Anda di halaman 1dari 62

PROSEDUR PENGGUNAAN FIRE HYDRANT DI ATAS

KAPAL SPOB. HUBMAR 22

TUGAS AKHIR

Oleh :

RANDI ARISNO
NIT : 11 617 015

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN KEMARITIMAN
PROGRAM STUDI NAUTIKA
SAMARINDA
2017
PROSEDUR PENGGUNAAN FIRE HYDRANT DI ATAS KAPAL
SPOB. HUBMAR 22

Diajukan sebagai persyaratanuntuk memenuhi derajat Ahli Madya(A.Md)


pada Program Studi Nautika Jurusan Kemaritiman
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh :

RANDI ARISNO
NIT 11 617 015

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN KEMARITIMAN
PROGRAM STUDI NAUTIKA
SAMARINDA
2017

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Randi Arisno

NIM : 11 617 015

Jurusan : Kemaritiman

Program Studi : Nautika

Jenjang : Diploma III

Judul Tugas : Prosedur Penggunaan Fire Hydrant di Atas Kapal SPOB.

Hubmar 22.

Dengan ini menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam laporan

Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Samarinda, Juli 2017

Randi Arisno
NIT. 11 617 015

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROSEDUR PENGGUNAAN FIRE HYDRANT DI ATAS KAPAL SPOB.


HUBMAR 22

NAMA : RANDI ARISNO

NIT : 11617015

JURUSAN : KEMARITIMAN

PROGRAM STUDI : NAUTIKA

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini Telah


Diterima dan Disahkan
Pada Tanggal,

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dody A.Siahaan, ANT II Mika Patayang,ST.,MT


NIP. 198106042010121005

Mengesahkan,
Direktur Politeknik Negeri Samarinda

Ir.H.Ibayasid, M.Sc
NIP.1959 0303 198903 1002

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
PROSEDUR PENGGUNAAN FIRE HYDRANT DI ATAS KAPAL SPOB.
HUBMAR 22

NAMA : RANDI ARISNO

NIM : 11 617 015

JURUSAN : KEMARITIMAN

PROGRAM STUDI : NAUTIKA

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui


Pada tanggal, Mei 2017

Dewan Penguji:

Penguji I,
Nama : Agus Rony katili. ANT I

Penguji II,
Nama : M. Adham, S.Kom., M.Si
NIP : 196407061989031004

Penguji III,
Nama : Rusman, ST., MT
NIP : 197403212008121002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Kemaritiman Ketua Program Studi Nautika

M. Adham, S.Kom., M.Si Amir Hidayat, SE., M.Si


NIP. 198106042010121005 NIP. 197311232008121001

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat-nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul

“PROSEDUR PENGGUNAAN FIRE HYDRANT DI ATAS KAPAL SPOB.

HUBMAR 22” dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan Diploma III pada Jurusan Kemaritiman Politeknik Negeri

Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis proleh selama

melaksanakan PRALA diatas kapal SPOB. Hubmar 22.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda

2. Bapak M. Adham, S.Kom., M.Si, selaku Ketua Jurusan Kemaritiman

Politeknik Negeri Samarinda.

3. Bapak Amir Hidayat, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Nautika Jurusan

Kemaritiman Politeknik Negeri Samarinda.

4. Bapak Dody Siahaan, ANT II, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam

penyelesaian laporan ini.

v
5. Bapak Mika Patayang, ST., MT, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu dalam membrikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam

penyelesaian laporan ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Jurusan Kemaritiman.

7. Manajemen PT. PELAYARAN HUB MARITIM INDONESIA yang telah

memberi kesempatan dan mengijinkan penulis untuk melaksanakan Prala di

kapal SPOB. Hubmar 22.

8. Capt. Max Alexander Kaunang dan seluruh officer yang telah membantu

mengumpulkan data memberikan bimbingan kepada penulis selama

melaksanakan PRALA.

9. Seluruh Crew SPOB. Hubmar 22, yang telah menerima kehadiran peneliti

dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini sehingga penelitian ini

dapat terselesaikan.

10. Teman-Teman Jurusan Kemaritiman dan khususnya Prodi Nautika angkatan

2011 yang senantiasa saling membantu dan memberikan semangat selama

proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

11. Kedua orang tuaku tersayang, Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan

dorongan moral dan material yang tak terhingga serta selalu mendoakan untuk

kebaikan dan keberhasilan penulis.

12. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan

semangat dalam penulisan tugas akhir ini.

Tiada kata yang tepat dan tiada yang pantas untuk rasa terimakasih penulis

pada pihak-pihak yang telah disebut di atas kecuali harapan agar Allah SWT

vi
dapat membalasnya dengan berbagai wujud rahmat dan curahan kasihnya.

Aamiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis membuka diri untuk semua saran dan kritik yang membangun.

Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan serta bagi mereka yang membutuhkannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Samarinda, july 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING............................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iv

KATA PENGANTAR....................................................................................... v

DAFTAR ISI...................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah........................................................................ 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebakaran.................................................................... 6

2.2 Teori Tentang Kebakaran Api................................................... 8

2.3 Klasifikasi Kebakaran menurut NFPA...................................... 11

2.4 Klasifikasi Bahaya Hunian........................................................ 12

2.5 Pengertian Sistem Hydrant........................................................ 13

viii
2.6 Bagian – Bagian Dari Sistem hydrant....................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat ................................................................... 30

3.2 Objek Penelitian ........................................................................ 32

3.3 Teknik Pengambilan Data ......................................................... 32

3.4 Jenis Dan Sumber Data ............................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penilitian .......................................................................... 35

4.4 Pembahasan............................................................................... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 48

5.2 Saran.......................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Fenomena Kebakaran....................................................... 7

Gambar 2.2 Teori Segitiga Api ........................................................................... 8

Gambar 2.3 Pompa Jockey.................................................................................. 16

Gambar 2.4 Skematik Diagram Pompa............................................................... 17

Gambar 2.5 Fire Hose Mhacino Coupling .......................................................... 22

Gambar 2.6 Fire Hose Storz Coupling................................................................ 23

Gambar 2.7 Fire Hose Instantaneous Coupling .................................................. 24

Gambar 2.8 Fire Hose Red Rubber ..................................................................... 25

Gambar 2.9 Fire Hose Canvas ............................................................................ 25

Gambar 3.0 Fire Hose Polyster ........................................................................... 26

Gambar 3.1 Nozzle.............................................................................................. 29

Gambar 3.2 Kapal SPOB. Hubmar22 ................................................................. 30

Gambar 4.1 Persiapan Fire Hose......................................................................... 36

Gambar 4.2 Persiapan Nozzle ............................................................................. 37

Gambar 4.3 Memegang Nozzle........................................................................... 39

Gambar 4.4 Pancaran Jet..................................................................................... 40

Gambar 4.5 Pancaran Tirai (spray)..................................................................... 40

Gambar 4.6 Single Rool...................................................................................... 41

Gambar 4.7 Double Rool .................................................................................... 41

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Peralatan Fire Hose Equipment ............................. 46

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapal laut sudah sejak lama merupakan sarana dalam bidang

perhubungan dan perekonomian di Indonesia seperti kapal tanker. Kapal tanker

merupakan kapal yang di rancang untuk mengangkut minyak atau produk.

Peristiwa kebakaran merupakan salah satu kejadian yang tidak diinginkan dan

memiliki banyak kerugian. Kebakaran tidak memilih tempat, waktu dan korban.

Berdasarkan undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja bahwa

dengan peraturan perundangan di tetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam

perencanaan, pembuatan pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk

teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya

kecelakaan.

Beberapa peristiwa kebakaran sering terjadi pada kapal tanker di

antaranya kebakaran kapal tanker pelita samudra IMO No.8500094 di bengkalis

pada 25 april 2011 dan juga kebakaran kapal tanker lain pada 19 Juli 2011.

