Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perusahaan
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pengertian
perusahaan sebagai berikut :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
PT. Pertamina persero mempunyai anak perusahaan yang bergerak
dalam jasa pendistribusian bahan bakar minyak/bahan bakar khusus
(BBM/BBK) yaitu PT. Elnusa Petrofin. Pendistribusian bahan bakar
tersebut harus memiliki standar keselamatan yang tinggi, baik dari segi
sarana maupun pelaksanaanya. PT. Elnusa Petrofin sebagai perusahaan
penyedia alat transportasi BBM/BBK, memberikan layanan kepada para
pelanggan dengan jaminan kualitas, jumlah, tempat dan ketepatan waktu.
PT. Elnusa Petrofin Niaga menyediakan jasa pengiriman produk bahan
bakar bersubsidi dari depot milik suatu Perusahaan Publik (Terbuka/Tbk.)
kepada pelanggan, yang terdiri dari SPBU dan Non SPBU.

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut ILO/WHO (1998) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah suatu perlindungan dan peningkatan derajat yang setinggi-tingginya
mencakup aspek fisik, mental, dan sosial untuk kesejahteraan seluruh
pekerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk

6
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari keselamatan itu sendiri adalah
sebagai berikut :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatakan produksi serta
produtivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
c. Menjamin agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara
aman dan efisien.
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang diatur dalam
Undang-Undang keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk
(Undang-Undang K3 pasal 3 ayat 1, tahun 1970):
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
6. Memberi alat pelindung diri pada pekerja;
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, sinar, radiasi, suara dan
getaran;
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physic maupun psikis;
9. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
10. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang;
11. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
12. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaanya menjadi bertambah tinggi;

7
2.3. Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan
yang dapat berakibat cedera, gangguan kesehatan, kematian, kerusakan
properti, gangguan terhadap pekerja (kelancaran proses produksi) atau
pencemaran. Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan, antara lain
(Suardi, 2005) :
a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe
human acts).
b. Keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe condition).
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahan) kejadian kematian atau
kejadian yang dapat menyebabkan kematian (Standar OHSAS
18001:2007).
Ruang lingkup kecelakaan kerja pada suatu unit kerja atau
perusahaan adalah :
1. Kecelakaan akibat langsung dari suatu pekerjaan.
2. Kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (waktu
kerja).
3. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang ada kaitannya
dengan pekerjaan.
4. Kecelakaan kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transportasi
ke dan dari tempat kerja.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan
karena dapat mengakibatkan kerugian berupa cidera, kerusakan properti,
kerugian materi, gangguan kesehatan dan kematian. Semuaya dapat di
artikan menimbulkan kerugian baik kerugian manusia (harm to people),
kerusakan material (damage to property), dan proses kerja (loses to
process)

8
2.4. Bahaya (Hazard)
Bahaya adalah segala sesuatu situasi atau tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau
gangguan lainnya. Karena adanya bahaya maka diperlukan upaya
pengendalian agara bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang
merugikan (Ramli, 2010).
Bahaya menurut OHSAS 18001 (2007) adalah sumber, situasi atau
tindakan yang menyebabkan kerugian bagi manusia, baik yang bisa
menyebabkan kerugian bagi manusia, menyebabkan luka-luka, gangguan
kesehatan.
Potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, diantaranya :
a. Potensi bahaya dari bahan-bahan yang berbahaya
b. Potensi bahaya yang bertekanan
c. Potensi bahaya udara panas
d. Potensi bahaya kelistrikan
e. Potensi bahaya mekanik
f. Potensi bahaya gravitasi
g. Potensi bahaya radiasi
h. Potensi bahaya lingkungan kerja
Ada beberapa panduan daftar bahaya potensial yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel II.1 Daftar bahaya potensial
No Uraian Bahaya Potensial
1 Lingkungan kerja 1. Udara kotor
2. Temperatur ekstrim
a. Kontak dengan benda panas atau
dingin
b. Terkena lingkungan panas atau
dingin

9
2 Energi 1.Kebisingan
a. Bising tiba-tiba
b. Bising dalam waktu lama
3 Zat Kimia 1. Kontak dengan zat kimia
2. Kebakaran dan ledakan
3. Debu dan gas
4 Pekerjaan manual Ergonomis (desain tempat kerja tidak
baik)
(Suardi, 2005)

Menurut Syukri sahab (1997) dalam Hayati (2009), umumnya


sumber bahaya yang ada di tempat kerja atau didalam proses produksi
berasal dari:
a. Manusia
Pada suatu tempat kerja, hanya sejumlah kecil tenaga kerja mengalami
persentase kecelakaan yang tinggi. Tenaga kerja tersebut dipandang
cenderung menderita kecelakaan. Statistik kecelakaan menunjukkan
bahwa 10-25% tenaga kerja terlibat dalam 55-85% dari seluruh
kecelakaan.
b. Mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan sering juga menimbulkan potensi bahaya maka
seluruh peralatan harus didesain, dipelihara dan digunakan dengan
baik. Pengendalian potensi bahaya dapat dipengaruhi oleh bentuk
peralatan, ukuran, berat ringannya peralatan, kenyamanan operator,
dan kekuatan yang diperlukan untuk menggunakan atau
mengoperasikan peralatan kerja dan mesin.
c. Metode kerja atau cara kerja
Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun
orang lain di sekitarnya.

