Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM DALAM

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PADA PT. PERTAMINA PATRA NIAGA TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK JAKARTA GROUP PLUMPANG

SKRIPSI

Oleh :
WISNU PRASETIYO WICAKSANA
Notar : 12.II.0048

POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN


PRODI D IV TEKNIK KESELAMATAN OTOMOTIF
TEGAL
2016
ii
iii
PERNYATAAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wisnu Prasetiyo Wicaksana


Notar : 12.II.0048

menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul

ANALISIS MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM DALAM


PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA
PT. PERTAMINA PATRA NIAGA TERMINAL BAHAN BAKAR
MINYAK JAKARTA GROUP PLUMPANG

adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika dikemudian hari
terbukti bahwa skripsi saya merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia untuk
menanggalkan gelar sarjana yang saya peroleh.

Tegal, 09 Agustus 2016

Wisnu Prasetiyo Wicaksana

iv
Persembahan Dipersembahkan kepada kedua
orang tua tercinta Bapak Nur Rochim. S & Ibu Sri
Rahayu, dan semua saudaraku serta seluruh
kerabatku yang telah memberikan bimbingan serta
motivasi untukku. Dipersembahkan untuk
seseorang yang kelak akan menjadi teman sehidup
semati.

Motto
Bukan seberapa besar mimpi kita, tetapi seberapa
besar kita untuk mimpi itu.
Do not dream about your success. You have
to work for it.
(Jangan bermimpi kesuksesan. Kamu harus
berkerja untuk itu.)

v
ABSTRAK

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan sesuatu


yang seharusnya menjadi perhatian. PT. Pertamina Patra Niaga menjadi salah satu
perusahaan transportasi B3 yang menyediakan Workshop untuk memelihara
kendaraan operasional. Sistem yang mengatur kegiatan Maintenance yaitu
Maintenance Management System (MMS).
Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi proses pelaksanaan kegiatan
Maintenance Management System serta menganalisis tingkat penerapan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) pada Maintenance Management System. Lingkup
kerja yang dianalisis yaitu Workshop Maintenance dan Pelumas. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan cara observasi dan studi
dokumentasi.
Proses pelaksanaan kegiatan maintenance management system meliputi
Lingkup Teknis Perwakilan PT. Patra Niaga Lokasi dan Lingkup Teknis Mitra /
Bengkel yang ditunjuk. Prosentase Maintenance Management System terhadap
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebanyak 74%, yang terdiri 71%
elemen Organisasi, 81% elemen Man/ Mekanik, 30% elemen Machine/ Alat, 91%
elemen Material, dan 88% Environment.

Kata kunci : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Maintenance Management


System (MMS).

vi
ABSTRACT

Occupational Health and Safety (OHS) in the workplace is something that


should be a concern. PT. Pertamina Patra Niaga has become one of the B3
transportation company that provides workshops to maintain operational vehicles.
The system that regulates the activities of Maintenance ie Maintenance
Management System (MMS).
The purpose of research is to identify the process of implementation of the
Maintenance Management System as well as to analyze the level of implementation
of Health and Safety on Maintenance Management System. The scope of work were
analyzed, namely Workshop Maintenance and Lubrication. The method of this
research is quantitative descriptive by observation and documentation study.
The implementation process of the maintenance management system covering
the Representative Technical of PT. Patra Niaga Location and Scope of Technical
Partners / Workshops are appointed. Percentage Maintenance Management
System towards the implementation of Health and Safety at Work as much as 74%,
consists of 71% of Organization, , 81% of Man / Mechanic, 30% of Machine / Tool,
91% of Material, and 88% of Environment.

Keywords : Occupational Health and Safety (OHS), Maintenance Management


System (MMS).

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi. Penulisan Skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik
Keselamatan Otomotif.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung memberikan, dorongan, informasi, inspirasi dan kritikan yang
semuanya memiliki sumbangsih penting terhadap penulisan Skripsi yang berjudul
ANALISIS MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM DALAM
PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PT.
PERTAMINA PATRA NIAGA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK
JAKARTA GROUP PLUMPANG.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak dapat diselesaikan hanya bimbingan
dari Bapak Iswanto, S.E, M.M dan Bapak Yan El Rizal U, M.Sc. pada kesempatan
ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Yudi Karyanto, ATD, M.Sc selaku Direktur Politeknik Keselamatan
Transportasi Jalan Tegal ;
2. Bapak Anton Budiharjo, S.SiT, M.T selaku Ketua Jurusan D.IV Teknik
Keselamatan Otomotif ;
3. PT. Pertamina Patra Niaga Kantor Pusat ;
4. PT. Pertamina Patra Niaga Terminal Bahan Bakar Minyak Jakarta Group
(TBBM JG)-Plumpang ;
5. Orang tua dan saudara yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis;
6. Rekan-rekan Taruna/I Teknik Keselamatan Otomotif Angkatan II;
7. Seluruh taruna/i Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Tegal.
8. Seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan dan penyusunan Skripsi ini.
Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki Skripsi ini.

viii
ix

Akhir kata penyusun berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Tegal, 09 Agustus 2016


Penulis

Wisnu Prasetiyo W
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Pernyataan ....................................................................................... iv
Halaman Persembahan .................................................................................... v
Abstrak .............................................................................................................. vi
Abstract .............................................................................................................. vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Daftar isi ............................................................................................................ x
Daftar Gambar ................................................................................................. xii
Daftar Tabel ...................................................................................................... xiii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................... 3
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Perusahaan .................................................................................... 5
2.2 Bengkel ......................................................................................... 5
2.3 Maintenance Management System (MMS) .................................. 6
2.4 Sistem Manajemen Keselamatan Transportasi Darat (SMKTD) .. 7
2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............................................... 8
2.6 Potensi Bahaya ............................................................................. 10
2.7 Kebersihan dan Kerapihan (Good Housekeeping) ..................... 12
Bab III Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 13
3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 13
3.3 Metode Analisa Data .................................................................. 24
3.4 Bagan Alir Penelitian .................................................................. 25

x
xi

Bab IV Hasil dan Pembahasan


4.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 26
4.2 Analisis dan Pembahasan ........................................................... 28
4.3 Pelaksanaan Maintenance Management System ........................ 31
4.4 Rekomendasi ............................................................................... 44
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 51
5.2 Saran ........................................................................................... 51
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Analisis Data Penelitian ......................................................... 24


Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian ..................................................................... 25
Gambar 4.1 Peta Wilayah TBBM JG-Plumpang ............................................... 26
Gambar 4.2 Kondisi Workshop Maintenance .................................................... 36
Gambar 4.3 Kondisi Baju Pelindung (overall) ................................................... 37
Gambar 4.4 Pelaksanaan Pekerjaan .................................................................... 38
Gambar 4.5 Peralatan Rusak .............................................................................. 39
Gambar 4.6 Lemari Penyimpanan Peralatan....................................................... 40
Gambar 4.7 Kondisi Gudang Penyimpanan ........................................................ 41
Gambar 4.8 Tumpahan Oli pada Lantai Workshop ............................................ 42
Gambar 4.9 Kotak P3K di area Workshop .......................................................... 42
Gambar 4.10 Penerangan dan Sirkulasi .............................................................. 43
Gambar 4.11 Tempat Sampah............................................................................. 44

xii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Tabel potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan
pada dampak korban .......................................................................... 10
Tabel 2.2 Tabel korelasi standar Eropa dan Amerika ........................................ 11
Tabel 3.1 Tabel Skoring Inspeksi Maintenance Management System ............... 15
Tabel 4.1 Tabel Skoring Inspeksi Maintenance Management System ............... 32

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan sesuatu
yang seharusnya menjadi perhatian. Sistem yang tidak teratur dapat menjadi
penyebab resiko terjadinya kecelakaan kerja. Pencegahan kejadian tersebut
dapat dilakukan jika terjadi komitmen antar pekerja maupun pengusaha.
Komitmen tersebut dapat terbangun dengan bekerja sama untuk menciptakan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja (Sri M, 2014).
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun ada lebih
dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja
menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja
meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka menunjukkan,
biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi.
PT. Pertamina Patra Niaga merupakan salah satu perusahaan yang
mengelola tranportasi untuk pengiriman Bahan Bakar Minyak (BBM).
Terminal Bahan Bakar Minyak Jakarta Group (TBBM JG) Pumpang menjadi
salah satu tempat yang dikelola oleh PT. Pertamina Patra Niaga. Perusahaan
tersebut memiliki sebuah sistem keselamatan yang telah mendapatkan
sertifikasi oleh TV Rheinland Indonesia yaitu Sistem Manajemen
Keselamatan Transportasi Darat (SMKTD). Jumlah kendaraan yang dikelola
oleh PT. Pertamina Patra Niaga TBBM JG Plumpang sekitar 257 Mobil
Tangki dengan berbagai kapasitas.
Operasional mobil tangki BBM berjalan selama 24 jam, sehingga
perusahaan menyediakan fasilitas workshop untuk menjaga kondisi mobil
tangki tetap dapat beroperasi dengan cara maintenance. Maintenance diatur
dalam sebuah sistem yang diberi nama Maintenance Management System
(MMS). Laporan kerusakan pada loket maintenance menunjukkan bahwa
tingkat kerusakan rata-rata yang terjadi sebanyak 10 kerusakan per hari.

1
2

Berdasarkan hasil observasi terdapat mekanik yang pernah mengalami


kecelakaan kerja. Kondisi workshop dengan lantai berdebu, terdapat
tumpahan oli di lantai serta tidak tersedia tempat membersihkan wajah dan
tangan. Barang yang sudah tidak digunakan tidak bersihkan dan dibiarkan
berada di area workshop. Jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti maka dapat
memicu terjadinya kecelakaan kerja di area workshop. Selain itu,
penyimpanan peralatan bengkel tidak tersusun dengan rapi hanya diletakkan
pada lemari penyimpanan, sehingga membuat peralatan sering hilang atau
sulit dicari pada saat dibutuhkan.
Beberapa hal tersebut di atas masih belum sesuai dengan buku pedoman
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL). Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada Maintenance Management System (MMS) untuk
mengetahui tingkat penerapan K3, karena perusahaan juga telanh
menggunakan SMKTD yang di dalamnya terdapat pilar mengenai
Manajemen HSE.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan maintenance pada Maintenance
Management System (MMS)?
2. Bagaimana tingkat penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada
Maintenance Management System (MMS)?
1.3 Batasan masalah
Dalam penyusunan penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai
berikut :
1. Penelitian hanya menganalisis penerapan K3 pada Maintenance
Management System (MMS);
2. Lingkup kerja yang dianalisis hanya area Workshop Maintenance dan
Pelumas;
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi proses pelaksanaan kegiatan pada Maintenance
Management System (MMS).
3

