Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, maka fungsi angkutan laut sangat penting dalam
pembangunan. Sebagai negara kepulauan yang mempunyai luas sekitar 1,5 juta km2 dengan
wilayah laut empat kali luas daratan, maka sudah sewajarnya bila negara maritim ini
menempatkan perhubungan laut dalam kedudukan yang amat penting karena dalam wilayah
seluas itu tersebar 17.508 pulau baik besar maupun kecil dan hampir setengahnya dihuni oleh
manusia yang mutlak saling berhubungan.

Transportasi di era globalisasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat
dalam menunjang segala aktivitas maupun rutinitasnya sehari-hari. Transportasi publik
umumnya meliputi kereta dan bis, namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbangan,
pelabuhan penyeberangan, taksi, dan lain-lain. Keberadaan transportasi publik yang baik sangat
mempengaruhi roda perekonomian suatu wilayah atau daerah. Keberhasilan pertumbuhan
perekonomian di suatu Negara tidak akan lepas dari campur tangan pemerintah dalam upaya
menciptakan transportasi publik yang nyaman, aman, bersih, dan tertata dengan baik.

Setiap moda transportasi memiliki peran dan kapasitasnya dalam melayani penumpang.
Transportasi publik yang sangat menunjang tugas pemerintah dalam usaha pembangunan
sejatinya adalah moda transportasi laut. Transportasi laut sangat berperan penting untuk
menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya sehingga pendistribusian barang maupun
penumpang dari satu pulau ke pulau lain dapat berjalan lancar, sehingga pemerataan
pembangunan dapat terlaksana dan tidak hanya terpusat di satu wilayah atau satu pulau saja.
Untuk menciptakan suatu industri transportasi laut nasional yang kuat, yang dapat berperan
sebagai penggerak pembangunan nasional, menjangkau seluruh wilayah perairan nasional dan
internasional sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa, maka kebijakan pemerintah di bidang transportasi laut tidak hanya terbatas
pada kegiatan angkutan laut saja, namun juga meliputi aspek kepelabuhanan, serta keselamatan
pelayaran.Negara kepulauan Indonesia memiliki kekayaan alam, darat maupun laut yang sangat
melimpah, yang dapat digunakan bagi kesejahteraan masyarakat Bangsa dan Negara.

1
Dengan kondisi geografis demikian, jaringan transportasi melalui laut dengan sendirinya harus
mampu menjangkau seluas mungkin wilayah nusantara, sampai ke daerah-daerah kecil
sekalipun. Bukan sekadar untuk menyediakan fasilitas lingkungan bagi penduduk yang ingin
bepergian dari satu tempat ke tempat lain atau menyalurkan barang-barang kebutuhan pokok,
namun juga merupakan tali penyikat yang menyatukan seluruh wilayah nusantara dari berbagai
aspekSetiap moda transportasi memiliki peran dan kapasitasnya dalam melayani penumpang.

Di dalam sistem transportasi nasional terdapat kepelabuhanan yang merupakan bagian strategis
dari sistem transportasi nasional dan merupakan faktor penting dalam menunjang aktifitas
perdagangan. Sektor pelabuhan memerlukan suatu kesatuan yang terintegrasi dalam melayani
kebutuhan dari sarana transportasi.

Transportasi publik yang sangat menunjang tugas pemerintah dalam usaha pembangunan
sejatinya adalah moda transportasi laut. Transportasi laut sangat berperan penting untuk
menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya sehingga pendistribusian barang maupun
penumpang dari satu pulau ke pulau lain dapat berjalan lancar, sehingga pemerataan
pembangunan dapat terlaksana dan tidak hanya terpusat di satu wilayah atau satu pulau saja.
Untuk menciptakan suatu industri transportasi laut nasional yang kuat, yang dapat berperan
sebagai penggerak pembangunan nasional, menjangkau seluruh wilayah perairan nasional dan
internasional sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa, maka kebijakan pemerintah di bidang transportasi laut tidak hanya terbatas
pada kegiatan angkutan laut saja, namun juga meliputi aspek kepelabuhanan, serta keselamatan
pelayaran.

Dalam riview jurnal kali ini penulis membahas bagaimana kebijakan public tentang jasa
pengangkutan laut, di lihat di Indonesia ini kaya akan alam bawah lautnya yang banyak
meningkatkan sektor perekonomian Indonesia, dan bagi Indonesia sendiri harus menunjang
tinggi tentang sumber daya alam yang mampu di perdagangan di kancah daerah, nasional,
maupun internasional. Melihat ini Indonesia harus memeperbaiki jasa pengangkutan lautnya agar
lebih bisa professional dalam membawa barang-barang dagangan yang harus di perdagangkan di
luar daerah, nasional, maupun internasional.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Critical Jurnal Review ini, yaitu:
1. Bagaimana peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas jasa angkutan laut?
2. Bagaimana pengaruh jasa angkutan laut terhadap perekonomian di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Critical Jurnal Review ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas jasa angkutan laut
2. Untuk mengetahui pengaruh jasa angkutan laut terhadap perekonomian di Indonesia

3
BAB II

RINGKASAN ARTIKEL HASIL KAJIAN ILMU POLITIK BIDANG KEBIJAKAN


PUBLIK TENTANG JASA PENGANGKUTAN LAUT

A. Ringkasan Isi Artikel 1


1. Pendahuluan/Latar Belakang Masalah

Moda transportasi laut merupakan bagian dari pada moda transportasi lewat air, dimana kegiatan
transportasi air disamping dapat dilakukan lewat laut, juga dapat dilakukan lewat sungai atau
danau. Sarana yang digunakan untuk operasional transportasi/pengangkutan di laut berupa kapal,
feri, dan sampan. Konsep dasar kegiatan pelayaran pada dasarnya adalah setiap distribusi barang,
penumpang, hewan dan logistik yang membutuhkan alat angkut di perairan yang disebut kapal.
Semua kapal yang melakukan kegiatan tersebut diatas bergerak dari satu titik (pelabuhan awal)
ke titik lainnya (pelabuhan tujuan) dengan telah memenuhi persyaratan keselamatan dan
keamanan berlayar. Berkaitan dengan kegiatan berlayar yang obyeknya adalah kapal, maka
dalam hal niaga kapal yang digunakan adalah jenis kapal niaga yang berfungsi sebagai angkutan
barang, penumpang maupun hewan. Keberadaan kapal niaga sendiri telah diatur dalam Undang
undang no. 17 tahun 2008 tentang pelayaran (Nikson, 2009).

Seperti yang dikemukakan oleh Tjeppy et al., 1995 menunjukkan bahwa biaya-biaya yang harus
dikeluarkan dalam kegiatan transportasi ternak potong antar pelabuhan (pelabuhan
pemberangkatan dan pelabuhan tujuan pengiriman ternak potong) diantaranya adalah: (a) Biaya
pemuatan pelabuhan Tenau di Kupang, (b) Stasiun karantina, (c) jasa karantina yang terdiri dari
biaya pakan, minum ternak, biaya makan dan upah tenaga pengurus ternak selama di karantina,
(d) biaya kegiatan transportasi laut Kupang-Surabaya terdiri dari: freight kapal, pakan ternak,
bamboo penyekat (kandang), tali plastik, tali leher, obat-obatan (vitamin B-compleks dan
terramicin), upah narik ternak, ongkos kelancaran pelabuhan, transport ternak ke tempat
peristirahatan (peraktandes).

Sementara Ilham (2009) juga mengemukakan bahwa makin panjang jarak tempuh pengangkutan
ternak dari sentra produksi ke sentra konumsi makin banyak membutuhkan infrastruktur. Dengan
demikian makin membutuhkan biaya yang lebih besar, karena dengan anggapan bahwa pedagang

4
sapi merupakan pedagang bermodal besar selain dikenakan berbagai biaya pungutan resmi untuk
PAD (Pendapatan Asli Daerah) juga pungutan biaya yang tidak rersmi.

Disamping adanya penyusutan ternak, Ilham dan Yusdja (2012) mengemukakan bahwa
permasalahan lainnya adalah (a) Jumlah sapi yang semakin sedikit yang mengharuskan pedagang
perlu mengumpulkan ternak yang akan diangkut sampai jumlah tertentu, hal ini tentu
menimbulkan biaya terutama biaya pakan dan tenaga kerja selama ternak ada di penampungan,
(b) sebelum sapi dimuat di kapal maka sebelumnya harus melalui pemeriksaan karantina sesuai
aturan, hal ini dimaksudkan agar penyebaran penyakit menular ke tempat lain bisa dihindari, (c)
Kapal pengangkut ternak umumnya bukan merupakan kapal khusus untuk ternak, sehingga
disamping jadwal angkutan yang tidak jelas, maka dalam kegiatan pemuatan ternak perlu
tambahan desain kandang ternak yang sifatnya darurat dan ini tentu menimbulkan biaya yang
tidak sedikit.

2. Permasalahan yang Dikaji

Peran Angkutan Laut dalam Meningkatkan Distribusi Ternak Sapi Potong dari Daerah Produsen
ke Wilayah KonsumenPermasalahannya bahwa pengangkutan ternak lewat laut merupakan
proses transportasi pengangkutan yang melewati jarak yang jauh, sehingga membutuhkan waktu
yang cukup panjang untuk mencapai titik sasaran tujuan. Jarak yang jauh tersebut disamping
berpengaruh terhadap biaya yang ditimbulkan juga berpengaruh terhadap kesehatan ternak.

3. Kajian Teori/Konsep Yang Digunakan

Tujuan Ternak

Sapi potong yang di angkut dari wilayah sentra produksi baik dari wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur maupun Bali sebagian besar di angkut menuju wilayah
konsumen terutama provinsi Kalimantan Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Ternak yang
ditujukan untuk wilayah kawasan konsumen di provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan umumnya
langsung diangkut melalui laut ke lokasi tujuan baik di Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan
Barat mupun Kalimantan Timur.

Akan tetapi sapi potong yang akan dikirim ke wilayah Jawa Barat dan wilayah Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi) bahkan ke Sukabumi umumnya dari wilayah produsen

5
diangkut dengan kapal laut dan transit diistirahatkan di Surabaya (pelabuhan Kalimas)
selanjutnya diangkut dengan truk ke tujuan konsumen di Jabodetabek. Sehingga untuk
pengangkutan sapi dari NTT, NTB maupun Bali dengan tujuan Jabodetabek dan sekitarnya
umumnya menggunakan dua moda transportasi yaitu laut dan darat.

Dari kegiatan pengiriman ternak sapi potong khususnya ternak sapi yang ditujukan ke wilayah
konsumen di Jabodetabek, masalah kegiatan transit ternak tentu membawa dinamika tersendiri.
Kasus di dermaga Kalimas sebagai tempat transit ternak sapi potong menunjukkan bahwa dalam
usaha penurunan ternak sapi potong dari kapal selama ini telah ditempuh dengan tiga cara yaitu
(a) sapi diangkut dan diturunkan dari kapal menggunakan jala, (b) sapi langsung digiring melalui
jembatan sementara terutama saat permukaan laut sama dengan permukaan dek kapal dan (c)
ternak diturunkan dengan menggunakan kontainer yang bisa dibuka dan ditutup bagian depan
dan belakang.

Cara ketiga sedang dalam proses percobaan, akan tetapi mengalami kesulitan terutama saat
memasukkan sapi ke dalam kontainer. Akan tetapi sehubungan dengan banyaknya kritik yang
berkaitan dengan prinsip Animal welfare, mau tak mau pola ketiga harus dilaksanakan walau
pada kenyataannya membutuhkan waktu lama yang pada akhirnya membutuhkan biaya
pembongkaran lebih mahal. Sebagai perbandingan dalam menurunkan sapi potong sebanyak 300
ekor, maka dengan cara (a) membutuhkan waktu 8 jam, dengan cara (b) membutuhkan waktu 5-6
jam hal ini sebagai akibat harus menunggu truk yang akan mengangkut. Sedangkan cara (c) bisa
memakan waktu sampai dengan 12 jam. Informasi yang menunjukkan beberapa kapal
pengangkut ternak yang telah melakukan kegiatan pembongkaran ternakInformasi dari Badan
otorita Pelabuhan Tanjung Perak menunjukkan bahwa kegiatan bongkar-muat di Pelabuhan
Kalimas satu tahun terakhir (2012) menunjukkan bahwa aktifitas pembongkaran angkutan ternak
sapi hidup kiriman dari NTT, NTB maupun Bali lebih dominan.

Ini berarti bahwa kegiatan pengiriman ternak sapi hidup dari Jawa Timur melalui pelabuhan
Kalimas tidak ada sama sekali. Sementara kegiatan pembongkaran muatan ternak sapi hidup
sendiri lebih didominasi oleh kapal laut intersuler yang umumnya menggunakan kapal besi.
Dimana selama periode tahun 2012 pembongkaran ternak yang diangkut melalui kapal laut
intersuler sekitar 13, 36 ribu ekor. Sedangkan ternak sapi potong yang diangkut melalui kapal
rakyat yang umumnya menggunakan kapal kayu hanya 1,86 ribu ekor.

6
4. Uraian Pembahasan

Pemuatan Sapi Potong di Pelabuhan Asal

PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III mencatat bahwa secara nasional menunjukkan bahwa
realisasi arus hewan ternak yang berfluktuasi. Selama 2009 jika dibandingkan dengan realisasi
arus hewan ternak tahun 2008 sebenarnya mengalami penurunan. Penurunan tersebut lebih
disebabkan karena menurunnya arus pengiriman hewan dalam negeri khususnya pengiriman sapi
bibit melalui pelabuhan Tenau- Kupang dan pelabuhan Bima yang dikirim ke wilayah
Kalimantan.

Sementara itu informasi tahun 2012 menunjukkan bahwa kegiatan angkutan luar negeri ternak
sapi potong lebih didominasi adanya penurunan sapi impor yang pada tahun 2011 sebanyak
22,99 ribu ekor dan tahun 2012 turun menjadi 18,08 ribu ekor. Sedangkan kegiatan bongkar
muat ternak selama tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah ternak yang diturunkan sebanyak
70,797 ribu ekor dan padatahun 2012 turun menjadi 58,64 ribu ekor. Data pembongkaran dan
pemuatan hewan ternak selama tiga tahun (2008- 2010) di beberapa pelabuhan keragaannya.
Secara nasional ada beberapa wilayah propinsi di Indonesia yang merupakan daerah lumbung
ternak diantaranya adalah wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timor.

Kasus di Propinsi Nusa Tenggara Timor (NTT) menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak
potong besar 2012 sapi potong sebanyak 814.449 ekor, kerbau 152.449 ekor dan kuda sebanyak
109.171 ekor. Dari jumlah tersebut pada tahun 2011 ternak besar yang keluar dari wilayah
provinsi Nusa Tenggara Timur selama tahun yang sama sapi sebanya 63.449 ekor dan kerbau
4.607 ekor. Jumlah tersebut merupakan quota yang disetujui Gubernur pada tahun 2011
sebanyak 74.000 ekor, kerbau sebanyak 4.607 ekor dari quota sebanyak 7.250 ekor dan kuda
sebanyak 4.986 ekor dari quota sebanyak 6.500 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara
Timur, 2012). Seperti diketahui bahwa saat ini pengeluaran ternak dari wilayah NTT telah diatur
oleh pemerintah daerah setempat melalui sistim kuota.

Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur No. 278/Kep/HK/2011 Memutuskan bahwa alokasi
pengeluaran ternak besar potong dengan jumlah masing-masing (a ) sapi sebanyak 55.000 ekor,
(b) kerbau sebanyak 7.000 ekor dan (c) kuda sebanyak 5.000 ekor. Sementara untuk tahun yang
sama muncul kembali Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur No. 207/Kep/HK/2012

7
Tentang Tambahan Alokasi Pengeluaran Ternak Besar Potong di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Thn 2012, yang memutuskan bahwa adanya tambahan alokasi pengeluaran ternak besar potong
dengan jumlah masing-masing (a) sapi sebanyak 8.000 ekor, (b) kerbau sebanyak 150 ekor dan
(c) kuda sebanyak 1.000 ekor. Dengan munculnya kebijakan quota tersebut tentu akan
berpengaruh terhadap kinerja perdagangan sapi potong antar pulau.

Ilham dan Yusdja (2012) bahkan mengemukan bahwa dengan adanya sistim kuota, maka
prospek usaha angkutan ternak sapi potong melalui laut kedepan diduga akan semakin
memburuk baik dari sisi efisiensi maupun penggunaan jasa angkutan kapal. Hal ini diakibatkan
oleh semakin berkurangnya jumlah ternak yang diperdagangkan antar pulau serta adanya batasan
pengeluaran ternak (Quota) oleh pemerintah setempat. Bahkan Yusdja dan Ilham, 2004 juga
mengemukakan bahwa kuota sebenarnya tidak memberikan pengaruh terhadap populasi ternak,
pada kenyataannya pengurasan ternak terus terjadi di wilayah produksi. Jika kuota dilepas, maka
jumlah sapi yang dikirim ke wilayah konsumen akan meningkat dan akibatnya harga sapi di
wilayah produsen akan meningkat.

Kasus di wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan bahwa selama ini darmaga
Tenau melayani pengangkutan ternak sapi potong hidup, juga melayani pengangkutan daging
beku dengan menggunakan container dingin (River container) yaitu container yang dilengkapi
dengan mesin pendingin. Pengangkutan daging beku disamping dilayani oleh kapal kargo juga
dilayani oleh kapal penumpang milik PT. PELNI. Muatan ternak sapi dari NTT umumnya
diangkut dengan tujuan Samarinda (Kalimantan Timur) dan Surabaya (Jawa Timur) dengan
jangka waktu pelayaran dari Nusa Tenggara Timur ke Samarinda di tempuh selama 4 malam 4
hari.

