. 10 Isometri instalasi sistem pemadam kebakaran pada lower main


deck

47
Gambar 4. 11 Isometri instalasi pompa sistem pemadam kebakaran secara keseluruhan

48
Dari gambar perancangan diagram blok instalasi pompa sistem pemadam
kebakaran dan gambar isometrinya, perhitungan pompa yang dapat memenuhi
kebutuhan sistem pemadam kebakaran dapat dihitung sesuai dengan gambar
perancangan yang telah di rencanakan. Selain itu dari kedua jenis gambar di
atas dapat pula dihitung panjang total instalasi yang digunakan dan estimasi
biaya yang dikeluarkan untuk sistem ini.

4.4 Detail Perhitungan


4.4.1 Perencanaan Sprinkler
Direncanakan arah pancaran sprinkler adalah ke bawah, karena sprinkler
di asang pada atap atau langit-langit. Kemudian untuk pipa sprinkler
direncanakan menggunakan diameter ¾”. Dan juga kepekaan terhadap suhu,
warna cairan pada tabung gelas berwarna merah dengan suhu 68o. Berdasarkan
NFPA dengan bahaya kebakaran berat telah di ketahui jarak maksimal dari
pemasangan sprinkler satu dengan yang lainnya. Pada bahaya kebakaran berat
jarak maksimalnya (Smax) adalah 3,7 meter. Untuk menetukan jumalah
sprinkler yang digunakan dapat menggunakan persamaan (2. 22) sebagai
berikut ini:

Keterangan: P = panjang deck bagian kapal (m)


L = lebar deck bagian kapal (m)
R = jari-jari dari jarak max. sprinkler (1,85 m)
π = 3,14
Pada KMP. Perintis 500 DWT ini terdapat 4 deck yang direncanakan
akan dipasangi sistem pemadam kebakaran otomatis (sprinkler). Tiap-tiap deck
tersebut terdiri dari ruangan-ruangan yang digunakan untuk penumpang.
Beberapa jenis ruangan adalah ruang tidur untuk 172 orang, ruang duduk untuk
78 orang, dan juga ruangan untuk ABK, serta ruangan untuk kapten. Detail
perhitungan dari tiap ruangan adalah sebagai berikut:
1. Pada Lowwer Main Deck

49
Diketahui: P = 12 meter
L = 10,4 meter

∑sprinkler =

= 11,61 ≈ 12 buah
2. Pada Main Deck
Pada ruangan ini terdapat 3 jenis ruangan, diantaranya adalah:
a. Passengers Seat
Diketahui: P = 10,2 meter
L = 8,2 meter

∑sprinkler =

= 7,78 ≈ 8 buah
b. Passengers
Diketahui: P =8 meter
L = 9,8 meter

∑sprinkler =

= 7,3 ≈ 8 buah
c. Policlinic, Crews room, Cadets room.
Untuk ukuran dari ketiga ruangan tersebut di asumsikan sama,
karena luas dari ketiga rungan tersebut hampir sama. Maka dapat di
hitung sebagai berikut:
Diketahui: P =3 meter
L = 3,4 meter

∑sprinkler = ∑ruangan x

=3x

50
= 2,85 ≈ 3 buah
3. Pada Poop Deck
Diketahui: π = 3,14
r = 1,85 meter

∑sprinkler =

Tabel 4. 3 Hasil perhitungan jumlah sprinkler pada ruangan-ruangan yang


terdapat di poop deck

No Jenis ruangan P (m) L (m) ∑ sprinkler (buah)


1 Crews 1 3.5 3.3 1.07
2 Crews 2 3.5 3.3 1.07
3 Crews 3 3.5 3.3 1.07
4 Officer 4 3.3 1.23
5 Crews mess 3.5 2.4 0.78
6 Galey 2 2.4 0.45
Total 6
4. Navigation Deck
Diketahui: π = 3,14
r = 1,85 meter

∑sprinkler =

Tabel 4. 4 Hasil perhitungan jumlah sprinkler pada ruangan-ruangan yang


terdapat di navigation deck
No Jenis ruangan P (m) L (m) ∑ sprinkler (buah)
1 Comparador 3.3 2.5 0.8
2 Chief eng. 3.3 2.5 0.8
3 Captain 3.3 2.5 0.8
4 Owner 3.3 2.5 0.8
5 Whell house 8.4 2.5 2
Total 6
Hasil perhitungan jumlah sprinkler yang 0,8 buah, maka di bulatkan
menjadi 1 buah sprinkler.

51
Seterlah dilakukan perhitungan jumlah sprinkler di tiap-tiap ruangan
maka dihitung jumlah total sprinkler yang akan digunakan, adalah sebagai
berikut:
∑total = jumlah dari keseluruhan deck
= 12 + 8 + 8 + 3 + 5,7 + 6
= 42,68
= 43 buah
Setelah dilakukan perhitungan jumlah total sprinkler yang digunakan
maka direncanakan menggunkan standard spray sprinkler. Dipilih jenis
sprinkler tipe ini karena dirasa paling cocok digunakan untuk sebuah ruangan
yang ada dikapal. Sprinkler yang di pakai adalah merk viega yang berukuran
3/4''. Beberapa data dari sprinkler ini di gunakan dalam perancangan sistem
pemadam kebakaran otomatis dalam software pipe flow expert. Data yang di
input dari sprinkler ini ke dalam software pipe flow expert dapat di lihat pada
lampiran 3.
4.4.2 Perencanaan Pompa
4.4.2.1 Perencanaan Diameter Dalam Pipa
Perhitungan diameter dalam pipa utama, menurut BKI Vol. III
menyatakan bahwa diameter dalam pipa dapat dihitung menggunakan
persamaan seperti dibawah ini:
1) Perhitungan diameter dalam pipa bilga:
Perhitungan diameter dalam pipa bilga dapat dihitung
menggunakan rumus dari BKI vol. III section 11, N.2. Perhitungan
tersebut menggunakan persamaan (2. 1) sebagai berikut:
Dh = (1,68 x ((B x H x L)0,5) + 25 (mm)
= (1,68 x ((10,4 x 4,2 x 46)0,5) +25 (mm)
= 100,306 mm
= 0,100 m
= 3,949 inch
Keterangan: Dh = diameter dalam pipa bilga (mm)
B = lebar kapal (m)
H = tinggi kapal (m)