2. Menganalisis tingkat penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


pada Maintenance Management System (MMS).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Manfaat bagi Penulis
1. Mengetahui dan memahami teori tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
2. Mampu menerapkan atau mengaplikasikan teori tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
b. Manfaat bagi Perusahaan
1. Mengetahui tingkat penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di lingkungan Workshop.
2. Sebagai acuan dalam meningkatkan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Workshop.
c. Manfaat bagi Pekerja/ Karyawan Perusahaan
1. Meningkatkan jaminan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja di
tempat kerja.
d. Manfaat bagi Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
1. Menjadi referensi mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada bahan penelitian selanjutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas pembahasan materi pada setiap bab, maka penulis
menggunakan sistematika pelaporan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika pelaporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar yang digunakan dalam
melakukan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang langkah-langkah dan metode pengumpulan
data, metode analisis data, serta proses pengerjaan penelitian.
4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisi penjelasan serta pembahasan tentang topik pilihan yang berkaitan
dengan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mencakup mengenai kesimpulan dari pembahasan dan saran
yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Mencakup pustaka yang diacu sebagai bahan referansi yang telah ditulis
pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perusahaan
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, pengertian perusahaan
sebagai berikut :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
PT. Pertamina persero mempunyai anak perusahaan yang bergerak dalam
jasa pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) yaitu PT. Pertamina Patra
Niaga. Pendistribusian bahan bakar tersebut harus memiliki standar
keselamatan yang tinggi, baik dari segi sarana maupun pelaksanaanya. PT.
Pertamina Patra Niaga sebagai perusahaan penyedia alat transportasi BBM
dan LPG, memberikan layanan kepada para pelanggan dengan jaminan
kualitas, jumlah, tempat dan ketepatan waktu. PT Pertamina Patra Niaga
menyediakan jasa pengiriman produk bahan bakar bersubsidi dari depot milik
suatu Perusahaan Publik (Terbuka/Tbk.) kepada pelanggan, yang terdiri dari
SPBU dan Non SPBU.
2.2 Bengkel
Pengertian bengkel menurut Keputusan Menteri Perindusterian dan
Perdagangan No 551 tahun 1999 yaitu tempat yang berfungsi untuk
membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

5
6

Menurut Zevy (2005), di dalam bukunya menjelaskan bahwa bengkel adalah


tempat seorang mekanik melakukan pekerjaanya melayani jasa perbaikan dan
perawatan kendaraan. Di dalam banyak Literatur/ pustaka , disebutkan bahwa
Bengkel (Workshop) pada umumnya mempunyai dua arti yaitu :
a. Secara Umum berfungsi sebagai tempat Service, Repair, dan Maintenance
atau (Perawatan , Perbaikan , dan Pemeliharaan) yang konotasi artinya
dapat dijelaskan sebagai berikut : Perbaikan sama dengan mengganti
bagian yang aus/ rusak agar tidak terjadi kesalahan, Perawatan sama
dengan agar tetap cantik dan berumur panjang dan Pemeliharaan sama
dengan menjaga agar berproduksi secara efisien.
b. Secara Khusus berfungsi mirip dengan suatu Laboratorium tempat
membuktikan kebenaran Ilmu dan melahirkan Teknologi. Misal : Bengkel
Teater ; Bengkel Pengrajin ; Workshop/seminar di hotel, dan Bengkel R &
D (Research and Development).
Sebagai sebuah tempat kerja maka sewajarnya bengkel harus senantiasa
terjaga kebersihan dan kerapihannya. Bengkel yang bersih dan rapi akan
mendukung pelaksanaan kerja, meningkatkan pelayanan serta meningkatkan
jaminan keselamatan kerja. Kondisi bengkel yang diharapkan menurut
Daryanto (2007) sebagai berikut :
a. Suasana nyaman, bersih, tertib, dan indah;
b. Kondisi peralatan yang baik dan siap pakai;
c. Peralatan tersusun sesuai tempatnya;
d. Cukup penerangan dan ventilasi.
2.3 Maintenance Management System (MMS)
Maintenance Management System (MMS) adalah sistem yang
dikembangkan atau dibuat untuk melakukan perencanaan, pemeliharaan,
perbaikan, pengontrolan dan pengawasan terhadap perawatan berkala
komponen mobil tangki dalam rangka mencapai tujuan kehandalan armada
operasional mobil tangki.
Perbaikan (Repair) adalah proses untuk mengubah kondisi kecacatan untuk
kembali menjadi kondisi normal yang dilakukan oleh tenaga kompeten.
Perawatan berkala (Periodic Maintenance) adalah pekerjaan yang dilakukan
7

kepada komponen mobil tangki untuk memastikan mobil tangki tetap dapat
beroperasi dengan kehandalan dan aspek keselamatan yang baik (Pertamina
Patra Niaga, 2014).
Penerapan Maintenance Management System (MMS) mempunyai
maksud dan tujuan sebagai berikut :
a) Meminimalisasi kegagalan operasi akibat kesalahan pemeliharaan mobil
tangki yang dikelola.
b) Mencari efektifitas dari biaya pemeliharaan mobil tangki yang dikelola.
c) Memperbaiki teknis dan pelaksanaan pengawasan terhadap kinerja
pemeliharaan dan perbaikan mobil tangki yang dikelola maupun mobil
tangki milik khususnya ditujukan kepada perwakilan di lokasi sehingga
tercapai Cost Effectiveness dan memperpanjang umur ekonomis dan
kehandalan mobil tangki.
d) Menjadi salah satu pembanding dari beberapa metoda dan pola kerja
sama pemeliharaan mobil tangki yang dikelola.
Gambaran umum mengenai Kerjasama Swakelola adalah kerja sama
pemeliharaan rutin mobil tangki yang dikelola meliputi pelaksanaan
penggantian oli pada mesin, power steering, rem, gardan, penggantian filter
atau saringan, peluas gemuk serta melaksanakan pemeriksaan mobil tangki
sesuai checklist secara rutin termasuk sebagainya sesuai tanggung jawab PT.
Pertamina Patra Niaga yang tertuang dalam kontrak jasa Pengelolaan Mobil
Tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga.
2.4 Sistem Manajemen Keselamatan Transportasi Darat (SMKTD).
Sistem Manajemen Keselamatan Transportasi Darat (SMKTD) terdiri dari
lima pilar di dalamnya yang mencakup Manajemen Pengemudi (MP),
Manajemen Resiko Perjalanan (MRP), Manajemen Kendaraan dan
Manajemen Peralatan Kendaraan (MKPK), Manajemen HSE (MHSE), dan
Manajemen Kontraktor (MK).
Penerapan SMKTD yang dilakukan sebagai berikut :
(1) Manajemen Pengemudi (MP)
Meliputi penerapan Kebijakan Perekrutan Pengemudi, Sistem Paket
Gaji, Sistem Pelatihan, Sistem Paspor Pengemudi, Sistem Pemantauan
8

Pengemudi, Kebijakan Sabuk Pengaman, Kebijakan Telepon Genggam,


Kebijakan Obat-obatan dan Alkohol, dan Mekanisme Forum Pengemudi.
(2) Manajemen Resiko Perjalanan (MRP)
Meliputi identifikasi resiko perjalanan dengan menggunakan media
sosialisasi yang efektif untuk meminimalisasi terjadinya gangguan
operasi.
(3) Manajemen Kendaraan dan Peralatan Kendaraan (MKPK)
Meliputi Manajemen Pengelolaan Kendaraan dan Peralatan
Keselamatan Kerja.
(4) Manajemen HSE (MHSE)
Meliputi komitmen dan kepemimpinan terkait aspek HSE, Kebijakan
dan Tujuan Objektif pencapaian aspek HSE, Organisasi dan Sumber Daya,
Evaluasi dan Manajemen Risiko Transportasi Darat, Perencanaan aspek
HSE seperti prosedur tertulis, Manajemen Perubahan dan Tanggap
Darurat, Implementasi dan Pemantauan, Pelaksanaan audit dan
Management Review.
(5) Manajemen Kontraktor (MK)
Meliputi pemantauan kinerja kontraktor terhadap pemenuhan aspek
HSE, tahapan manajemen HSE oleh kontraktor, Vetting & seleksi dan
audit.
2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dirumuskan oleh
ILO/WHO Joint safety and Health Committee, yaitu :
Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the
highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation;
the prevention among workers of departures from health caused by their
working conditions; the protection of workers in their employment from risk
resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the
worker in an occupational environment adapted to his physiological and
psychological equipment and to summarize the adaptation of work to man
and each man to his job.
9

Bila diperhatikan, definisi K3 di atas maka definisi tersebut dapat dipilah


dalam beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah :
a. Promosi dan memelihara deraja tertinggi semua pekerja baik secara
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
b. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan mereka.
c. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari
faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk
menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap
orang dengan tugasnya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) berhubungan dengan terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi
dikarenakan adanya perilaku tidak aman yang merupakan akibat dari kurang
efisiennya manajemen K3 (Sri M, 2014). Penjelasan di dalam pasal 86 ayat 2
Undang-undang No 1 tahun 1970 menerangkan bahwa, Upaya keselamatan
dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di
tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja diantaranya :
a. Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam
pekerjaannya ;
b. Orang lain yang berada di tempat kerja perlu menjamin keselamatannya ;
c. Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien.
Menurut Undang-undang No 1 tahun 1970 untuk mencapai tujuan
mengenai keselamatan dapat dilakukan dengan cara :
a. Kampanye
b. Pemasyarakatan
c. Pembudayaan
d. Kesadaran dan kedisiplinan
10

2.6 Potensi Bahaya


Potensi bahaya merupakan sesuatu yang berpotensi menimbulkan
terjadinya suatu insiden yang berakibat pada kerugian. Potensi bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada dampak terhadap korban
dibagi menjadi empat kategori.
Table 2.1 Tabel potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan
pada dampak korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
Potensi bahaya
Potensi bahaya yang Risiko terhadap Potensi bahaya yang
yang
menimbulkan risiko kesejahteraan atau menimbulkan risiko
menimbulkan
dampak jangka panjang kesehatan sehari- pribadi dan
risiko langsung
pada kesehatan hari psikologis
pada kesehatan
Bahaya faktor kimia debu, Kebakaran Air Minum Pelecehan, termasuk
uap logam, uap) intimidasi dan
pelecehan seksual
Bahaya faktor biologi
(penyakit dan gangguan Listrik Toilet dan Terinfeksi
oleh virus, bakteri, binatang fasilitas mencuci HIV/AIDS
dsb.) Potensi bahaya
Mekanikal
Bahaya faktor fisik (bising, (tidak adanya Ruang makan Kekerasan di tempat
penerangan, getaran, iklim pelindung atau Kantin kerja
kerja, jatuh) mesin)

Cara bekerja dan bahaya House keeping


faktor ergonomis (posisi (perawatan P3K di tempat Stress
bangku kerja, pekerjaan buruk pada kerja
berulang-ulang, jam kerja peralatan)
yang lama)

Potensi bahaya lingkungan


yang disebabkan oleh Transportasi Narkoba di tempat
polusi pada perusahaan di kerja
masyarakat
(Sumber : ILO, 2013)
Potensi terjadinya bahaya juga dapat dilihat melalui klasifikasi area
bahayanya. Menurut pedoman HSE Guidelines terdapat 3 standard yang
menjadi acuan di dunia untuk mengklasifikasikan area berbahaya, yakni :
a. NEC (National Electric Code USA)
b. CEC (Canadian Electric Code)
c. IEC (International Electrotechnical Commision) atau CENELEC (Comite
European de Normalisation Electrotechnique European)
11