Peristiwa kebakaran ini di karenakan kurang memadainya sistem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran pada kapal tanker. Kebakaran terjadi di kapal tanker

Pelita Samudra IMO No.8500094 bermuatan kosong yang sedang jangkar di

perairan sei pakning depan pelabuhan umum, Bukit Batu, Bengkalis, senin

(25/4/2011). Akibatnya, satu anak buah kapal (ABK) sujamin (56) dan satu ABK

mengalami luka Bakar M Ikhsan (21). Hal ini dikarenakan tidak adanya sistem
2

pemadam di kapal tersebut. Sebuah kapal tanker terbakar di sekitar 100 mil lepas

pantai Jakarta, tepatnya di pengeboran minyak PT Sinok, jum’at (23/9/2011),

sekitar pukul 09.00 WIB. Kabar ini di benarkan kepala polresto kepulauan seribu

ajun komisaris besar Hero bachtiar.

Salah satu sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yaitu

sistem pencegahan aktif salah satu contohnya yaitu sistem penggunaan fire

hydrant. Penggunaan fire hydrant kebakaran adalah salah satu sistem pemadam

kebakaran yang tetap, yang menggunakan media pemadam air bertekananan yang

di alirkan melalui pipa-pipa dan selang kebakaran. Sistem hydrant terdiri dari

sistem persedian air pompa, perpipaan, kopling outlet dan inlet serta selang dan

nozzle. Ada 2 macam hydrant yang di golongkan berdasarkan jenis dan

penempatannya yaitu hydrant gedung dan hydrant halaman. Hydrant gedung ialah

hydrant yang terletak di dalam suatu bangunan / gedung. Sedangkan hydrant

halaman ialah hydrant yang terletak di luar banguanan (Anonymous 1999).

Berdasarkan uraian singkat mengenai penggunaan hydrant di atas kapal

dan juga mengenai banyak peristiwa kebakaran pada kapal tanker maka pada

tugas perancangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran kali ini

perlu akan serta pemeriksaan dan pengujian mengenai prosedur pengunaan fire

hydrant pada kapal tanker. maka dari itu penulis mengangkat judul

tentang.”PROSEDUR PENGGUNAAN FIRE HYDRANT DI KAPAL SPOB.

HUBMAR 22”.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

maka masalah pokok yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah.

Bagaimana prosedur penggunaan alat-alat Fire Hydrant di kapal SPOB.

HUBMAR 22?

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini saya membatasi ruang lingkup masalah dengan hanya

membahas tentang prosedur penggunaan alat Fire Hydrant guna mengantisipasi

bahaya kebakaran besar, di kapal SPOB. HUBMAR 22, sedang yang dibahas

berkisar.

1. Penggunaan alat fire hydrant pemadam kebakaran agar bisa berfungsi

dengan baik pada saat terjadi bahaya kebakaran sebenarnya ataupun pada

saat latihan kebakaran (fire drill) di kapal, selama penulis melaksanakan

praktek di kapal SPOB. HUBMAR 22 dari tanggal 23 juli 20015 sampai

dengan 28 juli 2016.

2. Perawatan dan pemeliharaan alat pemadam kebakaran Fire Hydrant

secara intensif dan serius.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah untuk melengkapi prosedur

kemampuan keterampilan dan disiplin kerja para perwira dan anak buah kapal,

dalam melaksanakan kerja di kapal dan untuk memberikan arahan tentang

pentingnya peningkatan penggunaan alat fire hydrant kepada anak buah kapal,
4

sehingga bisa menambah pengetahuan tentang penggunaan alat pemadam

kebakaran dan penggunaannya agar berfungsi secara baik. Serta di harapkan dapat

meningkatkan keselamatan bagi seluruh awak kapal terhadap bahaya kebakaran,

Khususnya di kapal tanker.

1.5 Manfaat Penilitian

Berdasarkan permasalahan yang muncul diatas, maka penulis berharap akan

beberapa manfaat yang dapat dicapai dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain.

1. Untuk pihak kapal

Sebagai usulan dan saran bagi seluruh awak kapal agar benar-benar bisa

mengoptimalkan penggunaan alat pemadam kebakaran yang berjenis

Fire Hydrant di kapal. Pada khususnya di kapal SPOB. HUBMAR 22

2. Untuk penulis

a. Memenuhi persyaratan kelulusan dari program Diploma III jurusan

nautika di Politeknik Negeri Samarinda dengan sebutan Ahli Madya

(A.Md)

b. Melatih penulis untuk menuangkan pemikiran ataupun pendapat

dalam bahasa yang dapat di pertanggung jawabkan.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan dalam mengikuti seluruh uraian dan bahan atas

skripsi yang berjudul “Prosedur Penggunaan Fire Hydrant di atas kapal SPOB.

HUBMAR 22” maka sistematika penulisan terbagi dalam lima bab dimana dari

semua bab tersebut saling berkaitan sebagai berikut:


5

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penilitian, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penilitian, dan sistematika penilitian, di lanjutkan dengan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang hal-hal yang bersifat teoritis yang dapat sebagai landasan

berfikir guna mendukung uraian dan memperjelas serta menegaskan dalam

menganalisa data yang didapat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan dari metode - metode penelitian yang

akan digunakan dalam pengumpulan data dan penyusunan tugas akhir ini.

BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang uraian hasil penilitian dan pembahasan dari permasalahan yang ada

seperti, objek yang diteliti, temuan penelitian, dan pembahasan masalah yang

timbul.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini di temukan simpulan hasil penilitian dan saran – saran pemecahan

masalah, dilanjutkan pada bagian akhir yang berisi daftar pustaka dan lampiran –

lampiran yang mendukung penulisan tugas akhir ini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kebakaran

Kebakaran adalah peristiwa dengan ketiga unsur (bahan bakar, oksigen dan

panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan

sampai kematian. Menurut dewan keselamatan dan kesehatan kerja Nasional.

Kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak

dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian. Baik kerugian materi, berupa

Harta, benda, bangunan fisik, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain lain. Maupun

kerugian non materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain – lain). Hingga

kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang di timbulkan akibat kebakaran tersebut

Sifat kebakaran seperti di jelaskan dalam bahan training keselamatan kerja

penanggulangan kebakaran (1987) adalah terjadi secara tidak di duga. Tidak akan

padam apabila tidak di padamkan. Dan kebakaran akan padam dengan sendirinya

apabila konsentrasi keseimbangan hubungan 3 unsur dalam segitiga api tidak

terpenuhi lagi.

kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api itu kecil tapi

apa bila tidak di kehendaki adalah termasuk kebakaran. Fenomena kebakaran atau

gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran

padam, dapat di amati beberapa fase tertentu seperti di lukiskan pada gambar di

bawah ini:
7

Sumber. DepnakertransRI2004.com
Gambar 2.1 Diagram Fenomena kebakaran

Penjelasan :

1. Tidak di ketahui kapan dan dimana awal terjadinya kebakaran api /

kebakaran. Tetapi yang pasti ada sumber awal pencetusnya (source

energy), yaitu adanya potensi energy yang tidak stabil.

2. Apabila energy yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat

terbakar, maka akan terjadinya penyalaan tahap awal (initiation)

bermula dari sumber api / nyala yang relative kecil.

3. Apabila ada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api

akan berkembang lebih besar (growth) sehingga api akan menjalar bila

ada media sekelilingnya.

4. Intesitas nyala api meningkat dan akan menyebabkan panas ke semua

arah secara konduksi, konveksi, dan radiasi, hingga pada suatu saat

kurang lebih 3 – 10 menit atau setelah temperature mencapai 3000 akan

terjadi penyalaan api serentak yang disebut (flashover), yang biasanya di

tandai pecahnya kaca.

5. Setelah flashover, nyala api akan membara yang di sebut periode

kebakaran mantap (steady / full development fire). Temperature pada saat

kebakaran penuh (full fire) dapat mencapai 600 – 10000C. Bangunan


8

dengan struktur konstruksi baja akan runtuh pada temperature 7000C.