10
d. Lingkungan Kerja
Bahaya dari Lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis
bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit
akibat kerja.
Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada
dampak terhadap korban dibagi menjadi empat kategori.
Tabel II.2 Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan
dampak korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D

Potensi bahaya yang Potensi bahaya Risiko terhadap Potensi bahaya yang
menimbulkan risiko dampak yang kesejahteraan menimbulkan risiko
jangka panjang pada menimbulkan atau kesehatan pribadi dan
kesehatan risiko langsung sehari-hari psikologis
pada kesehatan
Bahaya faktor kimia debu, Kebakaran Air Minum Pelecehan, termasuk
uap logam, uap) intimidasi dan
pelecehan seksual
Bahaya faktor biologi
(penyakit dan gangguan Listrik Toilet dan Terinfeksi
oleh virus, bakteri, binatang fasilitas mencuci HIV/AIDS
dsb.)
Potensi bahaya
Bahaya faktor fisik (bising, Mekanikal Ruang makan Kekerasan di tempat
penerangan, getaran, iklim (tidak adanya atau Kantin kerja
kerja, jatuh) pelindung
mesin)
Cara bekerja dan bahaya
faktor ergonomis (posisi P3K di tempat Stress
bangku kerja, pekerjaan House keeping kerja

11
berulang-ulang, jam kerja (perawatan
yang lama) buruk pada
peralatan)
Potensi bahaya lingkungan Transportasi Narkoba di tempat
yang disebabkan oleh polusi kerja
pada perusahaan di
masyarakat
(Sumber : ILO, 2013)

2.4 Analisis Risiko


Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari
kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan
keparahan dari cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kejadian atau paparan tersebut. Sedangkan manajemen risiko adalah suatu
proses untuk mengolah risiko yang ada dalam setiap kegiatan (Ramli,
2010).
Risiko adalah perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung
dari cara pengolahnya. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya
dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalain agar tidak
terjadi bencana atau kerugian lainya (Sugandi, 2003).
Tujuan manajemen risiko menurut Australian Standar/New Zealand
Standard 4360 (1999), yaitu:
a. Membantu meminimalisir meluasnya efek yang tidak diinginkan
terjadi.
b. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan
kerugian.
c. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga
memberikan keuntungan bukan kerugian.
d. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level.

12
e. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisir kerugian pada saat
terjadi kegagalan
f. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat reaktif.

2.5 Manajemen Risiko


Menurut Webb (1994) manajemen risiko dalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menggapai risiko yang telah dilakukan melalui rencana
analisis risiko atau bentuk observasi lain untuk meminimalisasi
konsekuensi buruk yang mungkin muncul. Sedangkan menurut Kerzner
Harold (2001) manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan risiko. Dimana didalamnya termasuk perencanaan
(planning), penilaian (assesment), penanganan (handling), dan pemantauan
(monitoring) risiko.
Didalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja juga
mengatur manajemen risiko dengan tujuan untuk mengurangi konsekuensi
buruk yang mungkin akan muncul dalam kegiatan Industri. Menurut
OHSAS 18001, manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola
risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan
cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan.
Menurut standar AS/NZS 4360 dalam Ramli (2010) tentang standar
manajemen risikoproses manajemen risiko sebagai berikut :
1. Menentukan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Penilaian risiko
Analisis risiko
Evaluasi risiko
4. Pengendalian risiko
5. Komunikasi dan konsultasi
6. Pemantauan dan tinjau ulang

13
Pelaksanaan manajemen risiko khususnya untuk melakukan
identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian diperlukan metode khusus
untuk risiko K3.

2.6 Hazard Identificarion, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC).


Hazard Identificarion, Risk Assessment and Risk Control
(HIRARC) merupakan serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang
dapat terjadi dalam aktifitas, kemudian melakukan penilaian risko dari
bahya tersebut kemudian membuat program pengendalian bahaya agar
dapat diminimalisir tingkat risiko dengan tujuan mencegah terjadinya
kecelakaan.
HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja yang
kemudian diidentifikasi sumber bahaya sehingga didapat risikonya.
Kemudian akan dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk
mengurangi paparan bahaya yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan,
tahapanya antara lain :
a. Identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan
manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis
untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktifitas organisasi.
Identifikasi risiko merupakan landasan dari manajemen risiko tanpa
melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengolahan
risiko dengan baik.
Tabel II.3 Penilaian tingkat kemungkinan

(Sumber : AS/NZS 4360)

14
b. Penilaian Risiko
Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilana risiko
melalui analisa dan evaluasi risiko. Hal ini untuk menentukan besarnya
suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan dan akibat yang
ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringatan
risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki
dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat di
abaikan.
Tabel II.4 Penentuan tingkat konsekuensi
Cidera/ Penyakit Asset/Lingkungan Produksi Score
akibat kerja ( $ 100 ) ( $ 100 )
Fatal atau cacat Kerusakan > 500 Kerugian > 500 5
( >6 bulan )

Cidera serius Kerusakan : 100 - 500 Kerugian : 100 - 500 4


( 1-6 bulan )

Cidera berat Kerusakan : 50 -100 Kerugian : 50 - 100 3


( 3-30 hari )

Cidera ringan Kerusakan : 5 - 50 Kerugian : 5-50 2


( < 2 hari)

Tidak cidera Kerusakan < 5 Kerugian < 5 1

(Sumber : AS/NZS 4360)

c. Pengendalian risiko
Kendali (kontrol) terhadap bahaya dilingkungkan kerja adalah
tindakan-tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau
mengeliminasi risiko kecelakaan kerja memalui eliminasi, subsitusi,
engineering control, warning system, administrative control, dan alat
pelindung diri (APD).

15

Anda mungkin juga menyukai