Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “CARA MENGELOLA BISNIS TRANSPORTASI LAUT” dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian

II. ISI
2.1 Pengertian Transportasi laut
2.2 Pengertian Klaim
2.3 Pengertian Bisnis
2.4 Prosedur Pengajuan Klaim

III. PEMBAHASAN
3.1 Polis Asuransi
3.2 Teknik Pencegahan Kerusakan/Kehilangan di kapal
3.3 Faktor Penyanggah Klaim

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pengangkutan barang dalam perdagangan internasional dominan dilakukan melalui
jalur laut. Data statistik Bank Eksim tahun 2005 menyebutkan bahwa 71%
pengangkutan dan 96% volume barang dalam perdagangan menggunakan sarana
pengangkut laut. Alasan logiknya adalah karena efisiensi biaya dan efektifitas daya
angkut. Jalur transportasi laut
Pengangkutan melalui laut bukan tanpa resiko. Bahkan apabila dibandingkan dengan
jasa transportasi udara, justru transportasi laut memiliki resiko yang lebih besar. Hal
ini dapat kita bandingkan dari beberapa sisi. Dari sisi waktu, resiko keterlambatan
sampainya barang, transpotasi laut lebih beresiko. Dari sisi penanganan pelabuhan:
jalur laut lebih beresiko, karena ukuran dan kapasitas barang yang dingkut relatif
lebih besar. Dari sisi perjalanan barang, jalur laut akan lebih banyak mengalami
hambatan cuaca dan kemungkinan kejahatan di laut, dan sebagainya. Lebih beresiko
bukan berarti tidak menarik. Pelaku peradagangan dapat mengelola resiko dengan
cara memindahkan resiko tersebut kepada perusahaan asuransi. Jasa asuransi
pengangkutan menjadi solusi dalam meminimalisasi hambatan dalam perdagangan
internasional. Resiko kerusakan, penurunan mutu, maupun kekurangan barang pada
dasarnya dijamin oleh pihak pengangkut dalam batas-batas tertentu. Akan tetapi,
akan lebih safety apabila para pelaku perdagangan memindahkan resiko tersebut
kepada pihak asuransi pengangkutan.
Tulisan ini merupakan bunga rampai dari seri tulisan mengenai perdagangan
internasional yang penulis susun. Tujuan utamanya adalah memberikan pengetahuan
praktis perdagangan internasional. Untuk kali ini, penulis akan mendeskripsikan
poin-poin penting mengenai klaim resiko dalam sistem pengangkutan perdagangan .

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana mengelola bisnis transportasi laut agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kerugian ?

1.3 Tujian Penelitian


1. Untuk menganalisis pengelolaan bisnis transportasi
2. Untuk menambah ilmu tentang bisnis transportasi

II. ISI

2.1 Pengertian Transportasi Laut


Seputar Pengertian Transportasi Laut - kamus besar bahas indonesia
mendefinisikan kapal sebagai kendaraan pengangkut penumpanng dan barang di
laut (sungai dsb). sedang didalam Undang-undang tentang pelayaran, kapal
didefinisikan kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

Anda Juga Dapat Membaca Seputar Pengertian Transportasi

Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut di antara pulau-


pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu berbagai pulau, daerah dan
kawasan Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau , antar pantai, kesatuan
Indonesia dapat terwujud. Pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau, adalah urat
nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan Negara Indonesia. Sejarah
kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa kejayaan suatu
Negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui keunggulan Laut. Karenanya,
pembangunan industry pelayaran nasional sebagai sektor strategis, perlu
diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Karena
nyaris seluruh komoditi untuk perdagangan internasional diangkut dengan
menggunakan sarana dan prasarana transportasi Laut, dan menyeimbangkan
pembangunan kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan barat) demi kesatuan
Indonesia, karena daerah terpencil dan kurang berkembang (yang mayoritas berada
dikawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya alam) membutuhkan akses ke
pasar dan mendapat layanan, yang seringkali hanya bisa dilakukan dengan
transportasi Laut.

Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang


trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur
yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal pengangkut barang, perbaikan
pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. hal itu
bertujuan untuk lebih memperlancar lalu lintas antar pulau, meningkatkan
perdagangan domestik dan internasional Indonesia.