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih dari 7

jam di anggap tidak layak lagi untuk di gunakan.

6. Setelah melapaui puncak pembakaran, intesitas nyala akan berkurang /

surut dan berangsur – angsur akan padam, yang di sebut periode surut

(decav).

2.2 Teori Tentang Kebakaran / Api

Terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan kebakaran. Baik

bagaimana api / kebakakaran dapat terbentuk beserta cara penanggulangannya.

Beberapa teori tersebut antara Lain :

1. Teori Segitiga Api (Tri Angle of Fire) dan cara pemadamannya

Api adalah suatu reaksi berantai yang berjalan sangat cepat.

Seimbang dan kontinyu antara tiga bahan pembentuk api, yaitu bahan

bakar, energy panas, dan oksigen. Api dan tiga elemen pembentuknya itu

sering di gambarkan berupa segitiga api (fire triangle). Fire tringgle

adalah elemen pembentuk api : bahan bakar (fuel), Energi panas (heat),

dan Oksigen (oxygen).

Sumber.www.pmdlk.blogspot.co.id
Gambar 2.2 Teori Segi Tiga Api (Tri Angle of Fire)
9

Reaksi antara ketiga elemen tersebut hanya akan menghasilkan

suatu nyala api apabila kadar elemen – elemennya seimbang. Bila salah

satu elemen kadarnya berkurang. Maka nyala api akan padam dengan

sendirinya.

Sebagai contoh, ketika kita membuat api unggun. Maka nyala api

unggun akan makin membesar bila bahan bakar yang berupa kayu kayu

kering ditambah lebih banyak. Sebaliknya nyala api unggun akan

mengecil bila bahan bakarnya kita kurangi. Dari contoh ini di dapat suatu

cara pemadam kebakaran, yaitu mengurangi, memisahkan, atau

menyingkirkan bahan bakar yang menimbulkan api. Metode pemadaman

kebakaran dengan cara ini di sebut cara penguraian.

Api unggun yang kita buat juga dapat di padamkan dengan cara

menyiram air. Metode pemadaman kebakaran dengan cara ini disbut cara

pendinginan. Cara pendinginan pada dasarnya ialah mengurangi kadar

panas pada nyala api, sehingg reaksi berantainya tidak seimbang dan lalu

nyala api akan padam.

Api unggun yang kita buat, jika api unggun itu tidak terlalu besar

dapat di padamkan dengan cara menutupinya dengan karung bekas yang

di basahi. Akibat dari tertutup karung basah, maka nyala api terisolasi

dengan udara luar, atau tidak bisa bereaksi dengan oksigen. Maka

akibatnya keseimbangan reaksi berantainya akan terganggu, dan nyala

api akan padam. Pemadam nyala api dengan cara ini di sebut metode

kebakaran dengan cara Isolasi.


10

Tiga metoe pemadam kebakaran yang dijelaskan di atas pada Cara

penguraian, cara pendinginan, dan cara isolasi.

a. Cara penguraian

Metode pemadaman kebakaran dengan cara penguraian dilakukan

dengan cara memisahkan, menyingkirkan, atau menjauhkan bahan –

bahan atau pun benda – benda yang mudah terbakar.

b. Cara pendinginan

Metode kebakaran dengan cara pendinginan dengan menyemprotkan

air ke arah sumber api. Alat yang dingunakan adalah pompa – pompa

air, slang dan alat penyemprotnya atau nozzle. Alat penyemprot air

bermacam – macam jenisnya, dan ada yang di lengkapi dengan alat

pengaturan untuk menghasilkan pancaran air yang lurus atau pancaran

air yang menyebar. Pancaran air yang lurus di gunakan bila sumber

api kebakaran terlihat dengan jelas, misalnya bagian bangunan yang

terbakar berupa kayu atau bahan lain, sedangkan pancaran air yang

menyebar digunakan bila sumber api kebakaran tidak diketahui

dengan jelas Karena tertutup asap tebal. Pancaran menyebar

dimaksudkan untuk pendinginan atau untuk mengurangi kadar panas

agar api tidak menjalar (mengurung sumber api kebakaran).

c. Cara Isolasi

Metode kebakaran dengan cara Isolasi bertujuan untuk mengurangi

kadar oksigen di lokasi sumber api, atau mencegah agar api tidak

bereaksi dengan oksigen yang ada di udara bebas. Contohnya dengan


11

menutup sumber api dengan karung atau handuk yang telah di basahi

air.

2.3 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA

NFPA (National Fire Protection Associaton) adalah suatu lembaga

swasta yang khusus menangani di bidang peanggulangan bahaya kebakaran

di amerika serikat. Menurut NFPA, kebakaran dapat di klarifikasikan

menjadi 4 kelas, yaitu:

1. Kelas A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam. Kelas ini

mempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan abu.

Unsur bahan yang terbakar biasanya mengandung karbon, misalnya

kertas, kayu, tekstil, plastic, karet, busa, dan lain – lain yang sejenis

dengan itu. Aplikasi media pemadam yang cocok adalah bahan jenis

basah yaitu air. Karena prinsip air kerja air dalam memadamkan api

adalah menyerap kalor / panas dan menembus sampai bagian yang

dalam.

2. Kelas B, yaitu kebakaran bahan cair dan gas yang mudah terbakar. Kelas

ini terdiri dari unsur bahan yang mengandung hidrokarbon dari produk

minyak bumi dan turunan kimianya, misalnya: besin, aspal, minyak,

alcohol, gas LPG, dan lain – lain yang sejenis dengan itu aplikasi media

pemadam yang cocok untuk bahan cair adalah jenis busa. Prinsip kerja

busa dalam memadamkan api adalah menutup permukaan cairan yang

mengapung pada permukaan. Aplikasi media pemadam yang cocok


12

untuk bahan gas adalah jenis bahan pemadam yang bekerja atas dasar

subsitusi oksigen dan atau memutuskan reaksi berantai yaitu jenis tepung

kimia kering atau CO2.

3. Kelas C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan. Misalnya peralatan

rumah tangga, trafo, computer, televisi, radio, panel listrik, transmisi

listrik, dan lain – lain. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk kelas

C adalah jenis bahan kering yaitu tepung kimia atau CO2.

4. Kelas D, yaitu kebakaran bahan logam, pada prinsipnya semua bahan

dapat terbakar tak terkecuali benda dari jenis logam, hanya saja

tergantung pada nilai titik nyalanya misalnya: potassium, sodium,

alumunium, magnesium, dan lain – lain. Bahan pemadam untuk logam

tidak dapat menggunakan air dan bahan pemadam seperti pada umumnya

karena hal tersebut justru dapat menimbulkan bahaya maka harus di

rancang secara khusus media pemadam yang berprinsip kerjanyaadalah

menutup permukaan bahan terbakar dengan cara menimbun. Di perlukan

pemadam kebakaran khusus misal, metal –X foam untuk memadamkan

kebakaran jenis ini.

2.4 Klasifikasi Bahaya Hunian

Berikut adalah klasifikasi bahaya hunian :

1. Bahwa kebakaran ringan ialah bahaya terbakar pada tempat dimana

terdapat bahan – bahan yang mempunyai nilai kemudahan tebakar rendah

dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya

api lambat.
13

2. Bahaya kebakaran sedang kelompok 1 ialah bahaya kebakaran pada

tempat dimana terdapat bahan – bahan yang mempunyai nilai kemudahan

terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah tebakar dengan tinggi

tidak lebih 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas

sedang, sehingga menjalarnya api sedang.

3. Bahaya kebakaran sedang kelompok 2 ialah bahaya kebakaran pada

tempat dimana terdapat bahan – bahan yang mempunyai nilai kemudahan

terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi

tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas

sedang, sehingga menjalarnya api sedang.

4. Bahaya kebakaran sedang kelompok 3 ialah bahaya kebakaran pada

tempat dimana terdapat bahan – bahan yang mempuyai nilai kemudahan

terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas tinggi ,

sehingga menjalarnya api cepat.