Fasilitas Pelabuhan Laut dan Kesyahbandaran Sarana angkutan laut sendiri dapat didefinisikan
sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah laut, kapal, fasilitas
kesyahbandaran/pelabuhan, angkutan laut, navigasi transpotasi laut, keselamatan dan keamanan,
lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Dalam hal transportasi
ternak peranan syahbandar adalah memfasilitasi dan menangani tatacara pemuatan ternak ke
kapal angkut yang ada di pelabuhan. Peryaratan yang menyangkut kesehatan ternak, bobot
ternak, jumlah ternak dan persyaratan teknis lainnya sepenuhnya ada di tangan karantina ternak
dan hewan-Dinas Peternakan.

8
Sedangkan keselamatan ternak saat di perjalanan baik saat menuju kapal, saat di kapal maupun
turun dari kapal sepenuhnya ada di tangan pemilik barang. Untuk menjaga ternak selama di
perjalanan, pemilik ternak menugaskan petugas pengawas (Kleder) yang mengawasi ternak baik
dalam hal memenuhi kebutuhan pakan, minum, kesehatan dan kebutuhan lainnya saat dalam
perjalanan. Fasilitas yang memadai yang dimiliki otoritas pelabuhan Tenau di Kupang NTT
untuk menaikkan sapi ke kapal saat ini masih darurat sifatnya, sehingga proses pemuatan ternak
ke dalam kapal masih mengandalkan dua hal yaitu: pertama dengan menggunakan jala, artinya
untuk memasukkan sapi ke dalam kapal masih diderek dengan menggunakan jala sebagai alat
angkutnya.

Kedua memanfaatkan pasang surutnya air laut, pola ini digunakan untuk mengisi ternak ke palka
bagian atas bila pasang surut air lautnya memungkinkan, sehingga antara permukaan kapal
dengan truk sejajar. Pemuatan ternak sapi potong mendapat prioritas utama untuk segera
dilakukan pemuatan, mengingat sapi merupakan hewan yang resiko kematiannya cukup tinggi.
Sehingga begitu kapal sudah sandar dan siap untuk mengangkut, sementara sapi yang akan
diangkut juga sudah siap baik persyaratan teknis maupun administrasinya, maka proses
pengangkutan akan disegerakan.

Kasus di Pelabuhan Tenau-Kupang menunjukkan bahwa karena belum adanya dermaga khusus
untuk sapi potong, maka selama ini proses pengangkutan ternak masih dilakukan ditempat yang
sama dengan peti kemas atau barang-barang yang akan dimuat lainnya. Peranan otoritas
pelabuhan adalah berwenang memberikan tempat bagi kapal yang akan menurunkan atau
menaikkan barang yang akan di angkut atau diturunkan, disamping memberikan izin kapal untuk
keluar masuk pelabuhan. Lembaga otoritas Pelabuhan tidak berwenang untuk memantau isi
barang yang diangkut/dimuat dalam kontainer yang akan dikirim ke tujuan tertentu. Yang
dipantau hanyalah jumlah theus yang keluar maupun masuk pelabuhan.

Kegiatan pengangkutan barang dengan menggunakan river container masih terbatas.


Lembaga/perusahaan yang menyediakan jasa river container adalah BUP (Badan Usaha
Pelabuhan). Demikian juga dalam hal penurunan ternak sapi potong, maka fihak otoritas
pelabuhan telah memberikan prioritas untuk didulukan diturunkan bagi ternak hidup, sehingga
baik tempat maupun waktu selalu mendapat prioritas.

9
Perusahaan Jasa Angkutan Laut Binis angkutan barang melaui laut merupakan kegiatan bisnis
yang menjajikan keuntungan, sehingga tidak sedikit pelaku bisnis yang bergerak dalam kegiatan
tersebut. Terutama bisnis transportasi barang dari wilayah asal barang ke tempat tujuan barang
yang diangkut dengan kapal lewat air baik laut maupun sungai, barang yang didalamnya
termasuk ternak sapi potong. Ketentuan menunjukkan bahwa kapal untuk mengangkut ternak
adalah kapal motor pengangkut ternak tergolong dalam 1 tipe dan persyaratan yang ditentukan
diantaranya adalah kapasitas tampung per paddock (ruangan dalam kapal yang ditempati oleh
ternak dan dibatasi oleh pagar besi serta dilengkapi dengan tempat makan, minum dan
pembuangan kotoran) maksimum 25 ekor (Badan Standarisasi Nasional, 1998).

Ada tiga pelaku utama yang bergerak dalam jasa angkutan ternak/hasil ternak sapi potong
melalui laut yaitu (a) jasa angkutan laut yang di lakukan oleh kapal milik pemerintah, (b)
perusahaan swasta dan (c) oleh perusahaan milik perorangan. Hasil pemantauan dilapangan
terhadap ketiga lembaga tersebut menunjukkan kinerja sebagai berikut : Jasa Angkutan Laut
Milik Pemerintah: PT PELNI merupakan perusahaan angkutan milik negara yang bergerak di
bidang transportasi laut. Kaitannya dengan transportasi sapi potong PT PELNI saat ini sedang
merencanakan akan bergerak dibidang angkutan sapi potong hidup. Selama ini PT PELNI sudah
melakukan kegiatan pengangkutan daging sapi beku terutama dari daerah produsen yang dikirim
ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam hal angkutan daging beku beku tersebut PT PELNI telah
memanfaatkan disamping kapal kargo kapal juga kapal penumpang yang dilengkapi dengan
fasilitas river container yaitu merupakan sarana ruang pendingin yang diperuntukkan untuk
mengangkut barang-barang cepat rusak termasuk daging sapi. Sementara untuk mengangkut
barang-barang lainnya lainnya telah tersedia fasilitas dray container.

Dalam menindak lanjuti rencana pengangkutan ternak sapi potong hidup, saat ini PT PELNI
sedang melakukan renovasi satu unit kapal barang yaitu kapal Caraka Jaya Niaga I. Kapal ini
semula merupakan kapal barang saat ini sedang mengalami docking dan sedang dalam proses
perubahan fungsi yaitu semula sebagai kapal pengangkut barang dimodifikasi menjadi kapal
khusus pengangkut ternak sapi potong hidup. Namun demikian fungsi kapal itu sendiri akan
tetap diupayakan menjadi kapal yang dapat berfungsi sebagai kapal Tree in one. Artinya saat
kapal tidak ada muatan ternak sapi potong, maka kapal yang bersangkutan tetap dapat
difungsikan sebagai alat angkut barang lainnya. Dilihat dari segi teknis, kapal Carakan Jaya

10
Niaga I adalah kapal buatan tahun 1986, dari perkiraan teknis setelah kapal tersebut direnovasi
diperkirakan masih bisa dioperasikan selama 10 (sepuluh) tahun.

Setelah mengalami renovasi sebagai kapal pengangkut ternak sapi potong hidup, diperkirakan
kapasitas angkut kapal tersebut mampu mengangkut sapi hidup maksimal 800 ekor.
Permasalahannya adalah: (a) Kontinuitas angkutan ternak sapi potong hidup masih kurang jelas
baik dilihat dari sisi jumlah ternak yang akan diangkut maupun kelanjutan dari kegiatan tersebut.
(b) Permasalahan internal perusahaan sendiri yaitu perlu mempersiapkan sumberdaya manusia
yang akan menangani langsung kegiatan tersebut, terutama menyangkut pengadaan SDM yang
siap pakai untuk menangani ternak selama dalam perjalanan. (c) Kurangnya fasilitas sarana
penunjang di pelabuhan baik di pelabuhan pemberangkatan maupun pelabuhan tujuan ternak,
terutama menyangkut fasilitas bongkar muat ternak yang sesuai dengan standar ISO atau standar
kenyamanan dan keselamatan ternak (animal welfare). Untuk pengiriman daging sapi yang
menggunakan jasa PT PELNI, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah: (a) Surat
Keterangan Kesehatan Daging dari Karantina. (b) Dokumen isi muatan dari PT PELNI dan (c)
Di packing menggunakan karung (seperti karung pupuk) terjahit rapi dengan kapasitas 20-25 Kg
per karung.

Dalam aturan penggunaan jasa container, setiap pengguna jasa harus mencarter satu unit
container. Jika kapasitasnya 20 ton, sedangkan pengirim hanya mengirim 5 ton maka pengirim
harus membayar untuk kapasitas penuh. Oleh karena itu para pengguna jasa dapat berkomunikasi
untuk menggunakan satu container secara bersamaan. Untuk kargo umum dengan dry container
ongkos angkut dengan tonase dan kubikasi untuk tujuan Jakarta sebesar Rp 1.250 per ton atau
per kubik. PT PELNI selain melayani jasa pelayaran, juga memiliki dan melayani jasa ekpedisi
laut (EMKL), dan bongkar muat. Ada tiga kapal penumpang yang singgah di pelabuhan Tenau
yang memiliki masing-masing dua unit refer container yaitu KM. Bukit Siguntang tujuan
Makasar, Tarakan dan Nunukan; KM. Sirimau jurusan Jakarta; dan KM. Awu jurusan Surabaya.
Saat ini sudah disiapkan dan ditawarkan pada Pemda NTT dan Pedagang untuk mengirim daging
ke luar NTT.

Untuk Kapal angkut sapi (Kargo) kapal PT PELNI dapat berlayar pada pelabuhan yang ada di
NTT seperti Tenau, Atafufu, Wini, Rote, dsb. Namun PT PELNI hanya melayani jika sekali
muat dapat menyediakan 700-1.000 ekor. Jika harus mampir pada beberapa tempat dan hanya

11
memuat 250 ekor maka membutuhkan biaya mahal dan waktu tempuh menjadi lama dapat
menyebabkan penyusutan berat badan dan/atau angka kematian meningkat. Sebaiknya dengan
kapasitas 700-1.000 ekor sapi di pool pada satu pelabuhan dan diturunkan pada satu pelabuhan
seperti Kupang ke Jakarta. Jika Pemda dan pedagang dari NTT sudah siap tinggal menghubungi
PT PELNI. Prospek pengangkutan sapi dari NTT cukup baik, karena di daerah ini sapi masih
banyak dan harga lebih murah dibandingkan di Jakarta dan daerah lain. Namun Pemerintah perlu
melakukan pengendalian impor untuk ternak dan daging sapi. Sebagai BUMN, PT PELNI
selama ini kapal-kapal kargo yang menuju Kupang mengangkut hanya satu jurusan yaitu
Kupang.

Saat balik ke Surabaya atau Jakarta umumnya kapal dalam kondisi kosong. Tidak banyak hasil
bumi yang dapat diangkut dari Kupang. Sebaliknya jika mengangkut ternak dengan kapal khusus
ternak, maka saat keluar Kupang berisi ternak dan balik ke Kupang dalam kondisi kosong. Jasa
Angkutan Laut Milik Swasta Kegiatan transportasi laut merupakan salah satu kegiatan bisnis
transportasi yang peluangnya cukup menjanjikan, sehingga untuk menekuni kegiatan tersebut
ada beberapa lembaga swasta yang terlibat didalamnya. Salah satu perusahaan swasta yang
bergerak dalam jasa angkutan laut yang berhasil dihubungi adalah PT CBA (Citra Baru
Adinusantara). Perusahaan memiliki kapal sebanyak 30 unit dengan berbagai ukuran tonase dari
500 ton sampai dengan > 1.000 ton.

Operasional pengangkutan barang yang selama ini dilakukan lebih didominasi pengangkutan
barang ke Indonesia bagian timur. Usaha pengangkutan ternak sapi potong dilakukan sudah lama
terutama dari daerah sentra produsen seperti NTT, NTB, Bali ke tempat-tempat yang
membutuhkan terutama di kawasan timur Indonesia seperti ke Papua, Kalimantan, utamanya ke
Surabaya. Kegiatan pengangkutan ternak sapi potong dari sentra produsen tersebut dilakukan
lebih didasarkan perhitungan bisnis semata. Daripada kapal kembali ke Surabaya dalam keadaan
kosong, maka lebih baik dimanfaatkan untuk mengangkut ternak sapi. Kegiatan pengangkutan
ternak sapi potong tidak bisa dijadikan andalan, sebab disamping volumenya tidak menentu, saat
ini ada kecenderungan semakin terbatas jumlah ternak yang akan diangkut, disamping jumlah
kapal pesaing juga semakin meningkat.

Berdasarkan informasi dari fihak perusahaan bahwa dalam kegiatan proses pengangkutan ternak
sapi potong dari NTT ke Surabaya, biaya yang dipungut pada pengguna jasa sebesar Rp

12
350.000/ekor sapi dan sifatnya adalah carter. Sehingga apabila kapal telah mengangkut ternak
sapi potong, maka tidak bisa mengangkut barang lainnya termasuk barang hasil pertanian seperti
kopra, mete atau barang hasil pertaanian lainnya. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak
perusahaan bahwa kapal umumnya mengangkut ternak sekitar 300-400 ekor/trip. Biaya yang
dikeluarkan menyangkut biaya bahan bakar (solar) sebanyak 3.500 liter dengan harga non
subsidi (Rp 11.500/liter), Biaya masuk pelabuhan, biaya operasional ABK. Sehingga keuntungan
yang didapat dari hasil angkut ternak secara umum hanya bisa untuk menutupi biaya operasional
kapal pulang pergi dari NTT ke Surabaya. Akan tetapi kapal dari Surabaya ke NTT umumnya
mengangkut semen, beras atau barang lainnya.

Tujuan utama dari kegiatan mengangkut sapi potong lebih didasarkan pada upaya menjaga
hubungan bisnis yang selama ini telah dilakukan terutama dengan fihak PT Ostem Corperindo
maupun dengan pelanggan-pelanggan lain yang memanfaatkan jasa pelayaran PT CBA. Prinsip
bisnis yang ditempuh perusahaan dalam kegiatan pengangkutan ternak adalah kecepatan waktu
dan sefety. Mengankut ternak dibutuhkan kelaikan kapal yang prima sehingga keterlambatan
dalam hal waktu bisa ditekan. Disamping itu keamanan terhadap ternak harus benar-benar
terjaga, sedapat mungkin ternak tidak ada yang mati dalam perjalanan. Yang masih menjadi
kendala adalah hal-hal yang sifatnya post mejeur seperti cuaca tidak baik yang menyebabkan
pelayaran sering ditunda.

Rute Kupang-Surabaya merupakan jalur reguler, bagi kapal kargo pengangkut container, saat
kapal kembali ke Surabaya, kargo-kargo umumnya dalam keadaan kosong harus segera dibawa
kembali ke Surabaya. Pengiriman sapi bukan merupakan prioritas tetapi sisa space kargo yang
ada. Kemudian pengguna jasa dan pihak angkutan kapal melakukan negosiasi harga. Jika sesuai
maka sapi dapat diangkut.

Dengan demikian system yang digunakan tidak menggunakan system carter, sedangkan rute
Kupang - Samarinda tidak ada yang reguler, sehingga transaksi jasa kapal menggunakan system
carter. Sementara jenis biaya yang harus dikeluarkan diantaranya : (a) Bahan bakar 100 liter per
jam Rp 11.500 per liter, (b) Tenaga kerja 16 orang gaji antara Rp 1,5 juta s/d Rp 5 juta per bulan,
(c) Tambat labuh Rp 20.000 per hari, (c) Makan ABK Rp 25.000 per hari, (d) Asuransi Rp
117.000 per hari, (e) Air bersih 5 ton per hari Rp 35.000 per ton, (f) Dock dua tahun sekali antara
Rp 300 juta – Rp 1 milyar (tergantung kerusakan), (g) Sewa kapal tunda, kapal pandu dan biaya

13
penungguan antrian = Rp 2.000.000, dan (h) Pemeriksaan dan sertifikasi kapal Rp 250.000 per
tahun Perusahaan Angkutan laut Milik Perorangan: Berdasarkan klasifikasi kapal maka kapal
laut yang digunakan untuk mengangkut ternak terdiri dari dua jenis kapal yaitu (a) kapal mesin
berbahan baku besi dan (b) kapal layar motor (KLM) yang umumnya berbahan baku kayu.

Dalam Sistem angkutan ternak sapi potong dengan menggunakan kapal kayu sampai saat ini
masih tetap berjalan dimana kapal kayu tersebut mampu melayari sampai ke lokasi tujuan yang
berada di pedalaman dengan menyusuri sungai daerahdaerah tertentu. Yang menjadi
permasalahan adalah faktor keamanan pelayaran yang harus mendapat perhatian terutama
apabila kapal tersebut berlayar di tengah laut. Kapal kayu mampu beroperasi sampai ke
Kalimantan dan tempat-tempat lain, hal ini dapat dilakukan dengan cara berlayar dengan
menyusuri wilayah-wilayah dekat pantai, agar keselamatan kapal dapat terjaga, artinya dalam
perjalanannya kapal tersebut senantiasa akan berusaha menyusuri pantai sehingga tidak akan
terlalu jauh dari garis pantai. Tujuan pelayaran dengan membawa ternak sapi potong selain ke
Surabaya adalah ke Banjarmasin.

Kapal kayu yang berangkat dari pelabuhan asal seperti Bima maupun Lembar dengan tujuan
Banjarmasin umumnya selain membawa sapi juga memawa hasil pertanian lainnya seperti
bawang merah, kedelai dan garam. Sementara kapal yang berangkat dari tujuan asal Bima atau
Lembar dengan tujuan Surabaya umumnya membawa jagung, kedelai dan sapi sifatnya hanya
kadang-kadang. Sapi-sapi yang dating ke Surabaya baik yang berasal dari Nusa Tenggara Barat
maupun dari Nusa Tenggara Timur kemudian dilanjutkan diangkut dengan truk tronton menuju
Jakarta, sehingga dapat dikatakan Surabaya hanya merupakan kota transit bagi ternak-ternak sapi
potong tersebut. Selanjutnya kapal-kapal yang semula memuat sapi ke Surabaya, maka
sebaliknya dari Surabaya menuju Bima, Lembar maupun Kupang umumnya mengangkut
berbagai jenis barang hasil industry seperti semen, bahan kelontong, sparepart mupun barang-
barang elektronik.