Perkembangan trasportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan
teknologi tersebut telah membuat bangsa Indonesia dapat memproduksi kapal
angkut penumpang yaitu Palindo jaya 500. kapal tersebut diluncurkan pertama kali
pada bulan Agustus 1995. Kapal tersebut dibuat untuk menunjang sarana trasportasi
laut yang lebih cepat dan aman. Dengan demikian, kegiatan trasportasi laut akan
berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Tarif Transportasi Laut
Tarif Transportasi laut berlaku untuk pengiriman barang di Indonesia, meliputi tarif
yang terdiri dari:

a. Tarif Pelayanan Nusantara


Tarif uang tambang yang dibayar oleh pemilik barang kepada perusahaan pelayaran
atas jasa yang diberikan untuk melakukan pengangkutan barang melalui laut dikenal
dengan nama tarif uang tambang nusantara. Tarif angkutan laut ini ditetapkan
berdasarkan komponen biaya, yaitu
Biaya pelayaran yang dinyatakan dalam biaya rupiah per ton mile pelayaran kapal,
Biaya kapal di pelabuahan yang dihitung menurut besarnya biaya pengeluaran kapal
di pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar dan
Golongan barang.

b. Tarif OPP/OPT
Tarif OPP/OPT (onkos pelabuhan pemuatan/ ongkos pelabuhan tujuan) yang
merupakan balas jasa untuk pekerjaan board stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery di pelabuhan pemuatan dan di pelabuhan tujuan.
Tarif “board stevedoring” dikenakan atas jasa pekerjaan membongkar muatan dari
dek kapal ke dermaga dan sebaliknya
Tarif “cargodoring” dikenakan atas jasa mengeluarkan muatan dari jaringan di atas
dermaga, mengangkat ke gudang, menyusun di dalam gudang dan sebaliknya.
Traif “receiving/delivery” dikenakan atas pekerjaan mengambil muatan dari gudang
tempat penumpukan dan penyerahan sampai ke atas kendaraan yang merapat ke
gudang darat dan sebaliknya. Tinggi tarif tergantung pada golongan dan jenis
barang.

c. Tarif Pemakaian Fasilitas Pelabuhan


Tarif Pemakaian Fasilitas Pelabuhan, terdiri dari sewa gudang dan sewa tempat
penumpukan dan fasilitas pelabuhan.

d. Tarif Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL),


Tarif Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) meliputi balasan jasa atas pekerjaan
inklaring dan uitklaring. tarif EMKL ini dihitung berdasarkan berat/ton barang,
dimana pengurusan dokumenya dilakukan oleh perusahaan EMKL.

2.2 Klaim Asuransi Laut


Klaim dalam asuransi ialah tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Tertanggung
kepada Penanggung karena kepentingan yang di suransikan mengalami kerugian
atau kerusakan atas barang yang dipertanggungkannya akibat dari suatu peristiwa
selama barang dalam proses pengangkutan.
1. Prosedur Pengajuan Penyelesaian Klaim
a. Pemberitahuan kerugian.
b. Survey kerusakan dan kerugian.
c. Mengusahakan kelengkapan dokumen pendukung klaim.
2. Dokumen-dokumen Pendukung Klaim Asuransi
a. Polis asuransi atau sertifikat asuransi.
b. Faktur dan daftar perincian barang, meliputi jenis pengepakkannya, dan
sebagainya.
c. Laporan survey
a. Surat-menyurat dengan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penyebab
kerugian.
b. Dokumen klaim asuransi lainnya.

2.3 Pengertian Bisnis

Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam
konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan
aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta,
bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para
pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai
dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis
mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras
dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah,
masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri
memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis
dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas
dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian."
Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh
komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang
tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

2.4 Prosedur Pengajuan Klaim


KEWAJIBAN TERTANGGUNG.
Tertanggung wajib memberitahukan dengan segera kepada Penanggung, sesaat
setelah diketahui adanya kerugian atau kerusakan atas obyek yang dipertang-
gungkan tersebut.

Tertanggung wajib mengambil langkah-langkah yang wajar untuk menyelamat-kan,


mencegah atau memperkecil kerugian.

Menjamin bahwa semua hak terhadap perusahaan pelayaran atau pihak ketiga
lainnya telah dijalankan dengan sebaik-baiknya.

DOKUMEN PENDUKUNG KLAIM.


Dokumen pendukung klaim adalah dokumen-dokumen yang ikut mendukung klaim
yang timbul baik dilihat dari pembuktian terjadinya kerugian maupun tentang
persya-ratan-persyaratan yang berhubungan dengan pengangkutan dan tata-niaga
barang-barang yang dipertanggungkan termasuk dokumen-dokumen yang
mendukung besarnya nilai kerugian.