5. Bahaya kebakaran berat ialah bahaya kebakaran pada tempat di mana

terdapat bahan – bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi

dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan

penjalaran api sangat cepat.

2.5. Pengertian Sistem Hydrant


Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap

yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang di alirkan melalui pipa

dan selang kebaran. System ini terdiri dari system persedian air, pompa,

perpipaan, coupling outlet dan inlet serta selang dan nozzle.


14

Sistem hydrant di bagi menjadi tiga macam yaitu :

1. Sistem isntalasi hydrant kering.

Sistem instalasi hydrant kering adalah suatu sistem hydrant yang pipa –

pipanya tidak berisi air, dan akan berisi air manakala hydrant tersebut

digunakan.

2. Sistem instalasi hydrant basah.

Sistem instalasi hydrant basah adalah suatu sistem hydrant yang pipa –

pipanya selalu berisi air.

3. Sistem klasifikasi hydrant

Hydrant dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan penempatan serta

besar ukuran pipa yang digunakan. Berikut adalah penjelasan mengenai

klasifikasi hydrant.

Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan hydrant, hydrant di bedakan

menjadi:

a. Hydrant kota

Hydrant kota ialah hydrant yang terpasang di tepi / sepanjang jalan

pada daerah perkotaan yang di persiapkan sebagai prasarana kota oleh

pemerintah daerah setempat guna menanggulangi bahaya kebakaran.

Persedian air untuk hydrant jenis ini di pasok oleh penyedia air

setempat.

b. Hydrant bangunan
Hydrant bangunan ialah hydrant yang terletak atau di pasang di dalam

bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan / di pasang oleh

pihak pengelola bangunan tersebut.


15

c. Hydrant halaman

Hydrant halaman ialah hydrant yang terletak di luar / lingkungan

bangunan instalasi dan peralatan serta sumber air di sediakan oleh

pihak pemilik / pengelola bangunan.

2.6 Bagian – Bagian Dari Sistem Hydrant (Hydrant System)

1. Persedian air

Sistem persedian air untuk sistem hydrant (hydrant system) Adalah

sebagai berikut:

a. Sumber air untuk memasok kebutuhan sistem hydrant kebakaran dapat

berasal dari PDAM, sumur dalam dan air laut.

b. Volume Reservoir, sesuai yang di atur dengan ketentuan yang berlaku,

harus di perkirakan berdasarkan waktu pemakaian yang di sesuaikan

dengan klasifikasi ancaman bahaya kebakaran bagi bangunan yang di

proteksi.

c. Berdasarkan ancaman bahaya kebakaran, maka banyaknya dapat

digunakan untuk lama waktu seperti di tentukan sebagai berikut :

 Kelas ancaman bahaya kebakaran ringan : 45 menit

 Kelas ancaman bahaya kebakaran sedang : 60 menit

 Kelas ancaman bahaya kabakaran berat : 90 menit

Bak penampungan (reseivoir) untuk persedian air pada sistem hydrant

dapat berupa reseivoir bawah tanah (ground tank), tangki bertekanan

(pressure tank).
16

2. Pompa

Pompa – pompa yang terpasang dalam sistem hydrant kebakaran

merupakan perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari

bak penampungan (reseivor) ke ujung pengeluaran (pipa pemancar /

Nozzle). Pompa – pompa jockey, 1 unit pompa utama dengan sumber

daya listrik dan generator serta 1 unit pompa cadangan dengan sumber

daya motor diesel.

a. Pompa jockey

Pomp jockey berfungsi untuk mempertahankan tekanan statis dalam

jaringan sistem hydrant, pada saat terjadi pengeluaran kecil sejumlah

air di dalam jaringan pompa jockey ini akan bekerja guna

mengembalikan tekanan keposisi semula. Karenanya sekaligus pompa

jockey juga akan berfungsi untuk memantau kebocoran – kebocoran

pada jaringan sistem hydrant. Oprerasi kerja pompa jockey di desain

untuk hidup (start) secara otomatis pada saat salah satu katup

pengeluaran di buka atau terjadi kebocoran pada jaringan dan akan

berhenti bekerja (stop) secara otomatis pada saat katup bukaan di

tutup.

Sumber.www.bromindo.com
Gambar 2.3 Pompa Jockey
17

b. Pompa utama

Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya

sistem Hydrant. Pompa utama akan bekerja setelah kapasitas

maksimal pompa jockey terlampaui. Operasi kerja pompa utama

didesain untuk hidup (start) secara otomatis dan berhenti bekerja

(stop) secara manual, melalui tombol reset pada panel pompa

kebakaran.

c. Pompa cadangan

Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem

hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini

meskipun berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi

“siaga operasi”. Dalam kondisi seperti ini pompa cadangan akan

bekerja secara otomatis pada saat kapasitas maksimal pompa utama

terlampaui, mengalami kerusakan atau pada saat sumber daya utama

padam. Sama halnya dengan pompa utama, operasi kerja pompa

Sumber.www.slideshare.net
Gambar 2.4 skematik Diagram Pompa
18

cadangan di desain untuk hidup (start) secara otomatis dan berhenti

bekerja (stop) secara manual.

Spsifikasi pompa untuk kebutuhan hydrant yaitu :

 Kemampuan pompa dalam liter permenit

 Tempat dimana pompa akan terpasang

 Temperature dan berat jenis zat cair

 Panjang pemipaan, banyaknya belokan, dan banyaknya

penutup

 Tekanan air pada titik tertinggi / terjauh tidak kurang 4 – 5

kg/cm

 Bekerja secara otomatis dan stop secara otomatis

 Sumber tenaga listrik harus ada dari generator darurat dapat

bekerja secara otomatis dalam waktu kurang 10 detik bila

sumber utama padam.

3. Perpipaan

Rangkaian jaringan perpipaan pada sistem hydrant terdiri atas :

a. Pipa penyalur

Pipa penyalur adalah pipa yang terentang dari pipa Header sampai ke

pipa tegak lurus atau ke hydrant langsung. Dimeter pipa bervariasi

antara 4, 6 dan 8 inch sesuai dengan besar kecilnya sistem hydrant

yang di pasang.
19

b. Pipa header

Pipa header dapat di katakan sebagai pipa antara yang ukuran

diameternya biasanya lebih besar dari pipa lainnya didalam rangkaian

sistem hydrant. Pipa ini merupakan tempat bertemunya pipa

pengeluaran (discharge) dari pompa jockey. Pompa utama maupun

pompa cadangan sebelum kemudian ke pipa penyalur. Diameter pipa

header ini bervariasi antara 6, 8, dan 10 inci, tergantung dari besar

kecilnya sistem hydrant yang di pasang. Dari pipa header ini, selain

berhubungan dengan pipa – pipa yang menuju ke tangki betekanan

(pressure tank), tanki pemancing (priming tank), sirkulasi / by pass ke

Reservoir ( safety valve), pressure switch dan ke manometer indikasi

tekanan kerja pompa.

c. Pipa tegak (riser)

Pipa tegak adalah pipa yang dipasang vertical dari lantai terbawah

sampai dengan lantai teratas bangunan yang di hubungkan dari pipa

penyalur. Diameter pipa bervariasi antara 3, 4 dan 6 inci sesuai

dengan besar kecilnya sistem hydrant yang di pasang. Berikut ini

sistem pada pipa tegak.

 Pipa tegak basah (wet riser)

Pipa tegak sistem basah adalah suatu sistem hydrant dimana pada

jaringan hydrant tersebut telash terisi air dengan tekanan statis, air

akan keluar dengan pada saat katup di lantai – lantai di buka dan

pompa akan bekerja secara otomatis.


