Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TRANSPORTASI UDARA DAN TRANSPORTASI LAUT

DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :

Andrew Shandy Utama, SH., MH

DISUSUN OLEH :

Albert Harmoko Laia

MATA KULIAH

HUKUM TRANSPORTASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah yang

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Transportasi, dengan judul “Transportasi Udara Dan Transportasi Laut Di

Indonesia” dapat diselesaikan.

Masih banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, maka dari itu saya mengharapkan

kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah saya selanjutnya.

Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah membantu saya dalam memamhami pengantar Hukum

Transportasi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya.

Pekanbaru, 01 Juli 2022

Albert Harmoko Laia

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................. i

Kata Pengantar………………………………………........... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................... 3

C. Tujuan.......................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Penerbangan Komersial Di Indonesia…...................................................................

B. Sejarah Transportasi Laut Di Indonesia…………... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 9

B. Saran............................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu dapat dilihat dari sejarah transportasi di Indonesia.

Zaman dahulu orang melakukan kegiatan perpindahan dari satu tempat ketempat lain hanya dengan mengandalkan jalan kaki, menggunakan

hewan dan kendaraan sederhana untuk membantu mengangkut barang sehingga jumlah barang yang diangkut sangat terbatas dan memelukan

waktu yang sangat lama untuk sampai ke tempat tujuan. Prasarana transportasi seperti jalan tidak begitu diperhatikan. Tetapi seiring dengan

perkembangan teknologi, sarana transportasi yang ada saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dulu, jumlah sarana transportasi yang ada

sekarang terus meningkat setiap tahunnya, memiliki daya angkut dalam jumlah yang besar dan waktu tempuh yang lebih singkat. Namun

perkembangan sarana transportasi tersebut perlu diimbangi dengan prasarana yang memadai seperti jalan dan jembatan yang mampu

mendukung mobilisasi perpindahan manusia, barang dan jasa serta mampu memberikan pelayanan terhadap peningkatan jumlah sarana

transportasi tersebut.

Transportasi udara sekarang ini mengalami perkembangan pesat, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya perusahaan atau

maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan ke berbagai rute baik dosmetik maupun internasional. Sarana transportasi udara

merupakan transportasi yang efektif, efisien, cepat, selamat dan nyaman. Peranan transportasi udara khususnya penerbangan komersial sangat

penting dalam pengembangan ekonomi dan sosial yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah permintaan jasa penerbangan yang diukur dari

pertumbuhan penumpang udara. Ada beberapa alasan konsumen menggunakan jasa transportasi udara, diantaranya untuk kepentingan

bisnis, kepentingan parwisata, dan berbagai urusan lainnya. Perusahaan-perusahaan penerbangan bersaing untuk menarik penumpang

sebanyak-banyaknya dengan menawarkan tarif yang lebih murah atau menawarkan berbagai bonus. Namun terkadang dengan tarif yang

murah sering menurunkan kualitas pelayanan.

Transportasi laut sangat berperan penting bagi Negara diseluruh dunia salah satunya dinegara Indonesia. Armada transportasi laut

yang mendukung sarana lintas nasional maupun internasional, dimana indonesia menjadi salah satu negara kepulauan terbesar didunia.

Transportasi laut dapat mendorong terjadinya perpindahan manusia dan barang antar pulau sehingga mendorong kemajuan perekonomian

masyarakat indonesia. Wilayah indonesia sebagian besar perairan maka sangatlah diperlukan sarana transportasi laut shingga bisa terhubung

pulau-pulau yang susah untuk dilalui transportasi udara sehingga transportasi lautlah yang digunakan. Akhirnya transportasi laut menjadi

sarana alternatif untuk menja dipilihan masyarakat indonesia dengan menggunakan kapal, karna dengan menggunakan kapal dapat

mengangkut lebih banyak dari pada moda tranportasi yang lain.

Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana amanat Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 menjadi

suatu yang sangat strategis bagi wawasan nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang tujuan persatuan dan kesatuan nasional dimana

1
mampu membangun dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008

tentang pelayaran, pelayaran sebagai salah satu moda transportasi diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar arus perpindahan orang

dan / atau barang melalui perairan dengan mengutamakan dan melindungi pelayaran nasional dalam rangka menunjang, menggerakkan, dan

mendorong pencapaian tujuan. Oleh karena itu shipping bussines menjadi suatu bisnis yang menjanjikan, diantaranya adalah ship operator

( operator kapal), ship management ( jasa management kapal ), barging ( jasa tongkang di pelabuhan ) towing ( jasa penundaan ), ship broker

(jasa jual beli kapal) ship agent (jasa keagenan kapal) dll.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah munculnya penerbangan komersial di Indonesia ?