52
L = panjang kapal (m)
Berdasarkan pipa yang beredar dipasaran, dipilih pipa jenis carbon steel
(CS) yang sesuai dengan standar ANSI B36.10/19 pada lampiran 4
,dipilih pipa dengan ukuran sebagai berikut:
Tabel 4. 5 Ukuran pipa bilga
inside diameter (Dh) 4.026 inch 102.26 mm
ketebalan (S) 0.237 inch 6.02 mm
outside diameter 4.5 inch 114.30 mm
nominal pipe size 4.0 inch 101.60 mm
schedule 40
Penentuan pipa bilga ini dilakukan karena perhitungan pipa fire
dan perhitungan kapasitas pompa fire bergantung pada hasil
perhitungan dari pipa bilga. Seperti yang tertera dalam rumus di buku
BKI vo. III section 12, E. 2.3 untuk menghitung pipa fire dan juga dari
rumus BKI vol. III section 12, tabel 12.2 untuk menghitung kapasitas
pompa fire. Dari pernyataan ini maka perhitungan pipa fire dan
perhitungan kapasitas pompa fire seperti dibawah ini:
2) Perhitungan diameter dalam pipa pemadam
Perhitungan diameter dalam pipa pemadam dapat dihitung
menggunakan rumus dari BKI vol. III section 12, E. 2.3 (fire main
design). Perhitungan tersebut menggunakan persamaan (2.2) sebagai
berikut:
Df = 0,8 x Dh
= 0,8 x 100,306 mm
= 80,24 mm
= 0,08 m
= 3,16 inch
Keterangan: Df = diameter dalam pipa fire (mm)
Dh = diameter dalam pipa bilga (mm)
Berdasarkan pipa yang beredar dipasaran, dipilih pipa jenis carbon steel
(CS) yang sesuai dengan standar ANSI B36.10/19 pada lampiran 4
,dipilih pipa dengan ukuran sebagai berikut:

53
Tabel 4. 6 Ukuran pipa fire
inside diameter (Dh) 3.548 inch 90.12 mm
ketebalan (S) 0.226 inch 5.74 mm
outside diameter 4.0 inch 101.60 mm
nominal pipe size 3.5 inch 88.90 mm
schedule 40
4.4.2.2 Kapasitas dan kecepatan aliran pompa pemadam
Perhitungan kapasitas pompa pemadam dapat dihitung menggunakan
rumus dari BKI vol. III section 12, tabel 12.2. Bahwa kapal yang
mempunyai GRT dibawah 500 dapat menggunakan persamaan (2. 3)
sebagai berikut:
Q = 3,8 x 10-3 x Dh2
=3,8 x 10-3 x 100,3062 mm
= 38,23 m3/h
= 0,011 m3/s
V = dimana: A = ¼ π x Dh2

= A = ¼ π x 0,102 m
A = 0,0079 m2
= 4840,76 m/h
= 1,34 m/s
Keterangan: Q = kapasitas pompa (m3/s)
V = kecepatan aliran (m/s)
A = luas (m2)
Dh = diameter dalam pipa bilga (mm)
4.4.2.3 Perhitungan reynold number (Re)
Perhitungan angka reynold number menggunakan persamaaan (2. 20)
sebagai berikut:

Re = dimana: V' = 1,79 x 10-6

= 75350349,2
= 7,5 x 10-6

54
4.4.2.4 Perhitungan head losses pada pipa hisap (suction)
1) Mayor losses (head karena gesekan di pipa hisap)
Karena alirannya turbulen maka dipakai rumus Hazzen –
Williams, menggunakan persamaan (2. 13) untuk menentukan nilai k.
Dimana panjang (L) total suction side 12 meter:

k =

keterangan : k = koefisien karakteristik pipa


Q = kapasitas pompa (m3/s)
C = koefisien kekerasan pipa = 120 pipa baja baru
Df = diameter dalam pipa fire (m)
L = panjang total suction side (m)
Jadi nilai k dapat dihitung seperti berikut:

k=

k=

k = 3764,073
Setelah nilai k diketahui maka hfmayor dari sisi suction dapat dihitung
menggunakan persamaan (2. 14) adalah sebagai berikut:
hfmayor = k x Q1,85
= 3764,073 x 0,0111,85
= 0,839 m
2) Minor losses (head karena aksesoris yang terpasang pada pipa)
Harga dari jenis aksesoris yang digunakan mengacu pada tabel (2. 2).
Pada instalasi sistem direncanakan jenis aksesoris yang digunakan pada
pipa suction seperti berikut :
Tabel 4. 7 Kompilasi koefisien dan harga dari jenis aksesoris pada pipa
suction
jenis n harga n x harga
stainer 2 1.3 2.6
tee 3 1.8 5.4
elbow 90o flanged 4 0.2 0.8

55
check swing valve 1 2 2
∑= 9.9
Setelah diketahui harga f maka minor losses pada sisi suction dapat
dihitung menggunakan peasamaan (2. 15) adalah sebagai berikut :

hfminor = f x

= 9,9 x

= 87,71 cm
= 0,88 m
3) Total losses pada sisi hisap
Hltotal sisi hisab = hfmayor + hfminor
= 0,839 + 0,88
= 1,72 m
4.4.2.5 Perhitungan head losses pada pipa buang (discharge)
 Mayor losses (head karena gesekan di pipa tekan)
Karena alirannya turbulen maka dipakai rumus Hazzen –
Williams, menggunakan persamaan (2. 13) untuk menentukan nilai k.
dimana panjang (L) total discharge side 554 meter:

k =

keterangan : k = koefisien karakteristik pipa


Q = kapasitas pompa (m3/s)
C = koefisien kekerasan pipa = 120 pipa baja baru
Df = diameter dalam pipa fire (m)
L = panjang total suction side (m)
Jadi nilai k dapat dihitung seperti berikut:

k=

k=

k = 173774,69
Setelah nilai k diketahui maka hfmayor dari sisi suction dapat dihitung
menggunakan persamaan (2. 14) adalah sebagai berikut:

56
hfmayor = k x Q1,85
= 173774,69 x 0,0111,85
= 38,756 m
 Minor losses (head karena aksesoris yang terpasang pada pipa)
Harga dari jenis aksesoris yang digunakan mengacu pada tabel (2. 2).
Pada instalasi sistem direncanakan jenis aksesoris yang digunakan pada
sisi discarge adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 8 Kompilasi koefisien dan harga dari jenis aksesoris pada pipa
discharge
jenis n harga n x harga
tee 37 1.5 55.5
elbow 90o flanged 20 0.2 4
elbow 90o screwed 17 0.5 8.5
check swing valve 1 2 2
ball valve 2 0.05 0.1
hydrant 1 1 1
∑= 70
Setelah diketahui harga f maka minor losses pada sisi discharge dapat
dihitung menggunakan peasamaan (2. 15) adalah sebagai berikut :

hfminor = f x

= 70 x

= 620,18 cm
= 6,2 m
 Total losses pada sisi tekan (discharge)
Hltotal sisi tekan = hfmayor + hfminor
= 38,756 + 6,2
= 44,96 m
 Total head losses sisi hisap dan tekan
Hl total sisi hisap & tekan = Hl total sisi hisap + Hl total sisi tekan
= 1,72 + 44,96
= 46,67 m