Menurut informasi bahwa ukuran kapal antara 125-150 GT, jika memuat barang termasuk sapi
dan lainnya ongkos yang diterima sekitar Rp 90 juta lebih. Ini berarti jika biaya perjalanan Rp
87,84 juta maka pengusaha kapal laut masih untung 2,16 juta walaupun kapal balik dari
Banjarmasin ke Bima dalam keadaan kosong. Demikian juga jika kapal hanya angkut jagung dan
kedele dari Bima ke Surabaya ongkos yang diterima 4.500 x 7.000 =Rp 31,5 juta, ini berarti

14
untuk rute Surabaya ada kemungkinan merugi atau keuntungan relative kecil. Keragaan
dilapangan memang menunjukkan bahwa kapal kayu dari pelabuhan Bima dan Lembar memang
lebih banyak menuju ke Banjarmasin.

Ekspedisi Angkutan Laut

Dalam upaya meningkatkan kinerja transportasi laut terutama dalam sistem pengangkutan barang
termasuk sapi potong, peranan ekspedisi laut sangat diutamakan. Ekspedisi laut merupakan
lembaga bisnis yang bergerak dalam bidang jasa pengantar barang dari tempat asal barang
sampai ke tempat tujuan. Lembaga ini tidak saja dapat memperlancar usaha pengiriman barang
dari suatu tempat asal barang ke tempat tujuan barang, akan tetapi juga merupakan lembaga yang
mampu menjembatani antara pengguna jasa angkutan dan pemilik sarana angkutan kapal laut.

Kegiatan tranportasi ternak sapi potong lewat laut dengan menggunakan kapal, maka peran jasa
ekspedisi menjadi penting artinya. Lembaga ini merupakan lembaga yang bergerak dalam jasa
pengiriman barang, dimana sejak ternak mulai keluar dari karantina dan masuk ke kapal hingga
turun ke pelabuhan tujuan bahkan sampai ke alamat tujuan, maka peran jasa ekspedisi sangat
penting. Kaitannya dengan pengiriman ternak sapi potong, disamping mengantarkan ternak dari
pelabuhan asal sampai ke pelabuhan tujuan ternak, lembaga ekspedii bertangung jawab terhadap
keselamatan barang selama dalam perjalanan. Dalam kenyataannya, usaha ekspedisi dapat
merangkap sebagai pengusaha kapal dan memiliki kapal sendiri disamping dapat menggunakan
kapal milik perusahaan lain, disamping perusahaan ini biasanya juga memiliki gudang sendiri
bahkan armada angkutan truk dan container. Dimana kontainer yang digunakan berupa container
kering (dry container) maupun container basah (rifer container).

Di sisi lain ada perusahaan ekspedisi yang memiliki container dingin (refer container) selain
container kering (dray container), untuk container dingin pengenaan biaya lebih mahal dari pada
container kering. Dalam hal kegiatan pengangkutan daging sapi potong maupun daging ternak
lainnya, saat ini belum ada perusahaan yang menggunakan jasa container basah tersebut.

Pengiriman daging basah dalam jumlah banyak yang berasal dari NTT masih sulit dilakukan
sehubungan pengiriman ternak maupun hasil ternak sapi potong dari NTT ke luar wilayah NTT
lebih didominasi oleh pengiriman ternak sapi hidup. Kalaupun ada kegiatan pengiriman daging

15
sapi, umumnya masih dalam jumlah yang sedikit dan ini dilakukan dengan menggunakan cargo
pesawat terbang.

Disamping lebih cepat maka biayanya lebih murah. Informasi menunjukkan bahwa biaya sewa
container dingin dari Kupang ke Surabaya mencapai Rp 18 juta rupiah. Ada tiga perusahaan
ekspedisi yang memiliki container refer yaitu: PT. Haga Jaya, PT. Trasindo Buana Sentosa dan
PT. Rahayu. Besarnya biaya kirim ditentukan juga oleh harga barang. Daging sapi dan ikan
termasuk barang mahal sehingga biaya kirim lebih mahal dibandingkan mengangkut barang
dengan harga murah seperti kunyit. Selain itu pengiriman daging sapi harus menggunakan refer
container, dimana pengiriman dengan container dingin harus mengikutkan tenaga teknisi dari
pemilik container dingin untuk memonitor dan mengendalikan temperature dalam container agar
tetap dingin sehingga barang yang dikirim tidak rusak akibat system pendingin rusak. Jika hal itu
terjadi pengguna jasa akan melakukan complain dengan nilai yang cukup besar.

Ada dua mekanisme penentuan biaya yang dilakukan oleh lembaga ekspedisi yaitu (a)
berdasarkan tonase yang lebih diarahkan ke berat barang dan (b) kubikase lebih ditekankan pada
volume barang. Untuk kelompok barang yang tergolong berat dalam penentuan biaya digunakan
cara mengukur berat tonasenya dengan besarnya biaya Rp 500 per Kg. Sementara untuk
kelompok barang ringan perhitungan biaya didasarkan atas kubikasi dengan besarnya biaya Rp
425.000 per meter kubik (m3). Kegiatan packaging dan bahan packing dilakukan dan biayanya
ditanggung pemilik barang atau pengguna jasa ekspedisi. Bagi pengguna jasa ekspedisi, hal-hal
yang harus dilengkapi adalah dokumen pengiriman berupa surat jalan. Selain itu hal-hal yang
perlu dilakukan oleh pihak ekspedisi sebelum mengirim barang adalah: (a) Menentukan jenis
barang yang akan dikirim, untuk menentukan masuk kategori ringan atau berat. (b) Dilihat
apakah barang berbahaya atau tidak, sehingga perlu adanya perlakukan khusus bagi barang yang
sifatnya khusus. (c) Nama dan alamat pengirim maupun nama dan alamat penerima barang.

Salah satu kasus perusahaan ekspedisi pengiriman ternak sapi potong dari Kupang ke Surabaya
atau ke Banjarmasin adalah PT Ostem Corporindo. Dimana perusahaan tersebut merupakan
perusahaan jasa ekpedisi pelayaran nasional atau merupakan agen Cargo (Pengangkut)

16
ternak sapi potong hidup yang melayani pengangkutan ternak dari NTT (Kupang) lewat
pelabuhan Tenau diangkut ke Surabaya maupun ke Samarinda. Perusahaan jasa angkutan laut
tersebut merupakan perusahaan yang dimanfaatkan oleh pengusaha ternak besar dari Jakarta.

Sementara untuk membantu kelancaran proses pengangkutan ternak dari wilayah provinsi Nusa
Tenggara Timur yang keluar daerah (Surabaya dan Samarinda), fihak PT Ostem Corporindo
menyewa kapal dari PT. CBA (Citra Baru Adinusantara) merupakan perusahaan pemilik kapal
yang berdomosili di Surabaya. Menurut informasi bahwa saat ini proses pengangkutan sapi
melalui pelabuhan Tenau (Nusa Tenggara Timur) ke Surabaya maupun ke Samarinda sudah
tidak ada lagi yang menggunakan kapal kayu melainkan kapal besi. Dalam proses pengangkutan
ternak ke tempat tujuan disamping harus berbekal surat keterangan dari karantina, maka untuk
pengawasan kesehatan dan keamanan ternak diperlukan petugas pengawas (cleder) yang
bertugas untuk memberikan pakan dan minuman kepada ternak disamping juga mengawasi
kondisi ternak saat dalam perjalanan di laut. Keragaan dilapangan menunjukkan bahwa dalam
realisasinya sistim pengangkutan ternak di kapal besi masih menggunakan kandang darurat yaitu
sekat-sekat kandang yang dibuat dari bambu. Ada 13 kapal yang sering dimanfaatkan oleh PT
Ostem Corporindo dalam mengangkut ternak sapi potong

5. Penutup

Kesimpulan

Beberapa wilayah propinsi di Indonesia merupakan lumbung ternak nasional sekaligus berperan
sebagai pemasok, diantaranya adalah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timor dan Sulawesi
Selatan. Disisi lain beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan wilayah lainnya justru
merupakan wilayah potensial sebagai konsumen. Permasalahannya bahwa jarak antara wilayah
produsen hasil ternak dengan wilayah konsumen sangat berjauhan dan tranportasi lewat laut
merupakan proses pengangkutan yang membutuhkan waktu panjang. Jarak yang jauh disamping
berpengaruh terhadap biaya yang ditimbulkan juga berpengaruh terhadap kesehatan ternak.
Angkutan laut sebenarnya merupakan solusi efektif, akan tetapi belum ditunjang oleh fasilitas
yang memadai, baik sarana kapal angkut maupun sarana yang ada di pelabuhan. Usaha
pengangkutan lewat laut merupakan kegiatan bisnis yang cukup menjanjikan, akan tetapi belum
tergarap secara maksimal.

17
B. Ringkasan Isi Artikel 2
1. Pendahuluan/Latar Belakang Masalah

Kepelabuhan adalah PT. ASDP Indonesia Ferry (persero) Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan Cabang Penajam, merupakan pengelolah pelabuhan penyeberangan Penajam -
Balikpapan. Komponen utama pendapatan pelabuhan adalah penerimaan dari jasa pelabuhan
untuk kapal, barang serta pelayanan lainlain yang disediakan oleh pihak pengelolah pelabuhan.
Peranan pelabuhan penyeberangan ferry Penajam sangat vital dalam perkembangan dan
pertumbuhan daerah Penajam serta daerah lain yang melintasi poros selatan Kalimantan baik
dilihat dari aspek ekonomi dan sosial. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 22 Tahun 2009,
yang menyatakan bahwa manfaat yang dirasakan masyarakat harus lebih besar dibandingkan
jumlah investasi yang di keluarkan dan Undang- Undang Republik Indonesia Pasal 5 Nomor 17
Tahun 2008 Tentang Pelayaran.

Pelayanan jasa sengaja diberikan untuk memenangkan persaingan, dalam hal ini perusahhan
harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, misalnya dengan memberikan
pelayanan yang lebik baik dari pada persaingannya. Pelayanan dengan mutu yang kurang baik
dapat membuat pelanggan tidak puas, walaupun dengan tingkatan yang berbeda. Pelayanan yang
baik merupakan tujuan dan sekaligus reputasi dan prestasi yang hendak dicapai.

PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) merupakan salah satu transportasi perairan yang ada di
Penajam , transfortasi antar Penajam - Balikpapan. PT. ASDP Indonesia Ferry terus melakukan
perbaikan pelayanan kepada pengguna jasa dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan,
dengan kepuasan pelanggan diharapkan dapat menciptakan reputasi dan prestasi jasa pelayanan
yang positif. Saat ini, konsumen banyak memiliki pilihan untuk menentukan sarana transfortasi
apa yang akan mereka pilih. Oleh karena itu, PT. ASDP Indonesia Ferry perlu melakukan lima
komponen utama yang menentukan kualitas pelayanan yang dapat selalu dijaga oleh PT. ASDP
Indonesia Ferry kelima komponen itu adalah Tangible (Bentuk Fisik), Reliability (Keandalan),
Responsiveness (Daya Tanggap), Assurance (Jaminan), Emphaty (Empati).

PT. ASDP Indonesi Ferry Cabang Penajam sejatinya hanyalah memiliki 3 armada kapal yang
siap beroperasi setiap harinya untuk mengakses penyemberangan dari panajam. kualitas dan
fasilitas dari 3 unit kapal tersebut tidak semuanya sama, BUMN yang merupakan badan usaha

18
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan langsung
yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Pelabuhan Penajam adalah salah satu
dermaga transportasi laut sebagai sarana utama yang dapat mendukung segenap kegiatan
penyeberangan. Dimana salah satunya perusahaan BUMN penyedia jasa dibawah PT. ASDP
Indonesia Ferry. BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham
yang paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
mengejar keuntungan.

Namun demikian masih saja ada berbagai keluhan penumpang/pelanggan mengenai pelayanan di
PT. ASDP Indonesia ferry. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan, penulis
menemukan beberapa permasalahan, yaitu antara lain :

a. Adanya ketidaknyamanan penumpang yang sering mengeluh telah lama mengantri lama
untuk dapat bisa masuk ke kapal.
b. Kegiatan membongkar/memuat barang yang tidak kondusif.
c. Tidak adanya tempat teduh khususnya kendaraan roda dua di pelabuhan II ferry.
d. Meski sudah ada penambahan pelabuhan sandar atau dermaga II ferry, akan tetapi
kapasitas kecukupan listrik yang masih jadi kendala operasionalnya, sehingga salah satu
pelabuhannya belum bisa operasional lantaran movable bridge (MB) atau jembatan
bergeraknya tidak bisa digunakan. Berat MB-nya 50 ton, sehingga listriknya tidak
sanggup mengangkat jembatan.
e. Penulis juga menemukan ada beberapa penjual yang membawa botol penyimpanan air
panas, pom mie, kopi dan lain sebagainya atau biasa disebut penjual keliling dapat
dengan mudah masuk kedalam kapal secara gratis lantaran alasan dari pihak pegawai
bahwa orang tersebut sudah biasa dan kenal, ketika penulis bertanya apakah orang
tersebut bekerja dibagian kantin kapal petugas menjawab “ dia bukan orang kantin,
hanya pejual keliling biasa aja, udah kenal jadi masuk aja”.

2. Permasalahan Yang Di Kaji

PT. ASDP Indonesia Ferry Pelabuhan Penajam, Salah satu pegawai mengatakan komitmen
waktu bongkar muat, setiap kapal mendapat jatah 30-45 menit. Tapi pada kenyataannya, satu
kapal ada menyandar di dermaga hingga 2 dan 3 jam. Permasalahan tersebut di duga disebabkan

19
oleh kurangnya kesigapan manajemen kapal ferry dalam membenahi infrastuktur, baik sumber
daya manusia maupun kapal dan pelabuhan/dermaga. Selain itu juga perhatian yang diberikan
oleh pihak maupun manajemen kurang kepada pelanggan,

3. Kajian Teori/Konsep Yang Digunakan

Pelayanan

Kotler dan Bloom ( dalam buku Lukman, 2003:8 ), menyatakan bahwa “pelayanan adalah setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.” Moenir ( dalam buku
Widjayanto, 2007:1) ” pelayanan adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain secara langsung”. Teori dibutuhkan sebagai pegangan-pegangan pokok secara umum,
dalam hubunganya dengan data, teori dibangun dengan data yang tersusun dalam satu pemikiran
yang sistematik. Oleh karena itu, dalam bab ini, penulis berusaha mengutip beberapa teori yang
relevan terhadap penelitian yang dilakukan.

Pelayanan Publik

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan berasal dari kata layan yang berarti membantu
menyiapkan (mengurus) apa-apa yang dibutuhkan oleh seseorang. Sehingga pelayanan dapat
dikatakan sebagai suatu usaha untukmembantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan
oleh orang lain. Kondisi obyektif menunjukan bahwa penyelenggaraan pelayanan public masih
diharapakan pada sistem pemerintahan yang belom efektif dan efesien serta kualitas SDM
aparatur yang beum memadai. Hal ini terlihat masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari
masyarakat baik secara langsung maupun melalui media masa. Dalam keputusan MENPAN
Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur
pemerintahan sebagai abdi masyarakat.

Definisi Pelayanan Publik

Kepmen PAN Nomor 63 Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan public sebagai segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

20
KepMen PAN No. 58 Tahun 2002 mengelompokan beberapa 3 (tiga) jenis pelayanan dari
instansi pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut didasarkan
pada ciri-ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang dihasilkan yaitu:

1. Pelayanan Administratif

Pelayanan administratif adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa
pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya
yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen yang dibutuhkan oleh
publik, misalnya jenis pelayanan sertifikat tanah, IMB, Pelayanan adminstrasi kependudukan (E-
KTP, NTCR, akte kelahiran, dan akte kematian).

2. Pelayanan Barang

Pelayanan barang adalah pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan
penyediaan barang/benda (berwujud fisik) yang dibutuhkan oleh publik, misalnya jenis
pelayanan listrik, air bersih, dan telepon.

3. Pelayanan Jasa

Pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan
publik, misalnya pelayanan kesehatan, pelayanan transportasi (angkutan darat, laut, dan udara),
pelayanan perbankan, pelayanan pos dan pelayanan pemadam kebakaran.

Undang-undang Pelayaran

Menurut UU nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, pelayanan pelayaran pada dasarnya
diselenggarakan dengan tujuan:

1. Memperlancar arus perpindahan orang/barang melalui perairan dengan mengutamakan


dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka mempercepat kegiatan
perekonomian nasional
2. Membina jiwa kebaharian
3. Menjungjung kedaulatan Negara
4. Menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri angkutan perairan Nasional
5. Menunjang, menggerakkan dan mendorong pencapain tujuan pembangunan nasional:

21
a. Memperkukuh kesatuan dan perstuan dalam rangka perwujudan wawasan
nusantara.
b. Meningkatkan ketahanan nasional. Pelabuhan

Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Laut Nomor A-2168/AL6285, dikatakan bahwa:


Pelabuhan adalah daerah tempat berlabu dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta
kendaraan air lainya untuk menaikan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan
hewan merupakan daerah lingkungan kerja ekonomi.

Jasa

Menurut Philip Khotler seperti yang dikutip J. Supranto (2001, P227) yang mendefinisikan jasa
sebagai berikut: Jasa ialah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

4. Uraian Pembahasan

Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung Kelancaran Pelayanan Jasa PT. ASDP Indonesia
Ferry di Pelabuhan Penajam Dalam proses pelaksanaan pelayanan jasa PT. ASDP Indonesia
Ferry di Pelabuhan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara pada dasarnya berjalan dengan
sebagaimana mestinya sesuai dengan aturan yang ada, yang telah ditetapkan.