20

 Pipa tegak kering (dry riser)

Pada sistem pipa tegak tidak terisi air, pasokan dan tekanan air

disediakan oleh mobil unit pemadam kebakaran melalui

sambungan Siamese conection

 Pipa tegak dengan sistem remote control

Pada tegak sistem ini jaringan pipa tegak juga kosong, namun

aliran air akan diperoleh dari sistem hydrant into sendiri melalui

operasi manual dengan mengaktifkan tombol manual yang

terpasang pada kotak – kotak hydrant.

d. Pipa cabang

Pipa cabang adalah pipa yang dihubungkan dari piapa tegak sampai ke

titik pengeluaran (outlet) hydrant pada lantai – lantai bangunan,

diameter pipa bervariasi antara 3 dan 4 inci.

Dalam merencanakan sistem perpipaan harus memperhatikan hal – hal

sebagai berikut :

 Diameter pipa induk (pipe suction) minimum 15cm dan diameter

pipa cabang (pipe discharge) minimum 10 cm

 Tidak boleh di gabungkan dengan dengan instalasi lainnya

 Pipa berdiameter lebih besar 6.25 cm harus menggunakan

sambungan las.

4. Selang Pemadam Kebakaran (Fire Hose)

Fire hose merupakan salah satu alat pemadam kebakaran berupa selang

yang digunakan tim pemadam kebakaran ketika terjadi kebakaran pada


21

sebuah bangunan atau gedung. Selang pemadam api ini termasuk fire

hydrant equipment yang penting di gunakan untuk memaksimalkan

system fire hydrant untuk memadamkan kebakaran. Fungsi dari fire hose

untuk mendistribusikan air dari hydrant pilar yang sebelumnya

distribusikan oleh hydrant pump / pompa hydrant dengan bertekanan

tinggi dari tandon air / tanki air sehingga dapat digunakan untuk

memadamkan kebakaran.

a. Ukuran fire hose

Pada umumnya untuk semua jenis firehose / selang pemadam

kebakaran ini diproduksi oleh produsen dengan bervarian ukuran

diameter dan panjangnya. Untuk panjangnya diproduksi oleh produsen

dari 20 meter sampai 30 meter. Sedangkan untuk diameternya di

produksi beberapa diameter antara lain 1,5” , 2,5”, dan 3”. Jadi dapat

di sesuaikan dengan kebutuhan, namun jika selang pemadam

kebakaran kurang panjang untuk menjangkau titik kebakaran bisa

menyambungkan selang pemadam kebakaran yang lain dengan

menggunakan hose coupling. Fire hose diproduksi sudah terpasang

dengan penghubung selang (hose coupling) di dua ujung selang ,

selang pemadam ini dapat di pasang dengan berbagai hose coupling

antara lain: machino coupling, storz copling, dan instantaneous

coupling.
22

 Fire hose machino coupling

Fire hose machino coupling merupakan fire hose coupling (katup

selang pemadam kebakaran) yang digunakan di Negara jepang, fire

hose machino coupling ini di design dan dibuat oleh Negara jepang

dengan teknologi canggih sehingga mutu dari produknya terjamin

kualitasnya. Jepang membuat hose coupling dengan model berbeda

dengan pada umumnya karena jepang ingin dipandang oleh manca

dunia bahwa Jepang bisa berdiri sendiri dengan menciptakan

produk – produk yang tidak kalah kualitasnya oleh Negara –

Negara yang lain. Oleh karena itu fire hose Machino coupling

diproduksi untuk mendapatkan pasar di internasional untuk

mendapatkan nama di manca Negara dan bidang Fire hydrant

equipment.

Sumber. www.bromindo.com
Gambar 2.5 Fire Hose Machino Coupling
23

 Fire hose storz coupling

Fire hose storz xoupling merupakan salah satu fire hose coupling

(penghubung selang pemadam kebakaran) yang di gunalan tim

pemadam kebakaran (fire brigade) di seluruh manca Negara. Hose

coupling ini di buat dengan mengaju standar NFPA (National Fire

Protection Assosion) untuk memenuhi permintaan pelanggan dalam

peralatan pemadam kebakaran. Fire hose storz coupling selain

digunakan untuk oleh fire brigade untuk memadam kebakaran

tetapi terkadang juga digunakan sebagai coupling selang industry.

Sumber.www.bromindo.com
Gambar 2.6 fire hose storz coupling

 Fire hose instaneous coupling

Fire house intaneous coupling merupakan salah satu fire hose

equipment yang berupa coupling yang digunakan oleh pemadam

kebakaran untuk menyambungkan selang dengan ujung selang

satunya untuk mengalirkan air dari sistem pemadam kebakaran,

tetapi juga kadang – kadang digunakan dalam industri hose

coupling. Fire hose instantaneous coupling ini juga bisa digunakan


24

untuk mengalirkan bahan cair baik itu berupa air, minyak, maupun

bahan kimia cair.

Sumber.www.bromindo.com
Gambar 2.7 Fire Hose Instantaneous Coupling

b. Jenis fire hose dan material yang digunakan

Fire hose memiliki beberapa jenis dan material yang digunakan

berbeda – beda antara lain:

 Fire hose red rubber

Fire hose red rubber merupakan jenis selang pemadam kebakaran

yang digunakan oleh pemadam kebakaran (fire brigade). Material

yang digunakan selang pemadam api atau selang pemadam

kebakaran ini dengan menggunakan material red rubber atau karet

yang berkualitas dan memiliki mutu tinggi. Selang pemadam ini

mampu menahan tekanan air 18 bar sampai 20 bar, sedangkan rata

– rata tekanan air pompa hydrant kurang lebih 10 bar. Oleh karena

itu fire hose red rubber yang memiliki kualitas yang baik dan mutu

yang tinggi memungkinkan selang pemadam ini tidak mudah rusak

dan bocor. Untuk ukuran diameternya dan panjang selang

bervariasi.
25

Sumber.www.bromindo.com
Gambar 2.8 Fire Hose Red Rubber

 Fire hose canvas

Fire hose canvas selang pemadam kebakaran ini terbuat dari bahan

kanvas bekualitas tinggi agar tidak mudah pecah saat digunakan.

Daya tahan tekanan air selang ini mampu bekerja dibawah tekanan

13 sampai 17 bar. Sealang media kanvas ini tidak mampu menahan

tekanan air antara 30 sampai 39 bar karena akan mengakibatkan

kepecahan pada selang ini. Hal itu tidak akan mungkin terjadi

karena pada umumnya tekanan air yang di hasilkan pompa fire

hyrant hanya mencapai kurang lebih 10 bar.

Sumber.www.bromindo.com
Gambar 2.9 Fire Hose Canvas
26

 Fire hose polyester

Fire hose polyester selang pemadam kebakaran ini dibuat dengan

material 100% dari polyester staple dan polyester filaments atau

kain khusus yang dipergunakan dalam pembuatan selang pemadam

kebakaran. Selang pemadam ini mampu bekerja dibawah tekanan

air hingga 13 bar, fire hose ini cukup tanggu digunakan untuk

menahan tekanan air pompa hydrant yang kurang lebih 10 bar.

Sumber.www.bromindo.com
Gambar 3.0 Fire Hose Polyester

c. Cara penggunaan fire hose

Prosedur setelah penggunaan selang pemadam ini juga harus

diperhatikan, seperti mengeringkan terlebih dahulu beberapa waktu

sebelum dimasukan di box hydrant atau di taruh di tempat

penyimpanan. Karena jika selang digulung dalam keadaan basah

dikhawatirkan selang akan menjadi lengket serta berjamur. Perhatikan

juga cara saat melepas selang dari sumber air, cara yang benar yaitu

mendorong ujung kumparan untuk mengurangi atau meregangkan

selang, bukan langsung ditarik secara paksa untuk melepaskan.

Dengan penggunaan yang benar, maka selang dipastikan akan lebih


27

awet, saat menarik selang ke arah titik api, perhatiakan landasan yang

digunakan. Sebaiknya gesekan antar selang dengan permukaan lantai

dan lainnya harus diminimalkan. Jika sering terjadi pergesekan

dengan benda kasar secara terus – menurus maka dikhawatirkan

selang akan mengalami kebocoran dan akhirnya tidak dapat dipakai

lagi.