57
4.4.2.6 Head statis (Hs)
Head statis adalah perbedaan tinggi permukaan air sisi hisap
(suction) dan sisi tekan (discharge). Tanda positif (+) dipakai apabila
permukaan air sisi tekan lebih tinggi dari sisi hisap. Head statis ini dapat
dihitung menggunakan persamaan (2. 9) sebagai berikut:
Hspompa = Z2 + Z1 Dimana : Z1 = 1,4 m
= 11,4 m Z2 = 10 m
Keterangan : Z1 = tinggi permukaan air pada sisi hisap (m)
Z2 = tinggi permukaan air pada sisi tekan (m)
4.4.2.7 Head tekanan (Hp)
Head tekanan adalah head akibat beda tekanan antara permukaan sisi
hisap (suction) dan sisi tekan (discharge). Maka perhitungan head tekanan
pada kapal Perintis dapat menggunakan persamaan (2. 10) untuk sisi hisap,
dan persamaan (2. 11) untuk sisi tekan adalah sebagai berikut:
1) Tekanan pada sisi hisap (P1)
P1 = ρ x g x h1 Dimana : ρair laut = 1025 kg/m3
= 1025 x 9,8 x (-3) h1 = -3 m
= -30135 Pa 1 bar = 10000 Pa
= -3,0135 bar
2) Tekanan pada sisi tekan (P2)
Tekanan absolut pada hydrant diketahui sebesar 6,9 bar (sumber: NFPS
14), sehingga tekanan pada P2 dapat dihitung sebagai berikut:
P2 = Pabsolut - Patm Dimana : Patm = 1 bar
= 6,9 bar – 1 bar Pabs = 6,9 bar (dari nfpa)
= 5,9 bar
= 59000 Pa
3) Tekanan pada sprinkler (P3)
Diketahui jumlah sprinkler yang akan digunakan pada perencanaan ini
adalah 43 buah dan dipilih jenis sprinkler merk viega. Friction loss
yang dipilih dalam perencanaan sprinkler ini adalah 3 gmp dengan
presure drop 0,023 Psi (158,58 Pa). Maka tekanan pada semua sprinkler
adalah sebagai berikut:

58
P3 = jumlah sprinkler x presure drop
= 43 x 158,58 Pa
= 6818,92 Pa
4) Head tekanan pada pipa adalah
(( )
Hp =

(( (
=

= 9,552 m
4.4.2.8 Perhitungan Head Total Sistem

Hl total sistem = Hs + Hp + Hl total hisap & tekan + ( )

= 11,4 + 9,552 + 46,67 + ( )

= 76,49 m

Keterangan : Hs = head statis (m)


Hp = head tekanan (m)
Hl = head losses total sisi hisap dan tekan (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
g = gravitasi (m2/s)
4.4.2.9 Perhitungan daya pompa (N)
Perhitungan daya pompa ini bertujuan untuk menentukan jenis pompa
yang tepat untuk sistem ini. Pompa ini harus mampu memenuhi suplay
kebutuhan pada instalasi pompa sistem pemadam kebarkaran ini.
Perhitungan daya pompa ini dapat dihitung menggunakan persamaan (2. 5).
Perhitungan head pompa dihitung menggunakan persamaan (2. 19), dan
daya poros menggunakan persamaan (2. 4). Perhitungan tersebut adalah
sebagai berikut:
( (
Hpompa = ( )
( (( (
=( )

= 97,439 m

59
Setelah diketahui head pompa maka daya motor dapat
dihitungmenggunakan persamaan (2. 4) sebagai berikut:
Pw = ρ x g x Hpompa x Q
= 1025 x 9,8 x 97,439 x 0,011
= 10394,793 Watt
= 10,39 kW
Diasumsikan efisiensi pompa adalah 70 %. Maka daya pompa yang
dibutuhkan sistem dapat dihitung menggunakan persamaan (2. 5) sebagai
berikut:

Ppompa =

= 14,85 kW
Keterangan : ρ = massa jenis air laut (kg/l)
ɳp = efisiensi pump
Pw = daya motor (Watt)
Q = kapasitas pompa fire ( m3/s)
Ppompa = daya pompa (kW)
4.4.2.10 Pemilihan pompa pemadam kebakaran
Setelah dilakukan perhitungan di atas, telah di ketahui kapasitas
pompa 38,23 m3/h, head pompa 97,44 meter, daya pompa 14,85 kW.
Pompa yang digunakan adalah merk CALPEDA. Spesifikasi pompa ini bisa
dilihat pada lampiran 5. Setelah dilakukan perhitungan dan diketahuinya
kapasitas, head, dan daya pompa maka dipilih tipe jenis pompa calpeda dari
penarikan grafik di bawah ini:

60
Gambar 4. 12 Grafik pemilihan pompa
Dari grafik di atas diketahui jenis pompa yang dapat mencukupi
kebutuhan sistem pemadam kebakaran. Pompa tersebut di dapat dari hasil
penarikan garis merah antara kapasitas pompa (Q) dan juga head pompa
yang telah di ketahui dalam perhitungan di atas. Jenis pompa untuk sistem
pemadam adalah pompa sentrifugal dengan merk sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Jenis pompa untuk system pemadam
Merk : CALPEDA
Type : MXV 65-3212/C
Kapasitas : 44 m3/h
Head : 105 m
Daya : 22 kW
Putaran : 2900 rpm
4.4.3 Perhitungan panjang total pipa instalasi
Perhitungan panjang total pipa instalasi ini dilakukan karena dari
perhitungan ini nantinya bisa diketahui berapa jumlah pipa yang telah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan instalasi ini.

61
Tabel 4. 10 Perhitungan panjang pipa instalasi pompa sistem pemadam kebakaran
pada kapal.
Panjang
Jumlah Panjang Panjang Panjang
total
No Jenis deck kapal pipa pipa pipa total
pipa
cabang cabang utama pipa
cabang
(m) (m) (m) (m) (m)
1 Lowwer main deck 3 9 14 27 41
2 Main deck 8 50 27 396 423
3 Poop deck 3 7 12 21 33
4 Navigation deck 3 7 10 21 31
5 Pipa hydrant 0 0 29 0 29
6 Pipa sea chest 0 0 9 0 9
Panjang total instalasi 101 465 566
Dibawah ini akan di jelaskan perhitungan secara manualnya. Perhitungan
ini hanya pada jenis deck kapal no.1 saja, karena untuk perhitungan manual
pada jenis deck yang lainnya mengunakan cara yang sama. Detail perhitungan
dari panjang instalasi pipa adalah sebagai berikut:
1) Lower main deck
Diketahui : JPcabang =3 cabang
PPcabang =9 meter
PPutama = 14,2 meter
Maka :
Total panjang pipa cabang = JPcabang x PPcabang
=3x9
= 27 meter
Panjang total pipa = PPutama + Total panjang pipa cabang
= 14,2 + 27
= 41,2 meter
Keterangan : JPcabang = jumlah pipa cabang pada lower main deck (m)
PPcabang = panjang pipa cabang pada lower main deck (m)
PPutama = panjang pipa utama pada lower main deck (m)

62
4.4.4 Estimasi Biaya Instalasi
Dari perhitungan panjang total pipa yang telah dilakukan maka
kebutuhan material pipa dapat diketahui. Kemudian untuk jumlah kebutuhan
material yang lainnya seperti elbow, tee, dll, dapat diketahui secara rinci dari
rencana sistem (gb. isometri).
Perhitungan dari jumlah kebutuhan material pipa dapat di jelaskan secara
detail sebagai berikut, Diambil contoh pada pipa cabang ¾”, jadi
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Diketahui : Panjang pipa 1 lonjor = 6 meter
Panjang pipa cabang ¾” = 465 meter
Jumlah kebutuhan pipa dapat dihitung sebagai berikut:

Jumlah kebutuhan =

= 77,5 ≈ 78 lonjor
Tabel 4. 11 Estimasi biaya instalasi pipa dari sistem pemadam kebakaran
No Material Kebutuhan Harga Per Satuan Total Biaya
1 Sprinkler 43 Rp 95,500.0 Rp 4,106,500.0
2 Pompa Utama 1 Rp 6,800,000.0 Rp 6,800,000.0
3 Pipa Besi 3/4" (6 lonjor) 78 Rp 197,500.0 Rp 15,405,000.0
4 Pipa Besi 4" (6 lonjor) 15 Rp 1,350,400.0 Rp 20,256,000.0
5 Pipa Besi 10" (lonjor) 2 Rp 3,750,400.0 Rp 7,500,800.0
6 Fitting Tee 3/4" 21 Rp 30,500.0 Rp 640,500.0
7 Elbow 3/4" 23 Rp 27,000.0 Rp 621,000.0
8 Fitting Tee 4" 19 Rp 172,150.0 Rp 3,270,850.0
9 Elbow 4" 12 Rp 138,000.0 Rp 1,656,000.0
10 Strainer 2 Rp 1,150,000.0 Rp 2,300,000.0
11 Ball valve 2 Rp 1,450,000.0 Rp 2,900,000.0
12 Check swing valve 2 Rp 1,550,000.0 Rp 3,100,000.0
Total Rp 68,556,650.0
*harga material didapat dari PT. F1 PERKASA banyuwangi pada saat penulis melakukan on the job training (OJT).
** harga belum termasuk biaya pemasangan.

63
4.5 Perancangan Instalasi Pompa Sistem Pemadam Kebakaran
Untuk perancangan istalasi pompa sistem pemadam kebakaran pada
tugas akhir ini selain mendesain menggunakan software autocaad juga
menggunakan software Pipe Flow Expert. Untuk merancang sistem instalasi
menggunakan software ini maka data-data yang harus di input kedalam
software adalah sebagai berikut:
1. Tekanan pompa calpeda = 10 bar
2. Spesifikasi sprinkler virga di lampiran 3
3. Dimensi pipa
4. Dimensi valve
5. Ukuran panjang pipa sesuai gb. Isometric
Parameter dimensi pipa dan dimensi valve bias langsung diinput pada
software pipe flow expert itu sendiri. Di bawah ini gambar input dimensi pipa
dan dimensi valve yang di pakai.

Gambar 4. 13 Menginput data dimensi valve pada software Pipe Flow Expert

Gambar 4. 14 Menginput data dimensi pipe pada software Pipe Flow Expert

64
Setelah diketahui parameter yang harus diinput kedalam software Pipe Flow
Expert. Maka dapat di running dan di ketahui data-data seperti dibawah ini:
Head pompa sebessar 99,194 meter
Velocity sebesar 14,014 m/s
Aliran yang masuk sebesar 0,1151 m3/s
Kemudian untuk detail dari hasil runnign software ini dapat dilihat pada
lampiran 7

65
BAB V
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan perencanaan pada tugas akhir ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1) Dari hasil perhitungan pompa yang direncanakan mempunyai kapasitas
sebesar 38,23 m3/h, head 97,44 meter, dan daya pompa 14,85 kW.
2) Dari perhitungan yang telah dilakukan jenis pompa yang dipilih adalah
pompa sentrifugal dengan merk CALPEDA type MXV 65-3212/C.
3) Kebutuhan panjang instalasi sistem pemadam sebesar 465 meter untuk
pipa cabang, sedangkan untuk pipa untama sebesar 101 meter.
4) Dalam perencanaan ini pipa yang dipilih adalah pipa jenis carbon steel
(CS) yang sesuai dengan standar ANSI B36.10/19
5) Jenis sprinkler yang dipakai adalah standard spray sprinkler merk viega.
6) Didapatkan estimasi biaya material instalasi dari keseluruhan sistem
adalah 69 juta rupiah.
7) Pada tugas akhir ini untuk perencanaan instalasi sistem pemadam
menggunakan software autoCAD dan Pipe Flow Expert.
8) Diketahui hasil dari runing software pipe flow expert untuk head totalnya
adalah 99,194 meter.

5.2 Saran
Berikut merupakan beberapa saran untuk perencanaan instalasi pompa sistem
pemadam kebakaran pada KMP Perintis 500 DWT pada tugas akhir ini.
1) Pada tugas akhir kali ini untuk perhitungan hanya sampai pada instalasi
pompa sistem pemadam kebakaran. Oleh sebab itu diharapkan tugas akhir
ini dapat dilanjutkan sampai pada perhitungan sistem-sistem lainnya yang
ada dikapal.
2) Agar untuk tahun berikutnya, tugas akhir ini dapat disempurnakan lagi
mengenai ketentuan dan rumus-rumus yang digunakan, jika terdapat

66
kesalahan yang akan mempengaruhi perencanaan instalasi sehingga
perencanaan akan lebih baik seperti yang diharapkan.
3) Diharapkan untuk tahun beriutnya bahan penelitian dan tinjauan pustaka
agar lebih dikembangkan lagi dan sesuai dengan perkembangan zaman
mengingat teknologi berkembang dengan cepat.

67
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Prijono D, 2007. Sistem Instalasi Perpipaan, Universitas Hang Tuah :


Surabaya.

BKI Vol. III Sec.12 E. Page 12-9 Tabel 12.2, Rule sistem pemadam
kebakaran. Biro Klasifikasi Indonesia.

NFPA 14, Standard For Water Spray Fixed System For Fire Protection,
1996 Edition.

SNI 03-3985-2000, Tata Cara Pemasangan Sistem Sprinkler untuk


Pencegahan Kebakaran Pada Ruangan.

Sularso, Haruo Tahata. (1994). Pompa dan Kompresor. Pradnya Paramita :


Jakarta.

Data Rencana Umum KMP. PERINTIS 500 DWT PT. F1 PERKASA


Marine Engineering and Shipyard.

Calpeda Pump Projeck, Vicenza, Italy, 2012

Viega Fire Sprinkler System, 2010

http://Engineeringtoolbox.com/Hazen-Cofficients-d798.html di akses
pada tanggal 20 juni 2014.

http://adheacoast.blogspot.com di akses pada tanggal 20 juni 2014

xiv
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
IDENTITAS PENULIS
BIOGRAFI PENULIS

Penulis, Anang Wahyu Mahardika lahir di kota


Banyuwangi pada tanggal 12 Mei 1993. Merupakan
anak dari Bpk. Harsono dan Ibu Etika Kasiati. Penulis
merupakan anak yang pertama dari dua bersaudara.
Penulis, memulai pendidikan formal yaitu di SDN 1
Wringinpitu, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1
Tegaldlimo dan SMA Negeri 1 Purwoharjo. Semua
pendidikan formal itu ditempuh di kab. Banyuwangi.
Setelah lulus SMA tahun 2011, penulis diterima di
Progam Studi Diploma III Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya melalui jalur
PMDK dan terdaftar sebagai mahasiswa Teknik Permesinan Kapal dengan NRP.
6311030005. Penulis banyak mengucapkan syukur kepada Allah SWT dapat
menyelesaikan studinya tepat waktu dengan semangat pantang menyerah dan kerja
keras selama menempuh studi di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Banyak
suka dan duka selama 6 semester menempuh pendidikan di Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya yang penulis alami, semoga bisa dijadikan pelajaran dan
pengalaman hidup kearah yang lebih baik lagi.