Akan tetapi dalam sebuah bentuk pelalayan penulis akan mengemukakan faktor pendukung dan
faktor penghambat yang penulis temukan pada saat penelitian;

1. Faktor pendukung dalam pelayanan Jasa PT. ASDP Indonesia Ferry di Pelabuhan
Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara adalah :
a. Faktor Kesadaran ; kesungguhan pegawai terlihat dengan hasil kerja pegawai dalam
melayani masyarakat yang menggunakan transfortasi akses penyeberangan. Karena
sampai saat ini belum ada pengguna jasa/penumpang yang mengeluhkan kinerja
petugas yang ada di lapangan.
b. Faktor pendukung lainnya yang diutarakan dan bukti dilapangan penulis dapat
katakan adanya :
 Fasilitas Parkir di area pelabuhan

22
 Pas Pelayanan Tiket
 Ruang Tunggu
 Tempat teduh di Dermaga I Penajam
 Penambahan Dermaga II Penajam
 Pembangunan Kantor PT. ASDP Indonesia Ferry Cab. Penajam
2. Faktor penghambat dalam pelayanan Jasa PT. ASDP Indonesia Ferry di Pelabuhan
Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara adalah. Faktor penghambat yang penulis
temukan dilapangan seperti:
a. Keadaan alam (Cuaca) Cuaca buruk menjadi salah satu faktor penghambat dalam
proses penyebrangan meskipun sudah ada fasilitas radar (mercusuar) ditengah laut
dan fasilitas keselamatan, PT. ASDP Indonesia Ferry selaku penyedia layanan tidak
beroperasi guna untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bagi
penumpang/pengguna jasa.
b. Perbaikan kerusakan dermaga Meski sudah ada penambahan dan peresmian
dermaga II Penajam di Kabupaten Penajam Paser Utara, masih ada antrian
meskipun tidak setiap harinya. Dua pelabuhan penyeberangan ferry di Pelabuhan
Penajam seperti diketahui merupakan kegiatan yang bersumber dari APBN. Meski
pembangunannya telah selesai, Pelabuhan II masih menggunakan sistem manual
yaitu sistem emergency diesel, menggerakkan pompa hidrolik lalu mensuplai oli
sehingga selinder bias naik turun.
c. Belum adanya tempat teduh khususnya pada golongan II/kendaraan roda 2 (dua) di
Pelabuhan II Penajam yang terkadang kepanasan akibat lama mengantri masuk
kekapal, hal ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelayanan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut maka penulis
menyimpulkan sejauh ini untuk faktor penghambat dari pelayanan jasa. PT. ASDP
Indonesia Ferry di Pelabuhan Penajam itu seperti keadaan alam seperti, cuaca
buruk(faktor alam) dan sedikit perbaikan dermaga belom dapat beroperasi dengan
optimal.

Pada dasarnya dalam proses pelayanan pasti memiliki faktor pendukung dan faktor penghambat,
seperti halnya pada Pelayanan Jasa PT. ASDP yang selalu mengantisipasi hingga memberikan

23
berubahan dan perbaikan akan adanya masalah-masalah yang akan muncul, dengan senantiasa
memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memberikan saran, kritik dan masukan bagi
pelayanan Jasa PT. ASDP Indonesia Ferry khususnya di Pelabuhan Penajam.

5. Kesimpulan

Kesimpulan

Jasa Angkutan; Pelayanan Jasa PT. ASDP Indonesia Ferry di Pelabuhan Penajam telah berjalan
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, yang mana dalam hal ini jasa angkutan
terbagi menjadi dua mekanisme diantanya angkutan penumpang dan angkutan kendaraan guna
mempermudah dan memperlancar kegiatan pelayanan. dalam proses ini pengguna
jasa/penumpang tidak mengalami kesulitan, mudah di pahami, mudah dilaksanakan dalam
pembelian tiket dan pelayanan lainnya. Jasa Dermaga; pelaksanaan standar pelayanan jasa
dermaga berperan penting dalam suatu pelayanan karena pada dasarnya dermaga atau pelabuhan
adalah pondasi awal (pokok) untuk akses penyeberangan dimana pemerintah dan perusahaan
saling bekerjasama memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasa/penumpang.

Seperti yang tertera dari hasil penelitian yang penulis ungkapkan dipembahasan terbukti bahwa
adanya penambahan dermaga di pelabuhan penajam (Dermaga II Penajam) Sangatlah membantu
mengurangi antrian kapal dari proses sandar kapal dan adanya suatu pembangunan atau
penambahan dermaga dapat menunjang pelayanan yang ada di Pelabuhan Penajam.

Faktor pendukung dalam pelayanan Jasa PT. ASDP Indonesia Ferry di Pelabuhan Penajam
Kabupaten Penajam Paser Utara adalah: Faktor Kesadaran ; kesungguhan petugas terlihat dengan
hasil kerja pegawai dalam melayani masyarakat yang menggunakan transfortasi akses
penyeberangan. Karena sampai saat ini belum ada pengguna jasa/penumpang yang mengeluhkan
kinerja petugas yang ada di lapangan. Faktor pendukung lainnya yang diutarakan dan bukti
dilapangan penulis dapat katakan adanya :

1. Fasilitas Parkir di Pelabuhan I Penajam


2. Pas Pelayanan Tiket
3. Ruang Tunggu
4. Fasilitas sarana yang ada di dalam ferry dapat dikatakan sudah memadai.

24
Faktor penghambat yang penulis temukan dilapangan seperti

1. Keadaan alam (Cuaca) Cuaca buruk menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses
penyebrangan meskipun sudah ada fasilitas radar (mercusuar) ditengah laut dan fasilitas
keselamatan, PT. ASDP Indonesia Ferry selaku penyedia layanan tidak beroperasi guna
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bagi penumpang/pengguna jasa.

Melalui hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan yang penulis lakukan, Pelaksanaan
standar pelayanan jasa PT. ASDP Indonesia Ferry di Pelabuhan Penajam Kabupaten Penajam
Paser Utara memiliki rangkain pelayanan jasa di antaranya jasa angkutan, dan jasa pelabuhan.
Peneliti dapat katakan dari dua telah berhasil dalam memberikan pelayanan kepada pengguna
jasa/penumpang . Berdasarkan penelitian terbukti bahwa pelayanan yang diberikan oleh PT.
ASDP Indonesia Ferry khusus staf atau petugas memberikan pelayanan yang ramah, cepat,
transparan sesuai dengan apa yang menjadi motto perusahaan tersebut. Hal ini dipertahankan
oleh staf atau petugas agar memperoleh kualitas dan kuantitas pelayanan yang lebih baik lagi.

25
BAB III

RINGKASAN ARTIKEL HASIL PENELITIAN ILMU POLITIK BIDANG KEBIJAKAN


PUBLIK TENTANG JASA PENGANGKUTAN LAUT

A. Ringkasan Isi Artikel 1


1. Pendahuluan

Di dalam sistem transportasi nasional terdapat kepelabuhanan yang merupakan bagian strategis
dari sistem transportasi nasional dan merupakan faktor penting dalam menunjang aktifitas
perdagangan. Sektor pelabuhan memerlukan suatu kesatuan yang terintegrasi dalam melayani
kebutuhan dari sarana transportasi. Ujung tombak dari kepelabuhanan tersebut adalah sektor jasa
dalam melayani jasa kepelabuhanan. Pelabuhan Merak dan Bakauheni merupakan pelabuhan
yang dikelola oleh PT. Angkutan Sungai dan Perairan (PT. ASDP) Indonesia Ferry Persero. Di
dalam area pelabuhan cabang Merak terjadi kegiatan bongkar-muat barang dan penumpang
untuk tujuan Jawa-Sumatera. Terkadang pengelola jasa kepelabuhanan tidak mampu mengelola
kegiatan operasional akibat ketidakseimbangan sarana fasilitas dan prasarana, terutama di saat-
saat liburan sekolah dan Hari Raya sehingga mempengaruhi proses kelancaran barang yang
masuk maupun keluar.

Penyebab utama kecelakaan laut pada umumnya adalah karena faktor kelebihan angkutan dari
daya angkut yang ditetapkan, baik itu angkutan barang maupun orang. Bahkan tidak jarang
pemakai jasa pelayaran memaksakan diri naik kapal meskipun kapal sudah penuh dengan tekad
asal dapat tempat di atas kapal. Sistem transportasi dirancang guna memfasilitasi pergerakan
manusia dan barang. Pelayanan transportasi sangat terkait erat dengan aspek keselamatan
(safety) baik orang maupun barangnya. Seseorang yang melakukan perjalanan wajib
mendapatkan jaminan keselamatan, bahkan jika mungkin memperoleh kenyamanan, sedangkan
barang yang diangkut harus tetap dalam keadaan utuh dan tidak berkurang kualitasnya ketika
sampai di tujuan.

2. Kajian Teori

Dalam UU Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dinyatakan bahwa:

26
a) Keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan
lingkungan maritim.
b) Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan
kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan,
kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen
keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal
untuk berlayar di perairan tertentu.
c) Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,
konstruksi, bangunan permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan, alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan
sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara internasional diatur dengan ketentuan-


ketentuan sebagai berikut:

a. International Convention for the Safety of Live at Sea (SOLAS), 1974, sebagaimana
yang telah disempurnakan dan aturan internasional ini menyangkut ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
 Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik, perlindungan api,
detektor api dan pemadam kebakaran);
 Komunikasi radio, keselamatan navigasi;
 Perangkat penolong, seperti pelampung, sekoci, rakit penolong;
 Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan
pelayaran termasuk di dalamnya penerapan International Safety Management (ISM)
Code, dan International Ship and Port facility Security (ISPS) Code.
b. International Convention on Standards of Training, Certification, and Watch keeping for
Seafarers, tahun 1978 dan terakhir diubah tahun 1995.
c. International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.
d. International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual (IAMSAR).

27
Tinjauan Pelabuhan Penyeberangan Merak - Bakauheni

Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan, danau atau perairan yang dengan batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan perusahaan yang dipergunkan sebagai
tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, atau bongkar muat. Pelabuhan secara umum
merupakan sarana penunjang kegiatan transportasi, perhubungan antar pulau bahkan
internasional yang tentunya dapat menguntungkan pemerintah daerah apabila pengelolaannya
dilaksanakan dengan cukup jelas oleh pemerintah daerah guna kesejahteraan masyarakatnya.
Pelabuhan diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat bukan untuk mencari
keuntungan semata.

Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang


menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan
untukmengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya (Pasal 22, UU 17 Tahun 2008).
Kriteria lintas penyeberangan adalah :

1. Menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang terputus oleh
laut, selat, teluk, sungai dan/atau danau;
2. Melayani lintas dengan tetap dan teratur, berdasarkan jadual yang ditetapkan;
3. Berfungsi sebagai jembatan bergerak.

Pelabuhan penyeberangan Merak yang terletak di Provinsi Banten adalah pelabuhan umum yang
melayani penyeberangan antara ujung barat pulau Jawa dengan ujung selatan pulau Sumatera.
Pelabuhan ini merupakan pelabuhan umum yang sangat vital dalam menggerakkan roda ekonomi
Indonesia secara umum. Pelabuhan penyeberangan Merak sebagai pintu gerbang jalur lintas
penghubung darat antara pulau Jawa dan pulau Sumatera, terletak pada posisi 1 06°00'00" Bujur
Timur, dan 05°56'59" Lintang Selatan. Luas kawasan pelabuhan penyeberangan Merak secara
keseluruhan, termasuk Pasar Merak adalah 15 hektar, dengan batas-batas fisik kewilayahan:

 Sebelah utara dengan perbukitan;


 Sebelah timur dengan perbukitan;
 Sebelah barat dengan selat Sunda;
 Sebelah selatan dengan selat Sunda.

28
Sebelum pelabuhan Bakauheni yang dibangun di Lampung telah beroperasi pelabuhan Panjang,
dan pada masa pembangunan pelabuhan Bakauheni 1970-1980, dioperasikan pelabuhan
bayangan khusus ferry yaitu pelabuhan Srengsem, yang lokasinya berdekatan dengan pelabuhan
Panjang. Setelah pelabuhan Bakauheni beroperasi pada tahun 1980, makin lancarlah transportasi
khususnya penyeberangan antara pulau Jawa dan pulau Sumatera. Pelabuhan penyeberangan
Bakauheni adalah pelabuhan umum yang melayani penyeberangan antara ujung selatan pulau
Sumatra - ujung barat pulau Jawa dan terletak pada posisi 105°45' 1 0" Bujur Timur dan so 51 '
59" Lintang Selatan, dengan luas 452.458 m2 dan batas-batas fisik kewilayahan sebagai berikut:

 Sebelah utara dengan kecamatan Ketapang;


 Sebelah timur dengan selat Sunda;
 Sebelah barat dengan kecamatan Kalianda;
 Sebelah selatan dengan selat Sunda.

PT. ASDP (Angkutan Sungai Dan Penyeberangan) Indonesia Ferry Persero merupakan badan
usaha milik Negara (Persero) yang bernaung di bawah Kementerian Perhubungan, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, dan bergerak di bidang usaha pelayanan penyeberangan yang
jaraknya kurang dari 17 mil. Sarana yang diberikan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry Persero ialah
berupa penyediaan dermaga, penyelenggaraan tiket terpadu yang nantinya hasil pendapatan dari
tiket terpadu tersebut akan bagi hasil dengan perusahaan swasta, penyedia fasilitas pelabuhan
guna untuk menunjang pelayanan pelabuhan. Selain itu ada pula peranan lain yaitu sebagai
operator kapal atau pemberi pelayanan.

3. Metode Penelitian

Menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik pengumpulan data berupa penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian di lapangan dengan melakukan survey langsung
ke kapal di Merak dan Bakauheni. Hasil yang diharapkan dengan penelitian ini adalah dapat
menginventarisasi standar keselamatan transportasi penyeberangan laut di kapal khususnya
pelabuhan Merak dan Bakauheni sehingga dapat diformulasikan rekomendasi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan di kemudian hari.

29
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Fasilitas Pelabuhan

1. Pelabuhan Penyeberangan Merak

Pelabuhan penyeberangan Merak mempunyai beberapa fasilitas penunjang dalam mendukung


kelancaran arus bongkar muat penumpang dan kendaraan bermotor dari dan ke dalam kapal
penyeberangan. Adapun fasilitas penunjang pelabuhan penyeberangan Merak adalah sebagai
berikut:

Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Pelabuhan penyeberangan Bakauheni mempunyai


beberapa fasilitas penunjang dalam mendukung kelancaran arus bongkar muat penumpang dan
kendaraan bermotor dari dan ke dalam kapal penyeberangan. Adapun fasilitas penunjang
pelabuhan penyeberangan Bakauheni seperti daya tamping parker di dalam area pelabuhan
adalah sebagai berikut:

Parkir A = 360 Unit/Campuran, Parkir 8 = 300 Unit/Bus, Parkir C = 260 Unit/Campuran, Parkir
D = 380 Unit/Campuran, Parkir E = 60 Unit/Campuran, Parkir F = 160 Unit/Campuran, Parkir
G,H,I = 1.200 Unit/Campuran, Parkir H = 440 Unit/Campuran, TOTAL = 3.160 Unit/Campuran,
Lay out pelabuhan penyeberangan Bakauheni adalah sebagai berikut: data kecelakaan
transportasi laut tahun 2005-2010

Faktor Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan yang terjadi di sungai, danau, dan penyeberangan yang sampai ke Mahkamah
Pelayaran lebih disebabkan oleh faktor kesalahan manusia, dan hanya sedikit kejadian
kecelakaan di perairan yang disebabkan oleh faktor alam. Menilik alasan tersebut di atas
semestinya semua peristiwa kecelakaan bisa diminimalisir manakala ada usaha preventif dari
semua pihak agar tidak tersandung pada batu yang sama. Sebagai gambaran perbandingan antara
kecelakaan diperairan yang disebabkan oleh faktor kesalahan manusia dan faktor alam

Upaya Pemecahan Masalah

Pemeriksaan kecelakaan kapal terdiri dari pemeriksaan pendahuluan oleh Syahbandar dan
pemeriksaan lanjutan oleh Mahkamah Pelayaran. Sedangkan pada Undang-Undang Republik

30
Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 245 menyatakan bahwa : Kecelakaan
kapal merupakan kejadian yang dialami oleh kapal yang dapat mengancam keselamatan kapal
dan/atau jiwa manusia berupa:

a. Kapal tenggelam;
b. Kapal terbakar;
c. Kapal tubrukan; dan
d. Kapal kandas.

Selanjutnya pada Pasal 256 tentang Investigasi Kecelakaan kapal dinyatakan bahwa :

1. Investigasi kecelakaan kapal dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi


untuk mencari fakta guna mencegah terjadinya kecelakaan kapal dengan penyebab yang
sama.
2. Investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap setiap kecelakaan
kapal.
3. Investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak untuk menentukan kesalahan atau kelalaian
atas terjadinya kecelakaan kapal.

Usaha dalam penyelamatan jiwa di laut merupakan suatu kegiatan yang dipergunakan untuk
mengendalikan terjadinya kecelakaan di laut yang dapat mengurangi sekecil mungkin akibat
yang timbul terhadap manusia, kapal dan muatannya. Untuk memperkecil terjadinya kecelakaan
di laut diperlukan suatu usaha untuk penyelamatan jiwa tersebut dengan cara memenuhi semua
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh IMO (International Maritime Organization), ILO
(International Labour Organization) dan ITU (International Telecomunication Union) maupun
oleh pemerintah.

2. Sumber Daya Awak Kapal

Sekalipun kondisi kapal prima, namun bila tidak dioperasikan oleh personal yang cakap dalam
melayarkan kapal, dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan dan kode serta
petunjuk yang terkait dengan pelayaran maka kinerjanya pun tidak akan optimal. Bagaimanapun
modernnya suatu kapal yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan otomatis, namun bila tidak

31
didukung dengan sumber daya awak kapal pastilah akan sia-sia. Selain para awak kapal harus
memiliki kemampuan untuk menyiapkan kapalnya, mereka juga harus mampu melayarkan kapal
secara aman sampai di tempat tujuan.