5. Hydrant Nozzle Variable

Hydrant nozzle variable merupakan salah satu fire hydrant equipment

(alat pemadam kebakaran) yang paling depan ketika digunakan oleh tim

pemadam kebakaran (fire brigade) dalam pertarungan melawan api saat

terjadi kebakaran. Baik di luar bangunan maupun di dalam bangunan

hydrant nozzle variable merupakan senjata yang ampuh digunakan untuk

mengarahkan air dalam memadamkan api oleh pemadam kebakaran (fire

brigade).

a. Rancangan khusus pada hydrant nozzle variable

Hydrant nozzle variable ini dirancang dari perpaduan dua hydrant

nozzle yaitu hydrant nozzle spray dan hydran nozzle zet. Ujung nozzle

pada hydrant nozzle variable dirancang khusus sehingga bisa di atur

untuk menghasilkan pancaran air bisa memanjang maupun menyebar

seperti paying. Sehingga nozzle ini sangat cocok digunakan oleh

pemadam kebakaran untuk jarak yang jauh maupun jarak lebih dekat,

semua bisa di atur sesuai kondisi dilapangan. Fungsi lain dari nozzle

ini pancaran yang mengembang seperti kabut digunakan oleh petugas


28

kebakaran sebagai perlindungan diri dari panasnya api yang ada di

depan. selain hal tersebut fungsi dari nozzle ini digunakan untuk

menimbulkan efek hujan. Cara pemasangannya hydrant nozzle

variable sangat mudah. Hydrant nozzle variable tinggal diputar searah

jarum jam pada fire hose coupling pada fire hose yang sudah

terkoneksi dengan fire hydrant system. Sedangkan untuk melepaskan

nozzle ini tinggal diputar berlawanan arah jarum jam. Jadi tidak

menyulitkan ketika digunakan dalam menangani kebakaran yang

sedang berlangsung.

b. Material hydrant nozzle variable

Material yang digunakan hydrant nozzle variable ada dua jenis

material yaitu : alumunium dan brass (kuningan). Material hydrant

nozzle variable yang terbuat dari brass lebih berat ketika dipegang

disbanding yang menggunakan alumunium tetapi semua sama – sama

kuat dalam kualitasnya. Kenunggulan hydrant nozzle variable yang

menggunakan alumunium, nozzle lebih ringan saat digunakan oleh

pemadam kebakaran namun tidak mengurangi kualitasnya yang lebih

kuat dan tahan lama terhadap perubahan suhu. Kedua material dapat

berfungsi dengan baik untuk memadamkan api dari jarak dekat

maupun jauh.

c. Ukuran nozzle perlengkapan pemadam kebakaran

Nozzle perlengkapan pemadam kebakaran memiliki ukuran standar

1,5 inchi dan 2,5 inchi. Biasanya untuk ukuran 1,5 inchi digunakan di
29

dalam ruangan Karen memiliki diameter dan panjang yang lebih kecil

dari pada ukuran 2,5 inchi.

Sumber.www.kumpulanprotection.com
Gambar 3.1 Nozzle
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian mengandung uraian tentang waktu dan tempat

penelitian serta obyek penelitian. Pada bab ini penulis akan menguraikan tata cara

penyusunan dan pencarian materi dari Tugas Akhir ini, bab ini terdiri dari

beberapa sub bab yaitu:

3.1 Waktu dan Tempat

Alokasi waktu penelitian adalah sejak awal PRALA sampai akhir PRALA

yakni selama 12 bulan dan 6 hari di mulai sejak tanggal 23 Juli 2015 hingga 29

Juli 2016 yang dilaksanakan di atas kapal SPOB yaitu : “SPOB. HUBMAR 22”.

Sumber spob.hubmar 22
Gambar 3.2 Kapal SPOB.HUBMAR 22
31

Ship Particular SPOB. HUBMAR 22

Ship Name : SPOB. HUBMAR 22

Call Sign : JZIU

Nationality : Indonesia

Port Of Registry : Balikpapan

IMO Number : 8667195

Owners : PT.PELAYARAN HUMARITIM INDONESIA

Owner Addres : Jl. Ikan mungsing VIII B No. 96 Surabaya

Kind Of Vessel : Motor Tanker

Type Of Vessel : SPOB

L.O.A : 85.28 M

L.B.P : 78.00 M

Breadth (Molded) : 12 M

Depth (Molded) : 6.05 M

GROSS TONNAGE : 1.171 T

D.W.T : 2.448 T

Main Engine : CATERPILLAR DITA 3508-Ax 2 UNIT

Main Engine Horse Power : 2 x 900 hp

Speed : 10 knot

Capacity Of Cargo : 1.700 KL


32

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian yang penulis ambil adalah prosedur penggunaan Fire

Hydrant di kapal SPOB. Hubmar 22.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Dalam pembuatan atau penyelesaian tugas akhir ini diperlukan data-data

yang kongkrit sebagai bahan dalam penulisan materi pokok serta masalahnya.

Cara penulisan yang dipakai untuk memperoleh data yang diteliti sesuai dengan

pengalaman penulis selama praktek laut (prala) adalah sebagai berikut :

1. Metode Lapangan (field research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan tinjauan langsung

pada obyek yang diteliti. Data dan informasi dikumpulkan melalui :

a. Metode Observasi

Yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada

objek yang diteliti (pengoperasian Fire Hydrant di atas kapal).

b. Interview

Yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada

Nahkoda, perwira beserta anak buah kapal yang ada di atas kapal

dalam upaya mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan cara

mengoprasikan Fire Hydrant yang sesuai dengan prosedur agar tidak

mengalami keterlambatan dalam menangani kebakaran di atas kapal.

2. Metode Studi Pustaka


Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari

literature, media elektronik dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan


33

masalah yang dibahas. Untuk memperoleh landasan teori yang akan

digunakan dalam membahas masalah yang akan diteliti.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang diperoleh dan digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Data Kualitatif

Data yang diperoleh dalam bentuk variable berupa informasi-informasi

sekitar pembahasan baik secara lisan maupun tulisan. Data dalam bentuk

lisan ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap Nakhoda,

Perwira dan ABK di atas kapal. Selain itu, data atau informasi yang

didapat dalam bentuk tulisan diperoleh dari berita-berita, internet,

majalah-majalah mengenai prosedur penggunaan Fire hydran di atas

kapal baik itu cetak maupun elektronik.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang penulis gunakan terdiri atas :

a. Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan

secara langsung. Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara

metode survey yaitu dengan cara mengamati secara langsung

dilokasi.
34

b. Data Sekunder

Data ini merupakan data pelengkap dari data primer yang di dapat

dari sumber lain, seperti media elektronik pelajaran yang terkait,

yang menunjang penulisan Tugas Akhir ini.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penilitian

Pada penilitian yang akan dibahas oleh penulis di kapal SPOB. Hubmar 22

prosedur yang dilakukan di atas kapal di lakukan sepenuhnya oleh para crew di

atas kapal susai prosedur penggunaan fire hydrant yang ada, berikut penjelasan

prosedur yang saya jelaskan di bawah ini.

1. Prosedur persiapan alat fire hydrant

a. Nomor 1 (komandan regu) membawa 1 rol selang dan 1 buah nozzle,

menggelar dan menyambungkan kopling selang ke nozzle

b. Nomor 2 (operator) membawa kunci hydrant menyambungkan

selang yang dibawa oleh nomor 4 ke kopling hydrant

c. Nomor 3 (anggota) membawa 1 roll selang, menggelar dan

menyambungkan selang yang dibawa oleh nomor 1

d. Nomor 4 (anggota) berada dirumah pompa, untuk menghidupkan

pompa dan berkordinasi dalam mematikan pompa hydrant.