Email: mahardika.anang@yahoo.com
LAMPIRAN II
RENCANA UMUM KAPAL
LAMPIRAN 2

RENCANA UMUM KMP. PERINTIS 500 DWT


UKURAN UTAMA DAN KAPASITAS KAPAL
LAMPIRAN III
SPESIFIKASI SPRINKLER
LAMPIRAN 3
DIMENSI SPRINKLER
LAMPIRAN IV
NOMINAL PIPE SIZE
LAMPIRAN 4

NOMINAL PIPE SIZE


LAMPIRAN V
SPESIFIKASI POMPA
LAMPIRAN 5

SPESIFIKASI POMPA CALPEDA


LAMPIRAN VI
CARA INPUT SOFTWARE
LAMPIRAN 6

PERANCANGAN MELALUI SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT


Untuk perancangan istalasi pompa sistem pemadam kebakaran pada tugas
akhir ini selain mendesain menggunakan software autocaad juga menggunakan
software Pipe Flow Expert. Untuk merancang sistem instalasi menggunakan software
ini maka data-data yang harus di input kedalam software adalah sebagai berikut:
1. Tekanan pompa calpeda = 10 bar
2. Spesifikasi sprinkler virga di lampiran 3
3. Dimensi pipa
4. Dimensi valve
5. Ukuran panjang pipa sesuai gb. Isometric
Parameter dimensi pipa dan dimensi valve bias langsung diinput pada software
pipe flow expert itu sendiri. Langkah-langkah perancangan tersebut adalah sebagai
berikut:

Gambar diatas adalah tampilan dari pipe flow expert. Pada tampilan pipe
flow expert terdapat tool yang digunakan untuk merancang sistem pada tugas
akhir ini.
Setalah itu desain pipa sesuai dengan gambar isometric yang telah di
desain melalui software autocaad. Dibawah ini adalah gambar setelah
dilakukan pendesainan memlaui software pipe flow expert yang sesuai dengan
gambar isometri.

Setelah selesai merancang kemudian cara memasukkan data pada perancangan


pipa yang sudah di buat adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan data pada pipa
Klik pipa yang mau di input datanya, kemudian klik change diameter
seperti gambar yang ada dibawah ini.

Setelah di klik tool change diameter maka akan muncul gambar seperti
di bawah ini. Setelah itu pilih diameter pipa yang sesuai dengan
perencanaan.
Setelah ditemukan diameter yang di inginkan, kemudian klik 2 kali
pada data pipa yang dipilih lalu klik save data to pipe. Hal ini berlaku
untuk pipa-pipa yang lain.
2. Menentukan valve, fitting.
Klik pipa yang mau di input datanya, kemudian klik tool yang bertanda
merah pada gambar yang ada dibawah ini. Hal ini bertujuan untuk
menentukan fitting dan valve yang dipakai dalam pipa tersebut.
Setelah di klik tool yang bertanda merah maka akan muncul gambar
seperti di bawah ini. Setelah itu pilih fitting dan valve yang dipakai
dalam pipa tersebut, yang sesuai dengan perencanaan.

Setelah ditemukan fiting yang di inginkan, kemudian klik 2 kali pada


data fiting dan valve yang dipilih lalu klik save. Hal ini juga berlaku
untuk pipa-pipa lain yang akan dipasangkan fitting dan valve.
3. Menginput Data Spray Sprinkler
Klik pipa yang mau di input datanya, kemudian klik tool yang bertanda
merah pada gambar yang ada dibawah ini. Hal ini bertujuan untuk
menginput data spray sprinkler yang dipakai.
Setelah di klik tool yang bertanda merah maka akan muncul gambar
seperti di bawah ini. Setelah itu input data spray yang akan dipakai
dipakai sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Data input ini
didapat dari lampiran 3. Data input ini di isikan pada tabel curve loss.

4. Menentukan Pompa
Klik pipa yang mau di input datanya, kemudian klik tool yang bertanda
merah pada gambar yang ada dibawah ini. Hal ini bertujuan untuk
menginput data pompa yang dipakai.
LAMPIRAN VII
HASIL RUNNING SOFTWARE
LAMPIRAN VIII
BUKTI LEMBAR ASISTENSI
LAMPIRAN IX
BUKTI LEMBAR REKOMENDASI
LAMPIRAN X
BUKTI LEMBAR REVISI
LAMPIRAN XI
JURNAL TUGAS AKHIR
PERENCANAAN INSTALASI POMPA SISTEM PEMADAM
KEBAKARAN PADA KMP. PERINTIS 500 DWT

Anang Wahyu Mahardika, Sudiyono


Teknik Permesinan Kapal, PPNS
Jl. Teknik Kimia Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya

Abstrak
KMP PERINTIS 500 DWT merupakan kapal penumpang seperti halnya kapal lain. Kapal ini juga
dipasang instalasi pompa sistem pemadam untuk kenyamanan ABK dan para penumpang. Agar
instalasi pompa sistem pemadam ini terinstal dengan baik maka digunakan aturan – aturan menurut
Standart Nasional Indonesi (SNI) dan National Fire Protection Association (NFPA). Selain itu
perhitungan kapasitas pompa untuk memenuhi atau mensuplai kebutuhan sistem harus sesuai dengan
standart yang berlaku. Pada tugas akhir ini standart yang digunakan untuk perhitungan kapasitas
pompa adalah menurut standart BKI volume III.
Untuk menunjang sistem ini dapat berfungsi dengan baik, maka pada tugas akhir ini dilakukan
perhitungan kapasitas pompa dan perancangan instalasi pompa sistem pemadam kebakaran pada KMP
Berdasarkan perhitungan daya pompa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sistem pemadam
kebakaran pada KMP Perintis 500 DWT ini adalah 14,85 kW, head pompa 97,44 meter. Sedangkan
pada software head pompa diketahui 99,194 meter. Jenis pompa yang digunakan adalah merk
CALPEDA jenis pompa sentrifugal. Kemudian panjang instalasi pipa pemadam kebakaran sebesar
465 meter untuk pipa cabang dan 101 meter untuk pipa utama.

Kata kunci : Jenis Pompa, Perencanaan daya pompa, Jalur instalasi sistem, Standart SNI, NFPA, dan
BKI.