Awak kapal, terutama Nakhoda dan para perwiranya harus memenuhi kriteria untuk dapat
diwenangkan memangku jabatan tertentu di atas kapal. Karenanya, mereka harus mengikuti
pendidikan formal lebih dahulu sebelum diberi ijazah kepelautan yang memungkinkan mereka
bertugas di kapal. Awak kapal yang tahu dan sadar akan tugas-tugasnya akan sangat
menguntungkan bagi perusahaan. Jika mesin kapal terawat, maka umur kapal dapat lebih
panjang, ini berarti nilai depresiasi/susutan dapat diperkecil.

3. Keselamatan dan Kelaikan Kapal

Indonesia merupakan Benua Maritim yang memiliki keunikan tersendiri dalam sistem
transportasi laut, namun demikian dari aspek teknik dan ekonomi, perlu dikaji lebih mendalam,
karena umur armada kapal saat ini banyak yang sudah tua, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga, dan dapat mempengaruhi keselamatan kapal. Kondisi
kapal harus memenuhi persyaratan material, konstruksi bangunan, permesinan, dan pelistrikan,
stabilitas, tata susunan serta perlengkapan radio/elektronika kapal dan dibuktikan dengan
sertifikat, tentunya hal ini setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Kapal yang kondisinya prima, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, serta
dinyatakan laik laut, akan lebih aman menyeberangkan orang dan barang, sebaliknya kapal yang
diragukan kondisinya cenderung menemui hambatan saat dalam pelayaran. Jika kapal
mengalami kerusakan saat di perjalanan akan memerlukan biaya tambahan seperti biaya
eksploitasi yang disebabkan terjadinya delay.

Tentu bukan hal yang mudah untuk mempertahankan kondisi kapal yang memenuhi persyaratan
dan keselamatan, pencegahan pencemaran laut, pengawasan pemuatan, kesehatan, dan
kesejahteraan ABK, karena ini semua memerlukan modal yang cukup besar.

Disamping itu, usaha-usaha bisnis pelayaran ini juga memerlukan kerjasama dan bantuan penuh
dari pihak galangan kapal, sedangkan kondisi galangan kapal saat ini juga dihadapkan pada
kelesuan. Oleh karena itu, sentuhan tangan pemerintah beserta perangkat kebijakannya sangat

32
diharapkan, terutama aspek permodalan dan penciptaan iklim usaha yang kondusif, sehingga
para pengusaha pelayaran dan perkapalan dapat melaksanakan rahabilitasi, replacement maupun
perluasan armada kapal.

4. Sarana Penunjang Pelayaran

Selain faktor teknis kapal dan sumber daya awak kapal, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP) juga unsur yang sangat penting dalam keselamatan pelayaran. Sarana ini terdiri dari
rambu-rambu laut yang berfungsi sebagai sarana penuntun bagi kapal-kapal yang sedang
berlayar, agar terhindar dari bahaya-bahaya navigasi. Station Radio Pantai juga berguna sebagai
sarana bantu navigasi pelayaran untuk memungkinkan kapal-kapal melakukan pelayaran
ekonomis, sebab tanpa instrument ini kapal harus melakukan pelayaran “memutar” guna
menghindari bahaya navigasi.

5. Penutup

Kesimpulan

1. Jumlah kecelakaan kapal pelayaran di Indonesia cukup memprihatinkan, terutama selama


periode 2005-2010, dengan terjadinya 185 kasus kecelakaan. Pada tahun 2005 tercatat 29
peristiwa kecelakaan, tahun 2006: 38 kecelakaan, 2007: 32 kecelakaan, 2008: 35
kecelakaan, 2009: 32 kecelakaan dan pada tahun 2010 terjadi 19 kasus kecelakaan, rata-rata
kecelakaan selama 6 tahun terakhir adalah 30,83%. Jenis kecelakaan yang terjadi rata-rata
selama 6 tahun (2005-2010) adalah tenggelam (30%), tubrukan (26%), kandas (14%),
kebakaran (17%) dan lainnya (13%). Sedangkan penyebab kecelakaan kapal adalah 65%
human error, 24% kesalahan teknis, 11% karena kondisi lainnya.
2. Tingginya kasus kecelakaan laut di Indonesia saat ini harus menjadi perhatian seluruh pihak,
bukan hanya pemilik kapal tetapi juga pemerintah, instansi terkait dan masyarakat yang
harus lebih aktif dalam memberikan informasi. Dari hasil pengamatan, penyebab utama
kecelakaan laut adalah karena faktor kelebihan angkutan dari daya angkut yang ditetapkan,
baik itu angkutan barang maupun orang. Bahkan tidak jarang pemakai jasa pelayaran
memaksakan diri naik kapal meskipun kapal sudah penuh dengan tekad asal dapat tempat di
atas kapal.
3. Upaya-Upaya Menekan Terjadinya kecelakaan kapal adalah sebagai berikut :

33
a. Peningkatan pemeriksaan daya muat kapal sehingga kapal tidak berlayar dengan muatan
yang melebihi kapasitas daya angkut
b. Peningkatan pelaksanaan uji petik terhadap kapal
c. Pengaktifan pemantauan dan monitoring kapal melalui radio pantai
d. Peningkatan patroli laut di kawasan yang rawan kecelakaan
e. Peningkatan latihan dan simulasi kondisi emergency secara berkala di atas kapal
f. Penyuluhan keselamatan pelayaran kepada stakeholder dan masyarakat pengguna jasa
g. Peningkatan kampanye keselamatan pelayaran.
4. Hinterland Terminal: terminal penyeberangan Merak dan Bakauheni mempunyai pengaruh
terhadap distribusi angkutan penumpang dan kendaraan bermotor dari/ ke putau' Jawa dan
Pulau Sumatera. Berdasarkan hasil wawancara asal tujuan penumpang dan kendaraan
bermotor, sumbangan terbesar (±70%) berasal dan menuju Provinsi Lampung, Banten dan
DKI Jakarta. Di samping ketiga provinsi tersebut diatas, distribusi penumpang dan
kendaraan bermotor berasal dari beberapa provinsi yang menggunaka;, penyeberangan
Merak-Bakauheni tetapi prosentasenya kecil (± 30%), antara lain: NAD, Sumut, Riau
Sumbar. Jambi, Bengkulu, Babel, Sumsel, Jatim, Jateng, dan Jabar.

Saran

1. Perlunya diadakan pencanangan gerakan sadar keselamatan pelayaran nasional serta


menanamkan budaya keselamatan (safety culture) di lingkungan masyarakat Indonesia
khususnya di bidang maritim.
2. Pemerintah perlu terus didorong untuk mengadakan penelitian dan pengembangan dalam
aspek keteknikan, manajemen, pemeliharaan kapal, dan strategi pengusahaan agar
kemampuan para operator dapat ditingkatkan dan kondisi keuangannya pun dapat
disehatkan.
3. Pengelola pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni sebaiknya mengoptimalkan
penyediaan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang penyelenggaraan angkutan
penyeberangan terutama pada waktu puncak (peak time).
4. Pengelola perlu meningkatkan optimalisasi pengoperasian dermaga dan kapal
penyeberangan serta fasilitas penunjangnya agar tercipta transportasi penyeberangan yang

34
efisien, apabila memungkinkan jumlah kapal dapat ditambah dan petugas di dalam kapal
juga diperbanyak.

B. Ringkasan Isi Artikel 2


1. Pendahuluan

Di Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia terutama memasuki era otonomi daerah diharapkan semakin memacu pada
pembangunan daerah. Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkutan
laut atau transportasi laut yang sangat memadai. Angkutan merupakan salah satu sarana yang
sangat penting bagi kehidupan perekonomian masyarakat, karena lancar atau tidaknya proses
pengangkutan khususnya pengangkutan laut mempengaruhi tingkat aktivitas maupun
perkembangan ekonomi masyarakat. Tingkat perekonomian masyarakat yang baik senantiasa
membutuhkan sarana transportasi yang memadai yang merupakan mobilitas masyarakat yang
menunjang aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari.

Transprotasi laut merupakan salah satu subsektor transportasi yang turut menjadi bagian penting
dalam menunjang aktivitas masyarakat kepulauan. Hal ini juga menjadi salah satu sasaran dalam
peningkatkan perekonomian nasional dalam menunjang perdagangan antar pulau seperti yang
terjadi di Sulawesi Tenggara khususnya Kecamatan Maligano. Wilayah kepulauan di Kecamatan
Maligano menjadikan transportasi laut sebagai salah satu alat bantu yang digunakan untuk
menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya yang terus dikembangkan. Orientasi
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam bentuk peninjauan untuk mendapatkan suatu cara
atau sikap yang tepat dalam membangun kegiatan perdagangan antar pulau dengan
menggunakan kapal motor dan speed boat yang sekaligus menjadi salah satu tindak untuk
memenuhi kebutuhan transportasi.

Transportasi laut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian nasional dan
daerah sebagaimana amanat dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 menjadi suatu yang
sangat strategis bagi wawasan nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang tujuan
persatuan dan kesatuan nasional. Perlu diketahui juga kontribusi transportasi laut menjadi
semakin penting karena nilai biaya yang dikeluarkan adalah paling kecil bila dibandingkan
dengan biaya transportasi darat dan udara. Perkembangan transportasi laut di Kecamatan

35
Maligano sangat memegang peranan penting. Dengan adanya pembangunan pelabuhan pada
tahun 1995, pengadaan speed boat, dan kapal penumpang KM Rembulan pada tahun 2002
merupakan suatu proses arus pelayaran dengan melayani rute Maligano-Raha. Dengan adanya
perkembangan tersebut tentu bisa berdampak positif baik bagi penumpang dan proses distribusi
barang, maupun aktivitas masyarakat lainnya. Selain itu, usaha tersebut juga menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Rute atau jalur pelayaran dari setiap kapal mesin dan speed boat ditetapkan untuk meningkatkan
kegiatan perekonomian masyarakat lokal. Rute yang ditetapkan tersebut merupakan kerja sama
antara stakeholder di daerah. Stakeholder yang dimaksud adalah pemerintah daerah, pihak yang
memiliki sarana transportasi masyarakat lokal yang bekerja sama dalam membangun
perekonomian daerah. Salah satu rute penyeberangan yang turut membangun ekonomi daerah
adalah rute transportasi laut dari Kecamatan Maligano menuju Kota Raha di Kabupaten Muna
untuk memindahkan orang dan barang.

Di mana usaha transportasi laut yang beroperasi terdiri dari 1 unit kapal motor dan 4 buah speed
boat yaitu KM Rembulan, Maligano Start, Satria Jaya Saniava, Prima Dona, Lintas Samudra.
Adapun kapasitas atau daya tampung masing-masing untuk KM Rembulan memuat kurang lebih
120 orang, dimana tarif penumpang perorangnya Rp. 17.000,- sedangkan speed mempunyai
kapasitas atau daya tampung kurang lebih 100 orang, dengan tarif perorangnya Rp. 20.000,- serta
kecapatan waktu yang ditempuh KM Rembulan dan speed kurang lebih satu jam. Adapun jumlah
penumpang dalam setiap tahun berubah-ubah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

Dengan dikembangkannya pembangunan pelabuhan Maligano serta ditingkatkannya jumlah unit


kendaraan yang beroperasi di pelabuhan Maligano yang telah menunjang dalam mempercepat
penyeberangan barang dan jasa dari Kecamatan Maligano menuju Kota Raha, maka akan
membantu percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Kecamatan Maligano sehingga hal ini
menarikpeneliti untuk melakukan penelitian peranan transportasi laut dalam menunjang arus
barang dan orang di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

36
2. Kajian Teori

Konsep Transportasi

Transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah
lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi transportasi berarti mengangkut atau
membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Transportasi seperti
itu merupakan suatu jasa yang diberikan guna memuat barang atau orang untuk dibawa dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Abbas Salim (2006) mengemukakan bahwa transportasi adalah
kegiatan pemindahan barang muatan dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Sakti Adji Adisasmita (2012) mengemukakan bahwa trasportasi adalah sarana penghubung atau
yang menghubungkan antara daerah produksi dan pasar, atau dapat dikatakana pendekatan
daerah produksi dan pasar atau sering kala dikatakan menjembatani produsen dan konsumen.
Siregar (2012) mengemukakan bahwa kegiatan pengangkutan dapat terlaksana jika terpenuhi
hal-hal: (1) Ada barang atau jasa atau orang yang diangkut; (2) Tersedianya kendaraan sebagai
alat angkutan; dan (3) Adanya jalan raya tempat melintasnya kendaraan angkutan. Menurut
Raharjo Adisasmita (2010) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan.

Dalam kegiatan transportasi diperlukan empat komponen yakni : tersedianya muatan yang
diangkut, terdapatnya kendaraan sebagai sarana angkutannya, adanya jalan yang dapat dilaluinya
dan tersedianya terminal. Fungsi transportasi memegang peranan pening dalam usaha mencapai
tujuan pengembangan ekonomi dalam suatu bangsa. Adapun tujuan pengembangan ekonomi
yang bisa diperankan oleh jasa transportasi adalah : (Burhanuddin, 2003).

a. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan para
konsumen, industri dan pemerintah.
b. Mengembangkan indusri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensupply
pasaran dalam negeri.
c. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat. Arah dan
kebijakan pembangunan transportasi laut dilaksanakan fungsi yaitu antara lain :
(Tamin,2000)

37
 Meningkatkan peran armada pelayaran nasional, baik untuk angkutan dalam negri
maupun ekspor-impor dengan memberlakukan azas cabatage. Untuk itudiperlukan
dukungan perbankan dalam penyediaan kredit murah bagi peremajaan armada.
 Mengurangi bahkan menghapus pungutan-pungutan tidak resmi di pelabuhan,
sehingga tarif yang ditetapkan otoritas pelabuhan tidak jauh berbeda dengan biaya
yang secara riil dikeluarkan pengguna jasa kepelabuhan, melalui peningkatan
kordinasi bagi semua instansi yang terkait dalam proses bongkar muat barang.

Sedangkan menurut Widyahartono (1986) bahwa manfaat transportasi laut adalah sebagai
berikut:

a. Transportasi laut merupakan jangkauan terhadap sumber yang dibutuhkan suatu daerah
dan memungkin digunakan sumber yang lebih murah ataupun lebih tinggi mutunya.
Sebagai tambahan barang yang tidak bisa didapatkan di daerah setempat, didapatkan di
daerah lain.
b. Pemakaian sumber daya lebih efisien menyakibatkan timbulnya kekhususan setiap
daerah ataupun pembagian setiap tenaga kerja yang sesuai, yang mengakibatkan
pemahaman jumlah barang yang dikonsumsi, yang berhubungan erat dengan ini adalah
memungkinkan untuk melayani daerah yang luas, sehingga keuntungan ekonomi dalam
skala produksi dapat dimanfaatkan
c. Karena penyaluran barang tidak lagi terbatas pada daerah setempat saja, maka barang-
barang dapat disalurkan dari sumber-sumber alternatif lainnya, apabila sumber yang
biasa dipakai tidak dapat memenuhi semua kebutuhan.

Nasution (2008), mengemukakan bahwa transportasi bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk
mencapai tujuan. Dalam hubungan tersebut, akan dikemukakan peranan transportasi dalam
berbagai aktivitas manusia di tinjau dari tiga aspek yaitu:

 Aspek ekonomi Transportasi adalah bagian dari suatu kegiatan perekonomian karena
dengan transportasi yang lancar dan memadai maka hasil produksi, distribusi dari
berbagai sektor akonomi seperti pertanian, akan lebih mudah dan lancar untuk
dipasarkan (disalurkan). Dengan kata lain alat transportasi merupakan jembatan yang

38
mendekatkan sentra-sentra produksi dengan sentra konsumsi untuk meningkatkan, nilai
guna dan nilai waktu suatu barang dan jasa.
 Aspek sosial budaya Sebagai makhluk sosial, dalam memenuhi kebutuhan tertentu
manusia memerlukan hubungan antar manusia yang satu dengan manusia yang lainnya
yang tentu memerlukan alat transportasi yang murah, mudah, cepat dan menyenangkan,
sehingga bisa saling beriteraksi.
 Aspek politik Transportasi akan mempermudah jaringan aparat pemerintah dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai motifator pembangunan dalam
berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pertahanan, keamanan sehingga dapat
melakukan mobilisasi agar bisa berjalan lancar.

Sutarsih Saleh (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran jasa transportasi adalah:

a. Pendapatan Konsumen Jasa transportasi yang di tawarkan kepada masyarakat sangat


tergantung dari pendapatan masyarakatitu sendiri karena banyak jenis transportasi yang
di sediakan oleh pengusaha untuk kepentingan masyarakat disesuaikan dengan
kemampuan/daya beli masyarakat
b. Tarik Angkutan Faktor lain yang bersangkutan dengan engenaan tarik angkutan dari
pengusaha kepada konsumen/pemakai jasa angkutan, sehingga penentuan tari betu-betul
harus dihitung kelayakan, sehingga pengenaan tarik terjangkau oleh masyarakat yang
meminta jasa transportasi dianggap sebagai tarik wajar dan masyarakat mau meminta
jasa transportsi tersebut
c. Selera konsumen Selera atau keinginan konsumen dalam penggunaan transortasi sangat
bersifat heterogen memerlukan adanya pelayanan yang maksimal.

Sarman (2008) telah meneliti dampak perkembangan transportasi di sungai Konaweeha terhadap
masyarakat Desa Anggoipiu Kecamatan Uipai Kabupaten Konawe, dan menemukan bahwa
dengan adanya transportasi sungai Konaweeha dapat mempemudah arus lalu lintas maupun
komunikasi dengan daerah-daerah aliran sungai lainnya sehingga aktivitas yang berada di daerah
pedesaan tidak merasa ketinggalan khusunya dalam hal perkembngan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Sehingga dalam waktu yang terus berjalan
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempengaruhi atau

39
merubah kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik khususnya dalam kehidupan sosialekonomi,
di mana dalam perkembangan transportasi pada sungai konaweeha tersebut dapat menambah
pendapat masyarakat yang berada tepat pada pesisir Konaweeha.

3. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari
sejumlah informan melalui observasi dan wawancara. Sumber informasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah informan yaitu sebanyak 7 orang dengan rincian sebagai berikut : 1 orang
Camat Maligano (key informan), 2 orang pedagang, 2 orang petani, serta 2 orang pemilik kapal.
Data Sekunder diperoleh dari dokumentasi catatan bongkar muat penumpang/barang dari Kantor
Pelabuhan Maligano. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, dengan bantuan persentase.

4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Jumlah Pedagang

Pelabuhan Maligano merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan penyelenggaraan
transportasi laut dimana tempat beroperasi Kapal KM Rembulan dan Speedboat. Keberadaan
pelabuhan Maligano sebagai titik tumpu kapal dan barang muatan, sungguh sangat diperlukan
dalam menunjang transportasi laut. Dari titik pandang demikian, mutu pelabuhan Maligano turut
menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan perjalanan kapal dalam memindahkan barang dan
penumpang dari Kecamatan Maligano ke tempat ibu kota Kabupaten Muna. Tanpa ketersediaan
fasilitas dan mutu yang baik dipelabuhan,maka kelancaran angkutan laut tidak mungkin dapat
diwujudkan.

Sejalan dengan hal itu, maka pembangunan pelabuhan di Kecamatan Maligano mampu
merangsang kegiatan ekonomi, perdagangan, melalui aktivitas perputaran roda perekonomian,
berbagai jenis usaha akan tumbuh. Dengan pembangunan pelabuhan masyarakat dapat membuka
usaha seperti membangun kios, membangan warung makan, dan ada juga sebagai pedagang
keliling. Dengan pembangunan pelabuhan tersebut maka dapat berdampak positif terhadap
kemajuan perekonomian masyarakat hal ini sesuai dengan hasil wawancawa bersama Camat
Maligano yang dilakukan pada tanggal 16 November sebagai berikut: “kami menyiapkan sarana

40
dan prasarana dipelabuhan dalam rangka memediasi kepentingan pengguna jasa pelabuhan,
sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi pada masyarakat
Kecamatan Maligano, karena dengan dibenahinya pelabuhan maka memberikan ruang kepada
para pedagang untuk bisa melakukan aktifitas jual beli disekitaran pelabuhan” (La Ode
Zafrullah, 36 Tahun).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh suatu informasi bahwa dengan dibenahinya
pembangunan pelabuhan pada Kecamatan Maligano dapat membantu perekonomian masyarakat
Maligano, khususnya para pedagang, baik itu pedagang keliling maupun pedagang yang
mendirikan kios disekitaran pelabuhan. Dengan kata lain bahwa keberadaan pelabuhan dapat
membantu mempermudah perolehan pendapatan bagi mereka yang belum dengan mudah
memperoleh pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat.

Disamping dapat menghemat waktu dalam memperoleh pelayanan kebutuhan bagi konsumen,
juga dapat mempermuda jarak tempuh untuk mendapat pelayanan pemenuhan kebutuhan. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara bersama pedagang pelabuhan pada tanggal 17 November 2015
sebagai berikut: “Dengan dibangunnya pelabuhan maka dapat meningkatkan pendapatan kami,
karena kami merasa bahwa pemerintah telah memberikan kami peluang untuk mengembangkan
usaha kami disekitaran pelabuhan ini. Orang-orang yang dipelabuhan ini juga senang karena
apabila mereka mau belanja sesuatu, mereka tidak perlu jau-jauh harus mencari diluar wilayah
pelabuhan ini karena kami suda menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka itu.”..(Wa
Enga, 27 tahun).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas telah jelas bahwa pembangunan pelabuhan
membuka peluang usaha bagi masyarakat untuk bisa melakukan aktifitas ekonomi sehingga
dapat meningkatkan pendapatan perkapita. Disisi lain dengan adanya usaha-usaha kecil yang
beroperasi disekitaran pelabuhan maka dapat mempermudah konsumen untuk membeli
kebutuhan yang dibutuhkannya tanpa harus mencari lokasi diluar pelabuhan untuk melakukan
transaksi jual beli. Keberadaan pelabuhan Maligano beserta sarana dan prasarananya yang telah
disiapkan dapat mempengaruhi kondisi dan kenyamanan pengguna pelabuhan. Fasilitas yang
disiapkan semestinya dapat senantiasa ditingkatkan sebab perkembangan teknologi yang
semakin maju tidak menutup kemungkinan akan berpotensi untuk menghadirkan angkutan laut
yang lebih canggih dan lebih maju.

41
Jumlah Penumpang Penyeberangan laut rute Maligano-Raha merupakan salah satu rute
pelayaran antar pulau yang dilakukan masyarakat dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Muna sebagai jalur pelayanan yang membantu masyarakat untuk bepekergian atau
berpindah dari Kecamatan Maligano menuju Kota Raha dan sebaliknya. Penumpang yang
menggunakan jalur transportasi laut pada rute Maligano- Raha bukan hanya masyarakat di
Kecamatan Maligano tetapi juga masyarakat luar dari Kecamatan Maligano yaitu masyarakat
dari Buton Utara. Sebelum pengadaan KM. Rembulan dan speed boat jumlah penumpang setiap
tahun masih sangat sedikit dibandingkan dengan setelah pengadaan KM. Rembulan dan speed,
dimana pada tahun 1999 jumlah penumpang 19.615, pada tahun 2000 yaitu 23.176 penumpang
pada tahun 2001 yaitu 23.438 orang, dengan kecepatan waktu yang di tempuh dari Kecamatan
Maligano menuju Kota Raha yaitu 2 jam.

Namun Setelah adanya pengembangan transportasi laut yaitu pengadaan KM. Rembulan dan
speed sebagaimana Tabel 3 menunjukkan jumlah penumpang yang melintasi rute Maligano–
Raha, tahun 2002 mengalami peningkatan bahkan hampir dua kali lipat atau sebesar 93,69
persen. Jumlah penumpang terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya hingga tahun 2012.
Jumlah penumpang pada tahun 2013 mengalami penurunan 5 persen lebih disebabkan oleh cuaca
buruk. Sementara jumlah penumpang pada tahun 2015 juga mengalami penurunan disebabkan
masyarakat masyarakat beralih ke rute lain yaitu Pure-Raha. Tetapi tidak begitu berpengaruh
besar terhadap jumlah perkembangan penumpang karena letak Kecamatan Maligano adalah yang
paling strategis.

Kondisi kegiatan transportasi dengan jumlah penumpang menggambarkan adanya kegiatan


ekonomi yang berlangsung pada masyarakat Maligano yang melakukan transportasi melalui laut
ke Kota Raha. Hal ini menunjukaan bahwa dengan adanya pengembangan transpotasi laut maka
jumlah penumpang yang melintasi Maligano- Raha, semakin bertambah dan kecepatan yang
digunakan untuk melintasi rute ini lebih cepat yaitu kurang lebih 1 jam. Sebagaimana peran
transportasi laut pada umumnya, aktifitas penyeberangan dan pengangkutan barang dari
Pelabuhan Maligano oleh KM Rembulan ke Pelabuhan Laino berjalan lancar. Prosedur
penggunaan jasa telah ditetapkan sesuai standar pelayanan jasa angkutan laut yang tidak
bertentangan dengan aturan pemerintah dan tidak merugikan masyarakat pengguna jasa. Selain
dari KM Rembulan yang melakukan pelayanan transportasi laut, dipelabuhan Maligano juga

42
beroperasi speed boat. Speed boat merupakan alat transportasi laut yang beroperasi pada
Maligano Raha yang lebih canggih dari perahu sebab dilengkapi dengan mesin yang memiliki
kecepatan tinggi sehingga dapat mempermudah jarak dan menghemat waktu tempuh dalam
perjalanan masyarakat pengguna jasa speed boat.

Speed boat yang beroperasi pada pelabuhan Maligano sebanyak 4 unit, dengan jadwal operasi
setiap hari adalah 2 (dua) unit yang beroperasi sekali dalam sehari dan 2 unit lainnya beroperasi
sebanyak 2 (dua) kali dalam sehari. Dengan jadwal penyeberangan yang telah disusun
sedemikian rupa maka dapat mengakomodir setiap kepentingan penyeberangan bagi penumpang
atau pengguna jasa angkutan laut. jumlah kapasitas penumpang minimum bagi speed boat adalah
sebanyak kurang lebih 20 orang dan jumlah kapasistas maksimum sebanyak 100 orang. Hal in
berdasakan hasil wawancara bersama pemilik kapal Speed pada tanggal 15 November 2015
sebagai berikut: “dalam mengangkut penumpang, speed ini kadang-kadang kalau lagi sepi
penumpang yah biasanya kapasitas paling rendahnya itu sebanyak 20 orang dan kalau lagi rame
atau padat itu paling tinggi sebanyak 100 orang dan tidak boleh melebihi kapasitas itu karena
kami lebih mengutamakan keselematan para penumpang. (La harimi, 38 Tahun).

Disamping itu ada juga petikan wawancara bersama ABK Speedboat yang dilakukan wawancara
pada tanggal 16 November 2015 sebagai berikut: “kalau kita menyeberang itu tergantung jumlah
penumpang yang ada. Jumlah speed ini ada empat buah, dan yang berangkat itu sesuai daftar
keberangkatan. Kalau lagi sepi biasanya asal sudah cu kup sesuai kapasitas paling rendah yah
kita berangkat. Kan kalau yang datang belakangan nanti pada speed keberangkatan berikutnya.
Kalaupun padat penumpang yah bisa satu kali berangkat dua speed. (Dirman, 21 Tahun) Dari
hasil dua wawancara tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa apabila speed itu sudah memenuhi
standar keberangkatan sesuai kapasitas, maka segera akan berangkat, sebab jadwal
keberangkatan sudah diatur. Dan apabila bertepatan dengan pengguna jasa angkutan laut itu lagi
padat, maka yang diberangkatkan itu bisa bersamaan lebih dari satu speedboat. Jumlah dan Jenis
Barang yang Diangkut Perkembangan jumlah dan jenis barang serta jumlah kendaraan roda dua
yang di angkut sebelum dan sesudah keberadaan KM rembulan dan speed boat pada rute
Maligano-Raha sajikan pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa setelah adanya pengadaan KM.
Rembulan dan speed jumlah kendaraan dan hasil pertanian yang di angkut semakin meningkat di
mana jumlah kendaraan dari tahun 2002-2014 selalu peningkatan, jumlah kendaraan 2014 yaitu

43
7.825 unit dan pada tahun 2015 menurun menjadi 6.094 unit karena masyarakat menggunakan
rute lain.sedangkan hasil pertanian setiap tahun meningkat di mana pada tahun 2015 paling
tertinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 76 ton karena hasil panen seperti jambu
mete, nilam,pisang dan kopra paling banyak diproduksi, yang didukung oleh musim

5. Penutup

Kesimpulan

Pembangunan pelabuhan dan pengadaan KM. Rembulan dan speed boat berperan terhadap
jumlah pedagang atau jumlah orang yang melakukan aktivitas ekonomi di sekitar pelabuhan,
serta berperan terhadap arus bongkar muat barang dan orang yang dilihat dari bertambahnya
jumlah penumpang serta jumlah dan jenis barang yang diangkutmelalui rute Maligano-Raha
karena masyarakat semakin mudah untuk melakukan aktifitas penyeberangan.

C. Ringkasan Isi Artikel 3


1. Pendahuluan

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.058 pulau dengan total wilayah
735.355 mil persegi dimana wilayah Indonesia dua pertiganya merupakan daerah perairan dan
laut yang menjadikan negara Indonesia sebagai negara maritim. Oleh karena itu transportasi laut
mempunyai peran yang sangat penting di Indonesia. Tidak hanya sebagai alat penghubung dari
satu wilayah ke wilayah yang lain, lebih dari itu sebagai alat angkut perdagangan nasional
maupun internasional. Dengan kondisi tersebut transportasi laut sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional perlu dikembangkan dengan baik dan benar untuk menunjang pertumbuhan
perekonomian. Jika transportasi laut terganggu maka perekonomian nasional juga akan ikut
terganggu. Saait ini menurut Kementerian Perhubungan, Indonesia memiliki 2.392 pelabuhan
resmi dan lebih banyak lagi pelabuhan tidak resmi (1 pelabuhan setiap 40 kilometer).

Kurang diperhatikannya transportasi laut ini, dalam beberapa tahun sering terjadi kecelakaan
kapal yang mengakibatkan korban materi dan jiwa. Padahal kalau pemerintah dan aparat yang
berwenang betul betul memperhatikan masalah-masalah yang sering timbul pada transportasi
laut, mungkin kejadiaan kejadiaan tersebut dapat diperkecil resikonya. Kejadiaan kejadian
tersebut juga banyak kita temui juga di kapal kapal penumpang padahal fungsi transportasi ini

44
sangatlah penting untuk mobilitas penduduk yang ada di pulau yang ingin berkunjung ke pulau
seberang baik untuk berkunjung atau berdagang.

Pulau Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 150 kilometer sebelah
utara Pulau Jawa. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi
Jawa Timur dengan memiliki 2 kecamatan didalmnya, yakni Kecamatan Tambak dan Kecamatan
Sangkapura. Pada wilayah Gresik-Pulau Bawean, moda transportasi laut merupakan satu-satunya
moda yang melayani jasa penyeberangan baik untuk penumpang maupun barang.
Ketergantungan wilayah Bawean dapat diperlihatkan dari pergerakan penumpang dan barang
pada daerah Pulau Jawa khususnya Kabupaten Gresik.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah saat ini dapat disadari bersama bahwa salah satu tolok ukur
keberhasilannya adalah apabila masing-masing daerah mampu meningkatkan kualitas pelayanan
publik. Oleh karena itu berbagai prosedur maupun mekanisme dalam pelayanan yang sudah
berjalan hingga sekarang perlu dilakukan peninjauan dan pembenahan. Secara teoritis
pelaksanaan otonomi daerah diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik,
ukuran paling nyata keberhasilan otonomi daerah dalam kerangka kemajuan kebebasan
(Development for Freedom) dan kebebasan berkemajuan (Freedom for Development) adalah
terciptanya suatu inovasi. Menilai kemajuan otonomi daerah dalam ukuran inovasi berarti
menilai seberapa jauh kebebasan yang dimiliki daerah mampu mendorong munculnya suatu
program, kebijakan serta gagasan lokal yang cerdas dan khas serta bersungguh-sungguh dalam
mensiasati setiap bentuk keterbatasan atau mengoptimalkan setiap bentuk keunggulan yang
dimiliki daerah (Sobari, 2004:7).

Melihat arus penumpang yang terjadi dan hanya memiliki satu trayek yaitu Gresik-Pulau
Bawean, bisa dikatakan Pelabuhan Gresik adalah Pelabuhan yang ramai akan penumpang.
Tercatat arus penumpang disana selalu diatas 30.000 orang tiap tahunnya. Banyak hal yang
membuat arus penumpang di Pelabuhan Gresik begitu ramai dikarenakan kebutuhan masyarakat
Bawean sebagian dipasok dari daerah Gresik, seperti bahan pangan dan bahan bakar.

2. Kajian Teori

Sesuai dengan kenyataan di lapangan, maka kualitas pelayanan publik pada pelayanan jasa
transportasi laut khususnya penyeberangan kapal penumpang trayek Gresik-Bawean di

45
Pelabuhan Gresik akan dianalisis dengan menggunakan elemen tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, dan emphaty.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Alasan peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti menilai bahwa fenomena yang menjadi
pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai kualitas pelayanan penumpang di Pelabuhan
Gresik telah memperoleh pemahaman secara mendalam dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif.
Lokus dari penelitian yang menggambarkan kualitas pelayanan penumpang di Pelabuhan Gresik
ini mengambil lokus penelitian di Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik. Penentuan informan
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sementara pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data dan menarik
kesimpulan. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber data.

4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Realiability

Reliability merupakan kemauan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan
dengan tepat. Indikator ini menyebutkan bahwa pelanggan menginginkan kepastian ketersediaan
kapal dan jadwal keberangkatan dalam memberikan pelayanan.

Tidak ada masalah berarti untuk keberangkatan kapal. Semua sudah terjadwal dan memang harus
mengikuti aturan yang ada. Kalaupun ada, seringnya karena faktor alam yang memang tidak bisa
diprediksi. Kalau soal jadwal kedatangan kapal bergantung pada ombak di laut karena ombak
bisa memperlambat ataupun mempercepat jalannya kapal sampai tujuan.

Dari pengumpulan data yang dilakukan dijelaskan bahwa dalam melaksanakan ketepatan dalam
memberikan pelayanannya sudah baik. Hal ini dapat diukur dengan kinerja dari awak kapal yang
sesuai dengan apa yang diperintahkan maka ketepatan waktu dapat dicapai. Menurut C.L
Littlefield dan kawan-kawan, yang garis besarnya adalah bahwa standar waktu dapat ditetapkan

46
pada waktu dilakukan pengukuran kinerja karena memang dalam pengukuran kinerja termasuk
pengukuran waktu yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan (Moenir, 2001:20).

Responsiveness

Setiap pegawai dalam memberikan bentuk-bentuk pelayanan, mengutamakan aspek pelayanan


yang sangat mempengaruhi perilaku orang yang mendapat pelayanan, sehingga diperlukan
kemampuan daya tanggap dari pegawai untuk melayani masyarakat sesuai dengan tingkat
penyerapan, pengertian, ketidaksesuaian atas berbagai hal bentuk pelayanan yang tidak
diketahuinya. Hal ini memerlukan adanya penjelasan yang bijaksana, mendetail, membina,
mengarahkan dan membujuk agar menyikapi segala bentuk-bentuk prosedur dan mekanisme
kerja yang berlaku dalam suatu organisasi, sehingga bentuk pelayanan mendapat respon positif.