2. Prosedur penggunaan fire hydrant

Menggunakan Fire hydrant harus sesuai dengan prosedu – Prosedur

yang berlaku, selain agar api dapat dipadamkan dengan baik juga untuk

menjaga komponen yang di gunakan lebih awet. Sehingga dapat

digunakan lagi sebagai media memadamkan api jika suatu saat terjadi
36

kebakaran di tempat yang sama. Secara garis besar, cara penggunaan

Fire Hydrant yang benar adalah sebaga berikut :

a. Persiapan selang fire hose

 Angkat selang fire hose mendekat, bisa juga dipanggul jika terasa

berat dan lempar selang tersebut ke arah yang mendekati api. Bisa

juga menarik kedua ujung selang dan disesuaikan dengan model

gulungan selang.

 Posisikan selang agar tidak terbelit, sehingga aliran air nantinya

bisa berjalan dengan lancar.

 Jika panjang selang kurang, maka bisa ditambah dengan selang

lainnya.

 Menyambungkan pangkal selang dengan hydrant pillar.

Sumber.dokumentasi SPOB Hubmar.22


Gambar 4.1 Persiapan Selang Fire Hose
37

b. Persiapan Nozzle

 Posisikan kaki agak merenggang agar tumpuan ke tanah kuat,

persiapan nozzle dengan pegangan yang sempurna.

 Posisi salah satu tangan adalah memegang ujung nozzle, dan

tangan satunya pada pangkal dengan menjepitkan ketiak supaya

tidak goyah.

 Berikan kode ke operator jika anda merasa suda siap memadamkan

api.

Sumber. Dokumentasi kapal SPOB. Hubmar.22


Gambar 4.2 Persiapan Nozzle

c. Persiapan aliran air

 Kode untuk mengalirkan air dari pemegang nozzle adalah tangan

lurus ke atas
38

 Sedangkan kode untuk menghentikan aliran air adalah melipat siku

tangan dengan berulang – ulang.

 Jangan membuka kran air (valve) terlalu cepat. Sifat air yang ada

dalam intalasi fire hydrant adalah air yang mempunyai tekanan,

sehingga bisa membahayakan petugas yang ada di depan pemegang

Nozzle, seperti terpental karena pijakan tidak kuat

 Menutup kran air (valve) juga tidak disarankan tergesa – gesa

karena bisa mengakibatkan water hammer yang dapat merusak

peralatan fire hydrant.

3. Memegang nozzle

a. Posisi kaki selalu kuda – kuda

b. Buka atau tutup pancaran air harus diarahkan ke atas

c. Saat pancaran jet sebaiknya nozzleman harus dalam posisi ditempat

(berhenti) dan ingat bahaya tekanan balik dari pancaran air.

d. Kalau bergerak harus dengan pancaran tirai, kaki tidak melangkah

tetapi bergeser dan selalu membentuk kuda – kuda.

e. Pandangan selalu ke depan ke arah api dan selalu memperhatikan

kerja sama team.

f. Cara memegang nozzle sesuai dengan prinsip yang aman dan

disesuaikan dengan teknik pemadaman yang di inginkan.


39

Sumber. Dokumentasi Kapal SPOB.Hubmar.22


Gambar 4.3 memegang Nozzle

4. Tehnik penggunaan media pemadam kebakaran

a. Pancaran zet

Tujuan utama penggunaan air adalah untuk pendinginan (cooling)

namun dengan teknik – teknik tertentu seperti dilusi dengan uap air

atau memotong menjalarnya api (cut off) dengan bentuk pancaran

tirai. Bentuk bentuk pancaran air dalam pemadaman adalah sebagai

berikut : terdapat dua pancaran jet yaitu pancaran jet utuh dan

pancaran jet lurus, pancaran jet utuh berasal dari nozzle – nozzle yang

dari masukan sampai moncongnya tak ada penghalang kecuali

penyimpitan diameternya. Sedangkan pancaran lurus berasal dari

nozzle yang antara lobang masukan dengan keluarnya terdapat

penghalang, umumnya pancaran ini berasal dari nozzle bisa diatur dari

spray sampai dengan jet.


40

Sumber. Dokumentasi SPOB Hubmar.22


Gambar 4.4 pancaran jet

b. Pancaran tirai (spray)

Pancaran spray juga di pakai sebagai perisai air untuk menahan

dedahan paparan panas dari api dalam usaha menutup kerangan,

menutup bocoran maupun tugas – tugas penyelamatan

Sumber. Dokumentasi SPOB Hubmar.22


Gambar 4.5 pancaran tirai (spray)
41

5. Gulungan rol selang hydrant

a. Teknik single roll

Cara menggulungnya melipat pada satu ujung selang pastikan melipat

pada bagian ujung selang male coupling, sangat perlu di perhatikan

karena kesalahan dalam menggulung selang dapat berakibat

memperlambat proses pemadaman.

Sumber. Dokumentasi SPOB Hubmar.22


Gambar 4.6 single rool

b. Teknik double rool

Menyatukan kedua ujung selang seperti kita melipat selang degan

mempertemukan antara ujung satu dengan ujung lainnya, setelah di

pertemukan geser ujung selang yang terletak pada bagian atas kurang

20 sampai 25 sentimeter, kemudian gulung selang secara padat dan

rapi hingga ke ujung.

Sumber. Dokumentasi SPOB Hubmar.22


Gambar 4.7 double rool
42

6. Prinsip cara meringkas selang (selesai pemadaman)

a. Luruskan selang sehingga tidak terdapat lekukan.

b. Buang air dalam selang dari sumber air ke arah api.

c. Gulung selang dari arah api ke sumber air.

d. Letakan kopling dalam gulungan tunggal atau ganda.

e. Masukan kembali peralatan hydrant ke kotak hydrant seperti semula

4.2 Pembahasan

1. Sumber tejadinya kebakaran di atas kapal

Sumber yang menjadi penyebab terjadinya kebakaran, dalam hal ini

khususnya kebakaran di lingkungan di atas kapal antara lain :

a. Muatan kapal yang mudah terbakar: Kebakaran yang disebabkan

oleh terjadinya kecelakaan kapal yang di akibatkan oleh muatan,

khususnya muatan minyak, muatan minyak tersebut sangat cepat

sekali mudah terbakar jika ada media api di sekitarnya.

b. Bahan bakar dari kapal: Bisa diketahui bahwa bahan bakar adalah

sesuatu sistem dari utama penggerak kapal yang di salurkan oleh

mesin penggerak kapal, bahan bakar kapal juga bisa mengakibatkan

kebakaran jika terjadinya kebocoran pada tangki bahan bakar kapal

tersebut dan bila ada media api di sekitarnya.

c. Arus listrik atau arus pendek (konslet): Hubungan pendek arus listrik

dapat juga terjadi karena arus listrik melalui jalur yang nyaris tanpa

hambatan. Bahayanya saat terjadi hubungan singkat, arus berlebihan


43

mengalir karena tidak dihalangi oleh hambatan dan menyebabkan

ledakan. Hal ini dapat dicegah oleh sekering yang berfungsi norma

dan dapat terputus dengan sendirinya jika terjadi hubungan singkat.

2. Sebab – sebab terjadinya kebakaran di atas kapal

a. Kerusakan mekanis

 Kerusaan dari sistem kapal

 Kebocoran pada tangki muatan kapal

 Kelalayan pekerja atau awak kapal dalam bekerja

Kerusakan mekanis dapat di atasi dengan sistem pemeliharaan

dan perawatan yang lebih baik serta pemeriksaan berkala oleh

pemerintah atau BKI (Biro Klasifikasi Indonesia).

b. Kesalahan manusia

Manusia mempunyai peran tertinggi dalam factor penyebab terjadi

kebakaran, hal itu terjadi karena :

 Kurang pengetahuan atau pengalaman

 Kurang perhatian dari personil

 Kurang ditaatinya peraturan – peraturan yang telah di tetapkan

 Kurang pengawasan

Kesalahan manusia dapat diatasi dengan memberikan

pelatihan (training) kepada personil kapal untuk meningkatkan

keterampilan mereka, sehingga dapat melaksanakan tugasnya

dengan lebih efektif menerapkan sepenuhnya perijasahan personil

kapal.
44

Berdasarkan penilitian dan pengamatan yang penulis

lakukan selama melaksanakan Praktek Laut (prala) di kapal

SPOB. Hubmar 22, diketahui bahwa pengetahuan serta

kedisiplinan awak kapal dalam pencegahan maupun penanganan

kebakaran di atas kapal masih belum optimal. Selain itu beberapa

alat Fire Hydrant yang ada di kapal sudah tidak layak untuk

digunakan karena kurangnya perawatan terhadap alat – alat

tersebut. Hal ini dapat diketahui dari beberapa kejadian yang

penulis temukan diatas kapal sehubungan dengan prosedur

penggunaan fire hydrant di atas kapal.