1. PENDAHULUAN otomatis pada tiap–tiap ruangan dengan media


Kapal laut merupakan sarana dalam bidang sprinkler. Perencanaan instalasi pompa sistem
perhubungan dan perekonomian di Indonesia pemadam kebakaran ini harus mengikuti
seperti halnya kapal penumpang. Suatu aturan–aturan yang berlaku, misalnya Standart
peristiwa kebakaran adalah suatu peristiwa yang Nasional Indonesia (SNI) dan National Fire
tidak di inginkan dan memiliki banyak kerugian. Protection Association (NFPA). Dan juga
Kebakaran tidak melihat tempat, waktu, dan digunakannya aturan BKI Volume III Section
korban. Untuk itu pada suatu kapal yang akan 12.
dibangun diperlukan sistem pemadam Pada KMP Perintis 500 DWT ini, aturan yang
kebakaran. dipakai adalah Standart Nasional Indonesia
Pada KMP Perintis 500 DWT yang sedang (SNI) dan National Fire Protection Association
dibangun digalangan PT. F1 Perkasa (NFPA 14) untuk sistem pemadam kebakaran.
Banyuwangi ini, keberadaan sistem pemadam Sedangkan untuk perencanaan kapasitas pompa
kebakaran sangatlah penting. Dengan adanya digunakan aturan munurut BKI volume III rules
sistem pemadam kebakaran yang terinstal Fire Protection and Fire Extinguishing
dengan baik, maka dapat membuat para ABK Equipment. Pada tugas akhir ini akan dirancang
dan penumpang tidak perlu kawatir akan sistem pemadam kebakaran pada bagian
trerjadinya bahaya kebakaran yang akan terjadi ruangan–ruangan yang ada di kapal. Pada tugas
pada kapal ini. akhir ini akan diketahui berapa kapasitas pompa
KMP Perintis 500 DWT ini mempunyai banyak yang layak di gunakan untuk memenuhi sistem
ruangan–ruangan yang digunakan untuk ABK pemadam kebaran, dan juga akan di ketahui
dan penumpang. Untuk menanggulangi instalasi pipa pemadam kebakaran dikapal.
kebakaran yang terjadi harus mempunyai Diharapkan KMP Perintis 500 DWT ini
instalasi pompa sistem pemadam kebakaran memiliki sistem pemadam yang baik.
dengan baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku. Selain itu harus dipasang pemadam 2. DASAR TEORI
2.1 Perhitungan Diameter ( )……………(2. 7)
a. Perhitungan diameter dalam pipa bilga
Pehitungan diameter dalam pipa bilga Persamaan dari head ststis total adalah
mengacu pada BKI vol III. Section 11, N. sebagai berikut:
dengan menggunakan persamaan sebagai ( )..…(2. 8)
berikut: Dari persamaan head statis total diatas
( (( ( ….(2.1) dapat di sederhanakan lagi menjadi seperti
Dimana: di bawah ini:
Dh = diameter dalam pipa bilga (mm) …………………...(2. 9)
B = lebar kapal (m) Dimana:
H = tinggi kapal (m) Hst = head statis pompa (m)
L = Lpp kapal (m) Z1 = tinggi permukaan air sisi hisap (m)
b. Perhitungan diameter dalam pipa fire Z2 = tinggi permukaan air sisi tekan (m)
Pehitungan diameter dalam pipa pemadam b. Head tekanan
mengacu pada BKI vol III. Section 12, E 1. Tekanan pada sisi hisap (P1)
2.3 (fire main design). Dengan ………….…….(2. 10)
menggunakan persamaan sebagai berikut: Dimana:
……………..……….(2. 2) ρair laut = massa jenis air laut (1,025 kg/m3)
Dimana: h1 = tinggi air sisi hisap (m)
Df = diameter dalam pipa fire (mm) g = gravitasi (9,8 m2/s)
Dh = diameter dalam pipa bilga (mm) 2. Tekanan pada sisi tekan (P2)
…………(2. 11)
2.2 Pompa fire Dimana:
1. Kapasitas pompa pemadam Pabsolut = tekanan pada sisi hisap (bar)
Perhitungan kapasitas pompa pemadam Patm = tekanan atmosfir (1 bar)
dapat dilakukan dengan menggunakan 3. Head tekanan pada pipa (Hp)
rumus dari BKI vol. III sec. 12. E. tabel
12.2. Yaitu kapal dibawah 500 GTR dapat ……………………..(2. 12)
menggunakan persamaan sebagai berikut: Dimana:
………..…(2. 3) P1 = tekanan pada sisi hisap (kg/ms2)
Dimana: P2 = tekanan pada sisi tekan
Dh = diameter dalam pipa bilga (mm) (kg/ms2)
Q = kapasitas pompa pemadam (m3/s) ρair laut = massa jenis air laut (1,025
2. Daya pompa pemadam kg/m3)
Perhitungan kapasitas pompa pemadam g = gravitasi (9,8 m2/s)
dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut: 2.3 Head losses
………….(2. 4) 1. Mayor losses
Maka daya pompa adalah sebagai berikut: Untuk menghitung besarnya kerugian
……………..(2. 5) dapat digunakan persamaan dari Hazen-
Dimana: Williams, sebagai berikut:
Ρ = massa jenis air laut (1,025 …………………..(2. 13)
kg/m3)
Q = kapasitas pompa pemadam Setelah nilai (k) ketemu maka barulah
mayor losses dapat dihitung dengan
(m3/s)
persamaan dibawah ini:
Hpump = head total pompa (m)
g = grafitasi (9.8 m2/s) …………..(2. 14)
Pw = daya poros (Watt) Dimana:
ɳpump = efisiensi pompa C = konstanta = 120 pipa baja
3. Pengertian head pompa Q = kapasitas pompa (m3/s)
a. Head statis pompa Df = diameter dalam pipa fire (m)
Persamaandari head statis sisi masuk L = panjang total pipa (m)
adalah sebagai berikut : hfmayor = kerugian gesek pipa (m)
2. Minor losses
( )…………….(2. 6)
Untuk menghitung besarnya kerugian
Persamaan head statis sisi keluar adalah dapat digunakan persamaan sebagai
sebagai berikut : berikut:
( ) …………….(2. 15) = ……………….(2. 20)
Dimana: Dimana:
f = total koefisien minor losses R = Jari-jari sprinkler (1,85 m)
v = kecepatan aliran (m/s) P = Panjang conveyor (m2)
g = gravitasi (9,8 m2/s) L = Lebar conveyor (m2)
hfminor = kerugian gesek akibat aksesoris
pipa (m) 3. METODE PENELITIAN
3. Head total sistem Metode penelititan merupakan langkah-
Head total sistem dapat dihitung dengan langkah yang dijadikan pedoman untuk
persamaan sebagai berikut: melakukan penelitian, agar dapat diperoleh
( )…….(2. 16)
hasil yang baik dan memperkecil
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
Sumber: sularso 1996. untuk mencapai tujuan penelitian yang
Dimana: direncanakan. Langkah-langkah dalam
Hs = head statis pompa (m) melaksanakan penelitian akan
Hp = head tekanan (m) diperlihatkan secara diagram berikut ini:
Hlts = head losses total sisi hisap & tekan
(m)
v = kecepatan aliran (m/s)

2.4 Head pompa


( ) …….(2.17)
Dimana:
Hpump = head pompa (m)
Hltot = head losses total sisi hisap &
tekan (m)
ΔZ = beda ketinggian (m)
ΔP = beda tekanan (Pa)
ρ = massa jenis air laut (kg/m3)

2.5 Reynold number


(
…………………….(2. 18)
Dimana:
v = kecepatan aliran (m/s)
Dh = diameter dalam pipa bilga (m)
V' = nilai viskositas cairan (1,79 x 10-6)

2.6 Jumlah sprinkler


Berdasarkan NFPA 15 jarak maksimum
antar sprinkler 3,7 meter sehingga jari –
jari jangkauannya adalah 1,85 meter. Gambar 3. 2 Diagram alir penelitian.