Untuk menciptakan sosok birokrasi pemerintahan yang responsive terhadap kebutuhan-


kebutuhan dan aspirasi masyarakat, dinamika dalam menjalankan fungsi maupun tugas negara,
merupakan modal birokrasi yang dibutuhkan dalam kerangka pemerintah yang berorientasi
pelayanan (customer drive government). Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Santoso bahwa fungsi utama birokrasi adalah pelayanan langsung kepada masyarakat. Untuk itu
permintaan pengguna jasa angkutan kapal penyeberangan penumpang sangat dibutuhkan untuk
melakukan adanya suatu perubahan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pengguna jasa
itu sendiri.

Assurance

Assurance (jaminan) adalah kemampuan dan keramahan serta sopan santun aparat dalam
meyakinkan kepercayaan konsumen. Kepastian atau jaminan yang dimaksud adalah pengetahuan
dan perilaku (kesopanan) aktor pelayanan administrasi dan kemampuan memberikan
kepercayaan kepada pelanggan. Terkait dengan penelitian ini, peneliti mencoba mencari tahu
bagaimana masyarakat mengetahui dan memahami prosedur yang ada dalam pelaksanaan
pelayaran kapal ke Bawean.

Selain dari performance tersebut, jaminan dari suatu pelayanan juga ditentukan dari adanya
komitmen organisasi yang kuat, yang menganjurkan agar setiap pegawai memberikan pelayanan
secara serius dan sungguh-sungguh untuk memuaskan orang yang dilayani. Bentuk jaminan yang

47
lain yaitu jaminan terhadap pegawai yang memiliki perilaku kepribadian (personality behavior)
yang baik dalam memberikan pelayanan, tentu akan berbeda pegawai yang memiliki watak atau
karakter yang kurang baik dan yang kurang baik dalam memberikan pelayanan (Margaretha,
2003:201).

Jaminan pelayanan selain proses yang cepat, juga mengenai jaminan tarif tiket kapal. Dimana
informasi tarif sudah ditetapkan secara fixed dan kenaikan pada hari tertentu yang mengalami
kenaikan. Terkait dengan tarif khusus pelajar, banyak yang berpendapat bahwa hal tersebut
sangat baik dan tentu membantu untuk menekan pengeluaran mengingat pelajar belum
berpenghasilan dan layak untuk disubsidi.

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam performance petugas sudah baik
karena mereka ramah terhadap penumpang dan kadangkala membantu penumpang dalam
pelayanannya. Namun soal jaminan pelayanan khususnya tiket, penumpang kurang puas
dikarenakan memberatkan calon penumpang yang hendak ke Bawean dengan tidak bisa
dipastikan ketersediaan tiket dan cara mendapatkan tiket yang dirasa menyusahkan karena tidak
menerapkan sistem online. Untuk soal tarif khusus buat pelajar hendaknya Dinas Perhubungan
Kabupaten Gresik mengkaji ulang kebijakannya karena membuat permasalahan di lapangan
menjadi rumit tanpa solusi yang jelas. Apabila dikaitkan dengan pendapat Parasuraman, maka
kemampuan dan kesopanan, serta kemudahan dalam proses pelayanan sudah sesuai dengan
pengetahuan, kemampuan, kesopanan.

Empathy

Empathy yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari aparat terhadap konsumen seperti
kemudahan dalam melakukan hubungan antar pengguna jasa dan petugas. Secara umum adalah
bagaimana petugas dapat merasakan kebutuhan penumpang kapal akan pelayanan yang cepat,
mudah dan murah.

Selain sikap yang ramah yang ditunjukan, petugas juga cukup sering mendekatkan diri kepada
penumpang yang sekiranya kebingungan ataupun butuh pertolongan. Namun perhatian yang
yang diberikan oleh petugas tidak semua dinikmati oleh penumpang, hal ini dikarenakan jumlah
petugas yang di lapangan minim sedangkan penumpang jumlahnya banyak. Ini tentu sulit bagi
petugas dalam memberikan pelayanannya.

48
5. Penutup

Kesimpulan dan Saran

Tingkat kualitas pelayanan kapal penumpang trayek Gresik-Bawean di Pelabuhan Gresik dilihat
dari aspek:

 Tangible: Persepsi pelanggan pada kualitas pelayanan dinilai dari bukti langsung atau
bukti fisik termasuk fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses
pelayanan jasa dalam kategori cukup baik dimana keadaan kapal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan kepuasan terhadap penumpang. Beberapa bagian perlu
perhatian ekstra seperti ruangan yang bau dan kotor.
 Reliability: Dalam proses pelayanannya terutama keberadaan kapal sebagai akses
penghubung menuju Bawean sudah baik. Ini dikarenakan setiap hari ada kapal yang
siap melayani masyarakat yang akan menuju Bawean. Kendala seperti keterlambatan
kapal karena faktor eksternal seperti cuaca yang tidak mendukung dapat dimaklumi oleh
penumpang.
 Responsiveness: Dari segi kemauan dan kesiapan pelayanan, petugas disini baik dari
Dinas Perhubungan maupun awak kapal cukup baik. Awak kapal siap siap untuk
menampung dan menyaring permintaan pelanggan terkait dengan pelayanan.
Kekurangan disini hanyalah jumlah petugas yang minim sehingga kurang mencakup
semua penumpang.
 Assurance: Persepsi pelanggan dilihat dari pelayanan dari indikator jaminan termasuk
dalam kategori buruk. Ini dilihat dari susahnya calon penumpang untuk mendapatkan
tiket kapal karena sistem yang berjalan hanya manual, sedangkan mayoritas penumpang
adalah masyarakat Bawean yang dari luar kota atau pulau. Harus ada langkah kongkret
untuk menjawab keluhan masyarakat karena tidak adanya jaminan untuk mendapatkan
tiket kapal.
 Empathy: Dengan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan seperti petugas berupaya
mendekatkan diri kepada penumpang dengan berada diantara penumpang untuk
dimintai tolong, kualitas pelayanan dari indikitator ini cukup baik.

49
Melihat kesimpulan diatas dapat diberikan saran guna meningkatkan kualitas pelayanan jasa
angkutan laut penyeberangan kapal penumpang trayek Gresik-Bawean di Pelabuhan Gresik
sebagai berikut:

 Memperhatikan kembali keadaan ruangan agar tetap bersih, wangi, dan tertib agar
penikmat jasa merasa nyaman. Memanjakan penikmat jasa dengan melengkapi fasilitas.
 Memiliki kapal sendiri ataupun bermitra dengan perusahaan kapal yang mampu
menyediakan kapal yang bisa beroperasi pada saat ombak tinggi. Menambah jumlah
petugas di lapangan agar bisa melayani masyarakat yang ingin bertanya ataupun
mendapatkan info terkait dengan penyeberangan.
 Segera menerapkan sistem online terkait dengan penjualan tiket.
 Mengadakan peatihan untuk meningkatkan kinerja petugas

50
BAB IV

EVALUASI ARTIKEL HASIL KAJIAN ILMU POLITIK BIDANG KEBIJAKAN


PUBLIK TENTANG JASA PENGANGKUTAN LAUT

A. Evaluasi Artikel 1

Dalam jurnal yang kami riview ini berjudul tentang Peran Angkutan Laut dalam Meningkatkan
Distribusi Ternak Sapi Potong dari Daerah Produsen ke Wilayah Konsumen dalam jurnal ini
penulis memakai peran ekspedisi angkutan laut Ekspedisi laut merupakan lembaga bisnis yang
bergerak dalam bidang jasa pengantar barang dari tempat asal barang sampai ke tempat tujuan.
Lembaga ini tidak saja dapat memperlancar usaha pengiriman barang dari suatu tempat asal
barang ke tempat tujuan barang, akan tetapi juga merupakan lembaga yang mampu
menjembatani antara pengguna jasa angkutan dan pemilik sarana angkutan kapal laut.

Dalam jurnal ini banyak di jelaskan tentang peranan-peranan ekspedisi angkutan laut, yang
bukan hanya membantu untuk mengantarkan ternak-ternak di daerah konsumen saja. Tetapi
Kegiatan tranportasi ternak sapi potong lewat laut dengan menggunakan kapal, maka peran jasa
ekspedisi menjadi penting artinya. Lembaga ini merupakan lembaga yang bergerak dalam jasa
pengiriman barang, dimana sejak ternak mulai keluar dari karantina dan masuk ke kapal hingga
turun ke pelabuhan tujuan bahkan sampai ke alamat tujuan, maka peran jasa ekspedisi sangat
penting.

Kaitannya dengan pengiriman ternak sapi potong, disamping mengantarkan ternak dari
pelabuhan asal sampai ke pelabuhan tujuan ternak, lembaga ekspedii bertangung jawab terhadap
keselamatan barang selama dalam perjalanan. Dalam kenyataannya, usaha ekspedisi dapat
merangkap sebagai pengusaha kapal dan memiliki kapal sendiri disamping dapat menggunakan
kapal milik perusahaan lain, disamping perusahaan ini biasanya juga memiliki gudang sendiri
bahkan armada angkutan truk dan container. Dimana kontainer yang digunakan berupa container
kering (dry container) maupun container basah (rifer container).

Jurnal ini sudah sangat relevan antara judul jurnal dengan isi jurnal, tetapi hanya saja
ketidaksinambungan antara kajian teori dengan isi maupun judul jurnal, tulisan yang digunakan
dalam penulisan jurnal ini sudah sangat bagus dan jelas, kata demi kata yang tidak ada

51
pengulangan menjadikan pembaca dapat mengerti dan paham arti dan maksud jurnal tersebut,
dari mulai kita membaca abstrak kita bisa langsung mengerti kemana arah jurnal tersebut dan
akan berbicara tentang apa jurnal tersebut. Banyak juga pendapat para ahli yang di sajikan
penulis dalam jurnal ini, juga tidak kalah tentang argument-argument penulis yang di cantumkan
dalam jurnal tersebut sehingga memperkuat junal tersebut, sehingga pembaca menjadi yakin aka
nisi jurnal yang di sampaikan oleh penulis.

Dalam referensi lain atau dalam jurnal lain kami temukan strategi dalam pengembangan usaha
jasa angkutan laut yaitu dengan menggunakan metode Analisa Kondisi Lingkungan Internal,
yaitu:

1. Pemasaran Di dalam fungsi manajemen terdapat 7 fungsi dasar dalam pemasaran yaitu:
analisis pelanggan, penjualan produk/jasa, perencanaan produk barang/jasa, Harga,
Distribusi, Riset pemasaran, Analisis peluang.
2. Keuangan Pengelolaan keuangan tertata dengan baik berupa buku besar, arus kas,
laporan laba rugi. Di bagian keuangan sudah ada staff ahli pada bidangnya, sudah ada
pengelolaan dana untuk jangka panjang.
3. Produksi dan Operasional
4. Sumber Daya Manusia

Analisis Kondisi Lingkungan eksternal yaitu:

1. Persaingan Antar Sesama Industri Sekarang ini persaingan sangat ketat sekali sehingga
semua usaha sedang berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan peluang yang ada di
masyarakat
2. Ancaman Masuknya Pesaing Baru Untuk masuk ke dalam usaha ekspedisi, tentunya
dibutuhkan modal yang cukup besar dan juga diperlukan pengalaman yang matang.
Tidak mudah untuk memulai usaha dalam bisnis ini dan juga tidak mudah untuk
bertahan dalam persaingan.
3. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Satu-satunya jalur tercepat dan termurah yang
melayani rute pengiriman adalah jalur laut. Oleh karena itu kecil kemungkinan muncul
produk pengganti. Jika kosumen memilih ekspedisi lain yang menggunakan jalur darat

52
maka, harga yang dikeluarkan juga lebih mahal dan waktu yang dibutuhkan juga lebih
lama.
4. Kekuatan tawar-menawar pemasok Pada usaha pelayaran seperti ini yang dimaksudkan
pemasok adalah perusahaan galangan kapal yang memproduksi kapal dan juga tongkang
yang diinginkan, kekuatan tawar yang diberikan bisa dengan pemberian bunga kecil
bagi perusahaan yang ingin membeli dengan sistem angsuran, bisa juga dengan
membuat kapal dengan memberikan keuntungan-keuntungan seperti pemilik perusahaan
bisa menanamkan modal di tiap kapal yang di bangun sehingga harga kapal bisa lebih
murah.
5. Kekuatan tawar-menawar konsumen
6. Politik Faktor politik dapat diketahui dari adanya kondisi politik dalam negeri dan
kondisi politik luar negeri.
7. Ekonomi Dalam website www.bi.go.id Bank Indonesia memberikan laporan bahwa
tingkat inflasi bulan Novembertahun 2016 sudah mencapai 3,58%. Sebelumnya pada
tahun 2012 tingkat inflasi Indonesia sebesar 3,4 %. Dengan adanya sasaran inflasi yang
naik dari tahun sebelumnya, pengaruh inflasi bagi perusahaan sangatlah berpengaruh
dan berasa.
8. Sosial Faktor-faktor budaya yang berpengaruh terhadap perusahaan seperti budaya
sopan santun,tata krama, saling menghargai antara bawahan dan atasan agar sebagai
pemimpin selalu terjaga dan kegiatan pelaksanaan tugas tetap terlaksana dengan
sistematis. Dampaknya tentu saja karyawan akan mengikuti gaya pemimpin sehingga
pemimpin harus bisa memberikan contoh yang baik kepada bawahan.
9. Teknologi

Jadi tampak perbandingan antar kedua jurnal yang sama-sama membahas tentang kebijakan
public tentang jasa pengangkutan laut, walaupun sama judul tapi berbeda isi, dalam jurnal
pembanding ini lebih menekankan pada strategi pengembangan jasa angkutan lautnya, jika kita
riview dari penulisan jurnal pembanding ini sudah sangat relevan keterkaitan judul jurnal dengan
isi jurnal, dan menurut kami sudah cocok jika analisa kondisi lingkungan internal dan analisa
kondisi lingkungan eksternal di terapkan dalam strategi pengembangan jasa angkutan laut. Kata
demi kata yang tidak ada pengulangan sehingga pembaca mudah memahami atau mengerti
maksud dari jurnal tersebut. Tulisan jurnal yang jelas sehingga mudah untuk membacanya.

53
B. Evaluasi Artikel 2

Dalam jurnal yang kami riview ini berjudul Tentang Studi Tentang Pelayanan Jasa Pt. Asdp
Indonesia Ferry Dipelabuhan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. Kajian teori yang di
pakai dalam penulisan jurnal ini ialah:

1. Pelayanan
2. Pelayanan public
3. Defenisi pelayanan public
Dan dalam Defenisi Pelayanan Publik ini KepMen PAN No. 58 Tahun 2002
mengelompokan beberapa 3 (tiga) jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta
BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut didasarkan pada ciri-ciri dan sifat
kegiatan serta produk pelayanan yang dihasilkan yaitu:
 Pelayanan Administratif
 Pelayanan barang, dan
 Pelayanan jasa
4. Undang-undang pelayanan
5. Pelabuhan
6. Jasa

Serta dalam pembahasan jurnal ini, dengan judul pelayanan jasa Pt. Asdp Indonesia Ferry
Dipelabuhan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara, memakai cara tentang jasa angkutan dan
jasa pelabuhan atau jasa dermaga. Jasa angkutan terbagi lagi membagi jasa angkutan dalam dua
mekanisme, diantanya :

1. Angkutan Penumpang
2. Angkutan Kendaraan dan ada juga prosedur-prosedur pelayanan untuk angkutan
penumpang dan angkutan kendaraan di pelabuhan penajam; Prosedur Pelayanan Untuk
Kedatangan Penumpang dari Kapal, prosedur pelayanan keberangkatan penumpang,
kendaraan untuk penumpang dan Kendaraan barang dan kendaraan angkutan alat berat

Dengan kita mengetahui faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Kelancaran Pelayanan Jasa
PT. ASDP Indonesia Ferry di Pelabuhan Penajam. Dengan adanya ketiga mekanisme ini
berharap pelayanan jasa Pt. Asdp Indonesia Ferry Dipelabuhan Penajam Kabupaten Penajam

54
Paser Utara. Dapat terlayani dengan baik. Dalam sistematika penulisan jurnal, relevansi antara
judul jurnal dengan isi jurnal sudah sangat relevan, dan berkesinambungan antara kajian teori
dengan judul jurnal maupun isi jurnal sudah bagus, tidak adanya pengulangan kata dalam jurnal
tersebut sehingga memudahkan pembaca untuk memahami isi jurnal, tulisan jurnal juga sangat
rapi dan tinta yang di gunakan juga sudah jelas dan terang, secara keseluruhan jurnal tersebut
sudah bagus.

Dalam referensi lain jurnal yang berjudul Analisis Komponen Biaya Dan Tarif Angkutan
Penyeberangan Dengan Simulasi Model Dinamis Pada Angkutan Lintasan Sibolga–Teluk Dalam
Pt. Asdp Indonesia Ferry (Persero). Jurnal ini lebih menekankan pada biaya dan tarif angkutan
penyebrangannya Mekanisme menentukan tarif komersial menggunakan total komponen biaya
yang digolongkan sesuai objek dan perilaku biaya dibanding dengan total satuan unit produksi
yang dihasilkan muatan angkutan lintas Sibolga-Teluk Dalam. Pengembangan skenario
didasarkan pada keadaan lingkungan (faktor eksternal) dan didalam perusahaan (faktor internal)
yang kerap dialami oleh perusahaan angkutan penyeberangan, yaitu tuntutan peningkatan
kesejahteraan karyawan, kemungkinan adanya pemberian atau pencabutan subsidi oleh
pemerintah dan adanya fluktuasi harga BBM yang mempengaruhi biaya operasional.