Adapun dokumen-dokumen pendukung klaim Asuransi Pengangkutan Barang


melalui laut adalah :
Invoice.
Dokumen yang berisikan jumlah, jenis barang dan harga barang atas objek
pertanggungan yang akan dikirim.
Packing List.
Dokumen yang menerangkan rincian barng per-peti/per-kolli.
Certificate of Packing.
Persyaratan pembungkus yang laik (sufficient packing) suatu barang sudah diten-
tukan standardnya yang bertujuan untuk melindungi keselamatan barang dalam
proses pengangkutan yang biasa disebut Seaworthy Packing.
Yang mengeluarkan Certificate of packing ini adalah perusahaan Proffesional yang
telah mengetahui metode pembungkus untuk setiap barang sesuai dengan sifat dan
karakteristik barang yang dibungkusnya.
Bill of Loading (B/L)
Untuk mengetahui apakah suatu barang telah dimuat dalam kapal, hal ini dapat
diketahui dari Bill of Lading,
Fungsi dari B/L adalah :
-. Bukti penerimaan barang diatas kapal (Receipt Cargo on Board)
-. Bukti kontrak pengangkutan (Contract of affreighment).
-. Dapat digunakan sebagai klaim recovery dari perusahaan Pelayaran.
Certificate of Origin.
Suatu dokumen yang menerangkan asal negara barang yang bersangkutan.
Bukti Kekurangan.
Bukti kekurangan ini dalam pengangkutan laut biasanya disebut dengan istilah
-. “Notice of Shortage”(NoS) atau
-. “Certificate of Non Delivery” (CoD) atau
-. “Except Bewijs” (E.B.)

Contoh : Dalam B/L dikatakan bahwa barang yang dikirim 100 kolli, sewaktu
diserahkan dipelabuhan tujuan ternyata hanya 85 kolli
Untuk barang yang kurang sebanyak 15 kolli, untuk itu dibuatkan bukti kekurangan
oleh Perusahaan pengangkutan.
Bukti Kerusakan.
Bukti kerusakan ini adalah suatu pernyataan dari perusahaan pengangkutan laut yang
menerangkan bahwa barang yang diserahkan mengalami kerusakan.
Bukti kerusakan ini biasanya disebut : “Cargo Damage Report” (CDR) atau
“Damage Cargo List” (DCL) atau “Claims Contatering Bewijs” (CCB).

Laporan Survey (oleh Marine Independent Surveyor (M.I.S.))


Adalah surat pembuktian atas kekurangan atau kerusakan atas barang-barang yang
dipertanggungkan, surat ini bisa saja dikeluarkan oleh Marine Independent
Surveyor(M.I.S.), seperti Lloyds Agent; Marine Cargo Inspection
(MCI) atau International Marine Recoveries (IMR) dll.
Laporan Kebenaran Pemeriksaan (LPK).
Sesuai dengan ketentuan Inpress No.4 tahun 1985 tentang penugasan SGS yang
melakukan survey atas barang-barang import Indonesia, maka SGS mengeluar-kan
Laporan Kebenaran Pemeriksaan terhadap barang-barang import yang meliputi
quantity, harga, ongkos/biaya pengangkutan dari pada barang tersebut.
General Average Declarastion.
Adalah deklarasi General Average yang dikeluarkan oleh Nahkoda/Shipping
Company ke Average Adjuster dalam hal terjadinya General Average
Pemberitahuan tabrakan kapal.
Adalah surat pemberitahuan adanya tabrakan kapal dari Perusahaan Pelayaran yang
mengangkut barang dalam hal terjadinya kasus tabrakan kapal.
Original Polis.
Adalah suatu bukti tertulis adanya pertanggungan atas pengangkutan barang- barang
yang mengalami kerugian atau kerusakan atau kehilangan tersebut.