Kejadian tersebut antara lain :

Pada tanggal 25 agustus 2015 ketika kapal akan melakukan

bongkar muatan di pelabuhan AKR Kota Baru terjadi kebocorn

pada sambungan pipa darat dengan manifold, ketika terjadi

kebocoran awak kapal yang sedang dalam tugas jaga di deck

panik lalu memberitahu kejadian tersebut kepada kru yang lain

perwira yang bertugas jaga di CCR (cargo control room)

langsung memberitahukan ke AKR kota Baru untuk

menghentikan pompa muatan, Crew yang bertugas di Deck lalu

mengambil, majun, sekop, oil dispersant di SOPEP store untuk

membersihkan tumpahan minyak agar tumpahan minyak tersebut

tidak meluas dan tidak mengakibatkan terjadinya kebakaran.


45

Dari masalah – masalah yang dapat di ketahui bahwa penggunaan fire

hydrant di atas kapal SPOB. Hubmar 22 selama melaksanakan praktek berlayar di

kapal SPOB Hubmar 22. penulis meniliti dan mengamati bahwa belum

optimalnya penanganan penggunaan fire hydrant di kapal disebabkan karena

beberapa hal sebagai berikut:

1. Awak kapal kurang memahami tugas masing – masing yang tertera

dalam penanganan prosedur penggunaan fire hydrant. Hal ini terjadi

karena pada saat dilaksanakan latihan penanganan pencegahan

terjadinya kebakaran, awak kapal yang tidak memperhatikan apa yang

dijelaskan oleh instruktur latihan dan menganggap remeh fungsi dari

latihan penanganan pencegahan terjadinya kebakaran.

2. Awak kapal yang berjaga di atas deck tidak mempersiapkan peralatan

pemadam kebakaran pada saat proses bongkar muat. Sesuai hasil

penilitian selama praktek laut di kapal SPOB. Hubmar 22, hal ini terjadi

karena awak kapal merasa bahwa proses bongkar muat akan berjalan

dengan lancar dan tidak akan menimbulkan kebakaran. Awak kapal

khususnya yang berjaga di deck tidak menyadari bahwa kemungkinan

adanya kebakaran pada kapal setiap saat dapat terjadi. Biasanya alat –

alat pemadam kebakaran disiapkan hanya pada saat akan ada pengecekan

dari pihak kantor.

3. Kurangnya perawatan dan pengadaan alat – alat fire hydarant di atas

kapal. Sesuai dengan pengamatan penulis pada waktu melaksanakan

praktek laut di kapal SPOB. Hubmar 22 yaitu kurangnya pengetahuan


46

dan kesadaran setiap awak kapal khususnya yang bertugas di atas deck

mengenai akibat yang di timbulkan oleh kebakaran yang sedang di

tanggulangi terhadap kerja dari alat – alat pemadam kebakaran yang di

pakai untuk menangani terjadinya kebakaran di atas kapal tersebut.

Mengenai kurangnya pengadaan alat fire hydrant di kapal yaitu karena

jarang di adakan pengecekan terhadap jumlah atau spare part Fire

hydrant yang ada di atas kapal.

Tabel 4.1 Daftar Peralatan Fire Hose Equipment


Jenis Barang Jumlah Keterngan

Mesin Pompa pemadam 1 unit Baik

Fire Hose Red Rubber 5 buah 4 Baik – 1 Rusak

Fire Hose Canvas 3 buah Rusak

Fire Hose polyester 5 buah 2 Baik – 3 Rusak

Nozle Jet 4 Buah 1 Baik – 3 Rusak

Nozle Variable 1 Buah Baik

Sumber. SPOB. Hubmar 22

Dalam kenyataannya dari daftar peralatan di atas sudah banyak

yang dalam kondisi tidak layak pakai. Peralatan Fire Hydrant yang ada di

atas kapal jarang sekali dirawat oleh Perwira yang bertanggung jawab

atas peralatan kebakaran tersebut. Laporan ke perusahaan tentang

keadaan peralatan fire Hydrant dikatakan tidak pernah, oleh sebab itu

perusahaan tidak tahu tentang kondisi peralatan Fire Hydrant sebenarnya

yang ada di atas kapal.


47

Meningkatkan kedisiplinan awak kapal dalam upaya pencegahan

kebakaran dapat terhambat karena kondisi peralatan fire hydrant tidak

memenuhi syarat. Kerusakan peralatan di sebabkan Karena kurangnya

perawatan dari alat – alat tersebut.

.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Berdasarkan uraian – uraian sebelumnya dalam pembahasan mengenai

prosedur penggunaan fire hydrant di atas kapal, maka sebagai bagian akhir dari

tugas akhir ini penulis mencoba memberikan beberapa kesimpulan yang diambil

dari hasil penilitian adalah sebagai berikut.

1. Dalam prosedur penggunaan fire hydrant pada saat latihan di kapal

SPOB. Hubmar 22 masih kurang optimal, baik dari segi prosedur dalam

penggunaannya, peralatan yang tersedia banyak yang sudah tidak layak

untuk digunakan serta dari segi crew sebagai operator dalam

pelaksanaan prosedur penggunaan Fire hydrant.

2. Pelatihan pencegahan kebakaran di atas kapal SPOB. Hubmar 22

seharusnya dilakukan dengan mengikuti prosedur penggunaan yang ada

sesuai tugasnya masing – masing dalam penanganan kebakaran.

Mengingat begitu besar peranan latihan pencegahan kebakaran dalam

upaya menanggulangi terjadi kebakaran di atas kapal.

5.2 Saran

Dari beberapa simpulan di atas masih ada beberapa kekurangan dalam

prosedur penggunaan fire hydrant di atas kapal, maka penulis memberikan saran –

saran sebagai berikut.


49

1. Penanganan kebakaran di atas kapal harus dilakukan dengan peralatan

yang layak untuk digunakan dengan pengecekan peralatan tersebut

secara rutin, mengikuti prosedur penggunaan fire hydrant dengan benar

dan juga disarankan kepada perusahaan pelayaran agar lebih selektif

dalam penerimaan crew kapal dan juga melakukan training kepada awak

kapal sebelum naik ke kapal. Ketiga unsur tersebut di atas harus saling

mendukung dan tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaanya.

2. Prosedur penggunaan Fire hydrant di atas kapal harus di lakukan dengan

sungguh – sungguh seperti saat menghadapi keadaan yang sebenarnya

sesuai peranan masing – masing dalam latihan tersebut, serta perlu

peningkatan dan pengawasan.


DAFTAR PUSTAKA

Deddy, Antung 2001. “Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses
Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan.

Kiswanto, Eko. departemen Teanaga Kerja 1996.“Training Keselamatan


dan Kerja Bidang Penanggulangan Kebakaran.

http://www.slideshare.net/ekosiswantoslide/materi-pelatihan-hydrant

http://helmibidang.wordpress.com/2012/12/30./jenis-jenis-hydrant/

www.bromindo.com

www.alatpemadamapi.com

www.ciptakarya.pu.go.id/pbl/asset/doc/sni

www.solas72amandemen2010.com

Anda mungkin juga menyukai