Peningkatan biaya BBM dan gaji pegawai akan meningkatkan biaya total operasional sehingga
laba tidak tercapai melainkan merugi. Untuk mengurangi dampak kerugian lebih besar lagi dapat
direspon dengan cara menaikkan tarif jasa pelayanan, namun proses pengajuan usulan
penyesuaian tarif ke pemerintah memerlukan pertimbangan yang matang, karena masyarakat
akan merasa keberatan dengan adanya kenaikan tarif dan hal tersebut juga tidak akan
mengurangi jumlah produksi secara signifikan.

Dalam jurnal ini penulis banyak menggunakan pendapat-pendapat para ahli yang semakin
memperkuat tulisannya, juga tidak kalah penulis juga menyampaikan argument-argument di
dalam jurnal tersebut, secara keseluruhan sistematika yang buat oleh penulis sudah sangat bagus
tulisan yang rapi, tinta yang terang, serta tidak adanya pengulangan kata demi kata dalam
penulisan jurnal ini, sehingga pembaca mudah untuk mengertinya.

55
BAB V

EVALUASI ARTIKEL HASIL PENELITIAN KAJIAN ILMU POLITIK BIDANG


KEBIJAKAN PUBLIK TENTANG JASA PENGANGKUTAN LAUT

A. Evaluasi Artikel 1

Dalam jurnal riview kami yang berjudul Analisis Keselamatan Transportasi Penyeberangan Laut
Dan Antisipasi Terhadap Kecelakaan Kapal Di Merak-Bakauheni, jurnal ini lebih menekankan
pada keselamatan transportasi penyebrangan laut dengan memakai tinjauan pustaka tentang
Tinjauan Peraturan Dalam UU Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dan tinjauan pelabuhan
penyebrangan, dengan memakai metode deskriptif analisis dengan teknik pengumpulan data
berupa penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian di lapangan dengan
melakukan survey langsung ke kapal di Merak dan Bakauheni. Hasil yang diharapkan dengan
penelitian ini adalah dapat menginventarisasi standar keselamatan transportasi penyeberangan
laut di kapal khususnya pelabuhan Merak dan Bakauheni sehingga dapat diformulasikan
rekomendasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan di kemudian hari.

Dan di dalam jurnal ini juga penulis menyampaikan Upaya-Upaya Menekan Terjadinya
kecelakaan kapal adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan pemeriksaan daya muat kapal sehingga kapal tidak berlayar dengan muatan
yang melebihi kapasitas daya angkut
b. Peningkatan pelaksanaan uji petik terhadap kapal
c. Pengaktifan pemantauan dan monitoring kapal melalui radio pantai
d. Peningkatan patroli laut di kawasan yang rawan kecelakaan
e. Peningkatan latihan dan simulasi kondisi emergency secara berkala di atas kapal
f. Penyuluhan keselamatan pelayaran kepada stakeholder dan masyarakat pengguna jasa
g. Peningkatan kampanye keselamatan pelayaran.

Dalam referensi lain atau jurnal lain yang berjudul tentang Model Pemilihan Moda Angkutan
Penumpang Kapal Roll On Roll Off (Pt.Asdp) & Kapal Cepat (Swasta) Rute Singkil-Sinabang,
lebih menekankan pada model pemilihan kapal yang berasal dari Pt. Asdp dengan kapal Roll of
Roll atau kapal cepat milik swasta, dan penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku

56
perjalanan pengguna transportasi laut yakni Kapal Laut yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis karakteristik pengguna Kapal Roll on roll off dan Kapal Cepat rute Singkil-
Simeulue dan melihat preferensi pemilihan moda akibat perubahan biaya perjalanan, waktu
perjalanan, frekuensi perjalanan, jadwal keberangkatan, kenyamanan kapal, dan
keamanan/keselamatan kapal. Yaitu, apakah pemilihan Kapal lebih dipengaruhi oleh perubahan
biaya, waktu, frekuensi, jadwal keberangkatan, kenyamanan, atau keamanan. Kegiatan penelitian
yang dilakukan meliputi survei awal dan survei utama yaitu melalui pembagian kuesioner yang
disusun dengan metode stated preference.

B. Evaluasi Artikel 2

Dalam riview jurnal kali ini berjudul tentang Peranan Transportasi Laut Dalam Menunjang Arus
Barang Dan Orang Di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna, yang memakai kajian literature
tentang konsep transportasi, dan Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Transportasi dengan
metode Penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari
sejumlah informan melalui observasi dan wawancara. Sumber informasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah informan yaitu sebanyak 7 orang.

Dan jurnal ini juga memiliki kesimpulan dari seluruh hasi dalam pembahasan jurnal ini ialah
Pembangunan pelabuhan dan pengadaan KM. Rembulan dan speed boat berperan terhadap
jumlah pedagang atau jumlah orang yang melakukan aktivitas ekonomi di sekitar pelabuhan,
serta berperan terhadap arus bongkar muat barang dan orang yang dilihat dari bertambahnya
jumlah penumpang serta jumlah dan jenis barang yang diangkutmelalui rute Maligano-Raha
karena masyarakat semakin mudah untuk melakukan aktifitas penyeberangan.

Dalam referensi lain atau jurnal lain yang berjudul tentang Analisa Pengelolaan Operasional
Ekspedisi Angkutan Laut Pada Pt. Karunia Utama Asia Timur. Dan dalam penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengelolaan operasional pada PT. Karunia Utama Asia Timur.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Penentuan narasumber dilaksanakan
dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara semi-
terstruktur, kemudian data dianalisis melalui 3 tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan & verifikasi. Uji validitas data menggunakan teknik uji triangulasi
sumber.

57
Serta hasil dari keseluruhan pembahasan dalam jurnal ini ialah penelitian ini menunjukkan
bahwa pengelolaan operasional yang dilaksanakan oleh PT. Karunia Utama Asia Timur sudah
dilakukan dengan baik mulai dari perencanaan operasional, penjadwalan operasional, sampai
dengan kontrol operasional. Semua kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan standar
operasional yang ada di perusahaan. Diharapkan PT. Karunia Utama Asia Timur dapat
meningkatkan kualitas layanan dan dapat menjaga kekonsistenan layanan mereka.

C. Evaluasi Artikel 3

Dalam jurnal yang kami riview ini yang berjudul tentang Kualitas Pelayanan Transportasi Publik
(Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelayanan Kapal Penumpang Trayek Gresik - Bawean di
Pelabuhan Gresik), jurnal ini lebih menekankan pada kualitas pelayanan transportasi public, dan
jurnal dalam jurnal ini untuk melihat bagaimana kualitas transportasinya memakai pendekatan
Tangible, reability, Responsiveness, assurancces, dan Empathy dan dalam jurnal ini memakai
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Alasan peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti menilai bahwa fenomena yang menjadi
pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai kualitas pelayanan penumpang di Pelabuhan
Gresik telah memperoleh pemahaman secara mendalam dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Lokus dari
penelitian yang menggambarkan kualitas pelayanan penumpang di Pelabuhan Gresik ini
mengambil lokus penelitian di Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik. Penentuan informan
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sementara pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data dan menarik
kesimpulan. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber data.

Dalam referensi lain atau jurnal lain yang berjudul tentang Pelayanan Transportasi Laut Di Pulau
Panjang Kota Batam Dalam Kerangka Good Governance, dalam jurnal ini lebih menekankan
pada pelayanan transportasi laut, adapun konsep teori yang digunakan dalam penulisan jurnal ini
memakai konsep dari good governance yang memiliki karakteristik Participation, rule of law,
Transparency, Responsiveness, consensus orientation, Equity, Effectiveness and efficiency,

58
accountability, dan Strategic vision. Dengan jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang hanya memaparkan dari hasil wawancara
secara ilmiah dan suatu gejala-gejala yang ada dengan apa adanya pada saat sekarang.

Dan hasil penilitian dalam jurnal ini ialah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan
transportasi laut di Pulau Panjang bergerak karena adanya interaksi dari ketiga aktor yang
terlibata pertama, pemerintah yaitu Dinas Perhubungan yang menyediakan alat-alat keselamatan
dan Dinas Pendidikan sebagai aktor yang terlibat dalam pemberian bantuan biaya transportasi
siswa Pulau Panjang yang merupakan penumpang utama transportasi tersebut. Kedua, pihak
swasta yaitu pemilik transportasi laut yang menyediakan transportasi laut tersebut. Ketiga,
masyarakat Pulau panjang selaku penumpang dan penikmat jasa transportasi laut tersebut.

Jika dilihat dari prinsip good governance responsivitas pemerintahnya memang sudah ada namun
tidak berkelanjutan dan tidak ada pengawasan dari pihak pemerintah da partisipasi masyarakat
yang masih sangat rendah sehingga aspirasi-aspirasi mereka tidak disampaikan kepada
pemerintah serta sarana transportasi yang dimiliki pihak swasta juga belum efektif dan efisien
untuk dijadikan sarana transportasi masyarakat. kesimpulan dari penelitian ini bahwa interaksi
dari ketiga aktor yang terlibat dalam pelayanan transportasi laut di Pulau panjang belum berjalan
sesuia tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) sehingga transportasi laut
tersebut tidak layak dijadikan transportasi masyarakat karena mengancam keselamatan
penumpang atau penikmat jasa transportasi laut tersebut. Saran dari penelitian ini perlu adanya
survey dan pengawasan dari pihak pemerintah sehingga mengetahui kondisi transportasi
masyarakat di Pulau Panjang.

59
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas jasa angkutan laut

Perkembangan moda transportasi dari waktu ke waktu semakin mempengaruhi kemajuan


peradaban dari suatu daerah, realitas ini disebabkan oleh pengaruh timbal balik oleh aktivitas
transportasi dan perdagangan dari satu daerah ke daerah lainnya.

Transportasi yang mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat serta perkembangan
perekonomian di suatu daerah memiliki ruang lingkup yang terdiri dari objek, sarana dan
prasarana, serta regulasi. Faktor regulasi sangat mempengaruhi tingkat perkembangan
infrastruktur dari suatu wilayah. Situasi politik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor
regulasi.

Tujuan fundamental dari pemerintah adalah pemeliharaan keamanan dan keteraturan umum agar
individu-individu dapat menemukan kebahagiaan. Peran pemeritah sendiri yaitu menciptakan
keamanan dasar hingga mengontrol ekonomi dan menjamin keamanan kehidupan sosial.

Adapun fungsi dari pemerintah yaitu:

 Pelayanan
 Pemberdayaan
 Pembangunan

Adapun upaya pemerintah dalam meningkatkan transportasi laut, yaitu: Kementerian


perhubungan mengembangkan program keterpaduan antara program tol laut dengan jembatan
udara sebagai upaya disparitas harga diwilayah pegunungan tengah Papua. Konsep dari tol laut
sendiri yaitu: 1) memperkuat jalur pelayaran dengan titik berat pada Indonesia bagian Timur, 2)
koneksi jalur pelayaran dari Barat ke Timur Indonesia (konektivitas), 3) kemudahan akses niaga
dari negara-negara pasifik bagian selatan ke negara Asia bagian timur, 4) pelayaran secara rutin
dan terjadwal dari Barat sampai ke Timur Indonesia.

60
2. Pengaruh jasa angkutan laut terhadap perekonomian di Indonesia

Transprotasi laut merupakan salah satu subsektor transportasi yang turut menjadi bagian penting
dalam menunjang aktivitas masyarakat kepulauan. Hal ini juga menjadi salah satu sasaran dalam
peningkatkan perekonomian nasional dalam menunjang perdagangan antar pulau.

Transportasi laut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian nasional dan
daerah sebagaimana amanat dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 menjadi suatu yang
sangat strategis bagi wawasan nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang tujuan
persatuan dan kesatuan nasional. Perlu diketahui juga kontribusi transportasi laut menjadi
semakin penting karena nilai biaya yang dikeluarkan adalah paling kecil bila dibandingkan
dengan biaya transportasi darat dan udara.

Menurut (Burhanuddin, 2003) dalam (Jusna, 2016: 191) Fungsi transportasi memegang peranan
pening dalam usaha mencapai tujuan pengembangan ekonomi dalam suatu bangsa. Adapun
tujuan pengembangan ekonomi yang bisa diperankan oleh jasa transportasi adalah :

1. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan para konsumen,
industri dan pemerintah.
2. Mengembangkan indusri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensupply pasaran
dalam negeri.
3. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Menurut (Tamin, 2000) dalam (Jusna, 2016: 191) Arah dan kebijakan pembangunan transportasi
laut dilaksanakan fungsi yaitu antara lain :

1. Meningkatkan peran armada pelayaran nasional, baik untuk angkutan dalam negri maupun
ekspor-impor dengan memberlakukan azas cabatage. Untuk itu diperlukan dukungan
perbankan dalam penyediaan kredit murah bagi peremajaan armada.
2. Mengurangi bahkan menghapus pungutan-pungutan tidak resmi di pelabuhan, sehingga tarif
yang ditetapkan otoritas pelabuhan tidak jauh berbeda dengan biaya yang secara riil
dikeluarkan pengguna jasa kepelabuhan, melalui peningkatan kordinasi bagi semua instansi
yang terkait dalam proses bongkar muat barang.

61
Menurut H.F.Ruru (1993) dalam Jusna (2016: 192) peranan transportasi dari sudut ekonomi
adalah merangsang pertumbuhan ekonomi, melancarkan dan memudahkan distribusi bahanbahan
kebutuhan yang berbeda, alat untuk menstabilkan harga, mengurangi isolasi daerah, menunjang
perluasan pasar, dan menunjang terciptanya spesialisasi yang luas.

Sedangkan menurut Widyahartono (1986) dalam Jusna (2016: 192) bahwa manfaat transportasi
laut yaitu:

1. Transportasi laut merupakan jangkauan terhadap sumber yang dibutuhkan suatu daerah dan
memungkin digunakan sumber yang lebih murah ataupun lebih tinggi mutunya. Sebagai
tambahan barang yang tidak bisa didapatkan di daerah setempat, didapatkan di daerah lain.
2. Pemakaian sumber daya lebih efisien menyakibatkan timbulnya kekhususan setiap daerah
ataupun pembagian setiap tenaga kerja yang sesuai, yang mengakibatkan pemahaman
jumlah barang yang dikonsumsi, yang berhubungan erat dengan ini adalah memungkinkan
untuk melayani daerah yang luas, sehingga keuntungan ekonomi dalam skala produksi dapat
dimanfaatkan
3. Karena penyaluran barang tidak lagi terbatas pada daerah setempat saja, maka barang-
barang dapat disalurkan dari sumber-sumber alternatif lainnya, apabila sumber yang biasa
dipakai tidak dapat memenuhi semua kebutuhan.

B. Saran
1. Peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas jasa angkutan laut

Untuk kedepannya sebaiknya Indonesia memperbaiki sistem transportasi dan fasilitas serta
mengedepankan penguatan konektifitas antar pulau terutama pulau-pulau terluar dan pulau yang
dekat dengan negara lain. Konektifitas ini hanya bisa terwujud apabila transportasi laut di
Indonesia terus diperankan secara signifikan.

62
2. Pengaruh jasa angkutan laut terhadap perekonomian di Indonesia

Pemerintah harusnya terus berupaya untuk meningkatkan kualitas/mutu, pelayanan dan


pemeliharaan infrastruktur-infrastruktur salah satunya adalah jasa angkutan laut. Agar para
masyarakat yang menggunakan jasa ini dapat merasakan kenyamanan. Dengan adanya rasa
nyaman akan menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap jasa yang mereka gunakan. Hal ini
dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia.

63
DAFTAR PUSTAKA

Agusdianto, Dennis. 2017. Analisa Pengelolaan Operasional Ekspedisi Angkutan Laut Pada PT.
Karunia Utama Asia Timur. Vol. 5, No. 1.

Andiri, Setio Aji. 2015. Kualitas Pelayanan Transportasi Publik (Studi Deskriptif Tentang
Kualitas Pelayanan Kapal Penumpang Trayek Gresik - Bawean Di Pelabuhan Gresik).
Volume 3, Nomor 2, Edisi Mei-Agustus.

Erwanto. 2014. Studi Tentang Pelayanan Jasa PT. ASDP Indonesia Ferry Dipelabuhan Penajam
Kabupaten Penajam Paser Utara. Vol. 2, No. 3.

Faturachman, Danny, dkk. 2015. Analisis Keselamatan Transportasi Penyeberangan Laut Dan
Antisipasi Terhadap Kecelakaan Kapal Di Merak-Bakauheni. Volume I Nomor 1, Edisi
April.

Ilmar, Surya Rizki dan Daud, Jeluddin. Model Pemilihan Moda Angkutan Penumpang Kapal
Roll On Roll Off (Pt.Asdp) & Kapal Cepat (Swasta) Rute Singkil-Sinabang.

Jusna dan Nempung, Tibertius. 2016. Peranan Transportasi Laut Dalam Menunjang Arus
Barang dan Orang Di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna. Vol .1 (1), Edisi April.

Karles, Hendy dan Santoso, Dana. 2013. Analisis Komponen Biaya dan Tarif Angkutan
Penyeberangan Dengan Simulasi Model Dinamis Pada Angkutan Lintasan Sibolga-Teluk
Dalam PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero). Volume Iii, No. 2, Edisi Juni.

Rosnida, Neli, dkk. Pelayanan Transportasi Laut Di Pulau Panjang Kota Batam Dalam
Kerangka Good Governance.

64
Veronica, Pauw Yunike. 2017. Analisa Strategi Pengembangan Usaha Jasa Angkutan Laut Pada
Pt. Sari Ampenan Di Surabaya. Vol. 5, No. 1.

Winarso, Bambang. 2014. Peran Angkutan Laut Dalam Meningkatkan Distribusi Ternak Sapi
Potong Dari Daerah Produsen Ke Wilayah Konsumen. Vol. 14, No. 2.

65

Anda mungkin juga menyukai