Klasifikasi area berbahaya menurut standar Eropa (IEC/ CENELEC) :


1) Zone 0 merupakan area yang terdapat paparan gas atau material yang dapat
meledak dalam rentang waktu yang cukup lama.
2) Zone 1 merupakan area yang memungkinkan terdapat nya paparan gas atau
material yang dapat meledak selama kondisi operasional normal.
3) Zone 2 merupakan area yang tidak terdapat gas atau material yang dapat
meledak dalam keadaan operasi normal kecuali keadaan abnormal
(kecelakaan).
Klasifikasi area berbahaya menurut standar Amerika (NEC/ NFA 70& API RP
500) dan Canada (CEC) :
1) Divisi 1 merupakan area dimana kemungkinan campuran dapat terbakar/
meledak dapat terjadi pada keadaan.
2) Divisi 2 merupakan area dimana kemungkinan campuran dapat terbakar/
meledak dapat terjadi pada keadaan abnormal.
Berdasarkan kedua standar tersebut dapat dikorelasikan seperti berikut :
Tabel 2.2 Tabel korelasi standar Eropa dan Amerika
IEC / CENELEC (EROPA) NEC/CEC (AMERIKA/ CANADA)
Zone 0
Divison 1
Zone 1
Zone 2 Division 2
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan kerja
diklasifikasikan menjadi 4 macam penggolongan sebagai berikut :
1) Menurut jenis kecelakaan, seperti terjatuh, tertimpa benda, tertumbuk atau
terkena benda-benda, terjepit oleh benda, gerakan-gerakan melebihi
kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, dan sebagainya.
2) Menurut penyebab, seperti akibat dari mesin, bahan-bahan/ zat-zat
berbahaya dan lingkungan kerja.
3) Menurut sifat luka atau kelainan, seperti patah tulang, dislokasi (keseleo),
regang otot (urat), memar dan luka dalam yang lain, amputasi, luka di
permukaan, luka luka bakar dan sebagainya.
4) Menurut letak kelainan atau luka di tubuh, misalnya kepala, leher, perut,
dan sebagainya.
12

2.7 Kebersihan dan Kerapihan (Good Housekeeping)


Housekeeping ialah suatu upaya dalam menciptakan tempat kerja yang
aman dan nyaman untuk tercapainya produktivitas kerja. Penerapan
housekeeping di tempat kerja dapat meminimalisir terhadap resiko kejatuhan,
terbentur, tersandung, terjatuh, terpeleset, tersengat aliran listrik, kebakaran,
dan lain sebagainya. Lingkup kerja housekeeping dapat kita implementasikan
di semua kegiatan kerja atas dasar prinsip 5 R, yaitu :
a. Ringkas
Memisahkan antara barang-barang yang diperlukan dengan tidak
diperlukan. Barang-barang ang diperlukan dapat diletakkan di tempat yang
dekat atau mudah dijangkau. Sedangkan barang-barang yang sudah tidak
diperlukan dapat ditempatkan di dalam gudang atau dihibahkan terhadap
pihak yang membutuhkan.
b. Rapi
Menyusun dan menyimpan barang-barang atau peralatan sesuai dengan
klasifikasinya dan pada posisi yang aman sehingga mudah ditemukan dan
digunakan, serta diletakkan pada posisi yang aman.
c. Resik
Melaksanakan kebersihan secara teratur di tempat kerja.
d. Rawat
Menjaga pakaian, alat kerja, dan tempat kerja dalam keadaan rapi, bersih,
nyaman dan tidak membiarkan segala sesuatunya menjadi kotor.
e. Rajin (Disiplin)
Sikap yang baik terhadap peraturan dan mempertahankan prestasi kerja.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian mempunyai kegunaan sebagai cara untuk untuk menyelidiki
keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi terhadap suatu set kedaaan
khusus. Penyelidikan terhadap suatu masalah secara hati-hati, sistematik, dan
terus-menerus dengan tujuan digunakan pada keperluan tertentu merupakan
penelitian terapan (Moh. Nazir, 2011:26). Pada penelitian tersebut
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan indikator sebagai
acuan untuk menghitung data.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Menurut Prof. Dr. Suryana, M.Si (2010), Metode Penelitian atau metode
ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan
ilmiah atau ilmu. Metode penelitian adalah cara sistematis untuk menyusun
ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik penelitian adalah cara untuk
melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian mengacu pada bentuk-
bentuk penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian tersebut menggunakan beberapa
metode, sehingga dapat diperoleh data yang lebih valid. Metode tersebut
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung untuk
mengetahui kondisi eksisting pada objek penelitian. Objek penelitian
berada di PT. Pertamina Patra Niaga TBBM JG-Plumpang.
b. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari data yang dimiliki oleh
perusahaan.

13
14

Data yang digunakan menyesuaikan dengan menggunakan matriks skoring


indicator yang telah tersedia. Data yang terkumpul akan diolah untuk
menentukan tingkat prosentase penerapan K3 di Maintenance Management
System.
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian tersebut sebagai berikut :
1) Organisasi.
2) Mekanik.
3) Peralatan.
4) Material
5) Lingkungan/ Environment.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian tersebut sebagai berikut :
1) Jumlah Armada.
2) Jumlah Kerusakan Armada.
15

Form Skoring Inspeksi Maintenance Management System


Tabel 3.1 Tabel Skoring Inspeksi Maintenance Management System
Max Actual
No Variabel Catatan
Score Score
A. Organisasi/ Perusahaan
1. Apakah perusahaan memiliki
2
komitmen terhadap keselamatan kerja?
2. Apakah perusahaan melakukan
2
program keselamatan kerja?
Apakah perusahaan menyediakan
3. tempat kerja yang memenuhi standard 2
keselamatan/ K3LL?
Apakah perusahaan melakukan
4. pemeliharaan kesehatan pekerja secara 2
berkala (asuransi)?
Apakah perusahaan menyediakan
5. peralatan kesehatan, keselamatan
2
kerja? (APD, APAR, tempat sampah,
fasilitas P3K
Apakah pimpinan perusahaan
6. menunjukkan kepedulian dengan cara 2
kunjungan ke lokasi kerja?
Apakah perusahaan memiliki
7. dokumen Hazard Identification and 2
Risk Assessment (HIRA)?
B. Man (Mekanik)
Mekanik menggunakan APD (seragam
1. kerja, safety helmet, safety shoes, 3
sarung tangan) dengan baik dan benar?
Kondisi APD yang digunakan dalam
2. keadaan baik dan sesuai dengan 3
fungsinya
3. Mekanik mengerti prosedur kerja dan
2
prosedur pengoperasian peralatan
Mekanik melakukan pekerjaan
4. penggantian oli dan servis rutin tepat 3
waktu
5. Mekanik memahami sistem/ prosedur
3
dalam proses evakuasi
16

6. Mekanik memahami sistem dana


2
prosedur tanggap darurat
C. Peralatan
1. Peralatan yang digunakan memiliki
2
SOP
SOP peralatan yang digunakan
2. tersedia dan mudah ditemukan di
2
lokasi kerja dan dalam bahasa yang
mudah di mengerti
3. Peralatan yang digunakan berfungsi
2
dengan baik
Peralatan disimpan di tempat yang
4. teratur dan sesuai konsep 5R (Rapih, 2
Rawat, Rajin, Ringkas, Resik)
5. Apakah peralatan dilakukan
2
pemeriksaan dan pemeliharaan rutin?
D. Material
Apakah ada pemisahan yang jelas
1. antara oli baru dan oli bekas (tempat, 3
label)?
2. Apakah jumlah oli dan sparepart
3
mencukupi kebutuhan?
Apakah penyusunan dan pengaturan
3. sparepart sesuai kaedah first in first 3
out (FIFO) dan good housekeeping?
4. Apakah pemakaian oli dilakukan dan
3
sepengetahuan otoritas terkait?
E. Environment
Servis penggantian oli dan servis rutin
1. mobil tangki dilakukan di lokasi 2
tersendiri
Kondisi limbah oli di lokasi
2. diperhatikan dengan baik (tidak 3
terdapat ceceran oli)
Tersedia rambu-rambu safety di lokasi
kerja :
3. - Dilarang merokok
2
- Area wajib APD
- Area khusus Authorized
Personnel
17

- Bahaya Kebakaran
- Jagalah Kebersihan
4. Tersedia APAR sesuai standard
3
dengan jumlah yang cukup
5. Apakah tersedia fasilitas P3K? 3
Penerangan dan sirkulasi tempat kerja/
6. bengkel sesuai dalam aturan kesehatan 2
lingkungan kerja
Terdapat area khusus penympanan
7. limbah B3 (Bahan Berbahaya dan 2
Beracun)
8. Apakah tersedia kotak sampah (B3,
2
organik dan non organik)
Jumlah 71
Sumber : PT. Pertamina Patra Niaga
Matriks Skoring Checklist Inspeksi Maintenance Management System (MMS)

Perusahaan/ Organisasi
Apakah perusahaan
Apakah perusahaan Apakah perusahaan Apakah perusahaan menyediakan peralatan
Apakah perusahaan
memiliki komitmen menyediakan tempat melakukan pemeliharaan kesehatan keselamatan
melakukan program
terhadap keselamatan kerja yang memenuhi kesehatan pekerja secara kerja?
keselamatan kerja?
kerja ? standard kelayakan? berkala (asuransi)? (APD, APAR, tempat
sampah, fasilitas P3K)
Perusahaan tidak Perusahaan tidak Perusahaan tidak Perusahaan tidak melakukan Perusahaan tidak
memiliki komitmen memiliki program dan menyediakan tempat pemeliharaan kesehatan, menyediakan peralatan
terhadap kesehatan tidak melakukan kerja yang memenhuhi ditandai dengan pekerja yang kesehatan keselamatan
0
kerja program keselamatan standard kelayakan tidak memiliki asuransi kerja (seperti APD, APAR,
kerja (safety talk, safety tempat sampah dan
training ) sebagainya)
Perusahaan memiliki Perusahaan memiliki Perusahaan menyediakan Perusahaan melakukan Perusahaan menyediakan
komitmen terhadap program (safety talk, tempat kerja yang layak pemeliharaan kesehatan bagi peralatan kesehatan
kesehatan pekerja safety safety training) dan sesuai dengna pekerja namun dengan akses keselamatan kerja (seperti
1 namun belum tetapi tidak dilaksanakan standard kelayakan asuransi yang sulit dijangkau APD, APAR, tempat
diterapkan secara secara berkelanjutan namun belum terpelihara pekerja sampah dan sebagainya)
konsisten di lokasi dengan baik tetapi tidak standard
kerja
Perusahaan memiliki Perusahaan memiliki Perusahaan menyediakan Perusahaan melakukan Perusahaan menyediakan
komitmen terhadap program (safety talk, tempat kerja dan sesuai pemeliharaan kesehatan, peralatan kesehatan
kesehatan pekerja dan safety training) dan dengan standard ditandai dengan pekerja yang keselamatan kerja (seperti
2
diterapkan secara dilaksanakan secara kelayakan dan terpelihara memiliki asuransi yang APD, APAR, tempat
konsisten di lokasi berkelanjutan. dengan baik mudah diakses dan sampah dan sebagainya)
kerja diperhatikan oleh perusahaan sesuai dengan standard
3