4. HASIL PENGAMATAN
4.1 Pada Spesifikasi Kapal
Kapal ini adalah jenis kapal penumpang
500 DWT yang dibangun digalangan PT.
F1 Perkasa Banyuwangi. Kapal ini
menggunakan 2 buah mesin beserta
propelernya. Kapal ini mampu
mengangkut penumpang sebanyak 250
Gambar 2. 7Jari-jari jangkauan sprinkler orang dalam sekali perjalanan. Berikut
2
Luas Sprinkler = adalah data utama dari kapal:
Luas Bangunan =P L ….(2. 19)
Tabel 4. 12Spesifikasi kapal
∑Sprinkler = Keterangan Spesifikasi Satuan
(LOA) 51.8 meter =
(LPP) 40 meter = 7,78 ≈ 8 buah
Lebar (B) 10.4 meter b. Passengers
Tinggi (H) 4.2 meter ∑sprinkler =
Sarat air (T) 2.85 meter =
Kecepatan (Vs) 12 kenots = 7,3 ≈ 8 buah
Daya mesin 2 x 650 PS c. Policlinic, Crews room, Cadets room.
Jarak jelajah 3500 mile Untuk ukuran dari ketiga ruangan
kapal tersebut di asumsikan sama, karena
luas dari ketiga rungan tersebut
hampir sama. Maka dapat di hitung
sebagai berikut:
∑sprinkler = ∑ruangan x
=3x
= 2,85 ≈ 3 buah
3. Poop Deck
Tabel 4. 13 Hasil perhitungan jumlah
sprinkler
Jenis P ∑ sprinkler
L (m)
ruangan (m) (buah)
Crews 1 3.5 3.3 1.07
Crews 2 3.5 3.3 1.07
Crews 3 3.5 3.3 1.07
Officer 4 3.3 1.23
Crews 3.5 2.4 0.78
mess
Galey 2 2.4 0.45
Gambar 4. 15 Rencana umum kapal
Total 6
4. Navigation Deck
Tabel 3. Hasil perhitungan jumlah sprinkler
Jenis P L ∑ sprinkler
ruangan (m) (m) (buah)
Comparador 3.3 2.5 0.8

Chief eng. 3.3 2.5 0.8

Captain 3.3 2.5 0.8


Owner 3.3 2.5 0.8
Whell house 8.4 2.5 2
Gambar 4. 16 PID sistem pemadam
Total 6
4.2 Detail Perhitungan dan Perencanaan Hasil perhitungan jumlah sprinkler yang
4.2.1 Perhitungan jumlah sprinkler 0,8 buah, maka di bulatkan menjadi 1
buah sprinkler.
1. Pada Lowwer Main Deck Maka jumlah total sprinkler adalah:
∑sprinkler = ∑total = 12 + 8 + 8 + 3 + 5,7 + 6
= = 42,68
= 43 buah
= 11,61 ≈ 12 buah
2. Main Deck
Pada ruangan ini terdapat 3 jenis 4.2.2 Perancangan Pompa
ruangan, diantaranya adalah: 1. Perhitungan diameter dalam pipa
a. Passengers Seat bilga:
Perhitungan ini menggunakan persamaan
∑sprinkler =
(2. 1) sebagai berikut:
Dh = (1,68 x ((B x H x L)0,5) + 25 dimana: V' = 1,79 x 10-6
Dh = (1,68 x ((10,4 x 4,2 x 46)0,5 + 25 Re =
Dh = 100, 306 mm
= 0,10 m =
= 3,949 inch = 75350349,2
Tabel 4. Ukuran pipa bilga = 7,5 x 10-6
inside 5. Mayor losses (head karena gesekan di
diameter 4.026 inch 102.26 mm pipa hisap)
(Dh) Karena alirannya turbulen maka dipakai
ketebalan rumus Hazzen – Williams, menggunakan
0.237 inch 6.02 mm
(S)
persamaan (2. 13) untuk menentukan
outside
4.5 inch 114.30 mm nilai k. Dimana panjang (L) total suction
diameter
nominal side 12 meter:
4.0 inch 101.60 mm
pipe size k=
schedule
40 k=
2. Perhitungan diameter dalam pipa k = 3764,073
pemadam Setelah nilai k diketahui maka hfmayor dari
Perhitungan ini menggunakan persamaan sisi suction dapat dihitung menggunakan
(2.2) sebagai berikut: persamaan (2. 14) adalah sebagai berikut:
Df = 0,8 x Dh hfmayor = k x Q1,85
= 0,8 x 100,306 mm = 3764,073 x 0,0111,85
= 80,24 mm = 0,839 m
= 0,08 m 6. Minor losses (head karena aksesoris
= 3,16 inch yang terpasang pada pipa)
Tabel 5. Tabel pipa fire
Harga dari jenis aksesoris yang
inside
digunakan mengacu pada tabel (2. 2).
diameter 3.548 inch 90.12 mm
(Dh) Pada instalasi sistem direncanakan jenis
ketebalan aksesoris yang digunakan pada pipa
0.226 inch 5.74 mm suction seperti berikut :
(S)
outside Tabel 6. Kompilasi koefisien dan harga dari
4.0 inch 101.60 mm jenis aksesoris pada pipa suction
diameter
nominal nx
3.5 inch 88.90 mm jenis n harga
pipe size harga
schedule stainer 2 1.3 2.6
40
tee 3 1.8 5.4
3. Kapasitas dan kecepatan aliran pompa
pemadam elbow 90o
4 0.2 0.8
Bahwa kapal yang mempunyai GRT flanged
check swing
dibawah 500 dapat menggunakan valve
1 2 2
persamaan (2. 3) sebagai berikut:
∑= 9.9
Q = 3,8 x 10-3 x Dh2
=3,8 x 10-3 x 100,3062 mm Setelah diketahui harga f maka minor
= 38,23 m3/h losses pada sisi suction dapat dihitung
= 0,011 m3/s menggunakan peasamaan (2. 15) adalah
dimana: A = ¼ π x Dh2 sebagai berikut :
A = ¼ π x 0,102 m hfminor = f x
A= 0,0079 m2
maka: = 9,9 x
V= = 87,71 cm
= = 0,88 m
7. Total losses pada sisi hisap
= 4840,76 m/h Hltotal sisi hisab = hfmayor + hfminor
= 1,34 m/s = 0,839 + 0,88
4. Perhitungan reynold number (Re) = 1,72 m
Perhitungan angka reynold number 8. Mayor losses (head karena gesekan di
menggunakan persamaaan (2. 20) pipa tekan)
sebagai berikut:
Karena alirannya turbulen maka dipakai sisi tekan (discharge). Tanda positif (+)
rumus Hazzen – Williams, menggunakan dipakai apabila permukaan air sisi tekan
persamaan (2. 13) untuk menentukan lebih tinggi dari sisi hisap. Head statis ini
nilai k. dimana panjang (L) total dapat dihitung menggunakan persamaan
discharge side 554 meter: (2. 9) sebagai berikut:
k= Dimana : Z1 = 1,4 m
Z2 = 10 m
k= Hspompa = Z2 + Z1
k = 173774,69 = 11,4 m
Setelah nilai k diketahui maka hfmayor dari 13. Head tekanan (Hp)
sisi suction dapat dihitung menggunakan Head tekanan adalah head akibat beda
persamaan (2. 14) adalah sebagai berikut: tekanan antara permukaan sisi hisap
hfmayor = k x Q1,85 (suction) dan sisi tekan (discharge).
= 173774,69 x 0,0111,85 Maka perhitungan head tekanan pada
= 38,756 m kapal Perintis dapat menggunakan
9. Minor losses (head karena aksesoris persamaan (2. 10) untuk sisi hisap, dan
yang terpasang pada pipa) persamaan (2. 11) untuk sisi tekan adalah
Harga dari jenis aksesoris yang sebagai berikut:
digunakan mengacu pada tabel (2. 2). Dimana : ρair laut = 1025 kg/m3
Pada instalasi sistem direncanakan jenis h1 = -3 m
aksesoris yang digunakan pada sisi 1 bar = 10000 Pa
discarge adalah sebagai berikut :  Tekanan pada sisi hisap (P1)
Tabel 7. Kompilasi koefisien dan harga dari P1 = ρ x g x h1
jenis aksesoris pada pipa discharge = -30135 Pa
jenis n harga n x harga = 3,0135 bar
 Tekanan pada sisi tekan (P2)
tee 37 1.5 55.5
P2 = Pabsolut - Patm
o
elbow 90 20 0.2 4 = 6,9 – 1
flanged = 5,9 bar
elbow 90o 17 0.5 8.5
 Tekanan pada sprinkler (P3)
screwed
check swing 1 2 2 Jumlah sprinkler 43 buah. Friction
valve loss 3 gpm dengan presure drop 0,023
ball valve 2 0.05 0.1 psi (158,58 Pa). Maka tekanan pada
sprinkler adalah sebagai berikut:
hydrant 1 1 1
P3 = jumlah sprinkler x presure drop
∑= 70 = 43 x 158,58 Pa
Setelah diketahui harga f maka minor = 6818,92 Pa
losses pada sisi discharge dapat dihitung  Head tekanan pada pipa adalah
(
menggunakan peasamaan (2. 15) adalah Hp =
sebagai berikut : ( (
=
hfminor = f x
= 9,552 m
= 70 x 14. Perhitungan Head Total Sistem
= 620,18 cm Hlts = Hs+Hp + Hl total hisap & tekan + ( )
= 6,2 m
10. Total losses pada sisi tekan (discharge) = 11,4 +9,55 +46,67 +( )
Hltotal sisi tekan = hfmayor + hfminor = 76,49 m
= 38,756 + 6,2 15. Perhitungan daya pompa (N)
= 44,96 Perhitungan daya pompa ini dapat
11. Total head losses sisi hisap dan tekan dihitung menggunakan persamaan (2. 5).
Hl total sisi hisap & tekan = Hl total sisi hisap + Hl Perhitungan head pompa dihitung
total sisi tekan menggunakan persamaan (2. 19), dan
= 1,71 + 44,96 daya poros menggunakan persamaan (2.
= 46,67 m 4). Perhitungan tersebut adalah sebagai
12. Head statis (Hs) berikut:
Head statis adalah perbedaan tinggi ( (
Hpompa = ( )
permukaan air sisi hisap (suction) dan
( (( ( )
=( )
= 97,439 m
Setelah diketahui head pompa maka daya
motor dapat dihitungmenggunakan
persamaan (2. 4) sebagai berikut:
Pw = ρ x g x Hpompa x Q
= 1025 x 9,8 x 97,439x 0,011
= 10394,793 Watt
= 10,39 kW
Diasumsikan efisiensi pompa adalah 70
18. Estimasi Biaya Instalasi
%. Maka daya pompa yang dibutuhkan Tabel 10. Estimasi biaya instalasi pipa dari
sistem dapat dihitung menggunakan sistem pemadam kebakaran
persamaan (2. 5) sebagai berikut:
Ppompa =

