PENDAHULUAN
1
dengan menggunakan mobil tangki. Dalam melakukan peran tersebut,
PT. Elnusa Petrofin selalu dihadapkan pada berbagai resiko, antara lain
terjadinya insiden seperti tabrakan, terguling, tumpahan minyak dan
sebagainya. Sebagai akibat dari insiden, akan timbul biaya kerugian yang
tidak sedikit. Mulai dari biaya pemulihan kesehatan, ganti rugi korban,
perbaikan properti hingga gangguan operasional. Tidak hanya perusahaan,
masyarakat juga dapat dirugikan dengan adanya insiden. Ketersediaan
BBM akan terganggu dan akan mempengaruhi aktivitas lainnya. Oleh
sebab itu, risiko harus dikelola, dikontrol, dan ditangani dengan baik guna
menghindari dampak negatif yang mungkin timbul.
Sebagai upaya untuk mengurangi faktor penyebab dari risiko
terjadinya insiden dan bentuk komitmen manajemen terhadap aspek
keselamatan, maka PT Elnusa Petrofin menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan Transportasi Darat (SMKTD) demi tercapainya tujuan akhir
yaitu nihil insiden.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan pada peruhasaan
angkutan B3 merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh perusahaan angkutan B3. Hal ini semata bukan untuk memberikan
beban bagi perusahaan, melainkan untuk memberikan manfaat dalam
mewujudkan pemenuhan standar pelayanan minimal pada aspek
keselamatan.
PT. Elnusa Petrofin yaitu perusahaan yang bergerak dalam jasa
pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam oprasinya memiliki
peluang terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, bagi
pekerja tidak digunakan secara tepat dan benar serta kondisi pekerja yang
tidak memiliki konsentrasi dan ketelitian yang tinggi terhadap
pekerjaannya.
Oleh karena itu analisis terhadap kecelakaan kerja perlu dilakukan
di PT. Elnusa Petrofin. Dimana pada akhir analisis ini akan dibuat
pengolahan data tentang kecelakaan kerja yang sering terjadi yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kecelakaan dan pemecahan masalah
yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.
2
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi penyebab dari berbagai kecelakaan kerja yang
terjadi di PT. Elnusa Petrofin TBBM Manggis Bali?
2. Bagaimana tingkat penerapan Kesehetan dan keselamatan Kerja (K3)
di PT. Elnusa Petrofin TBBM Manggis Bali?
3
c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan informasi
dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perusahaan
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, pengertian
perusahaan sebagai berikut :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
4
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
PT. Pertamina persero mempunyai anak perusahaan yang bergerak
dalam jasa pendistribusian bahan bakar minyak (BBM)/ bahan bakar
khusus (BBK) yaitu PT. Elnusa Petrofin. Pendistribusian bahan bakar
tersebut harus memiliki standar keselamatan yang tinggi, baik dari segi
sarana maupun pelaksanaanya. PT. Elnusa Petrofin sebagai perusahaan
penyedia alat transportasi BBM/BBK, memberikan layanan kepada para
pelanggan dengan jaminan kualitas, jumlah, tempat dan ketepatan waktu.
PT. Elnusa Petrofin Niaga menyediakan jasa pengiriman produk bahan
bakar bersubsidi dari depot milik suatu Perusahaan Publik (Terbuka/Tbk.)
kepada pelanggan, yang terdiri dari SPBU dan Non SPBU.
2.2. Sistem Manajemen Keselamatan Transportasi Darat (SMKTD).
Sistem Manajemen Keselamatan Transportasi Darat (SMKTD)
terdiri dari lima pilar di dalamnya yang mencakup Manajemen Pengemudi
(MP), Manajemen Resiko Perjalanan (MRP), Manajemen Kendaraan dan
Manajemen Peralatan Kendaraan (MKPK), Manajemen HSE (MHSE), dan
Manajemen Kontraktor (MK).
5
Meliputi Manajemen Pengelolaan Kendaraan dan Peralatan
Keselamatan Kerja.
d. Manajemen HSE (MHSE)
Meliputi komitmen dan kepemimpinan terkait aspek HSE, Kebijakan
dan Tujuan Objektif pencapaian aspek HSE, Organisasi dan Sumber
Daya, Evaluasi dan Manajemen Risiko Transportasi Darat, Perencanaan
aspek HSE seperti prosedur tertulis, Manajemen Perubahan dan
Tanggap Darurat, Implementasi dan Pemantauan, Pelaksanaan audit dan
Management Review.
e. Manajemen Kontraktor (MK)
Meliputi pemantauan kinerja kontraktor terhadap pemenuhan aspek
HSE, tahapan manajemen HSE oleh kontraktor, Vetting & seleksi dan
audit.
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh
karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan,
untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada
penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat
dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Sumamur, 2009).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan
sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan
sebelumnya, sehingga menghasilkan cedera yang riil.