Skoring

18
Perusahaan / Organisasi Man/ Mekanik
Apakah pimpinan Apakah perusahaan Mekanik menggunakan APD
Kondisi APD yang
perusahaan menunjukkan memiliki dokumen (seragam kerja, safety Mekanik mengerti prosedur
digunakan dalam
kepedulian dengan cara Hazard Identification helmet, safety shoes, sarung kerja dan prosedur
keadaan baik dan
kunjungan ke lokasi and Risk Assessment tangan) dengan baik dan pengoperasian peralatan
sesuai fungsinya
kerja? (HIRA)? benar
Pimpinan perusahaan Perusahaan tidak Mekanik tidak menggunakan Seluruh APD dalam Mekanik tidak mengerti
tidak menunjukkan memiliki dokumen APD dengan baik dan benar kondisi tidak layak prosedur kerja dan prosedur
0 kepedulian terhadap HIRA pakai dan tidak pengoperasian peraatan dalam
pekerja yang berada di sesuai fungsinya melaksanakan tugas
lokasi
Pimpinan perusahaan Perusahaan memiliki Mekanik tidak Terdapat lebih dari Mekanik mengerti namun
hanya sesekali melakukan dokumen HIRA menggunakan lebih dari satu satu komponen APD tidak memperhatikan prosedur
1 kunjungan ke lokasi kerja tetapi belum komponen APD dan tidak yang tidak layak dan kerja dan pengoperasian
diterapkan menggunakan dengan baik tidak sesuai peralatan dalam melaksanakan
dan benar fungsinya tugas
Pimpinan perusahaan Perusahaan memiliki Mekanik tidak menggunakan Terdapat satu Mekanik mengerti dan
menunjukkan kepedulian dokumen HIRA dan satu komponen APD dan komponen APD yang memperhatikan prosedur kerja
2 dengan rutin melakukan sudah diterapkan tidak menggunakan dengan tidak layak dan tidak dan prosedur pengoperasian
kunjungan ke lokasi kerja baik dan benar sesuai fungsinya peralatan dalam melaksanakan
tugas
Mekanik menggunakan APD Seluruh APD yang
lengkap (seragam kerja, disediakan dalam
3 safety helmet, safety shoes, keadaan baik (layak
sarung tangan) dengan baik dan sesuai fungsinya)
dan benar
Skoring

19
Man/ Mekanik Machine/ Peralatan
SOP peralatan yang
Mekanik melakukan
Mekanik memahami Mekanik memahami Peralatan yang digunakan tersedia dan
pekerjaan penggantian oli
sistem/ prosedur dalam sistem dan prosedur digunakan memiliki mudah ditemukan di lokasi
dan servis rutin tepat
proses evakuasi tanggap darurat SOP kerja dan dalam bahasa
waktu
yang mudah dimengerti
Mekanik tidak memiliki Seluruh mekanik tidak Tidak pernah dilakukan Seluruh peralatan yang SOP peralatan yang
estimasi waktu dalam memahami prosedur sosialisasi kepada digunakan tidak digunakan tidak tersedia
0 melakukan pekerjaan evakuasi dan tidak mekanik mengenai sistem memiliki SOP dan ditemukan di lokasi
penggantian oli dan servis terdapat akses yang jelas dan prosedur tanggap kerja
rutin terhadap jalur evakuasi darurat
Mekanik melakukan Seluruh mekanik Hanya sebagian mekanik Beberapa peralatan yang SOP peralatan yang
pekerjaan penggantian oli memahami prosedur yang memahami sistem digunakan tidak digunakan tersedia namun
dan servis rutin lebih dari evakuasi namun tidak dan prosedur tanggap memiliki SOP tidak ditemukan di lokasi
1
waktu yang diestimasi (30 terdapat akses yang jelas darurat karena sosialisasi kerja serta tidak dalam
menit) terhadap jalur evakuasi tidak dilakukan secara bahasa yang mudah
berkelanjutan dimengerti
Mekanik melakukan Seluruh mekanik Seluruh pekerja Setiap peralatan yang SOP peralatan yang
penggantian oli dan servis memahami prosedur (mekanik) memahami digunakan memiliki digunakan tersedia dan
rutin tepat waktu (sesuai evakuasi dan terdapat sistem tanggap darurat SOP ditemukan di lokasi kerja
2
waktu estimasi) akses yang jelas terhadap karena dilakukan serta dalam bahasa yang
jalur namun masih sosialisasi secara mudah dimengerti
terhalang oleh benda berkelanjutan
Mekanik melakukan Seluruh mekanik
pekerjaan penggantian oli memahami prosedur
dan servis rutin kurang evakuasi dan terdapat
3 dari waaktu estimasi (30 akses yang jelas terhadap
menit) namun tetap dalam jalur evakuasi dan tidak
kualitas pekerjaan yang terhalang oleh benda
baik apapun
Skoring

20
Machine/ Peralatan Material
Peralatan yang Peralatan disimpan ditempat
Apakah peralatan Apakah ada pemisahan yang Apakah jumlah oli dan
digunakan yang teratur dan sesuai
dilakukan pemeriksaaan jelas antara oli baru dan li spare part mencukupi
berfungsi dengan konsep 5R (rapih, rawat,
dan pemeliharaan rutin? bekas (tempat, label) kebutuhan?
baik rajin, ringkas, resik)
Lebih dari satu Peralatan disimpan secara Tidak dilakukan Tidak terdapat pemisahan yang Tidak pernah dilakukan
peralatan kerja berantakan (tidak teratur) dan pemeriksaan dan jelas antara oli baru dan oli rencana persiapan untuk
0
mengalami tidak sesuai konsep 5R pemeliharaan alat kerja bekas dan tidak dilakukan jumlah oli yang digunakan
kerusakan pendataan oli yang digunakan
Satu peralatan kerja Peralatan yang disimpan Dilakukan pemeriksaan Terdapat pemisahan yang jelas Jumlah oli dan spare part
mengalami sudah teratur namun belum dan pemeliharaan alat antara oli baru dan oli bekas disediakan tidak mencukupi
kerusakan sesuai konsep 5R kerja namun tidak secara namun tidak terdapat label kebutuhan/ permintaan
1
konsisten (kontinyu) yang menerangkan jenis oli
tersebut serta tidak dilakukan
pendataan oli yang digunakan
Semua peralatan Peralatan yang disimpan Dilakukan pemeriksaan Terdapat pemisahan yang jelas Jumlah oli dan spare part
kerja tidak sudah teratur dan ssuai dan pemeliharaan alat antara oli baru dan oli bekas, mencukupi jumlah
mengalami konsep 5R (rapih, rawat, kerja secara konsisten kemudian terdapat label yang kebutuhan/ permintaan
2
kerusakan rajin, ringkas, resik) (kontinyu) menerangkan jenis oli tersebut namun tidak terdapat stok
(berfungsi dengan namun tidak dilakukan cadangan untuk spare part
baik) pendataan oli yang digunakan yang digunakan
Terdapat pemisahan yang jelas Juumlah oli dan spare part
antara oli baru dan oli bekas, mencukupi kebutuhan/
kemudian terdapat label yang permintaan dan terdapat
3
menerangkan jenis oli tersebut stok cadangan untuk spare
serta dilakukan pendataan oli part yang digunakan
yang digunakan
Skoring

21
Material Environment
Tersedia rambu-rambu
safety di lokasi kerja :
Apakah penyusunan dan Apakah pemakaian oli Servis penggantian oli Kondisi limbah oli di - Dilarang merokok
pengaturan spare part sesuai dilakukan dan dan servis rutin mobil lokasi diperhatikan - Area wajib APD
kaidah FIFO dan good sepengetahuan otoritas tangki dilakukan di lokasi dangan baik (tidak - Area khusus Authorized
houskeeping? terkait? tersendiri terdapat ceceran oli) Personel
- Bahaya kebakaran
- Jagalah kebersihan
Tidak terdapat rencana Tidak terdapat form Tidak ada batasan area Terdapat tumpahan Tidak tersedia rambu-
terhadap penyusunan spare penggantian/ pemakaian servis penggantian dan oli damana-mana/ di rambu safety secara
0 part, spare part dibiarkan serta tanpa penambalan ban mobil sekitar lokasi kerja lengkap dan tidak terpasang
dalam kondisi berantakan sepengetahuan otoritas tangki dengan baik
dan tidak beraturan terkait
Penyusunan dan pengaturan Form penggantian/ Servis penggantian dan Terdapat tumpahan Tersedia rambu-rambu
sapre part tidak beraturan, pemakaian tidak penambalan ban mobil oli di lokasi kerja safety secara lengkap
1 tidak sesuai kaidah FIFO dan dilakukan dan tidak tangki berada di luar area (limbah oli) lebih namun tidak terpasang
tidak sesuai dengan good melibatkan otoritas servis dari satu meter dengan baik
house keeping terkait persegi
Penyusunan dan pengaturan Form Penggantian dan Terdapat tumpahan Tersedia rambu-rambu
spare part sudah beraturan penggantian/pemakaian penambalan ban mobil oli di lokasi kerja safety secara lengkap dan
2 sesuai kaidah FIFO dan dilakukan namun tidak tangki berada di dalam (limbah oli) kurang terpasang dengan baik
namun belum sesuai dengan melibatkan otoritas area servis dari satu meter sesuai area yang ditentukan
good house keeping terkait persegi
Penyusunan dan pengaturan Form Tidak ada tumpahan
spare part sesuai kaidah penggantian/pemakaian oli di lokasi kerja
3 FIFO dan sesuai dengan dilakukan dan (limbah oli)
good house keeping melibatkan otoritas
terkait
Skoring

22
Environment
Penerangan dan sirkulasi
Terdapat area khusus
Tersedia APAR sesuai tempat kerja/ bengkel Apakah tersedia kotak
Apakah tersedia fasilitas penyimpanan limbah B3
standard dengan sesuai dalam aturan sampah (B3, organik,
P3K? (Bahan Berbahaya dan
jumlah yang cukup kesehatan lingkungan dan non organik)
Beracun)
kerja
Tidak tersedia APAR Tidak tersedia fasilitas P3K Tidak terdapat Tidak terdapat area Tidak tersedia kotak
di lokasi kerja di lokasi kerja penerangan dan sirkulasi penyimpanan bahan area sampah (B3, organik
0 pada tempat kerja/ khusus penyimpanan dan non organik)
bengkel limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun)
Terdapat APAr di Tersedia fasilitas P3K Terdapat penerangan dan Terdapat penyimpanan Tersedia kotak sampah
lokasi namun tidak namun dalam jmlah yang sirkulasi pada tempat limbah B3 namun belum namun belum sesuai /
1 standard terbatas kerja, bengkel namun berada pada area khusus klasifikasi sampah (B3,
dengan kondisi yang (Bahan Berbahaya dan organik dan non
kurang memadai Beracun) organik)
Terdapat APAR di Terdapat fasilitas P3K di Terdapat penerangan dan Terdapat area khusus Tersedia kotak sampah
lokasi kerja dengan lokasi kerja dengan kondisi sirkulasi pada tempat penyimpanan limbah B3 sesuai klasifikasi (B3,
kondisi yang sesuai yang sesuai standard namun kerja/ bengkel dangan (Bahan Berbahaya dan organik dan non
2
standard namun tidak ada pemeriksaan kondisi yang sesuai Beracun) organik)
kurang mencukupi kondisi kelayakannya kesehatan lingkungan
kebutuhan proteksi kerja
Terdapat APAR di Terdapat fasilitas P3K di
lokasi kerja dengan lokasi kerja dengan kondisi
3 kondisi yang sesuai yang sesuai standard serta
standard dan sesuai dilakukan pemeriksaan
kebutuhan proteksi kondisi kelayakannya
Skoring