2. Bagaimanakah sejarah transportasi laut di Indonesia ?

C. Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui sejarah munculnya penerbangan komersial di Indonesia.

2. Untuk dapat mengetahui sejarah transportasi laut di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MUNCULNYA PENERBANGAN KOMERSIAL DI INDONESIA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata “komersial” yaitu segala hal yang berhubungan dengan niaga atau

perdagangan. Adapun kata “komersil” menunjukkan kata sifat yang berarti diperdagangkan atau diniagakan. Mengkomersilkan berarti

menjadikan sesuatu sebagai barang untuk dijual. Kata “komersial” yang mendapat imbuhan “isasi” berarti menunjukkan suatu proses. Dari

sini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud penerbangan komersil adalah jenis penerbangan yang diperuntukkan untuk publik (masyarakat

sipil) dalam bermobilitas sehari-hari dari tempat satu ke tempat lainnya. Arti dari penerbangan komersil juga merujuk pada jenis transportasi

komunal bukan personal.

Kiprah penerbangan komersil di Indonesia dimulai sejak dekade ketiga abad 20. Hal ini ditandai dengan berdirinya KNILM

(Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) pada tahun 1928, sebuah perusahaan maskapai penerbangan komersil di

Hindia Belanda yang sahamnya terdiri dari hasil patungan berbagai perusahaan Eropa seperti Deli Maatschappy, Nederlandse Handel

Maatschappy, KLM (Koninklijk Luchvaart Maatschappij), pemerintah Hindia Belanda, dan beberapa perusahaan dagang lainnya yang

memiliki kepentingan di Hindia Belanda. KLM sendiri merupakan perusahaan penerbangan Kerajaan Belanda yang diberdiri pada 7 Oktober

1919 di Den Haag. Berkat KLM, Belanda menjadi salah satu pengarung angkasa terbesar di Dunia. KLM merupakan induk dari KNILM yang

merupakan cabang di Hindia Belanda.

Pada masa KNILM inilah untuk pertama kalinya ada penerbangan komersil berjadwal di Hindia Belanda. Rute awal yang dibuka

KNILM antara lain Batavia-Bandung sebanyak sekali dalam seminggu dan Batavia-Surabaya (transit di Semarang) sekali setiap hari. Rute

penerbangan kemudian bertambah menjadi Batavia-Palembang- Pekanbaru-Medan bahkan sampai ke Singapura dan Australia sebanyak

sekali dalam seminggu . Dari rute penerbangan yang dibuka KNILM ini terlihat bahwa Batavia (Kemayoran dan Cililitan) merupakan pusat

atau simpul penerbangan. Hal ini disebabkan karena Batavia saat itu merupakan pusat pemerintahan pemerintah kolonial Belanda (hal yang

masih sama dari masa VOC hingga saat ini dimana Jakarta masih menjadi pusat pemerintahan Indonesia). Dari rute penerbangan KNILM

juga diketahui bahwa saat itu Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Pekanbaru dan Medan merupakan kota-kota besar utama dibanding

kota- kota lainnya di Indonesia.

3
Pada periode-periode awal, pesawat penerbangan komersil yang digunakan masih jenis fokker seperti Fokker F.VIIb, Fokker

F.XII yang hanya muat sekitar 2-5 orang. Pesawat ini awalnya hanya digunakan untuk keperluan bisnis khususnya mengangkut kantong-

kantong surat. Namun sejak tahun 1930-an mulai digunakan untuk mengangkut penumpang manusia walaupun masih dalam jumlah terbatas.

Seiring berjalannya waktu, mulai berkembang jenis pesawat DC seperti 3 Douglas DC-3, 4 Douglas DC-5, dan Sikorsky S-43 yang memiliki

daya tampung penumpang lebih banyak hingga puluhan orang.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Indonesia sudah memiliki bandara internasional. Kemayoran Batavia (Jakarta Pusat)

merupakan bandara internasional pertama di Hindia Belanda yang mulai beroperasi pada tahun 1940. Bandara ini melayani penerbangan

internasional ke Singapura dan Australia. Bandara Kemayoran merupakan bandara komersial tersibuk di Hindia Belanda saat itu.