Menurut (Standar OHSAS 18001:1999) dalam Shariff (2007),
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan
yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau
kerugian waktu.
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau
kejadian yang dapat menyebabkan
kematian (Standar OHSAS 18001:2007).
Ruang lingkup kecelakaan kerja pada suatu unit kerja atau
perusahaan adalah :
6
1. Kecelakaan akibat langsung dari suatu pekerjaan,
2. Kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (waktu
kerja),
3. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang ada kaitannya
dengan pekerjaan,
4. Kecelakaan kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transportasi
ke dan dari tempat kerja.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
diduga, tidak dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa
maupun harta benda yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan, waktu
melaksanakan pekerjaan serta dalam perjalanan pendistribusian
BBM/BBK.
2.3. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Dewan K3 Nasional, Program K3 merupakan suatu
rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan
keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya
termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi :
a. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol
kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
b. Membuat prosedur keamanan.
c. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan
berbahaya.
d. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
e. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
f. Rapat bulanan L3LL
g. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3
seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru .
Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat
tergantung kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan
pekerja akan meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus
melibatkan pekerja antara lain (Nasution, 2005) :
7
a. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
b. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
c. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
d. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
2.4 Potensi Bahaya (Potential Hazard)
Menurut International Labour Organization (2009) mendefinisikan
potensi bahaya atau bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi
kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan
lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan gangguan/kerugian.
Potensi bahaya merupakan segala hal atau sesuatu yang mempunyai
kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan
maupun manusia. Di tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko
khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan di perusahaan akan selalu
dijumpai, antara lain berupa:
a. Faktor fisik : kebisingan, cahaya, radiasi, vibrasi, suhu
b. Faktor kimia : solven, gas, asap, uap, debu
c. Faktor biologik : tumbuhan, hewan, bakteri, virus
d. Aspek ergonomik : desain, sikap kerja,
e. Stresor : tekanan produksi/beban kerja, monoton, kejemuan
f. Listrik dan sumber energi lainnya, mesin, peralatan kerja, tata rumah tangga
(house keeping), kebakaran, peledakan, kebocoran
g. Pelaksana/manusia : perilaku, kondisi fisik, interaksi
PT. Elnusa Petrofin adalah perusahaan yang bergerak dalam jasa
pendistribusian bahan bakar minyak BBM/BBK memiliki risiko tinggi, yaitu
pada kegiatan di tempat pengisian (filling side) sampai proses pembongkaran
di SPBU. Risiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan
maupun penyakit akibat kerja dan dampak lingkungan
Secara umum bahaya yang timbul, meliputi:
a. Jenis pekerjaan, berhubungan dengan bahaya mekanik dan bahan kimia
b. Crude oil, berhubungan dengan bahaya uap gas, cairan yang mudah
meledak,
c. Cuaca
Ada beberapa panduan daftar bahaya potensial yang dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut.
Tabel 2.1 Daftar bahaya Potensial
No Uraian Bahaya Potensial
1 Lingkungan kerja 1. Udara kotor
8
2. Temperatur ekstrim
a. Kontak dengan benda panas atau
dingin
b. Terkena Lingkungan panas atau
dingin
2 Energi 1.Kebisingan
a. Bising tiba-tiba
b. Bising dalam waktu lama
3 Zat Kimia 1. Kontak dengan zat kimia
2. Kebakaran dan ledakan
3. Debu dan gas
4 Pekerjaan manual Ergonomis (desain tempat kerja tidak
baik)
(Suardi, 2005)
9
d. Lingkungan Kerja
Bahaya dari Lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis
bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan
penyakit akibat kerja.
Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada
dampak terhadap korban dibagi menjadi empat kategori.
Table 2.2 Tabel potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada
dampak korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
10
peralatan)
Potensi bahaya lingkungan
yang disebabkan oleh Transportasi Narkoba di tempat
polusi pada perusahaan di kerja
masyarakat
11
Zone 3 Division 2
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan kerja
diklasifikasikan menjadi 4 macam penggolongan sebagai berikut :
1) Menurut jenis kecelakaan, seperti terjatuh, tertimpa benda, tertumbuk atau
terkena benda-benda, terjepit oleh benda, gerakan-gerakan melebihi
kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, dan sebagainya.
2) Menurut penyebab, seperti akibat dari mesin, bahan-bahan/ zat-zat
berbahaya dan lingkungan kerja.
3) Menurut sifat luka atau kelainan, seperti patah tulang, dislokasi (keseleo),
regang otot (urat), memar dan luka dalam yang lain, amputasi, luka di
permukaan, luka luka bakar dan sebagainya.
4) Menurut letak kelainan atau luka di tubuh, misalnya kepala, leher, perut,
dan sebagainya.
2.5 Pengertian Job Safety Analysis
Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja adalah bisa
dengan menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja
untuk menerapkan metode kerja yang efisien dan aman. Menyusun prosedur kerja
yang benar merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis
(JSA).
JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat
kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisa dan direkam. Hal-hal yang dilakukan
dalam penerapan JSA :
a. Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan
yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius.
b. Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.
Tahap berikutnya untuk mengembangkan JSA adalah identifikasi semua
bahaya termasuk dalam setiap langkah. Identifikasi semua bahaya baik yang
diproduksi oleh lingkungan dan yang berhubungan dngan prosedur kerja.
Langkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan prosedur kerja yang
aman untuk mencegah kejadian atau potensi kecelakaan.
Diagram analisa keselamatan kerja ditinjau secara periodik bagi pekerja yang
berpengalaman untuk meningkatkan kesadaran keselamatan kerja yang
berpengalaman atau pekerja harian.
12
Gambar 3.1. Empat Langkah Dasar dari Program JSA
a. Job Selection
Memilih pekerjaan yang akan dianalisa yaitu pekerjaan yang mengandung
resiko yang tinggi, maksudnya disini pekerjaan itu memiliki sejarah
kecelakaan yang sangat tinggi.
b. Job Breakdown
Pekerjaan ini dilakukan untuk memisahkan pekerjaan yang minimbulkan
bahaya menurut tempat terjadinya kecelakaan. Dalam proses pemisahan
kecelakaan ini akan analisis tahapan pekerjaan, bahaya yang ditimbulkan
dan prosedur kerja yang aman disetiap jenis pekerjaan.
c. Hazard Identification
Melakukan identifikasi terhadap bahaya dari sumber kecelakaan yang
potensial. Sumber kecelakaan yang termasuk disini adalah bahaya yang
berhubungan dengan mesin, peralatan, prosedur kerja, pembangkit dan
keadaan lingkungan sekitar.
d. Hazard Control
Mengontrol bahaya yang telah diidentifikasi untuk mengetahui hubungan tiap
bahaya dengan tahapan suatu pekerjaan dimana seharusnya suatu solusi untuk
menutupi kerugian dari bahaya.
BAB III
13
METODOLOGI PENELITIAN
MULAI
IDENTIFIKASI
PERUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
PENGUMPULAN DATA
- UU
- Buku
- Jurnal
Tidak
PENGOLAHAN DATA
YA
SELESAI
14
3.2. Tahapan Proses Penelitian
1. Pengumpulan Data
a. Metode Yang Digunakan
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan langsung
pada objek penelitian, yaitu kecelakaan kerja yang terjadi di seluruh
departemen yang ada pada lantai pekerjaan.
b. Sumber Data
Data kecelakaan kerja selama 4 tahun, yaitu tahun 2013 sampai tahun
2016 berdasarkan hasil dokumentasi perusahaan dan juga hasil
wawancara dengan karyawan dan pihak manajemen
c. Jenis Data
- Data primer, yaitu data yang berasal dari hasil pengamatan langsung
di lapangan, yaitu alat pelindung diri yang digunakan pekerja dan
kondisi daerah kerja yang dianggap rawan kecelakaan.
- Data sekunder, yaitu data yang berasal dari hasil dokumentasi
perusahaan berupa jenis kecelakaan, tempat kecelakaan, dan waktu
kecelakaan terjadi pada tahun 20013 - 20016.
2. Pengolahan Data
Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data yang sesuai
dengan metode yang akan digunakan. Penelitian ini menggunakan metode
Job Safety Analysis atau analisis keselamatan kerja
3. Analisa Pemecahan Masalah
Pengolahan data yang telah dilakukan seperti yang disajikan pada bagian
sebelumnya, maka hasilnya akan dianalisa untuk melihat perbandingan
angka kecelakaan kerja yang terjadi dengan menggunakan metode Job
Safety Analysis yang digunakan pada penelitian. Analisa pemecahan masalah
dilakukan untuk melihat apakah dengan metode yang digunakan dan
langkah pemecahan yang diambil dapat mengurangi terjadinya kecelakaan
kerja yang langsung dirasakan oleh pekerja di tempat kerja, serta perubahan
yang dapat dirasakan perusahaan.
15
Berdasarkan hasil pengolahan data analisa dan evaluasi, maka dapat
diambil kesimpulan dari analisis ini, kemudian dapat diberikan saran
yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan.
Jadwal Pelaksanaan
Pelakasanan kegiatan penelitian dilakukan kurang lebih selama sepuluh
minggu
DAFTAR PUSTAKA
16
.......,Peraturan Menteri Perburuhan No 7 Tahun 1964 Tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja. Jakarta.
., Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
., Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
., Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Standar OHSAS 18001: 2007 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Anugerah, D., Tinjauan Persepsi. 10 Juli 2011; http://www.danger-theory.com/
Suardi, R., 2005. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta: PPM.
Hayati, Afnu, N. Analisa Efektivitas Pelaksanaan Safety Pro-Active Activity
PT. Astra Daihatsu Motor Assembly Plant Jakarta Utara. 10 Juli 2010;
http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/103783009200908571.pdf
17