Sumber : PT. Pertamina Patra Niaga

23
24

3.3 Metode Analisa Data


Metode yang digunakan untuk analisis data yaitu menggunakan metode
kuantitatif. Data hasil observasi akan dianalisis dengan menjumlah seluruh
hasil pada form skoring Inspeksi secara total. Kemudian hasil tersebut dihitung
untuk mengetahui prosentase penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) pada Maintenance Management System (MMS). Berikut rumus untuk
menghitung prosentase hasil observasi :

h as il o bse rvas i
= total nilai
x 100 %

Proses analisis data pada penelitian tersebut digambarkan pada alur kerja
sebagai berikut :

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Perhitungan Prosentase
Penerapan

Analisa Permasalahan

Rekomendasi

Penarikan
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Alur Analisis Data Penelitian


25

3.4 Bagan Alir Penelitian


Proses berlangsungnya kegiatan penelitian digambarkan secara runtut pada
diagram alir penelitian sebagai berikut :

Mulai

Tinjauan Pustaka Latar Belakang Kondisi Eksisting

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

1. Perusahaan
2. Mekanik
3. Peralatan Penentuan Observasi
4. Material Indikator Lapangan
5. Lingkungan

Analisis Data

Tidak
Hasil Analisa Awal

Ya
Analisis Faktor
Permasalahan

Organisasi Mekanik Peralatan Material Lingkungan

Rekomendasi

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan


a. Lokasi Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan pada PT. Pertamina Patra Niaga Terminal
Bahan Bakar Minyak Jakarta Group (TBBM JG)-Plumpang yang
beralamatkan di Jembatan III JL. Yos Sudarso Plumpang Jakarta Utara.
b. Peta Wilayah

Gambar 4.1 Peta Wilayah TBBM JG-Plumpang


Profil wilayah :
Kota Jakarta Utara
Kecamatan Kelapa Gading
Kelurahan Kelapa Gading Timur
Kode Pos 14240
Luas Wilayah 355, 13 ha
Batas Wilayah :
- Utara Kelurahan Pegangsaan Dua
- Selatan Kelurahan Pulo Gadung
- Barat Kelurahan Kelapa Gading Barat
- Timur Kelurahan Pegangsaan Dua
Sumber : www.jakarta.go.id

26
27

c. Sejarah Perusahaan
PT. Pertamina Patra Niaga awalnya merupakan sebuah Perseroan yang
didirikan dan terdaftar dengan nama PT ELNUSA HARAPAN pada
tahun 1997. Kemudian pada tahun 2004, didirikanlah PT PATRA NIAGA
sebagai perusahaan yang khusus bergerak di bidang usaha sektor hilir
industri minyak dan gas (MIGAS).
Pada tahun 2011, satu per satu logo anak perusahaan PT Pertamina
(Persero) yang bergerak di bidang Pemasaran dan Niaga mulai dibenahi,
termasuk logo dan nama perusahaan PT Patra Niaga yang berubah menjadi
PT Pertamina Patra Niaga. Perubahan logo mencerminkan kemauan yang
kuat dari seluruh insan Patra Niaga untuk terus tumbuh dan berkembang
serta menjadi yang terunggul. Nama Pertamina Patra Niaga sendiri
merupakan kombinasi dari nama Pertamina dan Patra Niaga mencerminkan
dua hal yang diminta oleh mitra Patra Niaga. Para mitra usaha perusahaan
berharap bahwa perubahan logo ini dapat menjadikan layanan Patra Niaga
lebih fleksibel, lebih baik, dan harga lebih kompetitif. Ketiga hal tersebut
merupakan cerminan brand equity Pertamina Patra Niaga. Dengan tampilan
logo baru tersebut perusahaan yakin akan bisa meningkatkan kepercayaan
konsumen dan para mitra usaha.
Saat ini bidang usaha PT PERTAMINA PATRA NIAGA NIAGA
mencakup perdagangan BBM, pengelolaan BBM, pengelolaan armada/
fleet, dan pengelolaan depot. Selain itu, di tengah persaingan pasar saat ini
Perseroan terus mengupayakan berbagai strategi efisiensi baru serta upaya
pembenahan organisasi secara menyeluruh guna memperkuat posisinya
agar bisa terus berkiprah di kancah industri MIGAS nasional maupun
global.
Jumlah armada operasional yang dikelola oleh PT. Pertamina Patra
Niaga berjumlah sebanyak 257 unit mobil tangki BBM SPBU, 7 unit mobil
tangki BBM Industri, 19 unit mobil tangki LPG, dan 2 unit Wingbox.
Dengan demikian, total armada yang dikelola berjumlah sebanyak 285 unit.
28

4.2 Pelaksanaan Maintenance Management System


Maintenance Management System (MMS) dilatarbelakangi beberapa
permasalahan di antaranya yaitu mengenai kewajiban pengelolaan mobil
tangki, belum tercapainya Cost Effectiveness, pelaksanaan kerja sama yang
tidak sesuai sehingga menghambat Operasional, dan perawatan khusus pada
mobil tangki. Berdasarkan latar belakang serta maksud dan tujuan tersebut
maka terdapat beberapa lingkup teknis pekerjaan di TBBM-Plumpang.
Lingkup teknis pekerjaan tersebut yaitu Lingkup Teknis Perwakilan PT.
Pertamina Patra Niaga Lokasi dan Lingkup Teknis Mitra / Bengkel yang
ditunjuk.
a. Lingkup Teknis Perwakilan PT. Patra Niaga Lokasi.
1) Bertanggung jawab atas kehandalan, pemeliharaan dan perbaikan mobil
tangki
2) Mengawasi seluruh proses pelaksanaan pekerjaan service rutin mobil
tangki yang dikelola
a) Material (Pelumas, Filter dan grease) yang digunakan dalam
pekerjaan haruslah sesuai dengan yang tertuang dalam Berita Acara
yang telah disepakati.
b) Memastikan periode penggantian material (Pelumas, Filter dan
grease) sesuai dengan yang tertuang dalam Berita Acara yang telah
disepakati.
c) Pengontrolan dalam penanganan oli bekas baik terhadap stok
ataupun penyimpanannya, harus sesuai dengan ketentuan dalam
penyimpanan jenis limbah B3.
d) Mengawasi pemeriksaan ringan terhadap bagian /fungsi yang vital
di head truck dan tangki seperti rem, tekanan angin, air accu,
radiator, lampu, kelistrikan serta aksesoris vital di tangki safety
switch, oli hidrolik, pneumatic system, bottom loader dan
sebagainya.
3) Merencanakan stok pelumas dan suku cadang (spare parts) di TBBM
atau tempat service/pemeliharaan yang sudah ditentukan dengan
jumlah minimal 2% dari kebutuhan bulanan sesuai standart ATPM
29

4) Berkoordinasi dengan pemilik MT BBM/LPG (Transportir) dan pihak


Pertamina untuk pemeliharaan MT yang menjadi tanggung jawabnya
jika terjadi kerusakan.
5) Memeriksa kelengkapan dokumen dan massa berlakunya, Surat Tera
Meterologi, STNK, Surat Ijin Masuk (KIM/KIP), Buku KIR LLAJ.
6) Melakukan penggantian isi APAR mobil tangki (powder, CO2,
catridge, dsb)
b. Lingkup Teknis Mitra / Bengkel yang ditunjuk.
1) Membuat Jadwal Estimasi pemeliharaan Rutin (Penggantian Oli,
Minyak dan Filter) dengan ketentuan periode (KM) penggantian sesuai
dengan yang telah terbuang di Berita Acara Kesepakatan.
a) Penggantian Oli (mesin, transmisi dan gardan), Minyak (Power
Steering, Rem, Kopling) dan Filter (Oli, Solar dan Udara).
b) Pemeriksaan ringan terhadap bagian/fungsi yang vital di head truck
dan tangki seperti rem, tekanan angin, air accu, radiator, lampu,
kelistrikan serta aksesoris vital di tangki safety switch, oli hidrolik,
pneumatic system, bottom loader dan sebagainya pada saat
pekerjaan pemeliharaan tugas yang diperlukan.
2) Memastikan pelaksanaan pemeliharaan rutin sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat atau disesuaikan dengan jarak tempuh (KM) yang
telah dicapai oleh mobil tangki.
3) Melaksanakan pengadaan material mengacu pada Harga dan Merk
sesuai dengan List yang ada di Berita Acara Kesepakatan yang telah
ditanda tangani.
4) Menjamin ketersediaan stok pelumas dan suku cadang (spare parts) di
TBBM atau tempat service/pemeliharaan yang sudah ditentukan
dengan jumlah minimal 2% dari kebutuhan bulanan sesuai dengan List
yang ada di Berita Acara Kesepakatan yang telah ditanda tangani.
5) Melakukan pemeriksaan ringan bagian/fungsi yang vital di head truck
dan tangki seperti rem, tekanan angin, air accu, radiator, lampu,
kelistrikan serta aksesoris vital di tangki safety switch, oli hidrolik,
30

pneumatic system, bottom loader dan sebagainya pada saat pekerjaan


pemeliharaan rutin dilakukan.
6) Mitra Kerja harus menyediakan peralatan kerja yang standar yang
dilengkapi sertifikasi khusus sesuai peruntukan seperti sertifikat
kompresor dan peralatan lain yang diwajibkan sesuai standar.
7) Melaksanakan Pemeliharaan workshop, seperti pemeliharaan peralatan,
lokasi kerja yang aman, keindahan, kemudahan layanan informasi serta
kebersihan dari area kerja yang tujuannya untuk meningkatkan
pelayanan keselamatan dalam bekerja dengan memenuhi aspek K3LL/
HSSE
8) Lokasi pekerjaan penggantian pelumas harus terbebas dari limbah B3
maupun limbah Non B3 seperti tumpahan oli, filter, dan material
lainnya.
9) Menata penyimpanan material dan peralatan kerja sesuai aspek dan
kaedah ergonomis, HSSE dan lingkungan hidup.
10) Lokasi kerja mitra/bengkel diutamakan berada dalam lingkungan
TBBM PT Pertamina (Persero) atau radius 3 KM (PP) dari lokasi
TBBM PT Pertamina (Persero).
11) Pekerja yang disediakan oleh mitra kerja/ bengkel yang ditunjuk wajib
mengikuti dan mematuhi aturan HSSE yang ada di PT. Pertamina
(Persero) maupun PT.Pertamina Patra Niaga dengan minimal
melengkapi kebutuhan Alat Pelindung Diri berupa Helmet, Safety
Shoes, Seragam Kerja, Sarung Tangan dan Masker yang digunakan
setiap dalam proses pekerjaan penggantian, pemeliharaan rutin Mobil
Tangki.
12) Pekerja yang disediakan oleh mitra kerja/ bengkel yang ditunjuk wajib
diberikan perlindungan kesehatan minimal diikutsertakan dalam
Jamsostek.
13) Melaporkan kepada PT Pertamina Patra Niaga PIC yang ditunjuk
dilokasi.
14) Menjalankan aspek HSSE dalam bekerja meliputi :
a) Membudayakan safety dalam lingkungan kerja yang aman
31

b) Komitmen safety oleh management


c) Pekerja wajib menggunakan APD di area terbatas
d) Memiliki dokumen contractor safety management system (CSMS)
Proses pelaksanaan kegiatan maintenance pada PT. Pertamina Patra Niaga
telah berjalan sesuai dengan lingkup teknis pekerjaan maintenance
management system.
4.3 Analisa dan Pembahasan
Klasifikasi area Maintenance pada PT. Pertamina Patra Niaga TBBM JG
Plumpang menurut standard Eropa termasuk ke dalam kategori Zona 1. Area
tersebut memungkinkan terjadinya paparan gas atau material yang dapat
meledak dalam kondisi operasional normal. Selain itu di sekitar area
maintenance terdapat lokasi penampungan limbah sementara serta terdapat
gudang penyimpanan pelumas. Sedangkan klasifikasi menurut standard
Amerika (NEC/NFA 70 & API RP 500) dan Canada (CEC) termasuk ke dalam
kategori Divisi 1.
32