III. PEMBAHASAN

3.1 Polis Asuransi

ASURANSI PENGANGKUTAN
Asuransi jenis ini meliputi :
a. Pengangkutan Laut (marine cargo)
b. Pengangkutan Darat (good in land transit)
b. Pengangkutan Udara (air cargo)

3.2 Teknik Pencegahan Kerusakan/Kehilangan Di Kapal

PENERAPAN SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN (Berdasarkan ISM


Code)
1. UMUM
Sistim manajemen keselamatan merupakan sistim yang dipersyaratkan sesuai
peraturan keselamatan International (SOLAS) yang tertuang didalam peraturan
International Safety Management Code.
Sistim Manajemen Keselamatan harus diterapkan pada seluruh perusahaan
pelayaran yang memiliki armada kapal sesuai peraturan.
Perusahaan pelayaran secara berkala ditinjau ulang untuk memastikan agar suatu
manajemen yang efektif tersusun dan telah diterapkan dalam organisasi Perusahaan
maupun kapal-kapalnya.
1.1 Latar Belakang
Perusahaan Pelayaran atau industri perkapalan pada umumnya didirikan untuk
mendapatkan keuntungan dari para pelanggan – pelanggannya. Untuk menjalankan
kegiatan didalam hal ini mengoperasikan kapal secara Aman dan mencegah
Pencemaran Lingkungan, perusahaan harus ada 4 faktor yang saling berkaitan erat
antara lain :
• a. Karyawan / pelaut
• b. Sistim
• c. Kapal
• e. Manajemen
1.2 ISM Code
Adalah suatu standar Internasional untuk Sistim Manajemen Keselamatan yang
bertujuan untuk menjamin bahwa perusahaan memberi pelayanan yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan yaitu kapal dapat beroperasi secara Aman dan
mencegah Pencemaran Lingkungan.
Alasan Perusahaan menerapkan ISM Code ;
• a. Untuk memperbaiki sistim kerja,
• b. Untuk menerapkan sistim manajemen keselamatan yang diakuisecara
internasional,
• c. Untuk kesiapan menghadapi persaingan pasar,
• d. Untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap keamanan muatan
• e. Untuk memuaskan pelanggan.
Penerapan Sistim Manajemen Keselamatan , membutuhkan persiapan pembuatan
sistim dokumentasi yang memenuhi persyaratan ISM Code. ISM Code yang
diterapkan oleh suatu perusahaan dijelaskan dibawah ini;
Dokumentasi Sistim Manajemen Keselamatan dibagi dalam 4 tingkatan dengan
istilah:
• 1. Pedoman Mutu > Mengapa ?
• 2. Prosedur Operasi > Siapa, Apa, Ka-pan, Dimana ?
• 3. Instruksi kerja dan Dokumen Pendukung > Bagaimana ?
• 4. Catatan Mutu ( Laporan ) > Bukti
Fungsi Dokumen :
ad.1 Pedoman Manajemen Keselamatan . dokumen yang menjelaskan
kebijakanperusahaan yang menuangkan semua persyaratan ISM Code, Kebijakan
Keselamatan dan Pencegahan Pencemaran.
ad.2 Prosedur Operasi Manajemen Keselamatan, dokumen yang menjelaskan cara
untuk menerapkan / melaksanakan pedoman Manajemen Keselamatan,
ad.3 Instruksi Kerja, dokumen yang menjelaskan bagaimana cara melakukan
sesuatu, supaya pelaksana dapat bekerja dengan baik dan benar. Dokumen
Pendukung, dokumen yang mendukung pelaksanaan prosedur operasi dan instruksi
kerja Standar, Spesifikasi, Gambar teknik dan pedoman operasi kapal dll.
ad.4 Catatan Manajemen Keselamatan, sarana pelaporan hasil kerja misal laporan,
lembar periksa, daftar periksa, log book dll.
1.3. Keuntungan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Kedalam;
• 1. Memperbaiki Sistem Perusahaan,
• 2. Mengurangi Cost / Biaya,
• 3. Meningkatkan motivasi,
• 4. Menjaga mutu pelayanan dalam hal Keselamatan dan pencegahan Pencemaran
Lingkungan.
Keluar;
• 1. Memenuhi keinginan pelanggan,
• 2. Memberi jalan masuk kepasar internasional,
• 3. Mengurangi audit yang berulang kali,
• 4. Memperbaiki citra.
3.3 Faktor Penyanggah Klaim

Kedaluarsa (Time Barrier)


Claim Period (Claim Termijn)
Inssuficiency of Packingarrier)
Pencurian (Pilferage)
Natural Lost
Deck Cargo
Bocor (Leakage)