Meningkatnya penerbangan dari hari ke hari, jarak yang cukup dekat dengan pangkalan udara Cililitan, serta letaknya yang berada di kawasan

padat pemukiman, menyebabkan pemerintah Orde Baru membuat bandara baru yang lebih besar. Bandara Kemayoran akhirnya tidak lagi

beroperasi sejak pertengahan tahun 1980-an, semenjak dibukanya bandara baru Soekarno Hatta di wilayah Cengkareng, sebuah wilayah di

Jakarta bagian barat.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), lapangan terbang- lapangan terbang terutama yang ada di Jawa, mulai

dialihfungsikan sebagai bandar penerbangan militer semata (fungsi tunggal). Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat militer perang

Jepang di Pasifik dan sekitarnya. Konsep enclave (satu pangkalan untuk dua fungsi yakni militer dan komersial) tidak lagi dikenal di masa

Jepang. Hal semacam ini tidak hanya terjadi dalam bidang transportasi udara tetapi juga transportasi laut dimana banyak pelabuhan

dialihfungsikan untuk kepentingan militer Jepang. Sehingga untuk sementara waktu penerbangan komersial mengalami kevakuman. Semua

perusahaan maskapai penerbangan berbau Barat dilarang masuk ke wilayah Indonesia. Berakhirnya kekuasaan Jepang pada Agustus 1945

tidak secara otomatis menghidupkan kembali penerbangan komersial yang sempat mati. Vakumnya penerbangan komersial masih terus

berlanjut untuk beberapa waktu. Sampai akhir tahun 1940-an belum ada lagi penerbangan komersil yang berarti di Indonesia. Indonesia masih

disibukkan dengan perang revolusi fisik (masa mempertahankan kemerdekaan) yang meletus di berbagai wilayah, khususnya Jawa bagian

tengah.

Babak baru penerbangan komersial dimulai kembali tahun 1950-an. Mulai stabilnya kondisi sosial politik mengakibatkan

penerbangan komersil bergeliat kembali. Pada tahun 1950 pemerintah Indonesia mendirikan Garuda Indonesia Airways (GIA), sebuah

perusahaan penerbangan nasional pertama di masa kemerdekaan. GIA adalah perusahaan penerbangan yang secara prosesual merupakan hasil

nasionalisasi sebagian aset KNILM melalui diplomasi dengan perusahaan induk Belanda (KLM) pada tahun 1954.

Berkembangnya dunia penerbangan pada akhirnya mampu menjadi semacam “jembatan” yang membuat jarak antar kota, antar

negara bahkan antar benua menjadi sangat dekat dan cepat. Hadirnya penerbangan militer sejak kolonial Belanda dan Jepang pada akirnya

turut memberi sumbangan pada lahirnya kekuatan udara bangsa Indonesia. Adapun berkembangnya penerbangan komersil juga telah

meningkatkan arus mobilitas horizontal yang kian meluas, tidak hanya tingkat lokal, nasional, tetapi juga global. Relasi dan konektivitas

sosial, politik, ekonomi dan budaya semakin terbentuk luas. Hubungan titik satu dan titik lain yang dulunya cukup sulit, kini semakin mudah.

4
Geografis atau belahan dunia yang awalnya terasa jauh kini layaknya “teras” di rumah sendiri seiring lahirnya dunia penerbangan baik militer

maupun komersil.

B. SEJARAH TRANSPORTASI LAUT DI INDONESIA

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.499 pulau. Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan

selat, sehingga untuk menghubungkan antara pulau satu dengan yang lainnya dibutuhkan sarana tranportasi yang memadai.

Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah memanfaatkan kapal-kapal sebagai sarana penting dalam

transportasi laut, seperti yang tergambar pada relief-relief Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik yang telah mampu berlayar sampai

ke Pulau madagaskar (Afrika). Juga pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi Selatan.

Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal. Kemudian bengkel itu berkembang menjadi industri

yang merancang dan membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT. Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT.

PELNI). Industri kapal Indonesia dimotori oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN. Pendiri perusahaan kapal ini

telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini dimunculkan oleh

Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Nama perusahan itu adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie.

Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud di daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 1893

pemerintah Hindia Belanda mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi sebagai sebuah pabrik pemeliharaan dan

perbaikan kapal. Pada masa pendudukan jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan perbaikan kapalkapal

angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan Kaigun. Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda dan baru

diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat itu nama perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran

Angkatan Laut (PAL) Pada athun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum) PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun

1981 bentuk badan usaha Perum PAL diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (saat itu menjabat sebagai

menristek). PT. PAL memproduksi berbagai jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat, tanker, kapal penumpang

dan kapal riset.

Berikut penjelasan terkait berbagai pengaruh hukum terhadap sejarah perkembangan transportasi laut :

a. KUHD

Aspek Hukum Perdata (privat) tentang penyelenggaraan angkutan laut di Indonesia sumber utamanya adalah Buku II KUHD.