=
= 14,85 kW
16. Pemilihan pompa
Setelah dilakukan perhitungan di atas,
telah di ketahui kapasitas pompa 38,23
m3/h, head pompa 97,44 meter, daya
pompa 14,85 kW. Dan hasil perhitungan
dari software untuk head pompa adalah
99,194 meter. Maka dipilih pompa
seperti berikut: 5. KESIMPULAN
Dari hasil analisa dan perencanaan pada
tugas akhir ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
9) Dari hasil perhitungan pompa yang
direncanakan mempunyai kapasitas
sebesar 38,23 m3/h, head 97,44 meter,
dan daya pompa 14,85 kW.
10) Dari perhitungan yang telah dilakukan
jenis pompa yang dipilih adalah pompa
sentrifugal dengan merk CALPEDA
type MXV 65-3212/C.
Gambar 4. 17 Grafik pemilihan pompa 11) Kebutuhan panjang instalasi sistem
pemadam sebesar 465 meter untuk pipa
Tabel 8. Jenis pompa untuk sistem pemadam cabang, sedangkan untuk pipa untama
Merk CALPEDA sebesar 101 meter.
Type MXV 65-3212/C 12) Dalam perencanaan ini pipa yang
dipilih adalah pipa jenis carbon steel
Kapasitas 44 m3/h (CS) yang sesuai dengan standar ANSI
Head 105 m B36.10/19
13) Jenis sprinkler yang dipakai adalah
Daya 22 kW
standard spray sprinkler merk viega.
Putaran 2900 rpm 14) Didapatkan estimasi biaya material
instalasi dari keseluruhan sistem adalah
17. Perhitungan panjang total pipa
instalasi 69 juta rupiah.
Perhitungan panjang total pipa instalasi 15) Pada tugas akhir ini untuk perencanaan
ini dilakukan karena dari perhitungan ini instalasi sistem pemadam
nantinya bisa diketahui berapa jumlah menggunakan software autoCAD dan
pipa yang telah digunakan untuk Pipe Flow Expert.
memenuhi kebutuhan instalasi ini. 16) Diketahui hasil dari runing software
Tabel 9. Perhitungan panjang pipa instalasi pipe flow expert untuk head totalnya
pompa sistem pemadam kebakaran pada adalah 99,194 meter.
kapal.
DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Prijono D, 2007. Sistem Instalasi


Perpipaan, Universitas Hang Tuah :
Surabaya.

BKI Vol. III Sec.12 E. Page 12-9 Tabel


12.2, Rule sistem pemadam kebakaran.
Biro Klasifikasi Indonesia.

NFPA 14, Standard For Water Spray


Fixed System For Fire Protection, 1996
Edition.

SNI 03-3985-2000, Tata Cara


Pemasangan Sistem Sprinkler untuk
Pencegahan Kebakaran Pada Ruangan.

Sularso, Haruo Tahata. (1994). Pompa dan


Kompresor. Pradnya Paramita : Jakarta.

Data Rencana Umum KMP. PERINTIS


500 DWT PT. F1 PERKASA Marine
Engineering and Shipyard.
Calpeda Pump Projeck, Vicenza, Italy,
2012

Viega Fire Sprinkler System, 2010

http://Engineeringtoolbox.com/Hazen-
Cofficients-d798.html di akses pada
tanggal 20 juni 2014.

http://adheacoast.blogspot.com di akses
pada tanggal 20 juni 2014

Anda mungkin juga menyukai