IV. PENUTUP

KESIMPULAN

Klaim adalah tuntutan penggantian kerugian atas timbulnya kejadian yang


menyebabkan terjadinya kerusakan, penurunan mutu, kekurangan barang – barang
yang menjadi tanggung jawab
penyelenggara jasa angkutan atau jasa bongkar muat atau jasa pergudangan pada
waktu barang diterima oleh importir atau consignee.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://seputarpengertian.blogspot.com/2014/05/seputar-pengertian-transportasi-
laut.html
2. www.academia.edu
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Bisnis
4. http://www.akademiasuransi.org/2012/10/prosedur-klaim-dalam-asuransi-
marine.html
5. http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/113/asuransi-pengangkutan
6. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=464794213612855&id=4
52680374824239
7. http://www.bppk.depkeu.go.id/webbc/images/stories/file/2011/artikel/upload%2
05%20agustus%202011/SYAIFUL%20ANWAR_Klaim%20%20Resiko%20Dala
m%20Sistem%20Transportasi%20Laut.pdf
PEMBELANJAAN PERUSAHAAN PELAYARAN

Dibuat Oleh :
SAFITRI
NIT : 16304265

JL. Jendral Sudirman 156 Ciperna Kabupaten Cirebon

2016
BAB I
PEMBELANJAAN PERUSAHAAN PELAYARAN

1. Pengertian Pembelanjaan Perusahaan Pelayaran

Pembelanjaan perusahaan pelayaran dalam artian yang luas adalah keseluruhan aktivitas yang
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dan dan menggunakan atau mengalokasikan dana dalam
bidang kepelabuhan (maritim) seperti mengoperasikan kapal atau usaha lain yang erat hubungannya
dengan kapal tersebut, sedangkan pembelanjaan dalam artian yang sempit adalah aktivitas yang hanya
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana saja.

Prinsip manajemen perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam
menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efesiensi dan efektivitas. Dengan demikian
maka pembelanjaan perusahaan atau manajemen keuangan tidak lain adalah manajemen untuk fungsi-
fungsi pembelanjaan.

Dalam pengertian manajemen terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian


yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana. Maka pada dasarnya dapat
dikatakan bahwa fungsi pembelanjaan dalam perusahaan meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan dana
atau fungsi pendanaan.

Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efisien. Ini berarti bahwa setiap rupiah dana yang
tertanam dalam aktiva harus dapat digunakan seefesien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat
keuntungan inventasi atau rentabilitas yang maksimal. Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan
dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap.

Fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan juga harus dilakukan secara efisien.
Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memeperoleh dana yang diperlukan
dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Manajer keuangan harus
mempertimbangkan dengan cermat sifat dan biaya masing-masing sumber dana yang akan dipilih,
karena masing-masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda.

2. Jenis - Jenis Pembayaran perusahan Pelayaran

Pandangan pembelanjaan di satu pihak sebagai penarikan modal dan dilain pihak dipandang sebagai
masalah penggunaan modal. Berdasarkan hal ini maka pembelanjaan digolongkan sebagai berikut :

1. Pembelanjaan Pasif – Aktif

Pembelanjaan pasif yaitu bagaimana perusaahaan dapat memperoleh dana/modal yang dibutuhkan
perusahaan dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan.

Pembelanjaan aktif yaitu bagaimana perusahaan mempunyai kelebihan uanguntuk diserahkan


kepada perusahaan lain yang membutuhkan uang atau untuk ditanamkan dalam perusahaan sendiri atau
dengan kata lain pembelanjaan aktif meliputi usaha untuk menanamkan fund yang ada dalam perusahaan
dengan cara yang seefesien mungkin.
2. Pembelanjaan Kuantitatif – Kualitatif

Pembelanjaan kuantitatif yaitu meliputi masalah penentuan besarnya atau kuantitas modal yang
dibutuhkan yang akan ditarik perusahaan.

Pembelanjaan Kualitatif yaitu masalah penentuan jenis modal yang akan ditarik. Masalah
pembelanjaan ini meliputi persoalan tentang berapa modal akan ditarik, macam modal apa yang akan
ditarik, dan pendapatan apa yang akan diberikan kepada modal yang ditarik itu. Masalah pembelanjaan
ini merupakan masalah yang denting bagi perusahaan karena masalah ini akan menentukan baik buruknya
struktur modal.

3. Pembelanjaan normal (normal finanzierung)

Pembelanjaan normal yaitu adanya keseimbangan financial yang maksudnya apabila perusahaan
selama menjalankan fungsinya tidak mengahdapi gangguan-gangguan financial yang disebabkan karena
adanya keseimbangan antara jumlah modal yang dibutuhkan perusahaan.