Muatan isi dalam Buku II tersebut mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari pelayaran. Cakupan meterinya

cukup luas yang pada pokoknya mengatur hal-hal yang berhubungan dengan kapal laut dan muatannya, pemilik/pengusaha

kapal, nakhoda dan awak kapal, pengangkutan barang dan orang, tubrukan kapal, bencana kapal, kerugin di laut, asuransi laut,

hapusnya perikatan-perikatan dalam perdagangan melalui laut dan juga mengenai kapal dan alat pelayaran sungai dan perairan

5
pedalaman. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Buku II KUHD tersebut merupakan produk hukum dari masa Kolonial

Belanda dan isinya praktis tidak mengalami perubahan hingga saat ini.

b. Konvensi Internasional

Standard Internasional terdapat tiga organisasi dunia yang mengatur tentang keselamatan kapal yaitu IMO (International

Maritime Organization), ILO (International Labour Organization) dan ITU (International Telecomunication Union). Indonesia

sebagai salah satu anggota dari ketiga organisasi tersebut telah meratifikasi konvensi-konvensi dimaksud. Sehingga sebagai

konsekwensinya Indonesia harus melaksanakan aturan tersebut dengan baik dan dibuktikan secara kongkrit dalam suatu

sertifikasi yang independent dan selalu dievaluasi setiap 5 tahun.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pesawat terbang merupakan moda transportasi yang muncul paling akhir dalam sejarah peradaban dan kebudayaan manusia.

Riwayat ini juga berlaku di Indonesia. Jejak penerbangan di Indonesia sudah dimulai sejak negara ini masihbernama Hindia Belanda tepatnya

tahun 1913. Penerbangan yang ada mulanya untuk keperluan militer, bukan komersil (sipil). Lambat laun, pada akhir 1920-an, KNILM dan

beberapa perusahaan maskapai penerbangan swasta Eropa “menangkap peluang” tumbuhnya penerbangan komersial di Hindia Belanda.

Dengan jumlah pesawat dan bandara yang terbatas, perlahan dunia penerbangan komersil mulai beroperasi secara terjadwal. Munculnya moda

transportasi publik komersil kian menambah semarak dunia penerbangan di Indonesia, membersamai penerbangan militer yang lahir lebih

awal. Datangnya Jepang ke tanah air pada 1942 merubah peta penerbangan di Indonesia. Esawat buatan Jepang pun banyak didatangkan demi

menjaga hegemoninya di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya. Pada akhirnya, pejuang-pejuang Indonesialah yang memetik

manfaatnya, yang secara cerdik memanfaatkan sisa- sisa pesawat terbang buatan Jepang saat masa revolusi fisik tiba (1946-1949).

Penerbangan komersil kembali bergulat tahun 1950-an. Periode ini menjadi momen sekaligus tonggak bangkitnya dunia penerbangan tanah

air baik militer maupun komersial hingga seperti sekarang.

Kapal laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau

yang lainnya, hal ini juga menyebabkan bahwa bangsa indonesia mendapat julukan sebagai bangsa pelaut, karena mereka telah terbiasa

mengarungi lautan di wilayah Nusantara. Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat setelah

mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah bangsa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan

pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang

trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal

6
pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. hal itu bertujuan untuk lebih

memperlancar lalu lintas antar pulau, meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia.

B. SARAN

Adapun saran bagi pembaca, hendaknya setalah membaca makalah ini, kita dapat mengetahui dan memahami mengenai awal

munculnya dan sejarah transportasi udara dan transportasi laut di Indonesia. Penulis menyadari adanya bahwa pembuatan makalah ini tak

lepas dari kesalahan. Oleh karenanya, saya sebagai penulis sangat membuka apabila ada yang ingin menyampaikan saran atau pendapat untuk

memperbaiki makalah saya ini.

DAFTAR PUSTAKA

M.Syamsudin, Urgensi Pembaruan Commercial Code di Bidang Pelayaran Guna Menjamin Perlindungan Hukum Konsumen

(Studi Perbandingan di Portklang Malaysia),

http://bpkn.go.id/uploads/document/7edb385a9a1868725e9a0ca84ea527cdb7ee4c0f.pdf, Yogyakarta.

http://repository.unissula.ac.id/6666/4/BAB%20I_1.pdf

http://repository.stimart-amni.ac.id/828/1/BAB%201%20fix%20baru.pdf

https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/download/32458/13704

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/5307/8/UNIKOM_AFRZAL_BAB%20II.df

7
8

Anda mungkin juga menyukai