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan secara langsung di lapangan


diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Tabel Skoring Inspeksi Maintenance Management System
Max Actual
No Variabel Catatan
Score Score
A. Organisasi/ Perusahaan
1. Apakah perusahaan memiliki
2 2 Sesuai
komitmen terhadap keselamatan kerja?
2. Apakah perusahaan melakukan Tidak
2 1
program keselamatan kerja? berkelanjutan
Apakah perusahaan menyediakan Perlu
3. tempat kerja yang memenuhi standard 2 1 pembaharuan
keselamatan/ K3LL? bangunan
Apakah perusahaan melakukan
4. Proses claim
pemeliharaan kesehatan pekerja secara 2 1
yang sulit
berkala (asuransi)?
Apakah perusahaan menyediakan
5. peralatan kesehatan, keselamatan
2 2 Sesuai
kerja? (APD, APAR, tempat sampah,
fasilitas P3K
Apakah pimpinan perusahaan
6. menunjukkan kepedulian dengan cara 2 2 Sesuai
kunjungan ke lokasi kerja?
Apakah perusahaan memiliki
7. dokumen Hazard Identification and 2 2 Sesuai
Risk Assessment (HIRA)?
B. Man (Mekanik)
Mekanik menggunakan APD (seragam
1. kerja, safety helmet, safety shoes, 3 3 Sesuai
sarung tangan) dengan baik dan benar?
Kondisi APD yang digunakan dalam Terdapat APD
2. keadaan baik dan sesuai dengan 3 2 yang kurang
fungsinya layak
Mekanik mengerti prosedur kerja dan Bekerja tanpa
3. 2 1 diawasi secara
prosedur pengoperasian peralatan
langsung
Mekanik melakukan pekerjaan
4. penggantian oli dan servis rutin tepat 3 3 Sesuai
waktu
33

5. Mekanik memahami sistem/ prosedur


3 3 Sesuai
dalam proses evakuasi
6. Mekanik memahami sistem dan Sosialisasi tidak
2 1
prosedur tanggap darurat berkelanjutan
C. Peralatan
Peralatan yang digunakan memiliki Terdapat
1. 2 1 peralatan tanpa
SOP
SOP
SOP peralatan yang digunakan
2. tersedia dan mudah ditemukan di Tidak tersedia di
2 1
lokasi kerja dan dalam bahasa yang lokasi
mudah di mengerti
3. Peralatan yang digunakan berfungsi Terdapat alat
2 1
dengan baik yang rusak
Peralatan disimpan di tempat yang Tidak terdapat
4. teratur dan sesuai konsep 5R (Rapih, 2 0 penataan
Rawat, Rajin, Ringkas, Resik) peralatan
5. Apakah peralatan dilakukan Tidak ada
2 0
pemeriksaan dan pemeliharaan rutin? pemeriksaan
D. Material
Apakah ada pemisahan yang jelas
1. antara oli baru dan oli bekas (tempat, 3 3 Sesuai
label)?
2. Apakah jumlah oli dan sparepart
3 3 Sesuai
mencukupi kebutuhan?
Apakah penyusunan dan pengaturan Belum sesuai
3. sparepart sesuai kaedah first in first 3 2 good
out (FIFO) dan good housekeeping? housekeeping
4. Apakah pemakaian oli dilakukan dan
3 3 Sesuai
sepengetahuan otoritas terkait?
E. Environment
Servis penggantian oli dan servis rutin
1. mobil tangki dilakukan di lokasi 2 2 Sesuai
tersendiri
Kondisi limbah oli di lokasi
2. Terdapat
diperhatikan dengan baik (tidak 3 2
ceceran di lantai
terdapat ceceran oli)
Tersedia rambu-rambu safety di lokasi
3. kerja :
2 2 Sesuai
- Dilarang merokok
- Area wajib APD
34

- Area khusus Authorized


Personnel
- Bahaya Kebakaran
- Jagalah Kebersihan
4. Tersedia APAR sesuai standard
3 3 Sesuai
dengan jumlah yang cukup
5. Apakah tersedia fasilitas P3K? Tidak ada
3 2
pemeriksaan
Penerangan dan sirkulasi tempat kerja/
6. Lingkungan
bengkel sesuai dalam aturan kesehatan 2 1
berdebu
lingkungan kerja
Terdapat area khusus penympanan
7. limbah B3 (Bahan Berbahaya dan 2 2 Sesuai
Beracun)
8. Apakah tersedia kotak sampah (B3, Belum terbagi
2 1
organik dan non organik) sesuai jenisnya
Jumlah 71 53
Berdasarkan tabel data tersebut diperoleh jumlah actual score sebanyak 52
dari jumlah total score 71. Dengan demikian, dapat dihitung prosentase
penerapan K3 pada Maintenance Management System (MMS) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
hasil observasi
= x 100 %
total nilai
53
= x 100 %
71
= 0,74 x 100 %
= 74 %
Perhitungan di atas menunjukkan hasil perhitungan prosentase tingkat
penerapan K3 secara keseluruhan pada Maitenance Management System. Hasil
dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa prosentase tingkat penerapan
sebanyak 74 %. Sebagian besar pelaksanaan sudah sesuai dengan indikator
inspeksi yang sudah tersedia. Namun hasil tersebut dapat diketahui bahwa
masih terdapat beberapa item yang belum terlaksana sesuai dengan indikator
yang sudah tersedia. Dengan demikian dilakukan pemetaan perhitungan
prosentase untuk mengetahui bagian yang masih belum melaksanakan secara
maksimal.
35

Jika prosentase dihitung secara terpisah setiap elemen pada matrik maka
akan diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Organisasi / Perusahaan
Perusahaan merupakan penyedia segala bentuk fasilitas serta pengelola
sarana dan prasarana mobilitas operasional. Prosentase tingkat penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja pada elemen perusahaan sebagai berikut :
hasil observasi
= x 100 %
total nilai
10
= x 100 %
14
= 0,71 x 100 %
= 71 %
Prosentase tingkat penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada
elemen perusahaan yaitu 71 %. Berdasarkan 7 point mengenai perusahaan
di dalam matrik tersebut terdapat 3 point yang tidak mendapatkan skor
maksimal. Beberapa point tersebut sebagai berikut :
1) Perusahaan memiliki program (safety talk, safety training) tetapi tidak
dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal yang menjadi catatan adalah
pelaksanaan program seperti safety talk hanya dilakukan pada saat
terdapat informasi dan tidak dalam jangka waktu yang tetap. Dengan
demikian, program tersebut tidak berjalan secara berkelanjutan.
2) Perusahaan menyediakan tempat kerja yang layak dan sesuai dengan
standard kelayakan namun belum terpelihara dengan baik. Tempat
untuk melakukan aktivitas perawatan dan perbaikan kendaraan sudah
tersedia. Namun pada pelaksanaannya gedung bengkel cenderung tidak
mendapatkan pembaharuan, sehingga terdapat beberapa bagian yang
tidak terawat. Contoh bagian tersebut yaitu kondisi lantai yang berdebu
dan tidak tersedia tempat cuci muka dan tangan di dalam area bengkel.
Kondisi workshop dapat dilihat pada gambar berikut :
36

Gambar 4.2 Kondisi Workshop Maintenance


(Sumber : hasil observasi)
3) Perusahaan melakukan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja namun
dengan akses asuransi yang sulit dijangkau pekerja. Proses claim
asuransi cenderung melalui tahap yang panjang sehingga membutuhkan
waktu yang lama untuk mendapatkan jasa pelayanan asuransi.
b. Man / Mekanik
Mekanik merupakan tenaga yang mengerjakan perbaikan mauupun
pemeliharaan terhadap kendaraan. Dengan demikian, mekanik akan
berhubungan langsung dengan pekerjaan di lapangan. Prosentase tingkat
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan pada elemen
man/ mekanik sebagai berikut :
37

hasil observasi
total nilai
= 13 x 100 %

= x 100 %
16
= 0,81 x 100 %
= 81 %
Prosentase tingkat penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada
elemen man/ mekanik yaitu 81 %. Beberapa point yang masih belum
terlaksana secara maksimal sebagai berikut :
1) Terdapat satu komponen APD yang tidak layak dan tidak sesuai
fungsinya. Salah satu komponen yang sudah tidak layak dan harus
diperbaharui yaitu overall/ baju pelindung. Penggunaan overall/ baju
pelindung berfungsi untuk melindungi badan/ kulit agar tidak tertusuk,
tersayat, dan terbakar oleh benda padat, cair, atau gas.