4. Pembelanjaan kurang ( unter finanzierung)

Pembelanjaan kurang yaitu adanya tidak keseimbangan financial yang terjadi dimana jumlah modal
yang tersedia atau tertanam dalam perusahaan kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
atau dengan kata lain jumlah modal tersedia tidak cukup untuk membelanjai usah-usahanya. Gejala ini
nampak dimana terdapat unter finanzierung yaitu :

a. Persediaan kas dan simpanan uang di bank terlalu sedikit jumlahnya.


b. Sedikit persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi yang terdapat dalam gudang
sehingga tidak dapat memenuhi semua peranan.
c. Banyaknya bangunan-bangunan atau perlengkapan yang terbengkalai karena kurang alat.

5. Pembelanjaan yang berlebihan (uber finanzierung).

Pembelanjaan berlebihan yaitu dimana ketidakseimbangan financial ini terjadi apabila jumlah modal
yang tersedia atau tertanam dalam perusahaan adalah berlebih-lebihan banyaknya, jauh lebih cukup
untuk memenuhi kebutuhannya atau membelanjai usahanya. Gejala uber finanzierung ini akan nampak
dalam perusahaan dimana terdapat :

A. Persediaan kas dan simpanan uang di bank terlalu banyak jumlahnya.


B. Terlalu banyaknya persediaan bahan mentah, barang jadi yang terdapat dalam gudang semuanya
akan menekan rentabilitas.
C. Adanya kapasitas yang berlebih-lebihan.

Pembelanjaan perusahaan juga berupaya untuk menyeimbangkan keuangan perusahaan yaitu


keseimbangan antara aktiva dan pasiva yang diperlukan. Pemilihan susunan dari aktiva akan menentukan
struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan menentukan
struktur finansial dan struktur modal perusahaan.

Prinsip manajemen perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam
menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisien dan efektivitas. Dengan demikian maka
pembelanjaan perusahaan atau manajemen keuangan tidak lain adalah manajemen untuk fungsi-fungsi
pembelanjaan. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa fungsi pembelanjaan dalam perusahaan meliputi :

(1) fungsi penggunaan dana (use/allocation of funds)

Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efisien. Efisien penggunaan dana secara langsung
akan menentukan besar kecilnya tingkat keuangan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau
rentabilitas. Dengan demikian maka manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana
harus mencari alternatif-alternatif investasi untuk kemudian dianalisa dan dari hasil analisa itu diambil
keputusan alternatif investasi mana yang akan dipilih. Dengan kata lain manajer keuangan harus
mengambil keputusan investasi (investment decision).

(2) fungsi pemenuhan kebutuhan dana atas fungsi pendanaan (financing; obtaining of funds).

Fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan juga harus dilakukan secara efisien.
Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan
dengan dana yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Pada prinsipnya pemenuhan
kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber intern dan ekstern perusahaan.

a. Sumber Intern Perusahaan

Sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang
berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan didalam perusahaan
(retained earnings). Makin besar sumber dana intern yang berasal dari laba yang ditahan akan
memperkuat posisi keuangan perusahaan dalam mengahadapi kesulitan keuangan di waktu-waktu
mendatang. Di lain pihak perusahaan juga menginginkan perusahaan agar keuntungan yang diperoleh
perusahaan dapat dibagian sebagai mereka deviden (bagi perusahaan yang berbentuk PT). Maka menajer
keuangan pada khususnya dan perusahaan pada umumnya harus dapat menjaga keseimbangan antara
kedua keinginann tersebut. Kebijakan ini merupakan salah satu aspek dari kebijakan deviden,yang tidak
dapat dilepaskan dari fungsi pendanaan.

b. Sumber Ekstern Perusahaan

Sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru,
penjualan obligasi, kredit dari bank. Dalam melaksanakan fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi
pendanaan (financing),manajer keuangan pun harus selalu mencari alternatif-alternatif sumber dana
untuk kemudian dianalisa tersebut harus diambil keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi
sumber dana yang akan dipilih. Dengan demikian manajer keuangan pun mengambil keputusan
pendanaan (financing decision).
PEMBELANJAAN PERUSAHAAN PELAYARAN

“Mengelola Bisnis Transportasi Agar Tidak Mengalami Kerugian”

Di susun oleh :
SAFITRI
KPN I A

Jl. Jendral Soedirman No. 156 Ciperna, Cirebon Selatan, Jawa Barat
AKADEMI MARITIM SUAKA BAHARI CIREBON
TAHUN AJARAN
2016-2017

Anda mungkin juga menyukai