Gambar 4.3 Kondisi Baju Pelindung (overall)


(Sumber : hasil observasi)
2) Mekanik mengerti namun tidak memperhatikan prosedur kerja dan
pengoperasian peralatan dalam melaksanakan tugas. Hal ini masih
terjadi pada area maintenance, dikarenakan tidak terdapat pengawasan
secara langsung yang dilakukan di lapangan.
38

Gambar 4.4 Pelaksanaan Pekerjaan


(Sumber : hasil observasi)
3) Hanya sebagian mekanik yang memahami sistem dan prosedur tanggap
darurat karena sosialisasi tidak dilakukan secara berkelanjutan.
Sosialisasi mengenai prosedur pelaksanaan tidak dilakukan secara
berkelanjutan, sehingga membuat beberapa mekanik tidak mengerti
mengenai prosedur pelaksanaan tersebut.
c. Machine / Peralatan
Peralatan merupakan bagian yang berpengaruh pada aktifitas
perbengkelan. Setiap melakukan perawatan maupun perbaikan bengkel
memerlukan peralatan. Pemeliharaan terhadap setiap peralatan yang
tersedia diperlukan untuk menjaga kondisi peralatan tetap dalam kondisi
baik. Berikut perhitungan prosentase penerapan kesehatan dan keselamatan
kerja pada elemen machine/ peralatan :
hasil observasi
= x 100 %
total nilai
3
= x 100 %
10
= 0,3 x 100 %
= 30 %
Prosentase tingkat penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada
elemen machine/ peralatan yaitu 30 %. Hasil perhitungan tersebut
39

menunjukkan bahwa pada elemen tersebut terdapat point yang tidak sesuai,
diantaranya sebagai berikut :
1) Beberapa peralatan yang digunakan tidak memiliki SOP. Petunjuk
penggunaan alat yang tidak tersedia membuat mekanik menggunakan
peralatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Penggunaan
peralatan yang tidak sesuai dengan prosedur dapat membuat alat
menjadi lebih cepat mengalami kerusakan.
2) SOP peralatan yang digunakan tersedia namun tidak ditemukan di
lokasi kerja serta tidak dalam bahasa yang mudah dimengerti. SOP
tidak terdapat di area kerja, sehingga mekanik tidak mengetahui tata
cara atau petunjuk penggunaan paralatan yang sesuai.
3) Satu peralatan kerja mengalami kerusakan. Terdapat peralatan yang
mengalami kerusakan. Sehingga mekanik menggunakan cara yang
manual untuk mengetahui keadaan material. Berikut salah satu
peralatan yang mengalami kerusakan :

Gambar 4.5 Peralatan Rusak


(Sumber : hasil observasi)
4) Peralatan disimpan secara berantakan (tidak teratur) dan tidak sesuai
konsep 5R. Peralatan yang digunakan hanya diletakkan di dalam lemari
tanpa dilakukan penataan. Hal tersebut masih belum sesuai dengan
kaidah good housekeeping. Berikut merupakan gambar lemari
peyimpanan peralatan :
40

Gambar 4.6 Lemari Penyimpanan Peralatan


(Sumber : hasil observasi)
5) Tidak dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan alat kerja. Setelah alat
kerja digunakan hanya diletakkan pada tempat penyimpanan alat dan
tidak dilakukan pengecekan dan permbersihan alat. Apabila peralatan
yang tersedia tidak dilakukan pengecekan kembali, peralatan akan cepat
mengalami kerusakan.
d. Material
Material merupakan bahan-bahan atau spare part yang terdapat di
bengkel baik yang masih digunakan maupun yang sudah tidak digunakan.
Penerapan K3 pada material lebih berhubungan dengan penataan di dalam
bengkel. Berikut perhitungan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
pada elemen material sebagai berikut :
hasil observasi
= x 100 %
total nilai
11
= x 100 %
12
= 0,91 x 100 %
= 91 %
Prosentase tingkat penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada
elemen material yaitu 91 %. Hasil perhitungan menunjukkan tingkat
penerapan K3 sudah baik, hanya terdapat satu permasalahan yaitu
Penyusunan dan pengaturan spare part sudah beraturan sesuai kaidah FIFO
dan namun belum sesuai dengan good house keeping. Penggunaan spare
41

part sudah cukup sesuai, akan tetapi penataan di dalam gudang


penyimpanan masih belum sesuai. Hal tersebut dibuktikan dengan belum
terdapatnya pembagian jenis spare part serta penempatan yang tidak teratur.
Berikut merupakan gambar kondisi penataan spare part di dalam gudang
penyimpanan :

Gambar 4.7 Kondisi Gudang Penyimpanan


(Sumber : hasil observasi)
e. Environment
Environment atau lingkungan kerja merupakan daerah yang menjadi
tempat untuk melakukan segala aktifitas perbengkelan. Lingkungan kerja
yang tidak terpeliharan akan memperngaruhi kenyamanan serta dapat
meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Berikut perhitungan
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada elemen environment atau
lingkungan sebagai berikut :
hasil observasi
total nilai
= 15 x 100 %

= x 100 %
17
= 0,88 x 100 %
= 88 %
Prosentase tingkat penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada
elemen Environment yaitu 88 %. Beberapa point yang masih belum
terlaksana secara maksimal sebagai berikut :
42

1) Terdapat tumpahan oli di lokasi kerja (limbah oli) kurang dari satu
meter persegi. Tumpahan oli yang terdapat di area bengkel disebabkan
karena penampung oli hanya menggunakan peralatan seadanya. Oleh
karena itu terdapat oli yang menetes ke area bengkel. Kondisi tumpahan
oli terdapat dalam gambar berikut :

Gambar 4.8 Tumpahan Oli pada Lantai Workshop


(Sumber : hasil observasi)
2) Terdapat fasilitas P3K di lokasi kerja dengan kondisi yang sesuai
standard namun tidak ada pemeriksaan kondisi kelayakannya. Fasilitas
P3K tersiman di dalam kotak P3K yang tersedia di dalam ruang tunggu.
Namun tidak terdapat pemeriksaan secara rutin mengenai kondisi P3K
tersebut oleh petugas. Kotak P3K yang tersedia di area workshop
terdapat pada gambar berikut :

Gambar 4.9 Kotak P3K di area Workshop


(Sumber : hasil observasi)
43

3) Terdapat penerangan dan sirkulasi pada tempat kerja, bengkel namun


dengan kondisi yang kurang memadai. Penerangan di dalam bengkel
sesuai dengan kebutuhan . Hal yang masih tidak sesuai yaitu sirkulasi
udara di dalam bengkel. Kondisi lantai yang berdebu membuat sirkulasi
menjadi tidak nyaman. Selain itu, lubang udara hanya berupa pintu dan
langit-langit ruangan yang terbuka namun terdapat banyak debu. Sesuai
dengan PM Perburuhan No 7 tahun 1964, menyebutkan bahwa lantai
harus dalam keadaan bersih serta jalan tidak boleh berdebu. Jika hal
tersebut tetap berlangsung maka dapat terjadi gangguan sistem
pernapasan.

Gambar 4.10 Penerangan dan Sirkulasi


(Sumber : hasil observasi)
4) Tersedia kotak sampah namun belum sesuai / klasifikasi sampah (B3,
organik dan non organik). Kotak sampah yang tersedia hanya bersifat
menjaga kebersihan belum termasuk pemisahan sesuai dengan
44

jenisnya. Beberapa tempat sampah yang tersedia di area workshop


sebagai berikut :

Gambar 4.11 Tempat Sampah


(Sumber : hasil observasi)
4.4 Rekomendasi
Hasil analisis dari perhitungan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
pada maintenance management system menunjukkan bahwa masih terdapat
beberapa permasalahan pada setiap elemen. Apabila tidak dilakukan perubahan
maka risiko terjadinya kecelakaan kerja akan lebih besar. Permasalahan
tersebut akan berjalan sesuai dengan petunjuk setelah dilakukan beberapa
perubahan melalui beberapa solusi alternatif. Beberapa solusi alternatif untuk
menanggulangi permasalahan di atas sebagai berikut :
a. Organisasi
Solusi untuk menanggulangi permasalahan pada organisasi yaitu :
1) Program Safety Talk secara rutin.
Safety Talk merupakan program pencegahan kecelakaan kerja
melalui pertemuan yang bertujuan untuk mengingatkan para pekerja di
tempat tersebut mengenai potensi bahaya yang dapat terjadi. Selain itu,
program tersebut juga dapat berupa penyampaian keluhan yang
dirasakan oleh para pekerja sehingga dapat ditemukan solusi yang tepat
untuk menangani keluhan tersebut. Safety talk dapat dilakukan secara
rutin dalam jangka waktu tertentu. Dalam jangka waktu tersebut dapat
ilakukan evaluasi kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas pekerja di
tempat tersebut. Beberapa tujuan safety talk menurut Indria (2009)
sebagai berikut :
45

a) Menjelaskan mengenai sumber bahaya yang dapat menimbulkan


kecelakaan di tempat kerja serta cara pengendaliannya
b) Mengingatkan kepada seluruh orang yang bekerja di area tersebut
untuk bekerja sesuai SOP secara aman dan selamat untuk
mengurangi kecelakaan kerja.
c) Menjelaskan mengenai kasus kecelakaan, kebakaran serta penyakit
akibat kerja yang menimbulkan kerugian agar tidak terulang
kembali.
d) Membahas prosedur dan latihan menghadapi keadaan darurat
termasuk pencemaran lingkungan.
e) Menyebarluaskan peraturan perundang-undangan, kebijakan serta
prosedur K3 baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun
perusahaan.
f) Mengevaluasi implementasi prosedur dan tindakan perbaikan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja,
dan lain sebagainya.
Pelaksanaan safety talk dapat dilakukan oleh organisasi K3 yang ada
di perusahaan yaitu P2K3 (Panitia Pembina K3). Organisasi tersebut
dapat menjadi wadah kerja sama antara unsur pimpinan perusahaan dan
tenaga kerja dalam menangani masalah K3. Manfaat P2K3 menurut
ILO diantaranya sebagai berikut :
a) Mengembangkan kerja sama bidang K3
b) Meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3
c) Forum komunikasi dalam bidang K3
d) Menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyait akibat
kerja.
2) Pembaharuan bangunan gedung workshop.
Pembaharuan bangunan merupakan aktifitas untuk memperbaiki
atau membuat kembali fungsi bangunan yang sudah tidak layak menjadi
lebih baik. Pembaharuan tersebut dapat meningkatkan kenyamanan di
dalam workshop serta mencegah terjadinya potensi kecelakaan di tempat
kerja akibat bangunan yang sudah tua.
46

Salah satu pembaharuan yang harus dilakukan pada workshop di


TBBM Pumpang yaitu lantai workshop serta menyediakan tempat untuk
mencuci tangan atau muka. Kondisi lantai yang berdebu dan tidak rata
dapat diperbaharui dengan menambahkan marka untuk membatasi area
kerja mekanik. Marka tersebut akan membantu membatasi area yang
diperbolehkan dan dilarang untuk dilewati, sehingga ruang gerak
mekanik lebih bebas. Sedangkan tempat cuci muka atau tangan sangat
diperlukan pada saat mekanik terkena sesuatu di bagian wajah.
3) Jaminan asuransi yang cepat dan mudah diperoleh.
Jaminan asuransi yang cepat dan mudah diperoleh akan membantu
meringankan beban pekerja. Produktivitas operasional juga tidak
terganggu karena pekerja lebih cepat kembali bekerja.
b. Man/ mekanik
Solusi untuk menanggulangi permasalahan pada man/ mekanik yaitu :
1) Pembaharuan Alat Pelindung Diri (APD) secara berkala.
Alat Pelindung Diri merupakan kelengkapan kerja yang wajib
digunakan dan berfungsi untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang
yang berada di sekitarnya. Beberapa ketentuan-ketentuan APD menurut
Buntarto (2015) sebagai berikut :
a) Dapat memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya-
bahaya yang dihadapi oleh pekerja.
b) Ringan serta tidak menimbulkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.
c) Tidak mudah rusak.
d) Dapat dipakai secara fleksibel.
e) Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya.
f) Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka alat pelindung diri
harus dalam kondisi yang layak pada saat digunakan terutama pada saat
bekerja dengan risiko bahaya yang tinggi seperti pengelasan, bekerja di
bawah kendaraan atau kolong. Keadaan yang layak tersebut dapat
melindungi pada saat terjadi kecelakaan di tempat kerja.
47

2) Pengawasan pelaksanaan aktivitas pekerja di lapangan.


Pengawasan aktivitas tersebut bertujuan untuk meminimalisir
tindakan yang tidak aman, sehingga potensi terjadinya kecelakaan kerja
lebih kecil. Pengawasan tersebut dapat dilakukan oleh petugas yang
tergabung dalam organisasi P2K3.
3) Sosialisasi prosedur yang berlaku di tempat kerja.
Sosialisasi merupakan cara untuk memberitahukan kepada seluruh
orang yang berada di sekitar tempat kerja. Sosialisasi tersebut bertujuan
untuk memberikan gambaran kepada seluruh orang mengenai peraturan
atau petunjuk yang wajib ditaati di area kerja. Sosialisasi tersebut dapat
dilakukan dengan menyediakan buku panduan kerja di tempat kerja
yang dapat dibaca oleh seluruh orang yang berada di tempat kerja.
Selain itu sosialisasi juga dapat dilakukan dengan membuat poster-
poster yang ditempatkan pada area yang mudah terbaca oleh orang di
sekitar tempat kerja.
c. Machine/ Peralatan
Solusi untuk menanggulangi permasalahan pada machine/ peralatan yaitu :
1) Pembuatan Standard Operasional Procedure (SOP) penggunaan
peralatan.
Standar operasional prosedur adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat sesuai
dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit yang
bersangkutan (Tjipto, 2013). Menurut wikipedia prosedur operasi standar
merupakan suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu
petunjuk atau direktif.
Standard Operating Procedure (SOP) merupakan sekumpulan
tulisan atau berupa gambar yang memuat langkah-langkah khusus
dengan penjelasan detail dan jelas untuk menyempurnakan tugas-tugas
yang sesuai dengan regulasi perusahaan, pendidikan, kesehatan,
penerbangan, perindustrian, militer, atau bahkan menjalankan usaha
kecil (Evita, 2015 :12). Dengan demikian kinerja mekanik dapat
terkontrol melalui prosedur tersebut. Selain itu, mekanik yang belum
48

mengetahui tata cara penggunana dapat mengerti langkah-langkah


sebelum pengerjaan.
2) Pembaharuan peralatan yang rusak.
Peralatan yang sudah tidak layak digunakan sebaiknya diganti
dengan yang baru. Pembaharuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi serta kualitas produktifitas kerja. Dengan peralatan yang
memadai proses perbaikan maupun perawatan akan lebih cepat selesai
dan lebih berkualitas.
3) Penataan hand tools dengan metode dinding.
Penataan dengan metode ini akan sesuai dengan konsep 5R pada
good housekeeping. Housekeeping merupakan sebuah upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman sehingga tercapai
produktifitas kerja. Selain menjaga peralatan supaya tetap terawat,
metode ini juga membuat area kerja lebih terlihat rapi. Peralatan
dipisahkan sesuai dengan jenis dan fungsinya, sehingga tertata dengan
baik.
4) Mekanisme pengambilan alat menggunakan kartu identitas.
Kartu identitas menunjukkan identitas mekanik yang akan
menggunakan peralatan. Identitas tersebut bertujuan sebagai jaminan
mekanik untuk mempertanggungjawabkan peralatan yang digunakan
apabila terjadi kerusakan atau kehilangan. Dengan demikian, perusahaan
akan lebih mudah mendata alat serta memperkecil pengeluaran akibat
peralatan yang rusak atau hilang.
5) Pengecekan peralatan setelah digunakan.
Pengecekan alat bertujuan untuk memastikan kondisi peralatan tetap
baik walaupun setelah digunakan. Pengecekan dapat berupa pemeriksaan
fungsi serta kebersihan alat. Jika kebersihan alat tetap terjaga maka risiko
untuk mengalami kerusakan seperti berkarat akan lebih kecil. Dengan
demikian peralatan akan lebih tahan lama.
d. Material
Solusi untuk menanggulangi permasalahan pada material yaitu :
1) Pemisahan jenis spare part dalam gudang penyimpanan.
49

Master spare part merupakan jenis material yang berupa parts dan
accessoris baik dari accessoris maupun engine kendaraan. Spare part
pada umumnya disimpan di dalam gudang penyimpanan (Ferry, 2010).
Kondisi ideal di dalam gudang penyimpanan yaitu dengan melakukan
pemisahan spare part berdasarkan jenis dan fungsinya. Pemisahan
berdasarkan jenis dan fungsi tersebut bertujuan untuk mempermudah
pendataan stok spare part yang tersedia. Selain itu juga mempermudah
pada saat pengambilan ketika dibutuhkan.
e. Environment
Solusi untuk menanggulangi permasalahan pada environment yaitu :
1) Pemeriksaan serta pembaharuan kotak P3K secara berkala.
Menurut PM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 15 tahu 2008, yang dimaksud P3K di tempat kerja merupakan
upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh/ dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang
mengalami sakit atau cidera di tempat kerja. Salah satu fasilitas P3K
yaitu Kotak P3K. kotak P3K tersebut harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a) Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar
putih dangan lambang P3K berwarna hijau.
b) Kotak P3K tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan P3K di tempat kerja.
c) Penempatan kotak P3K :
i. Pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah
yang jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila
digunakan;
ii. Disesuaikan dengan jumlah pekerja atau buruh;
iii. Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau
lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K
sesuai jumlah pekerja/buruh;
50

2) Penambahan blower untuk sirkulasi di dalam workshop.


Blower merupakan perangkat untuk membuang udara dari dalam
ruangan ke luar ruangan. Blower membantu membuat sirkulasi menjadi
lebih baik. Sirkulasi yang baik dapat memberikan kenyamanan dalam
beraktivitas.
3) Menyediakan tempat sampah sesuai dengan jenisnya.
Pemilahan sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan
penanganan sampah sejak dari sumbernya dengna memanfaatkan
penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari perwadahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan melalui
pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan,
sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran lingkungan bebas sampah
(Kun, 2010).
Jenis sampah di bagi menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Pemisahan jenis sampah berfungsi untuk mengetahui sampah
yang masih dapat digunakan atau dimanfaatkan. Sampah-sampah yang
telah dipilah tersebut dapat didaur ulang apabila masih dapat
dimanfaatkan. Sedangkan yang sudah tidak bisa dimanfaatkan dapat
dibawa ke tempat pembuangan akhir.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada Maintenance Management System PT. Pertamina
Patra Niaga TBBM JG Plumpang, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Proses pelaksanaan kegiatan maintenance management system meliputi
Lingkup Teknis Perwakilan PT. Patra Niaga Lokasi dan Lingkup Teknis
Mitra / Bengkel yang ditunjuk.
2. Pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan lingkup teknis yang tersedia,
namun masih terdapat kekurangan pada beberapa item setiap elemen
perusahaan.
3. Prosentase tingkat penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada Maintenance Management System sebanyak 74%. Penerapan pada
setiap elemen perusahaan yaitu 71% elemen Organisasi, 81% elemen Man/
Mekanik, 30% elemen Machine/ Alat, 91% elemen Material, dan 88%
Environment.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut perlu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui kelemahan pada setiap elemen perusahaan pada maintenance
management system terutama elemen peralatan. Penggunaan SOP Peralatan
dianjurkan untuk meningkatkan kualitas serta keselamatan kerja dalam
menggunakan peralatan. Dengan demikian prosentase serta kualitas secara
keseluruhan akan turut meningkat.
Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui tingkat penerapan pada
seluruh unit kerja TBBM JG Plumpang, seperti unit Tyre Management System
dan Pelumas.

51
DAFTAR PUSTAKA

. (1964), Peraturan Menteri Perburuhan No 7 Tahun 1964 Tentang Syarat


Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja. Jakarta.
. (1970), Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
. (2014), Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Atmoko Tjipto. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Budiasih, Kun Sri, M.Si. (2010). Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan
Sampah yang Baik. Makalah Program PPM. Universitas Negeri Yogyakarta.
Corua, Ferry Agustaf. (2010). Business Blue Print Warehouse BUC & Oto Rental.
System Development & Control Group Automotive Bosowa Corporation.
Daryanto. (2007). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel. Rineka Cipta.
Jakarta.
Drs. Buntaro, M.Pd, dkk, (2015). Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja
untuk Industri. Pustakabarupress. Yogyakarta.
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1404/Kelapa-GadingKecamatan
diakses pada 25 april 2016, pukul 20:00 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Prosedur_operasi_standar diakses pada tanggal 29
Juli 2016, pukul 20:59 WIB
Hendra, (2000). Intro to Occupational Health and Safety (OHS). Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
International Labour Organization (ILO), (2013). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Sarana untuk Produktivitas. Jakarta.
Muryani Sri, (2014). Analisis Kualitatif Terjadinya Kecelakaan dengan Pendekatan
Haddon Matrik pada Truk Pengangkut BBM di PT. Pertamina Patra Niaga
Plumpang Jakarta Utara. Tesis. Depok.
Moh. Nazir, Ph.D, (2011). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Ciawi-Bogor.

52
53

Prof. Dr. Suryana, M.Si, (2010). Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Metode Penelitian. Universitas Pendidikaan Indonesia. Bandung.
PT. Pertamina Patra Niaga, (2014). Inspeksi Tyre Management System (TMS) dan
Maintenance Management System (MMS). Tata Kerja Organisasi. Jakarta.
PT. Pertamina Patra Niaga. (2016), Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan (HSE Guidelines). Jakarta.
PT. Pertamina Patra Niaga, (2012). Sistem Manajemen Keselamatan Transportasi
Darat (SMKTD). Jakarta.
Purnamasari, P Evita. (2015). Panduan Menyusun Standard Operating Procedure
(SOP). Kobis. Yogyakarta.
Sulistiadji, Koes. (2006), Teknologi Mekanisme Pengelolaan UPJA (Manajemen
Bengkel).
Susiani, Indiria Indah. (2009). Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
Wujud dari Kebijakan K3 di PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. Laporan
Khusus. Surakarta.
Zevy D, Maran. (2007). Peralatan Bengkel Otomotif. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
RIWAYAT HIDUP

Nama : Wisnu Prasetiyo Wicaksana


Notar : 12.II.0048
Tempat / Tanggal Lahir : Salatiga, 5 September 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Lajang
Alamat Asal : Wonoyoso RT 08 RW 05 Bumirejo Kec. Kebumen
Kab. Kebumen, Jawa Tengah
No. HP : 085786822440
Email : wisnupewe123@gmail.com
Motto : Bukan seberapa besar mimpi kita, tetapi seberapa
besar kita untuk mimpi itu.

Riwayat Pendidikan
1. SMA Negeri 2 Kebumen, 2012
2. SMP Negeri 2 Kebumen, 2009
3. SD Negeri 4 Bumirejo, 2006
4. RA Salafiyah, 2000

Pengalaman keikutsertaan dalam penelitian / pertemuan ilmiah / seminar


nasional / Internasional :
1. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia
(SEMNASTEKNOMEDIA) 2015.
2. The 18th International Symposium of Indonesian Inter-University
Transport Studies Forum.
3. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia
(SEMNASTEKNOMEDIA) 2016.

Anda mungkin juga menyukai